ABSTRAK
AHMAD RIZKY SYAFARUDIN. Rancangan Sistem Pemanasan dan Uji Kinerja
pada Pengering Gabah Tipe Bak dengan dan Tanpa Tempering. Dibimbing oleh
DYAH WULANDANI dan LEOPOLD OSCAR NELWAN.
ABSTRACT
AHMAD RIZKY SYAFARUDIN. Design of Heating System and Performance
Test on Paddy Rice Batch With and Without Tempering. Supervised by DYAH
WULANDANI and LEOPOLD OSCAR NELWAN.
Generally, grain drying process is still use traditional method under direct
sunlight drying that is constrained by the weather. Therefore, an easy operated
grain dryer is needed. The purpose of this research is to design the dryer and
heating system, to conduct the performance test and the grading test, and to
analyze the drying cost. The test was carried out with tempering and without
tempering drying for each of 100 kg of grain. The quality test is used for dried
paddy rice percentage of head rice and broken rice. The drying results show a
drying rate of with tempering drying is 6.36% dry basic/hour within duration 220
minutes and with tempering 6.25% dry basic/hour within duration 300 minutes
respectively. The specific energy consumption of tempering drying process is 3.82
MJ / kg of water vapor and 3.07 MJ / kg of water vapor for without tempering
vi
drying. The tempering drying has a thermal efficiency 39.94% and without
tempering drying of 86.21%. The overall efficiency of tempering drying is lower
than without tempering overall drying efficiency with a value of 70.13% and
86.55%. The average broken rice and groats on tempering drying is 13.09% and
11.25% and without tempering drying is 19.54% and 10.53% respectively. The
recommended drying cost is Rp 279 kg of brown rice. So, this is can’t say wich
drying method is better, and needed to do full load drying process for more
accurate result.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem
Disetujui oleh
Dr. Ir. Dyah Wulandani, M.Si Dr. Leopold Oscar Nelwan, S.TP., M.Si
Pembimbing I Pembimbing II
Tanggal Lulus: 20 8
x
xi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2017 sampai Maret
2018 ini ialah pengeringan produk pertanian, dengan judul Rancangan Sistem
Pemanasan dan Uji Kinerja pada Pengering Gabah Tipe Bak dengan dan Tanpa
Tempering.
Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orangtua penulis atas doa, kasih sayang, dukungan dana, dan
motivasi tiada henti.
2. Dr. Ir. Dyah Wulandani, MSi selaku dosen pembimbing 1 yang telah
banyak memberikan ilmu, arahan, motivasi, inspirasi serta dukungan dana
selama penelitian hingga penulisan skripsi ini.
3. Dr Leopold Oscar Nelwan, STP, MSi selaku dosen pembimbing 2 yang
telah banyak memberikan ilmu, arahan selama penelitian hingga penulisan
karya ilmiah ini dan dukungan dana dalam pembuatan bak pengering.
4. Teman-teman penulis yang telah menemani dan banyak membantu penulis
dalam segala hal (Farhan, Tio, Fajar, Fachmi, Endah, Khairunisa, Unas,
Yoga, Rifqi, Wijaya, dll).
5. Megation IPB 50 yang telah menjadi teman seperjuangan penulis selama
menempuh studi di IPB.
6. Teknisi Laboratorium Energi (Pak Harto dan Pak Angga) yang senantiasa
membantu penulis selama penelitian.
7. Teknisi Laboratorium Pasca Panen (Pak Sulyaden dan Pak Abbas) yang
senantiasa membantu penulis selama penelitian
8. Segala pihak yang telah membantu penulis yang namanya tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa yang penulis buat masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat memerlukan kritik serta saran yang
membangun dalam penyusunan skripsi dan peningkatan pengetahuan agar
menjadi lebih pesat kedepannya.
Semoga karya ilmiah ini dapat menginspirasi dan bermanfaat bagi
pengembangan ilmu energi khususnya di bidang konversi energi. Semoga karya
ilmiah ini mampu dijadikan acuan baik bagi penyusunan skripsi kelak serta dapat
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kita semua. Aamiin
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
1 Spesifikasi persyaratan mutu beras 8
2 Perbandingan parameter hasil desain dengan hasil pengujian 16
3 Laju pengeringan selama proses pengeringan 18
4 Parameter energi hasil pengujian tempering dan tanpa tempering 20
5 Pemutuan gabah hasil pengeringan tempering 23
6 Pemutuan gabah hasil pengeringan tanpa tempering 23
7 Komponen biaya pengeringan gabah dan penggilingan 24
DAFTAR GAMBAR
1 Alat pengering tipe bak jenis deep bed 5
2 Alat pengering tipe bak jenis timpukan tipis 5
3 Skema alat pengering tipe resirkulasi 6
4 Skema alat pengering tipe fluidized bed 7
5 Prosedur pelaksanaan penelitian 10
6 Skema pengambilan data 11
7 Sistem pemanasan pada bak pengering yang telah dibuat 15
8 Sistem pemanasan (a) saluran udara menuju plenum dan (b) tampak
dalam saluran udara dengan kompor semawar 16
9 Grafik penurunan kadar air pada pengeringan tempering 19
10 Grafik penurunan kadar air pada peneringan tanpa tempering 19
11 Kondisi beras hasil pemutuan (a) beras utuh, (b) beras patah, (c) beras
menir, dan (d) gabah 22
DAFTAR LAMPIRAN
1 Perhitungan dimensi ruang pengering 28
2 Penentuan suhu dan RH proses pengeringan 28
3 Penentuan laju aliran massa udara pengering 28
4 Perhitungan dugaan waktu pengeringan 29
5 Perhitungan kebutuhan energi pengeringan 29
6 Perhitungan dugaan pressure drop tumpukan 29
7 Penentuan daya kipas untuk mengerluarkan air penguapan 29
8 Perhitungan rancangan dengan kapasitas 100 kg 30
9 Gambar teknik hasil rancangan 32
10 Data pengukuran suhu pengujian tempering 35
11 Data pengukuran RH dan kadar air pengujian tempering 37
12 Data pengukuran kecepatan udara, tinggi manometer, tegangan listrik
dan kuat arus listrik pengujian tempering 39
13 Analisis parameter kinerja pengujian tempering 41
14 Data pengukuran suhu pengujian tanpa tempering 43
15 Data pengukuran RH dan kadar air pengujian tanpa tempering 45
16 Data pengukuran kecepatan udara, tinggi manometer, tegangan listrik
dan kuat arus listrik pengujian tanpa tempering 47
17 Analisis parameter kinerja pengujian tanpa tempering 49
18 Analisis biaya pengeringan 51
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
tersebut membuat beras lebih mudah hancur saat digiling, oleh karena itu
konsumsi energi dan mutu hasil pengeringan dapat ditingkatkan dengan perlakuan
panas (tempering) saat proses pengeringan. Tempering dilakukan dengan
menghentikan beberapa saat proses pengeringan dan akan dilanjutkan kembali.
Saat proses dihentikan, kandungan air pada gabah akan bermigrasi menuju lapisan
luar tetapi tidak dapat keluar karena tidak terdapat udara panas untuk membantu
air keluar. Ketika proses pengeringan kembali dilanjutkan, faktor udara panas
membuat air keluar lebih cepat karena air yang sudah berada di lapisan terluar
gabah, hal tersebut membuat konsumsi energi untuk mengeluarkan air lebih
sedikit.
Penggunaan mesin pengering gabah harus melihat faktor biaya
pengeringan agar dapat mengestimasi biaya lain. Biaya pengeringan
menggunakan mesin pengering ditentukan berdasarkan penggunaan bahan bakar
dan konsumsi listrik yang. Biaya pengeringan berdasarkan analisis Abilowo
(2008) sebesar Rp 210.0/kg gabah. Biaya tersebut menggunakan bahan bakar
minyak tanah, terdapat penukar panas dan blower dengan kapasitas alat 1200 kg.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Gabah
Kualitas fisik gabah paling utama ditentukan oleh kadar air dan kemurnian
gabah. Kadar air gabah adalah jumlah kandungan air di dalam butiran gabah yang
biasanya dinyatakan dalam satuan persen (%) dari berat basah (wet basis).
Sedangkan, tingkat kemurnian gabah merupakan persentase berat gabah bernas
terhadap berat keseluruhan campuran gabah. Makin banyak benda asing atau
gabah hampa atau rusak di dalam campuran gabah, maka tingkat kemurnian gabah
makin menurun. Kemurnian gabah dipengaruhi oleh adanya butir yang tidak
bernas seperti butir hampa, muda, berkapur, benda asing atau kotoran yang tidak
tergolong gabah, seperti debu, butir-butir tanah, batu-batu, kerikil, potongan kayu,
potongan logam, tangkai padi, biji-biji lain, bangkai serangga hama, serat karung,
dan sebagainya. Termasuk pula dalam kategori kotoran adalah butir-butir gabah
yang telah terkelupas (beras pecah kulit) dan gabah patah. Kualitas gabah akan
mampengaruhi kualitas dan kuantitas beras yang dihasilkan. Kualitas gabah yang
baik akan berpengaruh pada tingginya rendemen giling. Rendemen giling adalah
persentase berat beras sosoh terhadap berat gabah yang digiling.
Kadar air yang optimal untuk melakukan penggilingan adalah 13-15%.
Pada kadar air yang lebih tinggi gabah sulit dikupas, sedangkan pada kadar air
yang lebih rendah butiran gabah menjadi mudah patah. Gabah Kering Panen
(GKP) memiliki kadar air antara 20-27%. Apabila gabah disimpan sebelum
digiling, kadar airnya harus diturunkan terlebih dahulu dengan cara dikeringkan
sampai kadar air maksimum 18%. Pada kadar air ini gabah disebut Gabah Kering
Simpan (GKS). Sebelum digiling GKS dikeringkan lagi hingga kadar air sekitar
13-15%.
Kegiatan pengeringan gabah pada saat pasca panen berpengaruh besar
pada mutu dan rendemen beras yang dihasilkan. Faktor yang mempengaruhi mutu
gabah pada saat kegiatan pengeringan antara lain : lama penjemuran, media
penjemuran, dan lokasi penjemuran. Lama penjemuran berpengaruh pada kadar
air yang dikandung gabah, standar kadar air yang diharapkan sekitar 14%, apabila
kadar air di atas 14% maka gabah akan mudah berjamur dan tidak bisa disimpan
lama.
Proses Pengeringan
ada pada bahan (Henderson dan Perry 1976). Pada proses pengeringan air yang
dikeluarkan pertama kali adalah air bebas kemudian air terikat. Air yang bebas
cenderung lebih mudah untuk dilepaskan dibanding air yang terikat sehingga laju
pengeringan akan berbeda tergantung dari kadar air bahan. Menurut Hall (1980)
proses pengeringan terdiri atas dua periode utama, yaitu periode pengeringan
dengan kecepatan tetap dan pengeringan dengan kecepatan menurun..
Pengeringan gabah dilakukan ketika gabah selesai dipanen dengan kadar
air 27% sampai 20%. Proses pengeringan gabah dihentikan ketika kadar air gabah
mencapai 14%. Menurut SNI dengan kadar air 14 % gabah dapat disimpan selama
enam bulan. Cara yang dipakai dalam mengeringkan gabah adalah dengan
mengalirkan udara yang bersuhu 40oC sampai 45oC kedalam tumpukan gabah.
Pemilihan suhu ini bergantung kepada kelembaban udara dan kadar air
kesetimbangan gabah. Pemberian suhu udara yang terlalu tinggi dapat membuat
laju pengeringan terlalu cepat dan membuat stress dalam bahan sehingga
mengakibatkan keretakan pada bahan.
Astuti (2007) menyatakan bahwa suhu pengeringan 95oC membuat 87.5%
gabah hancur saat digiling. Menurut Prasetyo (2008) suhu pengeringan 50oC
dengan Relative Humidity (RH) 26 % menghasilkan beras dengan Head Rice Yield
63.6% sedangkan suhu pengeringan 60oC dengan RH 17% menghasilkan Head
Rice Yield 67.7%. Hasil yang didapatkan oleh Ibrahim (2014) mengeringkan
gabah dari kadar air 22% sampai 12.85% dalam waktu 13 jam, pengeringan
dilakukan dalam range suhu 41oC sampai 42oC.
Suhu udara yang tinggi mampu mempercepat waktu pengeringan, tetapi
suhu udara yang tinggi menyebabkan transfer panas yang tinggi dalam sistem.
Makin tinggi suhu udara pengering maka RH akan semakin rendah dan kapasitas
penguapan makin tinggi. Ketika kapasitas udara untuk menampung uap air tinggi
maka akan makin banyak uap air yang dipindahkan dari bahan ke lingkungan.
Laju pengeringan akan makin tinggi dan waktu pengeringan akan makin cepat.
IRRI (2013) membedakan jenis pengering bak menjadi dua yaitu, heated
air drying dan low temperature drying. Pada pengeringan heated air drying udara
yang digunakan adalah udara yang telah dipanaskan sampai 43oC, ketebalan
tumpukan dibawah 40 cm dapat mengeringkan kadar air diatas 30% dalam waktu
enam sampai dua belas jam. Tipe low temperature drying suhu yang digunakan
adalah suhu udara lingkungan tebal tumpukan yang diijinkan adalah 2 m dapat
mengeringkan gabah dengan kadar air 28% dalam waktu harian sampai mingguan.
Prinsip kerja alat ini sangat sederhana yaitu udara panas dari ruang
pembakaran dihembuskan oleh fan atau kipas ke dalam ruang udara panas
dibawah lantai pemisah dan udara panas tersebut naik ke atas melalui lubang-
lubang udara menembus bahan yang akan dikeringkan dan akhirnya keluar di
bagian atas. Pembuatan alat pengering ini didasarkan agar proses pengeringan
dapat dilakukan kapan saja, tidak tergantung pada sinar matahari sehingga dapat
mempercepat waktu pengeringan serta kualitas yang baik.
Berikut ini adalah macam-macam dari alat pengering dapat golongkan
dalam beberapa cara, yaitu berdasarkan atas cara pemindahan panas dan
berdasarkan sifat-sifat fisis dan penanganan bahan basah. Alat pengering gabah
5
mekanis ini yang telah diciptakan oleh para teknisi untuk mengatasi permasalahan
dalam proses pengeringan hingga sekarang ini antara lain seperti : batch dryer,
continous drying, dan sebagainya.
1. Sistem Deep Bed
Pengeringan sistem deep bed (Gambar 1), tumpukan bahan cukup tebal dan
wadah pengeringan mempunyai dasar lantai yang mempunyai lubang-lubang atau
kawat anyaman sehingga udara panas dapat mengalir melalui bahan. Besar
kecilnya ukuran lubang wadah ditentukan berdasarkan bahan yang dikeringkan.
Pengeringan dilakukan dengan suhu yang rendah dan waktu yang lama agar
kerusakan pada bahan dapat dihindari.
Keterangan :
A. Kipas
B. Plenum chamber
C. Biji kering
D. Bidang pengeringan
E. Biji basah
F. Udara dan uap air keluar
Kelas Mutu
Komponen Mutu Satuan Medium
Premium
1 2 3
Kadar air (maks) % 100 95 90 80
Beras kepala (min) % 14 14 14 15
Butir patah (maks) % 95 78 73 60
Beras menir (maks) % 5 20 25 30
Beras merah (maks) % 0 2 2 5
Butir menguning (maks) % 0 2 3 5
Butir kapur (maks) % 0 2 3 5
Benda asing (maks) % 0 0.02 0.05 0.2
Gabah (maks) % 0 1 2 3
Sumber : SNI 6128:2015 (BSN 2015)
METODOLOGI
Prosedur Penelitian
Mulai
Pabrikasi Alat
Uji Fungsional
Tidak
Bekerja
Ya
Uji Kinerja
Pengolahan Data
Pemutuan Gabah
Selesai
100−M
m𝐚 = m𝐛 × 1 − 100−M 1 ………………………………………………………………………(1)
2
ma : massa air diuapkan (kg)
mb : massa bahan yang dikeringkan (kg)
M1 : kadar air awal bahan (%bb)
M2 : kadar air akhir bahan (%bb)
Setelah itu kebutuhan udara pengeringan akan dihitung menggunakan
rumus:
m
V = (H −H𝐚 )×ρ …………………………………………………………………………………………(2)
2 1
V : kebutuhan udara pengering (m3)
H2 : kelembaban mutlak pada suhu keluar tumpukan (kg air/kg udara)
H1 : kelembaban mutlak pada suhu udara pengeringan (kg air/kg udara)
ρ : massa jenis udara (kg/m3)
Untuk mempermudah analisis kelembaban mutlak keluar tumpukan
ditentukan dengan menggunakan asumsi terlebih dahulu, setelah suhu dan RH
terukur maka kelembaban mutlak dihitung berdasarkan hasil pengukuran. Setelah
itu, energi untuk memanaskan udara dihitung berdasarkan suhu udara luar, suhu
pengeringan dan laju aliran masa udara. Perhitungaan kebutuhan energi panas ini
dilakukan menggunakan persamaan:
Qg = m × cp × (Tr − To ) …………………………………………………………………………(4)
Qg : energi pemanasan udara pengeringan (Watt)
m : laju aliran massa udara pengering (kg/s)
cp : kapasitas panas spesifik udara (kJ/kg·K)
Tr : suhu pengeringan (oC)
To : suhu udara luar (oC)
Untuk menduga pressure drop yang terjadi pada tebal tumpukan tertentu,
digunakan persamaan dari Shedd (1953):
∆p×ln (1+b.u o )
Lg = ……………………………………………………………………………………(5)
a.u
o
Lg : tebal tumpukan gabah (m)
Δp : pressure drop tumpukan (Pa)
b,a : konstanta gabah (b = 13.2, a = 2.57 × 104 (Shedd 1953)
u0 : kecepatan aliran (m/s) Rasio pencampuran gas
h i j
1 2 4
e f g
a
b c d 3
Gambar 6 Skema pengambilan data
12
Keterangan :
Aliran udara lingkungan masuk blower
Aliran udara panas dari kompor semawar
Aliran udara lembab setelah melewati tumpukan gabah
1. Blower
2. Kompor semawar
3. Plenum
4. Ruang pengering
Pengukuran suhu dilakukan pada titik b, c, d, e, f, g, h, i, dan j sedangkan
RH diukur pada titik c, d, h, i, dan j. Pegukuran kecepatan aliran udara dilakukan
pada titik a, c, d, h, i, dan j. Pengukuran tekanan udara dilakukan pada titik c dan
d.
Penelitian kali ini dilakukan berupa uji kinerja pada alat hasil rancangan
menggunakan dua metode pengujian dan melakukan pemutuan beras hasil
pengeringan. Pengujian pertama dilakukan proses pengeringan tempering,
sementara pengujian kedua dilakukan proses pengeringaan tanpa tempering.
Proses pengeringan tempering dilakukan dengan menghentikan salah satu proses
pengeringan saat cuaca hujan deras dan malam hari, kemudian dilanjutkan lagi
beberapa waktu sampai kadar air yang diinginkan (14%bb) tercapai. Proses
pengujian tanpa tempeing dilakukan secara terus-menerus sampai kadar air yang
diinginkan (14%bb) tercapai tanpa menghentikan proses pengeringan apapun.
Pengujian Tempering
Pengambilan data dalam proses pengeringan tempering dilakukan dengan
mematikan blower dan sumber panas ketika cuaca sedang hujan deras dan saat
malam hari. Adapun tahap dalam proses pengeringan tempering dilakukan
sebanyak satu kali percobaan sebagai berikut:
1. Menyiapkan gabah dan meletakkannya pada bak pengering, massa gabah
yang digunakan akan dicatat sebanyak 100 kg dengan ketebalan gabah 10
cm.
2. Menyalakan kompor semawar dilanjutkan menyalakan blower.
3. Mengatur kecepatan udara pemanas dan udara lingkungan hingga suhu di
plenum berada di antara 40 oC sampai 45oC pada Gambar 4 nomer 1.
4. Mengukur setiap 10 menit sekali selama proses berlangsung, parameter
yang diukur adalah pressure drop, suhu ruang pencampuran, suhu udara
keluar tumpukan gabah, kecepatan udara, suhu serta RH udara luar, dan
tegangan serta kuat arus untuk blower. Titik pengukuran dapat dilihat pada
Gambar 4.
5. Lama proses tempering melihat kondisi lingkungan. Proses kali ini
berjalan selama 160 menit dan dihentikan selama 20 jam, kemudian
dilanjutkan kembali selama 60 menit.
6. Setelah pengukuran dilakukan, gabah diaduk menggunakan sekop agar
gabah tersikulasi setiap 30 menit sekali. Pengadukan hanya dilakukan
selama proses pemanasan gabah, tdak diaduk ketika proses istirahat.
13
P
∆p = L ………………………………………………………………………….(7)
g
∆p = pressure drop (Pa/m)
Lg = tebal tumpukan (m)
Pemutuan Beras
Proses pemutuan gabah dilakukan setelah proses pengeringan. Proses
pemutuan gabah dimulai dengan melakukan penggilingan gabah menjadi Gabah
Pecah Kulit (GPK). Setelah GPK dihasilkan, penyosohan dilakukan sampai
menjadi Beras Sosoh (BS). Kemudian, hasil BS dialukakn pemutuan dengan
menghitung beras utuh, beras patah (broken), beras menir dan gabah yang
terbawa. Adapun pemutuan akan dilakukan mengikuti Pedoman Pelaksanaan
Pemantauan Harga Produsen Gabah dan Beras 2014 pada hal 24 (BPS 2013).
Tahap yang dilakukan adalah:
1. Menyiapkan gabah sebanyak 3 sampel masing-masing 500 gram dan ukur
kadar air awal sebelum dilakukan penggilingan.
2. Melakukan penggilingan masing-masing sampel menggunakan husker
dengan dua lintasan.
3. Ambil sampel sebanyak 200 gram masing-masing untuk dilakukan
penyosohan.
4. Lakukan penyosohan selama 1 menit menggunakan alat polisher.
5. Setelah penyosohan, BS diambil sampel untuk mengukur kadar air akhir.
6. Ambil sampel sebanyak 50 gram untuk dilakukan pemutuan.
14
Parameter Kinerja
Parameter suhu diukur di beberapa titik mulai dari udara masuk blower
sampai udara keluar tumpukan.
T1 = suhu udara masuk blower (oC), yang diukur di depan inlet blower
T2 = suhu udara di dalam plenum (oC), yang diukur di dalam plenum
T3 = suhu udara di atas tumpukan gabah (oC), yang diukur di atas tumpukan gabah
di bagian atas bak pengering
To = suhu udara lingkungn bola kering (oC), yang diukur di sekitar alat pengering
To’= suhu udara lingkungn bola basah (oC), yang diukur di sekitar alar pengering
Tg’= suhu permukaan gabah (oC), yang diukur pada tumpukan gabah selama
proses pengerinngan
Parameter Relative Hummidity (RH) dihitung menggunakan suhu udara
lingkungan bola kering dan suhu udara lingkungn bola basah yang kemudian RH
dicari dengan menggunakan psychometric chart. Cara lain adalah menggunakan
alat Anemometer hot wire yang langsung menunjukkan nilai RH.
Parameter pemanfaatan panas pada gabah dihitung dengan menggunakan
rumus:
Qp = mb × cp ′ × (Tg − Tg′ )…….........................................................................(8)
cp′ = 0.837 + 0.034(M ′ ) (Siebel(1892) dalam Heldman dan Singh 1981)…….(9)
Qp : energi pemanasan pada bahan (kJ)
mb : massa gabah (kg)
cp′ : kapasitas panas spesifik gabah pada kadar air M’ (kJ/kg·K)
Tg : suhu gabah awal (oC)
Tg’ : suhu pengeringan gabah (oC)
M’ : kadar air gabah pada waktu t (%)
Perhitungan parameter konsumsi energi listrik dilakukan dengan
mengukur tegangan (V) dan kuat arus (I) yang digunakan oleh blower, kemudian
dihitung daya yang terpakai menggunakan persamaan:
P𝑏𝑙𝑜𝑤𝑒𝑟 = V𝑏𝑙𝑜𝑤𝑒𝑟 × I𝑏𝑙𝑜𝑤𝑒𝑟 × cos ∅ …………………………………………..(10)
Parameter Konsumsi Energi Termal Spesifik (KETS) gabah selama proses
pengeringan menggunakan rumus:
Q
KETS = mb …………………………………………………………………..…(11)
a
Qb (energi bahan bakar (kJ)) = N × mg
N = nilai kalor gas LPG (kJ/kg)
mg = massa gas LPG yang terpakai (kg)
ma = massa air yang diuapkan (kg)
Sementara, parameter Konsumsi Energi Spesifik (KES) gabah selama
proses pengeringan menggunakan rumus:
15
(P 𝑏𝑙𝑜𝑤𝑒𝑟 ×t)+Q b
KES = …………………………………………………………..(12)
ma
t = waktu pengeringn (sekon)
Parameter efisiensi termal proses pengeringan menggunakan rumus:
Qg
ƞt = Q × 100……………………..……………………………………...........(13)
b
Qg : energi pemanasan udara pengeringan
Parameter efisiensi total proses pengeringan menggunakan rumus:
𝑒×h fg
ƞtotal = × 100……………………..……………………………………(14)
Qb
Alat pengering yang dibuat tersusun dari empat bagian utama, yaitu: bak
pengering, blower dan katup, ruang pencampur udara (plenum), dan saluran
udara. Sumber utama energi pemanasan yang digunakan adalah gas LPG dengan
ukuran tabung 3 kg. Rangka utama bak pengering adalah besi siku dengan ukuran
2 cm x 2 cm dan tebal 2 mm. Dinding bak pengering merupakan plat besi dengan
tebal 2 mm, sementara bagian plenum merupakan alumunium dengan tebal 1 mm.
Lantai pengering menggunakan plat berlubang dengan diameter 1.5 mm. Saluran
udara berbentuk silinder berongga yang terbuat dari alumunium dengan tebal 1
mm. Gambar dari mesin pengering yang telah dibuat ada pada Gambar 7,
sementara sistem pemanasan dari kompor semawar yang telah dibuat dapat dilihat
pada Gambar 8.
kompor
semawar
ruang
pengerin
blower
g
plenum
(a)
(b)
Gambar 8 Sistem pemanasan (a) saluran udara menuju plenum dan (b) tampak
dalam saluran udara dengan kompor semawar
Parameter-parameter desain dihitung pada Lampiran 1 sampai Lampiran 6.
Parameter desain digunakan untuk kapasitas maksimum sebesar 500 kg gabah.
Sementara pada pengujian pengeringan, beban pengeringan hanya sebesar 100 kg.
Hal tersebut menjadikan terdapat beberapa parameter yang hasilnya akan berbeda.
Data keseluruhan hasil pengujian dapat dilihat pada Lampiran 9 sampai Lampiran
12 untuk pengujian tempering dan Lampiran 13 sampai Lampiran 17 untuk
pengujian tanpa tempering. Perbandingan parameter hasil desain dengan hasil
pengujian dapat dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2 Perbandingan parameter hasil desain dengan hasil pengujian
Desain Pengujian
Parameter
500 kg 100 kg Tempering Kontinyyu
Massa gabah (mb, kg) 500 100 100 100
Kadar air awal (M1, %bb) 24 24 28.2 30.83
Kadar air akhir (M2, %bb) 14 14 13.77 11.77
Air yang dikeluarkan (ma, kg) 58.14 11.63 16.73 21.76
Debit udara pengering (Q, m3/s) 0.325 0.065 0.048 0.042
Daya blower (Pblower, Watt) 447.2 221.06 201.2 209.25
Energi pemanasan udara (Qg, J) 321636 32163 24446.4 48708
Suhu lingkungan (oC) 30 30 28.24 25.71
Suhu plenum (oC) 55 55 60.39 66.91
Suhu tumpukan bahan (oC) 45 45 45.31 40.3
Pressure drop gabah (Δp, Pa/m) 488.8 146.66 142.7 78.48
Durasi pengeringan (menit) 460 343 160+60 300
17
pada pengeringan tempering sebesar 24.4 kJ, sementara pada pengeringan tanpa
tempering sebesar 48.7 kJ. Perbedaan tersebut dikarenakan perbedaan pada debit
udara yang lebih kecil saat percobaan.
Penurunan tekanan (pressure drop) pada analisis desain untuk beban 100
kg diharapkan sebesar 146.66 Pa/m (hitungan terlampir pada Lampiran 8).
Sementara yang terjadi saat percobaan, pressure drop hanya 142.7 pa/m dan 78.48
Pa/m. Hal ini mungkin terjadi karena ketebalan tumpukan yang berbeda. Faktor
yang menyebabkan kecilnya pressure drop adalah debit udara yang lebih kecil
dari hasil desain.
Penurunan massa air gabah pada pengeringan tempering sebesar 16.73 kg,
sementara pada pengeringan tanpa tempering sebesar 21.6 kg dari massa gabah
basah 100 kg. Hasil ini cukup berbeda karena lama proses pengeringan yang juga
jauh berbeda yaitu 220 menit dan 300 menit. Penurunan kadar air akan berbanding
lurus dengan durasi pengeringan. Perbedaan penurunan kadar air tersebut
dikarenakan perbedaan kadar air awal dan kadar air akhir. Kadar air awal untuk
pengeringan tempering adalah 28.2%, sementara untuk pengeringan tanpa
tempering adalah 30.83%. Kadar air akhir pada pengeringan tempering sebesar
13.77%, sementara pada pengeringan tanpa tempering sebesar 11.77%. Hal
tersebut yang sangat mempengaruhi nilai penurunan kadar air. Tetapi, jika dilihat
dari Tabel 3 untuk laju pengeringan, kedua pengeringan tidak jauh berbeda.
Pengeringan
Tempering Tanpa
tempering
Kadar air awal (%bk) 39.28 44.58
Kadar air akhir (%bk) 15.96 13.34
Waktu pengeringan (menit) 220 300
Laju pengeringan (%bk/jam) 6.36 6.25
30
20
15
10
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220
Waktu (menit)
35
30
Kadar Air (%)
25
20
15
10
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300
Waktu (menit)
Penurunan kadar air pada Gambar 9 dapat dilihat langsung terjadi laju
pengeringan menurun. Hal tersebut bisa dikatakan bahwa kadar air awalnya sudah
berada dibawah kadar air kritisnya. Tetapi, pada Gambar 10 kadar air dimulai
dengan kadar air sekitar 31% dan mengalami kenaikan kadar air sampai 33%. Hal
tersebut terjadi karena gabah yang digunakan, sehari sebelum pengujian terpapar
percikan hujan dan embun di pagi harinya. Jadi, penurunan kadar air pada proses
pengeringan tanpa tempering dimulai dengan mengeringkan kadar air bebas dari
percikan hujan dan embun sebelum pengeringan. Perbandingan waktu yang
dibutuhkan jika dilihat dari kadar air yang sama yaitu 28% cukup besar.
Pengeringan tempering membutuhkan waktu 220 menit untuk mencapai kadar air
sekitar 14%. Sementara pengeringan tanpa tempering membutuhkan waktu hanya
150 menit jika dilihat dari kadar air sekitar 28% sampai pengeringan selesai. Hal
tersebut terjadi karena RH lingkungan rata-rata pada proses pengeringan tanpa
tempering saat kadar air 28% lebih rendah jika dibandingkan dengan RH
20
Bahan bakar yang digunakan dalam proses pengeringan ini sebanyak 1.3
kg gas LPG pada seluruh pengeringan tempering dan 2.4 kg pada pengeringan
tanpa tempering. Udara yang dipanaskan mencapai suhu 60.39oC dan 66.91oC
dengan debit udara 0.048 m3/s dan 0.042 m3/s. Udara yang sudah dipanaskan,
digunakan untuk memanaskan gabah dengan suhu awal 34.33oC dan 28oC
menjadi gabah dengan suhu 43oC dan 43.33oC. Hasil analisis parameter energi
selama proses pengeringan dapat dilihat pada Tabel 4, sementara analisis
perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 13 dan Lampiran 17. Analisis pada
pengeringan tanpa tempering dihitung hanya pada saat kadar air mencapai 28%
sampai pengeringan selesai, jadi kondisi yang lain akan mengikuti pada range
kadar air tersebut.
Parameter Pengujian
(KA awal = 28%
KA akhir = 13.77% dan 11.77% Tanpa
Tempering
Waktu pengeringan = 220 menit tempering
dan 150 mnit)
Energi bahan bakar (kJ) 61205.3 56497.2
Energi pemanasan udara (kJ) 24446.4 48708
Pemanfaatan panas pada gabah (kJ) 1131.44 1895.32
Konsumsi Energi Termal Spesifik
3658.42 2967.29
(kJ/kg uap air)
Konsumsi Energi Spesifik
3816.22 3065.25
(kJ/kg uap air)
Daya listrik (W) 239.52 249.11
Efisiensi termal (%) 39.94 86.21
Efisiensi total (%) 70.13 86.55
Gabah hasil pengeringan dengan kadar air dibawah 14% dapat disimpan
sampai 6 bulan. Penyimpanan gabah tergantung kebutuhan penggilingan. Petani
biasanya melakukan penggilingan setelah proses pengeringan selesai. Proses
penggilingan yang utama adalah melakukan pengupasan kulit gabah
menggunnakan mesin penggiling (hushker). Proses penggilingan dapat dilakukan
menjadi satu lintasan/sekali giling dan dua lintasan/dua kali giling pada tingkat
Penggilingan Padi Sedang (PPS) di berbagai daerah. Beras hasil penyosohan yang
telah dipisahkan dapat dilihat pada Gambar 8.
22
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 11 Kondisi beras hasil pemutuan (a) beras utuh, (b) beras patah, (c) beras
menir, dan (d) gabah
Pemisahan beras menir dilakukan menggunakan ayakan menir yang
berdiameter 1.7 mm untuk membuat pemisahan beras menir lebih cepat.
Pemisahan komponen beras utuh, beras patah dan gabah dilakukan secara manual
mengguanakan tangan dengan bantuan pulpen. Beras utuh, beras kepala, beras
patah dan beras menir dibedakan berdasarkan ukuran. Beras kepala adalah butir
beras sehat maupun beras cacat yang mempunyai ukuran lebih besar atau sama
dengan 75% bagian dari butir beras utuh (Soerjandoko 2010). Beras patah adalah
butir beras sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran sama dengan atau lebih
besar dari 25% dan lebih kecil dari 75%. Beras menir adalah butiran beras sehat
maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih kecil dari 25% bagian butir beras
utuh (Listyawati 2007). Setelah pemisahan dilakukan, ditimbang komponen-
komponen tersebut terhadap sample untuk pemutuan. Hasil pemutuan terhadap
komponen-komponen tersebut dapat dilihat dalam Tabel 5 dan Tabel 6.
23
Simpulan
pengeringan mana yang lebih baik dan harus dilakukan pengeringan dengan
kapasitas penuh agar dapat melihat hasil yang lebih akurat.
Saran
Melihat efisiensi termal yang masih tergolong kecil, perlu adanya isolasi
terhadap dinding plenum bagian luar agar panas tidak banyak diserap dinding
plenum. Penambahan isolasi juga bertujuan agar panas untuk udara pengering
yang dihasilkan tidak banyak terbuang. Melakukan pengeringan lanjutan dengan
beban penuh untuk mengetahui hasil yang lebih akurat untuk dibandingkan
dengan hasil analisis desain.
26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
mb = 500 kg
ρb = 562.10 kg/m3 (SNI 0224- 1987/SPI-TAN/01/01/1993)
m
ρb = V b
b
500
562.10 = Vb
Vb = 0.89 m3 = 0.9 m3
Menurut Asmuliani (2012), tebal tumpukan yang optimal adalah 30 cm.
Dengan asumsi safety factor = 1.5 untuk sisa ruang pengering
Maka, t = 30 × 1.5 = 45cm = 0.45 m (akan dibuat t = 0.5 m) dan l = 1 m
Vb = p × l × t
0.9 = p × 1 × 0.45
p=2m
Tinggi plenum akan dibuat setinggi 30 cm (BPPP, 2012) dengan panjang dan
lebar mengikuti ruang pengering.
Menurut Ibrahim (2014) suhu yang optimal untuk mengeringkan gabah dari kadar
air 24% sampai 14% adalah 45oC.
Berdasarkan suhu pengeringan 45 oC, maka Relative Hummidity (RH) saat keluar
tumpukan adalah 80%, menggunakan persamaan Henderson (1976), maka kadar
air kesetimbangan (Me) adalah
1 − RH = exp [−cT(Me)n ] (konstanta untuk gabah, c=10.06x10-7, n=3.3)
ln(1 − RH) = −cT(Me)n
ln (1−RH )
Men = − cT
n ln (1−RH )
Me = − cT
3.3 ln (1−0.8)
Me = −
10.06×10 −7 ×318
Me = 13.24%bk = 11.69%bb
M1 = 24 %
M2 = 12 %
100−M
m𝐚 = m𝐛 × 1 − 100−M 1
2
100−24
m𝐚 = 500 × 1 − 100−14
m𝐚 = 58.14 kg air
58.14
Laju penguapan air dari gabah = 490×60 = 0.00198 kguap /s
Maka laju aliran massa udara pengering (mr) (ρ = 1.2 kg/m3)
0.00198
= 1.2 × 0.0065 = 0.366kgudara kering /s
Setara dengan debit (Q) = 0.366 × 0.888 = 0.325m3 /s
Berat akhir gabah setelah dikeringkan dari kadar air 24%bb menjadi 14%bb
100−M
m′a = mb × 100−M 1
2
100−24
m′a = 500 × 100−14 = 441.86 kg
Energi untuk menguapkan air (Hfg = 3300 kJ/kg)
Qua = ma × Hfg = 58.14 × 3300 = 191862 kJ = 6.53 kW
Energi untuk memanaskan gabah (cp gabah = 2028 kJ/kgoC (Putra 1990))
Qp = 500 × 2028 × (45 − 30) = 15210000 kJ = 517.35 kW
Total energi pengeringan = 6.53 + 517.35 = 523.88 kW
Energi untuk menaikan suhu udara pengering dari 30oC menjadi 45oC (cp udara = 1
kJ/kgoC)
Qg = mr × cp udara × ∆T = 0.729 × 1 × (45 − 30) = 10.94 kW = 321636 kJ
Lg = 30 cm = 0.3 m
b = 13.2, a = 2.57 × 104 (Shedd, 1953)
Dengan asumsi kecepatan udara mencapai tumpukan (u0) 0.65/(2X1) = 0.325 m/s
∆p×ln (1+b×u o )
Lg = a×u 2
o
∆p×ln (1+13.2×0.325)
0.3 = 2.57 × 10 4 ×0.325 2
∆p = 488.8 Pa/m
∆p = 488.8 Pa/m
30
Berat akhir gabah setelah dikeringkan dari kadar air 24%bb menjadi 14%bb
100−M
m′a = mb × 100−M 1
2
100−24
m′a = 100 × 100−14 = 88.37 kg
Energi untuk menguapkan air (Hfg = 3300 kJ/kg)
Qua = mb × Hfg = 11.63 × 3300 = 38372.4 kJ = 1.31 kW
Energi untuk memanaskan gabah (cp gabah = 2028 kJ/kgoC (Putra 1990))
Qp = 100 × 2028 × (45 − 30) = 3042000 kJ = 103.47 kW
Total energi pengeringan = 1.31 + 103.47 = 104.78 kW
Energi untuk menaikan suhu udara pengering dari 30oC menjadi 45oC (cp udara = 1
kJ/kgoC)
Qg = mr × cp udara × ∆T = 0.0729 × 1 × (45 − 30) = 1.09 kW = 32163 kJ
Waktu T lingkungan (oC) T plenum (oC) T tumpukan bahan (oC) T atas tumpukan (oC)
(menit) BK BB 1 2 3 1 2 3 1 2 3
0 32 29 34 34 34 34 34 35 30.3 30.4 30.2
10 30 29 68 65 58 46 49 49 33.4 31.9 30.9
20 30 29 63 63 59 49 50 52 30.4 29.9 29.9
30 29.5 29 65 64 60 51 52 50 30 29.9 29.9
40 29 28 67 64 60 54 50 51 29.8 29.4 29.6
50 29 28 68 65 60 56 50 50 29.6 29.2 29.4
60 28 28 65 63 59 54 34 33 29 29.1 28.9
70 28.5 28.5 64 61 58 53 40 35 29.7 29.5 29.2
80 28.5 28.5 65 56 59 55 42 34 29.4 29.2 29.3
90 28 28 54 57 59 57 46 37 28.8 28.8 29
100 27 27 54 57 58 56 48 39 28.8 28.8 28.6
110 29 28 58 58 57 60 49 41 28.2 28.4 28.2
120 27 26.5 60 57 58 52 50 43 28.2 28.3 28.2
130 27 26 65 61 60 43 42 40 28.7 28.1 27.9
140 26 25 68 61 61 47 49 42 29.7 28.7 27.8
150 26 25 73 59 63 46 42 40 28.1 28.5 27.4
160 27 26 67 62 61 45 45 39 28.3 29.4 28.3
170 29 28 62 60 57 41 43 38 27.9 29.5 28.1
180 29 27.5 65 62 59 43 45 39 27.6 28.6 27.5
190 28 27 71 65 66 48 45 42 29.7 28.1 27.4
200 28 28 63 58 60 47 49 43 29.5 28.5 27.9
36
Waktu T lingkungan (oC) T plenum (oC) T tumpukan bahan (oC) T atas tumpukan (oC)
(menit) BK BB 1 2 3 1 2 3 1 2 3
210 27 26 68 62 63 43 47 44 28.7 29.3 28.1
220 27 26.5 61 59 57 46 42 41 27.6 27.6 27.4
Rata Rata 28.24 27.46 62.96 59.70 58.52 48.96 45.35 41.61 29.19 29.09 28.66
37
Waktu RH lingkungan RH plenum (%) RH atas tumpukan (%) Kadar air (%)
(menit) (%) RH 1 RH 2 RH 1 RH 2 RH 3 1 2 3
0 80.26 83 84.1 60 60.1 60.3 30 27.1 27.5
10 92.91 42.8 42.3 81.3 66.5 61.4 24.3 23.8 22.7
20 92.91 44.8 43.9 80.2 71.5 68.5 25.7 23.9 22.5
30 96.39 46 42.1 77.4 74.8 79.2 25.2 24.5 21.4
40 92.78 43.2 41.6 93.5 76.2 92.8 24.7 22.7 21.9
50 92.78 57.4 54.4 78 72.8 82.6 24.5 22.4 21.7
60 100 48.5 54 73.4 80.1 79.5 24.6 22.3 21.5
70 100 55 55.2 87.9 89.9 79.1 21.9 21.3 21.3
80 100 52.1 53.7 92 79.6 87.5 21.9 21.2 21.1
90 100 51.1 46.8 84.8 81.8 91.1 21.4 18.7 20.8
100 100 57.1 49.6 86 91.2 86.6 19.5 19.7 20.4
110 92.78 46.8 50.3 87.5 86.8 88.9 19.3 19.8 20.4
120 96.21 48.9 53.2 80.8 78.2 79.5 20.1 20.2 20
130 92.5 50.3 49.2 75.3 77.4 78.4 19.7 20.1 19.9
140 92.35 48.4 50.3 74.2 74.3 76.2 17.5 18.5 18.4
150 92.35 49.2 44.3 70.3 72 75.7 15.5 18.2 18.4
160 92.5 44.8 52.1 67.3 71.8 73.4 15.1 15.3 16.7
170 92.78 45.7 54.3 66.4 70.7 72.9 14.5 14.7 16.3
180 89.28 46.3 53.8 66.6 69.5 70.6 14.2 14.5 15.4
190 92.65 48.1 43.2 65.3 64.3 69.4 14.3 14.3 15.2
200 100 53.2 54.2 64.2 65.3 63.5 14.4 14.2 13.8
38
Lampiran 12 Data pengukuran kecepatan udara, tinggi manometer, tegangan listrik dan kuat arus listrik pengujian tempering
Lampiran 12 Data pengukuran kecepatan udara, tinggi manometer, tegangan listrik dan kuat arus listrik pengujian tempering (lanjutan)
Waktu T lingkungan (oC) T plenum (oC) T tumpukan (bahan) (oC) T atas tumpukan (oC)
(menit) BK BB 1 2 3 1 2 3 1 2 3
0 24 23 27 27 26 27 28 29 24.3 24.4 24.5
10 24 23 67 45 60 34 35 31 28.6 27.2 26.8
20 24.5 23.5 69 45 62 37 37 36 29.9 28.4 27.7
30 24.5 23 72 47 64 37 37 36 30.6 28 28
40 24.5 23.5 74 50 67 38 37 36 32.7 29.8 28.6
50 25 24 76 55 69 38 37 36 33 30.7 29.7
60 25 24 78 61 71 38 37 36 33.9 31.7 30
70 25 24 79 65 72 38 37 36 34.6 32.9 31.4
80 25 24 72 65 69 37 37 36 34.1 31.5 30.5
90 25 24.5 72 68 69 37 37 36 35.3 31.8 31.7
100 25 24 70 66 67 37 36 35 33.9 31.2 29.5
110 25 24 71 67 69 37 36 35 33.7 31.3 30.3
120 25 24 69 67 67 36 36 35 32.2 30.4 30.9
130 25.5 24 68 70 66 37 36 35 32.7 30.3 29.4
140 25 24 66 68 65 37 35 36 35.2 32.3 30.7
150 25 24 65 68 64 39 35 40 31.3 29.3 28.9
160 25 24 65 67 63 42 35 43 32.1 29.1 30.5
170 25 24 64 65 62 45 35 47 33.2 31.4 29.8
180 25 24 70 73 66 46 36 47 33.4 31.4 30.2
190 25 24 68 69 65 48 36 48 34.1 33.2 31.2
200 26 24 63 64 61 49 36 49 35.4 31.2 30.2
44
Waktu T lingkungan (oC) T plenum (oC) T tumpukan (bahan) (oC) T atas tumpukan (oC)
(menit) BK BB 1 2 3 1 2 3 1 2 3
210 25.5 24 37 35 36 48 34 47 32.3 32.8 31.7
220 26 24.5 85 87 77 49 37 48 36.2 35.4 32.5
230 26 24 85 88 80 53 39 54 34.2 34.2 31.4
240 27 25 86 89 81 56 41 57 33.9 32.6 32.3
250 27 24 87 90 81 58 42 59 35.4 33.1 31.1
260 27 25 68 68 68 62 45 50 36.3 32.2 32.7
270 28 25 68 71 66 38 36 63 32.7 31.3 31.9
280 28.5 25 69 72 67 37 38 35 34.9 32.4 32.8
290 29 25 69 72 67 38 38 53 36.5 33.2 30.7
300 30 25.5 77 82 74 39 37 54 34.8 31.8 33.4
Rata Rata 25.71 24.11 69.55 65.35 65.84 41.68 36.71 42.52 33.27 31.18 30.35
45
Waktu RH lingkungan RH plenum (%) RH atas tumpukan (%) Kadar air (%)
(menit) (%) RH 1 RH 2 RH 1 RH 2 RH 3 1 2 3
0 92.03 90.6 90.9 88.9 88.1 88.4 32 31 29.5
10 92.03 93.8 70.9 90.9 83.2 91.3 33 33 32
20 92.11 81.8 66.3 83.6 77.3 91.8 34 33 32
30 88.28 75.3 68.1 98 89 96.1 31 33 33
40 92.11 55.1 48.8 91.5 90.2 84.1 30 33 32
50 92.19 46.9 43.7 88 76.5 87.5 30 33 32
60 92.19 42.2 44.4 90.4 90.8 90 28.7 33 32
70 92.19 41.2 36 70.8 74.7 84.6 29.6 32 33
80 92.19 44.8 42.5 90.5 84.3 86.5 28.5 32 33
90 96.06 43.6 40.7 82.9 88.3 93.2 29.8 30 31
100 92.19 47.5 42.9 86.8 91.7 84.6 28.8 32 31
110 92.19 42.1 42.7 72.3 72.3 87.9 27.7 33 28.2
120 92.19 49.1 43.6 73.3 83.9 97.5 29.7 30 30
130 88.52 48.4 46.2 80.9 80.6 89.6 29.6 31 28.7
140 92.19 44.7 36.3 83.6 83.3 90.6 29.1 29.8 27.2
150 92.19 56.3 48 84.9 93.9 97.7 28.4 27.4 28.7
160 92.19 53.4 45.5 85.1 90.2 91.6 27.2 27.5 28.4
170 92.19 56.5 39.8 75.6 90.7 82.8 28.8 27.4 29.3
180 92.19 44.9 45.1 74.9 82.8 80.5 26.6 27 29.1
190 92.19 49.5 43.2 75.3 80.3 83.4 22.2 24.1 25.9
200 85 55.3 44.1 76.5 82.5 82.1 21.4 24.9 24.3
46
Lampiran 15 Data pengukuran RH dan kadar air pengujian tanpa tempering (lanjutan)
Waktu RH lingkungan RH plenum (%) RH atas tumpukan (%) Kadar air (%)
(menit) (%) RH 1 RH 2 RH 1 RH 2 RH 3 1 2 3
210 88.52 47.1 41.2 81.4 78.4 84.3 22 23.6 24.2
220 88.64 46.9 44.7 74.2 77.9 79.6 19.3 22 22.9
230 85 42.4 43.6 75.1 72.1 77.1 18.9 17.3 22.7
240 85.3 45.8 45.1 71.3 74.5 74.2 15.7 18 17.3
250 78.36 44.2 46.2 69.3 73.9 75.3 14.2 18.4 18.1
260 85.3 49.7 47.2 70.3 68.7 72.9 14.2 17.7 14.8
270 78.78 47.5 44.7 67.4 70.4 72.7 14.8 15.8 14.3
280 75.71 44.3 41.3 66.1 69.5 69.7 15 15.9 14.3
290 72.76 46.6 43.6 64.2 68.7 65.8 14.7 14.6 14.3
300 70.2 45.1 43.1 62.1 63.2 64.2 12.3 11.2 11.8
Rata Rata 88.17 52.34 47.43 78.91 80.38 83.79
47
Lampiran 16 Data pengukuran kecepatan udara, tinggi manometer, tegangan listrik dan kuat arus listrik pengujian tanpa tempering
Lampiran 16 Data pengukuran kecepatan udara, tinggi manometer, tegangan listrik dan kuat arus listrik pengujian tanpa tempering
(lanjutan)
mb = 96.39 kg
M1 = 28.17 %
M2 = 11.77 %
100−M
m𝐚 = m𝐛 × 1 − 100−M 1
2
100−28.17
m𝐚 = 100 × 1 − 100−11.77
m𝐚 = 19.04 kg uap air air
Qb 56497 .2 kJ
KETS = = = 2967.29 kg uap air
ma 19.04
RIWAYAT HIDUP