SITI HABIBAH
Siti Habibah
NIM F24120118
ABSTRAK
SITI HABIBAH. Pengaruh Preconditioning Tepung Jagung terhadap Mutu Mi
Jagung. Dibimbing oleh TJAHJA MUHANDRI.
ABSTRACT
Corn flour was treated with heat preconditioning process by soaking in hot
water. The objectives of this study were to investigate the effects of corn flour
preconditioning on corn noodles stickiness after come out from extruder and on
corn noodles final quality. The study was started with moisture content and WHC
measurement using three factors that are preconditioning temperature (50 °C; 60
°C; 70 °C), amount of water added (60%; 70%; 80% based of corn flour) and
preconditioning time (30; 60; 90; 120 minutes). The result of addition of moisture
content value (db) with WHC is total capacity of corn flour water absorbtion.
Furthermore, three choosen process conditions based on total capacity of corn flour
water absorbtion, 60%; 70 °C; 30 minutes, 70%; 70 °C; 30 minutes dan 80%; 70
°C; 30 minutes, were applied in corn noodles making. The results of this research
concludes that corn noodles from preconditioned corn flour have lower % cooking
loss and higher % elongation compared to reference but still far below the
commercial pasta quality. Overall, only 60%; 60 °C; 30 minutes preconditioning
condition gave significant improvement on corn noodle quality. Corn noodles from
60%; 60 °C; 30 minutes preconditioned corn flour has significantly different %
cooking loss and % elongation from reference (p<0.05) and also has not sticky
characteristic after come out from extruder.
SITI HABIBAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas ridha-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
adalah mi jagung, dengan judul Pengaruh Preconditioning Tepung Jagung terhadap
Mutu Mi Jagung. Penelitian dimulai pada Maret 2016 dan selesai pada September
2016.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, yaitu:
1 Mama, ayah, adik-adik, dan seluruh keluarga besar atas dukungan, doa dan
nasihatnya
2 Dr. Tjahja Muhandri, STP, MT. selaku dosen pembimbing skripsi
3 Haya, Ismi, Chintya, Vita, Tinah, Mba Ita, Ocin, Dewi F, Ama, Juni, Dian
dan seluruh teman-teman ITP 49 atas bantuan selama penelitian, dukungan
dan rasa kekeluargaan yang diberikan selama masa kuliah
4 Seluruh teknisi Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan serta teknisi
SEAFAST atas bantuannya selama penelitian berlangsung
5 Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung
Sebagai penutup, penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih
memiliki banyak kekurangan. Namun, penulis berharap semoga hasil penelitian ini
tetap dapat bermanfaat bagi pihak lain.
Siti Habibah
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir penelitian 3
2 Diagram alir pembuatan mi jagung kontrol 4
3 Diagram alir pembuatan mi jagung preconditioning 5
4 Grafik nilai KPAP mi jagung kontrol dan preconditioning 13
5 Grafik nilai elongasi mi jagung kontrol dan preconditioning 14
DAFTAR LAMPIRAN
1 Rekapitulasi data kadar air (bk) dan WHC tepung jagung 18
2 Hasil ANOVA pengaruh faktor preconditioning terhadap kapasitas
total penyerapan air tepung jagung 19
3 Data KPAP mi jagung 21
4 Hasil ANOVA KPAP mi jagung 23
5 Data elongasi mi jagung 24
6 Hasil ANOVA elongasi mi jagung 26
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mi jagung merupakan salah satu produk olahan berbasis tepung jagung yang
dikembangkan sebagai pangan alternatif untuk mendukung program diversifikasi
pangan. Penelitian tentang mi jagung telah banyak dilakukan baik dengan teknologi
kalendering (Kusnandar et al 2009; Palupi et al 2010) maupun dengan teknologi
ekstrusi (Muhandri dan Subarna 2009; Muhandri et al 2011; Subarna et al 2012).
Hasil penelitian mi jagung dengan teknik ekstrusi menunjukkan bahwa kondisi
proses yang optimum dihasilkan dari penambahan air sebanyak 70% dari bobot
tepung jagung (Muhandri 2012).
Hasil penelitian mi jagung menunjukkan selama proses pembuatan mi
jagung masih memiliki kelengketan yang tinggi saat keluar dari ekstruder sehingga
harus dilakukan pemisahan untaian mi. Kelengketan ini diduga disebabkan oleh
masih terdapat banyak air bebas di luar granula tepung jagung akibat tidak
optimumnya penyerapan air yang ditambahkan. Hal ini juga menyebabkan tidak
optimumnya jumlah air di dalam granula tepung untuk proses gelatinisasi dan pada
akhirnya mempengaruhi mutu mi jagung. Untuk mengurangi permasalahan ini,
dibutuhkan proses tambahan pada pembuatan mi jagung yang dapat meningkatkan
penyerapan air oleh granula tepung jagung. Proses preconditioning dengan
pemanasan dalam air yang dipanaskan yang diterapkan pada beberapa penelitian
seperti pada pembuatan beras fortifikasi atau pada pati jagung memberikan hasil
berupa peningkatkan mutu akhir produk (Steiger et al 2014; Zavareze et al 2010;
Ratnayake dan Jackson 2006). Penelitian Cham dan Suwannaporn (2010) tentang
preconditioning dengan pemanasan menggunakan air yang dipanaskan pada
pembuatan mi dari pati beras menghasilkan sohun dengan tekstur gel yang lebih
kompak dan permukaan yang lebih bebas air akibat peningkatan water holding
capacity dari granula pati. Menurut Malumba et al (2010), peningkatan penyerapan
air membuat granula pati memiliki derajat pengembangan tinggi dan hal ini terkait
dengan peningkatan mutu produk. Oleh karena itu, proses preconditioning dengan
kombinasi panas yang diterapkan pada pembuatan mi jagung perlu diteliti. Proses
preconditioning pada tepung jagung diharapkan akan mampu meningkatkan
kapasitas penyerapan air granula tepung, mengurangi kelengketan dan
meningkatkan mutu mi jagung.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Hipotesis Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Penelitian dilakukan selama tujuh bulan dari Maret hingga September 2016
di Laboratorium Biokimia Pangan, Laboratorium Analisis Pangan, Laboratorium
Pengolahan Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, serta Pilot Plant
SEAFAST.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung jagung ukuran 80
mesh, air minum dalam kemasan, NaCl, air destilata dan pasta komersial La Fonte.
Tepung jagung yang digunakan berasal dari jagung varietas BISI 16 yang
diproduksi oleh PT Matahari Corn Mill, Kediri, Jawa Timur.
3
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah wadah mixing, hand mixer,
panci, forming-cooking extruder model Scientific Laboratory Single Screw
Extruder type LE25-30/C Labtech Engineering Co. Ltd., loyang alumunium, plastic
sealer, gunting, sendok, pengaduk, cabinet dryer, texture analyzer TA-XT2i,
plastik PE (Polyethylene) ukuran 250 g, sentrifuse, tabung sentrifuse, pipet Mohr
10 ml, pipet tetes, bulb, waterbath, oven pengering, sendok, gelas piala 500 ml, hot
plate dan cawan alumunium.
Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu pada tahap pertama dilakukan
pengukuran kadar air dan water holding capacity tepung jagung dari setiap
perlakuan preconditioning untuk mendapatkan kapasitas total penyerapan air
granula tepung. Kemudian dari kapasitas total penyerapan air dipilih tiga kondisi
proses preconditioning (kombinasi jumlah air, suhu dan waktu). Penelitian tahap
kedua yaitu pembuatan mi jagung berdasarkan tiga kondisi proses preconditioning
terpilih. Mi jagung dibuat berdasarkan teknologi yang dikembangkan oleh
Muhandri (2012). Penelitian tahap ketiga yaitu pengujian mutu mi jagung perlakuan
preconditioning yang meliputi analisis kelengketan (kualitatif), nilai elongasi dan
Kehilangan Padatan Akibat Pemasakan (KPAP). Secara keseluruhan, alur
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Mi jagung
Pengemasan dalam
NaCl 2% bobot
plastik PE tepung jagung
Mi jagung
Analisis Kelengketan
Analisis kelengketan mi jagung dilakukan secara kualitatif. Mi jagung yang
baru saja keluar ekstruder dikarakterisasi kelengketan permukaannya atau
kelengketan antar untaian mi jagung.
7
Rancangan Percobaan
Keterangan:
Yijk = pengamatan pada kadar air taraf ke-i, suhu preconditioning taraf ke-j, dan
ulangan ke-l
µ = rataan umum
αi = pengaruh jumlah penambahan air pada taraf ke-i
βj = pengaruh suhu preconditioning pada taraf ke-j
αβij = pengaruh interaksi kadar air taraf ke-i dengan suhu preconditioning taraf
ke-j
8
αγik = pengaruh interaksi kadar air taraf ke-i dengan waktu preconditioning taraf
ke-k
βγjk = pengaruh interaksi suhu preconditioning taraf ke-j dengan waktu
preconditioning taraf ke-k
εijkl = pengaruh acak pada kadar air taraf ke-i, suhu preconditioning taraf ke-j,
dan ulangan ke-l
Analisis Data
Tabel 1 Kapasitas total penyerapan air tepung jagung kontrol dan preconditioning
Hasil pengukuran kapasitas total penyerapan air tepung jagung kontrol dan
perlakuan preconditioning dengan kombinasi jumlah air, suhu dan waktu
ditunjukkan oleh Tabel 1. Hasil analisis menunjukkan kapasitas total penyerapan
10
air tepung cenderung meningkat seiring dengan semakin lama dan semakin tinggi
suhu preconditioning yang dilakukan. Selain itu, pada jumlah penambahan air yang
sama, tepung jagung kontrol atau tanpa preconditioning memiliki kapasitas total
penyerapan air yang lebih kecil dibandingkan dengan tepung jagung perlakuan
preconditioning. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Yousif et al
(2012) dan Ekissi et al (2015) bahwa pati jagung yang diberi perlakuan pemanasan
dengan air akan lebih mudah mengembang, lebih mudah menyerap air dan WHC
pati yang diberi perlakuan panas berupa perebusan lebih tinggi dibandingkan WHC
pati tanpa pemanasan. Pada tepung jagung kontrol tanpa perlakuan panas, nilai
kapasitas total penyerapan air akan semakin tinggi dengan semakin besarnya
jumlah air yang ditambahkan akibat ketersedian air yang lebih banyak. Selain
jumlah air yang ditambahkan, nilai kapasitas total penyerapan air granula tepung
juga dipengaruhi suhu. Hal ini disebabkan daya serap air yang mempengaruhi
kapasitas total penyerapan air tergantung pada suhu seperti pada penelitian Wang
et al (2002) yaitu akibat perlakuan panas, pada pati yang ditambahkan air lebih
banyak dapat memiliki WHC lebih tinggi dibandingkan pati dengan penambahan
air lebih sedikit walaupun sebelumnya telah menyerap air lebih banyak. Hal ini
dikarenakan setelah proses pemanasan dihasilkan granula pati yang lebih terbuka
dan memudahkan air masuk ke dalam granula pati. Selain itu, proses panas mampu
menurunkan kompleks tidak larut air seperti amilosa-lipid, amilopektin-lipid, pati-
lipid dan pati-protein yang menurunkan WHC (Wang et al 2002). Secara
keseluruhan, tepung jagung yang di-preconditioning pada suhu 70 °C memiliki
kapasitas total penyerapan air granula lebih tinggi dibandingkan tepung jagung
yang di-preconditioning pada suhu 50 °C dan 60 °C. Namun, hasil ANOVA
menunjukkan interaksi ketiga faktor preconditioning yaitu jumlah air yang
ditambahkan, suhu dan waktu preconditioning tidak berpengaruh nyata terhadap
nilai kapasitas total penyerapan air granula tepung jagung (p>0.05) (Lampiran 2).
Kondisi proses preconditioning panas yang diharapkan adalah yang
menghasilkan nilai kapasitas total penyerapan air tinggi. Kondisi ini menunjukkan
tepung telah menyerap air banyak, memiliki WHC tinggi, memiliki struktur granula
lebih terbuka dan mengalami banyak pemutusan ikatan kompleks tidak larut air
yang mengganggu pembentukan struktur mi (Thao dan Noomhorn 2011).
Berdasarkan hasil ANOVA, waktu preconditioning tidak berpengaruh nyata
terhadap nilai kapasitas total penyerapan air granula tepung sehingga semua kondisi
proses terpilih menggunakan waktu preconditioning minimum yaitu 30 menit.
Selanjutnya, dari setiap faktor jumlah penambahan air (60%; 70%; 80%) dipilih
satu kondisi proses yang memiliki nilai kapasitas total air granula tepung paling
tinggi. Pemilihan kondisi proses dari setiap jumah penambahan air dilakukan agar
setiap mi jagung kontrol memiliki pembanding.
Kondisi preconditioning yang diterapkan pada pembuatan mi jagung adalah
kondisi proses 60%; 60 °C; 30 menit, 70%; 70 °C; 30 menit dan 80%; 70 °C; 30
menit. Kondisi tepung jagung preconditioning 60%; 60 °C; 30 menit memiliki nilai
kapasitas total penyerapan air tertinggi dibandingkan nilai kapasitas total
penyerapan air tepung jagung dua kondisi suhu preconditioning lainnya pada
jumlah penambahan air 60%. Kondisi preconditioning 70%; 70 °C; 30 menit
memiliki nilai kapasitas total penyerapan air tertinggi dibandingkan nilai kapasitas
total penyerapan air tepung jagung dua kondisi suhu preconditioning lainnya pada
jumlah penambahan air 70%. Kondisi preconditioning 80%; 70 °C; 30 menit juga
11
memiliki nilai kapasitas total penyerapan air tertinggi dibandingkan kedua kondisi
suhu preconditioning lainnya pada jumlah penambahan air 80%. Ketiga kondisi
proses inilah yang diterapkan dalam pembuatan mi jagung.
Kelengketan Mi Jagung
Keadaan
Kondisi Kemudahan Keadaan
Foto Mi Jagung Untaian
Proses Pemisahan Permukaan
Mi
Antar dua
Kontrol untai mi Tidak
Mudah
60% saling basah
menempel
Antar dua
Kontrol Sedikit
untai mi Mudah
70% basah
menempel
12
Keadaan
Kemudahan Keadaan
Perlakuan Foto Mi Jagung Untaian
Pemisahan Permukaan
Mi
Antar tiga
Kontrol
untai mi Sulit Basah
80%
menempel
Semua
untai mi
tidak
menempel,
60%;
hanya Sangat Tidak
60 °C; 30
sesekali mudah basah
menit
ditemukan
antar dua
untai mi
menempel
Antar tiga
70%;
untai mi
70 °C; Sulit Basah
saling
30 menit
menempel
Semua
80%; untaian mi
Sangat
70 °C; 30 menempel Sangat sulit
basah
menit satu sama
lain
13
25.00 21.62 ±
2.05c 19.41 ± 19.25 ± 18.88 ± 18.86 ± 19.18 ±
20.00 0.72b 0.67b 1.08b 0.38b 0.81b
KPAP (%)
15.00
10.00
5.80 ±
0.03a
5.00
0.00
Pasta Kontrol Kontrol Kontrol 60%; 60 70%; 70 80%; 70
komersial 60% 70% 80% °C; 30 °C; 30 °C; 30
menit menit menit
Kondisi Proses
permukaan mi. Hasil pengukuran nilai KPAP pada Gambar 4 menunjukkan nilai
KPAP mi jagung tepung jagung preconditioning berkisar 18.86%-19.18%. Nilai ini
lebih rendah dibandingkan kisaran nilai KPAP mi jagung kontrol yaitu 19.25%-
21.62%. Namun, nilai KPAP mi jagung dari tepung jagung preconditioning masih
terlalu tinggi jika dibandingkan KPAP pasta komersial merek La Fonte yang
memiliki nilai KPAP sebesar 5.80%. Hasil ANOVA menunjukkan hanya mi jagung
dari tepung jagung preconditioning 60%; 60 °C; 30 menit yang memiliki nilai
KPAP yang berbeda nyata dari nilai KPAP mi jagung kontrolnya (kontrol 60%)
(p<0.05) dan tidak ada perbedaan signifikan nilai KPAP antar perlakuan
preconditioning (Lampiran 4). Lebih rendahnya nilai KPAP mi jagung dari tepung
jagung preconditioning dibandingkan kontrol dapat disebabkan oleh kecukupan
proses gelatinisasi yang terjadi (Marti et al 2010). Menurut Wang et al (2012) dan
Charutigon et al (2008) besarnya KPAP tergantung pada tingkat gelatinisasi dan
kekuatan struktur gel mi. Tingkat gelatinisasi dipengaruhi penetrasi panas dan air
ke dalam granula pati sementara kekuatan struktur gel dipengaruhi oleh
pembentukan ikatan hidrogen antar pati ketika retrogradasi. Proses preconditioning
panas pada tepung jagung mampu meningkatkan kapasitas penyerapan air granula
pati. Hal ini terlihat dari nilai kapasitas total penyerapan air granula tepung tepung
jagung setelah preconditioning yang cenderung lebih tinggi dibandingkan tepung
jagung tanpa preconditioning (Gambar 4). Ketersediaan air untuk gelatinisasi yang
lebih banyak menghasilkan tingkat gelatinisasi yang lebih tinggi sehingga semakin
banyak amilosa yang keluar dari granula pati granula pati, semakin tinggi tingkat
retrogradasi, semakin banyak ikatan hidrogen yang terbentuk dan menghasilkan
struktur mi yang lebih kokoh (Srichuwong 2006; Wang et al 2012).
Elongasi
300 268.75
± 19.89d
250 208.31
193.78 ±
180.08 ± 187.82 ± ± 7.54c
17.16b,c
Elongasi (%)
50
0
Pasta Kontrol Kontrol Kontrol 60%; 60 70%; 70 80%; 70
komersial 60% 70% 80% °C; 30 °C; 30 °C; 30
menit menit menit
Kondisi Proses
Simpulan
Saran
Perlu diteliti lebih lanjut mengenai derajat gelatinisasi pati tepung jagung
setelah preconditioning secara kuantitatif agar diperoleh informasi lebih lengkap
untuk melihat seberapa besar pengaruh peningkatan penyerapan air oleh granula
tepung terhadap tingkat gelatinisasi dan mutu akhir mi jagung.
16
DAFTAR PUSTAKA
Abu JO, Muller K, Duodu KG, Minnaar A. 2006. Effect of γ-irradiation on some
physicochemical and thermal properties of cowpea (Vigna unguiculata L.
Walp) starch. J Food Chem (95): 386-393. doi:
10.1016/j.foodchem.2005.01.008.
[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 2005. Official Methods of
Analysis. Maryland (US): AOAC International.
Cham S, Suwannaporn P. 2010. Effects of hydrothermal treatment of rice flour on
various rice noodles quality. J Cereal Chem 51: 284-290. doi:
10.1016/j.jcs.2010.01.002.
Charutigon C, Jitpupakdree J, Namsree P, Rungsardthong V. 2008. Effects of
processing conditions and the use of modified starch and monoglyceride
on some properties of extruded rice vermicelli. LWT Food Sci Technol 42:
642-651.
Ekissi GSE, Patrice Y, Siaka D, Hubert KK, Kouame LP. 2015. Physicochemical
properties and structure of starches extracted from raw, baked, boiled
Coulaedulis (Bail.) seeds. Int J Agri & Agri R 7(5): 14-29.
Immaningsih N. 2012. Profil gelatinisasi beberapa formulasi tepung-tepungan
untuk pendugaan sifat pemasakan. Penel Gizi Makan 35(1): 13-22.
Kusnandar F, Palupi NS, Lestari OA, Widowati S. 2009. Karakterisasi tepung
jagung termodifikasi heat moisture treatment (HMT) dan pengaruhnya
terhadap mutu pemasakan dan sensori mi jagung kering. J Pascapanen
6(2): 76-84.
Marti A, Seetharaman K, Pagani MA. 2010. Riced-based pasta: a comparison
between conventional pasta-making and extrusion-cooking. J Cereal Sci
52: 404-409. doi: 10.1016/j.jcs.2010.07.002.
Malumba P, Janas S, Roiseux O, Sinnaeve G, Masimango T, Sindic M, Deroanne
C, Bera F. 2010. Comparative study of the effect of drying temperature
and heat-moisture treatment on the physicochemical and functional
properties of corn starch. J Carbohyd Polym 79: 633-641. doi:
10.1016/j.carbpol.2009.09.013.
Muhandri T, Subarna. 2009. Pengaruh kadar air, NaCl dan jumlah passing terhadap
karakteristik reologi mi jagung. J Teknol Indust Pangan 20(1): 69-75.
Muhandri T, Ahza AB, Syarief R, Sutrisno. 2011. Optimasi proses ekstrusi mi
jagung dengan metode permukaan respon. J Teknol Indust Pangan (2):
97-104.
Muhandri T. 2012. Mekanisme proses pembuatan mi berbahan baku jagung. Buletin
Teknologi Pascapanen Pertanian 8(2): 71-79.
Muhandri T, Subarna, Palupi NS. 2013. Karakteristik mi basah jagung akibat
pengaruh laju pengumpanan dan penambahan guar gum. J Teknol Indust
Pangan 24(1): 110-114.
Oh NH, Seib PA, Finney KF, Pomeranz Y. 1985. Oriental Noodles. J Cereal Chem
1(63): 93-96.
Palupi NS, Kusnandar F, Adawiyah DR, Syah D. 2010. Penentuan umur simpan
dan pengembangan model diseminasi dalam rangka percepatan adopsi
teknologi mi jagung bagi UKM. J Man IKM 5(1): 42-52.
17
LAMPIRAN
Lampiran 1 Rekapitulasi data kadar air (bk) dan WHC tepung jagung
Subset
Jumlah_Air N 1
70 38 1.5308
80 38 1.5487
60 38 1.5616
Sig. .425
Kapasitas_Penyerapan_Air
Duncana,b,c
Subset
Suhu N 1 2 3
0 6 1.3167
50 36 1.3475
60 36 1.5658
70 36 1.7661
Sig. .579 1.000 1.000
Kapasitas_Penyerapan_Air
Duncana,b,c
Subset
Waktu N 1 2
0 6 1.3167
60 27 1.5181
30 27 1.5433
90 27 1.5533
120 27 1.6244
Sig. 1.000 .084
Kadar W- (W x ̅ ± SD
W1-W2 KPAP X
No Perlakuan Ulangan Pengukuran W (g) W1 (g) W2 (g) air (% kadar air)
(g) (%) (%)
bb) (g)
Pasta 1 4.9172 8.3417 4.0708 4.2709 7.82 4.5326 5.78 5.80 ±
1 komersial 1
2 5.0185 8.1565 4.0720 4.0845 7.82 4.6260 5.82 0.03
La Fonte
1 5.0457 6.2586 2.5758 3.6828 8.27 4.6285 20.43
1
Kontrol 2 5.0328 6.1889 2.5616 3.6273 8.27 4.6166 21.43 21.62 ±
2
60% 3 5.0630 8.1759 4.4624 3.7135 8.27 4.6443 20.04 2.05
2
4 5.0490 7.4727 3.9793 3.4934 8.27 4.6315 24.57
1 5.0894 7.6683 3.9793 3.6890 8.94 4.6344 20.40
1
Kontrol 2 5.0008 6.2780 2.5824 3.6956 8.94 4.5537 18.84 19.41 ±
3
70% 3 5.0826 8.1896 4.4638 3.7258 8.94 4.6282 19.50 0.72
2
4 5.0835 7.1833 3.4294 3.7539 8.94 4.6290 18.91
1 5.0248 6.9019 3.2008 3.7011 9.31 4.5569 18.78
1
Kontrol 2 5.0762 8.2094 4.4634 3.7460 9.31 4.6035 18.63 19.25 ±
4
80% 3 5.0406 6.9396 3.2626 3.6770 9.31 4.5712 19.56 0.67
2
4 5.0284 6.8689 3.2230 3.6459 9.31 4.5602 20.05
1 5.0107 7.2446 3.4168 3.8278 7.18 4.6509 17.70
1
60%; 60 °C; 2 5.1445 10.7971 6.8928 3.9043 7.18 4.7751 18.24 18.88 ±
5
30 menit 3 5.1770 7.3893 3.5386 3.8507 7.18 4.8053 19.87 1.08
2
4 5.1518 7.3119 3.4726 3.8393 7.18 4.7819 19.71
21
22
22
Kadar W- (W x ̅
W1-W2 KPAP X ± SD
No Perlakuan Ulangan Pengukuran W (g) W1 (g) W2 (g) air kadar air)
(g) (%) (%)
(bb) (g)
1 5.0085 7.7075 3.9799 3.7276 8.73 4.5713 18.46
1
70%; 70 °C; 2 5.0183 6.9108 3.1902 3.7206 8.73 4.5802 18.77 18.86 ±
6
30 menit 3 5.1153 6.3237 2.5593 3.7644 8.73 4.6687 19.37 0.38
2
4 5.0543 10.6251 6.8875 3.7376 8.73 4.6048 18.83
1 5.0180 7.2515 3.4918 3.7597 8.23 4.6052 18.36
1
80%; 70 °C; 2 5.0223 7.6984 3.9808 3.7176 8.23 4.6092 19.34 19.18 ±
7
30 menit 3 5.1152 7.3016 3.4882 3.8134 8.23 4.6945 18.77 0.81
2
4 5.0858 10.6095 6.8865 3.7230 8.23 4.6675 20.24
23
Kondisi_Proses
KPAP
Duncana,b,c
Subset
Kondisi_Proses N 1 2 3
1 2 5.8000
6 4 18.8575
5 4 18.8800
7 4 19.1775
4 4 19.2550
3 4 19.4125
2 4 21.6175
Sig. 1.000 .542 1.000
Elongasi ̅
No Perlakuan Ulangan Pengukuran Gaya (g) Waktu (s) X ± SD (%)
(%)
Pasta komersial La 1 - 18.850 282.75
1 1 268.75 ± 19.89
Fonte 2 - 16.975 254.625
1 27 12.520 187.80
1
2 25.3 11.580 173.70
2 Kontrol 60% 180.08 ± 12.90
3 19.3 11.020 165.30
2
4 -2.8 12.900 193.50
1 19.5 13.370 200.55
1
2 16.1 12.300 184.50
3 Kontrol 70% 187.82 ± 8.58
3 21.2 12.295 184.43
2
4 22.4 12.120 181.80
1 15.7 8.930 133.95
1
2 17.1 8.485 127.28
4 Kontrol 80% 122.19 ± 10.7
3 15.5 7.885 118.28
2
4 13.4 7.285 109.28
1 18.6 14.515 217.73
1
60%; 60 °C; 30 2 14.8 13.815 207.23
5 208.31 ± 7.54
menit 3 11.9 13.930 208.95
2
4 15.4 13.290 199.35
25
Elongasi ̅ ± SD (%)
No Perlakuan Ulangan Pengukuran Gaya (g) Waktu (s) X
(%)
1 12.7 13.200 198.00
1
70%; 70 °C; 30 2 19.5 11.275 169.13
6 193.78 ± 17.16
menit 3 15.8 13.270 199.05
2
4 12.3 13.93 208.95
1 20.3 9.155 137.33
1
80%; 70 °C; 30 2 15.3 8.295 124.43
7 136.22 ± 11.82
menit 3 15.1 10.140 152.10
2
4 16.3 8.735 131.03
25
26
Elongasi
Duncana,b,c
Subset
Kondisi_Proses N 1 2 3 4
4 4 122.1975
7 4 136.2225
2 4 180.0750
3 4 187.8200 187.8200
6 4 193.7825 193.7825
5 4 208.3150
1 2 268.6875
Sig. .152 .183 .051 1.000
RIWAYAT HIDUP