i
ii
Judul Praktik Lapangan : Mempelajari Kelayakan Penggiling Padi Di Perum
Bulog Sub Divre Karawang
Nama : Atri Ariska Alfa
NIM : F14130086
Pembimbing Lapangan : Danny Sukmana S.TP M.Si
Disetujui,
Dosen Pembimbing Akademik
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis kirimkang ke hadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan
praktik lapang dan menyelesaikan penyusunan laporan praktik lapang yang
berjudul “Mempelajari Kelayakan Penggiling Padi Di Perum Bulog Sub Divre
Karawang” pada tanggal 17 Juli 2016 sampai dengan 1 September 2016. Selama
kegiatan praktik lapang dan penyusunan laporan ini, tentunya tidak lepas dari
bimbingan, arahan, koreksi, dan saran. Untuk itu penulis sampaikan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, M. Eng selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan praktik lapang.
2. Dr. Ir. Sugiyono, M.App, Sc selaku Wakil Dekan Fakultas Teknologi Pertanian
dan penanggung jawab pelaksanaan praktik lapang
3. Dr. Ir. I Wayan Astika, M.Si selaku koordinator pelaksanaan praktik lapang.
4. Danny Sukmana S.TP M.Si selaku pembimbing lapang yang selalu memberi
arahan kepada penulis ketika berada di Lapangan
5. Staff dan pekerja Bulog yang selalu membantu penulis dalam mendapatkan
informasi seputar keadaan Bulog pada saat ini
6. Teman – teman Teknik Mesin dan Biosistem angkatan 50 yang selalu mengingat
dan membantu dalam proses pelaksanaan Praktek Lapang
Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari
penyusunan laporan ini, namun demikian penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang dan Lokasi PL 1
Tujuan PL 2
METODOLOGI 3
TINJAUAN PUSTAKA 4
Ruang Lingkup Usaha/Aktifitas dan Kapasitas 4
Lokasi, Letak Geografis dan Iklim 6
Struktur Organisasi 7
KEGIATAN PRAKTIK LAPANGAN 8
Penyerapan Gabah/Beras 8
Pengolahan Gabah 9
Penyimpanan Beras 15
Penyebaran Beras 17
Pengumpulan Data 19
Analisis Data 20
Analisis Kelayakan Finansial 21
Analisis Sensitivitas 21
HASIL DAN PEMBAHASAN 22
Alat dan Mesin Pengolahan Gabah 22
Biaya Tetap 22
Biaya Investasi 23
Biaya Tidak Tetap 24
Biaya Total 24
Kapasitas Pabrik 24
Biaya Pokok 25
Penerimaan Pabrik 26
Analisis Titik Impas 26
Analisis Kelayakan Finansial 28
Analisis Sensitivitas 29
PENUTUP 31
Simpulan 31
Saran 31
DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN 31
v
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
1
PENDAHULUAN
Beras diperoleh dari hasil pengolahan padi (Oryza Sativa) dari familia
Poaceae. Tanaman ini diperkirakan berasal India, dan kemudian tanaman padi
tersebut dibawa ke Indonesia oleh nenek moyang sekitar tahun 1500 sebelum
masehi. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah tropis dan subtropis pada 45
derajat LU dan 45 derajat LS dengan cuaca panas dan kelembapan tinggi dengan
musim hujan 4 bulan. Umumnya dapat dibudidayakan sampai pada tinggi 1200
meter diatas permukaan laut. Padi dapat berbuah hasil ketika 33 – 36 hari setelah
berbunga, bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau dengan kadar
air gabah 21 – 26 %.
Pengelolaan tanaman padi terpadu secara signifikan dapat meningkatkan
hasil padi dan efisiensi usahatani. Rata-rata kenaikan produksi padi petani sistem
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) sekitar 3,7-18,8% dari produksi petani
non PTT dengan tambahan keuntungan Rp 940.000 per ha. Namun demikian
peningkatan produksi tersebut akan lebih berarti dalam peningkatan pendapatan
kalau disertai dengan adanya perbaikan mutu beras yang dihasilkan dan
peningkatan rendemen giling.
Masalah yang dihadapi petani dalam penanganan panen dan pascapanen
adalah masa panen yang jatuh di musim hujan disertai dengan terbatasnya tenaga
kerja dan fasilitas perontokan, penjemuran/pengeringan yang dibutuhkan. Hal
ini menyebabkan terjadinya kerusakan gabah sejak dari sawah karena terlambat
dirontok dan dikeringkan. Perbaikan penanganan panen dan pascapanen padi
telah menunjukkan bahwa perbaikan tersebut merupakan langkah awal yang
mendorong berkembangnya agroindustri beras dan kegiatan agribisnis di
pedesaan. Penggilingan padi merupakan titik sentral dalam menghasilkan beras
bermutu tinggi, dan penggunaan alat pengering yang terpadu dengan RMU
disarankan untuk dikembangkan disertai dengan jaminan pasokan gabah
bermutu.
Selain itu, peran tengkulak yang terlibat dalam pemasaran gabah petani
menyebabkan petani dirugikan. Hal ini dikarenakan harga jual yang diterima
petani yang sangat rendah yaitu sekitar Rp 3000,-. Petani tidak mampu
memasarkan hasil tani berupa gabah kepasaran karena tidak adanya jaringan
pemasaran. Tengkulak berperan aktif dalam mengawasi dari awal penanaman
hingga panen dan juga menghambat para pengusaha beras membeli lansung ke
petani. Bahkan Bulog-pun susah untuk dapat membeli gabah petani karena harus
melewati tengkulak karena tengkulak gabah petani merupakan preman sekitar
wilayah tersebut. Guna mengantisipasi permasalahan di lapangan, yang
merugikan petani gabah, maka dilakukanlah Satgas Sergap TNI Pantau Serapan
Gabah Petani. Pengambilan ahli kegiatan serapan gabah oleh pihak Satgas, maka
pihak Bulog tidak memiliki wewenang dalam menyerap gabah petani.
Bulog adalah perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang
logistik pangan. Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi usaha
logistik/pergudangan, survei dan pemberantasan hama, penyediaan karung
plastik, usaha angkutan, perdagangan komoditi pangan dan usaha eceran.
2
Sebagai perusahaan yang tetap mengemban tugas publik dari pemerintah, Bulog
tetap melakukan kegiatan menjaga Harga Dasar Pembelian untuk gabah,
stabilisasi harga khususnya harga pokok, menyalurkan beras untuk orang miskin
(Raskin) dan pengelolaan stok pangan.
Tujuan PL
Tujuan Institusional
1) Memperkenalkan dan mendekatkan IPB, khususnya Departemen Teknik
Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian IPB dengan masyarakat
dan mendapatkan masukan bagi penyusunan kurikulum dan peningkatan
kualitas pendidikan yang sesuai dengan kemajuan iptek dan kebutuhan
masyarakat pengguna.
2) Secara khusus tujuan Praktik Lapangan adalah mempelajari aspek teknik
biosistem pada kegiatan pengolahan gabah yang meliputi: bongkar muat
gabah, proses pecah kulis gabah, proses pemolesan, proses pengemasan, dan
proses penyimpanan
3) Menghitung kelayakan pengolahan dalam mengolah gabah menjadi beras
dengan mesin penggiling padi skala besar.
3
METODOLOGI
Metode
TINJAUAN PUSTAKA
dimana tugas pokok Bulog masih sama dengan ketentuan dalam Keppers No 29
tahun 2000, tetapi dengan nomenklatur yang berbeda dan memberi waktu masa
transisi sampai dengan tahun 2003. Akhirnya dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah RI no. 7 tahun 2003 Bulog resmi beralih status menjadi Perusahaan
Umum (Perum) Bulog.
Tugas publik Perum Bulog merupakan amanat dari Inpres No. 3 tahun
2012 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Berita dan Penyaluran Beras oleh
Pemerintah, yang merupakan pengejawantahan intervensi pemerintah dalam
perberasan nasional untuk memperkuat ketahanan pangan. Ketiga tugas publik
Bulog tersebut saling terkait dan memperkuat satu sama lain sehingga dapat
mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga maupun nasional yang lebih
kokoh.
Ketiga tugas publik tersebut adalah pertama, melaksanakan kebijakan
pembelian gabah/beras dalam negeri dengan ketentuan Harga Pembelian
Pemerintah (HPP). Kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk pengadaan gabah dan
beras dalam negeri oleh Perum Bulog. Tugas kedua, menyediakan dan
menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah
yang diwujudkan dalam pelaksanaan program RASKIN. Sedangkan tugas
ketiga, menyediakan dan menyalurkan beras untuk menjaga stabilitas harga
beras, menanggulangi keadaan darurat, bencana, dan rawan pangan. Kegiatan
ketiga dilaksanakan Perum Bulog dalam bentuk pengelolaan Cadangan Beras
Pemerintah (CBP).
SubDivre Bulog Karawang merupakan salah satu lokasi perusahaan yang
membantu pemerintah dalam mendukung terwujudnya kedaulatan pangan. Di
lokasi ini terdapat satu kantor pusat dan memiliki 10 gudang (Tabel 1) serta 4
UPGB yaitu di daerah Karawang, Cikampek dan Palumbon. Sekitar 70%
pengadaan gabah petani yang dilakukan Bulog Sub-Divre Karawang diserap di
wilayah Karawang dan sekitar. Kabupaten Karawang merupakan lumbung padi
Jawa Barat dan salah satu daerah yang memberikan kontribusi bagi kebutuhan
beras nasional rata – rata mencapai 865.000 ton beras/tahun. Diwilayah ini
memiliki luas lahan sawah 98.430 ha dengan hasil panen tiap hektar yaitu 756,1
ton GKP. Kemampuan Bulog yang mampu menyerap gabah petani secara besar
didukung oleh mesin penggiling padi yang memiliki kapasitas giling yang tinggi.
Data mengenai luas lahan, produktivitas lahan, jumlah panen dan penggunaan
lahan di Kabupaten Karawang dapat dilihat pada Lampiran 1.
Misi
a. Menjalankan usaha logistik pangan pokok dengan mengutamakan layanan
kepada masyarakat;
b. Melaksanakan praktik manajemen unggul dengan dukungan sumber daya
manusia yang profesional, teknologi yang terdepan dan sistem yang
terintegarasi;
6
Letak lokasi Bulog yang dikunjungi untuk Praktek Lapang adalah Perum
Bulog Subdivre Karawang yang terletak di Desa Amanda, Rengasdenklok.
Daerah lokasi Praktek Lapang merupakan daerah dataran rendah dengan
temperatur udara rata – rata 27oC, tekanan udara rata-rata 0,01 milibar dan
kelembapan 80%. Curah hujan tahunan berkisar antara 1100-3200 mm/tahun.
Struktur Organisasi
Penyerapan Gabah/Beras
Gabah Kering Giling (GKG) yang diserap ketika panen raya diserap oleh
SATGAS yang bekerja sama dengan Bulog untuk lansung diolah ataupun disimpan
terlebih dahulu. Penyerapan ini dilakukan hingga ribuan ton gabah dengan harga
jual Rp 4300,-/kg untuk GKG (Gabah Kering Giling). Penyerapan secara besar ini
bertujuan untuk jatuhnya harga gabah sehingga merugikan petani.
Kegiatan yang dapat diamati secara lansung adalah penyerapan beras pasar
yang harga jualnya mengalami penurunan. Beras yang mengalami kemerosotan
tersebut diserap untuk bahan baku dalam pembuatan RASKIN. Beras yang diserap
sebanyak 10 ton kemudian dicampur 20 ton beras yang ada pada gudang sehingga
diperoleh raskin sebanyak 30 ton Raskin dengan cara mencampurkan beras – beras
hingga memenuhi standard beras Raskin BULOG. Pembuatan Raskin ini disesuai
dengan standard yang telah ditentukan yaitu kualitas beras medium.
Pembuatan Raskin ini dibantu oleh mesin penggiling yang dicurahkan dari
hopper mesin penggiling sehingga terjadi pencampuran antara beras terbaik dengan
jelek sehingga memperoleh beras medium. Pemilihan kualitas beras dibutuhkan
pengalaman dan kemahiran dalam menentukan karakter beras. Dengan
memperhatikan sampel, pembuat raskin dapat membuat komposisi campuran beras
yang tersedia. Setalah pencampuran dilaksanakan, dilakukan proses pengemasan
dengan kemasan 15 kg dari Bulog.
Raskin ini dibeli oleh pihak Bulog seharga Rp 7300,-/kg apabila memenuhi
kualitas beras medium. Kemudian Raskin disimpan ke gudang Bulog hingga 2 – 3
bulan.
9
Dalam penyerapan beras pasar, adapun ketentuan beras yang diserap oleh
Bulog dalam menyerap gabah pasar untuk disimpan atau diolah menjadi raskin.
Ketentuan ini berfungsi untuk menafsirkan harga beras yang akan diserap ketika
harga beras turun karena berlimpah. Berikut Tabel 2 mutu beras berdasarkan SNI
01-6128:2008.
Pembelian gabah dan beras yang diserap Bulog dari petani, mitra maupun
pasar diatur dalam INPRES No.5 Tahun 2015. Hal ini dilakukan untuk melindungi
konsumen dan produsen terhadap harga beras. Berikut adalah Tabel 3 harga
pembelian pemerintah
Pengolahan Gabah
dilaksanakan lebih cepat dari yang semestinya. Berikut adalah gabah yang akan
digiling di UPGB Rengasdengklok (Gambar 5)
sebanyak 15 – 30 liter/jam. Gabah yang siap giling biasa disebut dengan Gabah
Kering Giling (GKG) disimpan sementara di Paddy Tank yang berkapasitas 8 ton.
Berikut adalah Paddy Tank di UPGB Rengasdengklok. Berikut adalah paddy tank
sebagai tempat penyimpan gabah sementara (Gambar 7).
`
(a) Gabah dibawa oleh elevator (b) Paddy Cleaner
Gambar 6. Proses Awal Penggilinggan
Sebelum gabah digiling oleh husker, gabah terlebih dahulu dibersihkan lagi
oleh Paddy Cleaner model APC-3. Paddy Cleaner ini mampu memisahkan gabah
dari kotoran-kotoran lain seperti jerami panjang maupun pendek, pasir, debu, serta
batu-batuan dan butir hampa. Proses pemisahan terjadi dengan 3 tahapan. Pada
tahap pertama jerami yang panjang dipisahkan oleh scalper yang berputar. Tahap
selanjutnya jerami pendek, debu serta butir padi hampa dipisahkan dengan bantuan
isapan udara hasil dari kipas. Setelah itu pada tahap akhir gabah akan dibersihkan
dari pasir dan kotoran halus dengan menggunakan sebuah saringan. Dengan cara
pembersihan yang bertahap ini diperoleh kebersihan gabah yang memuaskan.
Berikut adalah Paddy Cleaner model APC-3. Berikut adalah paddy cleaner yang
memisah gabah dengan non gabah yang berukuran kecil (Gambar 8).
Gabah yang yang telah dibersihkan ini dibawa oleh elevator ke atas menuju
mesin pecah kulit (Husker). Mesin pecah kulit ini menggunakan rol karet dan
dirancang dengan ketelitian tinggi, sehingga menghasilkan unjuk kerja dan
12
ketahanan yang tangguh. Kapasitas mesin pecah kulit ini yaitu 2,5 ton per jam
dengan daya kupas mencapai 96% atau lebih. Rol karet diganti tiap menggiling 8
ton gabah. Tekanan rol karet dan pengatur pembukaan katup utama diatur secara
pneumatis/dengan tekanan udara. Pengendalian pneumatis ini dirangkai secara
elektronis. Tenaga yang dibutuhkan mesin pecah kulit ini adalah 2.2 – 3 kW.
Berikut adalah Husker sebagai mesin kupas kulit gabah untuk menghasilkan beras
pecah kulit (Gambar 9).
Keluaran hasil gabah dari mesin pecah kulit belum sepenuhnya adalah
terkupas semua. Olehkarena itu perlu pemisahan antara gabah dan beras pecah kulit.
Alat yang digunakan untuk memisahkan tersebut adalah paddy separator. Biasanya
perbandingan gabah dan beras pecah kulit yang keluar dari husker 10:90.
Permukaan talam pemisah berbentuk cekungan yang berfungsi untuk menciptakan
gravitasi pemisahan selama masa mengalir diatasnya. Talam pemisah tersusun 5-
sap dan terpasang pada kerangka utama. Selama mengalir diatas talam pemisah,
beras pecah klit akan bergerak ke bagian atas dan gabah bergerak kebagian bawah.
Kapasitas paddy separator ini sebesar 1.0-1.2 ton/jam dengan tenaga yang
dibutuhkan 1 HP. Berikut adalah mesin pemisah gabah dengan beras pecah kulit
(Paddy Separator) (Gambar 10)
13
Paddy separator memiliki tiga keluaran yaitu beras pecah kulit, campuran
dan gabah. Beras pecah kulit naik elevator menuju polisher untuk diproses lanjut,
sedangkan yang campuran diayak lagi dengan ayakan manual dan gabah kembali
masuk ke husker. Beras pecah kulit yang diproses selanjutnya melewati dua mesin
terlebih dahulu sebelum menjadi beras yang siap dikemas. Mesin tersebut adalah
Rice Whitening Abrassive dan Rice Whitening Friction. Kedua alat memiliki fungsi
yang sama yaitu memutihkan beras sehingga beras memiliki nilai jual yang layak
dipasaran.Pada Rice Whitenning Abrassive berfungsi untuk mengupas lapisan kuit
ari yang masih menempel pada permukaan Beras Pecah Kulit (BPK) sehingga
menjadi beras putih. Mesin ini memiliki kapasitas 1500 kg/jam dengan tenaga
(kW/HP) 15/20 sehingga menghasilkan putaran 1450 rpm. Kemudian Rice
Whitenning Friction yang berfungsi untuk memoles beras pecah kulit menjadi beras
putih. Pada mesin ini dilengkapi blower tiup yang lansung dihembuskan kedalam
ruang pemutih, sehingga menjamin beras putih yang dihasilkannya menjadi lebih
bersih dan bening. Terdapat rumah saringan yang berputar berlawanan arah dengan
rol penggosok dan poros utama ditumpu dua bantalan yang berada dalam satu
rumah, sehingga mampu meredam tingkat getaran yang timbul dan pada gilirannya
dapat memperkecil tingkat butir butir patah. Derajat keputihan beras dapat diatur
dengan mudah melalui alat pengatur yang terpasang pada corong keluar. Berikut
adalah mesin pemoles/penyosoh beras pecah kulit (polisher) (Gambar 11).
Mulai
Gabah,
Bahan
Bakar
Mesin Genset yang telah terisi
bahan bakar dihidupkan
Beras
Gambar 12. Proses pengolahan gabah
15
2,00
1,50
1,00
0,50
-
JAM JAM JAM JAM JAM JAM JAM JAM JAM JAM
KE-1 KE-2 KE-3 KE-4 KE-5 KE-6 KE-7 KE-8 KE-9 KE-10
KAPASITAS PENGGILINGGAN TIAP 1 JAM
Penyimpanan Beras
Dalam penyimpanan beras ini terdapat dua aktivitas penting yang dilakukan
Bulog agar beras yang disimpan tetap terjaga baik yaitu perawatan dan
pengendalian hama. Dalam pengendalian hama memiliki Prinsip Pengelolaan
Hama Gudang Terpadu (PHGT) merupakan prinsip utama dalam perawatan
komoditas di lingkungan Perum Bulog. PGHT mengedepankan kebersihan gudang,
kemudian monitoring pelaksanaan perawatan komoditas dan gudang, lalu kegiatan
preventif (spraying) dan kegiatan kuratif pengendalian hama seperti fumigasi
apabila terjadi serangan hama.
Fumigasi dan penyemprotan pemberantasan serangan hama gudang
merupakan bagian utama dari usaha perawatan kualitas bahan pangan yang dikelola
oleh Bulog. Hingga saat ini fumigasi dan penyemprotan insektisida masih
merupakan cara utama untuk pemberantasan serangga hama gudang. Dalam
aplikasinya fumigasi dan penyemprotan insektisida bersifat saling melengkapi.
Fumigasi dilakukan dengan cara menutup stapelen bahan pangan plastik
kemudian dilanjutkan dengan pemberian gas yang dilepaskan oleh fumigasi sesuai
dengan dosis yang dibutuhkan. Dengan fumigasi serangga hama gudang yang
berada di dalam gudang dan di dalam butiran biji-bijian diharapkan dapat terbunuh.
16
Penyebaran Beras
Pengumpulan Data
Data yang diperlukan adalah data yang berhubungan dengan biaya dan data
operasional usaha mesin pengolahan Gabah, antara lain jenis pengolahan dan
komponen-komponennya, biaya-biaya yang dikeluarkan (biaya tetap dan biaya
tidak tetap), kapasitas mesin per jam, rata-rata jam kerja per hari, rata-rata
pemakaian bahan bakar per jam, rata-rata jumlah Beras yang diolah per hari dan
sebagainya.
5. Data Jumlah Rata-Rata Beras yang Diolah per Hari dan Jam Kerja per
Hari
Untuk data rata-rata jumlah Beras yang di olah per hari dan jam kerja rata-
rata per hari diperoleh dengan pengambilan data harian, kemudian dibandingkan
dengan rata-rata jumlah Beras per tahun dan jam kerja per hari dalam setahun
melalui data sekunder. Dari data-data tersebut dapat diperkirakan jumlah Beras
yang diolah per hari dan jam kerja rata-rata per hari.
Analisis Data
1. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah jenis-jenis yang selama satu periode akan tetap
jumlahnya. Biaya tetap sering juga disebut biaya kepemilikan (owning cost).
Biaya ini tidak tergantung pada produk yang dihasilkan dan bekerja atau
tidaknya mesin serta besarnya relatif tetap. Biaya-biaya yang termasuk dalam
biaya tetap antara lain biaya penyusutan, biaya bunga modal, asuransi, pajak,
dan biaya bangunan.
Biaya penyusutan adalah biaya yang dikeluarkan akibat penurunan nilai dari
suatu alat atau mesin akibat dari pertambahan umur pemakaian. Hal-hal yang
menyebabkan nilai suatu mesin/alat berkurang antara lain adanya bagian-bagian
yang rusak atau aus, peningkatan biaya operasi dari sejumlah unit output yang
sama jika dibandingkan dengan mesin baru dan sebagainya. Fasilitas yang
terdapat pada penggilingan yang akan dicari biaya penyusutan antara lain adalah
bangunan, gudang, mesin pengolahan, timbangan, dan fasilitas lain yang
dimiliki pabrik Pengolahan gabah. Persamaan biaya penyusutan dengan
menggunakan metode garis lurus dengan memperhitungkan bunga modal.
Bunga modal sebenarnya berupa biaya semu karena tidak benar-benar
dikeluarkan oleh pabrik Pengolahan gabah. Nilai biaya ini diperhitungkan
karena pabrik Pengolahan gabah telah melakukan investasi sejumlah uang untuk
membeli mesin dan fasilitas lain. Karena telah diinvestasikan, uang tersebut
tidak lagi dapat berkembang jika halnya uang tersebut disimpan di bank.
Pajak yang digunakan dalam perhitungan adalah Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB). Hal ini dikarenakan pajak lainnya yang dikeluarkan perusahaan bersifat
rahasia. Biaya bangunan adalah biaya yang digunakan untuk membangun
bangunan pabrik Pengolahan gabah.
3. Biaya Total
21
Perhitungan biaya total diperlukan adanya nilai perkiraan jam kerja mesin
per tahun. Jam kerja ini bisa didapatkan dari perkiraan jumlah gabah yang
digiling per tahun.
4. Biaya Pokok
Biaya pokok adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi
suatu barang, sehingga barang tersebut dapat digunakan. Pada pabrik
Pengolahan gabah biaya pokok merupakan biaya diperlukan untuk mengolah
satu kilogram beras.
Analisis Sensitivitas
Biaya Tetap
Biaya tetap adalah jenis-jenis biaya yang selama satu periode akan tetap
jumlahnya. Biaya tetap sering juga disebut biaya kepemilikan (owning cost). Biaya
tetap pengolahan gabah di UPGB Bulog Rengasdengklok ialah gaji tenaga kerja,
listrik, beli gabah, gas, telepon, ATK, biaya penyusutan, dan biaya lain-lain
disajikan pada Tabel 4.
Pada Tabel 4 disajikan data biaya tetap pada tahun 2016 untuk melakukan
kegiatan produksi di Pabrik UPGB Rengasdengklok yang tidak dipengaruhi oleh
jumlah output produksi. Total biaya tetap sangat besar yaitu Rp3.548.305.131/tahun
angka ini dipengaruhi oleh tingginya komponen biaya beli gabah yaitu
Rp3.150.000.000/tahun.
Bulog selalu menyerap hingga ribuan ton gabah petani di tiap daerah ketika
musim panen sehingga biaya untuk membeli gabah sangat tinggi dibandingkan
biaya kepemilikan lainnya. Hal ini sesuai dengan mandat Bulog untuk melindungi
23
petani dari jatuhnya harga gabah yang turun akibat panen raya sehingga petani
merugi.
Biaya Investasi
Biaya tidak tetap merupakan komponen biaya yang dipengaruhi oleh output
produksi Pabrik UPGB Rengasdengklok. Komponen biaya tidak tetap tersebut
yaitu upah giling, upah bongkar, upah angkut, operator, rol husker, bahan bakar dan
kemasan yang disajikan pada Tabel 6 sebagai berikut.
Biaya Total
Kinerja UPGB Bulog ditentukan oleh banyak serapan gabah yang diperoleh
dari petani pada saat panen maupun yang tersimpan. Jika dirata-rata jam kerja
UPGB dalam setahun adalah 8 jam/hari, namun ketika pada saat pengolahan atau
mesin penggiling padi menyala hanya 450 jam/tahun sehingga biaya total yang
25
Kapasitas Pabrik
Biaya Pokok
Biaya pokok merupakan biaya yang diperlukan pabrik untuk mengolah tiap
kilogram gabah. Oleh karena itu, Biaya Pokok Pabrik UPGB Rengasdengklok
dinyatakan dengan Rp/kg. Pada Tabel 9 disajikan biaya pokok Pabrik UPGB
Rengasdengklok.
Tabel 9 Biaya pokok Pabrik UPGB Rengasdengklok
Uraian Jumlah
Biaya Total (Rp/jam) Rp8.212.250,01
Kapasitas Kerja (kg/jam) 1578,70
Biaya Pokok (Rp/kg) Rp5.201,91
*Sumber: Diolah dari Unit UPGB Bulog Karawang
26
Dari biaya pokok tersebut, harga minimum beras adalah Rp5.201,91/kg jika
menyerap gabah petani sebanyak 787,5 ton/tahun.
Penerimaan Pabrik
Titik impas (Break even point) adalah suatu titik dimana terjadi
keseimbangan antara dua alternatif yang berbeda. Sehingga, kondisi diluar titik
tersebut akan mempengaruhi pengambilan keputusan.
Penentuan titik impas dapat dilakukan dengan menggunakan metode grafik,
yaitu dengan memplotkan data total biaya (Rp/tahun) dan penerimaan (Rp/tahun)
dengan beberapa kombinasi input produksi yang berbeda. Pertemuan antara kurva
total biaya dengan penerimaan merupakan titik impas, dimana pada kondisi tersebut
total biaya sama dengan penerimaan. Gambar 17 merupakan grafik titik impas
Pabrik UPGB Rengasdengklok.
Grafik titik impas (Gambar 17) menghasilkan dua persamaan, yaitu dari
kurva penghasilan y = 4941x dan kurva pengeluaran y = 4166x + 3,38E+08. Maka,
pertemuan kedua kurva tersebut adalah 436263,8056 kg atau 436,3 ton
gabah/tahun.
Pabrik UPGB Rengasdengklok akan mencapai titik impas pada saat input
produksi 436,3 ton gabah/tahun. Pada bagian kiri titik impas (Gambar 17) kurva
penerimaan berada dibawah kurva biaya, ini berarti jumlah biaya yang dikeluarkan
lebih tinggi dari penerimaan atau perusahaan mengalami kerugian. Sebaliknya pada
bagian kiri titik impas, kurva penerimaan sudah berada di atas kurva total biaya
berarti perusahaan mendapat keuntungan.
27
Rp6.000.000.000
Rp5.000.000.000
Rp4.000.000.000
Rp3.000.000.000
Rp2.000.000.000 Pengeluaran
Rp1.000.000.000 Penghasilan
Rp-
Kedua persamaan tersebut dipengaruhi oleh tiga peubah, yaitu biaya tetap,
biaya tidak tetap, dan harga jual. Perubahan peubah tersebut dapat mengubah kurva
dan menggeser titik impas yang semula.
Analisis Sensitivitas
Tabel 12 Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya bahan bakar dan upah
pekerja
Analisis Sensitivitas Analisis Kelayakan
Kenaikan Kenaikan IRR NPV (Rp) PBP Nett Gross
Upah Bahan Bakar B/C B/C
5% 5% 18% 286.676.859,8 10 1,28323 1,01123
5% 10% 17% 276.240.104,7 10 1,27294 1,01082
10% 15% 17% 253.020.347,2 10 1,24997 1,00992
15% 10% 17% 250.674.099,9 10 1,24766 1,00981
10% 20% 17% 242.583.592,1 11 1,23963 1,00944
15% 15% 17% 240.237.344,8 11 1,23734 1,00954
20% 20% 16% 217.017.587,3 11 1,21440 1,00878
25% 15% 16% 214.671.340,5 11 1,21208 1,00856
20% 25% 16% 206.580.832,2 11 1,20409 1,00834
25% 20% 16% 204.234.584,9 11 1,20177 1,00797
30% 25% 16% 181.014.827,4 11 1,17883 1,00701
35% 20% 16% 178.668.580,1 11 1,17651 1,00756
30% 30% 15% 170.578.072,3 12 1,16852 1,00664
35% 25% 15% 168.231.825,8 12 1,16620 1,00653
40% 30% 15% 145.012.067,5 12 1,14326 1,00564
Kenaikan yang ditunjukkan pada Tabel 12 hingga 30% untuk biaya bahan
bakar dan 40% untuk upah pekerja tidak mengubah pengolahan gabah
Rengasdengklok menjadi tidak layak. Hal ini berarti kenaikan biaya bahan bakar
dan upah pekerja yang dianalisis tidak akan merugikan UPGB jika dilakukan
proyek penggilinggan selama 15 tahun dan mampu menggiling gabah sebesar 787,5
ton/tahun
Kenaikan dibatasi hingga mencapai 40% karena kenaikan tersebut masih
terbilang wajar untuk diprediksi selama 15 tahun proyek. Selain itu pengaruh biaya
variabel tidak terlalu mempengaruhi dalam biaya produksi jika dibandingkan
dengan biaya tetap.
31
PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data mengenai luas lahan, produktivitas lahan, jumlah panen dan
penggunaan lahan di Kabupaten Karawang