Anda di halaman 1dari 42

MEMPELAJARI KELAYAKAN PENGGILING PADI DI

PERUM BULOG SUB DIVRE KARAWANG

ATRI ARISKA ALFA

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

i
ii
Judul Praktik Lapangan : Mempelajari Kelayakan Penggiling Padi Di Perum
Bulog Sub Divre Karawang
Nama : Atri Ariska Alfa
NIM : F14130086
Pembimbing Lapangan : Danny Sukmana S.TP M.Si

Bogor, 4 Oktober 2016

Disetujui,
Dosen Pembimbing Akademik

Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, M. Eng


NIP. 19500301 197603 1 001

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis kirimkang ke hadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan
praktik lapang dan menyelesaikan penyusunan laporan praktik lapang yang
berjudul “Mempelajari Kelayakan Penggiling Padi Di Perum Bulog Sub Divre
Karawang” pada tanggal 17 Juli 2016 sampai dengan 1 September 2016. Selama
kegiatan praktik lapang dan penyusunan laporan ini, tentunya tidak lepas dari
bimbingan, arahan, koreksi, dan saran. Untuk itu penulis sampaikan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, M. Eng selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan praktik lapang.
2. Dr. Ir. Sugiyono, M.App, Sc selaku Wakil Dekan Fakultas Teknologi Pertanian
dan penanggung jawab pelaksanaan praktik lapang
3. Dr. Ir. I Wayan Astika, M.Si selaku koordinator pelaksanaan praktik lapang.
4. Danny Sukmana S.TP M.Si selaku pembimbing lapang yang selalu memberi
arahan kepada penulis ketika berada di Lapangan
5. Staff dan pekerja Bulog yang selalu membantu penulis dalam mendapatkan
informasi seputar keadaan Bulog pada saat ini
6. Teman – teman Teknik Mesin dan Biosistem angkatan 50 yang selalu mengingat
dan membantu dalam proses pelaksanaan Praktek Lapang
Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari
penyusunan laporan ini, namun demikian penulis berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, 3 Oktober 2015

Penulis

iv
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang dan Lokasi PL 1
Tujuan PL 2
METODOLOGI 3
TINJAUAN PUSTAKA 4
Ruang Lingkup Usaha/Aktifitas dan Kapasitas 4
Lokasi, Letak Geografis dan Iklim 6
Struktur Organisasi 7
KEGIATAN PRAKTIK LAPANGAN 8
Penyerapan Gabah/Beras 8
Pengolahan Gabah 9
Penyimpanan Beras 15
Penyebaran Beras 17
Pengumpulan Data 19
Analisis Data 20
Analisis Kelayakan Finansial 21
Analisis Sensitivitas 21
HASIL DAN PEMBAHASAN 22
Alat dan Mesin Pengolahan Gabah 22
Biaya Tetap 22
Biaya Investasi 23
Biaya Tidak Tetap 24
Biaya Total 24
Kapasitas Pabrik 24
Biaya Pokok 25
Penerimaan Pabrik 26
Analisis Titik Impas 26
Analisis Kelayakan Finansial 28
Analisis Sensitivitas 29
PENUTUP 31
Simpulan 31
Saran 31
DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN 31

v
DAFTAR TABEL

1. Kapasitas Penyimpanan Beras Subdivre Karawang 6


2. Mutu beras berdasarkan SNI 01-6128:2008. 9
3. Harga Pembelian Pemerintah 9
4. Biaya tetap pengolahan gabah di Pabrik UPGB Rengasdengklok 22
5. Investasi Pendirian Pabrik UPGB Rengasdengklok 23
6. Biaya tidak tetap pengolahan gabah di Pabrik UPGB Rengasdengklok 24
7. Biaya total di Pabrik UPGB Rengasdengklok 24
8. Kapasitas pengolahan gabah di Pabrik UPGB Rengasdengklok 25
9. Biaya pokok Pabrik UPGB Rengasdengklok 25
10. Penerimaan Hasil Olah di Pabrik UPGB Rengasdengklok 26
11. NPV di Pabrik UPGB Rengasdengklok 28
12. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya bahan bakar dan upah 30
pekerja

DAFTAR GAMBAR

1. Gudang dan UPGB Rengasdengklok 4


2. Lokasi Praktek Lapang 6
3. Struktur organisasi Subdivre Bulog Karawang 7
4. Gabah dari penyerapan Satgas 8
5. Gabah yang akan digiling 10
6. Proses Awal Penggilinggan 11
7. Paddy Tank 11
8. Paddy Cleaner model APC-3 12
9. Mesin Penggiling Padi (Husker 12
10. Paddy Separator 13
11. Mesin pemoles/penyosoh beras pecah kulit (polisher) 13
12. Proses pengolahan gabah 14
13. Grafik Laju Kapasitas Mesin Penggiling 15
14. Proses Fumigasi Gudang Bulog 16
15. Penyimpanan Beras 17
16. Penyebaran Raskin 18
17. Titik impas Pabrik UPGB Rengasdengklok 27

vi
DAFTAR LAMPIRAN

1 Data mengenai Lahan Pertanian di Kabupaten Karawang 31


2 Spesifikasi Unit Mesin Penggiling 32

vii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang dan Lokasi PL

Beras diperoleh dari hasil pengolahan padi (Oryza Sativa) dari familia
Poaceae. Tanaman ini diperkirakan berasal India, dan kemudian tanaman padi
tersebut dibawa ke Indonesia oleh nenek moyang sekitar tahun 1500 sebelum
masehi. Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah tropis dan subtropis pada 45
derajat LU dan 45 derajat LS dengan cuaca panas dan kelembapan tinggi dengan
musim hujan 4 bulan. Umumnya dapat dibudidayakan sampai pada tinggi 1200
meter diatas permukaan laut. Padi dapat berbuah hasil ketika 33 – 36 hari setelah
berbunga, bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau dengan kadar
air gabah 21 – 26 %.
Pengelolaan tanaman padi terpadu secara signifikan dapat meningkatkan
hasil padi dan efisiensi usahatani. Rata-rata kenaikan produksi padi petani sistem
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) sekitar 3,7-18,8% dari produksi petani
non PTT dengan tambahan keuntungan Rp 940.000 per ha. Namun demikian
peningkatan produksi tersebut akan lebih berarti dalam peningkatan pendapatan
kalau disertai dengan adanya perbaikan mutu beras yang dihasilkan dan
peningkatan rendemen giling.
Masalah yang dihadapi petani dalam penanganan panen dan pascapanen
adalah masa panen yang jatuh di musim hujan disertai dengan terbatasnya tenaga
kerja dan fasilitas perontokan, penjemuran/pengeringan yang dibutuhkan. Hal
ini menyebabkan terjadinya kerusakan gabah sejak dari sawah karena terlambat
dirontok dan dikeringkan. Perbaikan penanganan panen dan pascapanen padi
telah menunjukkan bahwa perbaikan tersebut merupakan langkah awal yang
mendorong berkembangnya agroindustri beras dan kegiatan agribisnis di
pedesaan. Penggilingan padi merupakan titik sentral dalam menghasilkan beras
bermutu tinggi, dan penggunaan alat pengering yang terpadu dengan RMU
disarankan untuk dikembangkan disertai dengan jaminan pasokan gabah
bermutu.
Selain itu, peran tengkulak yang terlibat dalam pemasaran gabah petani
menyebabkan petani dirugikan. Hal ini dikarenakan harga jual yang diterima
petani yang sangat rendah yaitu sekitar Rp 3000,-. Petani tidak mampu
memasarkan hasil tani berupa gabah kepasaran karena tidak adanya jaringan
pemasaran. Tengkulak berperan aktif dalam mengawasi dari awal penanaman
hingga panen dan juga menghambat para pengusaha beras membeli lansung ke
petani. Bahkan Bulog-pun susah untuk dapat membeli gabah petani karena harus
melewati tengkulak karena tengkulak gabah petani merupakan preman sekitar
wilayah tersebut. Guna mengantisipasi permasalahan di lapangan, yang
merugikan petani gabah, maka dilakukanlah Satgas Sergap TNI Pantau Serapan
Gabah Petani. Pengambilan ahli kegiatan serapan gabah oleh pihak Satgas, maka
pihak Bulog tidak memiliki wewenang dalam menyerap gabah petani.
Bulog adalah perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang
logistik pangan. Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi usaha
logistik/pergudangan, survei dan pemberantasan hama, penyediaan karung
plastik, usaha angkutan, perdagangan komoditi pangan dan usaha eceran.
2

Sebagai perusahaan yang tetap mengemban tugas publik dari pemerintah, Bulog
tetap melakukan kegiatan menjaga Harga Dasar Pembelian untuk gabah,
stabilisasi harga khususnya harga pokok, menyalurkan beras untuk orang miskin
(Raskin) dan pengelolaan stok pangan.

Tujuan PL

Secara umum tujuan Praktik Lapangan adalah:


Tujuan Instruksional
1) Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan mahasiswa melalui
latihan kerja dan aplikasi ilmu yang telah diperoleh sesuai dengan bidang
keahliannya.
2) Meningkatkan kemampuan diri mahasiswa dalam mengidentifikasikan,
merumuskan, dan memecahkan permasalahan yang ada sesuai dengan
bidang keahliannya di lapangan secara sistematis dan interdisiplin.

Tujuan Institusional
1) Memperkenalkan dan mendekatkan IPB, khususnya Departemen Teknik
Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian IPB dengan masyarakat
dan mendapatkan masukan bagi penyusunan kurikulum dan peningkatan
kualitas pendidikan yang sesuai dengan kemajuan iptek dan kebutuhan
masyarakat pengguna.
2) Secara khusus tujuan Praktik Lapangan adalah mempelajari aspek teknik
biosistem pada kegiatan pengolahan gabah yang meliputi: bongkar muat
gabah, proses pecah kulis gabah, proses pemolesan, proses pengemasan, dan
proses penyimpanan
3) Menghitung kelayakan pengolahan dalam mengolah gabah menjadi beras
dengan mesin penggiling padi skala besar.
3

METODOLOGI

Waktu dan Jadwal Pelaksanaan

Praktik Lapangan ini dilaksanakan di SubDivre Bulog Karawang, Jawa


Barat. Waktu pelaksanaan PL dilakukan mulai tanggal 17 Juli 2016 sampai dengan
1 September 2016, selama 40 hari kerja efektif (Senin – Sabtu).

Metode

Metode pelaksanaan Praktik Lapangan terdiri dari partisipasi, pengamatan,


wawancara, latihan kerja, studi pustaka, dan analisis teori.
a. Partisipasi
Kegiatan partisipasi dilakukan dengan ikut serta terlibat dalam kegiatan proses
penggilinggan gabah secara lansung. Kegitan ini dimaksudkan untuk
memperoleh pengalaman kerja dan melatih kemampuan mahasiswa dalam
menerapkan ilmu yang telah dipelajari. Partisipasi langsung ini akan
dikonsultasikan dan dibawah izin dari pembimbing Praktik Lapangan Instansi.
b. Pengamatan
Pengamatan di lapangan dilakukan secara langsung pada SubDivre Bulog
Karawang, Jawa Barat. Pengamatan ini bersifat makro, yaitu pengamatan
keseluruhan dan tidak hanya condong pada salah satu bagian dalam suatu
sistem.
c. Wawancara
Wawancara dilakukan sebagai upaya untuk mengumpulkan data primer yang
berhubungan dengan aspek yang akan dipelajari dan diamati. Wawancara
dilakukan untuk menjelaskan dan mengklarifikasi serta menerangkan masalah-
masalah teknik yang ada di lapangan sehingga dapat digunakan sebagai
informasi sekunder. Proses ini dilakukan kepada pihak-pihak yang berhubungan
dengan aspek maupun topik yang akan dipelajari.
d. Latihan Kerja
Latihan kerja dilakukan dengan ikut terlibat (praktik langsung) atau membantu
dalam kegiatan proses pengendalian kegiatan pengolahan gabah menjadi beras
hingga pada penyimpanan beras dan hal lain yang menyangkut di lapangan.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas diri, pengalaman
kerja, dan melatih kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang telah
didapat, serta mampu mengembangkan sikap dan kepribadian sebagai staff
ataupun karyawan instansi.
e. Studi Pustaka
Kegiatan studi pustaka dilakukan untuk mencari referensi dan literatur yang
berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan di lapangan. Pustaka dapat berasal
dari jurnal ilmiah maupun data dan informasi dari instansi
f. Analisis Teori
Kegiatan analisis dilakukan untuk membandingkan apakah kondisi di lapangan
sesuai dengan teori-teori yang telah dipelajari pada saat perkuliahan.
4

TINJAUAN PUSTAKA

Ruang Lingkup Usaha/Aktifitas dan Kapasitas

Bulog adalah perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang


logistik pangan. Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi usaha
logistik/pergudangan, survei dan pemberantasan hama, penyediaan karung
plastik, usaha angkutan, perdagangan komoditi pangan dan usaha eceran.
Sebagai perusahaan yang tetap mengembang tugas publik dari pemerintah,
Bulog tetap melakukan kegiatan menjaga Harga Dasar Pembelian untuk gabah,
stabilisasi harga khususnya harga pokok, menyalurkan beras untuk orang miskin
(Raskin) dan pengelolaan stok pangan. Berikut adalah Gambar 1 perusahaan
Bulog sebagai tempat pelaksanaan Praktek Lapang

Gambar 1. Gudang dan UPGB Rengasdengklok

Dalam Keppres tersebut, tugas pokok Bulog dibatasi hanya untuk


menangani komoditas beras. Sedangkan komoditas lain yang dikelola selama ini
dilepaskan ke mekanisme pasar. Arah Pemerintah mendorong Bulog menuju
suatu bentuk badan usaha mulai terlihat dengan terbitnya Keppres No. 29 tahun
2000, dimana didalamnya tersirat Bulog sebagai organisasi transisi (tahun 2003)
menuju organisasi yang bergerak di bidang jasa logistik di samping masih
menangani tugas tradisionalnya. Pada Keppres No. 29 tahun 2000 tersebut, tugas
pokok Bulog adalah melaksanakan tugas Pemerintah di bidang manajemen
logistik melalui pengelolaan persediaan, distribusi dan pengendalian harga beras
(mempertahankan Harga Pembelian Pemerintah – HPP), serta usaha jasa logistik
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Bulog103/2000.
Kemudian diubah lagi dengan Keppres No. 03 tahun 2002 tanggal 7 Januari 2002
5

dimana tugas pokok Bulog masih sama dengan ketentuan dalam Keppers No 29
tahun 2000, tetapi dengan nomenklatur yang berbeda dan memberi waktu masa
transisi sampai dengan tahun 2003. Akhirnya dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah RI no. 7 tahun 2003 Bulog resmi beralih status menjadi Perusahaan
Umum (Perum) Bulog.
Tugas publik Perum Bulog merupakan amanat dari Inpres No. 3 tahun
2012 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Berita dan Penyaluran Beras oleh
Pemerintah, yang merupakan pengejawantahan intervensi pemerintah dalam
perberasan nasional untuk memperkuat ketahanan pangan. Ketiga tugas publik
Bulog tersebut saling terkait dan memperkuat satu sama lain sehingga dapat
mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga maupun nasional yang lebih
kokoh.
Ketiga tugas publik tersebut adalah pertama, melaksanakan kebijakan
pembelian gabah/beras dalam negeri dengan ketentuan Harga Pembelian
Pemerintah (HPP). Kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk pengadaan gabah dan
beras dalam negeri oleh Perum Bulog. Tugas kedua, menyediakan dan
menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah
yang diwujudkan dalam pelaksanaan program RASKIN. Sedangkan tugas
ketiga, menyediakan dan menyalurkan beras untuk menjaga stabilitas harga
beras, menanggulangi keadaan darurat, bencana, dan rawan pangan. Kegiatan
ketiga dilaksanakan Perum Bulog dalam bentuk pengelolaan Cadangan Beras
Pemerintah (CBP).
SubDivre Bulog Karawang merupakan salah satu lokasi perusahaan yang
membantu pemerintah dalam mendukung terwujudnya kedaulatan pangan. Di
lokasi ini terdapat satu kantor pusat dan memiliki 10 gudang (Tabel 1) serta 4
UPGB yaitu di daerah Karawang, Cikampek dan Palumbon. Sekitar 70%
pengadaan gabah petani yang dilakukan Bulog Sub-Divre Karawang diserap di
wilayah Karawang dan sekitar. Kabupaten Karawang merupakan lumbung padi
Jawa Barat dan salah satu daerah yang memberikan kontribusi bagi kebutuhan
beras nasional rata – rata mencapai 865.000 ton beras/tahun. Diwilayah ini
memiliki luas lahan sawah 98.430 ha dengan hasil panen tiap hektar yaitu 756,1
ton GKP. Kemampuan Bulog yang mampu menyerap gabah petani secara besar
didukung oleh mesin penggiling padi yang memiliki kapasitas giling yang tinggi.
Data mengenai luas lahan, produktivitas lahan, jumlah panen dan penggunaan
lahan di Kabupaten Karawang dapat dilihat pada Lampiran 1.

Adapun Visi dan Misi Perum Subdivre Bulog yaitu


Visi
Menjadi Perusahaan pangan yang unggul dan terpercaya dalam mendukung
terwujudnya kedaulatan pangan.

Misi
a. Menjalankan usaha logistik pangan pokok dengan mengutamakan layanan
kepada masyarakat;
b. Melaksanakan praktik manajemen unggul dengan dukungan sumber daya
manusia yang profesional, teknologi yang terdepan dan sistem yang
terintegarasi;
6

c. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik serta senantiasa


melakukan perbaikan yang berkelanjutan;
d. Menjamin ketersediaan, keterjangkauan, dan stabilitas komoditas pangan
pokok.

Tabel 1. Kapasitas Penyimpanan Beras Subdivre Karawang


Gudang Bulog Di Sub Divre Karawang Kapasitas
Gudang Cibitung 28000 ton
Gudang Purwasari 24500 ton
Gudang Amansari (Lokasi PL) 10500 ton
Gudang Jatisari 8000 ton
Gudang Cilamaya 6000 ton
Gudang Palumbonsari 6000 ton
Gudang Rwagabus 3500 ton
Gudang Jatiragas 8000 ton
Gudang Umbul Purwasari 6000 ton
Gudang Cikangkung 7000 ton

Lokasi, Letak Geografis dan Iklim

Letak lokasi Bulog yang dikunjungi untuk Praktek Lapang adalah Perum
Bulog Subdivre Karawang yang terletak di Desa Amanda, Rengasdenklok.
Daerah lokasi Praktek Lapang merupakan daerah dataran rendah dengan
temperatur udara rata – rata 27oC, tekanan udara rata-rata 0,01 milibar dan
kelembapan 80%. Curah hujan tahunan berkisar antara 1100-3200 mm/tahun.

Gambar 2. Lokasi Praktek Lapang


7

Struktur Organisasi

Saat ini SubDivre Bulog Karawang didukung sumberdaya manusia


sebanyak 58 orang yang terdiri dari 3 orang kepala UPGB, 3 orang kepala gudang,
1 orang kepala logistik, 5 orang kepala seksi dan 1 orang kepala Bulog beserta
wakilnya. Pada Gambar 3 disajikan struktur organisasi SubDivre Bulog Karawang
Pada UPGB Rengasdengklok Desa Amansari terdiri dari Kepala UPGB, Staff dan
Operator UPGB. Berikut adalah karyawan UPGB Rengasdengklok Amansari
1. Kepala UPGB = Danny Sukmana S.TP M.Si
2. Staff UPGB = Febrian Ramadhan
3. Operator UPGB = Isman Chandra

Kepala Subdivre Bulog

Wakil Subdivre Bulog

Seksi Seksi Analisa Seksi


Pelayanan Harga dan Perencanaan dan
Publik Bulog Pasar Pengembangan
Usaha
Seksi
Administrasi
Kantor Seksi dan Keuangan
Logistik

Gudang UPT Pengolahan Seksi


Gabah/Beras Akutansi

Gambar 3 Struktur organisasi Subdivre Bulog Karawang


8

KEGIATAN PRAKTIK LAPANGAN

Penyerapan Gabah/Beras

Dalam kegiatan penyerapan gabah tidak dapat dilaksanakan oleh pratikan


dikarenakan kegiatan ini diambil alih oleh SATGAS (Satuan Tugas). Wewenang
ini diberikan ke SATGAS dikarenakan untuk menghindari campur tangan
tengkulak dalam pasca panen gabah. Selain itu, para petani dapat terlindungi dari
harga jual gabah yang murah. Hal ini terjadi dikarenakan peran tengkulak yang
sangat mencolok dalam kegiatan penjualan gabah.

Gambar 4. Gabah dari penyerapan Satgas

Gabah Kering Giling (GKG) yang diserap ketika panen raya diserap oleh
SATGAS yang bekerja sama dengan Bulog untuk lansung diolah ataupun disimpan
terlebih dahulu. Penyerapan ini dilakukan hingga ribuan ton gabah dengan harga
jual Rp 4300,-/kg untuk GKG (Gabah Kering Giling). Penyerapan secara besar ini
bertujuan untuk jatuhnya harga gabah sehingga merugikan petani.
Kegiatan yang dapat diamati secara lansung adalah penyerapan beras pasar
yang harga jualnya mengalami penurunan. Beras yang mengalami kemerosotan
tersebut diserap untuk bahan baku dalam pembuatan RASKIN. Beras yang diserap
sebanyak 10 ton kemudian dicampur 20 ton beras yang ada pada gudang sehingga
diperoleh raskin sebanyak 30 ton Raskin dengan cara mencampurkan beras – beras
hingga memenuhi standard beras Raskin BULOG. Pembuatan Raskin ini disesuai
dengan standard yang telah ditentukan yaitu kualitas beras medium.
Pembuatan Raskin ini dibantu oleh mesin penggiling yang dicurahkan dari
hopper mesin penggiling sehingga terjadi pencampuran antara beras terbaik dengan
jelek sehingga memperoleh beras medium. Pemilihan kualitas beras dibutuhkan
pengalaman dan kemahiran dalam menentukan karakter beras. Dengan
memperhatikan sampel, pembuat raskin dapat membuat komposisi campuran beras
yang tersedia. Setalah pencampuran dilaksanakan, dilakukan proses pengemasan
dengan kemasan 15 kg dari Bulog.
Raskin ini dibeli oleh pihak Bulog seharga Rp 7300,-/kg apabila memenuhi
kualitas beras medium. Kemudian Raskin disimpan ke gudang Bulog hingga 2 – 3
bulan.
9

Dalam penyerapan beras pasar, adapun ketentuan beras yang diserap oleh
Bulog dalam menyerap gabah pasar untuk disimpan atau diolah menjadi raskin.
Ketentuan ini berfungsi untuk menafsirkan harga beras yang akan diserap ketika
harga beras turun karena berlimpah. Berikut Tabel 2 mutu beras berdasarkan SNI
01-6128:2008.

Tabel 2 Mutu beras berdasarkan SNI 01-6128:2008.


No Komponen Satuan Mt Mt Mt Mt Mt
Mutu I II III IV V
1 Derajat sosoh % 100 100 100 95 85
2 Kadar air % 14 14 14 14 15
3 Beras kepala % 100 95 84 73 60
4 Butir utuh % 60 50 40 35 35
5 Butir patah % 0 5 15 25 35
6 Butir menir % 0 0 1 2 5
7 Butir merah % 0 0 1 3 3
8 Butir kuning % 0 0 1 3 5
9 Butir kapur % 0 0 1 3 5
10 Butir asing % 0 0 0,02 0,05 0,2
11 Butir gabah % 0 0 1 2 3

Pembelian gabah dan beras yang diserap Bulog dari petani, mitra maupun
pasar diatur dalam INPRES No.5 Tahun 2015. Hal ini dilakukan untuk melindungi
konsumen dan produsen terhadap harga beras. Berikut adalah Tabel 3 harga
pembelian pemerintah

Tabel 3. Harga Pembelian Pemerintah


Uraian Harga
GKP Tingkat Petani Rp 3.700/kg
GKP Tingkat Penggilingan Rp 3.750/kg
GKG Tingkat Penggilingan Rp 4.600/kg
GKG di gudang Bulog Rp 4.650/kg
Beras di gudang Bulog Rp 7.300/kg

Pengolahan Gabah

Sebelum melakukan pengolahan, terlebih dahulu dilakukan pemisahan


gabah berdasarkan kualitas maupun karakter. Pemisahan gabah ini sangat penting
sebelum melakukan penggilingan. Gabah yang dipisah yaitu gabah merah, gabah
hitam, gabah terendam, gabah tak berisi dan gabah bagus. Gabah merah terjadi
akibat umur simpan gabah yang terlalu lama sehingga isi gabah berwarna merah.
Gabah hitam merupakan gabah yang disebabkan kesalahan dalam pengeringan
sehingga warna gabah menjadi hitam hingga dalam gabah pun berubah menjadi
hitam. Gabah terendam ditandai dengan isi gabah berwarna kekuningan akibat pada
masa panen, gabah terendam kedalam air sehingga isi gabah berubah berwarna
kuning. Gabah tak terisi atau gabah mengapur yang disebabkan karena panen
10

dilaksanakan lebih cepat dari yang semestinya. Berikut adalah gabah yang akan
digiling di UPGB Rengasdengklok (Gambar 5)

Gambar 5. Gabah yang akan digiling

Proses penggilingan diawali pemasukan gabah ke elevator menuju paddy


cleaner yang memisahkan gabah dengan jerami yang berukuran besar. Paddy
cleaner ini dengan tipe PC-200 mampu membersihkan gabah dengan kondisi basah
yang dirancang dengan kapasitas 10 – 15 ton/jam. Paddy cleaner ini berkapasitas
10 – 15 ton/jam yang membutuhkan tenaga 14 HP. Proses pembersihan gabah
dimasukkan melalui corong yang terletak pada bagian atas. Setelah melalui corong
tersebut gabah mengalir melalui beberapa lapisan plat yang mengatur
pendistribusian gabah pada seluruh permukaan screen. Screen diatur secara
diagonal menurun dari bagian belkang mesin menuju bagian depan dengan sudut
kemiringan yang telah ditentukan sebelumnya. Gabah diayak sehingga jatuh pada
screen pertama, dibagian kotoran/benda asing berukuran besar dipisahkan dan
dibuang melalui bagian depan mesin, sedangkan gabah terus menuju screen kedua,
gabah yang telah bersih terus lolos dan kotoran masih tersisa terbuang secara
terpisah. Mesin ini juga dilengkapi fan/blower yang berfungsi untuk membersihkan
butir hampa, debu dan potongan jerami kecil. Berikut adalah mesin pembersihan
gabah dari non-gabah (Gambar 6)
Keluaran dari hasil ini berupa gabah dan jerami yang berukuran kecil masuk
elevator selanjutnya. Elevator ini memiliki dua keluaran yaitu dryer dan paddy
tank. Dryer memiliki kapasitas tampung hingga 12 ton gabah yang mampu
menggeringkan gabah dari kadar air 25% - 15% sebanyak 50 – 60 ton/hari. Dryer
ini bertenaga 25 HP dengan bahan bakar solar sehingga konsumsi bahan bakarnya
11

sebanyak 15 – 30 liter/jam. Gabah yang siap giling biasa disebut dengan Gabah
Kering Giling (GKG) disimpan sementara di Paddy Tank yang berkapasitas 8 ton.
Berikut adalah Paddy Tank di UPGB Rengasdengklok. Berikut adalah paddy tank
sebagai tempat penyimpan gabah sementara (Gambar 7).

`
(a) Gabah dibawa oleh elevator (b) Paddy Cleaner
Gambar 6. Proses Awal Penggilinggan

Gambar 7. Paddy Tank

Sebelum gabah digiling oleh husker, gabah terlebih dahulu dibersihkan lagi
oleh Paddy Cleaner model APC-3. Paddy Cleaner ini mampu memisahkan gabah
dari kotoran-kotoran lain seperti jerami panjang maupun pendek, pasir, debu, serta
batu-batuan dan butir hampa. Proses pemisahan terjadi dengan 3 tahapan. Pada
tahap pertama jerami yang panjang dipisahkan oleh scalper yang berputar. Tahap
selanjutnya jerami pendek, debu serta butir padi hampa dipisahkan dengan bantuan
isapan udara hasil dari kipas. Setelah itu pada tahap akhir gabah akan dibersihkan
dari pasir dan kotoran halus dengan menggunakan sebuah saringan. Dengan cara
pembersihan yang bertahap ini diperoleh kebersihan gabah yang memuaskan.
Berikut adalah Paddy Cleaner model APC-3. Berikut adalah paddy cleaner yang
memisah gabah dengan non gabah yang berukuran kecil (Gambar 8).
Gabah yang yang telah dibersihkan ini dibawa oleh elevator ke atas menuju
mesin pecah kulit (Husker). Mesin pecah kulit ini menggunakan rol karet dan
dirancang dengan ketelitian tinggi, sehingga menghasilkan unjuk kerja dan
12

ketahanan yang tangguh. Kapasitas mesin pecah kulit ini yaitu 2,5 ton per jam
dengan daya kupas mencapai 96% atau lebih. Rol karet diganti tiap menggiling 8
ton gabah. Tekanan rol karet dan pengatur pembukaan katup utama diatur secara
pneumatis/dengan tekanan udara. Pengendalian pneumatis ini dirangkai secara
elektronis. Tenaga yang dibutuhkan mesin pecah kulit ini adalah 2.2 – 3 kW.
Berikut adalah Husker sebagai mesin kupas kulit gabah untuk menghasilkan beras
pecah kulit (Gambar 9).

Gambar 8. Paddy Cleaner model APC-3

Gambar 9. Mesin Penggiling Padi (Husker)

Keluaran hasil gabah dari mesin pecah kulit belum sepenuhnya adalah
terkupas semua. Olehkarena itu perlu pemisahan antara gabah dan beras pecah kulit.
Alat yang digunakan untuk memisahkan tersebut adalah paddy separator. Biasanya
perbandingan gabah dan beras pecah kulit yang keluar dari husker 10:90.
Permukaan talam pemisah berbentuk cekungan yang berfungsi untuk menciptakan
gravitasi pemisahan selama masa mengalir diatasnya. Talam pemisah tersusun 5-
sap dan terpasang pada kerangka utama. Selama mengalir diatas talam pemisah,
beras pecah klit akan bergerak ke bagian atas dan gabah bergerak kebagian bawah.
Kapasitas paddy separator ini sebesar 1.0-1.2 ton/jam dengan tenaga yang
dibutuhkan 1 HP. Berikut adalah mesin pemisah gabah dengan beras pecah kulit
(Paddy Separator) (Gambar 10)
13

Gambar 10. Paddy Separator

Paddy separator memiliki tiga keluaran yaitu beras pecah kulit, campuran
dan gabah. Beras pecah kulit naik elevator menuju polisher untuk diproses lanjut,
sedangkan yang campuran diayak lagi dengan ayakan manual dan gabah kembali
masuk ke husker. Beras pecah kulit yang diproses selanjutnya melewati dua mesin
terlebih dahulu sebelum menjadi beras yang siap dikemas. Mesin tersebut adalah
Rice Whitening Abrassive dan Rice Whitening Friction. Kedua alat memiliki fungsi
yang sama yaitu memutihkan beras sehingga beras memiliki nilai jual yang layak
dipasaran.Pada Rice Whitenning Abrassive berfungsi untuk mengupas lapisan kuit
ari yang masih menempel pada permukaan Beras Pecah Kulit (BPK) sehingga
menjadi beras putih. Mesin ini memiliki kapasitas 1500 kg/jam dengan tenaga
(kW/HP) 15/20 sehingga menghasilkan putaran 1450 rpm. Kemudian Rice
Whitenning Friction yang berfungsi untuk memoles beras pecah kulit menjadi beras
putih. Pada mesin ini dilengkapi blower tiup yang lansung dihembuskan kedalam
ruang pemutih, sehingga menjamin beras putih yang dihasilkannya menjadi lebih
bersih dan bening. Terdapat rumah saringan yang berputar berlawanan arah dengan
rol penggosok dan poros utama ditumpu dua bantalan yang berada dalam satu
rumah, sehingga mampu meredam tingkat getaran yang timbul dan pada gilirannya
dapat memperkecil tingkat butir butir patah. Derajat keputihan beras dapat diatur
dengan mudah melalui alat pengatur yang terpasang pada corong keluar. Berikut
adalah mesin pemoles/penyosoh beras pecah kulit (polisher) (Gambar 11).

(a)Rice Whitening Abrassive (b) Rice Whitening Friction


Gambar 11. Mesin pemoles/penyosoh beras pecah kulit (polisher)
14

Mulai

Gabah,
Bahan
Bakar
Mesin Genset yang telah terisi
bahan bakar dihidupkan

Pengoperasian Mesin Penggiling


dengan menggunakan RMU ONE
PASS sebagai pusat Kontrol
Penggiling Gabah
Gabah Dipisah dari Jerami dan
kotoran lain berukuran besar
dengan Paddy Cleaner tipe PC- Jerami Besar
200
Gabah Disimpan sementara di
tangki penyimpanan sementara

Gabah Dibersihkan lagi dari


kotorang kecil yang masih tersisa Jerami Kecil
denganPaddy Cleaner model APC-3

Gabah Digiling dengan Mesin Sekam


Penggiling (Husker)
Gabah 100%

Hasil Giling diayank


dengan Mesin Paddy
separator
Gabah 50%
Beras pecah kulit
Ayakan Beras Pecah
Beras Disosoh dengan MesinKulit
Manual
Polisher Rice Whitening Abrassive Dedak
dan Rice Whitening Friction

Rice Separator Menir

Beras
Gambar 12. Proses pengolahan gabah
15

Secara keseluruhan, kapasitas penggiling padi di lapangan mengalami


penurunan kinerja. Sebelumnya kapasitas penggiling dapat mencapai lebih dari 2,5
ton/jam namun pada saat ini nilai kapasitas mesin penggiling padi yang didapat
tidak mencapai 2 ton/jam. Selain itu, kapasitas yang didapat sangat bervariasi
(Gambar 13) yang disebabkan adanya gabah kosong dan juga terjadi beberapa
gangguan mesin lainnya. Dengan kapasitas yang bervariasi tersebut, rataan beras
yang dihasilkan sekitar 8 ton/hari.

GRAFIK LAJU KAPSITAS MESIN PENGGILING


(KG/JAM)
JUMLAH GABAH GILING DALAM TON

Grafik Laju Kapsitas Mesin Penggiling (kg/Jam)

2,00

1,50

1,00

0,50

-
JAM JAM JAM JAM JAM JAM JAM JAM JAM JAM
KE-1 KE-2 KE-3 KE-4 KE-5 KE-6 KE-7 KE-8 KE-9 KE-10
KAPASITAS PENGGILINGGAN TIAP 1 JAM

Gambar 13 Grafik Laju Kapasitas Mesin Penggiling

Dari penjelasan pengolahan gabah menjadi dapat disajikan atau diamati


dalam bentuk flowchart. Berikut adalah proses pengolahan gabah disajikan
secara flowchart pada Gambar 12.

Penyimpanan Beras

Dalam penyimpanan beras ini terdapat dua aktivitas penting yang dilakukan
Bulog agar beras yang disimpan tetap terjaga baik yaitu perawatan dan
pengendalian hama. Dalam pengendalian hama memiliki Prinsip Pengelolaan
Hama Gudang Terpadu (PHGT) merupakan prinsip utama dalam perawatan
komoditas di lingkungan Perum Bulog. PGHT mengedepankan kebersihan gudang,
kemudian monitoring pelaksanaan perawatan komoditas dan gudang, lalu kegiatan
preventif (spraying) dan kegiatan kuratif pengendalian hama seperti fumigasi
apabila terjadi serangan hama.
Fumigasi dan penyemprotan pemberantasan serangan hama gudang
merupakan bagian utama dari usaha perawatan kualitas bahan pangan yang dikelola
oleh Bulog. Hingga saat ini fumigasi dan penyemprotan insektisida masih
merupakan cara utama untuk pemberantasan serangga hama gudang. Dalam
aplikasinya fumigasi dan penyemprotan insektisida bersifat saling melengkapi.
Fumigasi dilakukan dengan cara menutup stapelen bahan pangan plastik
kemudian dilanjutkan dengan pemberian gas yang dilepaskan oleh fumigasi sesuai
dengan dosis yang dibutuhkan. Dengan fumigasi serangga hama gudang yang
berada di dalam gudang dan di dalam butiran biji-bijian diharapkan dapat terbunuh.
16

Penyemprotan insektisida pada permukaan luar stapelan bahan pangan


dilakukan dengan maksud untuk mencegah serangan kembali (reinferastasi)
serangan hama gudang setelah fumigasi. Disamping itu penyemprotan insektisida
dilakukan untuk membunuh serangan hama yang bersembunyi pada celah-celah
dinding yang retak atau pada langit – langit dan lantai gudang.
Jenis – jenis pestisida yang digunakan untuk pemberantasan seranggan
hama gudang memiliki prasyarat yang harus memenuhi yaitu:
1. Efektif pada cara penggunaan yang ekonomis
2. Tidak meninggalkan residu yan melebihi batas maksimum (MRL)
3. Tidak mempengaruhi kualitas, rasa dan bau bahan pangan
4. Tidak mudah terbakar dan menimbulkan karat
Sehubung dengan itu jenis-jenis pestisida yang digunakan untuk usaha
pemberantasan serangga hama gudang di Bulog hanya terbatas pada penggunaan
metil bromida dan gas “phosphine” untuk fumigasi serta “pirimiphosmethyl” dan
“dichlorvos” untuk penyemprotan. Aplikasi fumigan metil bromida harus berhati-
hati oleh karena itu tidak menimbulkan bau dan sukar diketahui apabila ada
kebocoran. Akan tetapi oleh karena paparan relatif singkat (1 x 24 jam) metil
bromida banyak digunakan untuk fumigasi kapal. Penggunaan fimigan phosphine
dalam bentuk tablet lebih praktis dan aman walaupun waktu paparan lebih lama (3
x 24 jam).
Penyimpanan yang disimpan Bulog hanya berupa Beras sedangkan gabah
bersifat sementara sebelum digiling. Metode yang diterapkan Perum Bulog dalam
penyimpanan beras dilakukan 2 metode, yaitu metode konvesional dan metode
inkonvesional. Pada metode konvesional, beras diatas flonder dengan sistem kunci
5 agar menjamin tumpukan tersebut berdiri kokoh dan menjamin keselamatan
pekerja di gudang. Metode inkonvesional merupakan inovasi teknologi
penyimpanan secara hermetik, yaitu teknik CO2 stack dan penggunaan plastik
Cocoon. Penggunakan CO2 stack baru dapat dinilai memenuhi ambang batas
ekonomi apabila impelementasinya dilakukan selama 9 bulan.

Gambar 14. Proses Fumigasi Gudang Bulog


17

Gambar 15. Penyimpanan Beras

Pada teknik ini, stapel komoditas disungkup sekedap mungkin dengan


plastik khusus, kemudian gas CO2 diinjeksi hingga kensentrasi 80% dan komoditas
dibiarkan tersungkup dengan gas CO2 hingga kurun waktu yang cukup lama dengan
harapan respirasi komoditas dapat ditekan dan hama maupun jamur yang mungkin
ada didalam komoditas dapat ditekan pertumbuhannya.
Selama penggunaan kedua teknik penyimpanan ini (CO2 dan Cocoon) tidak
diperlukan perlakuan apapun seperti fumigasi/spraying sehingga lebih ramah
lingkungan. Stapel komoditas yang disimpan hanya ditutup dengan kedap
menggunakan bahan plastik khusus yang tahan terhadap sinar ultraviolet, air, cuaca,
tidak dapat ditembus oleh gas oksigen maupun karbon dioksida, dan memiliki
rancangan antitikus. Hal yang perlu dilakukan selama penyimpanan hanya
memonitor dan menjaga agar kandungan oksigen yang terdapat di dalam Cocoon
tetap rendah, sedangkan untuk CO2 stack yang dimonitor adalah kandungan gas
CO2. Pada Cocoon, peningkatan gas CO2 dan pengurangan kandungan oksigen
selama penyimpanan, diakibatkan karena adanya respirasi komoditas/organisme
yang ada di dalam komoditas tersebut, bukan akibat hasil injeksi gas CO2.

Penyebaran Beras

Penyebaran beras pada umunya disalurkan ke masyarakat berpenghasilan


rendah yaitu beras Raskin bersubsidi. Hal ini keberdaan beras raskin yang
mayoritas di gudang Bulog. Adapun beras impor yang berasal dari vietnam yang
disimpan apabila terjadi suatu keadaan buruk karena memiliki umur simpan yang
lama. Juga terdapat beras yang memiliki kualitas baik yang diserap dari pasaran
akibat harga beras dipasaran yang jatuh.
Penyaluran Raskin berawal dari Surat Perintah Alokasi dari pemerintah
Kabupaten/Kota kepada Perum Bulog. Penyaluran ke titik distribusi, Bulog
berdasarkan SPA menerbitkan Surat Perintah Pengeluaran Narang/Delivery Order
(SPPB/DO) beras untuk masing – masing Kecamatan atau Desa kepada Satker
Raskin. Satker Raskin mengambil beras di gudang Perum Bulog, mengangkut dan
18

menyerahkan beras Raskin kepada Pelaksana Distribusi Raskin di titik Distribusi.


Di Titik Distribusi, penyerahan/penjualan beras kepada RTS-PM (Penerima
Manfaat) Raskin dilakukan oleh Pelaksana distribusi dan terjadi transaksi tunai
dengan harga Raskin Rp 1600/kg netto.

Gambar 16. Penyebaran Raskin

Dalam penyebarab Raskin ke desa yang mengajukan permintaan Raskin


mengalami berbagai permasalahan di lapangan. Permasalahan ini biasanya
menyangkut ketidakterimaan warga desa terhadap kualitas beras yang diterima.
Namun setelah dijelaskan oleh pihak distribusi yang memiliki pengetahuan tentang
penangganan beras yang baik, akhirnya beras dapat diterima oleh masyarakat.
Beras yang diterima biasanya beras yang telah disimpan selama 1-2 bulan sehingga
terjadi perubahan fisik akibat kadar air sekitar 14%-16%. Walaupun keadaan fisik
beras berubah, beras yang didistribusi tersebut masih layak dikonsumsi dan
kualitasnya masih sama dengan beras medium.
Selain raskin, Bulog juga melakukan bisnis komoditi berupa Beras Premium
DN dan LN. Beras Premium memiliki nilai ekonomi dan kualitas yang lebih baik
dibandingkan beras medium. Beras Premium yang ditangani Bulog merupakan
beras kualitas tinggi yang berasal dari dalam negeri (DN) maupun luar negeri (LN).
Pengadaan beras DN premium Bulog diperoleh melalui pembelian lansung dari
penggilingan padi dan beras lokal unggulan produk UPGB (Unit Penggilingan
Gabah Beras) Bulog. Pengadaan beras LN premium diperoleh melalui impor beras
dari Vietnam dan Thailand. Perdagangan beras premium Bulog dilakukan dengan
melakukan penjualan ke pasaran pada umumnya maupun supermarket.
Perputaran distribusi beras juga terjadi antar subdivre dari daerah - daerah
surplus menuju daerah – daerah defisit beras. Penyaluran beras untuk non-golongan
anggaran dilakukan melalui Operasi Pasar Murni, Probis Bulog dan untuk
membantu korban bencana alam.
19

Pengumpulan Data

Data yang diperlukan adalah data yang berhubungan dengan biaya dan data
operasional usaha mesin pengolahan Gabah, antara lain jenis pengolahan dan
komponen-komponennya, biaya-biaya yang dikeluarkan (biaya tetap dan biaya
tidak tetap), kapasitas mesin per jam, rata-rata jam kerja per hari, rata-rata
pemakaian bahan bakar per jam, rata-rata jumlah Beras yang diolah per hari dan
sebagainya.

1. Data Biaya Tetap


Data biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan pabrik tanpa
dipengaruhi jumlah output produksi pabrik. Biaya tersebut gaji tenaga kerja,
listrik, beli gabah, gas, telepon, ATK, biaya penyusutan, dan biaya lain-lain.

2. Data Biaya Tidak Tetap


Data biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan pabrik mengikuti
perubahan output produksi pabrik. Biaya tersebut ialah gaji tenaga kerja, listrik,
beli gabah, gas, telepon, ATK, biaya penyusutan, dan biaya lain-lain.

3. Data Biaya Investasi


Biaya investasi adalah biaya modal yang dikeluarkan untuk membiayai
pengadaan barang modal. Biaya tersebut ialah bangunan, tanah, mesin pengering
padi, mesin pembersih gabah, mesin giling gabah, mesin penyosoh, elevator,
pemisah fisik beras, Pusat Pengontrol Mesin ayakan, moisture tester, timbangan,
sekop dan mesin jahit karung.

4. Data Kapasitas Pabrik


Kapasitas pabrik diperolah dengan menghitung jumlah beras yang
dihasilkan per jam. Pada penelitian ini data kapasitas pabrik menggunakan
perhitungan jumlah Beras yang diolah per jam.

5. Data Jumlah Rata-Rata Beras yang Diolah per Hari dan Jam Kerja per
Hari
Untuk data rata-rata jumlah Beras yang di olah per hari dan jam kerja rata-
rata per hari diperoleh dengan pengambilan data harian, kemudian dibandingkan
dengan rata-rata jumlah Beras per tahun dan jam kerja per hari dalam setahun
melalui data sekunder. Dari data-data tersebut dapat diperkirakan jumlah Beras
yang diolah per hari dan jam kerja rata-rata per hari.

6. Data Penerimaan Pabrik


Data penerimaan pabrik merupakan data hasil penjualan produk olahan
pabrik dan penerimaan pabrik melalui titip olah kebun seinduk. Produk olahan
tersebut ialah beras, menir, sekam dan dedak.
20

Analisis Data

1. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah jenis-jenis yang selama satu periode akan tetap
jumlahnya. Biaya tetap sering juga disebut biaya kepemilikan (owning cost).
Biaya ini tidak tergantung pada produk yang dihasilkan dan bekerja atau
tidaknya mesin serta besarnya relatif tetap. Biaya-biaya yang termasuk dalam
biaya tetap antara lain biaya penyusutan, biaya bunga modal, asuransi, pajak,
dan biaya bangunan.
Biaya penyusutan adalah biaya yang dikeluarkan akibat penurunan nilai dari
suatu alat atau mesin akibat dari pertambahan umur pemakaian. Hal-hal yang
menyebabkan nilai suatu mesin/alat berkurang antara lain adanya bagian-bagian
yang rusak atau aus, peningkatan biaya operasi dari sejumlah unit output yang
sama jika dibandingkan dengan mesin baru dan sebagainya. Fasilitas yang
terdapat pada penggilingan yang akan dicari biaya penyusutan antara lain adalah
bangunan, gudang, mesin pengolahan, timbangan, dan fasilitas lain yang
dimiliki pabrik Pengolahan gabah. Persamaan biaya penyusutan dengan
menggunakan metode garis lurus dengan memperhitungkan bunga modal.
Bunga modal sebenarnya berupa biaya semu karena tidak benar-benar
dikeluarkan oleh pabrik Pengolahan gabah. Nilai biaya ini diperhitungkan
karena pabrik Pengolahan gabah telah melakukan investasi sejumlah uang untuk
membeli mesin dan fasilitas lain. Karena telah diinvestasikan, uang tersebut
tidak lagi dapat berkembang jika halnya uang tersebut disimpan di bank.
Pajak yang digunakan dalam perhitungan adalah Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB). Hal ini dikarenakan pajak lainnya yang dikeluarkan perusahaan bersifat
rahasia. Biaya bangunan adalah biaya yang digunakan untuk membangun
bangunan pabrik Pengolahan gabah.

2. Biaya Tidak Tetap


Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya-biaya yang dikeluarkan
pada saat alat dan mesin beroperasi dan jumlahnya bergantung pada jam
pemakaiannya. Apabila jumlah satuan produk yang diproduksi pada masa
tertentu naik, maka jumlah biaya tidak tetap juga naik. Perhitungan biaya tidak
tetap dilakukan dalam satuan Rp/jam. Contoh biaya yang termasuk biaya tidak
tetap dalam pabrik Pengolahan gabah antara lain biaya bahan bakar dan pelumas,
biaya pemeliharaan dan perbaikan dan upah operator.
Biaya bahan bakar dan pelumas akan dikeluarkan jika mesin dioperasikan.
Semakin lama dioperasikan maka makin banyak bahan bakar yang dikonsumsi
dan semakin sering dilakukang penggantian pelumas. Selama mesin Pengolahan
gabah pasti ada terdapat bagian-bagian yang aus dan perlu diganti. Biaya
perbaikan meliputi biaya penggantian barang yang aus, upah tenaga kerja
terampil untuk perbaikan khusus, pengecatan, pembersihan, dan perbaikan
karena faktor yang tidak terduga.

3. Biaya Total
21

Perhitungan biaya total diperlukan adanya nilai perkiraan jam kerja mesin
per tahun. Jam kerja ini bisa didapatkan dari perkiraan jumlah gabah yang
digiling per tahun.

4. Biaya Pokok
Biaya pokok adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi
suatu barang, sehingga barang tersebut dapat digunakan. Pada pabrik
Pengolahan gabah biaya pokok merupakan biaya diperlukan untuk mengolah
satu kilogram beras.

5. Analisis Titik Impas


Analisis titik impas dapat digunakan untuk mengetahui jumlah produksi
dan penjualan minimal agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Titik impas
terjadi jika penerimaan sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan atau suatu
nilai jumlah produksi dimana keuntungan yang diperoleh sama dengan nol.

Analisis Kelayakan Finansial

Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk kepentingan individu atau


lembaga yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut. Penilaian kelayakan
suatu proyek dapat digunakan sebagai alat ukur yang disebut kriteria investasi.
Untuk menentukan kriteria investasi, pada tahap awal perlu melakukan penyusunan
arus kas masuk dan keluar untuk setiap periode selama umur proyek. Dari arus kas
tersebut nilai sekarang (present value) dapat dihitung dengan menggunakan discou
nt factor. Beberapa kriteria untuk menilai kelayakan investasi yang sering
digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan BC
Ratio.

Analisis Sensitivitas

Pengulangan perhitungan perlu dilakukan karena dalam analisis proyek


umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak unsur
ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Ketidakpastian tersebut misalnya terjadi suatu kesalahan pendugaan suatu nilai
biaya atau manfaat dan kemungkinan terjadi perubahan suatu unsur harga pada saat
proyek/penelitian dilaksanakan, perubahan unsur harga dalam suatu pabrik
Pengolahan gabah misalnya perubahan terhadap harga bahan bakar, kenaikan upah,
dan penurunan jumlah pengolahan tahunan.
Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sampai berapa persen
peningkatan dan penurunan faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan perubahan
dalam kriteria investasi yaitu dari layak menjadi tidak layak.
22

HASIL DAN PEMBAHASAN

Alat dan Mesin Pengolahan Gabah

Pengolahan gabah di UPGB Rengasdengklok merupakan proses


pengolahan gabah untuk menghasilkan beras, dedak, menir dan sekam. Proses
pengolahan tersebut melalui beberapa mesin, yaitu mesin pembersihan gabah dari
jerami, kotoran dan benda lain selain gabah, mesin penggilinggan (Husker), mesin
ayakan, mesin penyosoh (polisher), dan mesin pemisahan beras kepala, menir dan
broken. Selain itu, distribusi beras dari mesin ke mesin dibantu oleh elevator yang
memiliki ukuran 3 meter dan 5 meter. Spesifikasi alat dan mesin pengolahan gabah
tersebut disajikan pada Lampiran 2.

Biaya Tetap

Biaya tetap adalah jenis-jenis biaya yang selama satu periode akan tetap
jumlahnya. Biaya tetap sering juga disebut biaya kepemilikan (owning cost). Biaya
tetap pengolahan gabah di UPGB Bulog Rengasdengklok ialah gaji tenaga kerja,
listrik, beli gabah, gas, telepon, ATK, biaya penyusutan, dan biaya lain-lain
disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Biaya tetap pengolahan gabah di Pabrik UPGB Rengasdengklok


Uraian Jumlah Harga Pengeluaran/tahun
Tenaga Kerja
a. Kepala UPGB 1 Rp10.000.000 Rp120.000.000
b. Staff 1 Rp4.000.000 Rp48.000.000
Listrik (kWh) 100 Rp1.350 Rp1.620.000
Gabah (kg) 8750 Rp4.000 Rp3.150.000.000
Gas (kg) 3 Rp7.000 Rp252.000
Telepon (detik) 10000 Rp100 Rp12.000.000
ATK 1 Rp200.000 Rp2.400.000
Biaya Penyusutan 1 Rp522.406 Rp94.033.131
Biaya lain-lain 1 Rp10.000.000 Rp120.000.000
Jumlah Rp24.734.856 Rp3.548.305.131
*Sumber: Diolah dari Unit UPGB Bulog Karawang

Pada Tabel 4 disajikan data biaya tetap pada tahun 2016 untuk melakukan
kegiatan produksi di Pabrik UPGB Rengasdengklok yang tidak dipengaruhi oleh
jumlah output produksi. Total biaya tetap sangat besar yaitu Rp3.548.305.131/tahun
angka ini dipengaruhi oleh tingginya komponen biaya beli gabah yaitu
Rp3.150.000.000/tahun.
Bulog selalu menyerap hingga ribuan ton gabah petani di tiap daerah ketika
musim panen sehingga biaya untuk membeli gabah sangat tinggi dibandingkan
biaya kepemilikan lainnya. Hal ini sesuai dengan mandat Bulog untuk melindungi
23

petani dari jatuhnya harga gabah yang turun akibat panen raya sehingga petani
merugi.

Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian barang


modal. Biaya investasi yang dikeluarkan oleh Pabrik UPGB Rengasdengklok yaitu
bangunan, tanah, mesin pengering padi, mesin pembersih gabah, mesin giling
gabah, mesin penyosoh, elevator, pemisah fisik beras, Pusat Pengontrol Mesin
ayakan, moisture tester, timbangan, sekop dan mesin jahit karung. Pada Tabel 5
disajikan rincian biaya investasi Pabrik UPGB Rengasdengklok.
Penentuan umur teknis seperti yang telah diasumsikan dalam metode adalah
melalui pengamatan di lapangan dan studi literatur. Selain itu, umur teknis
disesuaikan dengan umur proyek sehingga penggunaannya dapat efektif.

Tabel 5 Investasi Pendirian Pabrik UPGB Rengasdengklok


No Komponen Jumlah Umur ekonomis Jumlah
1 Bangunan 1 20 tahun 200.000.000
2 Tanah 1 20 tahun 50.000.000
3 Mesin Penggering Padi 1 7 tahun 157.500.000
4 Paddy Cleaner Bermotor 1 7 tahun 21.275.000
5 Paddy Cleaner PC 3500 1 7 tahun 40.250.000
6 Husker 1 7 tahun 38.426.000
7 Polisher
a. Yanmar TF 12,5 hp 1 7 tahun 51.224.450
b. Yanmar TS 19 hp 1 7 tahun 55.824.450
c. Yanmar TS 23 hp 1 7 tahun 58.124.450
8 Separator Pemisah Kulit
a. Manual 1 7 tahun 12.650.000
b. Bermotor 2 7 tahun 37.950.000
9 Separator Pemisah Menir
a. Manual 1 7 tahun 12.650.000
b. Bermotor 1 7 tahun 18.975.000
10 Seed Cleaner 1 7 tahun 29.325.000
11 Elevator
a. 3 m (1,5 hp) 2 7 tahun 37.000.000
b. 5 m (3 hp) 4 7 tahun 100.000.000
11 RMU ONE PASS 1 7 tahun 75.900.000
12 Moister Tester Multi 1 3 tahun 5.500.000
Komoditi
13 Timbangan Duduk biasa 1 7 tahun 3.300.000
14 Timbangan duduk digital 1 7 tahun 4.400.000
15 Mesin Jahit karung 1 7 tahun 1.100.000
16 Sekop 4 7 tahun 800.000
Jumlah 1.012.174.350
24

Biaya Tidak Tetap

Biaya tidak tetap merupakan komponen biaya yang dipengaruhi oleh output
produksi Pabrik UPGB Rengasdengklok. Komponen biaya tidak tetap tersebut
yaitu upah giling, upah bongkar, upah angkut, operator, rol husker, bahan bakar dan
kemasan yang disajikan pada Tabel 6 sebagai berikut.

Tabel 6 Biaya tidak tetap pengolahan gabah di Pabrik UPGB Rengasdengklok


Uraian Biaya/kg dalam setahun
Upah Giling (Rp/kg) Rp 12.150.000
Upah Bongkar (Rp/kg) Rp 3.600.000
Upah Angkut (Rp/kg) Rp 3.600.000
Operator (Rp/hari) Rp 450.000
Rol Husker Rp 3.600.000
Bahan Bakar (liter) Rp 29.025.000
Kemasan Rp 67.500.000
Jumlah Rp 119.925.000
*Sumber: Diolah dari Unit UPGB Bulog Karawang

Komponen biaya premi pengolahan (Tabel 6) merupakan biaya yang


dikeluarkan pabrik terhadap karyawan pelaksana yang berhasil melakukan
pekerjaan melebihi target yang ditetapkan perusahaan. Oleh karena itu, biaya premi
merupakan komponen biaya tidak tetap yaitu dipengaruhi oleh jumlah output
produksi. Pada Tabel 6 ditunjukkan bahwa apabila output produksi yang dihasilkan
sebanyak 5 ton beras maka biaya tidak tetapnya sebesar Rp 119.925.000,-/tahun

Biaya Total

Biaya total merupakan biaya keseluruhan yang diperlukan untuk


mengoperasikan suatu mesin pertanian. Biaya ini merupakan penjumlahan biaya
tetap dan biaya tidak tetap dan dinyatakan dalam satuan Rp/jam. Pada Tabel 7
disajikan biaya total Pabrik UPGB Rengasdengklok

Tabel 7 Biaya total di Pabrik UPGB Rengasdengklok


Uraian Jumlah
Biaya Tetap (Rp/tahun) Rp3.548.305.131
Biaya Tidak Tetap (Rp/tahun) Rp147.207.375
Jam Kerja/tahun 450
Biaya total (Rp/jam) Rp8.212.250,01
*Sumber: Diolah dari Unit UPGB Bulog Karawang

Kinerja UPGB Bulog ditentukan oleh banyak serapan gabah yang diperoleh
dari petani pada saat panen maupun yang tersimpan. Jika dirata-rata jam kerja
UPGB dalam setahun adalah 8 jam/hari, namun ketika pada saat pengolahan atau
mesin penggiling padi menyala hanya 450 jam/tahun sehingga biaya total yang
25

diperoleh dalam setahun cukup tinggi yaitu sekitar Rp8.212.250,01/tahun apabila


yang diolah gabah sebanyak 787,5 ton/tahun.

Kapasitas Pabrik

Pabrik UPGB Rengasdengklok memiliki kapasitas terpasang 3 ton


beras/jam. Pada kenyataannya, kapasitas terpasang itu sulit tercapai karena
beberapa faktor, yaitu gabah yang berkualitas rendah (ditemukan banyak gabah
hampa) dan kondisi alat/mesin pengolahan. Pada saat praktek lapang diperoleh data
kapasitas pabrik seperti yang disajikan pada Tabel 8
Pada Tabel 8 ditunjukkan bahwa pada hari ke-1 dan ke-2 pengolahan gabah
sangat sedikit dikarenakan mesin penggilinggan terjadi berbagai masalah. Selain
itu, kemampuan genset dalam mensuplay tenaga mengalami kendala oleh sistem
radiator mesin yang bermasalah sehingga genset cepat panas. Kemudian pada hari
UPGB tidak beroperasi dilakukanlah perbaikan genset dan mesin penggiling.
Alhasil, pada hari kerja UPGB, penggilinggan dapat bekerja dengan baik dan
mampu mengolah gabah diatas 13 ton gabah per hari.

Tabel 8 Kapasitas pengolahan gabah di Pabrik UPGB Rengasdengklok


Hari Gabah Rendemen Jam Kerja Kapasitas
ke- (jam) (kg/jam)
1 5,77 64% 8 1478
2 6,79 62% 8 1366
3 13,25 60% 8 1586
4 14,57 58% 8 1639
5 14,37 63% 8 1704
6 14,11 62% 8 1683
7 13,47 59% 8 1585
8 13,40 62% 8 1482
9 13,67 63% 8 1586
10 16,85 62% 10 1678
126,25 62% 82 1578,7

Biaya Pokok
Biaya pokok merupakan biaya yang diperlukan pabrik untuk mengolah tiap
kilogram gabah. Oleh karena itu, Biaya Pokok Pabrik UPGB Rengasdengklok
dinyatakan dengan Rp/kg. Pada Tabel 9 disajikan biaya pokok Pabrik UPGB
Rengasdengklok.
Tabel 9 Biaya pokok Pabrik UPGB Rengasdengklok
Uraian Jumlah
Biaya Total (Rp/jam) Rp8.212.250,01
Kapasitas Kerja (kg/jam) 1578,70
Biaya Pokok (Rp/kg) Rp5.201,91
*Sumber: Diolah dari Unit UPGB Bulog Karawang
26

Dari biaya pokok tersebut, harga minimum beras adalah Rp5.201,91/kg jika
menyerap gabah petani sebanyak 787,5 ton/tahun.

Penerimaan Pabrik

Penerimaan Pabrik UPGB dalam setahun apabila hasil giling gabah


diperuntukkan untuk dijual ke Bulog maka akan dibeli dengan harga Rp 7300,-/kg.
Pada Tabel 10 disajikan data penerimaan Pabrik UPGB Rengasdengklok.
Pada Tabel 10, hasil olah gabah terdiri dari beras, dedak, sekam, dan menir.
Harga untuk dedak, sekam dan menir ditentukan oleh konsumen yang ingin
membeli komoditi tersebut sehingga harga yang ditawarkan tergantung oleh
kesepakatan dengan konsumen. Harga yang ditulis pada Tabel 10 didapat
berdasarkan hasil penjualan UPGB ke konsumen ketika pada saat pelaksanaan
praktik lapang.

Tabel 10 Penerimaan Hasil Olah di Pabrik UPGB Rengasdengklok


Komoditi Harga Jual Jumlah/tahun Pendapatan/tahun
(Ton)
Beras Rp7.300 5425 Rp3.285.000.000
Dedak Rp900 875 Rp90.725.806
Sekam Rp50 1750 Rp7.258.065
Menir Rp4.000 700 Rp203.225.806
Total Rp3.894.975.000
*Sumber: Diolah dari Unit UPGB Bulog Karawang

Analisis Titik Impas

Titik impas (Break even point) adalah suatu titik dimana terjadi
keseimbangan antara dua alternatif yang berbeda. Sehingga, kondisi diluar titik
tersebut akan mempengaruhi pengambilan keputusan.
Penentuan titik impas dapat dilakukan dengan menggunakan metode grafik,
yaitu dengan memplotkan data total biaya (Rp/tahun) dan penerimaan (Rp/tahun)
dengan beberapa kombinasi input produksi yang berbeda. Pertemuan antara kurva
total biaya dengan penerimaan merupakan titik impas, dimana pada kondisi tersebut
total biaya sama dengan penerimaan. Gambar 17 merupakan grafik titik impas
Pabrik UPGB Rengasdengklok.
Grafik titik impas (Gambar 17) menghasilkan dua persamaan, yaitu dari
kurva penghasilan y = 4941x dan kurva pengeluaran y = 4166x + 3,38E+08. Maka,
pertemuan kedua kurva tersebut adalah 436263,8056 kg atau 436,3 ton
gabah/tahun.
Pabrik UPGB Rengasdengklok akan mencapai titik impas pada saat input
produksi 436,3 ton gabah/tahun. Pada bagian kiri titik impas (Gambar 17) kurva
penerimaan berada dibawah kurva biaya, ini berarti jumlah biaya yang dikeluarkan
lebih tinggi dari penerimaan atau perusahaan mengalami kerugian. Sebaliknya pada
bagian kiri titik impas, kurva penerimaan sudah berada di atas kurva total biaya
berarti perusahaan mendapat keuntungan.
27

Rp6.000.000.000
Rp5.000.000.000
Rp4.000.000.000
Rp3.000.000.000
Rp2.000.000.000 Pengeluaran
Rp1.000.000.000 Penghasilan
Rp-

Jumlah Gabah/tahun (ton)

Gambar 17 Titik impas Pabrik UPGB Rengasdengklok

Kedua persamaan tersebut dipengaruhi oleh tiga peubah, yaitu biaya tetap,
biaya tidak tetap, dan harga jual. Perubahan peubah tersebut dapat mengubah kurva
dan menggeser titik impas yang semula.

1. Perubahan Biaya Tetap


Kenaikan biaya tetap akan menggeser kurva total biaya keatas sejajar
dengan kurva biaya semula apabila komponen biaya yang lain tetap. Akibatnya,
maka titik pertemuan antar kedua kurva akan bergeser ke kanan. Hal ini berarti
perusahan harus mengolah lebih dari 436,3 ton gabah/tahun, agar tidak
mengalami kerugian.

2. Perubahan Biaya Tidak Tetap


Kurva total biaya pada grafik titik impas (Gambar 17) merupakan kurva
dengan persamaan linear dengan biaya tidak tetap sebagai kemiringan kurva
total biaya. Kenaikan biaya tidak tetap menyebabkan pertambahan kemiringan
kurva total biaya, sehingga akan menggeser titik pertemuan kedua kurva kearah
kanan. Sebaliknya, penurunan biaya tidak tetap menyebabkan penurunan
kemirngan kurva total biaya, sehingga akan menggeser titik pertemuan kedua
kurva kearah kiri.
Jika komponen biaya yang lain tetap, maka kenaikan biaya tidak tetap
mengharuskan perusahaan mengolah lebih dari 436,3 ton gabah/tahun. Hal ini
dilakukan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

3. Perubahan Harga Jual


Harga jual akan mempengaruhi titik impas. Apabila terjadi kenaikan
harga jual beras dan hasil olah gabah lainnya, maka titik impas akan bergeser ke
kiri. Sebaliknya, jika terjadi penurunan harga jual beras dan hasil olah gabah
lainnya, maka titik impas akan bergeser ke kanan.
Jika terjadi penurunan harga jual beras dan hasil olah gabah lainnya,
maka perusahaan harus mengolah lebih dari 436,3 ton gabah/tahun
28

Analisis Kelayakan Finansial

1. Net Present Value (NPV)


Perhitungan nilai NPV menggunakan komponen biaya investasi, biaya
tetap, biaya tidak tetap, penerimaan, suku bunga diskonto, dan umur teknis. Pada
Lampiran 3 disajikan cash flow Pabrik UPGB Rengasdengklok dengan umur
proyek 15 tahun dan pada Tabel 11 disajikan hasil perhitungan NPV Pabrik
UPGB Rengasdengklok.
Berdasarkan hasil perhitungan (Tabel 11), nilai NPV UPGB
Rengasdengklok adalah Rp 309.896.617,- Hal ini Berarti, proyek pabrik Gabah
menggunakan komponen biaya dan data produksi Pabrik UPGB
Rengasdengklok dengan umur proyek 15 tahun layak untuk dijalankan dan
pengusaha akan memperoleh keuntungan dengan menjalankan proyek ini.
Nilai IRR lebih dari discount rate berarti pengusaha lebih untung jika
menginvestasikan uang untuk proyek ini ketimbang menginvestasikannya di
bank. Hal ini dikarenakan tingkat pengembalian modal proyek ini lebih cepat
ketimbang tingkat suku bunga yang dibebankan.

Tabel 11 NPV di Pabrik UPGB Rengasdengklok


T B-C DF Nilai Sekarang
(12%)
1 Rp(1.012.174.350) 1 Rp(1.012.174.350)
2 Rp199.462.494 0,8929 Rp178.091.513
3 Rp199.462.494 0,7972 Rp159.010.279
4 Rp199.462.494 0,7118 Rp141.973.464
5 Rp199.462.494 0,6355 Rp126.762.021
6 Rp199.462.494 0,5674 Rp113.180.376
7 Rp199.462.494 0,5066 Rp101.053.907
8 Rp199.462.494 0,4523 Rp90.226.703
9 Rp199.462.494 0,4039 Rp80.559.556
10 Rp199.462.494 0,3606 Rp71.928.175
11 Rp199.462.494 0,3220 Rp64.221.585
12 Rp199.462.494 0,2875 Rp57.340.701
13 Rp199.462.494 0,2567 Rp51.197.054
14 Rp199.462.494 0,2292 Rp45.711.656
15 Rp199.462.494 0,2046 Rp40.813.978
NPV Rp309.896.617

2. Benefit-Cost Ratio (BC Ratio)


Perhitungan BC Ratio yang digunakan adalah Net BC Ratio. Berdasarkan
Cash Flow Pabrik Pengolahan Gabah UPGB Rengasdengklok (Lampiran 3) dan
perhitungan yang dilakukan, nilai BC Ratio Pabrik Pengolahan Gabah UPGB
Rengasdengklok adalah 1,3. Hal ini berarti Pabrik Pengolahan Gabah UPGB
Rengasdengklok menggunakan komponen biaya Pabrik Pengolahan Gabah
29

UPGB Rengasdengklok dengan umur proyek 15 tahun layak untuk dijalankan


karena nlai BC Ratio yang diperoleh lebih dari satu.
Nilai BC Ratio lebih dari satu berarti rasio penerimaan dan biaya proyek
ini memberikan keuntungan, karena komponen penerimaan lebih besar
ketimbang komponen biaya dalam 15 tahun. Oleh karena itu, proyek ini akan
memberikan keuntungan kepada pengusaha jika dijalankan.

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas pada pabrik UPGB Rengasdengklok dilakukan untuk


mempelajari perubahan pada salah satu atau lebih komponen biaya.Sebelum
dilakukan analisis sensitivitas, perlu ditentukan terlebih dahulu variabel kritis yang
diperkirakan dapat dengan cepat berubah karena pengaruh dari keadaan sosial,
politik, dan ekonomi saat itu dan dapat mengakibatkan perubahan biaya serta
timbulnya risiko pada usaha. Pada pratek lapang ini, variabel kritis yang dipilih
untuk dimasukkan dalam perhitungan analisis sensitivitas yaitu kenaikan harga
bahan bakar dan upah tenaga kerja per tahun.
Perubahan biaya tetap dan biaya tidak tetap sangat mungkin terjadi selama
umur proyek.Perubahan tersebut dapat terjadi pada salah satu, beberapa, atau
bahkan keseluruhan komponen biaya tetap.Perubahan ini dapat terjadi sewaktu
waktu dan sulit diprediksi.
Dalam analisis ini hanya mengubah biaya tidak tetap saja tanpa terjadi
perubahan biaya tetap. Hal ini dikarenakan Bulog memiliki wewenang dalam
menyerap gabah petani sebesar-besarnya sehingga jumlah gabah yang digiling
dalam setahun tidak akan berkurang. Selain itu, biaya tidak tetap yang berubah
adalah biaya bahan bakar dan upah. Biaya bahan bakar dan upah memiliki
hubungan yang erat dimana ketika bahan bakar naik maka upah tenaga kerja juga
naik. Oleh karena itu, perlu diketahui hingga berapa persentase kenaikan biaya
bahan bakar dan upah pekerja agar pabrik pengolahan gabah memiliki kelayakan
finansial.
Kenaikan Biaya Bahan Bakar dan upah pekerja sebagai biaya operasional
tentu mempengaruhi tingkat kelayakan pabrik pengolahan gabah. Oleh karena itu,
seringkali pabrik pengolahan gabah mengalami kerugian apabila biaya bahan bakar
dan upah pekerja mengalami kenaikan. Sebaliknya, pabrik pengolahan gabah
memperoleh keuntungan saat biaya bahan bakar dan upah mengalami penurunan.
Perubahan biaya bahan bakar dan upah pekerja dipengaruhi oleh banyak
faktor, antara lain kenaikan harga bahan bakar, penambahan biaya operasional
pekerja dan lainnya.
Pemilihan tingkat perubahan pada analisis ini ialah perubahan harga yang
berpotensi mengubah keadaan atau tingkat kelayakan. Oleh karena analisis
sebelumnya (NPV,IRR, PBP dan BC Ratio) menunjukkaan kelayakan, maka pada
analisis ini tingkat perubahan harga yang memiliki sensitivitas terhadap perubahan
keadaan atau tingkat kelayakan adalah biaya bahan bakar dan upah pekerja.
Pada Tabel 12 disajikan hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap
kenaikan biaya bahan bakar dan upah pekerja
30

Tabel 12 Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya bahan bakar dan upah
pekerja
Analisis Sensitivitas Analisis Kelayakan
Kenaikan Kenaikan IRR NPV (Rp) PBP Nett Gross
Upah Bahan Bakar B/C B/C
5% 5% 18% 286.676.859,8 10 1,28323 1,01123
5% 10% 17% 276.240.104,7 10 1,27294 1,01082
10% 15% 17% 253.020.347,2 10 1,24997 1,00992
15% 10% 17% 250.674.099,9 10 1,24766 1,00981
10% 20% 17% 242.583.592,1 11 1,23963 1,00944
15% 15% 17% 240.237.344,8 11 1,23734 1,00954
20% 20% 16% 217.017.587,3 11 1,21440 1,00878
25% 15% 16% 214.671.340,5 11 1,21208 1,00856
20% 25% 16% 206.580.832,2 11 1,20409 1,00834
25% 20% 16% 204.234.584,9 11 1,20177 1,00797
30% 25% 16% 181.014.827,4 11 1,17883 1,00701
35% 20% 16% 178.668.580,1 11 1,17651 1,00756
30% 30% 15% 170.578.072,3 12 1,16852 1,00664
35% 25% 15% 168.231.825,8 12 1,16620 1,00653
40% 30% 15% 145.012.067,5 12 1,14326 1,00564

Kenaikan yang ditunjukkan pada Tabel 12 hingga 30% untuk biaya bahan
bakar dan 40% untuk upah pekerja tidak mengubah pengolahan gabah
Rengasdengklok menjadi tidak layak. Hal ini berarti kenaikan biaya bahan bakar
dan upah pekerja yang dianalisis tidak akan merugikan UPGB jika dilakukan
proyek penggilinggan selama 15 tahun dan mampu menggiling gabah sebesar 787,5
ton/tahun
Kenaikan dibatasi hingga mencapai 40% karena kenaikan tersebut masih
terbilang wajar untuk diprediksi selama 15 tahun proyek. Selain itu pengaruh biaya
variabel tidak terlalu mempengaruhi dalam biaya produksi jika dibandingkan
dengan biaya tetap.
31

PENUTUP

Simpulan

Analisis biaya pada pada Pabrik UPGB Rengasedngklok menghasilkan biaya


tetap adalah Rp 3.241.530.937 /tahun, biaya tidak tetap adalah Rp
119.925.000/tahun, biaya investasi adalah Rp. Rp 94.033.131/tahun, biaya total
adalah Rp 7.469.902,08 /jam, biaya pokok adalah Rp. 4.731,68 /kg, dan penerimaan
pabrik adalah Rp3.586.209.677 /tahun. Analisis titik impas pada Pabrik UPGB
Rengasdengklok menghasilkan titik impas pada produksi 436,3 ton gabah/tahun.
Analisis kelayakan Pabrik UPGB Rengasdengklok menghasilkan nilai Net Present
Value (NPV) adalah Rp 273.073.642, nilai Internal Rate of Return (IRR) adalah
18%, dan nilai Benefit Cost Ratio (BC Ratio) adalah 1,27. Ini berarti, Pabrik UPGB
Rengasdengklok layak. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya bahan bakar
dan upah pekerja diatas 84,38% menyebabkan Pabrik UPGB Rengasdengklok
menjadi tidak layak berdasarkan analisis NPV, IRR, dan BC Ratio

Saran

Mesin – mesin yang dimiliki sebaiknya dapat beroperasi sepanjang tahun


agar tidak terjadi permasalahan akibat mesin tidak digunakan. Olehkarena itu perlu
suatu solusi pemecahan dan perhatian terhadap mesin unit penggilinggan UPGB
agar dapat terus digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Gittinger JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian Ed ke-2. Jakarta


(ID): UI Press.
Mulyadi. 1986. Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok Produksi, dan
Pengendalian Biaya. Yogyakarta (ID): UGM Press.
Pramudya B. 2010. Ekonomi Teknik. Bogor (ID): IPB
32

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data mengenai luas lahan, produktivitas lahan, jumlah panen dan
penggunaan lahan di Kabupaten Karawang

Kondisi Pertanian Kabupaten


Karawang
Luas Lahan Sawah 98430 ha
Sawah Pengairan Teknis 86457 ha
Sawah Setengah Teknis 4376 ha
Sawah Pengairan Sederhana 3236 ha
Sawah Tadah Hujan 3917 ha
Sawah Irigasi desa/non PU 360 ha

Luas Pemanfaatan Lahan Sawah Sebagai Berikut


Ditanami padi 2 kali satu tahun 92383 ha
Ditanami padi 3 kali satu tahun 4400 ha
Ditanami padi 1 kali satu tahun 1533 ha
33

Lampiran 2. Spesifikasi Unit Mesin Penggilinggan Padi UPGB

1. Mesin Pembersih Gabah Dari Jerami/Kotoran Dalam Ukuran Besar


Nama Agrindo Paddy Cleaner Model: PC-200
Spesifikasi
Tipe PC-200
Kapasitas (Ton/jam) 10 – 15
Kebutuhan Tenaga (HP) 14
Putaran (rpm) 310
Berat (kg) 1245

2. Mesin Pembersih Gabah Dari Kotoran Dalam Ukuran Kecil


Nama Agrindo Paddy Cleaner Model: APC-3
Spesifikasi
Tipe PC-200
Kapasitas (Kg/jam) 3000
Kebutuhan Tenaga (HP) 2,2
Putaran (rpm) 470 – 480
Berat (kg) 250

3. Paddy Separator (Mesin Pemisah Pecah Kulit Dengan Gabah)


Spesifikasi
Tipe RPS10A
Kapasitas (ton/jam) 1,0 – 1,2
Kebutuhan Tenaga (HP) 1
Ukuran (P x L x T) 1250 x 1025 x1115
Berat (kg) 180

4. Mesin Pecah Kulit Gabah


Spesifikasi
Model HU10MC (Head BHC-3000 (Body Only)
Only)
Kapasitas Gabah 3 – 3,5 2,5 – 4,0
(ton/jam) Panjang
Gabah Pendek 3,5 - 4
Kebutuhan Tenaga (HP) 5,5 2,2 – 3
Putaran (rpm) 1050 2250
Berat (kg) 300 -
Ukuran rol Karet (Panjang 10” x 10” -
x diameter (inch)

5. Mesin Pemisah Beras Hasil Giling


Nama Agrindo Rotary Sifter
Spesifikasi
34

Tipe ARS 3000


Kapasitas (Kg/jam) 3000
Kebutuhan Tenaga (kW) 0,75
Putaran (rpm) 230
6. Mesin Pemisah Kualitas Beras
Nama Agrindo Length Grader model: ALG-2000
Spesifikasi
Tipe ALG-2000
Kapasitas (Kg/jam) 2000
Kebutuhan Tenaga (kW) 1,5
Putaran (rpm) 380

7. Mesin Pemutih Beras Abrassive


Spesifikasi
Tipe RMB10G
Kapasitas (Kg/jam) 1500
Kebutuhan Tenaga kW/HP 15/20
Putaran (rpm) 1450
Berat (kg) 132

8. Mesin Pemoles Beras


Spesifikasi
Tipe RA-1500
Kapasitas (Kg/jam) 1500
Kebutuhan Tenaga HP 23
Dimensi (P x L x T) 1400 x 655 x 1320
Putaran (rpm) 850
Berat (kg) 250

Anda mungkin juga menyukai