DIVRE KARAWANG
i
ii
Judul Praktik Lapangan : Mempelajari Kelayakan Penggiling Padi Di Perum Bulog Sub Divre
Karawang
Disetujui,
Dosen Pembimbing Akademik
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan praktik lapang dan
menyelesaikan penyusunan laporan praktik lapang yang berjudul “Mempelajari Kelayakan
Penggiling Padi Di Perum Bulog Sub Divre Karawang” pada tanggal 17 Juli 2016 sampai
dengan 1 September 2016. Selama kegiatan praktik lapang dan penyusunan laporan ini,
tentunya tidak lepas dari bimbingan, arahan, koreksi, dan saran. Untuk itu penulis sampaikan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, M. Eng selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan praktik lapang.
2. Dr. Ir. Sugiyono, M.App, Sc selaku Wakil Dekan Fakultas Teknologi Pertanian dan
penanggung jawab pelaksanaan praktik lapang
3. Dr. Ir. I Wayan Astika, M.Si selaku koordinator pelaksanaan praktik lapang.
4. Danny Sukmana S.TP M.Si selaku pembimbing lapang yang selalu memberi arahan kepada
penulis ketika berada di Lapangan
5. Staff dan pekerja Bulog yang selalu membantu penulis dalam mendapatkan informasi
seputar keadaan Bulog pada saat ini
6. Teman – teman Teknik Mesin dan Biosistem angkatan 50 yang selalu mengingat dan
membantu dalam proses pelaksanaan Praktek Lapang
Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penyusunan laporan
ini, namun demikian penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang dan Lokasi PL 1
Tujuan PL 2
Waktu dan Metodologi PL 2
TINJAUAN PUSTAKA 4
Ruang Lingkup Usaha/Aktifitas dan Kapasitas 4
Lokasi, Letak Geografis dan Iklim 6
Struktur Organisasi 7
KEGIATAN PRAKTIK LAPANGAN 8
Penyerapan Gabah/Beras 8
Pengolahan Gabah 9
Penyimpanan Beras 15
Penyebaran Beras 17
Pengumpulan Data 18
Analisis Data 19
Analisis Kelayakan Finansial 20
Analisis Sensitivitas 20
HASIL DAN PEMBAHASAN 21
Alat dan Mesin Pengolahan Gabah 21
Biaya Tetap 21
Biaya Tidak Tetap 22
Kapasitas Pabrik 22
Biaya Investasi 23
Biaya Total 24
Biaya Pokok 24
Penerimaan Pabrik 25
Analisis Titik Impas 25
Analisis Kelayakan Finansial 26
Analisis Sensitivitas 28
PENUTUP 31
Simpulan 31
Saran 31
DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN 32
iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1. Gudang dan UPGB Rengasdengklok 4
2. Lokasi Praktek Lapang 6
3. Struktur organisasi Subdivre Bulog Karawang 7
4. Gabah dari penyerapan Satgas 8
5. Gabah yang akan digiling 10
6. Proses Awal Penggilinggan 10
7. Paddy Tank 11
8. Paddy Cleaner model APC-3 11
9. Mesin Penggiling Padi (Husker 12
10. Paddy Separator 12
11. Mesin pemoles/penyosoh beras pecah kulit (polisher) 13
12. Grafik Laju Kapasitas Mesin Penggiling 13
13. Proses pengolahan gabah 14
14. Proses Fumigasi Gudang Bulog 15
15. Penyimpanan Beras 16
16. Penyebaran Raskin 17
17. Titik impas Pabrik UPGB Rengasdengklok 25
18. Grafik Analisis Sensitivitas 30
v
DAFTAR LAMPIRAN
1 Data mengenai Lahan Pertanian di Kabupaten Karawang 32
2 Spesifikasi Unit Mesin Penggiling 33
3 Investasi Penggiling Padi UPGB 34
4 Biaya tetap dan Biaya Tidak Tetap 35
5 Pendapatan Pengolahan Gabah dan Nilai BEP/Tahun 36
6 Cash flow Pabrik UPGB Rengasdengklok dengan umur proyek 15 tahun 37
7 Laba Produksi 38
8 Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 10% dan Solar 10% 39
9 Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 20% dan Solar 20% 40
10 Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 30% dan Solar 30% 41
11 Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 40% dan Solar 40% 42
12 Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 50% dan Solar 50% 43
13 Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 60% dan Solar 60% 44
14 Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 70% dan Solar 70% 45
15 Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 80% dan Solar 80% 46
16 Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 90% dan Solar 90% 47
17 Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 100% dan Solar 100% 48
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
Beras diperoleh dari hasil pengolahan padi (Oryza Sativa) dari familia Poaceae.
Tanaman ini diperkirakan berasal India, dan kemudian tanaman padi tersebut dibawa ke
Indonesia oleh nenek moyang sekitar tahun 1500 sebelum masehi. Tanaman ini dapat
tumbuh subur di daerah tropis dan subtropis pada 45 derajat LU dan 45 derajat LS dengan
cuaca panas dan kelembapan tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Umumnya dapat
dibudidayakan sampai pada tinggi 1200 meter diatas permukaan laut. Padi dapat berbuah
hasil ketika 33 – 36 hari setelah berbunga, bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah
hijau dengan kadar air gabah 21 – 26 %.
Pengelolaan tanaman padi terpadu secara signifikan dapat meningkatkan hasil padi
dan efisiensi usahatani. Rata-rata kenaikan produksi padi petani sistem Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) sekitar 3,7-18,8% dari produksi petani non PTT dengan tambahan
keuntungan Rp 940.000 per ha. Namun demikian peningkatan produksi tersebut akan lebih
berarti dalam peningkatan pendapatan kalau disertai dengan adanya perbaikan mutu beras
yang dihasilkan dan peningkatan rendemen giling.
Masalah yang dihadapi petani dalam penanganan panen dan pascapanen adalah masa
panen yang jatuh di musim hujan disertai dengan terbatasnya tenaga kerja dan fasilitas
perontokan, penjemuran/pengeringan yang dibutuhkan. Hal ini menyebabkan terjadinya
kerusakan gabah sejak dari sawah karena terlambat dirontok dan dikeringkan. Perbaikan
penanganan panen dan pascapanen padi telah menunjukkan bahwa perbaikan tersebut
merupakan langkah awal yang mendorong berkembangnya agroindustri beras dan kegiatan
agribisnis di pedesaan. Penggilingan padi merupakan titik sentral dalam menghasilkan beras
bermutu tinggi, dan penggunaan alat pengering yang terpadu dengan RMU disarankan untuk
dikembangkan disertai dengan jaminan pasokan gabah bermutu.
Selain itu, peran tengkulak yang terlibat dalam pemasaran gabah petani
menyebabkan petani dirugikan. Hal ini dikarenakan harga jual yang diterima petani yang
sangat rendah yaitu sekitar Rp 3000,-. Petani tidak mampu memasarkan hasil tani berupa
gabah kepasaran karena tidak adanya jaringan pemasaran. Tengkulak berperan aktif dalam
mengawasi dari awal penanaman hingga panen dan juga menghambat para pengusaha beras
membeli lansung ke petani. Bahkan bulog-pun susah untuk dapat membeli gabah petani
karena harus melewati tengkulak karena tengkulak gabah petani merupakan preman sekitar
wilayah tersebut. Guna mengantisipasi permasalahan di lapangan, yang merugikan petani
gabah, maka dilakukanlah Satgas Sergap TNI Pantau Serapan Gabah Petani. Pengambilan
ahli kegiatan serapan gabah oleh pihak Satgas, maka pihak Bulog tidak memiliki wewenang
dalam menyerap gabah petani.
BULOG adalah perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang logistik
pangan. Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi usaha logistik/pergudangan, survei dan
pemberantasan hama, penyediaan karung plastik, usaha angkutan, perdagangan komoditi
pangan dan usaha eceran. Sebagai perusahaan yang tetap mengemban tugas publik dari
pemerintah, BULOG tetap melakukan kegiatan menjaga Harga Dasar Pembelian untuk
gabah, stabilisasi harga khususnya harga pokok, menyalurkan beras untuk orang miskin
(Raskin) dan pengelolaan stok pangan.
2
B. Tujuan PL
Tujuan Institusional
2) Secara khusus tujuan Praktik Lapangan adalah mempelajari aspek teknik biosistem
pada kegiatan pengolahan gabah yang meliputi: bongkar muat gabah, proses pecah kulis
gabah, proses pemolesan, proses pengemasan, dan proses penyimpanan
3) Menghitung kelayakan pengolahan dalam mengolah gabah menjadi beras dengan mesin
penggiling padi skala besar
2. Metodologi
Metode pelaksanaan Praktik Lapangan terdiri dari partisipasi, pengamatan,
wawancara, latihan kerja, studi pustaka, dan analisis teori.
a. Partisipasi
Kegiatan partisipasi dilakukan dengan ikut serta terlibat dalam kegiatan proses
penggilinggan gabah secara lansung. Kegitan ini dimaksudkan untuk memperoleh
pengalaman kerja dan melatih kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmu
yang telah dipelajari. Partisipasi langsung ini akan dikonsultasikan dan dibawah
izin dari pembimbing Praktik Lapangan Instansi.
b. Pengamatan
Pengamatan di lapangan dilakukan secara langsung pada SubDivre Bulog
Karawang, Jawa Barat. Pengamatan ini bersifat makro, yaitu pengamatan
keseluruhan dan tidak hanya condong pada salah satu bagian dalam suatu sistem.
c. Wawancara
Wawancara dilakukan sebagai upaya untuk mengumpulkan data primer yang
berhubungan dengan aspek yang akan dipelajari dan diamati. Wawancara dilakukan
untuk menjelaskan dan mengklarifikasi serta menerangkan masalah-masalah teknik
yang ada di lapangan sehingga dapat digunakan sebagai informasi sekunder. Proses
3
ini dilakukan kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan aspek maupun topik
yang akan dipelajari.
d. Latihan Kerja
Latihan kerja dilakukan dengan ikut terlibat (praktik langsung) atau membantu
dalam kegiatan bproses pengendalian kegiatan pengolahan gabah menjadi beras
hingga pada penyimpanan beras dan hal lain yang menyangkut di lapangan.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas diri, pengalaman
kerja, dan melatih kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang telah
didapat, serta mampu mengembangkan sikap dan kepribadian sebagai staff ataupun
karyawan instansi.
e. Studi Pustaka
Kegiatan studi pustaka dilakukan untuk mencari referensi dan literatur yang
berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan di lapangan. Pustaka dapat berasal dari
jurnal ilmiah maupun data dan informasi dari instansi
f. Analisis Teori
Kegiatan analisis dilakukan untuk membandingkan apakah kondisi di
lapangan sesuai dengan teori-teori yang telah dipelajari pada saat perkuliahan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam Keppres tersebut, tugas pokok BULOG dibatasi hanya untuk menangani
komoditas beras. Sedangkan komoditas lain yang dikelola selama ini dilepaskan ke
mekanisme pasar. Arah Pemerintah mendorong BULOG menuju suatu bentuk badan usaha
mulai terlihat dengan terbitnya Keppres No. 29 tahun 2000, dimana didalamnya tersirat
BULOG sebagai organisasi transisi (tahun 2003) menuju organisasi yang bergerak di bidang
jasa logistik di samping masih menangani tugas tradisionalnya. Pada Keppres No. 29 tahun
2000 tersebut, tugas pokok BULOG adalah melaksanakan tugas Pemerintah di bidang
manajemen logistik melalui pengelolaan persediaan, distribusi dan pengendalian harga
beras (mempertahankan Harga Pembelian Pemerintah – HPP), serta usaha jasa logistik
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Arah perubahan tesebut
semakin kuat dengan keluarnya Keppres No 166 tahun 2000, yang selanjutnya diubah
5
menjadi Keppres No. 103/2000. Kemudian diubah lagi dengan Keppres No. 03 tahun 2002
tanggal 7 Januari 2002 dimana tugas pokok BULOG masih sama dengan ketentuan dalam
Keppers No 29 tahun 2000, tetapi dengan nomenklatur yang berbeda dan memberi waktu
masa transisi sampai dengan tahun 2003. Akhirnya dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah RI no. 7 tahun 2003 BULOG resmi beralih status menjadi Perusahaan Umum
(Perum) BULOG.
Tugas publik Perum BULOG merupakan amanat dari Inpres No. 3 tahun 2012
tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Berita dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, yang
merupakan pengejawantahan intervensi pemerintah dalam perberasan nasional untuk
memperkuat ketahanan pangan. Ketiga tugas publik BULOG tersebut saling terkait dan
memperkuat satu sama lain sehingga dapat mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga
maupun nasional yang lebih kokoh.
Ketiga tugas publik tersebut adalah pertama, melaksanakan kebijakan pembelian
gabah/beras dalam negeri dengan ketentuan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Kegiatan
ini diwujudkan dalam bentuk pengadaan gabah dan beras dalam negeri oleh Perum BULOG.
Tugas kedua, menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat
berpendapatan rendah yang diwujudkan dalam pelaksanaan program RASKIN. Sedangkan
tugas ketiga, menyediakan dan menyalurkan beras untuk menjaga stabilitas harga beras,
menanggulangi keadaan darurat, bencana, dan rawan pangan. Kegiatan ketiga dilaksanakan
Perum BULOG dalam bentuk pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP).
SubDivre Bulog Karawang merupakan salah satu lokasi perusahaan yang membantu
pemerintah dalam mendukung terwujudnya kedaulatan pangan. Di lokasi ini terdapat satu
kantor pusat dan memiliki 10 gudang (tabel 1) serta 4 UPGB yaitu di daerah Karawang,
Cikampek dan Palumbon. Sekitar 70% pengadaan gabah petani yang dilakukan Bulog Sub-
Divre Karawang diserap di wilayah Karawang dan sekitar. Kabupaten Karawang
merupakan lumbung padi Jawa Barat dan salah satu daerah yang memberikan kontribusi
bagi kebutuhan beras nasional rata – rata mencapai 865.000 ton beras/tahun. Diwilayah ini
memiliki luas lahan sawah 98.430 ha dengan hasil panen tiap hektar yaitu 75,61 kwintal
GKP. Kemampuan Bulog yang mampu menyerap gabah petani secara besar didukung oleh
mesin penggiling padi yang memiliki kapasitas giling yang tinggi. Data mengenai luas
lahan, produktivitas lahan, jumlah panen dan penggunaan lahan di Kabupaten Karawang
dapat dilihat pada Lampiran 1.
Misi
a. Menjalankan usaha logistik pangan pokok dengan mengutamakan layanan kepada
masyarakat;
b. Melaksanakan praktik manajemen unggul dengan dukungan sumber daya manusia yang
profesional, teknologi yang terdepan dan sistem yang terintegarasi;
c. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik serta senantiasa melakukan
perbaikan yang berkelanjutan;
d. Menjamin ketersediaan, keterjangkauan, dan stabilitas komoditas pangan pokok.
C. Struktur Organisasi
Kantor Seksi
Logistik
Pada UPGB Rengasdengklok desa Amansari terdiri dari Kepala UPGB, Staff
dan Operator UPGB. Berikut adalah karyawan UPGB Rengasdengklok Amansari
1. Kepala UPGB = Danny Sukmana S.TP M.Si
2. Staff UPGB = Febrian Ramadhan
3. Operator UPGB = Isman Chandra
8
BAB III
KEGIATAN PRAKTIK LAPANGAN
A. Penyerapan Gabah/Beras
Gabah Kering Giling (GKG) yang diserap ketika panen raya diserap oleh SATGAS
yang bekerja sama dengan BULOG untuk lansung diolah ataupun disimpan terlebih dahulu.
Penyerapan ini dilakukan hingga ribuan ton gabah dengan harga jual Rp 4300,-/kg untuk
GKG (Gabah Kering Giling). Penyerapan secara besar ini bertujuan untuk jatuhnya harga
gabah sehingga merugikan petani.
Kegiatan yang dapat diamati secara lansung adalah penyerapan beras pasar yang
harga jualnya mengalami penurunan. Beras yang mengalami kemerosotan tersebut diserap
untuk bahan baku dalam pembuatan RASKIN. Beras yang diserap sebanyak 10 ton
kemudian dicampur 20 ton beras yang ada pada gudang sehingga diperoleh raskin sebanyak
30 ton Raskin dengan cara mencampurkan beras – beras hingga memenuhi standard beras
Raskin BULOG. Pembuatan Raskin ini disesuai dengan standard yang telah ditentukan yaitu
kualitas beras medium.
Pembuatan Raskin ini dibantu oleh mesin penggiling yang dicurahkan dari hopper
mesin penggiling sehingga terjadi pencampuran antara beras terbaik dengan jelek sehingga
memperoleh beras medium. Pemilihan kualitas beras dibutuhkan pengalaman dan
kemdahiran dalam menentukan karakter beras. Dengan memperhatikan sampel, pembuat
raskin dapat membuat komposisi campuran beras yang tersedia. Setalah pencampuran
dilaksanakan, dilakukan proses pengemasan dengan kemasan 15 kg dari BULOG.
Raskin ini dibeli oleh pihak BULOG seharga Rp 7300,-/kg apabila memenuhi
kualitas beras medium. Kemudian Raskin disimpan ke gudang BULOG hingga 2 – 3 bulan.
Dalam penyerapan beras pasar, adapun ketentuan beras yang diserap oleh bulog
dalam menyerap gabah pasar untuk disimpan atau diolah menjadi raskin. Ketentuan ini
berfungsi untuk menafsirkan harga beras yang akan diserap ketika harga beras turun karena
berlimpah. Berikut tabel 1 mutu beras berdasarkan SNI 01-6128:2008.
9
Pembelian gabah dan beras yang diserap Bulog dari petani, mitra maupun pasar
diatur dalam INPRES No.5 Tahun 2015. Hal ini dilakukan untuk melindungi konsumen dan
produsen terhadap harga beras. Berikut adalah tabel harga pembelian pemerintah
B. Pengolahan Gabah
`
(a) (b)
Gambar 6. Proses Awal Penggilinggan
(a) Gabah dibawa oleh elevator (b) Paddy Cleaner
Keluaran dari hasil ini berupa gabah dan jerami yang berukuran kecil masuk elevator
selanjutnya. Elevator ini memiliki dua keluaran yaitu dryer dan paddy tank. Dryer memiliki
kapasitas tampung hingga 12 ton gabah yang mampu menggeringkan gabah dari kadar air
25% - 15% sebanyak 50 – 60 ton/hari. Dryer ini bertenaga 25 HP dengan bahan bakar solar
11
sehingga konsumsi bahan bakarnya sebanyak 15 – 30 liter/jam. Gabah yang siap giling biasa
disebut dengan Gabah Kering Giling (GKG) disimpan sementara di Paddy Tank yang
berkapasitas 8 ton. Berikut adalah Paddy Tank di UPGB Rengasdengklok
Sebelum gabah digiling oleh husker, gabah terlebih dahulu dibersihkan lagi oleh
Paddy Cleaner model APC-3. Paddy Cleaner ini mampu memisahkan gabah dari kotoran-
kotoran lain seperti jerami panjang maupun pendek, pasir, debu, serta batu-batuan dan butir
hampa. Proses pemisahan terjadi dengan 3 tahapan. Pada tahap pertama jerami yang panjang
dipisahkan oleh scalper yang berputar. Tahap selanjutnya jerami pendek, debu serta butir
padi hampa dipisahkan dengan bantuan isapan udara hasil dari kipas. Setelah itu pada tahap
akhir gabah akan dibersihkan dari pasir dan kotoran halus dengan menggunakan sebuah
saringan. Dengan cara pembersihan yang bertahap ini diperoleh kebersihan gabah yang
memuaskan. Berikut adalah Paddy Cleaner model APC-3
Gabah yang yang telah dibersihkan ini dibawa oleh elevator ke atas menuju mesin
pecah kulit (Husker). Mesin pecah kulit ini menggunakan rol karet dan dirancang dengan
ketelitian tinggi, sehingga menghasilkan unjuk kerja dan ketahanan yang tangguh. Kapasitas
mesin pecah kulit ini yaitu 2,5 ton per jam dengan daya kupas mencapai 96% atau lebih.
Rol karet diganti tiap menggiling 8 ton gabah. Tekanan rol karet dan pengatur pembukaan
katup utama diatur secara pneumatis/dengan tekanan udara. Pengendalian pneumatis ini
12
dirangkai secara elektronis. Tenaga yang dibutuhkan mesin pecah kulit ini adalah 2.2 – 3
kW.
Keluaran hasil gabah dari mesin pecah kulit belum sepenuhnya adalah terkupas
semua. Olehkarena itu perlu pemisahan antara gabah dan beras pecah kulit. Alat yang
digunakan untuk memisahkan tersebut adalah paddy separator. Biasanya perbandingan
gabah dan beras pecah kulit yang keluar dari husker 10:90. Permukaan talam pemisah
berbentuk cekungan yang berfungsi untuk menciptakan gravitasi pemisahan selama masa
mengalir diatasnya. Talam pemisah tersusun 5-sap dan terpasang pada kerangka utama.
Selama mengalir diatas talam pemisah, beras pecah klit akan bergerak ke bagian atas dan
gabah bergerak kebagian bawah. Kapasitas paddy separator ini sebesar 1.0-1.2 ton/jam
dengan tenaga yang dibutuhkan 1 HP. Berikut adalah mesin pemisah gabah dengan beras
pecah kulit (Paddy Separator)
Paddy separator memiliki tiga keluaran yaitu beras pecah kulit, campuran dan gabah.
Beras pecah kulit naik elevator menuju polisher untuk diproses lanjut, sedangkan yang
campuran diayak lagi dengan ayakan manual dan gabah kembali masuk ke husker. Beras
pecah kulit yang diproses selanjutnya melewati dua mesin terlebih dahulu sebelum menjadi
beras yang siap dikemas. Mesin tersebut adalah Rice Whitening Abrassive dan Rice
Whitening Friction. Kedua alat memiliki fungsi yang sama yaitu memutihkan beras
sehingga beras memiliki nilai jual yang layak dipasaran.Pada Rice Whitenning Abrassive
berfungsi untuk mengupas lapisan kuit ari yang masih menempel pada permukaan Beras
Pecah Kulit (BPK) sehingga menjadi beras putih. Mesin ini memiliki kapasitas 1500 kg/jam
dengan tenaga (kW/HP) 15/20 sehingga menghasilkan putaran 1450 rpm. Kemudian Rice
13
Whitenning Friction yang berfungsi untuk memoles beras pecah kulit menjadi beras putih.
Pada mesin ini dilengkapi blower tiup yang lansung dihembuskan kedalam ruang pemutih,
sehingga menjamin beras putih yang dihasilkannya menjadi lebih bersih dan bening.
Terdapat rumah saringan yang berputar berlawanan arah dengan rol penggosok dan poros
utama ditumpu dua bantalan yang berada dalam satu rumah, sehingga mampu meredam
tingkat getaran yang timbul dan pada gilirannya dapat memperkecil tingkat butir butir patah.
Derajat keputihan beras dapat diatur dengan mudah melalui alat pengatur yang terpasang
pada corong keluar. Berikut adalah mesin pemoles/penyosoh beras pecah kulit (polisher).
(a) (b)
Gambar 11. mesin pemoles/penyosoh beras pecah kulit (polisher)
(a) Rice Whitening Abrassive (b) Rice Whitening Friction
Dari penjelasan pengolahan gabah menjadi dapat disajikan atau diamati dalam
bentuk flowchart. Berikut adalah proses pengolahan gabah disajikan secara flowchart pada
gambar 13.
Secara keseluruhan, kapasitas penggiling padi di lapangan mengalami penurunan
kinerja. Sebelumnya kapasitas penggiling dapat mencapai lebih dari 2,5 ton/jam namun
pada saat ini nilai kapasitas mesin penggiling padi yang didapat tidak mencapai 2 ton/jam.
Selain itu, kapasitas yang didapat sangat bervariasi (gambar 12) yang disebabkan adanya
gabah kosong dan juga terjadi beberapa gangguan mesin lainnya. Dengan kapasitas yang
bervariasi tersebut, rataan beras yang dihasilkan sekitar 8 ton/hari.
GRAFIK LAJU KAPSITAS MESIN PENGGILING
(KG/JAM)
JUMLAH GABAH GILING DALAM TON
1,80
1,60
1,40
1,20
1,00
0,80
0,60
0,40
0,20
-
JAM JAM JAM JAM JAM JAM JAM JAM JAM JAM
KE-1 KE-2 KE-3 KE-4 KE-5 KE-6 KE-7 KE-8 KE-9 KE-10
KAPASITAS PENGGILINGGAN TIAP 1 JAM
Mulai
Gabah,
Bahan
Bakar
Gabah
Hasil Giling diayank dengan
Mesin Paddy separator
Beras
Gambar 13. Proses pengolahan gabah
15
C. Penyimpanan Beras
Dalam penyimpanan beras ini terdapat dua aktivitas penting yang dilakukan
BULOG agar beras yang disimpan tetap terjaga baik yaitu perawatan dan pengendalian
hama. Dalam pengendalian hama memiliki Prinsip Pengelolaan Hama Gudang Terpadu
(PHGT) merupakan prinsip utama dalam perawatan komoditas di lingkungan Perum
BULOG. PGHT mengedepankan kebersihan gudang, kemudian monitoring pelaksanaan
perawatan komoditas dan gudang, lalu kegiatan preventif (spraying) dan kegiatan kuratif
pengendalian hama seperti fumigasi apabila terjadi serangan hama.
Fumigasi dan penyemprotan pemberantasan serangan hama gudang merupakan
bagian utama dari usaha perawatan kualitas bahan pangan yang dikelola oleh BULOG.
Hingga saat ini fumigasi dan penyemprotan insektisida masih merupakan cara utama untuk
pemberantasan serangga hama gudang. Dalam aplikasinya fumigasi dan penyemprotan
insektisida bersifat saling melengkapi.
Fumigasi dilakukan dengan cara menutup stapelen bahan pangan plastik kemudian
dilanjutkan dengan pemberian gas yang dilepaskan oleh fumigasi sesuai dengan dosis yang
dibutuhkan. Dengan fumigasi serangga hama gudang yang berada di dalam gudang dan di
dalam butiran biji-bijian diharapkan dapat terbunuh.
Penyemprotan insektisida pada permukaan luar stapelan bahan pangan dilakukan
dengan maksud untuk mencegah serangan kembali (reinferastasi) serangan hama gudang
setelah fumigasi. Disamping itu penyemprotan insektisida dilakukan untuk membunuh
serangan hama yang bersembunyi pada celah-celah dinding yang retak atau pada langit –
langit dan lantai gudang.
Jenis – jenis pestisida yang digunakan untuk pemberantasan seranggan hama gudang
memiliki prasyarat yang harus memenuhi yaitu:
1. Efektif pada cara penggunaan yang ekonomis
2. Tidak meninggalkan residu yan melebihi batas maksimum (MRL)
3. Tidak mempengaruhi kualitas, rasa dan bau bahan pangan
4. Tidak mudah terbakar dan menimbulkan karat
16
Pada teknik ini, stapel komoditas disungkup sekedap mungkin dengan plastik
khusus, kemudian gas CO2 diinjeksi hingga kensentrasi 80% dan komoditas dibiarkan
tersungkup dengan gas CO2 hingga kurun waktu yang cukup lama dengan harapan respirasi
komoditas dapat ditekan dan hama maupun jamur yang mungkin ada didalam komoditas
dapat ditekan pertumbuhannya.
Selama penggunaan kedua teknik penyimpanan ini (CO2 dan Cocoon) tidak
diperlukan perlakuan apapun seperti fumigasi/spraying sehingga lebih ramah lingkungan.
Stapel komoditas yang disimpan hanya ditutup dengan kedap menggunakan bahan plastik
khusus yang tahan terhadap sinar ultraviolet, air, cuaca, tidak dapat ditembus oleh gas
oksigen maupun karbon dioksida, dan memiliki rancangan antitikus. Hal yang perlu
dilakukan selama penyimpanan hanya memonitor dan menjaga agar kandungan oksigen
yang terdapat di dalam Cocoon tetap rendah, sedangkan untuk CO2 stack yang dimonitor
adalah kandungan gas CO2. Pada Cocoon, peningkatan gas CO2 dan pengurangan
kandungan oksigen selama penyimpanan, diakibatkan karena adanya respirasi
komoditas/organisme yang ada di dalam komoditas tersebut, bukan akibat hasil injeksi gas
CO2.
17
D. Penyebaran Beras
Perputaran distribusi beras juga terjadi antar subdivre dari daerah - daerah surplus
menuju daerah – daerah defisit beras. Penyaluran beras untuk non-golongan anggaran
dilakukan melalui Operasi Pasar Murni, Probis Bulog dan untuk membantu korban bencana
alam.
E. Pengumpulan Data
Data yang diperlukan adalah data yang berhubungan dengan biaya dan data
operasional usaha mesin pengolahan Gabah, antara lain jenis pengolahan dan komponen-
komponennya, biaya-biaya yang dikeluarkan (biaya tetap dan biaya tidak tetap), kapasitas
mesin per jam, rata-rata jam kerja per hari, rata-rata pemakaian bahan bakar per jam, rata-
rata jumlah Beras yang diolah per hari dan sebagainya.
5. Data Jumlah Rata-Rata Beras yang Diolah per Hari dan Jam Kerja per Hari
Untuk data rata-rata jumlah Beras yang di olah per hari dan jam kerja rata-rata
per hari diperoleh dengan pengambilan data harian, kemudian dibandingkan dengan
rata-rata jumlah Beras per tahun dan jam kerja per hari dalam setahun melalui data
sekunder. Dari data-data tersebut dapat diperkirakan jumlah Beras yang diolah per hari
dan jam kerja rata-rata per hari.
F. Analisis Data
1. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah jenis-jenis yang selama satu periode akan tetap jumlahnya.
Biaya tetap sering juga disebut biaya kepemilikan (owning cost). Biaya ini tidak
tergantung pada produk yang dihasilkan dan bekerja atau tidaknya mesin serta besarnya
relatif tetap. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tetap antara lain biaya penyusutan,
biaya bunga modal, asuransi, pajak, dan biaya bangunan.
Biaya penyusutan adalah biaya yang dikeluarkan akibat penurunan nilai dari
suatu alat atau mesin akibat dari pertambahan umur pemakaian. Hal-hal yang
menyebabkan nilai suatu mesin/alat berkurang antara lain adanya bagian-bagian yang
rusak atau aus, peningkatan biaya operasi dari sejumlah unit output yang sama jika
dibandingkan dengan mesin baru dan sebagainya. Fasilitas yang terdapat pada
penggilingan yang akan dicari biaya penyusutan antara lain adalah bangunan, gudang,
mesin pengolahan, timbangan, dan fasilitas lain yang dimiliki pabrik Pengolahan
gabah. Persamaan biaya penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus dengan
memperhitungkan bunga modal.
Bunga modal sebenarnya berupa biaya semu karena tidak benar-benar
dikeluarkan oleh pabrik Pengolahan gabah. Nilai biaya ini diperhitungkan karena
pabrik Pengolahan gabah telah melakukan investasi sejumlah uang untuk membeli
mesin dan fasilitas lain. Karena telah diinvestasikan, uang tersebut tidak lagi dapat
berkembang jika halnya uang tersebut disimpan di bank.
Pajak yang digunakan dalam perhitungan adalah Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB). Hal ini dikarenakan pajak lainnya yang dikeluarkan perusahaan bersifat rahasia.
Biaya bangunan adalah biaya yang digunakan untuk membangun bangunan pabrik
Pengolahan gabah.
3. Biaya Total
Perhitungan biaya total diperlukan adanya nilai perkiraan jam kerja mesin per
tahun. Jam kerja ini bisa didapatkan dari perkiraan jumlah gabah yang digiling per
tahun.
20
4. Biaya Pokok
Biaya pokok adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu
barang, sehingga barang tersebut dapat digunakan. Pada pabrik Pengolahan gabah
biaya pokok merupakan biaya diperlukan untuk mengolah satu kilogram beras.
F. Analisis Sensitivitas
Pengulangan perhitungan perlu dilakukan karena dalam analisis proyek umumnya
didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak unsur ketidakpastian tentang
apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Ketidakpastian tersebut misalnya terjadi
suatu kesalahan pendugaan suatu nilai biaya atau manfaat dan kemungkinan terjadi
perubahan suatu unsur harga pada saat proyek/penelitian dilaksanakan, perubahan unsur
harga dalam suatu pabrik Pengolahan gabah misalnya perubahan terhadap harga bahan
bakar, kenaikan upah, dan penurunan jumlah pengolahan tahunan.
Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sampai berapa persen peningkatan dan
penurunan faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi
yaitu dari layak menjadi tidak layak.
21
BAB IV
B. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah jenis-jenis biaya yang selama satu periode akan tetap jumlahnya.
Biaya tetap sering juga disebut biaya kepemilikan (owning cost). Biaya tetap pengolahan
gabah di UPGB Bulog Rengasdengklok ialah gaji tenaga kerja, listrik, beli gabah, gas,
telepon, ATK, biaya penyusutan, dan biaya lain-lain disajikan pada Tabel 4.
Pada Tabel 2 disajikan data biaya tetap pada tahun 2016 untuk melakukan kegiatan
produksi di Pabrik UPGB Rengasdengklok yang tidak dipengaruhi oleh jumlah output
produksi. Total biaya tetap sangat besar yaitu Rp 3.241.530.937 angka ini dipengaruhi oleh
tingginya komponen biaya beli gabah yaitu Rp 2.903.225.806.
Bulog selalu menyerap hingga ribuan ton gabah petani di tiap daerah ketika musim
panen sehingga biaya untuk membeli gabah sangat tinggi dibandingkan biaya kepemilikan
lainnya. Hal ini sesuai dengan mandat bulog untuk melindungi petani dari jatuhnya harga
gabah yang turun akibat panen raya sehingga petani merugi.
22
Biaya tidak tetap merupakan komponen biaya yang dipengaruhi oleh output
produksi Pabrik UPGB Rengasdengklok. Komponen biaya tidak tetap tersebut yaitu upah
giling, upah bongkar, upah angkut, operator, rol husker, bahan bakar dan kemasan yang
disajikan pada tabel 3 sebagai berikut.
D. Kapasitas Pabrik
Pabrik UPGB Rengasdengklok memiliki kapasitas terpasang 3 ton beras/jam. Pada
kenyataannya, kapasitas terpasang itu sulit tercapai karena beberapa faktor, yaitu gabah
yang berkualitas rendah (ditemukan banyak gabah hampa) dan kondisi alat/mesin
pengolahan. Pada saat praktek lapang diperoleh data kapasitas pabrik seperti yang disajikan
pada Tabel 6.
Tabel 6 Kapasitas pengolahan gabah di Pabrik UPGB Rengasdengklok
Hari Gabah Rendemen Jam Kerja Kapasitas
ke- (jam) (kg/jam)
1 5,77 64% 8 1478
2 6,79 62% 8 1366
3 13,25 60% 8 1586
4 14,57 58% 8 1639
5 14,37 63% 8 1704
6 14,11 62% 8 1683
7 13,47 59% 8 1585
8 13,40 62% 8 1482
9 13,67 63% 8 1586
10 16,85 62% 10 1678
126,25 62% 82 1578,7
*Sumber: Diolah dari Unit UPGB Bulog Karawang
23
Pada tabel 6 menunjukkan bahwa pada hari ke-1 dan ke-2 pengolahan gabah sangat
sedikit dikarenakan mesin penggilinggan terjadi berbagai masalah. Selain itu, kemampuan
genset dalam mensuplay tenaga mengalami kendala oleh sistem radiator mesin yang
bermasalah sehingga genset cepat panas. Kemudian pada hari UPGB tidak beroperasi
dilakukanlah perbaikan genset dan mesin penggiling. Alhasil, pada hari kerja UPGB,
penggilinggan dapat bekerja dengan baik dan mampu mengolah gabah diatas 13 ton gabah
per hari.
E. Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian barang modal.
Biaya investasi yang dikeluarkan oleh Pabrik UPGB Rengasdengklok yaitu bangunan,
tanah, mesin pengering padi, mesin pembersih gabah, mesin giling gabah, mesin penyosoh,
elevator, pemisah fisik beras, Pusat Pengontrol Mesin ayakan, moisture tester, timbangan,
sekop dan mesin jahit karung. Pada Tabel 5 disajikan rincian biaya investasi Pabrik UPGB
Rengasdengklok.
Tabel 7 Investasi Pendirian Pabrik UPGB Rengasdengklok
No Komponen Jumlah Umur ekonomis Jumlah
1 Bangunan 1 20 tahun 200.000.000
2 Tanah 1 20 tahun 50.000.000
3 Mesin Penggering Padi 1 7 tahun 157.500.000
4 Paddy Cleaner Bermotor 1 7 tahun 21.275.000
5 Paddy Cleaner PC 3500 1 7 tahun 40.250.000
6 Husker 1 7 tahun 38.426.000
7 Polisher
a. Yanmar TF 12,5 hp 1 7 tahun 51.224.450
b. Yanmar TS 19 hp 1 7 tahun 55.824.450
c. Yanmar TS 23 hp 1 7 tahun 58.124.450
8 Separator Pemisah Kulit
a. Manual 1 7 tahun 12.650.000
b. Bermotor 2 7 tahun 37.950.000
9 Separator Pemisah Menir
a. Manual 1 7 tahun 12.650.000
b. Bermotor 1 7 tahun 18.975.000
10 Seed Cleaner 1 7 tahun 29.325.000
11 Elevator
a. 3 m (1,5 hp) 2 7 tahun 37.000.000
b. 5 m (3 hp) 4 7 tahun 100.000.000
11 RMU ONE PASS 1 7 tahun 75.900.000
12 Moister Tester Multi 1 3 tahun 5.500.000
Komoditi
13 Timbangan Duduk biasa 1 7 tahun 3.300.000
14 Timbangan duduk digital 1 7 tahun 4.400.000
15 Mesin Jahit karung 1 7 tahun 1.100.000
16 Sekop 4 7 tahun 800.000
Jumlah 1.012.174.350
*Sumber: Diolah dari Unit UPGB Bulog Karawang
24
Penentuan umur teknis seperti yang telah diasumsikan dalam metode adalah melalui
pengamatan di lapangan dan studi literatur. Selain itu, umur teknis disesuaikan dengan umur
proyek sehingga penggunaannya dapat efektif.
F. Biaya Total
Kinerja UPGB Bulog ditentukan oleh banyak serapan gabah yang diperoleh dari
petani pada saat panen maupun yang tersimpan. Jika dirata-rata jam kerja UPGB dalam
setahun adalah 8 jam/hari, namun ketika pada saat pengolahan atau mesin penggiling padi
menyala hanya 450 jam/tahun sehingga biaya total yang diperoleh dalam setahun cukup
tinggi yaitu sekitar Rp 7.469.902,08 apabila yang diolah gabah sebanyak 725,8
ton/tahun.
G. Biaya Pokok
Biaya pokok merupakan biaya yang diperlukan pabrik untuk mengolah tiap kilogram
gabah. Oleh karena itu, Biaya Pokok Pabrik UPGB Rengasdengklok dinyatakan dengan
Rp/kg. Pada Tabel 9 disajikan biaya pokok Pabrik UPGB Rengasdengklok.
Dari biaya pokok tersebut, harga minimum beras adalah Rp 4.731,68/kg jika menyerap
gabah petani sebanyak 725,8 ton/tahun.
25
H. Penerimaan Pabrik
Penerimaan Pabrik UPGB dalam setahun apabila hasil giling gabah diperuntukkan
untuk dijual ke bulog maka akan dibeli dengan harga Rp 7300,-/kg. Pada Tabel 10 disajikan
data penerimaan Pabrik UPGB Rengasdengklok.
Pada tabel 10 diatas, hasil olah gabah terdiri dari beras, dedak, sekam, dan menir.
Harga untuk dedak, sekam dan menir ditentukan oleh konsumen yang ingin membeli
komoditi tersebut sehingga harga yang ditawarkan tergantung oleh kesepakatan dengan
konsumen. Harga yang ditulis pada tabel 10 didapat berdasarkan hasil penjualan UPGB ke
konsumen ketika pada saat pelaksanaan praktik lapang.
Titik impas (Break even point) adalah suatu titik dimana terjadi keseimbangan antara
dua alternatif yang berbeda. Sehingga, kondisi diluar titik tersebut akan mempengaruhi
pengambilan keputusan.
Penentuan titik impas dapat dilakukan dengan menggunakan metode grafik, yaitu
dengan memplotkan data total biaya (Rp/tahun) dan penerimaan (Rp/tahun) dengan
beberapa kombinasi input produksi yang berbeda. Pertemuan antara kurva total biaya
dengan penerimaan merupakan titik impas, dimana pada kondisi tersebut total biaya sama
dengan penerimaan. Gambar 17 merupakan grafik titik impas Pabrik UPGB
Rengasdengklok.
Rp6.000.000.000
Rp5.000.000.000
Rp4.000.000.000
Rp3.000.000.000
Rp2.000.000.000 Pengeluaran
Rp1.000.000.000 Penghasilan
Rp-
Grafik titik impas (Gambar 17) menghasilkan dua persamaan, yaitu dari kurva
penghasilan y = 4941x dan kurva pengeluaran y = 4166x + 3,38E+08. Maka, pertemuan
kedua kurva tersebut adalah 436263,8056 kg atau 436,3 ton gabah/tahun.
Pabrik UPGB Rengasdengklok akan mencapai titik impas pada saat input produksi
436,3 ton gabah/tahun. Pada bagian kiri titik impas (Gambar 17) kurva penerimaan berada
dibawah kurva biaya, ini berarti jumlah biaya yang dikeluarkan lebih tinggi dari penerimaan
atau perusahaan mengalami kerugian. Sebaliknya pada bagian kiri titik impas, kurva
penerimaan sudah berada di atas kurva total biaya berarti perusahaan mendapat keuntungan.
Kedua persamaan tersebut dipengaruhi oleh tiga peubah, yaitu biaya tetap, biaya
tidak tetap, dan harga jual. Perubahan peubah tersebut dapat mengubah kurva dan
menggeser titik impas yang semula.
dengan umur proyek 15 tahun layak untuk dijalankan karena nlai BC Ratio yang
diperoleh lebih dari satu.
Nilai BC Ratio lebih dari satu berarti rasio penerimaan dan biaya proyek ini
memberikan keuntungan, karena komponen penerimaan lebih besar ketimbang
komponen biaya dalam 15 tahun. Oleh karena itu, proyek ini akan memberikan
keuntungan kepada pengusaha jika dijalankan.
K. Analisis Sensitivitas
Tabel 12 analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya bahan bakar dan upah pekerja
Analisis Sensitivitas Analisis Kelayakan
Kenaikan Kenaikan IRR NPV (Rp) PBP Nett Gross
Biaya Bahan Biaya Upah B/C B/C
Bakar
10% 10% 17% 240711610 11 1,2378 1,0103
20% 20% 17% 208349579 11 1,2058 1,0089
30% 30% 16% 175987548 11 1,1739 1,0075
40% 40% 16% 143625516 12 1,1419 1,0061
50% 50% 15% 111263485 13 1,1099 1,0047
60% 60% 14% 78901453 13 1,0780 1,0034
70% 70% 13% 46539422 14 1,0460 1,0020
80% 80% 12% 14177391 15 1,0140 1,0006
90% 90% 12% -18184641 16 0,9820 0,9992
100% 100% 11% -50546672 18 0,9501 0,9979
Kenaikan biaya bahan bakar dan upah pekerja 10% hingga 80% (tabel 10) tidak
mengubah tingkat kelayakan pabrik pengolahan gabah Rengasdengklok. Hal ini berarti
kenaikan biaya bahan bakar dan upah pekerja sebesar 10% hingga 80% selama umur
proyek tidak berpengaruh terhadap tingkat kelayakan proyek ini dan pengusaha tetap
memperoleh keuntungan.
Dari tabel sesnsitivitas ini menunjukkan bahwa kinerja UPGB masih terbilang
layak pada saat ini. Jika permasalahan UPGB yaitu minimnya kegiatan penggilingan
belum memperoleh solusi untuk meningkatkan produksi akan berdampak pada
kerugian UPGB dalam pengolahan. Hal ini mesin UPGB selalu membutuhkan biaya
perawatan setiap bulannya. Oleh karena itu, untuk menghindari ketidaklayakan proses
produksi UPGB dalam setahun harus dapat memproduksi gabah sebesar 7650 ton gabah
dan menghasilkan 4590 ton beras.
30
NPV B/C
300 1,4000
250 1,2000
NPV (Jutaan Rupiah)
200 1,0000
150 0,8000
B/C
100 0,6000
Nett B/C
50 0,4000
Gross B/C
0 0,2000
10% 50% 100% -
-50
10% 50% 100%
-100
Kenaikan biaya bahan bakar dan upah Kenaikan biaya bahan bakar dan upah
pekerja pekerja
(a) (b)
15 15%
10
IRR
10%
5
5%
0
10% 50% 100% 0%
KENAIKAN BIAYA BAHAN BAKAR DAN 10% 50% 100%
UPAH KENAIKAN UPAH DAN BAHAN BAKAR
(c) (d)
Gambar 18 Grafik analisis NPV terhadap kenaikan biaya bahan bakar dan upah pekerja (a),
grafik analisis BC Ratio terhadap kenaikan biaya bahan bakar dan upah pekerja (b),
grafik analisis PBP terhadap kenaikan biaya bahan grafik analisis PBP terhadap
kenaikan biaya bahan bakar dan upah pekerja (c) dan grafik analisis IRR terhadap
kenaikan biaya bahan bakar dan upah pekerja (d) bakar dan upah pekerja (c) dan
grafik analisis IRR terhadap kenaikan biaya bahan bakar dan upah pekerja (d)
Kenaikan biaya bahan bakar dan upah pekerja ketika kenaikan diatas sama
dengan 90% (Tabel 10) menyebabkan perubahan tingkat kelayakan Pabrik UPGB
Rengasdengklok, dimana semula layak menjadi tidak layak. Nilai NPV yang diperoleh
adalah Rp. –18 184 641 ketika naik 90% dan Rp. -50 546 672 ketika naik 100%, nilai
IRR yang diperoleh adalah 11,73% ketika naik 90% dan 10,89% ketika naik 100%, dan
nilai BC Ratio yang diperoleh adalah 0,9820 ketika naik 90% dan 0,9501 ketika naik
100%. Titik impas pada analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya bahan bakar dan
upah pekerja ialah pada kenaikan biaya bahan bakar dan upah pekerja sebesar 84,38%%
(Gambar 18).
31
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Analisis biaya pada pada Pabrik UPGB Rengasedngklok menghasilkan biaya tetap
adalah Rp 3.241.530.937 /tahun, biaya tidak tetap adalah Rp 119.925.000/tahun, biaya
investasi adalah Rp. Rp 94.033.131/tahun, biaya total adalah Rp 7.469.902,08 /jam, biaya
pokok adalah Rp. 4.731,68 /kg, dan penerimaan pabrik adalah Rp3.586.209.677 /tahun.
Analisis titik impas pada Pabrik UPGB Rengasdengklok menghasilkan titik impas pada
produksi 436,3 ton gabah/tahun. Analisis kelayakan Pabrik UPGB Rengasdengklok
menghasilkan nilai Net Present Value (NPV) adalah Rp 273.073.642, nilai Internal Rate of
Return (IRR) adalah 18%, dan nilai Benefit Cost Ratio (BC Ratio) adalah 1,27. Ini berarti,
Pabrik UPGB Rengasdengklok layak. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya bahan
bakar dan upah pekerja diatas 84,38% menyebabkan Pabrik UPGB Rengasdengklok
menjadi tidak layak berdasarkan analisis NPV, IRR, dan BC Ratio
B. Saran
Mesin – mesin yang dimiliki sebaiknya dapat beroperasi sepanjang tahun agar tidak
terjadi permasalahan akibat mesin tidak digunakan. Olehkarena itu perlu suatu solusi
pemecahan dan perhatian terhadap mesin unit penggilinggan UPGB agar dapat terus
digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Gittinger JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian Ed ke-2. Jakarta (ID): UI
Press.
Mulyadi. 1986. Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok Produksi, dan Pengendalian Biaya.
Yogyakarta (ID): UGM Press.
Pramudya B. 2010. Ekonomi Teknik. Bogor (ID): IPB
32
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data mengenai luas lahan, produktivitas lahan, jumlah panen dan penggunaan
lahan di Kabupaten Karawang
Kondisi Pertanian Kabupaten Karawang
Luas Lahan Sawah 98430 Ha
Sawah Pengairan Teknis 86457 Ha
Sawah Setengah Teknis 4376 Ha
Sawah Pengairan Sederhana 3236 Ha
Sawah Tadah Hujan 3917 Ha
Sawah Irigasi desa/non PU 360 Ha
Biaya Tetap
No Uraian Jumlah Harga Pengeluaran/Bulan Pengeluaran/tahun
1 Tenaga Kerja
a. Kepala UPGB 1 Rp 10.000.000 Rp 10.000.000 Rp 120.000.000
b. Staff 1 Rp 4.000.000 Rp 4.000.000 Rp 48.000.000
2 Listrik (kWh) 100 Rp 1.350 Rp 135.000 Rp 1.620.000
3 Gabah (kg) 8750 Rp 4.000 Rp 525.000.000 Rp 3.150.000.000
4 Gas (kg) 3 Rp 7.000 Rp 21.000 Rp 252.000
5 Telepon (detik) 10000 Rp 100 Rp 1.000.000 Rp 12.000.000
6 ATK 1 Rp 200.000 Rp 200.000 Rp 2.400.000
7 Biaya Penyusutan 1 Rp 522.406 Rp 15.672.188 Rp 94.033.131
8 Biaya lain-lain 1 Rp 5.000.000 Rp 5.000.000 Rp 60.000.000
Jumlah Rp 19.734.856 Rp 561.028.188 Rp 3.488.305.131
Lampiran 6. Cash flow Pabrik UPGB Rengasdengklok dengan umur proyek 15 tahun
Beda Keuntungan dengan Selisih 1000 dari gabah yang didapat dengan minimum
No Gabah Gabah Selisih Harga Biaya Pendapatan Keuntungan Keuntungan Keuntungan Keuntungan/
Minimum Didapat/ (kg) Gabah Variabel (Rp/kg) (Rp/kg) /hari /bulan tahun
/hari (kg) hari (kg) (Rp) (Rp) (Rp/hari) (Rp/bulan) (Rp/tahun)
1 4.939 5.939 1.000 4000 165 4926 761 761.000 11.415.000 68.490.000
2 5.687 6.687 1.000 4100 165 4926 661 661.000 9.915.000 59.490.000
3 6.701 7.701 1.000 4200 165 4926 561 561.000 8.415.000 50.490.000
4 8.154 9.154 1.000 4300 165 4926 461 461.000 6.915.000 41.490.000
5 10.413 11.413 1.000 4400 165 4926 361 361.000 5.415.000 32.490.000
6 14.402 15.402 1.000 4500 165 4926 261 261.000 3.915.000 23.490.000
7 23.348 24.348 1.000 4600 165 4926 161 161.000 2.415.000 14.490.000
8 61.623 62.623 1.000 4700 165 4926 61 61.000 915.000 5.490.000
Beda Keuntungan dengan Selisih 10% dari gabah yang didapat dengan minimum
No Gabah Gabah Selisih Harga Biaya Harga Keuntungan Keuntungan Keuntungan Keuntungan
Minimum/ Didapat/hari Gabah Variabel Olahan /kg /hari /bulan / tahun
hari (kg)
1 4.939 5.433 494 4000 165 4926 761 375.895 5.638.419 33.830.513
2 5.687 6.256 569 4100 165 4926 661 375.899 5.638.487 33.830.923
3 6.701 7.371 670 4200 165 4926 561 375.899 5.638.489 33.830.933
4 8.154 8.969 815 4300 165 4926 461 375.899 5.638.491 33.830.943
5 10.413 11.454 1.041 4400 165 4926 361 375.899 5.638.492 33.830.953
6 14.402 15.843 1.440 4500 165 4926 261 375.900 5.638.494 33.830.963
7 23.348 25.683 2.335 4600 165 4926 161 375.900 5.638.496 33.830.973
8 61.623 67.785 6.162 4700 165 4926 61 375.900 5.638.497 33.830.983
40
Lampiran 8. Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 10% dan Solar 10%
Lampiran 9. Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 20% dan Solar 20%
Lampiran 10. Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 30% dan Solar 30%
Lampiran 11. Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 40% dan Solar 40%
Lampiran 12. Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 50% dan Solar 50%
Lampiran 13. Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 60% dan Solar 60%
Lampiran 14. Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 70% dan Solar 70%
Lampiran 15. Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 80% dan Solar 80%
Lampiran 16. Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 90% dan Solar 90%
Lampiran 17. Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 100% dan Solar 100%