Anda di halaman 1dari 55

MEMPELAJARI KELAYAKAN PENGGILING PADI DI PERUM BULOG SUB

DIVRE KARAWANG

ATRI ARISKA ALFA

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

i
ii

Judul Praktik Lapangan : Mempelajari Kelayakan Penggiling Padi Di Perum Bulog Sub Divre
Karawang

Nama : Atri Ariska Alfa


NIM : F14130086
Pembimbing Lapangan : Danny Sukmana S.TP M.Si

Bogor, 13 September 2016

Disetujui,
Dosen Pembimbing Akademik

Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, M. Eng


NIP. 19500301 197603 1 001
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan praktik lapang dan
menyelesaikan penyusunan laporan praktik lapang yang berjudul “Mempelajari Kelayakan
Penggiling Padi Di Perum Bulog Sub Divre Karawang” pada tanggal 17 Juli 2016 sampai
dengan 1 September 2016. Selama kegiatan praktik lapang dan penyusunan laporan ini,
tentunya tidak lepas dari bimbingan, arahan, koreksi, dan saran. Untuk itu penulis sampaikan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, M. Eng selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan praktik lapang.
2. Dr. Ir. Sugiyono, M.App, Sc selaku Wakil Dekan Fakultas Teknologi Pertanian dan
penanggung jawab pelaksanaan praktik lapang
3. Dr. Ir. I Wayan Astika, M.Si selaku koordinator pelaksanaan praktik lapang.
4. Danny Sukmana S.TP M.Si selaku pembimbing lapang yang selalu memberi arahan kepada
penulis ketika berada di Lapangan
5. Staff dan pekerja Bulog yang selalu membantu penulis dalam mendapatkan informasi
seputar keadaan Bulog pada saat ini
6. Teman – teman Teknik Mesin dan Biosistem angkatan 50 yang selalu mengingat dan
membantu dalam proses pelaksanaan Praktek Lapang
Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penyusunan laporan
ini, namun demikian penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, 12 September 2015

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang dan Lokasi PL 1
Tujuan PL 2
Waktu dan Metodologi PL 2
TINJAUAN PUSTAKA 4
Ruang Lingkup Usaha/Aktifitas dan Kapasitas 4
Lokasi, Letak Geografis dan Iklim 6
Struktur Organisasi 7
KEGIATAN PRAKTIK LAPANGAN 8
Penyerapan Gabah/Beras 8
Pengolahan Gabah 9
Penyimpanan Beras 15
Penyebaran Beras 17
Pengumpulan Data 18
Analisis Data 19
Analisis Kelayakan Finansial 20
Analisis Sensitivitas 20
HASIL DAN PEMBAHASAN 21
Alat dan Mesin Pengolahan Gabah 21
Biaya Tetap 21
Biaya Tidak Tetap 22
Kapasitas Pabrik 22
Biaya Investasi 23
Biaya Total 24
Biaya Pokok 24
Penerimaan Pabrik 25
Analisis Titik Impas 25
Analisis Kelayakan Finansial 26
Analisis Sensitivitas 28
PENUTUP 31
Simpulan 31
Saran 31
DAFTAR PUSTAKA 31
LAMPIRAN 32

iv
DAFTAR TABEL

1. Kapasitas Penyimpanan Beras Subdivre Karawang 5


2. mutu beras berdasarkan SNI 01-6128:2008. 9
3. Harga Pembelian Pemerintah 9
4. Biaya tetap pengolahan gabah di Pabrik UPGB Rengasdengklok 15
5. Biaya tidak tetap pengolahan gabah di Pabrik UPGB Rengasdengklok 16
6. Kapasitas pengolahan gabah di Pabrik UPGB Rengasdengklok 16
7. Investasi Pendirian Pabrik UPGB Rengasdengklok 17
8. Biaya total di Pabrik UPGB Rengasdengklok 18
9. biaya pokok Pabrik UPGB Rengasdengklok 18
10. Penerimaan Hasil Olah di Pabrik UPGB Rengasdengklok 19
11. NPV di Pabrik UPGB Rengasdengklok 20
12. analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya bahan bakar dan upah pekerja 23

DAFTAR GAMBAR
1. Gudang dan UPGB Rengasdengklok 4
2. Lokasi Praktek Lapang 6
3. Struktur organisasi Subdivre Bulog Karawang 7
4. Gabah dari penyerapan Satgas 8
5. Gabah yang akan digiling 10
6. Proses Awal Penggilinggan 10
7. Paddy Tank 11
8. Paddy Cleaner model APC-3 11
9. Mesin Penggiling Padi (Husker 12
10. Paddy Separator 12
11. Mesin pemoles/penyosoh beras pecah kulit (polisher) 13
12. Grafik Laju Kapasitas Mesin Penggiling 13
13. Proses pengolahan gabah 14
14. Proses Fumigasi Gudang Bulog 15
15. Penyimpanan Beras 16
16. Penyebaran Raskin 17
17. Titik impas Pabrik UPGB Rengasdengklok 25
18. Grafik Analisis Sensitivitas 30

v
DAFTAR LAMPIRAN
1 Data mengenai Lahan Pertanian di Kabupaten Karawang 32
2 Spesifikasi Unit Mesin Penggiling 33
3 Investasi Penggiling Padi UPGB 34
4 Biaya tetap dan Biaya Tidak Tetap 35
5 Pendapatan Pengolahan Gabah dan Nilai BEP/Tahun 36
6 Cash flow Pabrik UPGB Rengasdengklok dengan umur proyek 15 tahun 37
7 Laba Produksi 38
8 Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 10% dan Solar 10% 39
9 Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 20% dan Solar 20% 40
10 Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 30% dan Solar 30% 41
11 Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 40% dan Solar 40% 42
12 Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 50% dan Solar 50% 43
13 Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 60% dan Solar 60% 44
14 Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 70% dan Solar 70% 45
15 Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 80% dan Solar 80% 46
16 Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 90% dan Solar 90% 47
17 Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 100% dan Solar 100% 48

vi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Lokasi PL

Beras diperoleh dari hasil pengolahan padi (Oryza Sativa) dari familia Poaceae.
Tanaman ini diperkirakan berasal India, dan kemudian tanaman padi tersebut dibawa ke
Indonesia oleh nenek moyang sekitar tahun 1500 sebelum masehi. Tanaman ini dapat
tumbuh subur di daerah tropis dan subtropis pada 45 derajat LU dan 45 derajat LS dengan
cuaca panas dan kelembapan tinggi dengan musim hujan 4 bulan. Umumnya dapat
dibudidayakan sampai pada tinggi 1200 meter diatas permukaan laut. Padi dapat berbuah
hasil ketika 33 – 36 hari setelah berbunga, bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah
hijau dengan kadar air gabah 21 – 26 %.
Pengelolaan tanaman padi terpadu secara signifikan dapat meningkatkan hasil padi
dan efisiensi usahatani. Rata-rata kenaikan produksi padi petani sistem Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) sekitar 3,7-18,8% dari produksi petani non PTT dengan tambahan
keuntungan Rp 940.000 per ha. Namun demikian peningkatan produksi tersebut akan lebih
berarti dalam peningkatan pendapatan kalau disertai dengan adanya perbaikan mutu beras
yang dihasilkan dan peningkatan rendemen giling.
Masalah yang dihadapi petani dalam penanganan panen dan pascapanen adalah masa
panen yang jatuh di musim hujan disertai dengan terbatasnya tenaga kerja dan fasilitas
perontokan, penjemuran/pengeringan yang dibutuhkan. Hal ini menyebabkan terjadinya
kerusakan gabah sejak dari sawah karena terlambat dirontok dan dikeringkan. Perbaikan
penanganan panen dan pascapanen padi telah menunjukkan bahwa perbaikan tersebut
merupakan langkah awal yang mendorong berkembangnya agroindustri beras dan kegiatan
agribisnis di pedesaan. Penggilingan padi merupakan titik sentral dalam menghasilkan beras
bermutu tinggi, dan penggunaan alat pengering yang terpadu dengan RMU disarankan untuk
dikembangkan disertai dengan jaminan pasokan gabah bermutu.
Selain itu, peran tengkulak yang terlibat dalam pemasaran gabah petani
menyebabkan petani dirugikan. Hal ini dikarenakan harga jual yang diterima petani yang
sangat rendah yaitu sekitar Rp 3000,-. Petani tidak mampu memasarkan hasil tani berupa
gabah kepasaran karena tidak adanya jaringan pemasaran. Tengkulak berperan aktif dalam
mengawasi dari awal penanaman hingga panen dan juga menghambat para pengusaha beras
membeli lansung ke petani. Bahkan bulog-pun susah untuk dapat membeli gabah petani
karena harus melewati tengkulak karena tengkulak gabah petani merupakan preman sekitar
wilayah tersebut. Guna mengantisipasi permasalahan di lapangan, yang merugikan petani
gabah, maka dilakukanlah Satgas Sergap TNI Pantau Serapan Gabah Petani. Pengambilan
ahli kegiatan serapan gabah oleh pihak Satgas, maka pihak Bulog tidak memiliki wewenang
dalam menyerap gabah petani.
BULOG adalah perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang logistik
pangan. Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi usaha logistik/pergudangan, survei dan
pemberantasan hama, penyediaan karung plastik, usaha angkutan, perdagangan komoditi
pangan dan usaha eceran. Sebagai perusahaan yang tetap mengemban tugas publik dari
pemerintah, BULOG tetap melakukan kegiatan menjaga Harga Dasar Pembelian untuk
gabah, stabilisasi harga khususnya harga pokok, menyalurkan beras untuk orang miskin
(Raskin) dan pengelolaan stok pangan.
2

B. Tujuan PL

Secara umum tujuan Praktik Lapangan adalah:


Tujuan Instruksional
1) Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan mahasiswa melalui latihan kerja
dan aplikasi ilmu yang telah diperoleh sesuai dengan bidang keahliannya.
2) Meningkatkan kemampuan diri mahasiswa dalam mengidentifikasikan, merumuskan,
dan memecahkan permasalahan yang ada sesuai dengan bidang keahliannya di lapangan
secara sistematis dan interdisiplin.

Tujuan Institusional

1) Memperkenalkan dan mendekatkan IPB, khususnya Departemen Teknik Mesin dan


Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian IPB dengan masyarakat dan mendapatkan
masukan bagi penyusunan kurikulum dan peningkatan kualitas pendidikan yang sesuai
dengan kemajuan iptek dan kebutuhan masyarakat pengguna.

2) Secara khusus tujuan Praktik Lapangan adalah mempelajari aspek teknik biosistem
pada kegiatan pengolahan gabah yang meliputi: bongkar muat gabah, proses pecah kulis
gabah, proses pemolesan, proses pengemasan, dan proses penyimpanan

3) Menghitung kelayakan pengolahan dalam mengolah gabah menjadi beras dengan mesin
penggiling padi skala besar

C. Waktu dan Metodologi PL

1. Waktu dan Jadwal Pelaksanaan


Praktik Lapangan ini dilaksanakan di SubDivre Bulog Karawang, Jawa Barat.
Waktu pelaksanaan PL dilakukan mulai tanggal 17 Juli 2016 sampai dengan 1
September 2016, selama 40 hari kerja efektif (Senin – Sabtu).

2. Metodologi
Metode pelaksanaan Praktik Lapangan terdiri dari partisipasi, pengamatan,
wawancara, latihan kerja, studi pustaka, dan analisis teori.
a. Partisipasi
Kegiatan partisipasi dilakukan dengan ikut serta terlibat dalam kegiatan proses
penggilinggan gabah secara lansung. Kegitan ini dimaksudkan untuk memperoleh
pengalaman kerja dan melatih kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmu
yang telah dipelajari. Partisipasi langsung ini akan dikonsultasikan dan dibawah
izin dari pembimbing Praktik Lapangan Instansi.
b. Pengamatan
Pengamatan di lapangan dilakukan secara langsung pada SubDivre Bulog
Karawang, Jawa Barat. Pengamatan ini bersifat makro, yaitu pengamatan
keseluruhan dan tidak hanya condong pada salah satu bagian dalam suatu sistem.
c. Wawancara
Wawancara dilakukan sebagai upaya untuk mengumpulkan data primer yang
berhubungan dengan aspek yang akan dipelajari dan diamati. Wawancara dilakukan
untuk menjelaskan dan mengklarifikasi serta menerangkan masalah-masalah teknik
yang ada di lapangan sehingga dapat digunakan sebagai informasi sekunder. Proses
3

ini dilakukan kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan aspek maupun topik
yang akan dipelajari.
d. Latihan Kerja
Latihan kerja dilakukan dengan ikut terlibat (praktik langsung) atau membantu
dalam kegiatan bproses pengendalian kegiatan pengolahan gabah menjadi beras
hingga pada penyimpanan beras dan hal lain yang menyangkut di lapangan.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas diri, pengalaman
kerja, dan melatih kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang telah
didapat, serta mampu mengembangkan sikap dan kepribadian sebagai staff ataupun
karyawan instansi.
e. Studi Pustaka
Kegiatan studi pustaka dilakukan untuk mencari referensi dan literatur yang
berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan di lapangan. Pustaka dapat berasal dari
jurnal ilmiah maupun data dan informasi dari instansi
f. Analisis Teori
Kegiatan analisis dilakukan untuk membandingkan apakah kondisi di
lapangan sesuai dengan teori-teori yang telah dipelajari pada saat perkuliahan.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Ruang Lingkup Usaha/Aktifitas dan Kapasitas


BULOG adalah perusahaan umum milik negara yang bergerak di bidang logistik
pangan. Ruang lingkup bisnis perusahaan meliputi usaha logistik/pergudangan, survei dan
pemberantasan hama, penyediaan karung plastik, usaha angkutan, perdagangan komoditi
pangan dan usaha eceran. Sebagai perusahaan yang tetap mengemban tugas publik dari
pemerintah, BULOG tetap melakukan kegiatan menjaga Harga Dasar Pembelian untuk
gabah, stabilisasi harga khususnya harga pokok, menyalurkan beras untuk orang miskin
(Raskin) dan pengelolaan stok pangan.

Gambar 1. Gudang dan UPGB Rengasdengklok

Dalam Keppres tersebut, tugas pokok BULOG dibatasi hanya untuk menangani
komoditas beras. Sedangkan komoditas lain yang dikelola selama ini dilepaskan ke
mekanisme pasar. Arah Pemerintah mendorong BULOG menuju suatu bentuk badan usaha
mulai terlihat dengan terbitnya Keppres No. 29 tahun 2000, dimana didalamnya tersirat
BULOG sebagai organisasi transisi (tahun 2003) menuju organisasi yang bergerak di bidang
jasa logistik di samping masih menangani tugas tradisionalnya. Pada Keppres No. 29 tahun
2000 tersebut, tugas pokok BULOG adalah melaksanakan tugas Pemerintah di bidang
manajemen logistik melalui pengelolaan persediaan, distribusi dan pengendalian harga
beras (mempertahankan Harga Pembelian Pemerintah – HPP), serta usaha jasa logistik
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Arah perubahan tesebut
semakin kuat dengan keluarnya Keppres No 166 tahun 2000, yang selanjutnya diubah
5

menjadi Keppres No. 103/2000. Kemudian diubah lagi dengan Keppres No. 03 tahun 2002
tanggal 7 Januari 2002 dimana tugas pokok BULOG masih sama dengan ketentuan dalam
Keppers No 29 tahun 2000, tetapi dengan nomenklatur yang berbeda dan memberi waktu
masa transisi sampai dengan tahun 2003. Akhirnya dengan dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah RI no. 7 tahun 2003 BULOG resmi beralih status menjadi Perusahaan Umum
(Perum) BULOG.
Tugas publik Perum BULOG merupakan amanat dari Inpres No. 3 tahun 2012
tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Berita dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, yang
merupakan pengejawantahan intervensi pemerintah dalam perberasan nasional untuk
memperkuat ketahanan pangan. Ketiga tugas publik BULOG tersebut saling terkait dan
memperkuat satu sama lain sehingga dapat mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga
maupun nasional yang lebih kokoh.
Ketiga tugas publik tersebut adalah pertama, melaksanakan kebijakan pembelian
gabah/beras dalam negeri dengan ketentuan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Kegiatan
ini diwujudkan dalam bentuk pengadaan gabah dan beras dalam negeri oleh Perum BULOG.
Tugas kedua, menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat
berpendapatan rendah yang diwujudkan dalam pelaksanaan program RASKIN. Sedangkan
tugas ketiga, menyediakan dan menyalurkan beras untuk menjaga stabilitas harga beras,
menanggulangi keadaan darurat, bencana, dan rawan pangan. Kegiatan ketiga dilaksanakan
Perum BULOG dalam bentuk pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP).
SubDivre Bulog Karawang merupakan salah satu lokasi perusahaan yang membantu
pemerintah dalam mendukung terwujudnya kedaulatan pangan. Di lokasi ini terdapat satu
kantor pusat dan memiliki 10 gudang (tabel 1) serta 4 UPGB yaitu di daerah Karawang,
Cikampek dan Palumbon. Sekitar 70% pengadaan gabah petani yang dilakukan Bulog Sub-
Divre Karawang diserap di wilayah Karawang dan sekitar. Kabupaten Karawang
merupakan lumbung padi Jawa Barat dan salah satu daerah yang memberikan kontribusi
bagi kebutuhan beras nasional rata – rata mencapai 865.000 ton beras/tahun. Diwilayah ini
memiliki luas lahan sawah 98.430 ha dengan hasil panen tiap hektar yaitu 75,61 kwintal
GKP. Kemampuan Bulog yang mampu menyerap gabah petani secara besar didukung oleh
mesin penggiling padi yang memiliki kapasitas giling yang tinggi. Data mengenai luas
lahan, produktivitas lahan, jumlah panen dan penggunaan lahan di Kabupaten Karawang
dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 1. Kapasitas Penyimpanan Beras Subdivre Karawang


Gudang Bulog Di Sub Divre Karawang Kapasitas
Gudang Cibitung 28000 ton
Gudang Purwasari 24500 ton
Gudang Amansari (Lokasi PL) 10500 ton
Gudang Jatisari 8000 ton
Gudang Cilamaya 6000 ton
Gudang Palumbonsari 6000 ton
Gudang Rwagabus 3500 ton
Gudang Jatiragas 8000 ton
Gudang Umbul Purwasari 6000 ton
Gudang Cikangkung 7000 ton

Adapun Visi dan Misi Perum Subdivre BULOG yaitu


Visi
Menjadi Perusahaan pangan yang unggul dan terpercaya dalam mendukung terwujudnya
kedaulatan pangan.
6

Misi
a. Menjalankan usaha logistik pangan pokok dengan mengutamakan layanan kepada
masyarakat;
b. Melaksanakan praktik manajemen unggul dengan dukungan sumber daya manusia yang
profesional, teknologi yang terdepan dan sistem yang terintegarasi;
c. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik serta senantiasa melakukan
perbaikan yang berkelanjutan;
d. Menjamin ketersediaan, keterjangkauan, dan stabilitas komoditas pangan pokok.

B. Lokasi, Letak Geografis dan Iklim


Letak lokasi Bulog yang dikunjungi untuk Praktek Lapang adalah Perum Bulog
Subdivre Karawang yang terletak di Desa Amanda, Rengasdenklok. Daerah lokasi Praktek
Lapang merupakan daerah dataran rendah dengan temperatur udara rata – rata 27oC, tekanan
udara rata-rata 0,01 milibar dan kelembapan 80%. Curah hujan tahunan berkisar antara
1100-3200 mm/tahun.

Gambar 2. Lokasi Praktek Lapang


7

C. Struktur Organisasi

Saat ini SubDivre Bulog Karawang didukung sumberdaya manusia sebanyak 58


orang yang terdiri dari 3 orang kepala UPGB, 3 orang kepala gudang, 1 orang kepala
logistik, 5 orang kepala seksi dan 1 orang kepala Bulog beserta wakilnya. Pada gambar 3
disajikan struktur organisasi SubDivre Bulog Karawang (Kantor Bulog, 2016)
Kepala Subdivre Bulog

Wakil Subdivre Bulog

Seksi Seksi Analisa Seksi Seksi Seksi


Pelayanan Harga dan Perencanaan dan Administrasi Akutansi
Publik Bulog Pasar Pengembangan dan Keuangan
Usaha

Kantor Seksi
Logistik

Gudang UPT Pengolahan


Gabah/Beras

Gambar 3 Struktur organisasi Subdivre Bulog Karawang (Kantor Bulog, 2016)

Pada UPGB Rengasdengklok desa Amansari terdiri dari Kepala UPGB, Staff
dan Operator UPGB. Berikut adalah karyawan UPGB Rengasdengklok Amansari
1. Kepala UPGB = Danny Sukmana S.TP M.Si
2. Staff UPGB = Febrian Ramadhan
3. Operator UPGB = Isman Chandra
8

BAB III
KEGIATAN PRAKTIK LAPANGAN

A. Penyerapan Gabah/Beras

Dalam kegiatan penyerapan gabah tidak dapat dilaksanakan oleh pratikan


dikarenakan kegiatan ini diambil alih oleh SATGAS (Satuan Tugas). Wewenang ini
diberikan ke SATGAS dikarenakan untuk menghindari campur tangan tengkulak dalam
pasca panen gabah. Selain itu, para petani dapat terlindungi dari harga jual gabah yang
murah. Hal ini terjadi dikarenakan peran tengkulak yang sangat mencolok dalam kegiatan
penjualan gabah.

Gambar 4. Gabah dari penyerapan Satgas

Gabah Kering Giling (GKG) yang diserap ketika panen raya diserap oleh SATGAS
yang bekerja sama dengan BULOG untuk lansung diolah ataupun disimpan terlebih dahulu.
Penyerapan ini dilakukan hingga ribuan ton gabah dengan harga jual Rp 4300,-/kg untuk
GKG (Gabah Kering Giling). Penyerapan secara besar ini bertujuan untuk jatuhnya harga
gabah sehingga merugikan petani.
Kegiatan yang dapat diamati secara lansung adalah penyerapan beras pasar yang
harga jualnya mengalami penurunan. Beras yang mengalami kemerosotan tersebut diserap
untuk bahan baku dalam pembuatan RASKIN. Beras yang diserap sebanyak 10 ton
kemudian dicampur 20 ton beras yang ada pada gudang sehingga diperoleh raskin sebanyak
30 ton Raskin dengan cara mencampurkan beras – beras hingga memenuhi standard beras
Raskin BULOG. Pembuatan Raskin ini disesuai dengan standard yang telah ditentukan yaitu
kualitas beras medium.
Pembuatan Raskin ini dibantu oleh mesin penggiling yang dicurahkan dari hopper
mesin penggiling sehingga terjadi pencampuran antara beras terbaik dengan jelek sehingga
memperoleh beras medium. Pemilihan kualitas beras dibutuhkan pengalaman dan
kemdahiran dalam menentukan karakter beras. Dengan memperhatikan sampel, pembuat
raskin dapat membuat komposisi campuran beras yang tersedia. Setalah pencampuran
dilaksanakan, dilakukan proses pengemasan dengan kemasan 15 kg dari BULOG.
Raskin ini dibeli oleh pihak BULOG seharga Rp 7300,-/kg apabila memenuhi
kualitas beras medium. Kemudian Raskin disimpan ke gudang BULOG hingga 2 – 3 bulan.
Dalam penyerapan beras pasar, adapun ketentuan beras yang diserap oleh bulog
dalam menyerap gabah pasar untuk disimpan atau diolah menjadi raskin. Ketentuan ini
berfungsi untuk menafsirkan harga beras yang akan diserap ketika harga beras turun karena
berlimpah. Berikut tabel 1 mutu beras berdasarkan SNI 01-6128:2008.
9

Tabel 2 mutu beras berdasarkan SNI 01-6128:2008.


No Komponen Mutu Satuan Mt I Mt II Mt III Mt IV Mt V
1 Derajat sosoh % 100 100 100 95 85
2 Kadar air % 14 14 14 14 15
3 Beras kepala % 100 95 84 73 60
4 Butir utuh % 60 50 40 35 35
5 Butir patah % 0 5 15 25 35
6 Butir menir % 0 0 1 2 5
7 Butir merah % 0 0 1 3 3
8 Butir kuning % 0 0 1 3 5
9 Butir kapur % 0 0 1 3 5
10 Butir asing % 0 0 0,02 0,05 0,2
11 Butir gabah % 0 0 1 2 3

Pembelian gabah dan beras yang diserap Bulog dari petani, mitra maupun pasar
diatur dalam INPRES No.5 Tahun 2015. Hal ini dilakukan untuk melindungi konsumen dan
produsen terhadap harga beras. Berikut adalah tabel harga pembelian pemerintah

Tabel 3. Harga Pembelian Pemerintah


Harga
Uraian
GKP Tingkat Petani Rp 3.700/kg
GKP Tingkat Penggilingan Rp 3.750/kg
GKG Tingkat Penggilingan Rp 4.600/kg
GKG di gudang Bulog Rp 4.650/kg
Beras di gudang Bulog Rp 7.300/kg

B. Pengolahan Gabah

Sebelum melakukan pengolahan, terlebih dahulu dilakukan pemisahan gabah


berdasarkan kualitas maupun karakter. Pemisahan gabah ini sangat penting sebelum
melakukan penggilingan. Gabah yang dipisah yaitu gabah merah, gabah hitam, gabah
terendam, gabah tak berisi dan gabah bagus. Gabah merah terjadi akibat umur simpan gabah
yang terlalu lama sehingga isi gabah berwarna merah. Gabah hitam merupakan gabah yang
disebabkan kesalahan dalam pengeringan sehingga warna gabah menjadi hitam hingga
dalam gabah pun berubah menjadi hitam. Gabah terendam ditandai dengan isi gabah
berwarna kekuningan akibat pada masa panen, gabah terendam kedalam air sehingga isi
gabah berubah berwarna kuning. Gabah tak terisi atau gabah mengapur yang disebabkan
karena panen dilaksanakan lebih cepat dari yang semestinya. Berikut adalah gabah yang
akan digiling di UPGB Rengasdengklok.
10

Gambar 5. Gabah yang akan digiling

Proses penggilingan diawali pemasukan gabah ke elevator menuju paddy cleaner


yang memisahkan gabah dengan jerami yang berukuran besar. Paddy cleaner ini dengan
tipe PC-200 mampu membersihkan gabah dengan kondisi basah yang dirancang dengan
kapasitas 10 – 15 ton/jam. Paddy cleaner ini berkapasitas 10 – 15 ton/jam yang
membutuhkan tenaga 14 HP. Proses pembersihan gabah dimasukkan melalui corong yang
terletak pada bagian atas. Setelah melalui corong tersebut gabah mengalir melalui beberapa
lapisan plat yang mengatur pendistribusian gabah pada seluruh permukaan screen. Screen
diatur secara diagonal menurun dari bagian belkang mesin menuju bagian depan dengan
sudut kemiringan yang telah ditentukan sebelumnya. Gabah diayak sehingga jatuh pada
screen pertama, dibagian kotoran/benda asing berukuran besar dipisahkan dan dibuang
melalui bagian depan mesin, sedangkan gabah terus menuju screen kedua, gabah yang telah
bersih terus lolos dan kotoran masih tersisa terbuang secara terpisah. Mesin ini juga
dilengkapi fan/blower yang berfungsi untuk membersihkan butir hampa, debu dan potongan
jerami kecil.

`
(a) (b)
Gambar 6. Proses Awal Penggilinggan
(a) Gabah dibawa oleh elevator (b) Paddy Cleaner

Keluaran dari hasil ini berupa gabah dan jerami yang berukuran kecil masuk elevator
selanjutnya. Elevator ini memiliki dua keluaran yaitu dryer dan paddy tank. Dryer memiliki
kapasitas tampung hingga 12 ton gabah yang mampu menggeringkan gabah dari kadar air
25% - 15% sebanyak 50 – 60 ton/hari. Dryer ini bertenaga 25 HP dengan bahan bakar solar
11

sehingga konsumsi bahan bakarnya sebanyak 15 – 30 liter/jam. Gabah yang siap giling biasa
disebut dengan Gabah Kering Giling (GKG) disimpan sementara di Paddy Tank yang
berkapasitas 8 ton. Berikut adalah Paddy Tank di UPGB Rengasdengklok

Gambar 7. Paddy Tank

Sebelum gabah digiling oleh husker, gabah terlebih dahulu dibersihkan lagi oleh
Paddy Cleaner model APC-3. Paddy Cleaner ini mampu memisahkan gabah dari kotoran-
kotoran lain seperti jerami panjang maupun pendek, pasir, debu, serta batu-batuan dan butir
hampa. Proses pemisahan terjadi dengan 3 tahapan. Pada tahap pertama jerami yang panjang
dipisahkan oleh scalper yang berputar. Tahap selanjutnya jerami pendek, debu serta butir
padi hampa dipisahkan dengan bantuan isapan udara hasil dari kipas. Setelah itu pada tahap
akhir gabah akan dibersihkan dari pasir dan kotoran halus dengan menggunakan sebuah
saringan. Dengan cara pembersihan yang bertahap ini diperoleh kebersihan gabah yang
memuaskan. Berikut adalah Paddy Cleaner model APC-3

Gambar 8. Paddy Cleaner model APC-3

Gabah yang yang telah dibersihkan ini dibawa oleh elevator ke atas menuju mesin
pecah kulit (Husker). Mesin pecah kulit ini menggunakan rol karet dan dirancang dengan
ketelitian tinggi, sehingga menghasilkan unjuk kerja dan ketahanan yang tangguh. Kapasitas
mesin pecah kulit ini yaitu 2,5 ton per jam dengan daya kupas mencapai 96% atau lebih.
Rol karet diganti tiap menggiling 8 ton gabah. Tekanan rol karet dan pengatur pembukaan
katup utama diatur secara pneumatis/dengan tekanan udara. Pengendalian pneumatis ini
12

dirangkai secara elektronis. Tenaga yang dibutuhkan mesin pecah kulit ini adalah 2.2 – 3
kW.

Gambar 9. Mesin Penggiling Padi (Husker)

Keluaran hasil gabah dari mesin pecah kulit belum sepenuhnya adalah terkupas
semua. Olehkarena itu perlu pemisahan antara gabah dan beras pecah kulit. Alat yang
digunakan untuk memisahkan tersebut adalah paddy separator. Biasanya perbandingan
gabah dan beras pecah kulit yang keluar dari husker 10:90. Permukaan talam pemisah
berbentuk cekungan yang berfungsi untuk menciptakan gravitasi pemisahan selama masa
mengalir diatasnya. Talam pemisah tersusun 5-sap dan terpasang pada kerangka utama.
Selama mengalir diatas talam pemisah, beras pecah klit akan bergerak ke bagian atas dan
gabah bergerak kebagian bawah. Kapasitas paddy separator ini sebesar 1.0-1.2 ton/jam
dengan tenaga yang dibutuhkan 1 HP. Berikut adalah mesin pemisah gabah dengan beras
pecah kulit (Paddy Separator)

Gambar 10. Paddy Separator

Paddy separator memiliki tiga keluaran yaitu beras pecah kulit, campuran dan gabah.
Beras pecah kulit naik elevator menuju polisher untuk diproses lanjut, sedangkan yang
campuran diayak lagi dengan ayakan manual dan gabah kembali masuk ke husker. Beras
pecah kulit yang diproses selanjutnya melewati dua mesin terlebih dahulu sebelum menjadi
beras yang siap dikemas. Mesin tersebut adalah Rice Whitening Abrassive dan Rice
Whitening Friction. Kedua alat memiliki fungsi yang sama yaitu memutihkan beras
sehingga beras memiliki nilai jual yang layak dipasaran.Pada Rice Whitenning Abrassive
berfungsi untuk mengupas lapisan kuit ari yang masih menempel pada permukaan Beras
Pecah Kulit (BPK) sehingga menjadi beras putih. Mesin ini memiliki kapasitas 1500 kg/jam
dengan tenaga (kW/HP) 15/20 sehingga menghasilkan putaran 1450 rpm. Kemudian Rice
13

Whitenning Friction yang berfungsi untuk memoles beras pecah kulit menjadi beras putih.
Pada mesin ini dilengkapi blower tiup yang lansung dihembuskan kedalam ruang pemutih,
sehingga menjamin beras putih yang dihasilkannya menjadi lebih bersih dan bening.
Terdapat rumah saringan yang berputar berlawanan arah dengan rol penggosok dan poros
utama ditumpu dua bantalan yang berada dalam satu rumah, sehingga mampu meredam
tingkat getaran yang timbul dan pada gilirannya dapat memperkecil tingkat butir butir patah.
Derajat keputihan beras dapat diatur dengan mudah melalui alat pengatur yang terpasang
pada corong keluar. Berikut adalah mesin pemoles/penyosoh beras pecah kulit (polisher).

(a) (b)
Gambar 11. mesin pemoles/penyosoh beras pecah kulit (polisher)
(a) Rice Whitening Abrassive (b) Rice Whitening Friction

Dari penjelasan pengolahan gabah menjadi dapat disajikan atau diamati dalam
bentuk flowchart. Berikut adalah proses pengolahan gabah disajikan secara flowchart pada
gambar 13.
Secara keseluruhan, kapasitas penggiling padi di lapangan mengalami penurunan
kinerja. Sebelumnya kapasitas penggiling dapat mencapai lebih dari 2,5 ton/jam namun
pada saat ini nilai kapasitas mesin penggiling padi yang didapat tidak mencapai 2 ton/jam.
Selain itu, kapasitas yang didapat sangat bervariasi (gambar 12) yang disebabkan adanya
gabah kosong dan juga terjadi beberapa gangguan mesin lainnya. Dengan kapasitas yang
bervariasi tersebut, rataan beras yang dihasilkan sekitar 8 ton/hari.
GRAFIK LAJU KAPSITAS MESIN PENGGILING
(KG/JAM)
JUMLAH GABAH GILING DALAM TON

Grafik Laju Kapsitas Mesin Penggiling (kg/Jam)

1,80
1,60
1,40
1,20
1,00
0,80
0,60
0,40
0,20
-
JAM JAM JAM JAM JAM JAM JAM JAM JAM JAM
KE-1 KE-2 KE-3 KE-4 KE-5 KE-6 KE-7 KE-8 KE-9 KE-10
KAPASITAS PENGGILINGGAN TIAP 1 JAM

Gambar 12 Grafik Laju Kapasitas Mesin Penggiling


14

Mulai

Gabah,
Bahan
Bakar

Mesin Genset yang telah terisi


bahan bakar dihidupkan

Pengoperasian Mesin Penggiling dengan


menggunakan RMU ONE PASS sebagai
pusat Kontrol Penggiling Gabah

Gabah Dipisah dari Jerami dan


kotoran lain berukuran besar Jerami Besar
dengan Paddy Cleaner tipe PC-200

Gabah Disimpan sementara di


tangki penyimpanan sementara

Gabah Dibersihkan lagi dari


kotorang kecil yang masih tersisa
Jerami Kecil
denganPaddy Cleaner model APC-3

Gabah Digiling dengan Mesin


Sekam
Penggiling (Husker)

Gabah
Hasil Giling diayank dengan
Mesin Paddy separator

Beras Pecah Kulit

Beras Disosoh dengan Mesin Polisher


Ayakan Rice Whitening Abrassive dan Rice
Whitening Friction Dedak
Manual

Rice Separator Menir

Beras
Gambar 13. Proses pengolahan gabah
15

C. Penyimpanan Beras

Dalam penyimpanan beras ini terdapat dua aktivitas penting yang dilakukan
BULOG agar beras yang disimpan tetap terjaga baik yaitu perawatan dan pengendalian
hama. Dalam pengendalian hama memiliki Prinsip Pengelolaan Hama Gudang Terpadu
(PHGT) merupakan prinsip utama dalam perawatan komoditas di lingkungan Perum
BULOG. PGHT mengedepankan kebersihan gudang, kemudian monitoring pelaksanaan
perawatan komoditas dan gudang, lalu kegiatan preventif (spraying) dan kegiatan kuratif
pengendalian hama seperti fumigasi apabila terjadi serangan hama.
Fumigasi dan penyemprotan pemberantasan serangan hama gudang merupakan
bagian utama dari usaha perawatan kualitas bahan pangan yang dikelola oleh BULOG.
Hingga saat ini fumigasi dan penyemprotan insektisida masih merupakan cara utama untuk
pemberantasan serangga hama gudang. Dalam aplikasinya fumigasi dan penyemprotan
insektisida bersifat saling melengkapi.
Fumigasi dilakukan dengan cara menutup stapelen bahan pangan plastik kemudian
dilanjutkan dengan pemberian gas yang dilepaskan oleh fumigasi sesuai dengan dosis yang
dibutuhkan. Dengan fumigasi serangga hama gudang yang berada di dalam gudang dan di
dalam butiran biji-bijian diharapkan dapat terbunuh.
Penyemprotan insektisida pada permukaan luar stapelan bahan pangan dilakukan
dengan maksud untuk mencegah serangan kembali (reinferastasi) serangan hama gudang
setelah fumigasi. Disamping itu penyemprotan insektisida dilakukan untuk membunuh
serangan hama yang bersembunyi pada celah-celah dinding yang retak atau pada langit –
langit dan lantai gudang.

Gambar 14. Proses Fumigasi Gudang Bulog

Jenis – jenis pestisida yang digunakan untuk pemberantasan seranggan hama gudang
memiliki prasyarat yang harus memenuhi yaitu:
1. Efektif pada cara penggunaan yang ekonomis
2. Tidak meninggalkan residu yan melebihi batas maksimum (MRL)
3. Tidak mempengaruhi kualitas, rasa dan bau bahan pangan
4. Tidak mudah terbakar dan menimbulkan karat
16

Sehubung dengan itu jenis-jenis pestisida yang digunakan untuk usaha


pemberantasan serangga hama gudang di BULOG hanya terbatas pada penggunaan metil
bromida dan gas “phosphine” untuk fumigasi serta “pirimiphosmethyl” dan “dichlorvos”
untuk penyemprotan. Aplikasi fumigan metil bromida harus berhati-hati oleh karena itu
tidak menimbulkan bau dan sukar diketahui apabila ada kebocoran. Akan tetapi oleh karena
paparan relatif singkat (1 x 24 jam) metil bromida banyak digunakan untuk fumigasi kapal.
Penggunaan fimigan phosphine dalam bentuk tablet lebih praktis dan aman walaupun waktu
paparan lebih lama (3 x 24 jam).
Penyimpanan yang disimpan BULOG hanya berupa Beras sedangkan gabah bersifat
sementara sebelum digiling. Metode yang diterapkan Perum BULOG dalam penyimpanan
beras dilakukan 2 metode, yaitu metode konvesional dan metode inkonvesional. Pada
metode konvesional, beras diatas flonder dengan sistem kunci 5 agar menjamin tumpukan
tersebut berdiri kokoh dan menjamin keselamatan pekerja di gudang. Metode inkonvesional
merupakan inovasi teknologi penyimpanan secara hermetik, yaitu teknik CO2 stack dan
penggunaan plastik Cocoon. Penggunakan CO2 stack baru dapat dinilai memenuhi ambang
batas ekonomi apabila impelementasinya dilakukan selama 9 bulan.

Gambar 15. Penyimpanan Beras

Pada teknik ini, stapel komoditas disungkup sekedap mungkin dengan plastik
khusus, kemudian gas CO2 diinjeksi hingga kensentrasi 80% dan komoditas dibiarkan
tersungkup dengan gas CO2 hingga kurun waktu yang cukup lama dengan harapan respirasi
komoditas dapat ditekan dan hama maupun jamur yang mungkin ada didalam komoditas
dapat ditekan pertumbuhannya.
Selama penggunaan kedua teknik penyimpanan ini (CO2 dan Cocoon) tidak
diperlukan perlakuan apapun seperti fumigasi/spraying sehingga lebih ramah lingkungan.
Stapel komoditas yang disimpan hanya ditutup dengan kedap menggunakan bahan plastik
khusus yang tahan terhadap sinar ultraviolet, air, cuaca, tidak dapat ditembus oleh gas
oksigen maupun karbon dioksida, dan memiliki rancangan antitikus. Hal yang perlu
dilakukan selama penyimpanan hanya memonitor dan menjaga agar kandungan oksigen
yang terdapat di dalam Cocoon tetap rendah, sedangkan untuk CO2 stack yang dimonitor
adalah kandungan gas CO2. Pada Cocoon, peningkatan gas CO2 dan pengurangan
kandungan oksigen selama penyimpanan, diakibatkan karena adanya respirasi
komoditas/organisme yang ada di dalam komoditas tersebut, bukan akibat hasil injeksi gas
CO2.
17

D. Penyebaran Beras

Penyebaran beras pada umunya disalurkan ke masyarakat berpenghasilan rendah


yaitu beras Raskin bersubsidi. Hal ini keberdaan beras raskin yang mayoritas di gudang
Bulog. Adapun beras impor yang berasal dari vietnam yang disimpan apabila terjadi suatu
keadaan buruk karena memiliki umur simpan yang lama. Juga terdapat beras yang memiliki
kualitas baik yang diserap dari pasaran akibat harga beras dipasaran yang jatuh.

Gambar 16. Penyebaran Raskin

Penyaluran Raskin berawal dari Surat Perintah Alokasi dari pemerintah


Kabupaten/Kota kepada Perum BULOG. Penyaluran ke titik distribusi, BULOG
berdasarkan SPA menerbitkan Surat Perintah Pengeluaran Narang/Delivery Order
(SPPB/DO) beras untuk masing – masing Kecamatan atau Desa kepada Satker Raskin.
Satker Raskin mengambil beras di gudang Perum BULOG, mengangkut dan menyerahkan
beras Raskin kepada Pelaksana Distribusi Raskin di titik Distribusi. Di Titik Distribusi,
penyerahan/penjualan beras kepada RTS-PM (Penerima Manfaat) Raskin dilakukan oleh
Pelaksana distribusi dan terjadi transaksi tunai dengan harga Raskin Rp 1600/kg netto.
Dalam penyebarab Raskin ke desa yang mengajukan permintaan Raskin mengalami
berbagai permasalahan di lapangan. Permasalahan ini biasanya menyangkut
ketidakterimaan warga desa terhadap kualitas beras yang diterima. Namun setelah
dijelaskan oleh pihak distribusi yang memiliki pengetahuan tentang penangganan beras
yang baik, akhirnya beras dapat diterima oleh masyarakat. Beras yang diterima biasanya
beras yang telah disimpan selama 1-2 bulan sehingga terjadi perubahan fisik akibat kadar
air sekitar 14%-16%. Walaupun keadaan fisik beras berubah, beras yang didistribusi
tersebut masih layak dikonsumsi dan kualitasnya masih sama dengan beras medium.
Selain raskin, BULOG juga melakukan bisnis komoditi berupa Beras Premium DN
dan LN. Beras Premium memiliki nilai ekonomi dan kualitas yang lebih baik dibandingkan
beras medium. Beras Premium yang ditangani BULOG merupakan beras kualitas tinggi
yang berasal dari dalam negeri (DN) maupun luar negeri (LN). Pengadaan beras DN
premium BULOG diperoleh melalui pembelian lansung dari penggilingan padi dan beras
lokal unggulan produk UPGB (Unit Penggilingan Gabah Beras) BULOG. Pengadaan beras
LN premium diperoleh melalui impor beras dari Vietnam dan Thailand. Perdagangan beras
premium BULOG dilakukan dengan melakukan penjualan ke pasaran pada umumnya
maupun supermarket.
18

Perputaran distribusi beras juga terjadi antar subdivre dari daerah - daerah surplus
menuju daerah – daerah defisit beras. Penyaluran beras untuk non-golongan anggaran
dilakukan melalui Operasi Pasar Murni, Probis Bulog dan untuk membantu korban bencana
alam.

E. Pengumpulan Data

Data yang diperlukan adalah data yang berhubungan dengan biaya dan data
operasional usaha mesin pengolahan Gabah, antara lain jenis pengolahan dan komponen-
komponennya, biaya-biaya yang dikeluarkan (biaya tetap dan biaya tidak tetap), kapasitas
mesin per jam, rata-rata jam kerja per hari, rata-rata pemakaian bahan bakar per jam, rata-
rata jumlah Beras yang diolah per hari dan sebagainya.

1. Data Biaya Tetap


Data biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan pabrik tanpa
dipengaruhi jumlah output produksi pabrik. Biaya tersebut gaji tenaga kerja, listrik, beli
gabah, gas, telepon, ATK, biaya penyusutan, dan biaya lain-lain.

2. Data Biaya Tidak Tetap


Data biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan pabrik mengikuti
perubahan output produksi pabrik. Biaya tersebut ialah gaji tenaga kerja, listrik, beli
gabah, gas, telepon, ATK, biaya penyusutan, dan biaya lain-lain.

3. Data Biaya Investasi


Biaya investasi adalah biaya modal yang dikeluarkan untuk membiayai
pengadaan barang modal. Biaya tersebut ialah bangunan, tanah, mesin pengering padi,
mesin pembersih gabah, mesin giling gabah, mesin penyosoh, elevator, pemisah fisik
beras, Pusat Pengontrol Mesin ayakan, moisture tester, timbangan, sekop dan mesin
jahit karung.

4. Data Kapasitas Pabrik


Kapasitas pabrik diperolah dengan menghitung jumlah beras yang dihasilkan
per jam. Pada penelitian ini data kapasitas pabrik menggunakan perhitungan jumlah
Beras yang diolah per jam.

5. Data Jumlah Rata-Rata Beras yang Diolah per Hari dan Jam Kerja per Hari
Untuk data rata-rata jumlah Beras yang di olah per hari dan jam kerja rata-rata
per hari diperoleh dengan pengambilan data harian, kemudian dibandingkan dengan
rata-rata jumlah Beras per tahun dan jam kerja per hari dalam setahun melalui data
sekunder. Dari data-data tersebut dapat diperkirakan jumlah Beras yang diolah per hari
dan jam kerja rata-rata per hari.

6. Data Penerimaan Pabrik


Data penerimaan pabrik merupakan data hasil penjualan produk olahan pabrik
dan penerimaan pabrik melalui titip olah kebun seinduk. Produk olahan tersebut ialah
beras, menir, sekam dan dedak.
19

F. Analisis Data

1. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah jenis-jenis yang selama satu periode akan tetap jumlahnya.
Biaya tetap sering juga disebut biaya kepemilikan (owning cost). Biaya ini tidak
tergantung pada produk yang dihasilkan dan bekerja atau tidaknya mesin serta besarnya
relatif tetap. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tetap antara lain biaya penyusutan,
biaya bunga modal, asuransi, pajak, dan biaya bangunan.
Biaya penyusutan adalah biaya yang dikeluarkan akibat penurunan nilai dari
suatu alat atau mesin akibat dari pertambahan umur pemakaian. Hal-hal yang
menyebabkan nilai suatu mesin/alat berkurang antara lain adanya bagian-bagian yang
rusak atau aus, peningkatan biaya operasi dari sejumlah unit output yang sama jika
dibandingkan dengan mesin baru dan sebagainya. Fasilitas yang terdapat pada
penggilingan yang akan dicari biaya penyusutan antara lain adalah bangunan, gudang,
mesin pengolahan, timbangan, dan fasilitas lain yang dimiliki pabrik Pengolahan
gabah. Persamaan biaya penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus dengan
memperhitungkan bunga modal.
Bunga modal sebenarnya berupa biaya semu karena tidak benar-benar
dikeluarkan oleh pabrik Pengolahan gabah. Nilai biaya ini diperhitungkan karena
pabrik Pengolahan gabah telah melakukan investasi sejumlah uang untuk membeli
mesin dan fasilitas lain. Karena telah diinvestasikan, uang tersebut tidak lagi dapat
berkembang jika halnya uang tersebut disimpan di bank.
Pajak yang digunakan dalam perhitungan adalah Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB). Hal ini dikarenakan pajak lainnya yang dikeluarkan perusahaan bersifat rahasia.
Biaya bangunan adalah biaya yang digunakan untuk membangun bangunan pabrik
Pengolahan gabah.

2. Biaya Tidak Tetap


Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada
saat alat dan mesin beroperasi dan jumlahnya bergantung pada jam pemakaiannya.
Apabila jumlah satuan produk yang diproduksi pada masa tertentu naik, maka jumlah
biaya tidak tetap juga naik. Perhitungan biaya tidak tetap dilakukan dalam satuan
Rp/jam. Contoh biaya yang termasuk biaya tidak tetap dalam pabrik Pengolahan gabah
antara lain biaya bahan bakar dan pelumas, biaya pemeliharaan dan perbaikan dan upah
operator.
Biaya bahan bakar dan pelumas akan dikeluarkan jika mesin dioperasikan.
Semakin lama dioperasikan maka makin banyak bahan bakar yang dikonsumsi dan
semakin sering dilakukang penggantian pelumas. Selama mesin Pengolahan gabah
pasti ada terdapat bagian-bagian yang aus dan perlu diganti. Biaya perbaikan meliputi
biaya penggantian barang yang aus, upah tenaga kerja terampil untuk perbaikan khusus,
pengecatan, pembersihan, dan perbaikan karena faktor yang tidak terduga.

3. Biaya Total
Perhitungan biaya total diperlukan adanya nilai perkiraan jam kerja mesin per
tahun. Jam kerja ini bisa didapatkan dari perkiraan jumlah gabah yang digiling per
tahun.
20

4. Biaya Pokok
Biaya pokok adalah jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu
barang, sehingga barang tersebut dapat digunakan. Pada pabrik Pengolahan gabah
biaya pokok merupakan biaya diperlukan untuk mengolah satu kilogram beras.

5. Analisis Titik Impas


Analisis titik impas dapat digunakan untuk mengetahui jumlah produksi dan
penjualan minimal agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Titik impas terjadi jika
penerimaan sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan atau suatu nilai jumlah
produksi dimana keuntungan yang diperoleh sama dengan nol.

G. Analisis Kelayakan Finansial


Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk kepentingan individu atau lembaga
yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut. Penilaian kelayakan suatu proyek
dapat digunakan sebagai alat ukur yang disebut kriteria investasi. Untuk menentukan kriteria
investasi, pada tahap awal perlu melakukan penyusunan arus kas masuk dan keluar untuk
setiap periode selama umur proyek. Dari arus kas tersebut nilai sekarang (present value)
dapat dihitung dengan menggunakan discount factor. Beberapa kriteria untuk menilai
kelayakan investasi yang sering digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of
Return (IRR), dan BC Ratio.

F. Analisis Sensitivitas
Pengulangan perhitungan perlu dilakukan karena dalam analisis proyek umumnya
didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak unsur ketidakpastian tentang
apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Ketidakpastian tersebut misalnya terjadi
suatu kesalahan pendugaan suatu nilai biaya atau manfaat dan kemungkinan terjadi
perubahan suatu unsur harga pada saat proyek/penelitian dilaksanakan, perubahan unsur
harga dalam suatu pabrik Pengolahan gabah misalnya perubahan terhadap harga bahan
bakar, kenaikan upah, dan penurunan jumlah pengolahan tahunan.
Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sampai berapa persen peningkatan dan
penurunan faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi
yaitu dari layak menjadi tidak layak.
21

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Alat dan Mesin Pengolahan Gabah

Pengolahan gabah di UPGB Rengasdengklok merupakan proses pengolahan gabah


untuk menghasilkan beras, dedak, menir dan sekam. Proses pengolahan tersebut melalui
beberapa mesin, yaitu mesin pembersihan gabah dari jerami, kotoran dan benda lain selain
gabah, mesin penggilinggan (Husker), mesin ayakan, mesin penyosoh (polisher), dan mesin
pemisahan beras kepala, menir dan broken. Selain itu, distribusi beras dari mesin ke mesin
dibantu oleh elevator yang memiliki ukuran 3 meter dan 5 meter. Spesifikasi alat dan mesin
pengolahan gabah tersebut disajikan pada Lampiran 2.

B. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah jenis-jenis biaya yang selama satu periode akan tetap jumlahnya.
Biaya tetap sering juga disebut biaya kepemilikan (owning cost). Biaya tetap pengolahan
gabah di UPGB Bulog Rengasdengklok ialah gaji tenaga kerja, listrik, beli gabah, gas,
telepon, ATK, biaya penyusutan, dan biaya lain-lain disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Biaya tetap pengolahan gabah di Pabrik UPGB Rengasdengklok


Uraian Jumlah Harga Pengeluaran/tahun
Tenaga Kerja
a. Kepala UPGB 1 Rp 10.000.000 Rp 120.000.000
b. Staff 1 Rp 4.000.000 Rp 48.000.000
Listrik (kWh) 100 Rp 1.350 Rp 1.620.000
Gabah (kg) 8064,516129 Rp 4.000 Rp 2.903.225.806
Gas (kg) 3 Rp 7.000 Rp 252.000
Telepon (detik) 10000 Rp 100 Rp12.000.000
ATK 1 Rp 200.000 Rp 2.400.000
Biaya Penyusutan 1 Rp 522.406 Rp 94.033.131
Biaya lain-lain 1 Rp 5.000.000 Rp 60.000.000
Jumlah Rp 19.734.856 Rp 3.241.530.937
*Sumber: Diolah dari Unit UPGB Bulog Karawang

Pada Tabel 2 disajikan data biaya tetap pada tahun 2016 untuk melakukan kegiatan
produksi di Pabrik UPGB Rengasdengklok yang tidak dipengaruhi oleh jumlah output
produksi. Total biaya tetap sangat besar yaitu Rp 3.241.530.937 angka ini dipengaruhi oleh
tingginya komponen biaya beli gabah yaitu Rp 2.903.225.806.
Bulog selalu menyerap hingga ribuan ton gabah petani di tiap daerah ketika musim
panen sehingga biaya untuk membeli gabah sangat tinggi dibandingkan biaya kepemilikan
lainnya. Hal ini sesuai dengan mandat bulog untuk melindungi petani dari jatuhnya harga
gabah yang turun akibat panen raya sehingga petani merugi.
22

C. Biaya Tidak Tetap

Biaya tidak tetap merupakan komponen biaya yang dipengaruhi oleh output
produksi Pabrik UPGB Rengasdengklok. Komponen biaya tidak tetap tersebut yaitu upah
giling, upah bongkar, upah angkut, operator, rol husker, bahan bakar dan kemasan yang
disajikan pada tabel 3 sebagai berikut.

Tabel 5 Biaya tidak tetap pengolahan gabah di Pabrik UPGB Rengasdengklok


Uraian Biaya/kg dalam setahun
Upah Giling (Rp/kg) Rp 12.150.000
Upah Bongkar (Rp/kg) Rp 3.600.000
Upah Angkut (Rp/kg) Rp 3.600.000
Operator (Rp/hari) Rp 450.000
Rol Husker Rp 3.600.000
Bahan Bakar (liter) Rp 29.025.000
Kemasan Rp 67.500.000
Jumlah Rp 119.925.000
*Sumber: Diolah dari Unit UPGB Bulog Karawang

Komponen biaya premi pengolahan (Tabel 3) merupakan biaya yang dikeluarkan


pabrik terhadap karyawan pelaksana yang berhasil melakukan pekerjaan melebihi target
yang ditetapkan perusahaan. Oleh karena itu, biaya premi merupakan komponen biaya tidak
tetap yaitu dipengaruhi oleh jumlah output produksi. Pada tabel 3 menunjukkan bahwa
apabila output produksi yang dihasilkan sebanyak 5 ton beras maka biaya tidak tetapnya
sebesar Rp 119.925.000,-

D. Kapasitas Pabrik
Pabrik UPGB Rengasdengklok memiliki kapasitas terpasang 3 ton beras/jam. Pada
kenyataannya, kapasitas terpasang itu sulit tercapai karena beberapa faktor, yaitu gabah
yang berkualitas rendah (ditemukan banyak gabah hampa) dan kondisi alat/mesin
pengolahan. Pada saat praktek lapang diperoleh data kapasitas pabrik seperti yang disajikan
pada Tabel 6.
Tabel 6 Kapasitas pengolahan gabah di Pabrik UPGB Rengasdengklok
Hari Gabah Rendemen Jam Kerja Kapasitas
ke- (jam) (kg/jam)
1 5,77 64% 8 1478
2 6,79 62% 8 1366
3 13,25 60% 8 1586
4 14,57 58% 8 1639
5 14,37 63% 8 1704
6 14,11 62% 8 1683
7 13,47 59% 8 1585
8 13,40 62% 8 1482
9 13,67 63% 8 1586
10 16,85 62% 10 1678
126,25 62% 82 1578,7
*Sumber: Diolah dari Unit UPGB Bulog Karawang
23

Pada tabel 6 menunjukkan bahwa pada hari ke-1 dan ke-2 pengolahan gabah sangat
sedikit dikarenakan mesin penggilinggan terjadi berbagai masalah. Selain itu, kemampuan
genset dalam mensuplay tenaga mengalami kendala oleh sistem radiator mesin yang
bermasalah sehingga genset cepat panas. Kemudian pada hari UPGB tidak beroperasi
dilakukanlah perbaikan genset dan mesin penggiling. Alhasil, pada hari kerja UPGB,
penggilinggan dapat bekerja dengan baik dan mampu mengolah gabah diatas 13 ton gabah
per hari.

E. Biaya Investasi
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian barang modal.
Biaya investasi yang dikeluarkan oleh Pabrik UPGB Rengasdengklok yaitu bangunan,
tanah, mesin pengering padi, mesin pembersih gabah, mesin giling gabah, mesin penyosoh,
elevator, pemisah fisik beras, Pusat Pengontrol Mesin ayakan, moisture tester, timbangan,
sekop dan mesin jahit karung. Pada Tabel 5 disajikan rincian biaya investasi Pabrik UPGB
Rengasdengklok.
Tabel 7 Investasi Pendirian Pabrik UPGB Rengasdengklok
No Komponen Jumlah Umur ekonomis Jumlah
1 Bangunan 1 20 tahun 200.000.000
2 Tanah 1 20 tahun 50.000.000
3 Mesin Penggering Padi 1 7 tahun 157.500.000
4 Paddy Cleaner Bermotor 1 7 tahun 21.275.000
5 Paddy Cleaner PC 3500 1 7 tahun 40.250.000
6 Husker 1 7 tahun 38.426.000
7 Polisher
a. Yanmar TF 12,5 hp 1 7 tahun 51.224.450
b. Yanmar TS 19 hp 1 7 tahun 55.824.450
c. Yanmar TS 23 hp 1 7 tahun 58.124.450
8 Separator Pemisah Kulit
a. Manual 1 7 tahun 12.650.000
b. Bermotor 2 7 tahun 37.950.000
9 Separator Pemisah Menir
a. Manual 1 7 tahun 12.650.000
b. Bermotor 1 7 tahun 18.975.000
10 Seed Cleaner 1 7 tahun 29.325.000
11 Elevator
a. 3 m (1,5 hp) 2 7 tahun 37.000.000
b. 5 m (3 hp) 4 7 tahun 100.000.000
11 RMU ONE PASS 1 7 tahun 75.900.000
12 Moister Tester Multi 1 3 tahun 5.500.000
Komoditi
13 Timbangan Duduk biasa 1 7 tahun 3.300.000
14 Timbangan duduk digital 1 7 tahun 4.400.000
15 Mesin Jahit karung 1 7 tahun 1.100.000
16 Sekop 4 7 tahun 800.000
Jumlah 1.012.174.350
*Sumber: Diolah dari Unit UPGB Bulog Karawang
24

Penentuan umur teknis seperti yang telah diasumsikan dalam metode adalah melalui
pengamatan di lapangan dan studi literatur. Selain itu, umur teknis disesuaikan dengan umur
proyek sehingga penggunaannya dapat efektif.

F. Biaya Total

Biaya total merupakan biaya keseluruhan yang diperlukan untuk mengoperasikan


suatu mesin pertanian. Biaya ini merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap
dan dinyatakan dalam satuan Rp/jam. Pada Tabel 8 disajikan biaya total Pabrik UPGB
Rengasdengklok

Tabel 8 Biaya total di Pabrik UPGB Rengasdengklok


Uraian Jumlah
Biaya Tetap (Rp/tahun) Rp 3.241.530.937,17
Biaya Tidak Tetap (Rp/tahun) Rp 119.925.000,00
Jam Kerja/tahun 450
Biaya total (Rp/jam) Rp 7.469.902,08
*Sumber: Diolah dari Unit UPGB Bulog Karawang

Kinerja UPGB Bulog ditentukan oleh banyak serapan gabah yang diperoleh dari
petani pada saat panen maupun yang tersimpan. Jika dirata-rata jam kerja UPGB dalam
setahun adalah 8 jam/hari, namun ketika pada saat pengolahan atau mesin penggiling padi
menyala hanya 450 jam/tahun sehingga biaya total yang diperoleh dalam setahun cukup
tinggi yaitu sekitar Rp 7.469.902,08 apabila yang diolah gabah sebanyak 725,8
ton/tahun.

G. Biaya Pokok

Biaya pokok merupakan biaya yang diperlukan pabrik untuk mengolah tiap kilogram
gabah. Oleh karena itu, Biaya Pokok Pabrik UPGB Rengasdengklok dinyatakan dengan
Rp/kg. Pada Tabel 9 disajikan biaya pokok Pabrik UPGB Rengasdengklok.

Tabel 9 biaya pokok Pabrik UPGB Rengasdengklok


Uraian Jumlah
Biaya Total (Rp/jam) Rp 7.469.902,08
Kapasitas Kerja (kg/jam) 1578,70
Biaya Pokok (Rp/kg) Rp 4.731,68
*Sumber: Diolah dari Unit UPGB Bulog Karawang

Dari biaya pokok tersebut, harga minimum beras adalah Rp 4.731,68/kg jika menyerap
gabah petani sebanyak 725,8 ton/tahun.
25

H. Penerimaan Pabrik

Penerimaan Pabrik UPGB dalam setahun apabila hasil giling gabah diperuntukkan
untuk dijual ke bulog maka akan dibeli dengan harga Rp 7300,-/kg. Pada Tabel 10 disajikan
data penerimaan Pabrik UPGB Rengasdengklok.

Tabel 10 Penerimaan Hasil Olah di Pabrik UPGB Rengasdengklok


Komoditi Harga Jumlah/tahun Pendapatan/tahun
Jual
Beras Rp7.300 450.000 Rp3.285.000.000
Dedak Rp1.250 72.581 Rp90.725.806
Sekam Rp50 145.161 Rp7.258.065
Menir Rp3.500 58.065 Rp203.225.806
Total Rp3.586.209.677
*Sumber: Diolah dari Unit UPGB Bulog Karawang

Pada tabel 10 diatas, hasil olah gabah terdiri dari beras, dedak, sekam, dan menir.
Harga untuk dedak, sekam dan menir ditentukan oleh konsumen yang ingin membeli
komoditi tersebut sehingga harga yang ditawarkan tergantung oleh kesepakatan dengan
konsumen. Harga yang ditulis pada tabel 10 didapat berdasarkan hasil penjualan UPGB ke
konsumen ketika pada saat pelaksanaan praktik lapang.

I. Analisis Titik Impas

Titik impas (Break even point) adalah suatu titik dimana terjadi keseimbangan antara
dua alternatif yang berbeda. Sehingga, kondisi diluar titik tersebut akan mempengaruhi
pengambilan keputusan.
Penentuan titik impas dapat dilakukan dengan menggunakan metode grafik, yaitu
dengan memplotkan data total biaya (Rp/tahun) dan penerimaan (Rp/tahun) dengan
beberapa kombinasi input produksi yang berbeda. Pertemuan antara kurva total biaya
dengan penerimaan merupakan titik impas, dimana pada kondisi tersebut total biaya sama
dengan penerimaan. Gambar 17 merupakan grafik titik impas Pabrik UPGB
Rengasdengklok.

Rp6.000.000.000
Rp5.000.000.000
Rp4.000.000.000
Rp3.000.000.000
Rp2.000.000.000 Pengeluaran
Rp1.000.000.000 Penghasilan
Rp-

Jumlah Gabah/tahun (ton)

Gambar 17 titik impas Pabrik UPGB Rengasdengklok


26

Grafik titik impas (Gambar 17) menghasilkan dua persamaan, yaitu dari kurva
penghasilan y = 4941x dan kurva pengeluaran y = 4166x + 3,38E+08. Maka, pertemuan
kedua kurva tersebut adalah 436263,8056 kg atau 436,3 ton gabah/tahun.
Pabrik UPGB Rengasdengklok akan mencapai titik impas pada saat input produksi
436,3 ton gabah/tahun. Pada bagian kiri titik impas (Gambar 17) kurva penerimaan berada
dibawah kurva biaya, ini berarti jumlah biaya yang dikeluarkan lebih tinggi dari penerimaan
atau perusahaan mengalami kerugian. Sebaliknya pada bagian kiri titik impas, kurva
penerimaan sudah berada di atas kurva total biaya berarti perusahaan mendapat keuntungan.
Kedua persamaan tersebut dipengaruhi oleh tiga peubah, yaitu biaya tetap, biaya
tidak tetap, dan harga jual. Perubahan peubah tersebut dapat mengubah kurva dan
menggeser titik impas yang semula.

1. Perubahan Biaya Tetap


Kenaikan biaya tetap akan menggeser kurva total biaya keatas sejajar dengan
kurva biaya semula apabila komponen biaya yang lain tetap. Akibatnya, maka titik
pertemuan antar kedua kurva akan bergeser ke kanan. Hal ini berarti perusahan harus
mengolah lebih dari 436,3 ton gabah/tahun, agar tidak mengalami kerugian.

2. Perubahan Biaya Tidak Tetap


Kurva total biaya pada grafik titik impas (Gambar 17) merupakan kurva dengan
persamaan linear dengan biaya tidak tetap sebagai kemiringan kurva total biaya.
Kenaikan biaya tidak tetap menyebabkan pertambahan kemiringan kurva total biaya,
sehingga akan menggeser titik pertemuan kedua kurva kearah kanan. Sebaliknya,
penurunan biaya tidak tetap menyebabkan penurunan kemirngan kurva total biaya,
sehingga akan menggeser titik pertemuan kedua kurva kearah kiri.
Jika komponen biaya yang lain tetap, maka kenaikan biaya tidak tetap
mengharuskan perusahaan mengolah lebih dari 436,3 ton gabah/tahun. Hal ini
dilakukan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

3. Perubahan Harga Jual


Harga jual akan mempengaruhi titik impas. Apabila terjadi kenaikan harga jual
beras dan hasil olah gabah lainnya, maka titik impas akan bergeser ke kiri. Sebaliknya,
jika terjadi penurunan harga jual beras dan hasil olah gabah lainnya, maka titik impas
akan bergeser ke kanan.
Jika terjadi penurunan harga jual beras dan hasil olah gabah lainnya, maka
perusahaan harus mengolah lebih dari 436,3 ton gabah/tahun

J. Analisis Kelayakan Finansial

1. Net Present Value (NPV)


Perhitungan nilai NPV menggunakan komponen biaya investasi, biaya tetap,
biaya tidak tetap, penerimaan, suku bunga diskonto, dan umur teknis. Pada Lampiran 3
disajikan cash flow Pabrik UPGB Rengasdengklok dengan umur proyek 15 tahun dan
pada Tabel 11 disajikan hasil perhitungan NPV Pabrik UPGB Rengasdengklok.
27

Tabel 11 NPV di Pabrik UPGB Rengasdengklok


T B-C DF Nilai Sekarang
(12%)
1 Rp(1.012.174.350) 1 Rp(1.012.174.350)
2 Rp 193.906.966 0,8929 Rp 173.131.220
3 Rp 193.906.966 0,7972 Rp 154.581.446
4 Rp 193.906.966 0,7118 Rp 138.019.148
5 Rp 193.906.966 0,6355 Rp 123.231.382
6 Rp 193.906.966 0,5674 Rp 110.028.020
7 Rp 193.906.966 0,5066 Rp 98.239.304
8 Rp 193.906.966 0,4523 Rp 87.713.664
9 Rp 193.906.966 0,4039 Rp 78.315.771
10 Rp 193.906.966 0,3606 Rp 69.924.796
11 Rp 193.906.966 0,3220 Rp 62.432.853
12 Rp 193.906.966 0,2875 Rp 55.743.619
13 Rp 193.906.966 0,2567 Rp 49.771.089
14 Rp 193.906.966 0,2292 Rp 44.438.472
15 Rp 193.906.966 0,2046 Rp 39.677.207
NPV Rp 273.073.642

Berdasarkan hasil perhitungan (Tabel 9), nilai NPV UPGB Rengasdengklok


adalah Rp 273.073.642,-. Hal ini Berarti, proyek pabrik Gabah menggunakan
komponen biaya dan data produksi Pabrik UPGB Rengasdengklok dengan umur proyek
15 tahun layak untuk dijalankan dan pengusaha akan memperoleh keuntungan dengan
menjalankan proyek ini.

2. Internal Rate of Return (IRR)


IRR merupakan alat analisis untuk mengetahui tingkat pengembalian modal
suatu proyek. Suatu proyek akan dinyatakan layak bila nilai IRR lebih besar dari nilai
discount rate. Berdasarkan Cash Flow Pabrik Pengolahan Gabah UPGB
Rengasdengklok (Lampiran 3) dan perhitungan yang dilakukan, nilai IRR Pabrik
Pengolahan Gabah UPGB Rengasdengklok adalah 18%, hal ini berarti proyek pabrik
Pengolahan Gabah menggunakan komponen biaya dan data produksi Pabrik
Pengolahan Gabah UPGB Rengasdengklok dengan umur proyek 15 tahun layak untuk
dijalankan karena nilai IRR yang diperoleh lebih dari discount rate yaitu 12%.
Nilai IRR lebih dari discount rate berarti pengusaha lebih untung jika
menginvestasikan uang untuk proyek ini ketimbang menginvestasikannya di bank. Hal
ini dikarenakan tingkat pengembalian modal proyek ini lebih cepat ketimbang tingkat
suku bunga yang dibebankan.

3. Benefit-Cost Ratio (BC Ratio)


Perhitungan BC Ratio yang digunakan adalah Net BC Ratio. Berdasarkan Cash
Flow Pabrik Pengolahan Gabah UPGB Rengasdengklok (Lampiran 3) dan perhitungan
yang dilakukan, nilai BC Ratio Pabrik Pengolahan Gabah UPGB Rengasdengklok
adalah 1,27. Hal ini berarti Pabrik Pengolahan Gabah UPGB Rengasdengklok
menggunakan komponen biaya Pabrik Pengolahan Gabah UPGB Rengasdengklok
28

dengan umur proyek 15 tahun layak untuk dijalankan karena nlai BC Ratio yang
diperoleh lebih dari satu.
Nilai BC Ratio lebih dari satu berarti rasio penerimaan dan biaya proyek ini
memberikan keuntungan, karena komponen penerimaan lebih besar ketimbang
komponen biaya dalam 15 tahun. Oleh karena itu, proyek ini akan memberikan
keuntungan kepada pengusaha jika dijalankan.

K. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas pada pabrik UPGB Rengasdengklok dilakukan untuk


mempelajari perubahan pada salah satu atau lebih komponen biaya.Sebelum dilakukan
analisis sensitivitas, perlu ditentukan terlebih dahulu variabel kritis yang diperkirakan dapat
dengan cepat berubah karena pengaruh dari keadaan sosial, politik, dan ekonomi saat itu
dan dapat mengakibatkan perubahan biaya serta timbulnya risiko pada usaha. Pada pratek
lapang ini, variabel kritis yang dipilih untuk dimasukkan dalam perhitungan analisis
sensitivitas yaitu kenaikan harga bahan bakar dan upah tenaga kerja per tahun.
Perubahan biaya tetap dan biaya tidak tetap sangat mungkin terjadi selama umur
proyek.Perubahan tersebut dapat terjadi pada salah satu, beberapa, atau bahkan keseluruhan
komponen biaya tetap.Perubahan ini dapat terjadi sewaktu waktu dan sulit diprediksi.
Dalam analisis ini hanya mengubah biaya tidak tetap saja tanpa terjadi perubahan
biaya tetap. Hal ini dikarenakan Bulog memiliki wewenang dalam menyerap gabah petani
sebesar-besarnya sehingga jumlah gabah yang digiling dalam setahun tidak akan berkurang.
Selain itu, biaya tidak tetap yang berubah adalah biaya bahan bakar dan upah. Biaya bahan
bakar dan upah memiliki hubungan yang erat dimana ketika bahan bakar naik maka upah
tenaga kerja juga naik. Oleh karena itu, perlu diketahui hingga berapa persentase kenaikan
biaya bahan bakar dan upah pekerja agar pabrik pengolahan gabah memiliki kelayakan
finansial.

1. Kenaikan Biaya Bahan Bakar dan upah pekerja


Kenaikan Biaya Bahan Bakar dan upah pekerja sebagai biaya operasional tentu
mempengaruhi tingkat kelayakan pabrik pengolahan gabah. Oleh karena itu, seringkali
pabrik pengolahan gabah mengalami kerugian apabila biaya bahan bakar dan upah
pekerja mengalami kenaikan. Sebaliknya, pabrik pengolahan gabah memperoleh
keuntungan saat biaya bahan bakar dan upah mengalami penurunan.
Perubahan biaya bahan bakar dan upah pekerja dipengaruhi oleh banyak faktor,
antara lain kenaikan harga bahan bakar, penambahan biaya operasional pekerja dan
lainnya.
Pemilihan tingkat perubahan pada analisis ini ialah perubahan harga yang
berpotensi mengubah keadaan atau tingkat kelayakan. Oleh karena analisis sebelumnya
(NPV,IRR, PBP dan BC Ratio) menunjukkaan kelayakan, maka pada analisis ini
tingkat perubahan harga yang memiliki sensitivitas terhadap perubahan keadaan atau
tingkat kelayakan adalah biaya bahan bakar dan upah pekerja.
Pada Tabel 10 disajikan hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap kenaikan
biaya bahan bakar dan upah pekerja sebesar 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%,
80%, 90% dan 100%.
29

Tabel 12 analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya bahan bakar dan upah pekerja
Analisis Sensitivitas Analisis Kelayakan
Kenaikan Kenaikan IRR NPV (Rp) PBP Nett Gross
Biaya Bahan Biaya Upah B/C B/C
Bakar
10% 10% 17% 240711610 11 1,2378 1,0103
20% 20% 17% 208349579 11 1,2058 1,0089
30% 30% 16% 175987548 11 1,1739 1,0075
40% 40% 16% 143625516 12 1,1419 1,0061
50% 50% 15% 111263485 13 1,1099 1,0047
60% 60% 14% 78901453 13 1,0780 1,0034
70% 70% 13% 46539422 14 1,0460 1,0020
80% 80% 12% 14177391 15 1,0140 1,0006
90% 90% 12% -18184641 16 0,9820 0,9992
100% 100% 11% -50546672 18 0,9501 0,9979

Kenaikan biaya bahan bakar dan upah pekerja 10% hingga 80% (tabel 10) tidak
mengubah tingkat kelayakan pabrik pengolahan gabah Rengasdengklok. Hal ini berarti
kenaikan biaya bahan bakar dan upah pekerja sebesar 10% hingga 80% selama umur
proyek tidak berpengaruh terhadap tingkat kelayakan proyek ini dan pengusaha tetap
memperoleh keuntungan.
Dari tabel sesnsitivitas ini menunjukkan bahwa kinerja UPGB masih terbilang
layak pada saat ini. Jika permasalahan UPGB yaitu minimnya kegiatan penggilingan
belum memperoleh solusi untuk meningkatkan produksi akan berdampak pada
kerugian UPGB dalam pengolahan. Hal ini mesin UPGB selalu membutuhkan biaya
perawatan setiap bulannya. Oleh karena itu, untuk menghindari ketidaklayakan proses
produksi UPGB dalam setahun harus dapat memproduksi gabah sebesar 7650 ton gabah
dan menghasilkan 4590 ton beras.
30

NPV B/C
300 1,4000
250 1,2000
NPV (Jutaan Rupiah)

200 1,0000
150 0,8000

B/C
100 0,6000
Nett B/C
50 0,4000
Gross B/C
0 0,2000
10% 50% 100% -
-50
10% 50% 100%
-100

Kenaikan biaya bahan bakar dan upah Kenaikan biaya bahan bakar dan upah
pekerja pekerja
(a) (b)

PAY BACK POINT IRR


20 20%
PAY BACK POINT

15 15%
10
IRR

10%
5
5%
0
10% 50% 100% 0%
KENAIKAN BIAYA BAHAN BAKAR DAN 10% 50% 100%
UPAH KENAIKAN UPAH DAN BAHAN BAKAR

(c) (d)

Gambar 18 Grafik analisis NPV terhadap kenaikan biaya bahan bakar dan upah pekerja (a),
grafik analisis BC Ratio terhadap kenaikan biaya bahan bakar dan upah pekerja (b),
grafik analisis PBP terhadap kenaikan biaya bahan grafik analisis PBP terhadap
kenaikan biaya bahan bakar dan upah pekerja (c) dan grafik analisis IRR terhadap
kenaikan biaya bahan bakar dan upah pekerja (d) bakar dan upah pekerja (c) dan
grafik analisis IRR terhadap kenaikan biaya bahan bakar dan upah pekerja (d)

Kenaikan biaya bahan bakar dan upah pekerja ketika kenaikan diatas sama
dengan 90% (Tabel 10) menyebabkan perubahan tingkat kelayakan Pabrik UPGB
Rengasdengklok, dimana semula layak menjadi tidak layak. Nilai NPV yang diperoleh
adalah Rp. –18 184 641 ketika naik 90% dan Rp. -50 546 672 ketika naik 100%, nilai
IRR yang diperoleh adalah 11,73% ketika naik 90% dan 10,89% ketika naik 100%, dan
nilai BC Ratio yang diperoleh adalah 0,9820 ketika naik 90% dan 0,9501 ketika naik
100%. Titik impas pada analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya bahan bakar dan
upah pekerja ialah pada kenaikan biaya bahan bakar dan upah pekerja sebesar 84,38%%
(Gambar 18).
31

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Analisis biaya pada pada Pabrik UPGB Rengasedngklok menghasilkan biaya tetap
adalah Rp 3.241.530.937 /tahun, biaya tidak tetap adalah Rp 119.925.000/tahun, biaya
investasi adalah Rp. Rp 94.033.131/tahun, biaya total adalah Rp 7.469.902,08 /jam, biaya
pokok adalah Rp. 4.731,68 /kg, dan penerimaan pabrik adalah Rp3.586.209.677 /tahun.
Analisis titik impas pada Pabrik UPGB Rengasdengklok menghasilkan titik impas pada
produksi 436,3 ton gabah/tahun. Analisis kelayakan Pabrik UPGB Rengasdengklok
menghasilkan nilai Net Present Value (NPV) adalah Rp 273.073.642, nilai Internal Rate of
Return (IRR) adalah 18%, dan nilai Benefit Cost Ratio (BC Ratio) adalah 1,27. Ini berarti,
Pabrik UPGB Rengasdengklok layak. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya bahan
bakar dan upah pekerja diatas 84,38% menyebabkan Pabrik UPGB Rengasdengklok
menjadi tidak layak berdasarkan analisis NPV, IRR, dan BC Ratio

B. Saran
Mesin – mesin yang dimiliki sebaiknya dapat beroperasi sepanjang tahun agar tidak
terjadi permasalahan akibat mesin tidak digunakan. Olehkarena itu perlu suatu solusi
pemecahan dan perhatian terhadap mesin unit penggilinggan UPGB agar dapat terus
digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Gittinger JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian Ed ke-2. Jakarta (ID): UI
Press.
Mulyadi. 1986. Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok Produksi, dan Pengendalian Biaya.
Yogyakarta (ID): UGM Press.
Pramudya B. 2010. Ekonomi Teknik. Bogor (ID): IPB
32

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data mengenai luas lahan, produktivitas lahan, jumlah panen dan penggunaan
lahan di Kabupaten Karawang
Kondisi Pertanian Kabupaten Karawang
Luas Lahan Sawah 98430 Ha
Sawah Pengairan Teknis 86457 Ha
Sawah Setengah Teknis 4376 Ha
Sawah Pengairan Sederhana 3236 Ha
Sawah Tadah Hujan 3917 Ha
Sawah Irigasi desa/non PU 360 Ha

Luas Pemanfaatan Lahan Sawah Sebagai Berikut


Ditanami padi 2 kali satu tahun 92383 Ha
Ditanami padi 3 kali satu tahun 4400 Ha
Ditanami padi 1 kali satu tahun 1533 Ha
33

Lampiran 2. Spesifikasi Unit Mesin Penggilinggan Padi UPGB


1. Mesin Pembersih Gabah Dari Jerami/Kotoran Dalam Ukuran Besar
Nama Agrindo Paddy Cleaner Model: PC-200
Spesifikasi
Tipe PC-200
Kapasitas (Ton/jam) 10 – 15
Kebutuhan Tenaga (HP) 14
Putaran (rpm) 310
Berat (kg) 1245

2. Mesin Pengering Padi


Nama Agrindo Padi Sentra
Spesifikasi
Model ADR 12 L
Kapasitas Pengering (Ton/hari) (dari kadar 50-60
24% - 15%)
Ruang instalasi (mm) 6.785 X 3.720 X 14.000
Kapasitas Tampung 12
Waktu Siklus 30
Tenaga (HP) 25
0
Temperatur ( C) 70 – 90
Bahan Bakar Soalar (HSD)/Minyak Tanah
Konsumsi Bahan Bakar (liter/jam)j 15 - 30

3. Mesin Pembersih Gabah Dari Kotoran Dalam Ukuran Kecil


Nama Agrindo Paddy Cleaner Model: APC-3
Spesifikasi
Tipe PC-200
Kapasitas (Kg/jam) 3000
Kebutuhan Tenaga (HP) 2,2
Putaran (rpm) 470 – 480
Berat (kg) 250

4. Mesin Pecah Kulit Gabah


Spesifikasi
Model HU10MC (Head Only) BHC-3000 (Body Only)
Kapasitas Gabah Panjang 3 – 3,5 2,5 – 4,0
(ton/jam) Gabah Pendek 3,5 - 4
Kebutuhan Tenaga (HP) 5,5 2,2 – 3
Putaran (rpm) 1050 2250
Berat (kg) 300 -
Ukuran rol Karet (Panjang x 10” x 10” -
diameter (inch)
34

5. Paddy Separator (Mesin Pemisah Pecah Kulit Dengan Gabah)


Spesifikasi
Tipe RPS10A
Kapasitas (ton/jam) 1,0 – 1,2
Kebutuhan Tenaga (HP) 1
Ukuran (P x L x T) 1250 x 1025 x1115
Berat (kg) 180

6. Mesin Pemisah Beras Hasil Giling


Nama Agrindo Rotary Sifter
Spesifikasi
Tipe ARS 3000
Kapasitas (Kg/jam) 3000
Kebutuhan Tenaga (kW) 0,75
Putaran (rpm) 230

7. Mesin Pemutih Beras Abrassive


Spesifikasi
Tipe RMB10G
Kapasitas (Kg/jam) 1500
Kebutuhan Tenaga kW/HP 15/20
Putaran (rpm) 1450
Berat (kg) 132

8. Mesin Pemoles Beras


Spesifikasi
Tipe RA-1500
Kapasitas (Kg/jam) 1500
Kebutuhan Tenaga HP 23
Dimensi (P x L x T) 1400 x 655 x 1320
Putaran (rpm) 850
Berat (kg) 250

9. Mesin Pemisah Kualitas Beras


Nama Agrindo Length Grader model: ALG-2000
Spesifikasi
Tipe ALG-2000
Kapasitas (Kg/jam) 2000
Kebutuhan Tenaga (kW) 1,5
Putaran (rpm) 380
35
Lampiran 3. Investasi Mesin Penggiling Padi UPGB
No Komponen Jumlah Harga Jumlah Umur Punyustan Nilai Akhir
1 Bangunan 1 200.000.000 200.000.000 20 9.000.000 20.000.000
2 Tanah 1 50.000.000 50.000.000 20 2.250.000 5.000.000
3 Mesin Penggering Padi 1 157.500.000 157.500.000 7 20.250.000 15.750.000
4 Paddy Cleaner Bermotor 1 21.275.000 21.275.000 7 2.735.357 2.127.500
5 Paddy Cleaner PC 3500 1 40.250.000 40.250.000 7 5.175.000 4.025.000
6 Husker 1 38.426.000 38.426.000 7 4.940.486 3.842.600
7 Polisher
a. Yanmar TF 12,5 hp 1 51.224.450 51.224.450 7 6.586.001 5.122.445
b. Yanmar TS 19 hp 1 55.824.450 55.824.450 7 7.177.429 5.582.445
c. Yanmar TS 23 hp 1 58.124.450 58.124.450 7 7.473.144 5.812.445
8 Separator Pemisah Kulit
a. Manual 1 12.650.000 12.650.000 7 1.626.429 1.265.000
b. Bermotor 2 18.975.000 37.950.000 7 2.168.571 3.795.000
9 Separator Pemisah Menir
a. Manual 1 12.650.000 12.650.000 7 1.626.429 1.265.000
b. Bermotor 1 18.975.000 18.975.000 7 2.439.643 1.897.500
10 Seed Cleaner 1 29.325.000 29.325.000 7 3.770.357 2.932.500
11 Elevator
a. 3 m (1,5 hp) 2 18.500.000 37.000.000 7 2.114.286 3.700.000
b. 5 m (3 hp) 4 25.000.000 100.000.000 7 2.142.857 10.000.000
11 RMU ONE PASS 1 75.900.000 75.900.000 7 9.758.571 7.590.000
12 Moister Tester Multi 1 5.500.000 5.500.000 3 1.650.000 550.000
Komoditi
13 Timbangan Duduk biasa 1 3.300.000 3.300.000 7 424.286 330.000
14 Timbangan duduk digital 1 4.400.000 4.400.000 7 565.714 440.000
15 Mesin Jahit karung 1 1.100.000 1.100.000 7 141.429 110.000
16 Sekop 4 200.000 800.000 7 17.143 80.000
1.012.174.350 94.033.131 101.217.435
36

Lampiran 4. Biaya tetap dan Biaya Tidak Tetap

Biaya Tetap
No Uraian Jumlah Harga Pengeluaran/Bulan Pengeluaran/tahun
1 Tenaga Kerja
a. Kepala UPGB 1 Rp 10.000.000 Rp 10.000.000 Rp 120.000.000
b. Staff 1 Rp 4.000.000 Rp 4.000.000 Rp 48.000.000
2 Listrik (kWh) 100 Rp 1.350 Rp 135.000 Rp 1.620.000
3 Gabah (kg) 8750 Rp 4.000 Rp 525.000.000 Rp 3.150.000.000
4 Gas (kg) 3 Rp 7.000 Rp 21.000 Rp 252.000
5 Telepon (detik) 10000 Rp 100 Rp 1.000.000 Rp 12.000.000
6 ATK 1 Rp 200.000 Rp 200.000 Rp 2.400.000
7 Biaya Penyusutan 1 Rp 522.406 Rp 15.672.188 Rp 94.033.131
8 Biaya lain-lain 1 Rp 5.000.000 Rp 5.000.000 Rp 60.000.000
Jumlah Rp 19.734.856 Rp 561.028.188 Rp 3.488.305.131

Biaya Tidak Tetap


No Faktor Variabel Gabah Rendemen Biaya Biaya/kg Biaya/kg dalam Biaya/kg dalam
(kg) dalam sehari sebulan setahun
1 Upah Giling (Rp/kg) 8750 62% Rp 27 Rp 146.475 Rp 2.197.125 Rp 13.182.750
2 Upah Bongkar (Rp/kg) 8750 62% Rp 8 Rp 43.400 Rp 651.000 Rp 3.906.000
3 Upah Angkut (Rp/kg) 8750 62% Rp 8 Rp 43.400 Rp 651.000 Rp 3.906.000
4 Operator (Rp/hari) 8750 62% Rp 1 Rp 5.425 Rp 81.375 Rp 488.250
5 Rol Husker 8750 62% Rp 8 Rp 43.400 Rp 651.000 Rp 3.906.000
6 Bahan Bakar (liter) 8750 62% Rp 65 Rp 349.913 Rp 5.248.688 Rp 31.492.125
7 Kemasan 8750 62% Rp 150 Rp 813.750 Rp 12.206.250 Rp 73.237.500
Jumlah Rp 267 Rp 1.445.763 Rp 21.686.438 Rp 130.118.625
37

Lampiran 5. Pendapatan Pengolahan Gabah dan Nilai BEP/Tahun

Pendapatan Pengolahan Gabah/Tahun


No Komoditi Jumlah Jumlah/bulan Harga Jual Pendapatan/bulan Pendapatan/Tahun
1 Beras 5425,00 81375,00 Rp7.300 Rp594.037.500 Rp3.564.225.000
2 Dedak 875,00 13125,00 Rp1.250 Rp16.406.250 Rp98.437.500
3 Sekam 1750,00 26250,00 Rp50 Rp1.312.500 Rp7.875.000
4 Menir 700,00 10500,00 Rp3.500 Rp36.750.000 Rp220.500.000
Total 8750,00 131250,00 Rp648.506.250 Rp3.891.037.500

Nilai BEP berdasarkan Harga Pembelian Gabah (kg/tahun)


Gabah Variabel Harga Tetap Beras Dedak Sekam Menir Hasil Gabah Gabah Gabah
(kg) Gabah Minimum Minimum / Minimum
/tahun (kg) bulan (kg) / hari (kg)
1 Rp 165 Rp4.000 Rp 338.305.131 Rp 4.526 Rp110 Rp 10 Rp280 Rp 4.926 444.553 74.092 4.939
1 Rp 165 Rp4.100 Rp 338.309.231 Rp 4.526 Rp110 Rp 10 Rp280 Rp 4.926 511.814 85.302 5.687
1 Rp 165 Rp4.200 Rp 338.309.331 Rp 4.526 Rp110 Rp 10 Rp280 Rp 4.926 603.047 100.508 6.701
1 Rp 165 Rp4.300 Rp 338.309.431 Rp 4.526 Rp110 Rp 10 Rp280 Rp 4.926 733.860 122.310 8.154
1 Rp 165 Rp4.400 Rp 338.309.531 Rp 4.526 Rp110 Rp 10 Rp280 Rp 4.926 937.146 156.191 10.413
1 Rp 165 Rp4.500 Rp 338.309.631 Rp 4.526 Rp110 Rp 10 Rp280 Rp 4.926 1.296.205 216.034 14.402
1 Rp 165 Rp4.600 Rp 338.309.731 Rp 4.526 Rp110 Rp 10 Rp280 Rp 4.926 2.101.303 350.217 23.348
1 Rp 165 Rp4.700 Rp 338.309.831 Rp 4.526 Rp110 Rp 10 Rp280 Rp 4.926 5.546.063 924.344 61.623
1 Rp 165 Rp4.800 Rp 338.309.931 Rp 4.526 Rp110 Rp 10 Rp280 Rp 4.926 (8.674.614) (1.445.769) (96.385)
1 Rp 165 Rp4.900 Rp 338.310.031 Rp 4.526 Rp110 Rp 10 Rp280 Rp 4.926 (2.433.885) (405.648) (27.043)
1 Rp 165 Rp5.000 Rp 338.310.131 Rp 4.526 Rp110 Rp 10 Rp280 Rp 4.926 (1.415.524) (235.921) (15.728)
38

Lampiran 6. Cash flow Pabrik UPGB Rengasdengklok dengan umur proyek 15 tahun

T C B B-C DF Nilai Sekarang DF Nilai Sekarang2 PV


(12%) (22,5%)
1 Rp1.012.174.350 Rp(1.012.174.350) 1 Rp(1.012.174.350) 1 Rp(1.012.174.350) Rp(1.012.174.350)
2 Rp 3.361.455.937 Rp3.555.362.903 Rp 193.906.966 0,8929 Rp 173.131.220 0,816327 Rp 158.291.401 Rp (839.043.130)
3 Rp 3.361.455.937 Rp3.555.362.903 Rp 193.906.966 0,7972 Rp 154.581.446 0,666389 Rp 129.217.470 Rp (684.461.684)
4 Rp 3.361.455.937 Rp3.555.362.903 Rp 193.906.966 0,7118 Rp 138.019.148 0,543991 Rp 105.483.649 Rp (546.442.536)
5 Rp 3.361.455.937 Rp3.555.362.903 Rp 193.906.966 0,6355 Rp 123.231.382 0,444074 Rp 86.109.101 Rp (423.211.153)
6 Rp 3.361.455.937 Rp3.555.362.903 Rp 193.906.966 0,5674 Rp 110.028.020 0,36251 Rp 70.293.144 Rp (313.183.133)
7 Rp 3.361.455.937 Rp3.555.362.903 Rp 193.906.966 0,5066 Rp 98.239.304 0,295926 Rp 57.382.158 Rp (214.943.830)
8 Rp 3.361.455.937 Rp3.555.362.903 Rp 193.906.966 0,4523 Rp 87.713.664 0,241572 Rp 46.842.578 Rp (127.230.166)
9 Rp 3.361.455.937 Rp3.555.362.903 Rp 193.906.966 0,4039 Rp 78.315.771 0,197202 Rp 38.238.839 Rp (48.914.394)
10 Rp 3.361.455.937 Rp3.555.362.903 Rp 193.906.966 0,3606 Rp 69.924.796 0,160981 Rp 31.215.379 Rp 21.010.402
11 Rp 3.361.455.937 Rp3.555.362.903 Rp 193.906.966 0,3220 Rp 62.432.853 0,131413 Rp 25.481.942 Rp 83.443.255
12 Rp 3.361.455.937 Rp3.555.362.903 Rp 193.906.966 0,2875 Rp 55.743.619 0,107276 Rp 20.801.585 Rp 139.186.874
13 Rp 3.361.455.937 Rp3.555.362.903 Rp 193.906.966 0,2567 Rp 49.771.089 0,087572 Rp 16.980.886 Rp 188.957.963
14 Rp 3.361.455.937 Rp3.555.362.903 Rp 193.906.966 0,2292 Rp 44.438.472 0,071488 Rp 13.861.948 Rp 233.396.435
15 Rp 3.361.455.937 Rp3.555.362.903 Rp 193.906.966 0,2046 Rp 39.677.207 0,058357 Rp 11.315.876 Rp 273.073.642
Rp48.072.557.470 Rp49.775.080.645 NPV Rp273.073.642 NPV Rp(200.658.393)
39

Lampiran 7. Laba Produksi

Beda Keuntungan dengan Selisih 1000 dari gabah yang didapat dengan minimum
No Gabah Gabah Selisih Harga Biaya Pendapatan Keuntungan Keuntungan Keuntungan Keuntungan/
Minimum Didapat/ (kg) Gabah Variabel (Rp/kg) (Rp/kg) /hari /bulan tahun
/hari (kg) hari (kg) (Rp) (Rp) (Rp/hari) (Rp/bulan) (Rp/tahun)
1 4.939 5.939 1.000 4000 165 4926 761 761.000 11.415.000 68.490.000
2 5.687 6.687 1.000 4100 165 4926 661 661.000 9.915.000 59.490.000
3 6.701 7.701 1.000 4200 165 4926 561 561.000 8.415.000 50.490.000
4 8.154 9.154 1.000 4300 165 4926 461 461.000 6.915.000 41.490.000
5 10.413 11.413 1.000 4400 165 4926 361 361.000 5.415.000 32.490.000
6 14.402 15.402 1.000 4500 165 4926 261 261.000 3.915.000 23.490.000
7 23.348 24.348 1.000 4600 165 4926 161 161.000 2.415.000 14.490.000
8 61.623 62.623 1.000 4700 165 4926 61 61.000 915.000 5.490.000

Beda Keuntungan dengan Selisih 10% dari gabah yang didapat dengan minimum
No Gabah Gabah Selisih Harga Biaya Harga Keuntungan Keuntungan Keuntungan Keuntungan
Minimum/ Didapat/hari Gabah Variabel Olahan /kg /hari /bulan / tahun
hari (kg)
1 4.939 5.433 494 4000 165 4926 761 375.895 5.638.419 33.830.513
2 5.687 6.256 569 4100 165 4926 661 375.899 5.638.487 33.830.923
3 6.701 7.371 670 4200 165 4926 561 375.899 5.638.489 33.830.933
4 8.154 8.969 815 4300 165 4926 461 375.899 5.638.491 33.830.943
5 10.413 11.454 1.041 4400 165 4926 361 375.899 5.638.492 33.830.953
6 14.402 15.843 1.440 4500 165 4926 261 375.900 5.638.494 33.830.963
7 23.348 25.683 2.335 4600 165 4926 161 375.900 5.638.496 33.830.973
8 61.623 67.785 6.162 4700 165 4926 61 375.900 5.638.497 33.830.983
40

Lampiran 8. Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 10% dan Solar 10%

T C B B-C DF Nilai Sekarang DF Nilai Sekarang2 PV


(12%) (22,5%)
1 Rp1.012.174.350 Rp(1.012.174.350) 1 Rp(1.012.174.350) 1 Rp(1.012.174.350) Rp(1.012.174.350)
2 Rp3.366.338.437 Rp 3.555.362.903 Rp189.024.466 0,8929 Rp 168.771.845 0,816327 Rp 154.305.687 Rp (843.402.505)
3 Rp3.366.338.437 Rp 3.555.362.903 Rp 189.024.466 0,7972 Rp 150.689.147 0,666389 Rp 125.963.826 Rp (692.713.358)
4 Rp3.366.338.437 Rp 3.555.362.903 Rp 189.024.466 0,7118 Rp 134.543.881 0,543991 Rp 102.827.613 Rp (558.169.477)
5 Rp3.366.338.437 Rp 3.555.362.903 Rp 189.024.466 0,6355 Rp 120.128.465 0,444074 Rp 83.940.908 Rp (438.041.012)
6 Rp3.366.338.437 Rp 3.555.362.903 Rp 189.024.466 0,5674 Rp 107.257.558 0,36251 Rp 68.523.191 Rp (330.783.453)
7 Rp3.366.338.437 Rp 3.555.362.903 Rp 189.024.466 0,5066 Rp 95.765.677 0,295926 Rp 55.937.298 Rp (235.017.776)
8 Rp3.366.338.437 Rp 3.555.362.903 Rp 189.024.466 0,4523 Rp 85.505.069 0,241572 Rp 45.663.101 Rp (149.512.707)
9 Rp3.366.338.437 Rp 3.555.362.903 Rp 189.024.466 0,4039 Rp 76.343.812 0,197202 Rp 37.276.001 Rp (73.168.895)
10 Rp3.366.338.437 Rp 3.555.362.903 Rp 189.024.466 0,3606 Rp 68.164.117 0,160981 Rp 30.429.388 Rp (5.004.778)
11 Rp3.366.338.437 Rp 3.555.362.903 Rp 189.024.466 0,3220 Rp 60.860.819 0,131413 Rp 24.840.317 Rp 55.856.041
12 Rp3.366.338.437 Rp 3.555.362.903 Rp 189.024.466 0,2875 Rp 54.340.017 0,107276 Rp 20.277.810 Rp 110.196.058
13 Rp3.366.338.437 Rp 3.555.362.903 Rp 189.024.466 0,2567 Rp 48.517.872 0,087572 Rp 16.553.314 Rp 158.713.931
14 Rp3.366.338.437 Rp 3.555.362.903 Rp 189.024.466 0,2292 Rp 43.319.529 0,071488 Rp 13.512.909 Rp 202.033.459
15 Rp3.366.338.437 Rp 3.555.362.903 Rp 189.024.466 0,2046 Rp 38.678.151 0,058357 Rp 11.030.946 Rp 240.711.610
Rp48.140.912.470 Rp49.775.080.645 NPV Rp 240.711.610 NPV Rp (221.092.041)
41

Lampiran 9. Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 20% dan Solar 20%

T C B B-C DF (12%) Nilai Sekarang DF Nilai Sekarang2 PV


(22,5%)
1 Rp 1.012.174.350 Rp(1.012.174.350) 1 Rp(1.012.174.350) 1 Rp(1.012.174.350) Rp (1.012.174.350)
2 Rp 3.371.220.937 Rp 3.555.362.903 Rp 184.141.966 0,892857 Rp 164.412.470 0,816327 Rp 150.319.972 Rp (847.761.880)
3 Rp 3.371.220.937 Rp3.555.362.903 Rp 184.141.966 0,797194 Rp 146.796.848 0,666389 Rp 122.710.181 Rp (700.965.032)
4 Rp 3.371.220.937 Rp3.555.362.903 Rp 184.141.966 0,71178 Rp 131.068.614 0,543991 Rp 100.171.577 Rp (569.896.418)
5 Rp 3.371.220.937 Rp3.555.362.903 Rp 184.141.966 0,635518 Rp 117.025.548 0,444074 Rp 81.772.716 Rp (452.870.870)
6 Rp 3.371.220.937 Rp3.555.362.903 Rp 184.141.966 0,567427 Rp 104.487.097 0,36251 Rp 66.753.237 Rp (348.383.773)
7 Rp 3.371.220.937 Rp3.555.362.903 Rp 184.141.966 0,506631 Rp 93.292.051 0,295926 Rp 54.492.439 Rp (255.091.722)
8 Rp 3.371.220.937 Rp3.555.362.903 Rp 184.141.966 0,452349 Rp 83.296.474 0,241572 Rp 44.483.623 Rp (171.795.248)
9 Rp 3.371.220.937 Rp3.555.362.903 Rp 184.141.966 0,403883 Rp 74.371.852 0,197202 Rp 36.313.162 Rp (97.423.397)
10 Rp 3.371.220.937 Rp3.555.362.903 Rp 184.141.966 0,36061 Rp 66.403.439 0,160981 Rp 29.643.397 Rp (31.019.958)
11 Rp 3.371.220.937 Rp3.555.362.903 Rp 184.141.966 0,321973 Rp 59.288.785 0,131413 Rp 24.198.692 Rp 28.268.827
12 Rp 3.371.220.937 Rp3.555.362.903 Rp 184.141.966 0,287476 Rp 52.936.415 0,107276 Rp 19.754.034 Rp 81.205.242
13 Rp 3.371.220.937 Rp3.555.362.903 Rp 184.141.966 0,256675 Rp 47.264.656 0,087572 Rp 16.125.742 Rp 128.469.898
14 Rp 3.371.220.937 Rp3.555.362.903 Rp 184.141.966 0,229174 Rp 42.200.586 0,071488 Rp 13.163.871 Rp 170.670.484
15 Rp 3.371.220.937 Rp3.555.362.903 Rp 184.141.966 0,20462 Rp 37.679.095 0,058357 Rp 10.746.017 Rp 208.349.579
Rp48.209.267.470 Rp49.775.080.645 NPV Rp 208.349.579 NPV Rp (241.525.689)
42

Lampiran 10. Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 30% dan Solar 30%

T C B B-C DF Nilai Sekarang DF Nilai Sekarang2 PV


(12%) (22,5%)
1 Rp 1.012.174.350 Rp (1.012.174.350) 1 Rp(1.012.174.350) 1 Rp(1.012.174.350) Rp(1.012.174.350)
2 Rp 3.376.103.437 Rp 3.555.362.903 Rp 179.259.466 0,89286 Rp 160.053.095 0,81633 Rp 146.334.258 Rp (852.121.255)
3 Rp 3.376.103.437 Rp 3.555.362.903 Rp 179.259.466 0,79719 Rp 142.904.549 0,66639 Rp 119.456.537 Rp (709.216.706)
4 Rp 3.376.103.437 Rp 3.555.362.903 Rp 179.259.466 0,71178 Rp 127.593.347 0,54399 Rp 97.515.541 Rp (581.623.359)
5 Rp 3.376.103.437 Rp 3.555.362.903 Rp 179.259.466 0,63552 Rp 113.922.631 0,44407 Rp 79.604.523 Rp (467.700.728)
6 Rp 3.376.103.437 Rp 3.555.362.903 Rp 179.259.466 0,56743 Rp 101.716.635 0,36251 Rp 64.983.284 Rp (365.984.093)
7 Rp 3.376.103.437 Rp 3.555.362.903 Rp 179.259.466 0,50663 Rp 90.818.424 0,29593 Rp 53.047.579 Rp (275.165.668)
8 Rp 3.376.103.437 Rp 3.555.362.903 Rp 179.259.466 0,45235 Rp 81.087.879 0,24157 Rp 43.304.146 Rp (194.077.790)
9 Rp 3.376.103.437 Rp 3.555.362.903 Rp 179.259.466 0,40388 Rp 72.399.892 0,1972 Rp 35.350.323 Rp (121.677.898)
10 Rp 3.376.103.437 Rp 3.555.362.903 Rp 179.259.466 0,36061 Rp 64.642.761 0,16098 Rp 28.857.407 Rp (57.035.137)
11 Rp 3.376.103.437 Rp 3.555.362.903 Rp 179.259.466 0,32197 Rp 57.716.750 0,13141 Rp 23.557.067 Rp 681.613
12 Rp 3.376.103.437 Rp 3.555.362.903 Rp 179.259.466 0,28748 Rp 51.532.813 0,10728 Rp 19.230.259 Rp 52.214.426
13 Rp 3.376.103.437 Rp 3.555.362.903 Rp 179.259.466 0,25668 Rp 46.011.440 0,08757 Rp 15.698.170 Rp 98.225.866
14 Rp 3.376.103.437 Rp 3.555.362.903 Rp 179.259.466 0,22917 Rp 41.081.643 0,07149 Rp 12.814.833 Rp 139.307.509
15 Rp 3.376.103.437 Rp 3.555.362.903 Rp 179.259.466 0,20462 Rp 36.680.038 0,05836 Rp 10.461.088 Rp 175.987.548
Rp48.277.622.470 Rp 49.775.080.645 NPV Rp 175.987.548 NPV Rp (261.959.337)
43

Lampiran 11. Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 40% dan Solar 40%

T C B B-C DF Nilai Sekarang DF Nilai Sekarang2 PV


(12%) (22,5%)
1 Rp 1.012.174.350 Rp(1.012.174.350) 1 Rp(1.012.174.350) 1 Rp(1.012.174.350) Rp(1.012.174.350)
2 Rp 3.380.985.937 Rp 3.555.362.903 Rp 174.376.966 0,89286 Rp 155.693.720 0,81633 Rp 142.348.544 Rp (856.480.630)
3 Rp 3.380.985.937 Rp 3.555.362.903 Rp 174.376.966 0,79719 Rp 139.012.250 0,66639 Rp 116.202.893 Rp (717.468.381)
4 Rp 3.380.985.937 Rp 3.555.362.903 Rp 174.376.966 0,71178 Rp 124.118.080 0,54399 Rp 94.859.504 Rp (593.350.300)
5 Rp 3.380.985.937 Rp 3.555.362.903 Rp 174.376.966 0,63552 Rp 110.819.714 0,44407 Rp 77.436.330 Rp (482.530.586)
6 Rp 3.380.985.937 Rp 3.555.362.903 Rp 174.376.966 0,56743 Rp 98.946.174 0,36251 Rp 63.213.331 Rp (383.584.413)
7 Rp 3.380.985.937 Rp 3.555.362.903 Rp 174.376.966 0,50663 Rp 88.344.798 0,29593 Rp 51.602.719 Rp (295.239.615)
8 Rp 3.380.985.937 Rp 3.555.362.903 Rp 174.376.966 0,45235 Rp 78.879.284 0,24157 Rp 42.124.669 Rp (216.360.331)
9 Rp 3.380.985.937 Rp 3.555.362.903 Rp 174.376.966 0,40388 Rp 70.427.932 0,1972 Rp 34.387.484 Rp (145.932.399)
10 Rp 3.380.985.937 Rp 3.555.362.903 Rp 174.376.966 0,36061 Rp 62.882.082 0,16098 Rp 28.071.416 Rp (83.050.317)
11 Rp 3.380.985.937 Rp 3.555.362.903 Rp 174.376.966 0,32197 Rp 56.144.716 0,13141 Rp 22.915.442 Rp (26.905.601)
12 Rp 3.380.985.937 Rp 3.555.362.903 Rp 174.376.966 0,28748 Rp 50.129.211 0,10728 Rp 18.706.483 Rp 23.223.610
13 Rp 3.380.985.937 Rp 3.555.362.903 Rp 174.376.966 0,25668 Rp 44.758.224 0,08757 Rp 15.270.598 Rp 67.981.834
14 Rp 3.380.985.937 Rp 3.555.362.903 Rp 174.376.966 0,22917 Rp 39.962.700 0,07149 Rp 12.465.795 Rp 107.944.534
15 Rp 3.380.985.937 Rp 3.555.362.903 Rp 174.376.966 0,20462 Rp 35.680.982 0,05836 Rp 10.176.159 Rp 143.625.516
Rp48.345.977.470 Rp49.775.080.645 Rp 1.429.103.175 NPV Rp 143.625.516 NPV Rp (282.392.984)
44

Lampiran 12. Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 50% dan Solar 50%

T C B B-C DF Nilai Sekarang DF Nilai Sekarang2 PV


(12%) (22,5%)
1 Rp 1.012.174.350 Rp(1.012.174.350) 1 Rp(1.012.174.350) 1 Rp(1.012.174.350) Rp(1.012.174.350)
2 Rp 3.385.868.437 Rp 3.555.362.903 Rp 169.494.466 0,89286 Rp 151.334.345 0,81633 Rp 138.362.829 Rp (860.840.005)
3 Rp 3.385.868.437 Rp 3.555.362.903 Rp 169.494.466 0,79719 Rp 135.119.951 0,66639 Rp 112.949.249 Rp (725.720.055)
4 Rp 3.385.868.437 Rp 3.555.362.903 Rp 169.494.466 0,71178 Rp 120.642.813 0,54399 Rp 92.203.468 Rp (605.077.242)
5 Rp 3.385.868.437 Rp 3.555.362.903 Rp 169.494.466 0,63552 Rp 107.716.797 0,44407 Rp 75.268.137 Rp (497.360.444)
6 Rp 3.385.868.437 Rp 3.555.362.903 Rp 169.494.466 0,56743 Rp 96.175.712 0,36251 Rp 61.443.377 Rp (401.184.732)
7 Rp 3.385.868.437 Rp 3.555.362.903 Rp 169.494.466 0,50663 Rp 85.871.171 0,29593 Rp 50.157.859 Rp (315.313.561)
8 Rp 3.385.868.437 Rp 3.555.362.903 Rp 169.494.466 0,45235 Rp 76.670.689 0,24157 Rp 40.945.191 Rp (238.642.872)
9 Rp 3.385.868.437 Rp 3.555.362.903 Rp 169.494.466 0,40388 Rp 68.455.972 0,1972 Rp 33.424.646 Rp (170.186.900)
10 Rp 3.385.868.437 Rp 3.555.362.903 Rp 169.494.466 0,36061 Rp 61.121.404 0,16098 Rp 27.285.425 Rp (109.065.497)
11 Rp 3.385.868.437 Rp 3.555.362.903 Rp 169.494.466 0,32197 Rp 54.572.682 0,13141 Rp 22.273.816 Rp (54.492.815)
12 Rp 3.385.868.437 Rp 3.555.362.903 Rp 169.494.466 0,28748 Rp 48.725.609 0,10728 Rp 18.182.707 Rp (5.767.206)
13 Rp 3.385.868.437 Rp 3.555.362.903 Rp 169.494.466 0,25668 Rp 43.505.008 0,08757 Rp 14.843.026 Rp 37.737.802
14 Rp 3.385.868.437 Rp 3.555.362.903 Rp 169.494.466 0,22917 Rp 38.843.757 0,07149 Rp 12.116.756 Rp 76.581.559
15 Rp 3.385.868.437 Rp 3.555.362.903 Rp 169.494.466 0,20462 Rp 34.681.926 0,05836 Rp 9.891.230 Rp 111.263.485
Rp48.414.332.470 Rp49.775.080.645 Rp 1.360.748.175 NPV Rp 111.263.485 NPV Rp (302.826.632)
45

Lampiran 13. Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 60% dan Solar 60%

T C B B-C DF Nilai Sekarang DF Nilai Sekarang2 PV


(12%) (17%)
1 Rp 1.012.174.350 Rp(1.012.174.350) 1 Rp(1.012.174.350) 1 Rp(1.012.174.350) Rp(1.012.174.350)
2 Rp 3.390.750.937 Rp 3.555.362.903 Rp 164.611.966 0,89286 Rp 146.974.970 0,8547 Rp 140.693.988 Rp (865.199.380)
3 Rp 3.390.750.937 Rp 3.555.362.903 Rp 164.611.966 0,79719 Rp 131.227.652 0,73051 Rp 120.251.272 Rp (733.971.729)
4 Rp 3.390.750.937 Rp 3.555.362.903 Rp 164.611.966 0,71178 Rp 17.167.546 0,62437 Rp 102.778.865 Rp (616.804.183)
5 Rp 3.390.750.937 Rp 3.555.362.903 Rp 164.611.966 0,63552 Rp 04.613.880 0,53365 Rp 87.845.184 Rp (512.190.302)
6 Rp 3.390.750.937 Rp 3.555.362.903 Rp 164.611.966 0,56743 Rp 93.405.250 0,45611 Rp 75.081.354 Rp (418.785.052)
7 Rp 3.390.750.937 Rp 3.555.362.903 Rp 164.611.966 0,50663 Rp 83.397.545 0,38984 Rp 64.172.097 Rp (335.387.507)
8 Rp 3.390.750.937 Rp 3.555.362.903 Rp 164.611.966 0,45235 Rp 74.462.094 0,3332 Rp 54.847.946 Rp (260.925.414)
9 Rp 3.390.750.937 Rp 3.555.362.903 Rp 164.611.966 0,40388 Rp 66.484.012 0,28478 Rp 46.878.586 Rp (194.441.401)
10 Rp 3.390.750.937 Rp 3.555.362.903 Rp 164.611.966 0,36061 Rp 59.360.725 0,2434 Rp 40.067.168 Rp (135.080.676)
11 Rp 3.390.750.937 Rp 3.555.362.903 Rp 164.611.966 0,32197 Rp 53.000.647 0,20804 Rp 34.245.443 Rp (82.080.029)
12 Rp 3.390.750.937 Rp 3.555.362.903 Rp 164.611.966 0,28748 Rp 47.322.007 0,17781 Rp 29.269.609 Rp (34.758.022)
13 Rp 3.390.750.937 Rp 3.555.362.903 Rp 164.611.966 0,25668 Rp 42.251.792 0,15197 Rp 25.016.760 Rp 7.493.770
14 Rp 3.390.750.937 Rp 3.555.362.903 Rp 164.611.966 0,22917 Rp 37.724.814 0,12989 Rp 21.381.846 Rp 45.218.584
15 Rp 3.390.750.937 Rp 3.555.362.903 Rp 164.611.966 0,20462 Rp 33.682.870 0,11102 Rp 18.275.082 Rp 78.901.453
Rp48.482.687.470 Rp 49.775.080.645 Rp 1.292.393.175 NPV Rp 78.901.453 NPV Rp (151.369.150)
46

Lampiran 14. Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 70% dan Solar 70%

T C B B-C DF Nilai Sekarang DF Nilai Sekarang2 PV


(12%) (17%)
1 Rp 1.012.174.350 Rp(1.012.174.350) 1 Rp(1.012.174.350) 1 Rp(1.012.174.350) Rp(1.012.174.350)
2 Rp 3.395.633.437 Rp 3.555.362.903 Rp 159.729.466 0,89286 Rp 142.615.595 0,8547 Rp 136.520.911 Rp (869.558.755)
3 Rp 3.395.633.437 Rp 3.555.362.903 Rp 159.729.466 0,79719 Rp 127.335.352 0,73051 Rp 116.684.539 Rp (742.223.403)
4 Rp 3.395.633.437 Rp 3.555.362.903 Rp 159.729.466 0,71178 Rp 113.692.279 0,62437 Rp 99.730.376 Rp (628.531.124)
5 Rp 3.395.633.437 Rp 3.555.362.903 Rp 159.729.466 0,63552 Rp 101.510.963 0,53365 Rp 85.239.637 Rp (527.020.161)
6 Rp 3.395.633.437 Rp 3.555.362.903 Rp 159.729.466 0,56743 Rp 90.634.789 0,45611 Rp 72.854.391 Rp (436.385.372)
7 Rp 3.395.633.437 Rp 3.555.362.903 Rp 159.729.466 0,50663 Rp 80.923.918 0,38984 Rp 62.268.710 Rp (355.461.453)
8 Rp 3.395.633.437 Rp 3.555.362.903 Rp 159.729.466 0,45235 Rp 72.253.499 0,3332 Rp 53.221.120 Rp (283.207.955)
9 Rp 3.395.633.437 Rp 3.555.362.903 Rp 159.729.466 0,40388 Rp 64.512.052 0,28478 Rp 45.488.137 Rp (218.695.902)
10 Rp 3.395.633.437 Rp 3.555.362.903 Rp 159.729.466 0,36061 Rp 57.600.047 0,2434 Rp 38.878.749 Rp (161.095.856)
11 Rp 3.395.633.437 Rp 3.555.362.903 Rp 159.729.466 0,32197 Rp 51.428.613 0,20804 Rp 33.229.700 Rp (109.667.243)
12 Rp 3.395.633.437 Rp 3.555.362.903 Rp 159.729.466 0,28748 Rp 45.918.405 0,17781 Rp 28.401.453 Rp (63.748.838)
13 Rp 3.395.633.437 Rp 3.555.362.903 Rp 159.729.466 0,25668 Rp 40.998.576 0,15197 Rp 24.274.746 Rp (22.750.262)
14 Rp 3.395.633.437 Rp 3.555.362.903 Rp 159.729.466 0,22917 Rp 36.605.871 0,12989 Rp 20.747.646 Rp 13.855.609
15 Rp 3.395.633.437 Rp 3.555.362.903 Rp 159.729.466 0,20462 Rp 32.683.813 0,11102 Rp 17.733.031 Rp 46.539.422
Rp48.551.042.470 Rp49.775.080.645 NPV Rp 46.539.422 NPV Rp (176.901.203)
47

Lampiran 15. Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 80% dan Solar 80%

T C B B-C DF Nilai Sekarang DF Nilai Sekarang2 PV


(12%) (17%)
1 Rp 1.012.174.350 Rp(1.012.174.350) 1 Rp(1.012.174.350) 1 Rp
Rp(1.012.174.350) (1.012.174.350)
2 Rp 3.400.515.937 Rp 3.555.362.903 Rp 154.846.966 0,89286 Rp 138.256.220 0,8547 Rp 132.347.834 Rp (873.918.130)
3 Rp 3.400.515.937 Rp 3.555.362.903 Rp 154.846.966 0,79719 Rp 123.443.053 0,73051 Rp 113.117.807 Rp (750.475.077)
4 Rp 3.400.515.937 Rp 3.555.362.903 Rp 154.846.966 0,71178 Rp 110.217.012 0,62437 Rp 96.681.886 Rp (640.258.065)
5 Rp 3.400.515.937 Rp 3.555.362.903 Rp 154.846.966 0,63552 Rp 98.408.046 0,53365 Rp 82.634.091 Rp (541.850.019)
6 Rp 3.400.515.937 Rp 3.555.362.903 Rp 154.846.966 0,56743 Rp 87.864.327 0,45611 Rp 70.627.428 Rp (453.985.692)
7 Rp 3.400.515.937 Rp 3.555.362.903 Rp 154.846.966 0,50663 Rp 78.450.292 0,38984 Rp 60.365.323 Rp (375.535.400)
8 Rp 3.400.515.937 Rp 3.555.362.903 Rp 154.846.966 0,45235 Rp 70.044.904 0,3332 Rp 51.594.293 Rp (305.490.496)
9 Rp 3.400.515.937 Rp 3.555.362.903 Rp 154.846.966 0,40388 Rp 62.540.092 0,28478 Rp 44.097.687 Rp (242.950.404)
10 Rp 3.400.515.937 Rp 3.555.362.903 Rp 154.846.966 0,36061 Rp 55.839.368 0,2434 Rp 37.690.330 Rp (187.111.035)
11 Rp 3.400.515.937 Rp 3.555.362.903 Rp 154.846.966 0,32197 Rp 49.856.579 0,20804 Rp 32.213.958 Rp (137.254.456)
12 Rp 3.400.515.937 Rp 3.555.362.903 Rp 154.846.966 0,28748 Rp 44.514.803 0,17781 Rp 27.533.297 Rp (92.739.654)
13 Rp 3.400.515.937 Rp 3.555.362.903 Rp 154.846.966 0,25668 Rp 39.745.359 0,15197 Rp 23.532.733 Rp (52.994.295)
14 Rp 3.400.515.937 Rp 3.555.362.903 Rp 154.846.966 0,22917 Rp 35.486.928 0,12989 Rp 20.113.447 Rp (17.507.367)
15 Rp 3.400.515.937 Rp 3.555.362.903 Rp 154.846.966 0,20462 Rp 31.684.757 0,11102 Rp 17.190.980 Rp 14.177.391
Rp48.619.397.470 Rp 49.775.080.645 Rp 1.155.683.175 NPV Rp 14.177.391 NPV Rp (202.433.256)
48

Lampiran 16. Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 90% dan Solar 90%

T C B B-C DF Nilai Sekarang DF Nilai Sekarang2 PV


(12%) (17%)
1 Rp 1.012.174.350 Rp(1.012.174.350) 1 Rp(1.012.174.350) 1 Rp(1.012.174.350) Rp(1.012.174.350)
2 Rp 3.405.398.437 Rp 3.555.362.903 Rp 149.964.466 0,89286 Rp 133.896.845 0,8547 Rp 128.174.757 Rp (878.277.505)
3 Rp 3.405.398.437 Rp 3.555.362.903 Rp 149.964.466 0,79719 Rp 119.550.754 0,73051 Rp 109.551.075 Rp (758.726.751)
4 Rp 3.405.398.437 Rp 3.555.362.903 Rp 149.964.466 0,71178 Rp 106.741.745 0,62437 Rp 93.633.397 Rp (651.985.006)
5 Rp 3.405.398.437 Rp 3.555.362.903 Rp 149.964.466 0,63552 Rp 95.305.129 0,53365 Rp 80.028.545 Rp (556.679.877)
6 Rp 3.405.398.437 Rp 3.555.362.903 Rp 149.964.466 0,56743 Rp 85.093.865 0,45611 Rp 68.400.465 Rp (471.586.012)
7 Rp 3.405.398.437 Rp 3.555.362.903 Rp 149.964.466 0,50663 Rp 75.976.666 0,38984 Rp 58.461.936 Rp (395.609.346)
8 Rp 3.405.398.437 Rp 3.555.362.903 Rp 149.964.466 0,45235 Rp 67.836.309 0,3332 Rp 49.967.467 Rp (327.773.037)
9 Rp 3.405.398.437 Rp 3.555.362.903 Rp 149.964.466 0,40388 Rp 60.568.133 0,28478 Rp 42.707.237 Rp (267.204.905)
10 Rp 3.405.398.437 Rp 3.555.362.903 Rp 149.964.466 0,36061 Rp 54.078.690 0,2434 Rp 36.501.912 Rp (213.126.215)
11 Rp 3.405.398.437 Rp 3.555.362.903 Rp 149.964.466 0,32197 Rp 48.284.545 0,20804 Rp 31.198.215 Rp (164.841.670)
12 Rp 3.405.398.437 Rp 3.555.362.903 Rp 149.964.466 0,28748 Rp 43.111.200 0,17781 Rp 26.665.141 Rp (121.730.470)
13 Rp 3.405.398.437 Rp 3.555.362.903 Rp 149.964.466 0,25668 Rp 38.492.143 0,15197 Rp 22.790.719 Rp (83.238.327)
14 Rp 3.405.398.437 Rp 3.555.362.903 Rp 149.964.466 0,22917 Rp 34.367.985 0,12989 Rp 19.479.247 Rp (48.870.342)
15 Rp 3.405.398.437 Rp 3.555.362.903 Rp 149.964.466 0,20462 Rp 30.685.701 0,11102 Rp 16.648.929 Rp (18.184.641)
Rp48.687.752.470 Rp49.775.080.645 Rp 1.087.328.175 NPV Rp (18.184.641) NPV Rp (227.965.308)
49

Lampiran 17. Analisis sensitivitas Terhadap Kenaikan Upah 100% dan Solar 100%

T C B B-C DF Nilai Sekarang DF Nilai Sekarang2 PV


(12%) (17%)
1 Rp 1.012.174.350 Rp(1.012.174.350) 1 Rp(1.012.174.350) 1 Rp(1.012.174.350) Rp (1.012.174.350)
2 Rp 3.410.280.937 Rp 3.555.362.903 Rp 145.081.966 0,892857 Rp 129.537.470 0,8547 Rp 124.001.680 Rp (882.636.880)
3 Rp 3.410.280.937 Rp 3.555.362.903 Rp 145.081.966 0,797194 Rp 115.658.455 0,73051 Rp 105.984.342 Rp (766.978.425)
4 Rp 3.410.280.937 Rp 3.555.362.903 Rp 145.081.966 0,71178 Rp 103.266.478 0,62437 Rp 90.584.908 Rp (663.711.947)
5 Rp 3.410.280.937 Rp 3.555.362.903 Rp 145.081.966 0,635518 Rp 92.202.212 0,53365 Rp 77.422.998 Rp (571.509.735)
6 Rp 3.410.280.937 Rp 3.555.362.903 Rp 145.081.966 0,567427 Rp 82.323.404 0,45611 Rp 66.173.503 Rp (489.186.331)
7 Rp 3.410.280.937 Rp 3.555.362.903 Rp 145.081.966 0,506631 Rp 73.503.039 0,38984 Rp 56.558.549 Rp (415.683.292)
8 Rp 3.410.280.937 Rp 3.555.362.903 Rp 145.081.966 0,452349 Rp 65.627.714 0,3332 Rp 48.340.640 Rp (350.055.579)
9 Rp 3.410.280.937 Rp 3.555.362.903 Rp 145.081.966 0,403883 Rp 58.596.173 0,28478 Rp 41.316.787 Rp (291.459.406)
10 Rp 3.410.280.937 Rp 3.555.362.903 Rp 145.081.966 0,36061 Rp 52.318.011 0,2434 Rp 35.313.493 Rp (239.141.395)
11 Rp 3.410.280.937 Rp 3.555.362.903 Rp 145.081.966 0,321973 Rp 46.712.510 0,20804 Rp 30.182.473 Rp (192.428.884)
12 Rp 3.410.280.937 Rp 3.555.362.903 Rp 145.081.966 0,287476 Rp 41.707.598 0,17781 Rp 25.796.985 Rp (150.721.286)
13 Rp 3.410.280.937 Rp 3.555.362.903 Rp 145.081.966 0,256675 Rp 37.238.927 0,15197 Rp 22.048.705 Rp (113.482.359)
14 Rp 3.410.280.937 Rp 3.555.362.903 Rp 145.081.966 0,229174 Rp 33.249.042 0,12989 Rp 18.845.047 Rp (80.233.317)
15 Rp 3.410.280.937 Rp 3.555.362.903 Rp 145.081.966 0,20462 Rp 29.686.645 0,11102 Rp 16.106.878 Rp (50.546.672)
Rp48.756.107.470 Rp49.775.080.645 NPV Rp (50.546.672) NPV Rp (253.497.361)

Anda mungkin juga menyukai