Anda di halaman 1dari 8

Hari, Tanggal : Kamis, 18 Februari 2016

Tempat: Lab TPPHP


Waktu
: 10.30 12.00

Asisten Praktikum :
1. Nurul Dwi Qurniawati (F14120008)
2. Andriano Simare mare (F14120018)
3. Luthfi Dwi Cahyo
(F14120020)
4. M. Wahyu Alfarisi
(F14120028)

PROSES PENGECILAN BAHAN

Disusun Oleh :
Atri Ariska Alfa
F14130086

Dosen Pembimbing:
Dr. Ir Emmy Darmawati, M. Si

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah perlu lebih mengkampanyekan penanganan pasca panen yang baik,
sampai usaha ini mendapat respon yang baik dari petani. Jika tingkat kehilangan panen bisa
ditekan sampai minimal 0,5 sampai 1 persen untuk setiap kegiatan pasca panen dan secara
bertahap dapat dikurangi sampai 3 sampai 5 persen berarti total produksi padi yang bisa
diselamatkan mencapai 1,59 sampai 2,65 juta ton. Suatu jumlah yang sangat besar untuk
mendukung mengamankan target produksi beras nasional setiap tahunnya (Purwanto, 2005).
Mutu beras giling dikatakan baik jika hasil proses penggilingan diperoleh beras kepala
yang banyak dengan beras patah minimal. Mutu giling ini juga ditentukan dengan banyaknya
beras putih atau rendemen yang dihasilkan. Mutu giling ini sangat erat kaitannya dengan nilai
ekonomis dari beras. Salah satu kendala dalam produksi beras adalah banyaknya beras pecah
sewaktu digiling. Hal ini dapat menyebabkan mutu beras menurun.
Penggilingan beras berfungsi untuk menghilangkan sekam dari bijinya dan lapisan
aleuron, sebagian mapun seluruhnya agar menhasilkan beras yang putih serta beras pecah
sekecil mungkin. Setelah gabah dikupas kulitnya dengan menggunakan alat pecah kulit,
kemudian gabah tersebut dimasukkan ke dalam alat penyosoh untuk membuang lapisan
aleuron yang menempel pada beras. Selama penyosohan terjadi, penekanan terhadap butir
beras sehingga terjadi butir patah. Menir merupakan kelanjutan dari butir patah menjadi
bentuk yang lebih kecil daripada butir patah (Damardjati, 1988).
Menurut Nugraha et al.(1998), nilai rendemen beras giling dipengaruhi oleh banyak
faktor yang terbagi dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah faktor yang
mempengaruhi rendemen melalui pengaruhnya terhadap mutu gabah sebagai bahan baku
dalam proses penggilingan yang meliputi varietas, teknik budidaya, cekamaman lingkungan,
agroekosistem, dan iklim. Kelompok kedua merupakan faktor penentu rendemen yang
terlibat dalam proses konversi gabah menjadi beras, yaitu teknik penggilingan dan alat
penggilingan. Kelompok ketiga menunjukkan kualitas beras terutama derajat sosoh yang
diinginkan, karena semakin tinggi derajat sosoh maka rendemen akan semakin rendah.
B. Tujuan
1. Proses penggilingan gabah diketahui dengan unit penggilingan padi (Rice Milling
Unit) skala laboratorium.
2. Rendeman serta mutu hasil penggilingan basah dapat diamati dan dihitung
3. Hasil penggilingan dibandingkan dengan 1 dan 2 lintasan pecah kulit, serta pengaruh
lama penyosohan terhadap mutu hasil penggilingan dipeljari
4. Rendeman serta mutu hasil penggilingan dibandingkan dengan standar mutu beras
menurut SN

BAB II
METODE PRATIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Peralatan Moisture tester, paddy huster, whitener/polisher, cylinder separator,
:
timbangan/neraca, baki penampung dan stopwarch
2. Bahan:
Gabah Kering Giling (GKG)
B. Prosedur
Mulai

Gabah
Pengukuran
kadar air
(3x)
Pengambilan
sampel 500
gram
Penggilingan
1,2 lintasan

Penimbanga
n BPK

Pengambilan
sampel 200
gram

Pemutuan
dengan cylinder
separator

Penyosohan
1,2,3 menit

Penimbangan beras
menir, patah dan
kepala

Penimbanga
n Berat
Sosoh

Pemisahan beras mengapur


kuning, rusak, merah, benda
asing, bulir gabah

Pengambilan
sampel 100
gram

Penimbangan beras
mengapur, kuning, rusak
dan merah

Pengukuran
KA akhir

Selesai

BAB III
Data dan Pembahasan
A. Data
Saat ini telah dibuat RSNI mengenai mutu beras giling yang dapat dilihat pada tabel
1.
Tabel 1. RSNI mutu beras giling
No Komponen Mutu
Satuan
I
II
III
IV
V
1
Derajat Sosoh
(min) %
100
100
95
95
95
2
Kadar Air
(max) %
14
14
14
14
14
3
Butir kepala
(min) %
95
89
78
73
60
4
Butir patah
(max) %
5
10
20
25
35
5
Butir Menir
(max) %
0
1
2
2
5
6
Butir merah
(max) %
0
1
3
4
5
7
Mengapur
(max) %
0
1
2
3
5
8
Benda asing
(max) %
0
0,02
0,02
0,05
0,20
Saat ini, usaha jasa penggilingan padi didominasi oleh penggilingan padi skala kecil
yang pada umumnya tidak memiliki peralatan yang lengkap. Sebagian besar penggilingan
padi kecil hanya melakukan penyosohan satu pass sehingga sukar untuk dapat memenuhi
persyaratan derajat sosoh dan beras patah (SNI 6128-2008). Peralatan penggilingan padi yang
digunakan juga telah tua, 32 persen di antaranya berumur lebih dari 15 tahun, sehingga
rendemen beras giling yang diperoleh juga rendah dibandingkan dengan kinerja maksimum
yang dapat dicapai. Untuk meningkatkan mutu dan rendemen beras giling diperlukan
perbaikan konfigurasi peralatan atau modernisasi penggilingan padi yang ada (Ridwan
Rachmat,2012)
Data tabel 2. Data hasil pengukuran KA awal sampai penggilingan
Kelompo
k

Berat
Awal

I
II
III
IV
V
VI

500,00
500,00
500,02
500,04
500,05
500,18

KA Awal
Penimbanga
(Ratan BPK
rata)
15,07
400,90
14,87
406,00
14,93
402,15
14,76
391,34
15,07
389,06
15,06
388,12

berat awal
penyosoha
n
200,27
200,27
200,00
200,02
200,00
200,12

Penimbanga
n BS
177,88
156,67
137,56
175,18
159,39
134,80

Tabel 3. Pemisahan beras menir, patah, dll


Menir

Patah

Kepala

Mengapu
r

Kunin
g

Benda
Asing

Merah

Gabah

7,57
21,31
20,13

16,01
10,67
10,15

75,35
67,61
69,28

2,47
2,45
4,50

0,81
0,00
1,42

0,02
0,00
0,00

0,00
0,00
0,00

6,29
0,00
0,00

3,73
6,85
8,98

5,72
2,15
9,60

90,72
84,82
81,37

2,03
3,66
5,08

3,12
1,60
1,41

1,10
0,00
0,00

0,00
0,00
0,00

0,00
0,00
0,06

Tabel 4. Data akhir dalam penggilingan padi


Kelompo
k

KA Akhir
(Rata-rata)

Lintasan

I
II
III
IV
V
VI

15,00
14,50
14,87
14,50
14,30
14,30

1
1
1
2
2
2

100.00
90.00
80.00
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00

R = 0.37

Lama
penyosoha
n (menit)
1
2
3
1
2
3

Menir
Linear (Menir)
Patah
Linear (Patah)
Kepala
Linear (Kepala)

R =
= 0.49
0.14
R
I

II

III

IV

VI

Gambar 1. Grafik Beras Kepala, patah, dan menir


7.00
6.00
5.00
4.00

R = 0.37

3.00

R = 0.42

2.00

R = 0.24

1.00
0.00

Mengapur

Linear (Mengapur)

Kuning

Linear (Kuning)

Benda Asing

Linear (Benda
Asing)

Merah

Gabah

Linear (Gabah)

R = 0.01

Gambar 2. Grafik Beras mengapur, kuning, benda asing, merah, dan gabah.
B. Pembahasan

Proses pengupasan akan berjalan baik apabila gabah memiliki kadar air yang sesuai
yaitu antara 13-15%. Pada kadar air yang lebih tinggi proses pengupasan akan sulit karena
sekam sulit dipecahkan. Sebaliknya, pada kadar air yang lebih rendah, butiran padi akan
mudah pecah atau patah sehingga akan menghasilkan banyak beras patah atau menir. Untuk
mendapatkan kualitas pengupasan yang baik, maka penyetelan mesin pemecah kulit perlu
dilakukan secara tepat.
Sedangkan polishing adalah proses penyosohan beras yang menghasilkan beras
sosoh/beras putih. Mesin yang digunakan pada proses ini disebut polisher. Penyosohan
dilakukan untuk membuang lapisan bekatul dari butiran beras. Di samping membuang lapisan
bekatul, pada proses ini juga dibuang bagian lembaga dari butiran beras. Untuk mendapatkan
hasil yang baik, proses ini biasanya dilakukan beberapa kali, tergantung pada kualitas beras
sosoh yang diinginkan. Makin sering proses penyosohan dilakukan, atau makin banyak mesin
penyosoh yang dilalui, maka beras sosoh yang dihasilkan makin putih dan beras patah yang
dihasilkan makin banyak. Setelah beras disosoh menjadi berwarna putih, selanjutnya beras
dapat digosok lagi dengan sedikit tambahan uap air agar memiliki permukaan halus dan
warna mengkilap.
Dari bentuk gabah kering giling sampai menjadi beras sosoh, berat biji padi akan
berkurang sedikit demi sedikit selama proses penggilingan akibat dari pengupasan dan
penyosohan. Bagian-bagian yang tidak berguna akan dipisahkan sedangkan bagian utama
yang berupa beras dipertahankan. Namun tidak dapat dihindarkan sebagian butiran beras
akan patah selama proses penggilingan.
Kualitas fisik gabah terutama ditentukan oleh kadar air dan kemurnian gabah. Yang
dimaksud dengan kadar air gabah adalah jumlah kandungan air dalam butiran gabah.
Sedangkan tingkat kemurnian gabah merupakan persentase berat gabah bernas terhadap berat
keseluruhan campuran gabah. Makin banyak benda asing atau gabah hampa atau rusak dalam
campuran gabah maka tingkat kemurnian gabah makin menurun. Kualitas gabah akan
mempengaruhi kualitas dan kuantitas beras yang dihasilkan. Kualitas gabah yang baik akan
berpengaruh sifat fisik yang disesuaikan dengan SNI.
Menurut perhitungan dengan mengambil sampel gabah yang diambil ,yaitu 500 g.
Beras yang dihasilkan sekitar 385 g adalah beras pecah kulit setelah penggilingan. Setelah itu
beras pecah kulit melalui proses penyosohan untuk memisahkan bekatulnya ,yaitu ambil 200
g beras dan mengahasilkan 180 g setelah penyosohan. Beras yang sudah di sosoh akan
melalui tahap input cylinder separator untuk memisahkan antar beras kepala, utuh, dan patah.
Ambil 100 g beras yang sudah disosoh lalu Beras kepala yang dihasilkan ,yaitu 52 g
Namun dalam percobaan nyata bahwa GPK percobaan lebih besar dibanding literatur
disebabkan banyaknya lost yang terjadi pada penggilingan padi. Beras yang disosoh
percobaan lebih kecil 156,91 g < 180 g, di pengaruhi dari penyosohan yang tidak sempurna
dilakukan. Beras kepala percobaan lebih besar dibanding dengan yang literatur disebabkan
kemiringan dari cylinder seprator yang kurang tajam dengan sudut penggunaan 30o. Menurut
SNI dari beras kepala menunjukan bahwa cylinder separator di design dengan sudut 30o
menghasilkan 78, 19 g lebih besar dibnadingkan dengan SNI yaitu 78 g.

BAB IV
Penutup
A. Kesimpulan
Pada hasil penggilingan gabah yang diperoleh, jumlah lintasan penggilingan sangatt
berpengaruh pada hasil yang didapat. Hasil yang dipengaruhi dari jumlah lintasan
penggilingan adalah jumlah rendemen penggilingan, jumlah beras butir patah, dan jumlah
gabah yang tidak terolah saat penggilingan. Hasil ini merupakan hasil untuk standar
pemutuan. Hal lain yang mempengaruhi mutu beras yaitu jumlah beras menir dan rendemen
dari lamanya penyosohan. Mutu hasil penggilingan dan penyosohan beras dapat dilihat pada
RSNI 01-6128-2008.

Daftar Pustaka
Damardjati, D.S. 1988. Struktur kandungan gizi beras. Dalam: Ismunadji, M.,
S.Partohardjono, M.Syam, A.Widjono. Padi-Buku 1. Balai Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Hal: 103- 159.
Harianto. 2001. Pendapatan, harga, dan konsumsi beras. Dalam: Suryana, A. Dan .Mardianto.
Bunga rampai ekonomi beras. Penerbit Lembaga
Penyelidikan Ekonomi dan
masyarakat, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM-FEUI).
Nugraha, U.S., S.J.Munarso, Suismono dan A. Setyono. 1998. Tinjauan tentangrendemen
beras giling dan susut pascapanen: 1. Masalah sekitar rendemen beras giling, susut dan
pemecahannya. Makalah. Balai Penelitian Tanaman Padi. Sukamandi. 15 Hal
Purwanto, Y.A. 2005. Kehilangan pasca panen padi kita masih tinggi. Inovasi
Online Vol.
4/XVII/Agustus 2005.
Rachmat Ridwan, 2012, Model Penggilingan PADI Terpadu Untuk Meningkatkan Nilai
Tambah, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian: Buletin
Teknologi Pascananen Pertanian Vol 8 (2), Bogor

LAMPIRAN

Paddy husker

Cylinder separator

Grain Testing Mill

Timbangan digital

Anda mungkin juga menyukai