Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PENGERINGAN CHIPS UBI JALAR PADA MESIN PENGERING


LORONG DENGAN PERLAKUAN SUHU YANG BERBEDA

Oleh
M. AKBAR SHIDIQ
NIM. 07.16.19.008

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2022
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL TUGAS AKHIR

Judul : Pengeringan Chips Ubi Jalar Pada Mesin Pengering


Lorong Dengan Perlakuan Suhu Yang Berbeda
Nama : M. Akbar Shidiq
NIM : 07.16.19.008
Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian
Jenjang : Diploma Tiga (D III)

Dinyatakan LANJUT setelah dipertahankan di depan Tim Penguji Seminar


Proposal Tugas Akhir Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia (PEPI)

Tangerang, 11 Juni 2022

Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Mardison S, S.TP, M.Si. Dr. Enrico Syaefullah, S.TP, M.Si.


NIP. 19770328 200501 1 003 NIP. 19730404 199903 1 002

Mengetahui:
Ketua Program Studi

Dr. Mona Nur Moulia, S.TP., M.Sc.


NIP. 19800419 200501 2 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir (TA) dengan Judul
“Pengeringan Chips Ubi Jalar Pada Mesin Pengering Lorong Dengan Perlakuan
Suhu Yang Berbeda” tepat pada waktunya. Terselesainya proposal ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dan bimbingannya, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Muharfiza, STP., M.Si selaku Direktur Politeknik Enjiniring


Pertanian Indonesia.
2. Ibu Dr. Mona Nur Moulia, STP., M.Sc selaku Ketua Program Studi
Teknologi Hasil Pertanian.
3. Bapak Dr. Mardison S, STP., M.Si selaku Pembimbing I.
4. Bapak Dr. Enrico Syaefullah, STP., M.Si selaku Pembimbing II.
5. Kedua orangtua yang selalu mendukung baik moril maupun materil.
6. Semua pihak yang membantu selama penyusunan Proposal Tugas Akhir (TA)
ini.
Dalam penyusunan proposal ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan baik dari penyusunan kalimat, data maupun tatacara penulisannya,
oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi menghasilkan laporan yang lebih baik dikemudian hari.

Tangerang, 11 Juni 2022

M. Akbar Shidiq

iii
DAFTAR ISI

halaman
HALAMAN PENGESAHAN i
PROPOSAL TUGAS AKHIR i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Batasan Masalah 2
D. Tujuan 3
E. Manfaat 3
II. TINJAUAN PUSTAKA 4
A. Padi 4
B. Pengeringan 5
C. Prinsip Pengeringan 6
D. Flat Bed Dryer 6
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengeringan 7
III. METODE PENELITIAN 9
A. Waktu dan Tempat Penelitian 9
B. Alat dan Bahan 9
C. Prosedur Penelitian 9
D. Metode Pengumpulan Data 10
E. Desain Penelitian 11
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 14

iv
DAFTAR TABEL

halaman
1. Komposisi Kimia Beras Putih Kulit per 100 Gram 3
2. Jadwal Palang Pelaksanaan 14

v
DAFTAR LAMPIRAN

halaman
Lampiran 1. Jadwal Palang Pelaksanaan 14

vi
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ubi jalar ungu merupakan salah satu jenis ubi yang berwarna ungu yang
banyak ditemukan di Indonesia. Warna ungu inilah yang menjadi daya tarik
perhatian orang banyak. Ubi jalar ungu sama seperti ubi jalar lainnya ubi jalar
kuning, putih dan merah. Ubi jalar ungu mempunyai kandungan gizi dalam 100
gram berat basah yaitu karbohidrat 19,61%; protein 1,03%; lemak 0,32%; kadar
abu 0,01% (Yaningsih, 2013).
Ubi jalar ungu yang baru dipanen biasanya mengandung kadar air sebesar
78,86% (Yaningsih, 2013). Pentingnya penurunan tingkat kadar air pada ubi jalar
ungu adalah untuk menghindari kerusakan akibat mikroba maupun jamur
sehingga ubi jalar ungu dapat dikeringan dan disimpan dengan kadar air 12-14%.
Salah satu metode untuk menurunkan kadar air pada ubi jalar ungu adalah dengan
pengeringan.
Pengeringan merupakan metode yang paling luas digunakan dalam
pengolahan dan penyimpanan bahan pangan. Prinsip pengeringan adalah
mengalirkan udara panas dan mengeluarkan sebagian air pada bahan.
Berkurangnya jumlah air dalam bahan akan seiring dengan berkurangnya volume
dan berat sehingga dapat menyebabkan perubahan fisik maupun kimia. Jumlah
air yang lebih sedikit akibat proses pengeringan akan mengurangi aktivitas
mikroba pada bahan. Proses pengeringan menjadi salah satu proses pengolahan
yang dapat meningkatkan nilai ekonomi, memperpanjang umur simpan, dan
menekan biaya pengangkutan. (Maharesti, 2019).
Proses pengeringan sangat dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan laju
udara pengering. Suhu merupakan faktor yang paling menentukan keberhasilan
pada proses pengeringan yang akan berpengaruh pada kenampakan dan
keseragaman produk yang dikeringkan serta lama pengeringan (Maharesti, 2019).
Pengeringan dapat menurunkan biaya dan memudahkan dalam proses
penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan. Pengeringan bertujuan untuk
memperpanjang umur simpan produk. Sasaran pengeringan adalah menurunkan
kadar air atau aktivitas air (aw), menghambat pertumbuhan bakteri, menurunkan

vii
aktivitas enzim, serta menurunkan laju perubahan kimia yang tidak diinginkan
sehingga akan membuat produk dapat disimpan lebih lama dengan mutu yang
lebih terjaga (Asgar, 1992).
Pengering lorong digunakan untuk pengeringan bahan yang
bentuk/ukurannya seragam. Biasanya bahan yang dikeringkan berbentuk butiran,
sayatan/irisan dan bentuk padatan lainnya. Selanjutnya bahan yang dikeringkan
ditebarkan dengan lapisan tertentu di atas baki. Baki ini ditumpuk di atas sebuah
rak/troli. Jarak antar baki diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan udara
panas dengan bebas dapat melewati tiap baki, sehingga pengeringan dapat
seragam. Rak/lori bagian atasnya harus terbuka agar uap air dapat keluar. Troli
yang telah dimuati dengan baki berisi bahan basah, dimasukkan satu persatu ke
dalam lorong (tunnel) dengan interval waktu yang sesuai untuk pengeringan
bahan. Ketika suatu rak yang berisi bahan basah masuk ke dalam terowongan,
maka satu rak yang berisi bahan yang telah kering akan keluar dari ujung lain.
Terowongan ini merupakan ruangan panjang dan dialiri dengan udara panas.
B. Rumusan Masalah
Pokok-pokok yang akan menjadi rumusan masalah pada penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana perubahan suhu dan kelembapan selama proses pengeringan pada
pengujian mesin pengering lorong dengan suhu yang berbeda?
2. Bagaimanakah susut berat pada proses pengeringan ubi jalar ungu
menggunakan mesin pengering lorong dengan suhu yang berbeda?
3. Berapakah kebutuhan gas yang di perlukan pada mesin pengering lorong?
C. Batasan Masalah
Dalam perancangan dan penelitian ini perlu diberikan batasan permasalahan
dari rancangan alat pengering dan pemodelan yaitu:
1. Tidak membahas berapa lama waktu pengeringan yang dikeringkan dengan
suhu yang berbeda.
2. Pengambilan data pada selang waktu tertentu setiap 30 menit.
3. Penelitian hanya dilakukan pada skala laboratorium.

viii
D. Tujuan
Penelitian ini bertujuan agar:
1. Menganalisis perubahan suhu dan kelembapan selama proses pengeringan pada
pengujian mesin pengering lorong dengan suhu yang berbeda.
2. Menganalisis susut berat pada proses pengeringan ubi jalar ungu menggunakan
mesin pengering lorong dengan suhu yang berbeda.
3. Menghitung kebutuhan gas yang diperlukan pada mesin pengering lorong.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk:
1. Memberikan informasi dasar untuk pengembangan penelitian lebih lanjut
tentang pengeringan ubi jalar ungu menggunakan pengering lorong.
2. Dapat digunakan sebagai rekomendasi pengeringan gabah dalam kaitanya
dengan medium pengeringan yang efektif dan efisien untuk diterapkan pada
industri yang lebih besar.

ix
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ubi Jalar
Ubi jalar termasuk tanaman tropis dan dapat tumbuh dengan baik di daerah
subtropis. Ubi jalar menempati peringkat ke tujuh sebagai tanaman paling
penting setelah padi, gandum, jagung, kentang, singkong, dan barley (Abdulla,
2014). Umumnya ubi jalar dibagi dalam dua golongan, yaitu ubi jalar yang
berumbi keras (karena banyak mengandung pati) dan ubi jalar yang berumbi
lunak (karena banyak mengandung air). Dari warna daging umbinya, ada yang
berwarna putih, merah kekuningan, kuning, merah, krem, jingga atau ungu dan
lain-lain.
Ubi jalar ungu potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan pangan
fungsional karena memiliki antosianin, pigmen yang menyebabkan daging umbi
berwarna ungu. Ubi jalar ungu memiliki mutu yang baik ditinjau dari kandungan
gizi ubi jalar mengandung vitamin (A, B1, B2, C, dan E), mineral (Ca, K, Mg, Sg,
dan Cu), serat pangan, serta karbohidrat bukan serat. Namun kadar protein dan
lemak ubi jalar rendah sehingga konsumsinya perlu didampingi bahan pangan lain
yang berprotein tinggi (Koswara, 2013). Kandungan lain yang terdapat dalam ubi
jalar adalah senyawa antosianin ubi jalar ungu mengandung senyawa fenol, serat
pangan dan oligosakarida, dan indeks glikemik (Ginting, 2011).
Produk olahan ubi jalar ungu dapat dilakukan pada bahan segar yang
selanjutnya dapat langsung dikonsumsi maupun produk antara yang perlu diolah
menjadi produk akhir berupa makanan siap saji. Produk olahan ubi jalar segar
meliputi (Ginting, 2011) .
1. Ubi kukus atau goreng merupakan olahan paling sederhana dari ubi jalar ungu.
2. Keripik merupakan produk ubi jalar ungu yang paling dikenal. Warnanya yang
menarik, tekstur kesat, mempur dan tidak berserat menjadikan ubi jalar ungu
sebagai produk yang renyah setelah di goreng.
3. Stik ubi jalar merupakan substitusi produk stik kentang yang harganya relatif
mahal dengan bahan baku masih diimpor.

x
4. Pasta ubi jalar merupakan umbi kukus yang dihaluskan atau ditumbuk untuk
kemudian diolah menjadi beragam produk seperti jus, saos, selai, mie, es krim,
dan kue basah.
B. Pengeringan
Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air bahan sampai mencapai
kadar air tertentu. Pengeringan pada dasarnya merupakan proses perpindahan
energi yang digunakan untuk menguapkan air yang berada dalam bahan, sehingga
mencapai kadar air tertentu agar kerusakan bahan pangan dapat diperlambat.
Kelembapan udara pengering harus memenuhi syarat yaitu sebesar 55-60%.
Proses utama yang terjadi pasca proses pengeringan adalah penguapan.
Penguapan terjadi apabila air yang dikandung oleh suatu bahan teruap, yaitu
apabila panas diberikan kepada bahan tersebut (Huriawati dkk., 2016).
Pengeringan dapat menurunkan biaya dan memudahkan dalam proses
penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan. Pengeringan bertujuan untuk
memperpanjang umur simpan produk. Sasaran pengeringan adalah menurunkan
kadar air atau aktivitas air, menghambat pertumbuhan bakteri, menurunkan
aktivitas enzim, serta menurunkan laju perubahan kimia yang tidak diinginkan
sehingga akan membuat produk dapat disimpan lebih lama dengan mutu yang
lebih terjaga (Ummah dkk., 2016).
Pengeringan akan menyebabkan tejadinya perubahan warna, tekstur dan
aroma bahan pangan. Pengeringan menyebabkan kadar air bahan pangan menjadi
rendah yang juga akan menyebabkan zat-zat yang terdapat pada bahan pangan
seperti protein, lemak, karbohidrat dan mineral akan lebih terkonsentrasi
(Huriawati dkk., 2016).
Proses pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara
simultan, yang memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang
dipindahan dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengering yang
berupa udara panas. Prinsip pengeringan biasanya akan melibatkan dua kejadian
yaitu panas harus diberikan pada bahan yang akan dikeringkan dan air harus
dikeluarkan dari dalam bahan.
Dua fenomena ini menyangkut pindah panas ke dalam dan pindah massa
keluar. Pindah massa adalah pemindahan air keluar dari bahan pangan. Peristiwa

xi
yang terjadi selama proses pengeringan adalah proses pemindahan panas yaitu
proses yang terjadi karena perbedaan temperatur, panas yang dialirkan akan
meningkatkan suhu bahan yang lebih rendah, menyebabkan tekanan uap air
didalam bahan lebih tinggi dari tekanan uap air di udara serta proses pemindahan
massa yaitu suatu proses yang terjadi karena kelembaban relatif udara pengering
lebih rendah dari kelembaban relatif bahan, panas yang dialirkan diatas
permukaan bahan akan meningkatkan uap air bahan sehingga tekanan uap air akan
lebih tinggi dari tekanan uap udara ke pengering (Wignyanto., 2015).
Adanya perbedaan panas antara permukaan dan bagian dalam bahan pangan
mengakibatkan sejumlah uap air akan bergerak ke permukaan bahan akibat
adanya perbedaan tekanan. Uap air yang jenuh di permukaan bahan akan
menguap akibat adanya perbedaan tingkat kelembaban antara permukaan bahan
dengan udara sekitar permukaan bahan. Laju penguapan tersebut dipengaruhi
oleh suhu juga dipengaruhi oleh tingkat kelembaban di sekitar bahan yang
dikeringkan (Basmal dkk., 2013).
B. Pengaruh Suhu Pada Proses Pengeringan
Laju penguapan air bahan dalam pengeringan sangat ditentukan oleh
kenaikan suhu. Semakin besar perbedaan antara suhu media pemanas dengan
bahan yang dikeringkan, semakin besar pula kecepatan pindah panas ke dalam
bahan pangan, sehingga penguapan air dari bahan akan lebih banyak dan cepat
(Taib, G. et al., 1988).
Makin tinggi suhu dan kecepatan aliran udara pengering makin cepat pula
proses pengeringan berlangsung. Makin tinggi suhu udara pengering makin besar
energi panas yang dibawa udara sehingga makin banyak jumlah massa cairan
yang diuapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan. Jika kecepatan aliran
udara pengering makin tinggi maka makin cepat pula massa uap air yang
dipindahkan dari bahan ke atmosfir.
Semakin tinggi suhu yang digunakan untuk pengeringan, makin tinggi
energi yang disuplai dan makin cepat laju pengeringan. Akan tetapi pengeringan
yang terlalu cepat dapat merusak bahan, yakni permukaan bahan terlalu cepat
kering, sehingga tidak sebanding dengan kecepatan pergerakan air bahan
kepermukaan. Hal ini menyebabkan pengerasan permukaan bahan. Selanjutnya air

xii
dalam bahan tidak dapat lagi menguap karena terhalang. Disamping itu
penggunaan suhu yang terlalu tinggi dapat merusak daya fisiologik
bijibijian/benih (Taib, G. et al., 1988).
Pengeringan bahan hasil pertanian menggunakan aliran udara pengering
yang baik adalah antara 45oC sampai 75oC. Pengeringan pada suhu dibawah
45oC mikroba dan jamur yang merusak produk masih hidup, sehingga 12 daya
awet dan mutu produk rendah. Namun pada suhu udara pengering di atas 75oC
menyebabkan struktur kimiawi dan fisik produk rusak, karena perpindahan panas
dan massa air yang berdampak perubahan struktur sel. (Setiyo, 2003).
C. Faktor Yang Mempengaruhi Pengeringan
Rohanah (2006) menjelaskan beberapa faktor yang perlu di perhatikan
untuk memperoleh kecepatan pengeringan yang maksimum, yaitu.
1. Luas Permukaan Bahan
Semakin luas permukaan bahan maka akan semakin cepat bahan menjadi
kering. Bahan yang akan dikeringkan biasanya akan di potong-potong terlebih
dahulu. Proses pemotongan ini akan menjadikan bahan memiliki luas
permukaan yang lebih besar sehingga permukaan yang dapat berhubungan
dengan medium pemanas serta lebih banyak permukaan tempat air keluar.
Potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis tersebut dapat mengurangi
jarak yang harus dilewati panas (kalor) sampai ke pusat bahan pangan dan
mengurangi jarak yang dilalui massa air dari pusat bahan keluar menuju
permukaan bahan dan keluar dari bahan.
2. Suhu
Semakin besar perbedaan suhu (antara medium pemanas dengan bahan
pangan) maka akan semakin cepat proses pindah panas berlangsung sehingga
mengakibatkan proses penguapan semakin cepat pula. Semakin tinggi suhu
udara maka akan semakin banyak air yang keluar dari bahan yang dikeringkan
dalam bentuk uap air. Uap air tersebut harus dikeluarkan dari udara, sebab
bila tidak uap air tersebut akan memenuhi atmosfir di sekeliling permukaan
bahan sehingga akan memperlambat proses perpindahan massa selanjutnya.
Tetapi suhu udara pengering yang tinggi dapat menyebabkan case handering
sehingga dapat memperlambat laju pengeringan. Case handering adalah suatu

xiii
keadaaan bahan yang permukaan bahan tersebut keras (sudah kering) tetapi
bagian dalamnya belum terjadi proses pengeringan secara sempurna (masih
basah).

3. Kecepatan Udara
Umumnya udara yang bergerak akan lebih banyak mengambil uap air dari
permukaan bahan yang dikeringkan. Udara yang bergerak adalah udara yang
mempunyai kecepatan gerak yang tinggi yang berguna untuk mengambil uap
air dan menghilangkan uap air dari permukaan bahan yang dikeringkan
sehingga dapat mencegah terjadinya udara jenuh yang dapat memperlambat
penghilangan air.
4. Kelembapan Udara (Relative Himunity)
Semakin lembab udara di ruang pengering dan sekitarnya maka akan semakin
lama proses pengeringan berlangsung kering, begitu juga sebaliknya. Karena
udara kering dapat mengabsorpsi dan menahan air.
5. Tekanan Atmosfir dan Vakum
Pada tekanan udara atmosfir 760 Hg (= 1 atm), air akan mendidih pada suhu
100oC. Pada tekanan udara lebih rendah dari 1 atmosfir air akan mendidih pada
suhu lebih rendah dari 100oC.
6. Waktu
Semakin lama waktu (batas tertentu) pengeringan maka akan semakin cepat
proses pengeringan selesai.
D. Laju Pengeringan
Laju pengeringan ditentukan oleh laju pada saat energi panas dapat
dipindakan ke air atau ke es untuk melengkapi panas laten (Earle, 1969). Laju
pengeringan akan menurun seiring dengan penurunan kadar air selama
pengeringan. Perubahan laju pengeringan tetap menjadi laju pengeringan menurun
untuk bahan yang berbeda akan terjadi pada kadar air yang berbeda pula (Taib
1998). Selanjutnya Taib (1998) mengemukakan bahwa laju pengeringan suatu
hasil pertanian dengan menggunakan alat pengering buatan dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain.

xiv
1. Suhu dan kelembapan nisbi udara selama proses pengeringan.
2. Kecepatan aliran udara yang melalui satuan bobot bahan, atau lamanya bahan
melalui alat pengering.
3. Kadar air awal bahan yang dikeringkan.
4. Jenis bahan yang dikeringkan.
5. Banyaknya bahan yang dikeringkan persatuan waktu.
6. Suhu udara pengering pada waktu masuk dan keluar dari alat pengering.
E. Mekanisme Kinerja Mesin Pengering Lorong
Alat ini digunakan untuk pengeringan bahan yang bentuk/ukurannya
seragam. Biasanya bahan yang dikeringkan berbentuk butiran, sayatan/irisan dan
bentuk padatan lainnya. Selanjutnya bahan yang dikeringkan ditebarkan dengan
lapisan tertentu di atas baki. Baki ini ditumpuk di atas sebuah rak/troli. Jarak antar
baki diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan udara panas dengan bebas
dapat melewati tiap baki, sehingga pengeringan dapat seragam. Rak/lori bagian
atasnya harus terbuka agar uap air dapat keluar. Troli yang telah dimuati dengan
baki berisi bahan basah, dimasukkan satu persatu ke dalam lorong (tunnel) dengan
interval waktu yang sesuai untuk pengeringan bahan. Ketika suatu rak yang berisi
bahan basah masuk ke dalam terowongan, maka satu rak yang berisi bahan yang
telah kering akan keluar dari ujung lain. Terowongan ini merupakan ruangan
panjang dan dialiri dengan udara panas.

xv
III. METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat


Kegiatan penelitian dilakukan dimulai dari bulan Mei 2022 sampai dengan
bulan Juli 2022 dan dilaksanakan di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi
Pertanian.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Alat
a. Alat tulis
b. Anemometer
c. Handphone
d. Mesin pengering tipe lorong
e. Stopwatch
f. Laptop
g. Thermogun
h. Thermometer Hygrometer
i. Timbangan
2. Bahan
a. Ubi jalar ungu
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap Pengoperasian
a. Pastikan steker untuk box kontrol panel terhubung dengan sumber listrik
b. Pasang regulator gas pada tabung gas dan pastikan tidak ada kebocoran gas
c. Atur pengendali suhu pada posisi angka suhu yang dikehendaki untuk
pengeringan.
d. Sambil mempersiapkan bahan yang akan dikeringkan, tekan pada posisi on
(tombol hijau ) pada kontrol panel.
e. Nyalakan kompor gas dengan cara menekan sambil memutar knop ke kanan
f. Persiapkan bahan yang akan dikeringkan, ubi jalar ungu telah di kupas dan
di potong-potong dengan ukuran yang ditentukan

xvi
g. Masukkan potongan bahan yang telah dipotong ke tray/baki, kemudian atur
pada trolly
h. Setelah satu trolly terisi penuh dan suhu pengeringan sudah sesuai dengan
yang direkomendasikan, masukkan trolly pertama dari pintu sebelah kiri.
i. Selang waktu tertentu trolly ke dua masuk, trolly pertama terdorong ke
ruang berikutnya.
j. Berikutnya trolly ke tiga masuk dan mendorong trolly pertama dan ke
dua. Demikian seterusnya, pengeringan dianggap selesai sampai kadar air
bahan sudah mencapai kesetimbangan kurang lebih 10 – 12 jam.
2. Tahap Lama Waktu pengeringan
Pada tahap ini peneliti ini yaitu mengacu berdasarkan lamanya waktu
pengeringan selama 8 jam dan besar suhu pengeringan dan berbeda. Berikut
merupakan faktor perlakuannya terdiri dari masing-masing 3 taraf yaitu B1 = 50
ºC, B2 = 60 ºC, B3 = 70 ºC. Pengamatan dilakukan setiap 30 menit sekali.
3. Tahap Pengamatan
a. Kadar air
Pengukuran kadar air ubi ungu dilakukan dilakukan diawal dan
diakhir pengamatan selama 8 jam proses pengeringan. Proses pengukuran
kadar air bahan menggunakan metode gravimetri pada suhu pengeringan
105℃. Kadar air dinyatakan dalam satuan persen (%) dan dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
Berat awal−Berat akhir
Kadar air = x 100 %
berat akhir
b. Susut Bobot
Pengukuran susut bobot dilakukan setiap 30 menit sekali selama
proses pengeringan. Perubahan susut bobot serutan ubi ungu diukur
menggunakan timbangan digital. Perhitungan susut bobot dapat dinyatakan
dalam satuan persen (%) dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Bobot awal−bobot akhir
Susut Bobot (%) = x 100 %
Bobot akhir
c. Suhu Lingkungan dan RH Lingkungan
Suhu dan RH lingkungan diukur menggunakan Termometer Hygro
dilakukan setiap 30 menit sekali

xvii
d. Suhu Bahan
Suhu bahan diukur menggunakan Termometer Gun di beberapa titik
setiap 30 menit sekali.

e. Suhu Burner

Suhu Burner diukur menggunakan Termometer Gun di beberapa titik


setiap 30 menit sekali.

f. Suhu Mesin

Suhu Mesin diukur menggunakan Termometer Gun di beberapa titik


setiap 30 menit sekali.

g. Suhu Cerobong

Suhu Cerobong diukur menggunakan Termometer Gun di beberapa


titik setiap 30 menit sekali.

h. Kecepatan Angin Kipas

Kecepatan Angin Kipas diukur menggunakan Anemometer di


beberapa titik setiap 30 menit sekali

D. Metode Pengumpulan Data


1. Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan
peninjauan secara langsung berkaitan dengan proses penelitian.
2. Studi Kepustakaan
Teknik ini dilakukan dengan cara pencarian data tambahan dari buku,
jurnal, skripsi, dan laporan magang yang digunakan untuk membandingkan
hasil penelitian yang diperoleh.
3. Analisis Data
Ada dua jenis metode analisis data yang digunakan penulis meliputi:

xviii
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari kegiatan
penelitian Tugas Akhir ini.
b. Data sekunder, yaitu data yang tidak langsung atau diperoleh dari
sumber lain dan digunakan sebagai pendukung dalam mengerjakan
laporan.

xix
E. Desain Penelitian

Mulai

Sortasi Ubi Jalar Ungu

Pengupasan dan Pencucian Kulit

Diserut dengan slicer (ketebalan ± 1mm) secara horisontal dan dengan


(panjang ± 5 mm)

Serutan Ubi Ungu dan sampel di Masukan ke dalam mesin


dan diletakan diatas Tray mesin

Dinyalakan mesin pengering lorong

Disetting dengan suhu yang di tentukan

Disetting dengan suhu yang di tentukan

Dinyalakan stopwatch

Pengamatan kadar air, susut bobot, Suhu


Lingkungan, RH Lingkungan, suhu bahan, suhu
burner, suhu mesin, suhu cerobong, kecepatan

Data

Pengolahan Data

Hasil

Selesai

xx
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

21
DAFTAR PUSTAKA

Apriadi. 2011. Analisis Perpindahan panas Pada Tongkol jagung Pada Beberapa Metode
Pengeringan Sederhana. Prosiding Seminar Nasional PERTERTA. [diunduh] 24
Mei 2022.

Bhandari, R. 2008. Evaluation Of Box Type Paddy Dryers In South Sumatera,


Indonesia. Agricultural Engineering International. https://iopscrg/issue/1755-
1315/122/1. [diunduh] 24 Mei 2022.

Badan Pusat Statistik Nasional. 2018. Produksi Padi (Angka Ramalan I Tahun
2018).Jakarta.https://www.bps.go.id/publication/2\01/21930121d1e4d09459f7e19
5/ . [diunduh] 24 Mei 2022.

Djaeni. 2013. Corn Drying With Zeolite In The Fluidized Bed Dryer Under Medium
Temperature. The Journal Of Technology And Science. Vol.24. No.2. [diunduh]
24 Mei 2022.

Daulay. 2005. Pengeringan Padi (Metode dan Peralatan). Jurusan Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara. [diunduh] 24
Mei 2022.

Haron, N. 2017. Recent Advances In Fluidized Bed Drying. IOP Conf. Series:
Materials Science And Engineering 243.
https://sci-hub.se/10.1088/1757-899X/243/1/012038. [diunduh] 24 Februari 2022.

Huriawati. 2016. Pengaruh Metode Pengeringan Terhadap Kualitas Serbuk Seresah


Enhalus acoroides Dari Pantai Tawang Pacitan. Bioeksperimen. Vol.2 No.1.
[diunduh] 24 Mei 2022.

Kartasapoetra, A.G. 1988. Teknologi Budidaya Tanamana Pangan Di Daerah Tropika


Bina Aksara. Jakarta. http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/
(FILEminimizer200dapus-lam.pdf. [diunduh] 24 Mei 2022.

Lilhare. 2013. Effect Of Enviromental Condition And Drying Parameters On Paddy


Processing. International Journal Of Scientific And Engineering Research. Vol.4.
Issue. 10. ISSN: 2229-5518. [diunduh] 24 Mei 2022.

Murad. 2015. Pengeringan Biji Kemiri Pada Alat Pengering Tipe Batch Model
Tungku Berbasis Bahan Bakar Cangkang Kemiri. Jurnal Ilmiah Rekayasa
Pertanian dan Biosistem. Vol. 3. No.1. [diunduh] 25 Mei 2022.

Osueke, C.O. 2013. Design Modelling Of A Fluidized Bed For Grain Drying.
International Journal Of Engineering Research And Development. Vol. 7. Issue.
9. ISSN: 2278-067X. [diunduh] 25 Februari 2022.

22
Rahmat. 2019. Analisis Pengaruh Variasi Kecepatan Putaran dan Temperatrure pada
prses pengeringan biji jagung menggunakan mesin rotary drayer dengan pemanas
LPG. https://jrpb.unram.ac.id/index.php/jrpb/article/view/308. [diunduh] 25 Mei
2022.

And Milling Quality Of Dried Paddy Using Inclined Bed Dryers In Two Different
Paddy Mills Located In MADA And IADA KETARA. International Food
Research Journal. Vol. 25. No.6. [diunduh] 25 Mei 2022.

Thant. 2018. Inclined Fluidized Bed Dryer Performance In Energy Saving Option.
International Journal Of Science, Engineering And Technology Research. Vol. 7.
Issue. 8. ISSN: 2278-7798. [diunduh] 25 Mei 2022.

Ummah. 2016. Penentuan Konstanta Laju Pengeringan Bawang Merah (Allium


ascalonicum L.) Iris Menggunakan Tunnel Dehydrator. Journal Of Agro-based
Industry. Vol. 33. No. 2. [diunduh] 25 Mei 2022.

Winarno. 1980. Pengantar Teknologi Pangan.


https://buku-ok.blogspot.com/2012/11/pengantar-teknologi-pangan.html.
[diunduh] 25 Mei 2022.

23
LAMPIRAN

Lampiran 1.

Tabel 1. Jadwal Palang Pelasaknaan


Keterangan:

: Hari kerja

: Hari libur

24

Anda mungkin juga menyukai