Anda di halaman 1dari 15

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA TERAPAN

JUDUL KEGIATAN

Produksi Dekstrin dari Tepung Tapioka Lokal


dengan Modifikasi Proses Kering Berbasis Asidifikasi

Oleh :

1. Andi Restu Wibowo L2C606005 (2006)


2. Filipus Evan Adinda L2C606018 (2006)
3. Anugerah Putra Hutama L2C006016
(2006)
4. Arum Syafeka Setyawan Putri L2C607008
(2007)
5. Johanna Tania L2C607028 (2007)

UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009

1
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA


1. Judul Kegiatan : Produksi Dekstrin dari tepung Tapioka Lokal
dengan Modifikasi Proses Kering berbasis
Asidifikasi
2. Bidang Kegiatan : ( ) PKMP ( ) PKMK
(√ ) PKMT ( ) PKMM
3. Bidang Ilmu : ( ) Kesehatan ( ) Pertanian
( ) MIPA (√ ) Teknologi & Rekayasa
( ) Pendidikan ( ) Humaniora
( ) Sosial Ekonomi
4. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Andi Restu Wibowo
b. NIM : L2C606005
c. Jurusan : Teknik Kimia
d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Diponegoro
e. Alamat e-mail : restuandi.wibowo@gmail.com
5. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 4 (empat) orang
6. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr.nat.techn.Siswo Sumardiono,ST,MT
b. NIP : 132 281 750
7. Biaya Kegiatan Total :
DIKTI : Rp 6.000.000,00
Sumber Lain (Sebutkan) :-
8. Jangka Waktu Pelaksanaan : 6 (enam) bulan

Semarang, 24 Juni 2009


Menyetujui
Ketua Jurusan Teknik Kimia Ketua Pelaksana Kegiatan
Fakultas Teknik UNDIP

Dr. Ir. Abdullah, MS Andi Restu Wibowo


NIP : 130 286 285 NIM : L2C606005
Pembantu Rektor III
Bidang Kemahasiswaan Dosen Pendamping

Sukinta, S.H. M.Hum. Dr.nat.techn.Siswo Sumardiono,ST,MT

2
NIP : 131 763 894 NIP : 132 281 750

ABSTRAK

Produksi dekstrin dari tepung tapioka lokal dengan modifikasi proses kering
berbasis asidifikasi. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh
suhu dan lamanya penovenan dalam pembuatan dekstrin serta mendapatkan
dekstrin dengan daya larut yang baik dalam air. Dalam penelitian ini menggunakan
tepung tapioka lokal yang dihidrolisa menggunakan sedikit katalis asam(HCl) 0,3M
dengan cara disemprotkan melaului sprayer kemudian diaduk sampai rata. Setelah
itu dipanaskan ke dalam oven sesuai variabel. Kemudian produk didinginkan
dengan cara diangin-anginkan dengan udara di sekitar lalu dianalisa secara
kualitatif dan kuantitatif. Analisa kualitatif dengan cara direaksikan dengan larutan
yodium. Analisa kuantitatif dilakukan guna mendapatkan harga Dextrose Equivalen
(DE) dengan alat spektrofotometri uv-vis. DE yang dihasilkan sesuai standar pasar
yaitu dekstrin yang mempunyai DE 3-7.

Kata kunci : dekstrin,dextrose equivalen(DE),hidrolisa pati

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkah, rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan kemajuan Program
Kreativitas Mahasiswa Penelitian.
Dengan selesainya laporan sementara PKMT ini, penyusun mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Dr. Ir. Abdullah, MS selaku kepala jurusan teknik kimia Universitas Diponegoro.
2. Dr. Siswo Sumardiono, ST.MT. selaku dosen pembimbing PKMT yang telah
membantu segala persiapan, pelaksanaan, dan penyelesaian PKMT ini.
3. Bapak Untung selaku penjaga laboratorium penelitian teknik kimia Universitas
Diponegoro
4. Bapak ibu yang selalu memberikan dorongan dan doa restunya
5. Teman-teman jurusan Kimia angkatan 2006 untuk persahabatan, kebersamaan, dan
dukungannya.
Penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
menyempurnakan laporan ini di masa datang.

Semarang, 24 Juni 2009

Penyusun

4
1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah
Dekstrin adalah produk hidrolisa pati, berbentuk amorf berwarna putih
sampai kekuning-kuningan (SNI, 1989) dengan rumus kimia (C6H10O5)n. Dekstrin
adalah produk hasil hidrolisa tidak sempurna pati dengan katalis asam ataupun
enzim. Berdasarkan cara pembuatannya, dekstrin dikelompokkan menjadi dekstrin
putih, dekstrin kuning, British Gum, dan dekstrin Schardinger atau siklodekstrin.
Dekstrin banyak digunakan sebagai pembentuk lapisan pada kopi, coklat,
dan kacang untuk mencegah migrasi minyak. Sifat viskositas yang rendah dari
dekstrin menjadikan dekstrin sering dipakai dalam pembuatan jelli sebagai sumber
padatan yang menstabilkan tekstur permen. Dekstrin memiliki daya rekat baik,
oleh karena itu pada industri bahan perekat dekstrin digunakan sebagai perekat
pada amplop, perangko dan label. Aplikasi dekstrin yang lain adalah sebagai
komponen penyusun makanan bayi, peningkat tekstur bahan makanan, sebagai
pengaduk warna pada pencetakan tekstil, sebagai pelapis dan pembentuk
permukaan kertas yang halus, serta kadang-kadng sebagai pereaksi kimia.
Dekstrin dapat diproduksi dengan tiga macam proses pembuatan, yaitu
proses pembuatan secara enzimatis, proses pembuatan secara basah dan proses
pembuatan secara kering. Proses pembuatan secara enzimatis dilakukan dengan
menambahkan enzim α-amilase kedalam pati dengan konsentrasi 30% yang
pHnya telah diatur 5,2. Proses pembuatan secara basah dilakukan dengan
menambahkan katalis asam ke dalam suspensi pati, katalis yang biasa digunakan
adalah HCl. Larutan dipanaskan hingga konversi yang diinginkan tercapai dan
kemudian hasil dinetralisasi. Pada proses pembuatan secara kering, pati disangrai
selama 3-24 jam pada suhu 85-120oC, selama disangrai pati ditambah sedikit
katalis asam berupa HCl (Kirk Othmer,vol. 21, hal. 495).
Penelitian yang berkaitan dengan pembuatan dekstrin telah dilakukan oleh
O.S. Azeez (2005) dengan judul produksi dextrin dari tepung tapioka. Variabel
proses yang digunakan waktu hidrolisa, temperatur hidrolisa, dan konsentrasi
katalis. Respon yang diuji adalah relative solubility. Penelitian lainnya yang
berkaitan dengan dekstrin dilakukan oleh Hiroki Takata, Takhesi Takata, dan
Hiroyasu Takata dengan judul Production and some properties of a dextrin with
narrow size distribution by cyclization reaction of branching enzim. Variabel
yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah konsentrasi amilopektin, jenis
amilopektin dan waktu hidrolisa. Respon berupa nilai dextrose equivalent dan
relative solubility di uji dengan gel permeation chromatography.
Banyak industri pembuatan dekstrin di Indonesia menggunakan proses
basah baik dengan asam maupun dengan enzim. Namun setelah ditelaah lebih lanjut
penggunaan proses basah ini banyak kelemahannya dibandingkan dengan proses
kering. Diantaranya untuk mendapatkan dekstrin murni perlu netralisasi terlebih
dahulu, harga dari enzim α-amilase yang mahal karena impor dari Denmark
sehingga kurang ekonomis, dalam proses pembuatannya perlu perlakuaan khusus
dan lain-lain. Sedangkan dalam proses kering tidak perlu netralisasi, proses
pembuatannya lebih sederhana dan lebih ekonomis.
1.2. Perumusan Masalah

5
Pembuatan dekstrin dengan proses basah dirasa kurang ekonomis bila
dilakukan dalam skala industri mengingat banyak kelemahan di dalamnya.
Pembuatan dekstrin dengan proses kering merupakan cara yang menjanjikan untuk
mengatasi kelemahan dari proses basah. Dimana dalam proses kering tidak perlu
lagi pengontrolan pH, netralisasi, pengadaan enzim yang mahal harganya. Selain
itu, waktu yang diperlukan selama proses relative singkat. Oleh karena itu
diperlukan penelitian yang komprehensif untuk mendapatkan hasil yang optimum
(dekstrin yang mempunyai daya larut dalam air yang terbaik, dengan nilai derajat
asam yang memenuhi persyaratan standar SNI) dan lebih ekonomis.
1.3. Tujuan Program
1. Mengetahui pengaruh suhu dan lamanya pengovenan dalam pembuatan
dekstrin.
2. Mendapatkan dekstrin yang mempunyai daya larut dalam air yang baik.
1.4. Luaran Yang Diharapkan
1. Paket teknologi pembuatan dekstrin melalui proses kering.
2. Data-data teknis proses pembuatan dekstrin melalui proses kering.
3. Artikel ilmiah yang dipresentasikan pada seminar nasional dan dimuat pada
jurnal ilmiah terakriditasi.
4. Satu draft usulan paten.
1.5. Kegunaan Program
Membantu industri pembuatan dekstrin untuk memproses pembuatan
dekstrin dengan cara yang lebih ekonomis.

2. Tinjaun Pustaka
2.1. Pengertian dan Klasifikasi Dekstrin
Dekstrin adalah zat yang dibentuk pada hidrolisa pati atau pencernaan
parsial pati. Dekstrin merupakan produk degradasi pati yang dapat dihasilkan
dengan beberapa cara yaitu memperlakukan suspensi pati dalam air dengan asam
atau enzim pada kondisi tertentu, atau degradasi/pirolisis pati dalam bentuk kering
dengan menggunakan perlakuan panas atau kombinasi antara panas dan asam atau
katalis lain. Dekstrin mempunyai rumus kimia (C6H10O5)n dan memiliki struktur
serta karakteristik intermediate antara pati dan dextrosa.
Berdasarkan reaksi warnanya dengan yodium, dekstrin dapat
diklasifikasikan atas amilodextrin, eritrodextrin, dan akrodexrin. Pada tahap awal
hidrolisa, akan dihasilkan amilodextrin yang masih memberikan warna biru bila
direaksikan dengan yodium. Bila hidrolisa dilanjutkan akan dihasilkan eritrodextrin
yang akan memberikan warna merah kecoklatan bila direaksikan dengan yodium.
Sedangkan pada tahap akhir hidrolisa, akan dihasilkan akrodextrin yang tidak
memberikan warna bila direaksikan dengan yodium.
Berdasarkan reaksi warnanya dengan yodium, dextrin juga dapat dibedakan
dengan amilosa dan amilopektin. Pati bila berikatan dengan yodiun akan
menghasilkan warna biru karena struktur molekul pati yang berbentuk spiral,
sehingga akan mengikat molekul yodium dan membentuk warna biru. Berdasarkan
percobaan diperoleh bahwa pati akan merefleksikan warna biru bila polimer
glukosanya lebih besar dari 20 (seperti amilosa). Bila polimer glukosanya kurang
dari 20, seperti amilopektin, akan dihasilkan warna merah. Sedangkan polimer yang
lebih kecil dari lima, tidak memberi warna dengan yodium.

6
Berdasarkan cara pembuatannya, dekstrin dikelompokkan menjadi dekstrin
putih, kuning, dan British Gum. Dextrin putih dibuat dengan menggunakan suhu
rendah, pH rendah serta waku yang cepat menghasilkan produk konversi tanpa
perubahan warna yang menyolok. Dextrin kuning dibuat dengan menggunakan
suhu tinggi, pH rendah serta waktu yang lama menghasilkan produk konversi
tingkat tinggi. British Gum dibuat dengan menggunakan suhu tinggi, pH tinggi dan
waktu mendekati 20 jam menghasilkan produk dengan warna yang lebih gelap
daripada dextrin putih.
Selain dextrin putih, dextrin kuning dan British Gum, dikenal pula dextrin
Schardinger adalah suatu jenis dextrin yang dihasilkan dari degradasi pati oleh
Bacillus macerans.
Dextrin Schardinger dikenal juga sebagai Siklodextrin karena strukturnya
yang melingkar. Dextrin Schardinger mempunyai jumlah unit glukosa lima dan
enam. Sedangkan menurut Heimann (1980), dextrin Schardinger mengandung
enam sampai delapan unit glukosa yang tersusun secara melingkar menyerupai
bentuk cincin.
Saat ini dikenal tiga jenis siklodextrin yaitu α-siklodextrin yang terdiri dari
enam unit glukosa, β-siklodextrin yang terdiri dari tujuh unit glukosa dan γ-
siklodextrin yang terdiri dari delapan unit glukosa dalam struktur melingkarnya.
2.2. Sifat Mutu Dekstrin
Dextrin mempunyai struktur molekul yang lebih kecil dan lebih bercabang
dibandingkan dengan pati. Dextrin larut dalam air dingin dan larutannya bila
direaksikan dengan alcohol atau Ca/BaOH akan menghasilkan endapan dextrin
yang bentuknya tidak beraturan. Sebagai padatan, dextrin tersedia dalam bentuk
tepung, tidak larut dalam alcohol dan pelarut-pelarut netral lain. Dextrin juga dapat
membentuk larutan kental yang mempunyai sifat adhesive kuat. Secara umum, sifat
dextrin ditabulasikan pada tabel berikut.
Jenis Kadar Warna Kelarutan Gula Derajat
Pirodextrin Air (%) Pereduksi Percabangan
(%) (%)
Dextrin Putih 2-5 Putih- 60-95 10-12 2-3
coklat
Dextrin <2 Putih- Min-100 1-4 banyak
Kuning krem
British Gum <2 Tan- Min-100 sedikit 20-25
coklat
Sumber : Wurzburg (1989)

Pada tabel di atas dicantumkan beberapa sifat mutu dextrin yang meliputi
kadar air, warna, kelarutan, gula pereduksi dan derajat percabangan. Nilai kelarutan
yang diperoleh menunjukkan jumlah dextrin dalam 1% suspense yang akan larut
dalam air destilat pada suhu 720F. Tampak bahwa kelarutan dextrin putih lebih
rendah daripada kelarutan British Gum, sedangkan kelarutan British Gum lebih
rendah daripada kelarutan dextrin kuning.
Derajat percabangan pada struktur molekuler dextrin dapat menentukan
stabilitas larutan dextrin dimana struktur yang bercabang akan menghasilkan
larutan yang lebih stabil daripada struktur yang linier. Dengan demikian British
Gum yang mempunyai derajat percabangan lebih besar akan menghasilkan larutan

7
yang lebih stabil daripada dextrin putih. Sedangkan dextrin kuning yang dihasilkan
dari tingkat konversi yang lebih tinggi akan menghasilkan larutan yang lebih stabil
daripada British Gum.

2.3. Penelitian Terdahulu


1. Production and some properties of a dextrin with narrow size distribution by
cyclization reaction of branching enzim
(Science Direct, Journal of fermentation and bioengineering vol. 84, no.2,
119-123. 1997)
Enzim bercabang (brancing enzyme : BE ) mengkataklisis proses
cyclizasi amilosa dan amilopektin. Amilopektin dapat dikonversi menjadi
dekstrin dengan reaksi cyclizasi BE dari Basillus stearothermophilus TRBE
14. enzim tersebut secara efisien mendegradasi amilosa meskipun konsentrasi
substrat sangat tinggi (20-30% w/w), dan produknya memiliki distribusi berat
molekul terbatas dibandingkan dengan dekstrin komersial. Dari hasil tersebut,
BE berguna sebagai new starch-processing enzyme. Produk sangat larut dalam
air untuk memberi kestabilan, larutan jernih. Hasilnya juga menyarankan
bahwa produk tersebut mengurangi kecenderungan dekstrin lain untuk
mengalami retrodegradasi.
2. Recombinant termopilic enzymes for trehalose and trehalosyl dextrin
production
(Science Direct, Journal of Molucular Catalysis B: Enzymatic, vol. 11, issue
4-6, 22 jnuari 2001, pages 777-786)
Dua enzim termopilik dan termostable, trehalosyl dextrins forming
enzyme (TDFE) dan trehalose forming enzyme (TFE), dapat mengubah pati
dan dekstrin menjadi α,α-trehalose yang dapat secara langsung dimurnikan
dan dikarakterisasi dari sulfolobales. Enzyme yang pertama mengubah pati
dan dekstrin menjadi derivative trehalosyl. Dengan proses tranglicosilasi
intermolekul, yang mengubah ikatan glikosida dari α-1,4 menjadi α-1,1. yang
kedua, menghidrolisa ikatan α-1,4 yang bersebelahan menjadi α-1,1 trehalosyl
dextrin, membentuk trehalose dan dekstrin dengan berat molekul rendah.
3. Producion of Dextrin from Cassava Starch
(Leonard Journal og Sciences, O.S.AZEZZ, 2005)
Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi dekstrin dari pati
singkong dan juga mengetahui pengaruh konsentrasi asam, suhu
pemanggangan, dan waktu produksi dekstrin menggunakan 8 run screen
experimental sebelum persiapan lem. Hasil menunjukkan bahwa dekstrin
kuning, dekstrin putih dan british gum paling baik dihasilkan pada konsentrasi
asam 0,3 M; 0,3 M; dan 0,23 M. waktu pemanggangan yang paling baik untuk
ketiga hasil di atas adalah 30, 180, dan 180 menit serta suhu pemanggangan
terbaik 60, 90, dan 120oC. hasil yang paling baik adalah dekstrin putih dengan
solubility 36,1% yang digunakan untuk membuat lem.
2.4. Manfaat Dekstrin
Dextrin dapat digunakan sebagai pembentuk lapisan pada kopi, biji padi-
padian seperti beras dan pada porselen. Sebagai bahan pengaduk warna pada
percetakan tekstil, sebagai perekat pada amplop, sebagai bahan pengisi pada tablet
dan pil, sebagai pengganti gum alami pada pabrik farmasi, sebagai bahan

8
pengemulsi dan kadang-kadang digunakan sebagai pereaksi kimia. Selain itu,
dextrin juga dapat digunakan sebagai komponen penyusun makanan bayi.
Dalam industri pangan dextrin digunakan untuk meningkatkan tekstur bahan
pangan. Dekstrin memiliki kemampuan untuk membentuk lapisan, contohnya
pelapisan kacang dan coklat untuk mencegah migrasi minyak. Selain itu, dextrin
juga berfungsi untuk meningkatkan kerenyahan pada kentang goreng dengan cara
merendam kentang tersebut dalam larutan dextrin. Dimana dextrin akan melapisi
permukaan dan mengurangi penetrasi minyak selama penggorengan.
Dalam industri kertas dextrin berfungsi sebagai pelapis dan pembentuk
permukaan kertas yang halus. Dextrin mempunyai daya rekat baik, oleh karena itu
pada industri bahan perekat dextrin digunakan sebagai perekat pada amplop,
perangko dan label. Dalam industri tekstil dextrin digunakan sebagai bahan
pengganti pati. Penghilangan dextrin dalam kain putih lebih mudah dilakukan jika
dibandingkan dengan menggunakan pati. Dextrin dapat dihilangkan hanya dengan
air dingin, sedangkan penghilangan pati harus menggunakan sedikit air panas dan
sedikit asam klorida (HCl). Dalam industri farmasi dextrin digunakan sebagai
bahan pembawa (carrier) obat dalam pembuatan tablet yang mudah larut dalam air
(ludah) bila tablet tersebut dimakan.

3. Metode Penelitian
3.1. Bahan dan Alat
1. Bahan :
• Tepung Tapioka
• Asam Klorida ( HCl )
• Larutan Yodium
• Aquadest
• Kemasan ( Kantong Plastik )
2. Alat :
• Sprayer
• Labu Ukur
• Gelas Ukur
• Corong
• Pengaduk
• Ayakan
3.2. Variabel Penelitian
1. Variabel Berubah :
• Konsentrasi HCl ( 8% ; 10% ; 12% )
• Suhu ( 1000C ; 1200C ; 1600C )
• Waktu ( 1 jam ; 2 jam ; 3 jam )
2. Variabel Tetap :
• Tepung Tapioka 50 gram
3.3. Prosedur Penelitian
1. Menimbang tepung tapioka sebanyak 50 gram
2. Menyemprotkan katalis HCl 0,3 M dengan menggunakan sprayer sesuai
dengan variabel. Kemudian diaduk agar katalis rata dengan tepung tapioka.
3. Memenaskan tepung tapioka tersebut ke dalam oven sesuai dengan lama dan
suhu pengovenan sesuai dengan variabel.

9
4. Mendinginkan produk tersebut dengan cara diangin-anginkan dengan udara
sekitar.
5. Analisa kualitatif, yaitu dengan uji larutan yodium.
6. Analisa kuantitatif, yaitu dengan uji Dextrose Equivalen ( DE )

4. Pelaksanaan Program
Tanggal Kegiatan
27 Februari 2009 Bimbingan dengan dosen pembimbing
3-6 Maret 2009 Studi literature, menambah tinjauan pustaka
12 Maret 2009 Peminjaman alat dan laboratorium.
10-13 Maret 2009  Merancang metode
percobaan dan menentukan cara kerja
percobaannya serta menetapkan variabel
tetap dan variabel berubah.
17-19 Maret 2009 Bimbingan dengan dosen pembimbing
19-21 Maret 2009  Menyiapkan dan
merangkai alat percobaan dan pemesanan
25-28 Maret 2009 alat
 Menyiapkan bahan-
30 Maret-31 Maret 2009 bahan percobaan, yang terdiri dari HCl,
tepung tapioka,, Aquadest.
1-2 April 2009 Studi literatur, mempersiapkan langkah kerja
3-6 April 2009 untuk analisa yang akan dilakukan
Kalibrasi alat percobaan dan analisa
Percobaan pendahuluan untuk mengetahui
13 April-29 Mei 2009 parameter operasi dengan menggunakan
variabel yang telah ditentukan
30 Mei-sekarang Percobaan lanjut untuk mengetahui pengaruh
variabel operasi
Uji warna dan DE (dextrosa equivalent)
Realisasi Dana Yang telah Digunakan
Pemasukan:
 70% dana hibah PKM Rp
4.200.000,00
TOTAL PEMASUKAN Rp 4.200.000,00

Pengeluaran :
 Kesekretariatan
- Kertas 1 rim Rp 30.000,00
-Tinta Rp 60.000,00
Rp 90.000,00
 Pembelian Alat
-Heater + Kabel Rp 50.000,00
-Pengayak Rp 45.000,00
-Sprayer Rp 40.000,00
-Beaker glass 2 @ Rp 45.000,00 Rp 90.000,00
-Sewa alat laboratorium 2 bulan Rp 700.000,00
Rp 925.000,00

10
 Pembelian Bahan
-Tapioka 2 kg @ Rp.5.000,00 Rp 10.000,00
-HCl 35 % (1 liter) Rp. 500.000,00
-Aquadest (200 liter)@ Rp. 1.500,00 Rp. 300.000,00
-Larutan KI (500ml) Rp. 125.000,00
Rp 935.000,00

 Uji sampel Percobaan (Wahana Lab.) Rp


1.200.000,00
 Lain-Lain
- Fotocopy Literatur Rp 90.000,00
- Flash Disk 2 buah @ Rp 100.000,00 Rp 200.000,00
- Kabel dan stop kontak Rp 75.000,00
- Gunting 2 buah @ Rp 10.000,00 Rp 20.000,00
- Kertas label, tisu roll, busa cuci, dll Rp 85.000,00
- Catridge printer Rp 200.000,00
Rp 670.000,00
TOTAL PENGELUARAN Rp 3.820.000,00

5. Hasil dan Pembahasan


5.1. Hasil
Variabel Waktu % HClHCl 0,3MSuhu Hasil Reducing Sugar as
(jam) (w/v) (ml) (0C) Dextrosa (DE)
1 2 12 6 90 Amilodextrin 3,72
2 2 12 6 100 Amilodextrin 3,86
3 2 10 5 120 Akrodextrin 4,01
4 3 8 4 95 Amilodextrin 3,60
5 3 10 5 95 Eritrodextrin 3,76
6 3 12 6 95 Eritrodextrin 3,73
7 4 10 5 95 Eritrodextrin 3,80
8 4 12 6 120 Akrodextrin 3,83
(dextrin kuning)
9 3 10 5 120 Akrodextrin 3,88
10 2 8 4 120 Amilodextrin 3,62

5.2. Pembahasan
Dari hasil percobaan sementara dihasilkan suatu produk dekstrin jenis
matodekstrin karena harga dari Dextrose Equivalen < 20. Berdasarkan warna
setelah direaksikan dengan larutan yodium didapatkan 3 jenis dekstrin, yaitu
amilodekstrin, eritrodekstrin, akrodekstrin.
Secara komersial, dekstrin yang digunakan dalam industri seperti industri
kertas,farmasi,tekstil adalah dekstrin yang mempunyai harga DE antara 3-7.

11
Sehingga dekstrin yang kami hasilkan sudah memenuhi standart pasar. Dengan
metode pembuatan yang lebih sederhana didapatkan hasil yang sama sehingga
apabila diaplikasikan ke dalam suatu industri akan menekan biaya produksi
sehingga keuntungan yang didapatkan akan lebih banyak.
Penelitian ini sekarang sudah mencapai tahap pengembangan ( scale up )
untuk diaplikasikan ke dalam suatu industri.

6. Kesimpulan dan Saran


6.1. Kesimpulan
1. Didapatkan dekstrin jenis maltodekstrin.
2. Didapatkan harga Dextrose Equivalen (DE) secara komersial.
3. Produk yang dihasilkan memenuhi standart pasar.
6.2. Saran
Penurunan dana penelitian diharapkan lebih cepat agar penelitian dapat berjalan
lancar.

7. Daftar Pustaka
Agra, I. B, Warnijati, S. dan Pujianto, B. Hidrolisa Pati pada Suhu Lebih dari 1000C.
Forum Teknik, 3. Halaman 115-129. 1973.
Agra, I. B, Warnijati, S. dan Rijadi R.S. Hydrolysis Tapioca at Atmospheric Pressure.
Forum Teknik, 3. Halaman 115-129. 1973.
Charles, E.R, Harold, S.N, and Thomas K.S. Applied Mathematics in Chemical
Engineering 2nd edition. Mc Graw Hill Book Ltd. 1983. New York.
Day and Underwood, A. I. Analisa kimia Kuantitatif 4th edition. Erlangga. Jakarta. 1986.
Djubaedah, Endah, Mochamad Noerdin N.K, Sri Harjanto. Penanganan Tapioka
Secara Kimia. Departemen Perindustrian dan Perdagangan.2007.
Eliftond, A. Happed and Giosnet G. Hewbrey. Glassany of Chemical Therm 4th Edition.
New York. Van Hanstand Dictionary Weatand.

Gruggins, P.H. Unit Processes in Organic Synyesis, 5th edition. Mc Graw Hill Book
Company Inc. New York. 1950.
Hebert, A. Weismenh. Chemical Analysis. Mc Graw Hill Book Coorperation Income.
New York. 1960.
Hill, G.C. An Introduction to Chemical Engineering Kinetics and Reactor Design, 1 st
editon. John Willey. New York. 1977.
Kerr, R.W. Chemistry and Industry of Stratch, 2th edition. Academic Press Inc. New
York. 1950.
Kimbal, John W. Biologi untuk Mahasiswa 5th edition. Diterjemahkan oleh H. Sik
Soekami. Jakarta. Erlangga. 1992.
Levenspiel, O. Chemical Reaction Engineering, 2nd edition. Mc Graw Hill Books.
Kogakusha Ltd. Tokyo, Japan. 1970.
Perry, R. H. Chemical Engineering Hand Book, 3rd edition. Mc Graw Hill Book
Coorperatioon. 1984.
Soemarno, Rancangan Teknoligi Proses Pengolahan Tapioka dan Produk-Produknya.

Tsai, C.T., S.T. Lin, Y.C. Shue, P.L. Su, Electrolysis of soluble organic matter in
leachate from landfills, Water Res. 31 (1997) 3073– 3081.

12
Vogel, A. I. A Text Book of Quantitative an Organic Analysis. Diterjemahkan oleh Ir.
L. Setiono dan Dr. A. Hadyono Pudjamoko. Jakarta. PT. Kalima Media
Pustaka. 1985.
Woodman, A. Food Analysis, 4th edition. Mc Graw-Hill Book Company Inc. New York.
1941.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Penerapan Teknologi Produksi Dekstrin
dari Ubi Kayu dan Rancang Bangun Peralatan. 2008.
Cerdas dan Berkualitas. Maltodekstrin Produk Berkualitas di Indonesia. Diakses dari
elovan.blogspot.com/2008 tanggal 22 September 2008.
Dekstrin dan Maltodekstrin. Diakses dari dudimuseind.blogspot.com/2008/dekstrin pada
tanggal 20 September 2008.
Kamus Online, White Dextrin. Diakses dari kamus.landak.com/cari/white20dekstrin
pada tanggal 22 September 2008.
Kimia Indonesia, Kelarutan Tepung Tapioka dan Dekstrin. Diakses dari
tech.groups.yahoo.com/group/kimia_indonesia/ pada tanggal 22 September
2008.
Kinetika. Produksi Tapioka. edisi XXVIII/ ISSN : 0852-6931. Himpunan Mahasiswa
Teknik Kimia. Tembalang. 2006.
Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Asam terhada Kualitas Dekstrin Sagu. Diakses dari
www.forda-mof.org. pada tanggal 19 September 2008.
Pengembangan Produk dan Teknologi Proses, Dekstrin dan Tahap-Tahap Pembentukan
Dekstrin. Diakses dari http://ptp2007.wordpress.com/dekstrin pada tanggal 19
September 2008.
Pengolahan dan Pemanfaatan Tapioka, diakses dari http://www/menlh.go.id/usaha-kecil
pada 20 September 2008.

13
LAMPIRAN GAMBAR

Menimbang tepung tapioka Menyemprotkan katalis asam (HCl)

Pemanasan (oven) Pendinginan


Hasil Uji Warna

Eritrodextrin Amilodextrin

14
Akrodextrin Eritrodextrin

15

Anda mungkin juga menyukai