Dosen Pengampu:
Ade Wahyu Yusariarta Putra Parmita, S.T M.T
Gusti Umindya Nur Tajalla, S.T M.T
Anggota Kelompok 4:
1. Daffa Irsyad Darmawan 06191017
2. Decky Andhika 06191019
3. Inesya Seftianur Arini 06191026
4. Irsyad Al Habib 06191028
5. Lisda Yanti 06191031
Asisten Praktikum:
Friska Claudia S. 06181028
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga penyusunan laporan yang berjudul ”Teknologi Pemrosesan Keramik Pemrosesan
Keramik Mutakhir” dapat selesai tepat pada waktunya.
Penyusunan laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi
Pemrosesan Keramik tentang Pemrosesan Keramik Mutakhir. Dalam penyusunan laporan
ini penulis banyak mendapat bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Ade Wahyu Yusariarta Putra Parmita, S.T M.T selaku dosen pengampu mata
kuliah Teknologi Pemrosesan Keramik
2. Ibu Gusti Umindya Nur Tajalla S.T., M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah
Teknologi Pemrosesan Keramik
3. Friska Claudia selaku asisten praktikum Teknologi Pemrosesan Keramik
4. Teman-teman seperjuangan kelompok 4
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih belum sempurna,
maka penulis sangat mengharapkan saran dan kritik demi perbaikan laporan selanjutnya.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Kelompok 4
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
Bab tinjauan pustaka yang menjadi landasan praktikum ini dilakukan yang berasal dari
buku perkuliahan terkait.
2.1 Ekstraksi
Ekstraksi secara umum merupakan suatu proses pemisahan zat aktif dari suatu
padatan maupun cairan dengan menggunakan bantuan pelarut. Ekstraksi padat-cair
(leaching) adalah proses pemisahan zat yang dapat melarut (solut) dari suatu campurannya
dengan padatan yang tidak dapat larut (inert) dengan menggunakan pelarut cair. Proses yang
terjadi didalam leaching ini biasanya disebut juga dengan difusi. Prinsip proses ekstraksi
yaitu: Pelarut ditransfer dari bulk menuju ke permukaan.Pelarut menembus masuk atau
terjadi difusi massa pelarut pada permukaan padatan inert ke dalam pori padatan.
(intraparticle diffusion). Zat terlarut (solut)yang ada dalam padatan larut ke dalam pelarut
lalu karena adanya perbedaan konsentrasi. Campuran solut dalam pelarut berdifusi keluar
dari permukaan padatan inert.Selanjutnya, zat terlarut (solut) keluar dari pori padatan inert
dan bercampur dengan pelarut yang ada pada luar padatan.Dalam proses ekstraksi, beberapa
macam faktor yang ikut menentukan nilai koefisien transfer massa adalah kecepatan putaran
pengadukan, ukuran partikel, suhu, dan sifat fisis padatan. Nilai koefisien transfer massa
ikut bertujuan untuk menentukan kecepatan difusi dari suatu zat yang terlarut ke dalam
pelarut. Meskipun leaching banyak diaplikasikan di dalam dunia industri terutama produk
farmasi , namun sampai saat ini belum banyak penelitian yang berkaitan dengan proses
ekstraksi yang optimum, oleh karena itu perlu penelitian yang meninjau tentang koefisien
transfer massa agar dalam pemakaiannya proses ekstraksi dapat berjalan secara optimum.
(Prayudo, dkk., 2015).
Gambar 2.1 Mekanisme Hidrolisis pada Kondisi Asam (Liza, dkk., 2018)
Dengan konsentrasi katalis yang sama, ternyata alkoksida silikon pada kondisi basa
akan terprotonasi lebih lama dibandingkan dengan alkoksida silikon pada kondisi
asam yang disebabkan oleh kecenderungan oksigen alkoksida untuk menolak gugus
–OH. Mekanisme hidrolisis pada kondisi basa dapat dilihat pada reaksi di bawah ini:
Gambar 2.2 Mekanisme Hidrolisis pada Kondisi Basah (Liza, dkk., 2018)
2. Kondensasi
Umumnya reaksi kondensasi ini akan terjadi sebelum reaksi hidrolisis selesai.
Molekul yang sudah terhidrolisis akan akan membentuk ikatan siloksan (Si-O-Si), dua
logam yang digabungkan melalui rantai oksigen. Reaksi kondensasi ini terbagi
menjadi dua bagian, yaitu kondensasi dalam suasana asam dan kondensasi dalam
kondisi basa. Pada kondisi asam silanol akan terprotonasi yang menyebabkan silikon
lebih elektrofilik sehingga lebih mudah diserang oleh nukleofilik. Pada kondisi basa
nukleofilik akan menyerang silanol yang terdeprotonasi pada asam silika netral
menghasilkan ikatan siloksan (Liza, dkk., 2018).
Mekanisme kondensasi dalam suasana asam dan basa dapat dilihat pada reaksi di
bawah ini :
Gambar 2.3 Mekanisme Kondensasi dalam Suasana Asam (Liza, dkk., 2018)
Gambar 2.4 Mekanisme Kondensasi dalam Suasana Basa (Liza, dkk., 2018)
3. Aging
Pada proses pematangan ini, terjadi reaksi pembentukan jaringan gel yang lebih kaku,
kuat, dan menyusut di dalam larutan. Fase cair yang masih mengandung partikel padat
dan menggumpal akan terus bereaksi dan akan mengembun saat gel mengering. Gel
yang dihasilkan sangat fleksibel. Gel tersebut akan semakin kental yang disebabkan
oleh kelompok-kelompok cabang disampingnya yang mengembun. Hal ini
menyebabkan cairan yang terdapat di dalam gel akan diserap oleh
kelompok-kelompok cabang tersebut sehingga gel mengalami penyusutan. Proses ini
akan terus berlanjut selama di dalam gel masih terdapat fleksibilitas (Liza, dkk.,
2018).
4. Drying
Fase cair atau pelarut yang tersisa perlu dihilangkan atau dibuang melalui proses
drying atau pengeringan yang disertai dengan penyusutan dan densifikasi. Ketika
cairan dikeluarkan dari gel, ada beberapa hal yang mungkin terjadi. Apabila cairan
dalam gel digantikan oleh udara maka akan terjadi perubahan besar pada struktur
jaringan. Jika gel dikeringkan dengan penguapan maka jaringan gel akan runtuh dan
menghasilkan xerogel. Jika pengeringan terjadi pada kondisi superkritis, maka
struktur jaringan dapat dipertahankan, dan akan membentuk gel dengan pori-pori
yang besar yang disebut aerogel. Pada proses penghapusan sisa pelarut tersebut sangat
dipengaruhi oleh distribusi porositas dalam gel tersebut. Proses drying ini dilakukan
dengan cara menguapkan larutan . untuk mendapatkan struktur sol gel yang memiliki
luas permukaan yang tinggi maka cairan tidak didinginkan. Untuk mendukung
polikondensasi lebih lanjut dan untuk meningkatkan sifat mekanik serta stabilitas
struktural gel, maka diperlukan proses pembakaran melalui tahap sintering akhir,
densifikasi, dan pertumbuhan butir. Untuk mendapatkan suatu prekursor sol dengan
kualitas yang baik, maka prekursor sol tersebut diletakkan di atas substrat yang akan
menghasilkan sebuah film misalnya dengan dip-coating atau spin coating dengan cara
dilemparkan ke dalam sebuah wadah yang sesuai dengan bentuk atau model yang kita
inginkan misalnya keramik, gelas, dan aerogels . Metode sol gel ini dapat diterapkan
dalam bidang optik, elektronik, energi, ruang, biosensor, serta obat (Liza, dkk., 2018).
Bab metodologi percobaan menjelaskan tahapan kegiatan yang akan dilakukan dalam
melakukan percobaan.
3. pH meter 1 set
4. Furnace 1 set
3.2.2 Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu sebagai berikut:
2. Fe(NO)3.9H2O 4 gram
3. NaOH Secukupnya
5. Aqua DM Secukupnya
3.3 Prosedur
Berikut merupakan prosedur percobaan yang dilakukan.
3.3.1 Persiapan Bahan Baku
Adapun prosedur percobaan yang dilakukan pada persiapan bahan baku adalah
sebagai berikut:
Gambar 3.2 Skema Persiapan Bahan Baku
3.3.2 Pemrosesan
Adapun prosedur percobaan yang dilakukan pada pemrosesan adalah sebagai berikut:
Gambar 3.3 Skema Pemrosesan Bahan Baku
3.3.3 Pengujian
Adapun prosedur percobaan yang dilakukan pada pengujian adalah sebagai berikut:
4.2 Pengujian
Pengujian yang dilakukan pada pembuatan nanopartikel Fe2NO3 dengan menggunakan
agen pengkelat ekstrak belimbing wuluh adalah XRD, BET, dan uji visual.
4.2.1 Pengujian XRD
(a) (b)
Gambar 4.6 (a) Hasil Kalsinasi Hari Pertama (b) Hasil kalsinasi Hari Keempat
Bab kesimpulan dan saran berisi kesimpulan yang didapatkan dari praktikum dan saran
untuk praktikum yang telah dilakukan.
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan setelah melakukan praktikum ini yaitu sebagai
berikut:
1. Dapat diketahui cara merancang proses manufaktur keramik mutakhir dimana metode
yang digunakan yaitu metode sol gel dengan menggunakan agen pengkelat belimbing
wuluh melalui prosedur-prosedur yang telah disusun dari pembuatan ekstrak hingga
proses kalsinasi.
2. Melalui proses pembuatan katalis hematite sesuai dengan prosedur-prosedur yang telah
dibuat dimulai dari pembuatan ekstrak hingga sintesis nanopartikel Fe2O3 dapat
diketahui parameter-parameter yang kontrol yang digunakan sehingga dapat melakukan
modifikasi agar sesuai dengan hasil yang diinginkan.
3. Berdasarkan pembuatan sintesis hematite setelah dilakukan pengujian untuk mengetahui
bagaimana hasil sintesis yang didapatkan apakah sesuai dengan yang diinginkan atau
tidak, pengujian XRD menunjukan kandungan senyawa yang dihasilkan dari yaitu
Fe2O3 seperti hasil dari software Match! dengan ukuran specific surface area sebesar
2
25.341 𝑚 /g dari hasil uji BET.
5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum ini yaitu sebagai berikut:
1. Waktu pengerjaan proyek sebaiknya diperpanjang lagi.
2. Pemilihan bahan baku harus tepat agar pada saat pemrosesan tidak ada kesalahan
yang terjadi.
3. Pada saat pemrosesan persiapan karakterisasi, harus dilakukan penyaringan dengan
menggunakan kertas saring agar hasil dari proses ekstraksi bisa menghasilkan gel.
4. Pada saat proses pemanasan untuk alat yang digunakan sebaiknya dipilih yang masih
bagus agar temperaturnya dapat naik lebih stabil.
DAFTAR PUSTAKA