Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
KELAS 2A
KELOMPOK 6
1. ZULIETA DWI PERMATASARI (P1337433118026)
2. BITANYA DYAH PERMATA (P1337433118027)
3. AULIA DWI YUSNAINI (P1337433118028)
4. ANDINI HETTY NURAULIA (P1337433118029)
5. FARAHDILA ALIFIANI (P1337433118030)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang tak pernah berhenti memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Penyehatan Makanan
Dan Minuman “Praktek Lapangan Kunjungan Pabrik Gula Madukismo”. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan umatnya
yang masih istiqomah di jalan beliau.
Dalam penyusunan makalah penyediaan air ini, tidak lepas bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Bp. Asep Tata Gunawan, SKM., M.Kes., Ibu Mela Firdaust, S.ST., M.KL.,dan Ibu Tri
Marthy Mulayasari, S.ST.,M.Kes selaku pengampu mata kuliah Penyehatan
Makanan Dan Minuman Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan
Semarang.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa “tak ada jalan yang tak berkelok, tak ada gading yang tak retak”,
begitu pula dengan makalah penyediaan air ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari semua pihak demi karya yang
lebih baik. Akhir kata dengan segala kerendahan hati semoga laporan miniriset ini bermanfaat
untuk semua pihak yang membutuhkan.
Kelompok 6 (2A)
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Laporan kunjungan Industri di Yogyakarta yaitu tepatnya di PT. Madubaru ini
kami buat untuk kelancaran dalam proses pembelajaran dan sebagai bahan penilaian
tugas. Laporan industry ini dibuat berdasarkan pengamatan kunjungan kami ke
PT.Madubaru. serta pengarahan dari salah satu karyawan PT.Madubaru tersebut.
Dalam kunjungan ini kelompok kami dapat mengamati cara memproduksi, waktu
memproduksi ,serta melihat alat alat dan mesin yang digunakan .
Dengan adanya laporan ini diharapkan agar mahasiswa memiliki pandangan untuk
terjun dimasyarakat didunia Industry.
B. TUJUAN
1. Membekali para mahasiswa akan gambaran langsung proses produksi gula
2. Mahasiswa dapat melihat secara langsung pembuatan gula dengan
mempertimbangkan 6 prinsip sanitasi
3. Memberikan pengalaman serta wawasan baru bagi mahasiswa terutama di dunia
perindustrian
C. MANFAAT
Meningkatkan wawasan kepada mahasiswa tentang kunjungan PT.Madubaru serta
memiliki gambaran tentang pengolahan gula yang ada di pabrik tersebut. Mahasiswa
mampu membandingkan 6 prinsip sanitasi yang baik dengan turun langsung ke
PT.Madubaru.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Lokasi
4
lapangan olahraga, perumahan karyawan yang dibangun pada tahun 1955 di atas tanah
seluas 21,8 ha.
Pemilihan tempat dan lokasi pabrik tersebut mempunyai alasan-alasan sebagai
berikut:
1. Jarak antara Desa Padokan dengan Kota Yogyakarta relatif dekat, sehingga
menguntungkan untuk urusan transportasi.
2. Mudah mendapatkan bahan baku karena dekat dengan lahan yang berpotensi
untuk ditanami tebu.
3. Tidak dekat dengan keramaian kota dan aktivitas kota.
4. Lokasi agak jauh dari perkampungan penduduk, sehingga memungkinkan
untuk tidak mengganggu penduduk selama beroperasi.
5. Memungkinkan untuk usaha perluasan pabrik.
6. Kebutuhan air untuk menghasilkan uap dan kebutuhan lainnya dapat
terpenuhi, karena lokasinya dekat dengan sungai winongo.
7. Banyak tenaga yang terdidik di Daerah Istimewa Yogyakarta.
B. Prinsip Sanitasi yang sudah disesuaikan dengan lokasi pabrik gula madukismo.
1. Sanitasi lingkungan pabrik
Lingkungan pabrik mencakup seluruh wilayah di sekitar ruang
produksi dan mempengaruhi proses produksi baik secara langsung maupun
tidak langsung. Lingkungan pabrik meliputi kantor,gudang, tempat ibadah, dan
lain-lain.
Sanitasi lingkungan pabrik gula madukismo dilakukan dengan
menyediakan sarana dan tenaga kebersihan. Tenaga kebersihan mempunyai
tugas untuk membersihkan kantor,gudang,tempat ibadah, dan lain-lain.
2. Sanitasi ruang produksi
Pembersihan pada lantai ruang produksi dilakukan setiap hari oleh
tenaga kerja yang biasa disebut sebagai “Karyawan Rupa-Rupa”. Sanitasi
ruang produksi juga perlu didukung oleh ventilasi diperlukan untuk pertukaran
udara. Ventilasi diperlukan untuk pertukaran udara. Pergantian udara ini secara
langsung membantu sanitasi ruang produksi. Pertukaran udara yang baik
mampu membuang debu dari ruang produksi sehingga mempermudah sanitasi.
Ventilasi yang disediakan Pabrik Gula Madukismo telah cukup baik. Jendela
5
telah tersedia disetiap sisi gedung sehingga panas, debu dari mesin dapat
mengalir keluar.
6
pembuatan MSG dan alcohol. Limbah cair sudah dikelola dengan bail. Jalur-
jalur limbah sudah dibedakan antara limbah yang berpolutan, limbah yang
terkontaminasi B3 dan air pendingin kondensor.
BAB III
HASIL KUNJUNGAN
A. Data Umum
PT.Madubaru terletak di kabupaten Bantul provinsi Daerah Istimewa
Yogyakakarta .PG-PS Madukismo adalah satu – satunya pabrik gula dan pabrik
alkohol/spirtus di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang mengemban tugas
untuk mensukseskan program pengadaan pangan Nasional, khususnya Gula Pasir.
Sebagai Perusahaan padat karya banyak menampung tenaga kerja dari Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.Perusahaan ini dibangun tahun 1955 atas prakarsa
Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang diresmikan oleh presiden RI Pertama Ir.
Soekarno. Pabrik Gula mulai memproduksi tahun 1958 dan Pabrik Spritus mulai
memproduksi tahun 1959.PT.Madubaru dibangun di atas lokasi Bangunan Pabrik
Gila Padokan
(satu diantara dari 17 Pabrik Gula di Daerah Istimewa Yogyakarta yang dibangun
Pemerintah belanda, tetapi di bumi hanguskan pada masa Pemerintah Jepang ),
yang terletak di Desa Padokan, Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul, Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta.Status dari perusahaan
ini adalah Perseroan Terbatas, didirikan tanggal 14 Juni 1955 diberi nama:
“Pabrik-Pabrik Gula Madu Baru PT”( P2G Madu Baru PT ), memiliki dua pabrik :
· Pabrik Gula ( PG ) Madukismo
· Pabrik Alkohol/Spirtus ( PS ) Madukismo
Data Umum
1. Nama Industri : PT MADUBARU
7
2. Alamat Industri : Di Desa Padokan, Kelurahan
Tirtonirmala, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta
3. No. Telp /Fax / Website : (0274)377916 /
(0274)373071/madubaru@yahoo.com
8
· Menghasilkan produk dengan memanfaatkan teknologi maju
yang ramah lingkungan, dikelola secara profesional dan inovatif
memberikan pelayanan yang prima kepada pelanggan serta
mengutamakan kemitraan dengan petani
· Mengembangkan produk atau bisnis baru yang mendukung
bisnis inti
· Menempatkan karyawan dan stackholder lainnya sebagai
bagian terpenting dalam proses penciptaan keunggulan produksi dan
pencapaian shareholder value.
B. Proses Pengelolaan
1. Proses Pembuatan Gula Tebu
a. Proses Penimbangan
Proses awal di PG Madukismo dimulai dari penerimaan bahan
baku yang biasanya diangkut menggunakan truk dan dipindahkan ke
lori. Tebu yang masuk harus memiliki SPA (Surat Perintah Angkut),
nama pemilik kebun dari tebu yang diangkut, nomor SPA, asal kebun,
berat bruto, nama sinder, dan luas kebun. Tebu yang digunakan dalam
pembuatan gula di PG Madukismo berasal dari Pasuruan, Solo, dan
Yogyakarta.
Tebu yang masuk menggunakan truk akan melewati jembatan
timbangan di pintu masuk untuk mengnghitung berat tebu bersama
truk. Pada saat menimbang diperhatikan kepekaan, ketepatan, posisi
ketepatan jarum, dan kesamaan pencatatan angka agar tidak terjadi
kesalahan pada saat perhitungan berat tebu. Tebu yang masuk
mengunakan truk, selanjutnya akan dipindahkan ke lori
menggunakan Hoist crane. Hoist crane merupakan suatu alat yang
dapat digerakkan melingkar 360°. Truk yang telah kosong akan keluar
dari stasiun ini dan akan ditimbang kembali berat kosongnya pada
jembatan penimbangan di pintu keluar.
Lori di PG. Madukismo yang mengangkut tebu ditarik oleh lokomotif
menuju Emplasment tebu. Dari Emplasment lalu dibawa ke stasiun
Penggilingan. Tebu diangkat dari lori menggunakan crane tebu lalu
9
dipindahkan ke meja tebu. Lori yang kosong ditarik kembali ke
Emplasment depan untuk di isi tebu lagi.
b. Proses Penggilingan
Penggilingan tebu bertujuan untuk memisahkan nira dari serabut
atau ampas pada batang tebu dan menekan kehilangan gula dalam ampas
sekecil mungkin. Proses pemerasan tebu dilakukan menggunakan
rangkaian gilingan. Kriteria tebu yang baik PG Madukismo adalah manis,
bersih, dan segar.Setelah proses penimbangan, tebu dipindahkan ke meja
tebu. Meja tebu yang digunakan di PG Madukismo
menggunakan leveller yang berguna dalam mengatur jumlah tebu yang
akan jatuh di crane carrier I kemudian diteruskan ke unigrator.Untuk
memperbesar bidang permukaan tebu agar semakin efektif mengambil
sarinya, tebu dimasukkan ke unit unigrator yang akan menghancurkan tebu
dan dibuat menjadi serpihan kecil. Tebu yang telah hancur akan diteruskan
ke rol gilingan dan diberikan tekanan yang merata pada rol gilingan.
Dengan demikian akan diperoleh nira secara maksimal.PG Madukismo
memiliki 1 unit unigrator Mark IV yang digerakkan oleh turbin dengan
daya 1085 HP dan mempunyai fungsi untuk memotong-motong dan
menyayat tebu. Unigrator ini sebagai pengganti pisau tebu yang mulai
tahun 1997 sudah tidak dipergunakan lagi.
Alat gilingan terdiri dari 3 bagian yaitu rol atas, rol muka, dan rol
belakang. Rol atas dipasang pada bantalan yang dapat bergerak naik turun,
posisi rol ini terhadap rol muka dan belakang dipasang saling dengan posisi
rapat sehingga ampas yang masuk ke unit gilingan dapat terperah serta
menghasilkan nira sebanyak mungkin. Gilingan yang di PG Madukismo
terdapat 5 unit gilingan yang dirangkai secara seri dan dilengkapi dengan
saringan pasir dan saringan ampas kasar maupun halus. Rol muka
berfungsi sebagai menerima cacahan tebu yang masuk dan menahan
tekanan dari rol atas. Plat ampas dipasang diantara rol muka dan rol
belakang yang berfungsi meneruskan ampas dari bukaan muka ke bukaan
belakang.
10
Unit gilingan di PG Madukismo diberi tekanan hidrolik dengan
tekanan sebesar 200-300 kg/cm3. Penggunaan pompa hidrolik berfungsi
untuk:
a. lebih mudah mengatur tekanan.
b. tekanan setiap saat dapat diperiksa.
c. tekakanan tetap konstan meskipun ampas masuk dalam
gilingan berkurang.
d. Aman terhadap keretakan bila ampas terlalu tebal.
Adanya tekanan pada rol atas serta adanya alur pada rol bawah,
membuat nira yang diperoleh akan keluar melalui alur-alur tersebut dan
ampas akan keluar dan digunakan sebagai bahan bakar ketel uap.
Menururt Chen & Chou (1993), proses pemerahan nira perlu mendapat
perhatian khusus karena kemungkinan terjadi kontaminan sangat besar.
Walaupun pada proses selanjutnya akan diproses pada suhu tinggi
untuk membunuh mikroorganisme yang ada, namun akan sangat baik
bila nira tidak terkontaminasi sejak awal agar jumlah mikroorganisme
tidak meningkat pada proses selanjutnya. Salah satu penyebab
kontaminasi adalah alat dan mesin yang digunakan.Penggilingan tebu
di PG Madukismo dilakukan dengan 5 tahap proses. Dari nira gilingan
pertama (NPP) dilakukan pengamatan, didapatkan brix sebesar 15.6
dengan Suhu 30.5 & koreksi suhu 0.20 Brix terkoreksi 15.80 dan
drying 56.6. Pada Nira Perahan Lanjut (NPL) atau gilingan kedua
dilakukan pengamatan, didapatkan brix sebesar 12.2, suhu 30.5 &
koreksi suhu 0.20 brix terkoreksi 12.4 dan drying 34.7.
c. Proses Pemurnian
Produksi gula mulai dari proses penggilingan sampai proses
penyelesaian harus benar-benar baik, terutama pada proses pemurnian
nira di stasiun pemurnian. Hal ini disebabkan nira yang keluar dari
stasiun gilingan masih mengandung kotoran. Oleh karena itu, nira
harus dimurnikan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran yang
terkandung dalam nira (Fahmie, 2002).Penghilangan kotoran dilakukan
dengan pengaturan kondisi proses sebaik mungkin, sehingga jumlah
sukrosa maupun monosakarida yang rusak berkurang. Nira mentah
11
yang berasal dari stasiun penggilingan terdiri dari berbagai macam
komponen. Komponen nira mentah antara lain air, gula (sukrosa),
monosakarida (gula reduksi), asam organik dan protein, bahan lilin,
bahan organik, dan tanah dan pasir. Tujuan dari pemurnian nira adalah
untuk menghilangkan kandungan bukan gula sebanyak mungkin,
dengan kerusakan gula dan gula reduksi sekecil-kecilnya.
d. Proses Evaporasi
Hasil dari proses pemurnian adalah nira encer. Langkah
selanjutnya dalam proses pengolahan gula adalah proses penguapan.
Penguapan dilakukan dalam bejana evaporator. Tujuan dari penguapan
nira encer ini adalah untuk menaikkan konsentrasi dari nira mendekati
konsentrasi jenuhnya (Risvan, 2008). Evaporasi dalam industri
makanan dapat digunakan dengan mengkonsentratkan makanan agar
menjadi lebih kental. Biasanya dilakukan dengan menghilangkan kadar
airnya (Potter, 1995).
Penguapan adalah proses yang digunakan untuk mengurangi
kadar air yang ada pada nira dengan menggunakan panas, karena nira
dari proses pemurnian merupakan nira yang masih encer dan masih
banyak mengandung air. Tujuan dari penguapan ini adalah untuk
meningkatkan kandungan padatan dari produk pangan, memberikan
kenyamanan bagi konsumen dan pabrik, serta mengubah flavor dan
warna dari suatu produk pangan (Fellows, 1990).
e. Proses Kristalisasi
Proses kristalisasi merupakan salah satu proses yang
penting dalam pembuatan gula di PG Madukismo. Proses kristalisasi
merupakan suatu tahap proses penguapan lebih lanjut yang digunakan
untuk pemasakan ula. Penguapan lebih lanjut ini dilakukan untuk
mengkristalkan nira hasil penguapan menjadi lebih
kental. Kehilangan gula dalam proses ini dapat meminimalkan waktu
proses, sehingga dengan demikian biayanya pun dapat diminimalkan.
Proses pembentukan kristal gula pada dasarnya adalah untuk
penghilangan air dari larutan sukrosa, sehingga larutan menjadi jenuh
dan akhirnya mengkristal. Apabila kristal yang terdapat pada nira
12
kental yang satu dengan yang lain saling tarik – menarik, maka kristal
sukrosa yang terdapat di bagian dalam akan mengalami kesetimbangan
antara molekul sukrosa yang larut dan yang mengkristal. Keadaan ini
yang dinamakan dengan keadaan lewat jenuh.
f. Proses Analisa Mutu
a. Analisa Mutu Proses Penggilingan
Pada stasiun penggilingan dilakukan uji dalam proses
pengawasan mutu dengan menganalisa sampel hasil gilingan. Analisa
dilakukan untuk mengetahui seberapa efektif proses produksi. Dalam
setiap analisa dihitung % brix, % pol dan harkat kemurnian (HK).
% brix merupakan jumlah zat kering yang terlarut. Analisa yang
dilakukan antara lain analisa gilingan 1, 2, 3, 4 dan 5, analisa nira
mentah, analisa ampas gilingan 5.
b.Analisa Mutu Proses Pemurnian dan Evaporasi
Analisa mutu pada proses pemurnian dan evaporasi hampir
sama. Pada analisa sampel dari proses pemurnian dilakukan dengan
menganalisa pH dan analisa dunsap (Nira encer). Analisa pH nira dari
defekator I dilakukan dengan indikator BTB (Brom Thymol Blue) dan
PAN. Apabila nira dan defekator I yang ditetesi berubah menjadi warna
hijau, maka penambahan susu kapur dihentikan karena pH yang
diinginkan sudah tercapai yaitu pH 7-7,2. Analisa pH yang lainnya
yaitu nira dari defekator II yang diberi susu kapur berlebih. Analisa ini
menggunakan indikator PP (Phenol Phtalin), apabila warna nira
berubah menjadi merah maka pH yang diinginkan sudah tercapai yaitu
pH 9-9,5. Pada proses evaporasi tidak dilakukan analisa pH karena
sampel dari proses evaporasi adalah nira kental.
c. Pengawasan Mutu di Stasiun Masakan (Kristalisasi)
Terbentuk dan tumbuhnya kristal pada proses masakan melalui
mekanisme nira kental terdiri atas air dan melokul sakarosa. Jarak
antara molekul yang satu terhadap lainnya relatif jauh. Bila molekul
airnya diuapkan maka jarak antar molekull sakarosa semakin lama
semakin pendek dan makin sering bertabrakan. Akibatnya terjadilah
terjadilah penggabungan dan pembentukan rantai-rantai, yang
13
dinamakan sub mikron. Proses ini terjadi bila larutan tersebut menjadi
jenuh karena penguapan. Pada penguapan berikutnya, sub mikron-sub
mikron tersebut bergabung menjadi satu membentuk inti-inti kristal
yang dapat dilihat bila setetes larutan tersebut ditaruh di atas kaca
kemudian dilihat di atas cahaya. Inti-inti kristalitu berangsur-angsur
akan tumbuh.
Untuk mendapatkanmutu yang baik pada produksi gula PG
Madukismo maka syarat masakan yang bisa diturunkan kepalung
pendingin dari adalah:
-Kristalnya besar dan rata, dalam hal ini ukuran kristal dalam
masakan A=0,9-1,0 mm (HK: 80-84), masakan C= ±0,5 mm (HK: 70-
73), masakan D= ±0,3 mm (HK: 56-61)
-Larutan induk tipis dan bening
-Bebas dari Kristal palsu
-Kristal dalam kondisi rapat
Dipalung pendingin akan terjadi kristalisasi lanjut pada
masakan sehingga harus dilakukan pengawasan mutu. Agar proses
berlangsung optimal makapalung pendingin di PG Madukismo
dilengkapi dengan:
-Heat exchanger, dimana di dasar palung terdapat pipa yang
dialiri air (40oC) sehingga proses pendinginan masakan akan
berlangsung lebihcepat.
-Pengaduk, sehingga masakan tetap dalam kondisi homogen.
BAB IV
PERMASALAHAN DAN PEMBAHASAN
A. Permasalahan yang di temukan
1. Penerangan cahaya ruangan dalam pabrik yang kurang memadahi
14
2. Dari alat yang digunakan dalam pabrik sudah kotor dan tidak pernah dibersihkan
3. Langit langit pada pabrik banyak yang mengalami kerusakan
4. Kurangnya tersedianya kamar mandi untuk para pekerja
5. Kebersihan dari tempat pengemasan sangat kurang memadahi
6. Dalam bekerja masih banyak karyawan yang TIDAK menggunakan APD
B. Pembahasan masalah
1. Seharusnya penerangan cahaya dalam ruangan bekerja itu harus yang cukup
karena untuk mengantisipasi akan terjadinya hal hal yang tidak dinginkan pada
saat bekerja
2. Alat yang telah selesai digunakan harusnya angsung dibersihkan lagi karena jika
tidak sangat ada kemungkinan terkontaminasi bakteri dan kotoran yang ada.
3. Langit langit tidak memdahi seharusnya jika ada kerusakan harus langsung di
betulkan agar tidak ada kerusakan, apalagi sewaktu musim hujan air bisa masuk.
4. Di PT.Madubaru masih kurang tersedianya kamar manddi tidak seimbang dengan
jumblah karyawan yang bekerja ,dan seharusnya walaupun dalam pabrik banyak
yang bekerja laki laki tetap harus memisahkan kamarmandi antara laki-laki dan
perempuan untuk menghindari kejahatan atau tindakan yang tidak diinginkan.
5. Kebanyakan karyawan masih tidak sadar akan kebersihan apaagi di tempat
pengemasan harusnya sangat bersih dan steril karena tempat pengemasan gula
akan langsung di packing untuk dikirim ke konsumen, tetapi masih ada karyawan
yang tidak memakai bajuuu pada saat pengemasan seharusnya gula yang akan
dikemas harus melalui beberapa tahapan proses pengemasan agar tidak ada
kontaminasi bakteri dari tempat orang
6. Setiap pabrik harusnya menggunakan APD untuk menghindari kecelakaan
kecelakaan yang tidak terdugaa,selain untuk melindungi diri juga melindungi
pabrik agar memenuhi standar untuk pabrik tersebut.
BAB V
15
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Produksi gula diupayakan terus meningkat baik dari segi kualitas maupun
kuantitas, penggunaan mesin mesin di pabrik merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan produksi gula. Meskipun mesin mesin yang digunakan dalam pabrik
gula bukan mesin yang berteknologi canggih , pada umumnya mesin-mesin yang
digunakan oleh pabrik pabrik gula di Indonesia pengoprasiannya dilakukan oleh
manusia mesin mesin tersebut bekerja secara manual tidak secara komputerisasi.
Pembuatan gula terdiri dari beberapa tahapan dan setiap tahap menggunakan
mesin yang berbeda . Adapun tahapam-tahapan pembuatan gula itu adalah :
1) Tahapan pemerahan nira (ekstasi)
2) Tahapan pemurnian nira;
3) Tahapan penguapan nira;
4) Tahapan kristalisasi ;
5) Tahapan pemisahan Kristal;
6) Tahapan pengeringan
Mesin mesin yang digunakan dalam tahapan-tahapan pembuatan gula diatas
digerakan oleh tenaga yang berasal dari pembangkit listrik dan pembangkit tenaga
uap. Sedangkan bahan bakar untuk pembangkitan tenaga uap itu sendiri berupa ampas
tebu yang dihasilkan dari proses pemerahan nira. Produksi gula menggunakan mesin
manual lebih menghemat energy dibandingkan dengan produksi gula menggunakan
mesin yang berteknologi canggih. Kekurangan produksi gula belum mampu
mengimbangi tingkat konsumsi masyarakat.
Berdasarkan data checklist industry PG.Madukismo didapati hasil survey 65%
dari 100%.
B. Saran
-Lebih fleksibel/terbuka dalam memberikan penjelasan mengenai kegiatan
perusahaannya.
-APD wajib digunakan seluruh karyawan untuk menghindari faktor resiko yang akan
terjadi
-Untuk lebih di perhatikan lagi dalam proses pengemasan sebaiknya gula yang sudah
jatuh jadi jangan di masukan lagi.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://fatwasabilla.blogspot.com/2016/07/laporan-kunjungan-industri-pt-madu-
baru.html
http://gudangmakalahnew.blogspot.com/2018/12/makalah-pt-madukismo-
yogyakarta.html
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/1299/05.2%20bab%202.pdf?
sequence=8&isAllowed=y
17
LAMPIRAN
A. Instrumen ( Kuesioner / Checklist )
No. Variabel Bobot Komponen yang Dinilai Nilai Nilai Skor Ket.
Max Hasil
1 1 6
1 1 6
18
4. Tempat Parkir 2 a) Bersih dari sampah 3 3 6
yang berserakan
b) Konstruksi jalan rata
(tidak bergelombang
maupun berlubang) 3 3 6
dan kedap air
c) Terdapat penerangan
min 10 fc
d) Terdapat rambu-rambu
parkir yang jelas
2 2 4
2 2 4
3 3 15
3 3 6
19
B. Bagian Dalam (Indoor Area) (Total Skor Maks = 2630 )
2 2 4
2 2 4
1 1 2
20
2 1 2
1 1 2
1 1 2
2 2 4
1 1 2
1 1 2
2 2 6
21
2 1 3
a) Suhu 7 a) Suhu : 18 – 30 º C 4 0 0
b) Apabila suhu < 18 º C
perlu dipasang alat 3 0 0 21
pemanas ruangan
(heater)
c) Apabila suhu > 30 º C
perlu dipasang ventilasi
buatan (AC, Fan,
Exhauster)
3 3 21
b) Kelembaban 7 a) Kelembaban : 65 % - 95 4 0
%
b) Apabila kelembaban <
65 % perlu dipasang
alat humidifier (seperti 3 21 21
alat pembentuk
aerosol)
c) Apabila kelembaban >
95 % perlu dipasang
alat dehumidifier
3 0
22
dilengkapi dengan
penyaring debu (filter
debu)
b) Dilakukan upaya
penerapan sistim
ventilasi dilusi untuk
menjamin suplai udara
segar dalam ruang
kerja
5 0 0
b) Dilakukan upaya
penerapan sistim
ventilasi dilusi untuk
40
menjamin suplai udara
segar dalam ruang 5 5 40
kerja
4. Kandungan Gas 8 a) Pada sumber kegiatan 5 5 40
Pencemar yang menghasilkan gas
pencemar, maka perlu
dipasang hood
(penangkap gas) yang
dihubungkan dengan
local exhauster dan
dilengkapi dengan
filter penangkap gas
80
b) Dilakukan upaya
penerapan sistim
ventilasi dilusi untuk
menjamin suplai udara
23
segar dalam ruang
kerja
5 5 40
b) Melakukan upaya
desinfeksi dengan
menggunakan sinar UV
atau bahan kimia
c) Memelihara sistim
ventilasi dengan baik
d) Memelihara sistim AC
sentral
3 0 0
16
2 2 16
2 0 0
24
recycling, recovery)
b) Pengangkutan limbah
padat dilakukan setiap
1 x 24 jam
c) Tempat penampungan
limbah padat (sampah)
dipisahkan antara
sampah basah dan
3 3 30
kering
3 3 30
2 2 20
25
b) Pada sumber penghasil
gas dipasang hood
(penangkap gas) yang
dihubungkan dengan
local exhauster dan
filter gas (penyaring)
3 2 20
c) Dilengkapi dengan
sistim suplai udara
segar
3 3 30
3 3 30
3 0 0
b) Sistim pengelolaan
sampah diatur sebaik
mungkin sehingga tidak
memungkinkan kecoa
untuk bersarang 3 4 40
c) Dilakukan
pemberantasan kecoa
dengan cara
menyemprot tempat
perindukan kecoa
dengan pestisida secara
periodik
3 2 20
b) Melakukan gerakan 3
M secara rutin dan
terpantau pada tempat
27
penampungan air 5 1 10
ataupun container air
yang digunakan
b) Sistim pengelolaan
sampah diatur sebaik
mungkin sehingga tidak
memungkinkan tikus 3 3 30
untuk bersarang
c) Dilengkapi dengan
perangkap tikus
(kurungan tikus,
jepretan tikus, lem
tikus, klerat)
3 3 30
b) Baik pencahayaan
alami maupun buatan
tidak menimbulkan
kesilauan dan
bayangan dan
berfungsi dengan baik 3 2 20
28
3 1 10
Intensitas 10 a) Jenis 4 2 20
Kebisingan kegiatan/pekerjaan
yang dilakukan sesuai
dengan intensitas
kebisingan yang telah
ditentukan
b) Dilakukan pengaturan
pada tata ruang kerja
sehingga
meminimnalisir tingkat
kebisingan
3 2 20
3 1 10
b) Terdapat petunjuk
ataupun kode yang
jelas sesuai dengan
peruntukkannya
5 5 30
29
b) Terdapat petunjuk
ataupun kode yang
jelas sesuai dengan 5 3 18
peruntukkannya
c) Terdapat petunjuk
ataupun kode yang
jelas sesuai dengan 3 3 18
peruntukkannya
3 2 12
30
c) Terdapat petunjuk
ataupun kode yang
jelas sesuai dengan
peruntukkannya
3 2 12
1. Penyediaan Air Bersih dan Air Minum (Total Skor Maks = 200) 130
c) Kualitas air
bersih 2 2 20
memenuhi syarat
kesehatan secara fisik
(tidak berwarna, tidak
berasa, tidak berbau,
dan jernih)
e) Dilakukan pengambilan
sample air bersih pada
sumber dan
diperiksakan di lab.
min. 2 kali setahun
(pada musim kemarau
dan musim penghujan)
2 2 20
31
2 2 20
3 0 0
c) Tersedia gelas untuk
minum dengan
frekuensi sekali
penggunaan yang
dilengkapi dengan
tempat sampah
32
terjadinya kontaminasi
di dalamnya)
2 2 20
2 2 10
33
2 2 10
2 2 12
2 2 12
2 2 12
2 2 10
2 2 10
b) Terdapat ventilasi
buatan yang berfungsi
dengan baik dan
terpelihara
kebersihannya
5 5 0
b) Dibersihkan minimal 2
kali sehari dan terdapat
petugas kebersihan
yang menanganinya
2 2 12
c) Terdapat fasilitas toilet
berupa water closed
(wastafel)
d) Terdapat chemical
closets (closet yang
menggunakan bahan
kimia)
2 1 6
e) Terdapat privies (kakus)
2 0 0
35
2 2 12
b) Urinoir dilengkapi
dengan sistim gelontor
(flushing) melalui
flushing valve
(menyatu) atau
terpisah.
e) Dilakukan pembersihan
min. 2 kali sehari dan
terdapat petugas
kebersihan yang 2 2 20
menanganinya
2 2 20
36
2 1 10
3. Fasilitas Cuci / Pelayanan Kebersihan Diri (Washing Facility) (Total Skor Maks = 100 ) 39,7
b) 1 buah lavatory
berukuran 24 inchi + 1
buah kran
1,43 1 10
c) Tersedia :
1. Sabun yang
ditempatkan pada
wadah khusus di
setiap lavatory /
tempat cuci
0,47 0,3 3
2. Kertas tissue / lap
khusus / alat
pengering tangan
3. Terdapat tempat
sampah
f) Lavatory yang
menggunakan air panas
1,43 0 0
dan air dingin dalam 1
kran disediakan untuk 5
karyawan
g) Tersedia shower
dengan air pnas dan air
dingin min. 1 buah
shower untuk 15
pekerja
1,43 1 10
1,43 0 0
1,43 0 0
4. Personal Service (Pelayanan Kebutuhan-Kebutuhan Personal) (Total Skor Maks = 730 ) 631
38
1. Ruang Ganti 5 a) Terdapat ruang ganti 3 0 0
Pakaian (Total pakaian yang terpisah
Skor Maks = antara pria dan wanita
50)
c) Terdapat locker
pakaian dengan
dilengkapi kunci
pengaman
d) Disediakan jemuran di
luar untuk
mengeringkan baju
pekerja yang basah
2 0 0
2 0 0
b) Pada 10 orang/kurang
karyawan wanita dapat
disediakan ruang
istirahat dengan luas
39
min. 60 ft2 dan min. 1
tempat tidur/dipan
untuk 10 orang/lebih) 3 0 0
c) Terdapat sekat/dinding
yang terbuat dari
bahan yang kuat min.
setinggi 7 ft.
d) Keadaan di dalam
ruang istirahat harus
menjamin kepentingan
privasi dan aman
2 1 5
2 0 0
2 0 0
2 2 14
1 1 3
1 0 0
1 1 2
1 0 0
41
d. Langit-Langit 2 a) Tingi langit-langit min. 2 2 4
2,75 meter
b) Berkonstruksi kuat
c) Bersih dari sarang laba-
laba, debu 2 2 4
d) Tidak terdapat lubang
2 1 2
yang dapat menjadi
sarang tikus
e) Mudah dibersihkan
f) Berwarna terang 2 1 2
1 0 0
1 1
2 0 0
2 1 2
42
g. Pintu 2 a) Terbuat dari bahan 2 2 4
yang kuat
b) Rapat serangga
c) Rapat tikus
d) Mudah dibersihkan 2 2 4
e) Berfungsi dengan baik
2 1 2
2 2 4
2 1 2
2 2 12
2 2 8
43
b) Makanan ditempatkan
dalam wadah yang
bersih dan tertutup
c) Bebas dari gangguan
serangga 2 2 8
d) Dalam keadaan baik
dan tidak kadaluarsa
e) Disajikan dalam etalase
penyajian yang
tertutup rapi dan 2 2 8
bersih
2 2 8
2 0 0
2 2 6
44
3 3 6
2 2 10
3 3 15
45
5. Musholla (Total Skor Maks = 300)
2 2 4
2 2 4
2 2 4
1 1 2
1 1 2
46
e) Mudah dibersihkan
f) Berwarna terang
2 2 4
1 1 2
1 1 2
2 2 4
2 2 4
2 2 4
1 1 4
1 1 4
48
1 1
1 1
3 3
2 2
2 1 6
2 6 12
50
6. Warung Makan Pedagang Kaki Lima di Sekitar Industri (Total Skor Maks = 70 ) 42
2 1 7
2 1 7
51
B. Foto Kegiatan
52