Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sejak berabad-abad, gula pasir sebagai suatu mata dagangan komersial


telah dikenal dan dibuat di Indonesia. Gula menjadi mata dagangan yang penting
karena dibutuhkan manusia sebagai bahan pemanis minuman, makanan, dan
sumber kalori. Sehubungan dengan hal tersebut dikenal pembuatan gula dari
cara sederhana hingga modern. Bahan baku untuk membuat gula adalah tebu.
Pada awalnya pembuatan gula dilakukan dengan cara sederhana menggunakan
”kilang”, alat pemeras tebu dibuat dari bahan batu berbentuk silinder.
Bersamaan dengan kemajuan teknologi maka pembuatan gula mengalami
perubahan dari cara tradisional kemudian beralih ke cara menggunakan mesin
dan mendirikan pabrik-pabrik gula.
PT. Madu Baru PG/PS Madukismo didirikan di lokasi bekas PG
Padokan, 5 km di sebelah selatan Yogyakarta, tepatnya di Desa Padokan,
Kelurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi DIY.
PT. Madu Baru PG/PS Madukismo berada pada ketinggian 84 m diatas
permukaan laut dengan curah hujan 2000 mm/th dengan sinar matahari cukup
dan kecepatan angin kurang dari 10 km/jam.
Peresmian PT. Madu Baru PG/PS Madukismo dilaksanakan pada tanggal
28 Mei 1958 oleh Presiden RI pada waktu itu adalah Ir. Soekarno. Awal
berdirinya status perusahaan berbentuk perseroan terbatas (PT) yang berdiri
pada tanggal 14 Juni 1955 dengan diberi nama “PT. Madu Baru PG/PS
Madukismo”. PT. Madu 22 Baru PG/PS Madukismo memiliki dua pabrik yaitu
pabrik gula Madukismo (PT. Madu Baru PG/PS Madukismo) dan Pabrik
Spiritus (PS Madukismo). PT. Madu Baru PG/PS Madukismo terdiri dari dua
kepemilikan saham, yaitu 65% milik Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan 35%
milik Pemerintahan RI yang dikuasakan kepada Departemen Keuangan RI.
Adanya perubahan kepemilikan saham pada tanggal 10 Maret 1997, yaitu 65%
milik Keraton Yogyakarta dan 35% untuk pemerintah RI. Pada awal berdirinya

1
PT. Madu Baru PG/PS Madukismo didesain pada kapasitas 1 500 TTH (ton tebu
per hari) kemudian secara bertahap kapasitas pabrik ditingkatkan menjadi 2 500
TTH pada tahun 1976 dan 3 300 pada tahun 1993 setelah PT. Madu Baru PG/PS
Madukismo mengadakan kontrak manajemen dengan PT Rajawali Nusantara
Indonesia (RNI). Saat ini kapasitas produksi PT. Madu Baru PG/PS Madukismo
telah meningkat kembali menjadi 3 500 TTH sedangkan kapasitas untuk
produksi gula SHS (Super High Sugar) I yang merupakan produk utama
mencapai sekitar 40 000 ton pertahunnya. Produksi alkohol sebesar kurang lebih
2 500 juta liter/tahun dan spiritus kurang lebih 24 000 liter/hari sedangkan pupuk
yang dihasilkan kurang lebih 30 ton pertahun. Jumlah produksi ini tergantung
pada jumlah tebu yang diolah di pabrik.
Sejak beroperasinya PG-PS Madukismo, banyak sekali menimbulkan
keluhan warga sekitar terhadap dampak limbah pabrik diantaranya terdapat
keluhan dari beberapa penduduk setempat. Pabrik Gula Madukismo
menghasilkan limbah berupa limbah padat, cair, dan gas. Limbah Pabrik Gula
Madukismo tersebut dari segi udara memberikan dampak buruk bagi kesehatan
masyakarat di Desa Tirtonirmolo. Kesehatan terganggu akibat dari limbah padat
yang berupa abu dan debu yang menyebar di Desa Tirtonirmolo mengakibatkan
terganggunya penafasan terutama pada bayi dan anak-anak yang mengalami
penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) dan bau yang tidak sedap yang
ditimbulkan. Oleh karena itu dari penjabaran diatas mahasiswa bermaksud untuk
menganalisa Relasi Manusia atau Masyarakat dengan Udara di Pabrik Gula
Madukismo, Bantul, Yogyakarta.

2
B. RUMUSAN MASALAH

C. Dari penjabaran latar


belakang di atas maka
penulis mengambil
rumusan masalah yaitu:
D. “Bagaimana Dampak
Limbah Pabrik Gula
Madukismo Terhadap
Kesehatan Masyarakat di
E. Desa Tirtonirmolo?”
Dari penjabaran kasus latar belakang masalah diatas maka penulis
mengambil rumusan masalah yaitu : “ Relasi Masyarakat dengan Udara di
Pabrik Gula Madukismo Terhadap Kesehatan Masyarakat di Sekitar Pabrik
Tersebut.”

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui dampak pencemaran limbah gas Pabrik Gula Madukismo
terhadap kesehatan masyarakat di sekitar pabrik.
2. Untuk mengetahui relasi masyarakat terhadap udara yang ditimbulkan oleh
limbah gas Pabrik Gula Madukismo.

D. METODE PENELITIAN

3
1. Jenis Penelitian
Dalam penulisan menggunakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat
kepustakaan (library research) untuk menjawab Dampak Limbah Pabrik
Gula Madukismo Terhadap Relasi Manusia dengan Udara, Dusun Padokan,
Desa Tirtonirmolo, Kabupaten Bantul. Menurut Nazir (2003:27), studi
kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi
penelaahan terhadap buku, literature, catatan, dan laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Penelitian kualitatif yaitu
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,
dan lain-lain secara holistik dan bersifat deskriptif dimana dengan disusun
dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah
dan dengan memanfaatkan metode alamiah (Moleong, 2010:207).
Penelitian kepustakaan merupakan penelitian yang sumber datanya
berasal dari data-data kepustakaan. Data tersebut dikumpulkan dengan cara
mencari, memilih, memilah, menyajikan dan menganalisis data–data literatur
yang berkaitan dengan topik penelitian. Peneliti menggunakan data sekunder
sebagai penunjang untuk melengkapi penelitian. Data diperoleh dari buku,
internet, dan jurnal yang berkaitan dengan penelitian. Teknik pengumpulan
data sangat erat kaitannya dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan,
karena penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) maka teknik
yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu dengan menghimpun data
dan informasi dari berbagai sumber terpercaya, terutama dari media
elektronik yang relevan dengan topik penelitian. Teknik analisis data yang
digunakan adalah teknik analisis deskriptif, yaitu menjelaskan fenomena
secara singkat dengan melalui tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian
data, dan kesimpulan (Moleong, 2010:208).
2. Ruang Lingkup Penelitian
a. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah suatu obyek yang dikaji dalam
penelitian agar sesuai dengan tujuan penelitian, adapun obyek penelitian
Dampak Keberadaan Pabrik Gula Madukismo Terhadap Kondisi Sosial

4
Ekonomi Masyarakat Desa Tirtonirmolo Kecamatan Kasihan Kabupaten
Bantul.
b. Definisi Konsep
1) Keberadaan Pabrik Gula Keberadaan pabrik gula mempengaruhi
keadaan sosial dan masyarakat sekitar baik itu dalam hal negatif
maupun positif.
2) Dampak Suatu akibat dari proses kegiatan yang telah dilakukan untuk
menghasilkan suatu produk, dampak ini bias bersifat negatif maupun
positif
3) Sosial Ekonomi Sosial ekonomi adalah kondisi kehidupan sosial dan
kondisi perekonomian dalam kelompok masyarakat disuatu wilayah.
c. Definisi Operasional
Definisi Operasional ialah semua variabel dan istilah yang akan
digunakan dalam penelitian secara operasional, sehingga mempermudah
pembaca / penguji dalam mengartikan makna penelitian. (Nursalam &
Sisi Paniani, 2000:107)
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah dampak
pabrik gula Madukismo terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di
desa Tirtonirmolo kecamatan Kasihan kabupaten Bantul, meliputi:
1) Pendidikan masyarakat yang dipengarungi oleh keberadaan pabrik gula
Madukismo
2) Pendapatan masyarakat yang dipengaruhi oleh keberadaan pabrik gula
Madukismo.
3) Perubahan pekerjaan selama keberadaan pabrik gula Madukismo.

3. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini ditentukan berdasarkan permasalahan tentang
penelitian ini, subyek penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal disekitar
pabrik gula Madukismo dan warga Desa Tirtonirmolo yang bekerja di Pabrik
Gula Madukismo.

5
BAB II

PEMBAHASAN

Perkembangan industri yang berjalan sangat pesat di Indonesia menjadikan


beberapa perusahaan hanya memikirkan keuntungan bagi perusahaannya namun
tidak memikirkan dampak ekologis bagi lingkungan maupun kesehatan masyarakat
sekitar. Pabrik Gula Madukismo merupakan salah satu contoh industri yang
bergerak dibidang pengolahan tebu yang menghasilkan gula Superiure Hoofd Suiker
(SHS). Produksi gula di Pabrik Gula Madukismo pada saat musim giling dapat
mencapai angka 553,43 ton dengan produksi 80,7 ton setiap harinya. Berdasarkan
jenis limbah, limbah Pabrik Gula Madukismo dibedakan menjadi beberapa macam
yaitu :
1.) Limbah Blotong
Limbah Blotong yang dihasilkan oleh Pabrik Gula Madukismo mempunyai
volume yang cukup besar tiap harinya. Selama ini pabrik membuang limbahnya

6
dengan cara penumpukan (open dumping). Pabrik membeli sejumlah besar lahan
kemudian langsung membuang limbahnya di tempat itu. Oleh masyarakat sekitar
limbah yang dibuang terutama blotong (ampas tebu) diambil secara cuma- cuma
untuk pembuatan asbes, genteng, pupuk, kompos dan dijadikan bahan bakar
industri batu bata, karena blotong ini masih mengandung sejumlah belerang
sehingga baik untuk dijadikan sebagai bahan bakar. Sebelum blotong dibuang,
blotong tersebut dimasukan dalam oven dengan suhu 105˚ dalam kurun waktu 3
jam. Tujuan blotong di oven untuk mengurangi kadar air yang terdapat di
blotong tersebut, sehingga tidak menimbulkan bau yang sangat menyengat
ketika dibuang.
2.) Limbah Tetes (molasses)
Tetes (molasses) sebagai limbah di stasiun pengolahan, diproduksi sekitar 4,5 %
tebu atau sekitar 1,5 juta ton. Tetes tebu merupakan produk pendamping karena
sebagian besar dipakai sebagai bahan baku industri lain seperti vitsin (sodium
glutamate), alkohol atau spirtus dan bahkan untuk komoditas ekspor dalam
pembuatan L-lysine dan lain-lain. Namun untuk hal ini dibutuhkan kandungan
gula dalam tetes yang cukup tinggi, sehingga tidak semua tetes tebu yang
dihasilkan dimanfaatkan untuk itu. Akibatnya tidak sedikit pabrik gula yang
mengalami kendala dalam penyimpanan tetes sampai musim giling berikutnya,
seperti tangki tidak cukup menampung karena tetes kurang laku, atau
memungkinkan terjadinya ledakan dalam penyimpanan di tangki tetes
sehubungan dengan kondisi proses atau komposisi.
3.) Ampas tebu merupakan limbah padat yang dihasilkan dari serangkaian proses
pengolahan gula. Limbah padat berupa ampas tebu (bagasse) ini dapat dapat
dijadikan bubur pulp dan dipakai untuk pabrik kertas, untuk makanan ternak,
bahan baku pembuatan pupuk, particle board, bioetanol, dan sebagai bahan
bakar ketel uap (boiler) sehingga dapat mengurangi konsumsi bahan-bakar
minyak oleh pabrik.
4.) Abu Ampas
Abu ampas tebu merupakan sisa hasil pembakaran dari ampas tebu. Abu ampas
yang dihasilkan di Pabrik Gula Madukismo termasuk dalam klasifikasi limbah

7
padat. Warna dari abu ampas ini abu-abu dan menghasilkan bau yang khas
seperti bau abu. Abu ampas yang ada di pabrik ini digunakan sebagai bahan
baku pembuatan batako. Batako yang dihasilkan bersifat ringan dan berwarna
kehitaman. Proses pembuatan batako ini dicampur dengan semen, pasir, dan
bahan–bahan pembuat batako. Kemudian bahan yang telah tercampur, dicetak
dengan cetakan khusus sehingga terbentuklah batako.
5.) Limbah CO2
Limbah gas yang ada di Pabrik Gula Madukismo ini berupa uap (CO2) yang
langsung dilepaskan ke lingkungan (udara). Limbah ini tidak berbau serta tidak
berwarna karena berupa gas yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang.
Pabrik Gula yang berbatasan dengan lahan pertanian mengakibatkan limbah
Pabrik Gula Madukismo bersangkutan dengan kesehatan fisik masyarakat, dapat
dilihat bahwa hasil limbah padat berupa abu dan debu ketel akibat dari proses
produksi gula. Abu dan debu yang menyebar di Desa Tirtonirmolo mengakibatkan
terganggunya penafasan terutama pada bayi dan anak-anak terserang ISPA (Infeksi
Saluran Pernafasan Akut), masyarakat merasakan radang pada mata dan
tenggorokan.
Pada sebagian besar lantai rumah warga Desa Tirtonirmolo terdapat debu yang
sangat tebal akibat dari limbah pabrik. Apabila debu berterbangan dan terhirup
masuk ke dalam paru-paru menyebabkan terganggungnya pernafasan dan radang.
Disisi lain, limbah gas dihasilkan dari campuran beberapa bahan kimia berbahaya
dan membuat tercium bau menyengat seperti belerang, limbah yang dikeluarkan
oleh corong dalam bentuk asap berwana hitam pekat menyebabkan polusi udara dan
tidak sehat apabila terhirup asap yang dikeluarkan membuat kadar oksigen
terkontaminasi. Jika dilihat dari dampak limbah yang terjadi maka pengelolaan dan
penanganan limbah belum dilakukan secara maksimal. Perusahaan yang memiliki
letak ditengah lahan pertanian dan pemukiman warga seharusnya mampu
memikirkan dampak limbah yang diakibatkan bukan hanya mementingkan hasil
produksi namun tidak memikirkan dampak ekologis yang menyebabkan
ketidakseimbangan lingkungan. Dari fenomena tersebut dapat kita ketahui bahwa
telah terjadi eksploitasi alam dan lingkungan yang berlebih, bukan semata

8
memenuhi kepentingan manusia agar bisa survive tetapi manusia lebih melihat alam
sebagai bentuk keinginan untuk menguasai dan mendapatkan secara lebih besar dan
luas. Dalam hal ini paham yang sering terkenal sebagai antroposentrisme yang
merupakan simbol kerakusan dan ketamakan manusia yang tidak hanya bersifat
individual, tetapi melekat pada teknologi, ilmu pengetahuan, sistem ekonomi, dan
struktur kekuasaan para pemegang kekuasaan dan pemegang otoritas. Pabrik Gula
Madukismo yang notabene pemegang kekuasaannya terdiri dari dua kepemilikan
saham, yaitu 65% milik Sri Sultan Hamengkubuwono X dan 35% milik
Pemerintahan RI yang dikuasakan kepada Departemen Keuangan RI. Dimana
masyarakat tidak berani melawan kebijakan dikarenakan pabrik tersebut milik Sri
Sultan Hamengku Buwono X, raja sekaligus Gubernur DIY seumur hidup. Berdasarkan
dokumen perusahaan, Sultan memiliki saham dominan dengan 52 ribu lembar
senilai Rp.52 miliar. Sisanya dimiliki oleh BUMN PT Rajawali Nusantara
Indonesia, sebanyak 28 ribu lembar saham senilai Rp28 miliar. Putri sulung Sultan,
GKR Mangkubumi, menduduki jabatan komisaris.
Interaksi antara manusia dengan lingkungan terus berlanjut. Masyarakat
menyadari bahwa merusak lingkungan ternyata sama halnya mereka tidak
memikirkan masa depan lingkungan. Rusaknya lingkungan dan terjadinya bencana
alam yang tak terhindarkan, menyadarkan sebagian mereka akan rusaknya sistem
sosial kita, cepat atau lambat. Angin segar yang ditandai mulai maraknya kesadaran
ekologis (ecological awareness) menjadi stimulasi yang cukup cerdas untuk
melawan antroposentrisme. Paham-paham pejuang lingkungan seperti yang
dilakukan WALHI, sudah masuk ke ranah teoritis, etika, dan praksis tersebut, yakni
biosentrisme yang mengajarkan tentang hidup dengan menghargai banyak spesies,
ekosentrisme (the deep ecology)yang mengajari bagaimana cara memandang
lingkungan dengan cara berpikir secara fundamental dan ekofeminisme yang
mengajarkan ide-ide penyelamatan lingkungan lewat kampanye penghapusan
dominasi dan ketimpangan.
Pada tahun 2019, Yos dan beberapa komunitas lingkungan seperti Payung Hijau
pernah mendatangi Pabrik Gula Madukismo. Dasar upaya dialog ini menurutnya
adalah peraturan yang memungkinkan ada partisipasi masyarakat. Upaya ini gagal

9
karena “ketika masyarakat berpartisipasi malah seperti jadi pintu konflik.”
(sumber :https://tirto.id/ggZi).
Konflik yang pernah diadukan oleh masyarakat yaitu :
1. Pada tahun 2009, warga sekitar Pabrik Gula Madukismo mengeluhkan limbah
padat yang keluar dari cerobong asap pabrik berwarna hitam. Asap hitam
tersebut dari hasil pembakaran tebu yang tidak terfilter atau tersaring dengan
baik sehingga menimbulkan partikel debu yang mengganggu masyarakat di
sekitar pabrik.
2. Pada tahun 2011, sebagian warga Dusun Jogonalan Kidul mengadu kepada
DPRD Bantul atas limbah warna hitam yang keluar dari cerobong asap Pabrik
Gula Madukismo. Dikarenakan limbah padat tersebut menyebabkan penyakit
ISPA kepada masyarakat di sekitar pabrik tersebut.
3. Pada tahun 2017, aktivis lingkungan hidup dan masyarakat sekitar pabrik
melakukan demo di Sungai Bedog untuk memprotes pencemaran limbah cair
dan gas hasil buangan Pabrik Spritus Madukismo.
Ketika ada warga sekitar pabrik yang terganggu atas limbah tebu dan spititus itu,
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Bantul Ari Budi Nugroho malah mengapresiasi
pengolahan limbah Madukismo. Menurutnya, pengolahan limbah saat ini sudah
lebih baik bila dibandingkan tahun 2017, bahkan “sudah sangat baik berdasarkan
laporan rutin setiap enam bulan dan pemantauan kami di lapangan.”
(sumber:https://tirto.id/ggZi).
Saat disinggung soal limbah mengalir ke sungai kecil di belakang pabrik dan
Sungai Bedog, Ari berkilah itu air sisa pendinginan mesin, bukan limbah. “Air juga
dibutuhkan untuk pendinginan mesin. Di Madukismo masih ada air yang
dikeluarkan. Koyok ketel ono banyune, sing panas dan sebagianya. Sebagian
dibuang ke sungai.” “Dilihat dari volume sudah jauh berkurang karena memang
sebagian sudah diolah menjadi pupuk cair,” tambahnya. Pernyataan Ari
bertentangan dengan keterangan perusahaan yang mengakui masih ada limbah cair
dari produksi alkohol yang dibuang ke Sungai Bedog meskipun saat ini jumlahnya
diklaim sudah tak sebanyak tahun-tahun sebelumnya. (sumber:https://tirto.id/ggZi).

10
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa telah terjadi paham
antroposentrisme yang memunculkan kebijakan pemerintah dan mengabaikan
lingkungan. Dalam hal ini Pabrik Gula Madukismo yang dibentengi oleh kebijakan
Pemerintah Daerah didalamnya. Sehingga masyarakat hanya bisa menerima
kenyataan bahwa harus hidup berdampingan dengan kondisi pabrik yang
mengabaikan kesehatan masyarakat disekitar pabrik. Masyarakat yang tidak
mempunyai keuntungan terhadap pabrik tersebut, menjadi korban dari ketamakan
para elit pemegang saham pabrik tersebut.
Gerakan lingkungan dengan cara-cara politik harus bersifat mutlak. Bahkan,
sebaik mungkin ditata secara profesional dengan tetap membangun sinergi dari
banyak kelompok, baik kelompok yang terorganisasi maupun tidak, baik kelompok
yang muncul dari masyarakat sipil, maupun dari lembaga negara, untuk melawan
antroposentrisme yang telah terjadi di Pabrik Gula Madukismo.
Gerakan lingkungan yang mengundang dan mengakomodasi para pejuang
lingkungan mutlak diperlukan. Akan tetapi, sangat strategis jika digabung dengan
kampanye pemikiran mengenai perlunya keberlanjutan dan keseimbangan
lingkungan. Terlebih kultur masyarakat yang lebih suka jika penyelesaian masalah
dengan menghindari konflik yang menyebabkan lingkungan dan masyarakat yang
menjadi korban dari elite politik. Karakter masyarakat yang memang harus
dimunculkan oleh para pejuang lingkungan yaitu keberanian untuk melakukan aksi
yang dapat dilakukan untuk keberlanjutan ekologi lingkungan, agar kelak anak cucu
kita, generasi masa depan kita tetap dapat merasakan alam, udara,air,tanah yang
bersih tanpa adanya pencemaran lingkungan.

11
BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan mengenai “ Relasi Manusia Terhadap Udara di Pabrik Gula


Madukismo, Dusun Padokan, Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten
Bantul, Yogyakarta” dapat diambil kesimpulkan bahwa :

1. Pabrik Gula Madukismo yang merupakan industri pengolahan tebu kurang


memperhatikan limbah yang dihasilkan sehingga mengganggu keseimbangan
ekologi. Limbah Pabrik Gula Madukismo dari segi udara maupun air memberikan
dampak buruk bagi masyarakat sekitar. Dampak yang lebih membahayakan yaitu
pada kesehatan masyarakat dimana masyarakat terserang berbagai macam penyakit.
Apabila keadaan terus berlanjut seperti ini, maka kualitas kesehatan masyarakat di
Desa Tirtonirmolo dapat menurun. Apabila kesehatan fisik seseorang terganggu
maka akan mempengaruhi masyarakat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari,

12
terutama bagi anak-anak dan bayi yang masih rentan terserang penyakit.
Pengelolaan harus dilakukan secara berkesinambungan agar menghasilkan nilai
ekonomis dan nilai guna misalnya dengan cara limbah diolah kembali sebelum
dibuang agar pencemaran lingkungan dapat diminimalisir dan memberikan dampak
yang lebih baik bagi ekonomi dan kesehatan masyarakat di sekitar pabrik.
2. Perlunya peran aktif masyarakat dan pejuang lingkungan secara bersama-sama
untuk melindungi kelestarian lingkungan dikarenakan pencemaran yang terjadi
sudah menimbulkan gangguan terhadap masyarakat sekitar.
3. Perlunya kepedulian elit politik, dalam hal ini Pemkab Bantul dan pemegang
kekuasaan di Pabrik Gula Madukismo untuk lebih memperdulikan masyarakat dan
lingkungan di sekitar pabrik dalam hal ini menjadi korban karena sikap
antroposentrisme sang penguasa, sehingga pencemaran udara yang telah terjadi
dapat ditanggulangi, masyarakat bisa menikmati hidup dengan sehat, lingkungan
kembali asri.

alat produksi. Pabrik


Gula Madukismo terletak
di Dusun Padokan, Desa
Tirtonirmolo,
Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul.
(Rahmawati dkk, 2017)

13
Kegiatan produksi yang
dilakukan oleh Pabrik Gula
Madukismo tentunya
menghasilkan
limbah. Limbah yang
dihasilkan Pabrik Gula
Madukismo berbentuk
padat, cair dan gas.
Menurut WHO, sehat
merupakan kondisi fisik,
mental, dan sosial yang
berjalan secara
sempurna dan terbebas dari
segala penyakit. Letak

14
Pabrik Gula Madukismo
yang strategis
dan berada ditengah
pemukiman padat
penduduk berpotensi
menimbulkan permasalahan
bagi masyarakat dari segi
kesehatan. Kesehatan pada
dasarnya merupakan salah
satu aspek
untuk mengukur tingkat
kesejahteraan masyarakat
di suatu negara maka
kesehatan

15
masyarakat perlu
diperhatikan.
alat produksi. Pabrik
Gula Madukismo terletak
di Dusun Padokan, Desa
Tirtonirmolo,
Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul.
(Rahmawati dkk, 2017)
Kegiatan produksi yang
dilakukan oleh Pabrik Gula
Madukismo tentunya
menghasilkan
limbah. Limbah yang
dihasilkan Pabrik Gula
16
Madukismo berbentuk
padat, cair dan gas.
Menurut WHO, sehat
merupakan kondisi fisik,
mental, dan sosial yang
berjalan secara
sempurna dan terbebas dari
segala penyakit. Letak
Pabrik Gula Madukismo
yang strategis
dan berada ditengah
pemukiman padat
penduduk berpotensi
menimbulkan permasalahan

17
bagi masyarakat dari segi
kesehatan. Kesehatan pada
dasarnya merupakan salah
satu aspek
untuk mengukur tingkat
kesejahteraan masyarakat
di suatu negara maka
kesehatan
masyarakat perlu
diperhatikan.
alat produksi. Pabrik
Gula Madukismo terletak
di Dusun Padokan, Desa
Tirtonirmolo,

18
Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul.
(Rahmawati dkk, 2017)
Kegiatan produksi yang
dilakukan oleh Pabrik Gula
Madukismo tentunya
menghasilkan
limbah. Limbah yang
dihasilkan Pabrik Gula
Madukismo berbentuk
padat, cair dan gas.
Menurut WHO, sehat
merupakan kondisi fisik,
mental, dan sosial yang
berjalan secara
19
sempurna dan terbebas dari
segala penyakit. Letak
Pabrik Gula Madukismo
yang strategis
dan berada ditengah
pemukiman padat
penduduk berpotensi
menimbulkan permasalahan
bagi masyarakat dari segi
kesehatan. Kesehatan pada
dasarnya merupakan salah
satu aspek
untuk mengukur tingkat
kesejahteraan masyarakat

20
di suatu negara maka
kesehatan
masyarakat perlu
diperhatikan.

alat produksi. Pabrik


Gula Madukismo terletak
di Dusun Padokan, Desa
Tirtonirmolo,
Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul.
(Rahmawati dkk, 2017)
Kegiatan produksi yang
dilakukan oleh Pabrik Gula

21
Madukismo tentunya
menghasilkan
limbah. Limbah yang
dihasilkan Pabrik Gula
Madukismo berbentuk
padat, cair dan gas.
Menurut WHO, sehat
merupakan kondisi fisik,
mental, dan sosial yang
berjalan secara
sempurna dan terbebas dari
segala penyakit. Letak
Pabrik Gula Madukismo
yang strategis

22
dan berada ditengah
pemukiman padat
penduduk berpotensi
menimbulkan permasalahan
bagi masyarakat dari segi
kesehatan. Kesehatan pada
dasarnya merupakan salah
satu aspek
untuk mengukur tingkat
kesejahteraan masyarakat
di suatu negara maka
kesehatan
masyarakat perlu
diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA

23
1. Rachmad K.Dwi Susilo,M.A.(2008).Sosiologi Lingkungan.Depok: PT. RajaGrafindo
Persada.
2. Moleong,L.J.(2010).Metode Penelitian Kualitatif.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
3. Https://tirta.id.ggZi/bau limbah madukismo milik sultan Yogyakarta.
4. Https://www.researchgate.net/ publication/Dampak limbah pabrik gula Madukismo
terhadap kesehatan masyarakat di desa Tirtonirmolo.
5. Kristanto,P.(2013). Ekologi Industri Yogyakarta, Yogyakarta :Andi Offset

LAMPIRAN

24
Gambar 1.1. Foto Pabrik Gula Madukismo

Gambar 1.2. Foto Cerobong Asap Pabrik Gula Madukismo

. Gambar 1.3. Warga Berdemo terkait pencemaran limbah PG Madukismo

25
Gambar 1.4. Pencemaran Udara oleh Pabrik Gula Madukismo

Gambar 1.5. Gambar Cerobong Asap PG Madukismo saat proses pengolahan

 Buku
26
Haghi, A.K. (2011).
Pengelolaan Limbah
Domestik. Jakarta: BPPT
Kemala, R. (2006). Jelajah
Ilmu Pengetahuan Alam.
Cetakan Pertama. Jakarta:
Yudhistira
Kristanto, P. (2013). Ekologi
Industri. Yogyakarta: Andi
offset
Moleong, L. J. (2010).
Metode penelitian kualitatif.
Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

27
Mu’rifah. (2007). Materi
Pokok Pendidikan
Kesehatan. Universitas
Terbuka. Jakarta.
Nazir, M. (2003). Metode
penelitian. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Nurcahyo, H. (2008).
Ilmu Kesehatan: Untuk
Sekolah Menengah
Kejuruan. (Jakarta:
Direktorat Pembinaan
SMK Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan
Dasar dan
28
Menengah.)
Waluyo, L. (2010). Teknik
dan Metode dasar Dalam
Mikrobiologi. Malang:
UMM Press
Santoso S. (2012). Kesehatan
dan Gizi. Jakarta: Rineka
Cipta
Setiawan, M. H. (2015).
Kajian Perencanaan Aerobik
Filter dan Horizontal Gravel
Filter untuk
Optimalisasi IPAL
Komunal Sistem

29
DEWATS (Studi Kasus:
Ipal Komunal Dusun
Karangwetan, Kecamatan
Semin, Kabupaten
Gunungkidul, Provinsi D.I.
Yogyakarta).
Tesis. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Undang Undang Nomor 23
Tahun 1992
Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009
 Jurnal
Adack, J. (2013). Dampak
Pencemaran Limbah Pabrik
30
Tahu Terhadap Lingkungan
Hidup. Lex
Administratum, 1(3).
Diunduh dari
https://ejournal.unsrat.ac.id/
index.php/administratum/
article/view/3200/2742 pada
tanggal 20 Mei 2019.
Dahruji, D., Wilianarti, P.
F., & Hendarto, T. T.
(2016). Studi Pengolahan
Limbah Usaha
Mandiri Rumah Tangga
dan Dampak Bagi

31
Kesehatan di Wilayah
Kenjeran,
Surabaya. Aksiologiya:
Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 1(1), 36-44.
Diunduh
dari http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/Axi
ologiya/article/view/304/224
pada
tanggal 20 Mei 2019.
Habibi, F. & Marwan, R.
(2018). Pengaruh Limbah
Terhadap Lingkungan dan
Penyakit yang
32
Timbul Serta
Penanggulangannya.
Surakarta: Seminar dan
Konferensi Nasional IDEC.
Diunduh dari
https://idec.ft.uns.ac.id/wp-
content/uploads/2018/05/ID0
96.pdf pada
tanggal 20 Mei 2019.
Hasibuan, R. (2016).
Analisis Dampak
Limbah/Sampah Rumah
Tangga Terhadap
Pencemaran

33
Lingkungan Hidup. Jurnal
Ilmiah Advokasi, 4(1), 42-
52. Diunduh dari
http://
jurnal.stihlabuhanbatu.ac.id/
index.php/ADVOKASI/
article/view/55/52
pada
tanggal 20 Mei 2019.
Ichtiakhiri, T. H., &
Sudarmaji, S. (2016).
Pengelolaan Limbah B3 dan
Keluhan Kesehatan

34
Pekerja di PT. INKA
(Persero) Kota Madiun.
JURNAL KESEHATAN
LINGKUNGAN, 8(1), 118-
127. Diunduh dari
https://e-
journal.unair.ac.id/JKL/
article/view/3109 pada
tanggal 20 Mei 2019.
DAFTAR PUSTAKA
 Buku
Haghi, A.K. (2011).
Pengelolaan Limbah
Domestik. Jakarta: BPPT

35
Kemala, R. (2006). Jelajah
Ilmu Pengetahuan Alam.
Cetakan Pertama. Jakarta:
Yudhistira
Kristanto, P. (2013). Ekologi
Industri. Yogyakarta: Andi
offset
Moleong, L. J. (2010).
Metode penelitian kualitatif.
Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mu’rifah. (2007). Materi
Pokok Pendidikan
Kesehatan. Universitas
Terbuka. Jakarta.
36
Nazir, M. (2003). Metode
penelitian. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Nurcahyo, H. (2008).
Ilmu Kesehatan: Untuk
Sekolah Menengah
Kejuruan. (Jakarta:
Direktorat Pembinaan
SMK Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan
Dasar dan
Menengah.)
Waluyo, L. (2010). Teknik
dan Metode dasar Dalam

37
Mikrobiologi. Malang:
UMM Press
Santoso S. (2012). Kesehatan
dan Gizi. Jakarta: Rineka
Cipta
Setiawan, M. H. (2015).
Kajian Perencanaan Aerobik
Filter dan Horizontal Gravel
Filter untuk
Optimalisasi IPAL
Komunal Sistem
DEWATS (Studi Kasus:
Ipal Komunal Dusun
Karangwetan, Kecamatan
Semin, Kabupaten
38
Gunungkidul, Provinsi D.I.
Yogyakarta).
Tesis. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Undang Undang Nomor 23
Tahun 1992
Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009
 Jurnal
Adack, J. (2013). Dampak
Pencemaran Limbah Pabrik
Tahu Terhadap Lingkungan
Hidup. Lex
Administratum, 1(3).
Diunduh dari
39
https://ejournal.unsrat.ac.id/
index.php/administratum/
article/view/3200/2742 pada
tanggal 20 Mei 2019.
Dahruji, D., Wilianarti, P.
F., & Hendarto, T. T.
(2016). Studi Pengolahan
Limbah Usaha
Mandiri Rumah Tangga
dan Dampak Bagi
Kesehatan di Wilayah
Kenjeran,
Surabaya. Aksiologiya:
Jurnal Pengabdian Kepada

40
Masyarakat, 1(1), 36-44.
Diunduh
dari http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/Axi
ologiya/article/view/304/224
pada
tanggal 20 Mei 2019.
Habibi, F. & Marwan, R.
(2018). Pengaruh Limbah
Terhadap Lingkungan dan
Penyakit yang
Timbul Serta
Penanggulangannya.
Surakarta: Seminar dan
Konferensi Nasional IDEC.
41
Diunduh dari
https://idec.ft.uns.ac.id/wp-
content/uploads/2018/05/ID0
96.pdf pada
tanggal 20 Mei 2019.
Hasibuan, R. (2016).
Analisis Dampak
Limbah/Sampah Rumah
Tangga Terhadap
Pencemaran
Lingkungan Hidup. Jurnal
Ilmiah Advokasi, 4(1), 42-
52. Diunduh dari
http://
jurnal.stihlabuhanbatu.ac.id/
42
index.php/ADVOKASI/
article/view/55/52
pada
tanggal 20 Mei 2019.
Ichtiakhiri, T. H., &
Sudarmaji, S. (2016).
Pengelolaan Limbah B3 dan
Keluhan Kesehatan
Pekerja di PT. INKA
(Persero) Kota Madiun.
JURNAL KESEHATAN
LINGKUNGAN, 8(1), 118-
127. Diunduh dari
https://e-

43
journal.unair.ac.id/JKL/
article/view/3109 pada
tanggal 20 Mei 2019.

44

Anda mungkin juga menyukai