Anda di halaman 1dari 21

STUDI OPTIMASI PIGGING TERHADAP LAJU ALIR

PENYAPUANNYA DENGAN MENGGUNAKAN OLGA


SIMULATION

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh:

EGGI SEPTI YULIANTO


NPM : 153210027

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2018
KATA PENGANTAR

Rasa syukur disampaikan kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala karena


atas Rahmat dan limpahan ilmu dari-Nya saya dapat menyelesaikan Proposal
Penelitian ini yang berjudul ”STUDI OPTIMASI PIGGING TERHADAP LAJU
ALIR PENYAPUANNYA DENGAN MENGGUNAKAN OLGA SIMULATION”
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah untuk
mempelajari cara pembuatan skripsi pada Universitas Islam Riau dan untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Perminyakan.
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga proposal
penelitian ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :

1. Bapak Ir. H. Ali Musnal, MT . Dr. Eng. Muslim, MT. Fiki Hidayat, M.Eng
Tomi Erfando, ST, MT . Dr. Mursyidah, M.Sc selaku Dosen Mata kuliah
Tata Tulis Karya Ilmiah yang telah mendidik dan memberikan bimbingan
selama masa perkuliahan.

2. Pimpinan PT Pertamina Gas Eastern Java Area Unit Operation, Bapak


Dela Agung Septriady, ST. M.MT., PFM, CRMO dan seluruh staff
perusahaan atas kesempatan dan bantuan yang diberikan kepada penulis
dalam melakukan penelitian dan memperoleh informasi yang diperlukan
selama penulisan proposal penelitian ini.

3. Ayah dan Ibu yang telah memberikan doa, dorongan dan semangat selama
penyusunan Proposal Penelitian ini.

Teriring doa saya, semoga Allah memberikan balasan atas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga Proposal Penelitian ini membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
Pekanbaru, 10 Desember 2018

Eggi Septi Yulianto

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ii

Daftar Isi iii

BAB I 1

PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan Penelitian 3

1.3 Batasan Masalah 3

1.4 Metodologi Penelitian 3

BAB II 5

TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1 Masalah pada perpipaan 5

2.2 Pig dan Pigging 7

2.3 Jenis-jenis pig 7

2.4 Alat peluncur dan Penerima Pig 9

2.5 Olga Simulation 12

2.5.1 Analisis Pipeline dan Facilities 12

2.5.2 Analisis Well Performance 13

2.5.3 Analisis Jaringan (Networking) 13

2.5.4 Optimasi Produksi 13

2.5.5 Persiapan Data Lapangan 14

2.5.5.1 Data Reservoir dan Sumur 14

2.5.5.2 Data Pipa dan Jaringan 14

2.5.6 Pembuatan Model pada Olga Simulation 14

3
4

2.5.6.1 Pembuatan Model 14

2.5.6.2 Verify 15

2.5.6.3 Run Batch 15

2.5.6.4 Grafik Model 16

DAFTAR PUSTAKA 17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam proses industri migas banyak pengolahan menggunakan sistem
perpipaan. Misalnya dalam sistem perpipaan ini terjadi proses perpindahan suatu
produk yang melewati pipa menuju tangki penyimpanan, dimana jarak antara
tempat yang satu dengan yang lainnya sangatlah jauh. Didalam sistem perpipaan
ini banyak sekali kemungkinan menghambat laju alir, sehingga menghambat
sistem proses produksi.
Agar sistem perpipaan tersebut dapat berjalan dengan baik, maka
diperlukan perawatan rutin untuk mengatasi apabila terjadi suatu permasalahan,
salah satunya metoda pigging. Metoda pigging merupakan salah satu proses untuk
mengatasi apabila terjadi permasalahan yang terdapat pada pipa yakni proses
pembersihan ataupun proses pendeteksian kerusakan pipa.
Pigging merupakan suatu metoda perawatan saluran perpipaan dengan
memasukkan suatu alat yang dinamakan pig tanpa memberhentikan aliran fluida
saat sedang berlangsung. Istilah pig ini digunakan karena pada saat pig
diluncurkan dalam sistem perpipaan, suara yang dikeluarkan yaitu suara berdecit
seperti suara pig.[ CITATION JNH92 \l 1057 ].

Pigging secara luas digunakan dalam pipa untuk menghilangkan wax.


Namun, pigging operasi sangat bergantung pada “aturan praktis.” Karena
kompleksitasnya, model pigging agak terbatas disajikan untuk memprediksi
mekanik wax-removal dalam beberapa dekade terakhir.. Dengan kondisi seperti
ini, maka gerakan pig di dalam pipa tidak dapat dilihat secara langsung. Sementara
itu para ahli yang telah disebutkan terdahulu pada saat melakukan simulasi
umumnya menggambarkan proses pigging dengan animasi komputer, sehingga
gerakan pig dapat tergambar secara visual di layar monitor.[ CITATION Qiy17 \l
1057 ]
Penurunan laju produksi merupakan permasalahan yang umum terjadi
pada suatu perusahaan. Hal ini dapat mempengaruhi perolehan cadangan awal

1
2

yang ditargetkan untuk diproduksi selama masa kontrak perusahaan dengan


pemerintah. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan berbagai upaya untuk
mempertahankan atau bahkan meningkatkan laju produksi. Salah satunya dengan
proses Pigging dengan menyapu atau membersihkan pipa yang dapat menurunkan
flow dan mendeteksi apabila adanya kerusakan pada pipa misalnya korosi, scale,
dan kebocoran pada pipa.
Ukuran pig yang semakin besar seharusnya lebih memberikan gesekan
yang besar pula, tetapi hubungan antara besarnya pig dengan kecepatan pig serta
jumlah cairan yang dibersihkan juga belum ditemukan rumusannya. Oleh karena
dalam penelitian ini dipakai jenis foam pig yang tugasnya menyerap cairan, maka
kemampuan penyerapan cairan serta kandungan cairan dalam pipa yang akan
dibersihkan diduga mempengaruhi kinerja proses pigging. Kecepatan awal udara
sebelum dibebani oleh
pig tentunya menjadi penentu apakah pig dapat memulai gerakan atau tidak, dan
selanjutnya jika sudah bergerak akan berkecepatan tinggi atau rendah. Satu hal
lagi yang diduga menjadi penentu kinerja pig adalah sifat miliknya yang khas
berupa kemapuannya untuk menyerap cairan. Kinerja proses pigging yang diamati
dalam simulator seperti yang dibuat dalam penelitian ini belum ditemukan dalam
literatur
Pipa pada lapangan “ESY” merupakan pipa yang akan dilakukan untuk
skenario operasi dan maintenance yakni pada pipa bawah laut sepanjang 360 km
yang salah satu tanggung jawab unit operasi PT. Pertamina Gas di Jawa Timur.
Operasi maintenance ini dilakukan karena terjadi stuck pada intelligent pig akibat
adanya Back Pressure (Flow dan Tekanan Gas di Hulu lebih kecil dibanding
diTengah) karena PT. Pertamina Gas sejak tahun 2012 tidak pernah melakukan
Intelligent pig pipa offshore.
Pada penelitian tugas akhir ini, pipa pada lapangan “ESY” akan dibuat
optimasi dan model Pigging untuk mendapatkan hasil flow yang lebih baik dengan
data-data sebelumnya dalam skenario yang akan dibuat pada simulasi yakni pada
simulasi olga. Olga adalah simulator produksi yang dapat digunakan dalam
3

analisa pipeline and facilities, analisis well performance, analisis jaringan


(networking), production optimation.
Penelitian ini memerlukan data-data yang lengkap meliputi data
pig,pressure, temperature, waktu yang diperlukan untuk menempuh pipa.

1.2 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian Tugas Akhir ini adalah:
1. Mengetahui dan mengidentifikasi kondisi awal pada pig dan pigging.
2. Mengetahui parameter yang berpotensi terhadap flow pada intelligent
pig.
3. Mengevaluasi model, grafik dan skematik agar optimasi penyapuannya
bagus.

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus,sempurna dan mendalam


maka penulisan memandang permasalahan penelitian yang diangkat perlu dibatasi
variabelnya. Oleh sebab itu, penelitian ini berfokus pada pembuatan mode Pigging
scenario dengan Olga simulation, kondisi awal pig dan pigging meluncur ,tekanan,
dan skematik yang dilakukan pada lapangan “ESY”.

1.4 Metodologi Penelitian

Adapun objek dan metodologi penelitian serta teknik pengumpulan data


dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Tempat atau objek penelitian
Lapangan “ESY”
b. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan penulis pada Tugas Akhir ini
adalah penelitian evaluasi lapangan (Field Research) dengan
melakukan pemeriksaan terhadap proses yang terjadi dan
mengevaluasi efektivitas, sehingga pada akhirnya didapat suatu
kesimpulan. Metode penulisan tugas akhir ini berdasarkan hasil studi
literatur yang berkaitan dengan aplikasi software olga.
c. Teknik Pengumpulan Data
4

Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data primer yang
diperoleh dari PT. Pertamina Gas. Adapun data yang digunakan adalah
data lapangan untuk pipeline dan pig dan kemudian data pendukung seperti
data tekanan, waktu yang dilalui dan sebagainya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masalah pada perpipaan


Pigging merupakan suatu metoda perawatan saluran perpipaan dengan
memasukkan suatu alat yang dinamakan pig tanpa memberhentikan aliran fluida
saat sedang berlangsung. Istilah pig ini digunakan karena pada saat pig
diluncurkan dalam sistem perpipaan, suara yang dikeluarkan yaitu suara berdecit
seperti suara pig. (J.N.H Tiratsoo, 1992).
Dalam sistem pigging , ada empat komponen yang sangat penting dan
saling berkaitan,yaitu :
1. Pig Launcher, merupakan alat yang digunakan untuk membantu pig
meluncurkan melewati sistem perpipaan yang akan dibersihkan.
2. Pipeline, merupakan sistem perpipaan yang akan dibersihkan dengan
sistem pigging.
3. Pig Receiver, merupakan alat yang digunakan untuk menangkap pig
yang telah meluncur melewati sistem perpipaan.
4. Pig, merupakan alat pembersih yang akan diluncurkan oleh pig
launcher melewati sistem perpipaan dan kemudian ditangkap oleh pig
receiver.

Menurut Tiratsoo (1992), dalam pengaliran fluida ini seringkali ditemui


masalah seperti :
1. Pengendapan padatan dalam aliran fluida cairan atau gas, sehingga
bagian dalam pipa menjadi semakin sempit dan aliran terhambat.
Padatan dalam dinding pipa yang mengalirkan fluida bisa disebut
debris.
2. Pembekuan cairan dan membentuk padatan lunak dan liat. Hal ini
biasa terjadi dalam pengaliran minyak bumi, dan padatan seperti ini
disebut wax.
3. Kondensasi komponen aliran gas, membentuk cairan. Cairan yang
terbentuk karena hasil kondensasi dalam pipa biasa disebut slug.
4. Timbulnya gelembung dalam aliran cairan.

5
6

Sistem perpipaan jarak panjang biasa dimiliki oleh perusahaan minyak


akan mengalami masalah yang lebih berat daripada industri yang hanya
mempunyai perpipaan jarak pendek. Contoh masalah yang timbul dari pengaliran
gas alam melalui medan yang bergunung dapat digambarkan dalam ilustrasi
berikut (gambar 2.1).

Gambar 2.1 Gambaran kondisi pengaliran gas dengan pembentukan


slug(Tiratsoo,1992)
Masalah-masalah dalam perpipaan ini dapat diatasi dengan memasukkan
suatu alat yang dapat mendorong materi yang berbeda fasanya seperti gambar 2.1.
Benda tersebut harus memenuhi syarat, yaitu:
1. Kuat, tidak mudah aus atau patah dan pecah menghadapi berbagai
hambatan.
2. Dapat berjalan dengan lancar dibelokan pipa dan beberapa bentuk
kerangan.
3. Inert, tidak bereaksi dengan fluida yang sedang dialirkan.
4. Memiliki daya sekat yang baik, sehingga tekanan atau beda tekan yang
diaplikasikan dengan mudah dapat menggerakan benda tersebut.
5. Bersifat licin, berarti bergerak dengan lancar dalam permukaan yang
kasar.
7

2.2 Pig dan Pigging


Pigging adalah suatu proses, mengirimkan "Pipeline Inspection Gauge"
(PIG) alat melalui pipa (menggunakan peluncur pig), didorong oleh Tekanan aliran
produk dan diterima di ujung lain pipa (menggunakan penerima pig)[ CITATION
TTh17 \l 1057 ]. Secara umum, operasi pigging dilakukan untuk:
• Pembersihan saluran pipa internal
• Memeriksa kondisi dinding pipa
• Untuk menangkap dan mencatat informasi geometrik yang
terkait dengan jaringan pipa (mis. Ukuran, posisi).
• Pemisahan fisik antara cairan berbeda yang diangkut dalam
pipa yang sama.

Untuk memenuhi berbagai keperluan, diperlukan berbagai jenis pig sesuai


dengan fungsi dan bentuknya. Tujuan utama dari pembersihan rutin pigging pipa
operasi adalah untuk menghilangkan air yang tergenang dari dasar pipa dengan
maksud untuk meminimalkan korosi yang disebabkan oleh air korosif stagnan
yang menetap di bagian bawah garis. untuk menghilangkan sisa-sisa (pasir,
lumpur berat), endapan wax, timbangan, produk korosi, dll. dari pipa, untuk
meningkatkan efisiensi aliran pipa dan untuk meminimalkan masalah korosi di
bawah endapan.[ CITATION Dew14 \l 1057 ].

2.3 Jenis-jenis pig


Pembagian jenis pig dapat dilakukan dari berbagai dasar tinjauan. Jika
ditinjau dari kondisinya pig dapat dibagi menjadi dua (Godevil, 2008), jenis
berupa pig fisik (physical pig) yang disebut juga sebagai pig konvensional dan pig
elekronik(electronicl pig). Pig fisik merupakan pig yang bekerja karena bentuk
fisiknya, sedangkan pig elekronik pada prinsip berupa detektor yang dimasukan
kedalam jalur pipa untuk mendeteksi korosi serta kerusakan bagian dalam pipa.
Cara pembagian kedua adalah menurut kegunaannya dan hanya berlaku
untuk pig fisik. Seperti yang diuraikan oleh Cordel dan Panzant (1990) serta
Tiratsoo (1992), ada berbagai jenis pig, namun jika rangkum sesuai dengan
fungsinya jenis pig dapat dibagi menjadi :
8

1) Pig pengering (drying pig)


2) Pig pembersih (cleaning pig)
3) Pig penyekat (isolating pig atau batching pig)

Cara pembagian ketiga adalah menurut bentuknya. Sebenarnya cukup sulit


untuk membagi jenis pig dengan cara ini, karena saat ini bentuk pig begitu
bervariasi. Berbagai literatur menyebutkan banyak macam pig, namun demikian
berbagai pig tersebut selalu dapat dibedakan menjadi 4 bentuk dasar, yaitu:
1. Foam pig atau polly pig
2. Bi-directional pig, disingkat menjadi bi-di pig
3. Brush pig
4. Sphere pig, yang biasa disebut sebagai sphere

Pig untuk pengering terbuat dari bahan yang dapat menyerap cairan.
Cairan yang diserap belum tentu air, tetapi dapat berupa berbagai jenis minyak.
Oleh karena busa yang menjadi bahan pig untuk keperluan pengeringan ini, maka
jenis pig seperti ini disebut foam pig.
Foam pig yang diaplikasikan dalam pipa jarak panjang, harus mempunyai
kemampuan meluncur dengan baik. Untuk itulah pada bentuk foam pig yang
moderen, disekitar busa diberi pembalut yang berupa anyaman poliuretan (poly
urethane) yang bersifat licin dan kekar. Adanya pembalut ini menyebabkan badan
pig tidak cepat rusak. Ujung pig dibuat runcing, agar dapat berbelok dengan
mudah Contoh foam pig dipresentasikan oleh Pipeline Gambar 2.2.
Pig untuk membersihkan bagian dalam pipa dari kotoran yang menempel
berupa sikat yang terbuat dari bahan plastik lentur. Untuk mengarahkan pig agar
mengikuti belokan jalur pipa, maka di kedua ujungnya dipasang mangkuk (cup)
yang terbuat dari bahan polimer yang kuat (Gambar 2.3(b)). Ujung mangkuk
bagian depan juga dibuat meruncing, agar pig dapat berjalan mengikuti lekukan
pipa. Brosur yang diterbitkan oleh Pipeline oil and Gas Equipment, Inc. (2010)
memberi gambaran yang jelas tentang bentuk berbagai jenis pig. Sebagian
gambar-gambar di bawah diambil dari brosur tersebut.
Kotoran yang menempel di bagian dalam pipa sering berupa kerak yang
keras. Untuk menggosok kotoran ini diperlukan bi directional pig, atau terkenal
dengan nama bi-di pig (Gambar 2.2) Bentuk pig ini seperti kelos benang, dengan
9

bagian sumbu terbuat dari logam dan bagian piringan terbuat dari polimer yang
lentur namun kuat.
Seringkali dalam pipa dijalankan dua atau lebih fluida yang berbeda, tetapi
masing-masing tidak diperbolehkan untuk saling bercampur, sehingga harus
disekat dengan baik. Penyekatan dapat dilakukan dengan bi-di pig, atau jenis pig
lain yang disebut sphere. Contoh sphere dapat dilihat dalam Gambar 2.2.

Gambar 2.3 Bentuk dasar pig


Sumber : Pipeline Pigging Products (2004) dan Pipeline oil and Gas Equipment,
Inc. (2010)

2.4 Alat peluncur dan Penerima Pig


Peluncuran dan penerimaan pig operasional, meskipun operasi “rutin”
untuk sebagian besar operator jaringan pipa, tidak datang tanpa masalah tersendiri
ketika berhadapan dengan jaringan pipa “aliran rendah”. [ CITATION Dou11 \l
1057 ]
Pertama-tama jika kita mempertimbangkan peluncuran pig, ada beberapa
masalah potensial yang mungkin terjadi jika prosedur yang benar tidak diikuti
yang mengarah ke "salah peluncuran", pig menjadi tersangkut di bagian atas
pipeline atau lebih buruk lagi pig rusak oleh katup isolasi peluncur selama transit
ke pipa. Hal ini dapat disebabkan oleh satu atau kombinasi faktor-faktor yang
berkontribusi:
• Tekanan diferensial yang tidak memadai dalam perangkap
10

• Kerusakan atau keausan yang signifikan ke disk penyegelan pig


(tidak diperhatikan pada saat memuat)
• Garis katup salah
• Aliran yang tidak memadai melalui peluncur

Selain itu, situasinya dapat membingungkan lebih lanjut jika pig signaller
(tidak selalu ada) tidak bekerja, yang dapat terjadi sehingga membuatnya sulit
bagi operator platform untuk mengkonfirmasi apakah pig telah meninggalkan
platform atau tidak seperti yang mungkin terjadi.Alat peluncur pig dirancang
untuk memasukkan pig dengan mudah, maka badan launcher yang dinasuki pig
diperbesar antara 10-15% dari diameter pipa. Badan pig trap sendiri terdiri dari:
1. Closure, berupa tutup yang menyerupai pintu berbentuk bulat
2. Barrel, adalah bagian pig trap yang membesar untuk menginisiasi
peluncuran pig di pig receiver dan akhir perjalanan pig di pig launcher.
Bagian ini dibuat membesar untuk memudahkan penanganan keluar-
masuknya pig. Secara kasar perbesaran barrel adalah sebagai berikut :
(a) Jalur pipa berdiameter kurang dari atau sama dengan 10 inci
perbesarannya 2 inci
(b) Jalur pipa berdiameter 12 sampai dengan 26 inci perbesarannya 4
inci
(c) Jalur pipa berdiameter lebih dari atau sama dengan 28 inci
perbesarannya 6 inci
3. Reducer, berupa corong yang menghubungkan bagian dengan
diameter sebesar pig trap dengan bagian yang berdiameter sama
dengan pipa utama. Bentuk reducer ada dua macam, yang pertama
berupa concentric reducer, yang kedua berupa acentric reducer. Pada
masa kini bentuk acentric reducer lebih disukai, karena jalannya pig
melalui reducer jenis ini lebih mulus (smooth) dan tidak menemui
hambatan berupa “grenjulan”.
4. Nominal bore section, merupakan bagian setelah reducer dan sebelum
pigging valve yang diameternya sama dengan diameter sistem
perpipaan utama.
5. Pigging line, merupakan bagian setelah pigging valve sampai
sambungan T-joint.
11

Ilustrasi bentuk pig trap seperti terlihat dalam Gambar 2.4 yang
diambil dari PPSA (2009) berikut ini.

Pigging
Reducer line
Closure Main
Barrel line
Nonimal Throttle
bore Valve
section

Kicker line

Throttl
e line

Gambar 2.4. Pig launcher


Sumber : PPSA (2009)
Pig launcher dilengkapi dengan berbagai aksesoris. Katub yang digunakan
untuk mengatur arah aliran ada 3 buah, yaitu :
1. Pigging valve, terletak antara pig trap dengan jalur pipa utama.
Valve ini dilewati pig saat meluncur, biasa disebut juga sebagai
isolation valve
2. Mainline valve, atau biasa juga disebut sebagai bypass atau throttle
valve berfungsi untuk mengalirkan fluida tanpa melalui pig trap.
Valve ini pada hakekatnya merupakan valve yang mengalirkan
fluida pada kondisi normal jika tidak sedang dilakukan proses
pigging.
3. Kicker valve, mengalirkan fluida ke arah “belakang” pig pada saat
pig berada di pig launcher serta di bagian “depan” pig pada saat
berada di pig receiver. Fungsi aliran melalui valve ini adalah untuk
menendang pig agar mulai berjalan di pig launcher, serta membuat
aliran sementara antara jalur pipa utama dengan jalur pipa
berikutnya dalam pig receiver. Dalam pig receiver, valve yang
menempati posisi ini biasa disebut juga sebagai bypass valve.
12

Operasi pigging terutama dilakukan untuk menjamin aliran dan integritas


pipa. Ini akan memastikan throughput maksimum dan meminimalkan korosi
dinding pipa internal dengan menghilangkan puing,aspal, bakteri pereduksi sulfat
(SRB) dan kotoran lain dari pipa. Saat ini di PMO, operasi pigging dilakukan per
waktu berdasarkan seperti yang dipersyaratkan oleh Rencana Manajemen Korosi
(CMP) saluran pipa. Selain pigging berbasis waktu, kegiatan pigging juga direvisi
menggunakan pendekatan heuristic dengan mengamati setiap perubahan dalam
operasi pipa.[ CITATION SZa14 \l 1057 ]

2.5 Olga Simulation


Pembuatan model di Lapangan “ESY” dilakukan dengan menggunakan
software Olga simulation. Olga adalah suatu simulator produksi yang dapat
digunakan dalam analisis hal-hal sebagai berikut [ CITATION LXi11 \l 1057 ]:
 Analisis pipeline & facilities.
 Analisis well performance .
 Analisis jaringan (networking).
 Production optimization.

2.5.1 Analisis Pipeline dan Facilities


Analisis pipeline & facilities merupakan suatu sistem analisa model
multifasa (multiphase flow model). Aplikasi dari analisis tersebut meliputi :
 Aliran multifasa di dalam pipa (Multiphase flow inflow lines and
pipelines).
 Tekanan dan temperature di tiap titik (pressure and temperature
profiles).
 Perhitungan heat transfer coefficients.
 Analisis flowline & equipment performance modeling.
 Modeling the sensitivity of a pipeline design.

2.5.2 Analisis Well Performance


Analisis Well Performance dilakukan dengan analisa sistem nodal (nodal
system analysis). Tipe aplikasi dari analisis ini adalah meliputi :
 Desain sumur.
 Optimasi sumur.
 Pemodelan ulah kerja alir sumur (well inflow performance).
13

 Horizontal well modeling (termasuk penentuan panjang optimum


komplesi).
 Aliran di dalam anulus dan tubing.
 Pemodelan sensitivitas desain sumur.
 Membandingkan data terukur di lapangan dengan data hasil simulasi.

2.5.3 Analisis Jaringan (Networking)


Analisis model jaringan meliputi beberapa hal yaitu :
 Penyelesaian algoritma yang unik untuk jaringan sumur di dalam
jaringan yang lebih besar.
 Multiple looped pipe line / flow line capability.
 Pemodelan ulah kerja sumur (well inc performance modeling
capabilities).

2.5.4 Optimasi Produksi


Optimasi produksi dapat dilakukan pada lapangan minyak dengan
artificial lifted system dengan memberikan batasan-batasan praktis pada sistem.
Optimasi produksi di sini meliputi:
 Menghubungkan dengan analisa-analisa sebelumnya.
 Memecahkan skenario multi-well commingled.
 Memberikan model produksi sumur.

2.5.5 Persiapan Data Lapangan


Langkah awal dalam melaksanakan simulasi produksi adalah persiapan
data lapangan yang akan disimulasikan. Proses pengumpulan dan pemilihan data
sangat penting guna keakuratan model yang dibuat, pemilihan metode-metode
dalam model dan akan semakin mendekati keadaan kenyataan di lapangan. Data-
data yang akan dimasukkan dalam simulasi yaitu data reservoir dan data sumur,
data pipa dan jaringan.
2.5.5.1 Data Reservoir dan Sumur
Data-data reservoir yang diperlukan adalah data fluida reservoir, data
batuan reservoir dan data kondisi reservoir. Ketersediaan data akan menentukan
metode-metode yang akan kita pakai dalam pembuatan model. Hasil analisa tes
sumur kita dapatkan komposisi fluida reservoir, PVT, kondisi reservoir (P dan T),
14

dan laju alir. Sedangkan data sumur yang diperlukan adalah data casing dan
tubing, data kondisi reservoir (tekanan dan temperature), data kedalaman sumur
dan perforasi.
2.5.5.2 Data Pipa dan Jaringan
Data pipa yang digunakan adalah data mulai dari kepala sumur sampai
Salespoint. Data yang di butuhkan adalah meliputi panjang pipa dan diameternya
serta data fasilitas produksi yang di gunakan meliputi data choke, separator dan
kompresor.
2.5.6 Pembuatan Model pada Olga Simulation
2.5.6.1 Pembuatan Model
Pembuatan model terdiri dari closed node, pressure node dan pipeline yang
membentuk satu gambaran analisis networking, seperti dibawah ini:

Gambar 2.12 Kondisi model olga simulation


2.5.6.2 Verify
Verify adalah proses pembuktian yang dilakukan setelah pembuatan model
sumur sehingga diperoleh nilai trend plot dan profile plot seperti gambar berikut:
15

Gambar 2.13 Kondisi model setelah dilakukan verify


2.5.6.3 Run Batch
Run batch adalah proses menjalankan model reservoir yang telah
disesuaikan dengan sejarah produksi. Langkah ini bertujuan untuk melihat
peforma laju alir yang dihasilkan oleh model terhadap grafik pada profile plot
maupun pada trend plot yang nantinya dapat ditentukan. Adapun model run batch
yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Gambar 2.14 Kondisi model setelah dilakukan run batch


2.5.6.4 Grafik Model
16

Setelah dilakukannya run batch, maka diperoleh hasil grafik pada profile
plot maupun pada trend plot, seperti grafik pressure, temperature dan hold-up :

Gambar 2.15 Grafik dari model pada profile plot


DAFTAR PUSTAKA

Approach, D. P. (2014). Siva Prasadarao Grandhe , Mahmoud El Alfy. Society of


Petroleum Engineers, 1-13.

Douglas Combe and David Hair, W. G. (2011). Problems with Operational Pigging
in Low Flow Oil Pipelines. Society of Petroleum Engineers .

L Xing, H. Y. (2011). Investigation of slug flow induced forces on pipe bends


applying STAR-OLGA coupling . BHR Group, 327-344.

Qiyu Huang, W. W. (2017). A Pigging Model for Wax Removal in Pipes. Society
of Petroleum Engineers, 1-7.

S. Zainal Abidin, A. N. (2014). Condition-Based Pigging for Pipeline Network.


Offshore Technology Conference , 1-5.

T. Tharmalingam, M. E.-S.-A. (2017). Keyless Pigging . Society of Petroleum


Engineer, 1-12.

Tiratsoo, J. (1992). Pipeline Pigging Technology 2nd Edition. UK: Gulf


Professional Publishing.

T. M. Irfansyah. B Widyoko, G Gunarwan, D Lopez., 2005, " Simulation Of


Multiphase Flows In Indonesian Pipelines: Comparison Of TACITE and
OLGA Results", TOTAL E&P, Indonesia.

17

Anda mungkin juga menyukai