Anda di halaman 1dari 89

ANALISIS PENERAPAN METODE 5S TERHADAP EFISIENSI

WAKTU KERJA PADA PROSES PEMBUATAN PINTU LIPAT


DI WORKSHOP EKA LAS

SIDANG

DISUSUN OLEH :
AGUNG ERNANDA PUTRA
NPM : 188150029

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MEDAN AREA
MEDAN
2023
i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Banyaknya usaha manufaktur di Indonesia, mulai dari kecil hingga besar,

menunjukkan pesatnya perkembangan industri di negara ini. Industri sanggar

perakitan yang meliputi sektor usaha lokal dan masyarakat juga mengalami

perkembangan yang sangat pesat seiring dengan perkembangan zaman di

Indonesia. Persaingan di dunia modern semakin ketat, kualitas dan produktivitas

waktu kerja merupakan dua variabel penting dalam mengimbangi kemajuan bisnis

dan memenangkan persaingan.

Dengan lima orang pekerja, Bengkel Eka Las membuat ayunan, pintu

lipat, pintu besi, kanopi, railing jendela, dan ayunan. Pada Workshop Eka las akan

dilakukan penelitian dengan menggunakan kelima produk tersebut dan prosedur

yang paling lama..

Tabel 1.1 Waktu Proses Produksi

No Nama Jumlah Waktu ( Hari )

1 Canopy 1 2

2 Pintu 1 2

3 Ayunan 1 3

4 Jerjak 1 2

5 Pintu lipat 1 4

6 Rak Besi 1 1

Sumber Workshop Eka Las 2023

1
Dari tabel di atas terlihat bahwa waktu pengerjaan yang paling lama untuk

salah satu jenis barang di studio Eka Las adalah pintu runtuh, oleh karena itu

pencipta mengarahkan penelitian bagaimana cara paling umum untuk membuat

pintu runtuh tidak memakan banyak waktu. menghabiskan sebagian besar hari

dengan menjelajahi berbagai jenis latihan yang telah diselesaikan. Eka Las Studio

Sebagai organisasi yang bergerak di bidang perakitan pintu runtuh juga

menghadapi kesulitan serupa. Oleh karena itu, efisiensi waktu kerja di Eka Las

Studio merupakan faktor penting dalam memenuhi kebutuhan klien dan menjaga

keseriusan dalam mencari.

Proses pembuatan pintu runtuh di Studio Eka Las ini memakan waktu yang cukup

lama, mulai dari pemotongan, pembentukan, pemboran, hingga pengumpulan.

Permasalahan lainnya adalah lokasi lokasi produksi mempersulit penyimpanan

alat dan bahan produksi. Karena lokasi penyimpanan alat produksi jauh sehingga

memerlukan waktu yang lama sehingga menambah standar waktu produksi

dengan jumlah yang sedikit. Selain itu, tempat kerja yang layak termasuk

kenyamanan dan keamanan juga mempengaruhi kinerja administrator. Waktu

yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu pintu masuk yang runtuh dapat

mempengaruhi kualitas dan musim pengangkutan barang tersebut. Oleh karena

itu, Eka Las Studio perlu berupaya untuk meningkatkan produktivitas waktu kerja

pada proses fabrikasi pintu ambles tersebut, sehingga dapat menghasilkan produk

unggulan dengan waktu angkut yang ideal.

Salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas waktu kerja di Eka Las Studio

adalah dengan menerapkan strategi 5S. Teknik 5S dikenal membantu organisasi

2
meningkatkan efisiensi waktu kerja, mengurangi biaya produksi, meningkatkan

efisiensi, dan lebih meningkatkan kualitas produk. (Rahman, 2013)

Namun demikian, masih belum adanya pemahaman mengenai pemanfaatan teknik

5S terhadap produktivitas waktu kerja pada proses fabrikasi pintu ambruk di

studio Eka Las. Oleh karena itu, eksplorasi ini akan tuntas untuk membedah

dampak penerapan strategi 5S terhadap efektivitas waktu kerja pada proses

produksi ambruknya entryway di studio Eka Las. Penelitian ini diharapkan dapat

menjadi bahan referensi bagi pelaku usaha lain yang tertarik untuk menerapkan

metode 5S dalam proses produksinya dan juga bermanfaat bagi Bengkel Eka Las

dalam hal peningkatan kualitas produk dan efisiensi waktu kerja.

1.2 Perincian Masalah

Berdasarkan landasan di atas, maka rencana permasalahan dalam eksplorasi ini

adalah sebagai berikut:

1. Dalam pembuatan pintu lipat di bengkel Eka Las, bagaimana jam kerja

dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut?

2. Bagaimana pemanfaatan teknik 5S dapat meningkatkan efisiensi waktu kerja

selama pembuatan pintu runtuh di studio Eka Las?

1.3 Hambatan Masalah

Agar cakupan permasalahannya tidak terlalu luas, maka sedapat mungkin

permasalahannya:

1. Eksplorasi hanya menyoroti penguraian penggunaan strategi 5S terhadap

efektivitas waktu kerja pada proses produksi pintu runtuh di studio Eka Las.

3
2. Penelitian ini hanya melihat produktivitas waktu kerja pada proses fabrikasi

pintu runtuh, belum membicarakan efektifitas waktu pada proses produksi lainnya

di studio Eka Las.

1.4 Target Eksplorasi

Sasaran eksplorasi ini adalah:

1. mengkaji bagaimana metode 5S membantu mengurangi waktu yang dihabiskan

untuk mengerjakan pintu lipat di bengkel Eka Las.

2. membandingkan efektivitas waktu kerja sebelum dan sesudah penerapan

pendekatan 5S dalam pengelolaan bengkel Eka Las.

1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

sejumlah pihak yang berkepentingan, antara lain:

1. Memberikan informasi berharga kepada pimpinan studio dan organisasi

perakitan lainnya mengenai pentingnya penerapan teknik 5S dalam meningkatkan

produktivitas waktu kerja dalam siklus produksi.

2. Membuat usulan kepada pengelola studio dan organisasi perakitan lainnya

untuk meningkatkan produktivitas waktu kerja dalam siklus pembuatan.

1.5 Sistematika Penyusunan

Direkam sebagai hard copy tugas terakhir ini, penulisan yang efisien disusun

sebagai berikut:

4
BAB I PENDAHULUAN Latar belakang diangkatnya peneliti ini dipaparkan

dalam pendahuluan, permasalahan yang akan diangkat, keterbatasannya, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulis.

Tinjauan pustaka pada Bab II memberikan sinopsis temuan penelitian terdahulu

yang relevan dengan penelitian saat ini. Selain itu juga memuat ide-ide dan

standar-standar mendasar yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan

penelitian, premis hipotetis yang menjunjung tinggi pemeriksaan yang akan

diselesaikan dalam eksplorasi.

Bagian III Strategi Eksplorasi

Bagian ini memuat bahan, alat, strategi penelitian dan informasi apa saja yang

akan digunakan dalam mempertimbangkan dan mengkaji sesuai diagram alur

yang telah dibuat.

Bagian IVIInformasi Assortment DAN Penanganannya

Berisi gambaran informasi apa saja yang disampaikan pada saat pemeriksaan yang

kemudian ditangani dengan teknik yang telah ditentukan.

Bagian V Percakapan

Berbicara mengenai konsekuensi eksplorasi yang dilakukan selama penanganan

informasi sehingga kemudian dapat melahirkan tujuan dan gagasan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN menyajikan rekomendasi dan kesimpulan

yang diambil dari pembahasan hasil penelitian. Selain itu, agar penelitian ini dapat

berlanjut, saran atau masukan tambahan harus diberikan kepada peneliti dan

peneliti selanjutnya.

5
DAFTAR PUSTAKA Sumber yang digunakan dalam penelitian ini dicantumkan

dalam daftar pustaka, baik yang diambil dari buku, jurnal, maupun kutipan online.

LAMPIRAN Lampiran memuat semua perlengkapan dan barang-barang lain yang

diperlukan untuk menunjang uraian penelitian.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Ergonomi

Ergonomi, juga disebut perancangan manusia atau variabel manusia, adalah

penyelidikan komunikasi antara manusia dan komponen dalam kerangka kerja,

termasuk perangkat keras, format lingkungan kerja, dan sistem kerja. Tujuan

utama ergonomi adalah untuk menciptakan tempat kerja yang meningkatkan

kenyamanan, efisiensi, dan keamanan manusia.

Tujuan utama ergonomi adalah untuk memajukan pelaksanaan dan kesejahteraan

manusia dalam pekerjaannya. Sehubungan dengan tempat kerja, ergonomi

berencana untuk:

1. Mengurangi risiko cedera

Ergonomi mengenali dan mengurangi kemungkinan terjadinya luka kerja, seperti

luka punggung, luka akibat kerja keras, dan luka akibat sikap yang tidak

menguntungkan.

2. Meningkatkan efisiensi

Dengan membuat peralatan, desain dan cara kerja yang ergonomis, pekerja dapat

bekerja lebih efisien dan untung. Hal ini dapat membawa hasil dan kemahiran

yang lebih luas.

3. Meningkatkan kualitas produk Ergonomi juga memainkan peranan penting

dalam memastikan kualitas produk yang lebih tinggi. Pekerja yang bekerja dengan

mudah dan tanpa tekanan akan sering melakukan lebih sedikit kesalahan,

sehingga semakin meningkatkan kualitas barang.

7
Dalam industri, ergonomi penting untuk menjamin bahwa para spesialis dapat

melakukan tugasnya secara produktif, tenang dan aman. Karakteristik ergonomis

yang tidak seimbang dapat menyebabkan hilangnya kehadiran spesialis, bahaya

cedera, dan penurunan efisiensi, yang semuanya dapat mempengaruhi

pelaksanaan organisasi.

Gangguan di tempat kerja, waktu terbuang, dan waktu yang dihabiskan untuk

aktivitas produktif semuanya dapat dikurangi melalui desain ergonomis.

Lingkungan kerja yang ergonomis membantu pekerja untuk bekerja lebih baik dan

cepat sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas waktu kerja.

2.2 Manufaktur Manus factus, yang berarti “dibuat dengan tangan,” adalah kata

Latin untuk manufaktur. Sedangkan manufaktur pertama kali digunakan pada

tahun 1576, dan manufaktur digunakan pada tahun 1683. Dalam arti luas,

manufaktur mengacu pada transformasi bahan mentah menjadi suatu produk.

Desain produk, pemilihan bahan, dan tiga tahap proses pembuatan merupakan

bagian dari transformasi bahan mentah menjadi produk jadi. Supriyanto, 2020)

Meskipun karakteristik masing-masing jurusan teknik manufaktur di setiap

universitas berbeda-beda, namun selalu ada bagian yang sama. Ilmu desain

fabrikasi selalu didasarkan pada proses pembuatan barang jadi yang mencakup

berbagai latihan dan sumber daya seperti yang digambarkan sebelumnya. Jika

dicermati, bidang desain perakitan sebenarnya merupakan kolaborasi (perpaduan

pendukung) dari divisi desain mekanik dan desain modern. Dari perancangan

mekanik ilmu-ilmu yang berkaitan dengan perencanaan barang dan konfigurasi

proses perakitan dianut, sedangkan dari perancangan modern ilmu-ilmu yang

8
berhubungan dengan kerangka kerja diambil alih oleh para eksekutif di bidang

perakitan (industri yang memproduksi barang-barang jadi). (Supriyanto, 2020)

Semua artikel yang kami alami dibuat melalui siklus berbeda yang disebut

produksi. Selain hasil akhir tersebut, fabrikasi juga mencakup kegiatan dimana

barang yang dibuat digunakan untuk membuat barang. Barang-barang ini adalah

mesin yang digunakan untuk membuat berbagai jenis barang. Misalnya, mesin

press untuk membuat pelat lembaran menjadi badan kendaraan, mesin untuk

membuat suku cadang, atau mesin jahit untuk mengantarkan pakaian.

2.3 Peningkatan Strategi Kerja (Techniques Improvement)

Strategi kerja yang dikembangkan lebih lanjut merupakan interaksi dimana

pekerjaan diperiksa untuk meningkatkan efisiensi kerja. Analisis metode

digunakan untuk mengidentifikasi metode-metode yang sedang digunakan,

kemudian dirancang dan dilaksanakan metode kerja yang lebih efektif dan efisien

dengan tujuan akhir untuk mengurangi waktu penyelesaian. Agustin dan

Purnomo, 2013)

Pemeriksaan strategi kerja ditujukan untuk melihat standar dan prosedur teknik

kerja yang ideal dalam suatu kerangka kerja. Sistem kerja adalah suatu sistem

yang didalamnya lingkungan kerja fisik, pekerja manusia, mesin, dan material

semuanya akan berinteraksi. Hal ini digambarkan secara skematis pada Gambar

2.1. Memperbaiki metode kerja adalah proses menganalisis pekerjaan untuk

meningkatkan produktivitas dalam bekerja. Analisis metode digunakan untuk

mengidentifikasi metode-metode yang sedang digunakan, kemudian metode kerja

yang lebih efektif dan efisien dirancang dan dilaksanakan dengan tujuan akhir

9
untuk mengurangi waktu penyelesaian.

Gambar 2.1 Langkah-langkah dalam Analisis Metode Kerja

Melihat gambar di atas, maka dapat dimaklumi bahwa dalam pengertian

dalam ujian teknik kerja terdapat empat macam bagian kerangka kerja yang harus

diperhatikan untuk mendapatkan strategi pekerjaan yang layak, antara lain:

1. Bagian material

Petunjuk langkah demi langkah untuk menempatkan bahan dan penataannya

mengingat jenis bahan yang tidak sulit untuk diproses, dll. Dalam hal ini bahan

yang dimaksud adalah bahan utama dan bahan baku, bahan perbekalan

(komponen, suku cadang, dll.) , barang jadi, sampah, dan lain-lain

2. Faktor Manusia: Bagaimanakah posisi terbaik bagi pekerja selama proses

kerja berlangsung agar dapat memindahkan pekerjaan secara efisien dan efektif?

3. Komponen-komponen mesin Bagaimana desain mesin dan peralatan kerja

lainnya, dan apakah memenuhi prinsip ergonomis atau tidak?

4. Bagian dari tempat kerja sebenarnya

10
Bagaimana keadaan tempat kerja sebenarnya di mana tugas-tugas pekerjaan

diselesaikan, terlepas dari apakah dirasakan cukup terlindungi dan menyenangkan.

Dari gambaran di atas, dapat diduga bahwa pokok-pokok atau sasaran pokok

penyelidikan teknik kerja antara lain:

1. Kerjakan metodologi interaksi dan eksekusi untuk menyelesaikan suatu

tugas.

2. perbaikan dalam cara penggunaan bahan, mesin, dan manusia, serta

penghematan.

3. perbaikan tata ruang area kerja agar nyaman dan aman dalam bekerja.

4. Penggunaan tenaga manusia dalam bekerja.

Gambar 2.2 menunjukkan faktor-faktor penciptaan yang harus dipikirkan

ketika memeriksa suatu teknik kerja dengan tujuan utama untuk menemukan

aturan-aturan kerja yang tidak terlalu rumit.

Gambar 2.2 Interaksi Factor-Faktor Produksi Dalam Analisis Metode Kerja

Penelitian strategi kerja merupakan penyelidikan tentang bagaimana

mengkoordinasikan bagian-bagian teknik kerja sedemikian rupa sehingga

menghasilkan teknik-teknik kerja pilihan yang tepat dan baik. Bagian-bagian dari

11
proses kerja dikoordinasikan dan disatukan dalam cetak biru yang adil, sehingga

dapat meningkatkan kelangsungan dan kemampuan kerja yang luar biasa.

(Kurniawati, 2019) Sebelum menyimpulkan apakah latihan ujian strategi kerja itu

penting, perlu dilakukan pertimbangan berikut: Apakah ada kemungkinan

keuntungan finansial dari menyelesaikan tindakan ini pada akhirnya?

2. Apakah keahlian teknis cukup untuk memberikan konteks pada proses

kerja yang dianalisis?

3. Apakah tidak ada reaksi yang menyedihkan terhadap pelaksanaan

praktik penilaian prosedur dari para pekerja?

2.4 Penilaian Waktu Kerja

Penilaian waktu kerja dalam pengertian umum adalah suatu usaha untuk

menyimpulkan waktu yang diharapkan oleh kepala untuk menyelesaikan

pekerjaan. Penilaian waktu kerja dilakukan untuk mengetahui atau mendapatkan

waktu baku atau waktu baku dalam siklus pembuatan. Menurut Al Faruqi (2015),

waktu standar adalah jumlah waktu yang biasanya diharapkan oleh seorang

spesialis untuk menyelesaikan suatu tugas. Sepanjang hari kerja normal, terdapat

waktu tidak aktif yang diperoleh dengan mempertimbangkan kondisi, kondisi, dan

unsur lingkungan dari pekerjaan tersebut. pekerja. Rencana kerja yang merinci

durasi setiap kegiatan, jumlah output, dan jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan tugas dapat dibuat dengan menggunakan waktu standar (Al Faruqi,

2015).

1. Mencari tahu asosiasi yang menjadi sasaran objek penyelidikan

12
2. Tentukan jumlah siklus atau pengujian yang diharapkan. Ukur waktu

dan catat waktu pelaksanaan bagian-bagian pekerjaan, dan simpulkan faktor

perubahan yang ditunjukkan ketua selama penyelesaian setiap bagian pekerjaan.

4. Verifikasi bahwa data sudah memadai dan konsisten sesuai dengan

langkah pencatatan waktu untuk elemen pekerjaan.

5. Tetapkan kesempatan berhenti untuk memberikan keserbagunaan.

Waktu luang diberikan untuk mengurus kebutuhan pribadi, kelelahan,

keterlambatan materi, dan masalah lainnya.

6. Tentukan durasi proses run of the mill 7. Cari tahu waktu umum untuk

setiap bagian. Standar waktu kerja dengan faktor perubahan (change factor)

merupakan salah satu hasil yang diperoleh.

8. Tentukan waktu standar. Penghitungan waktu baku ini

mempertimbangkan unsur manusia, misalnya kebutuhan individu, waktu kerja

yang terpakai, dan kelelahan kerja yang menjadi penyelesaian bagi para eksekutif.

Waktu tipikal absolut sistem kerja dapat ditentukan dengan menambahkan

peluang biasa pada setiap bagian.

2.5 Kemampuan dan Kesesuaian

Kapabilitas merupakan pemikiran kritis dalam organisasi yang merupakan

salah satu fiksasi dalam upaya menghadapi unjuk afiliasi. Ide ini terkait dengan

cara ideal pemanfaatan sumber daya yang dapat diakses untuk mencapai tujuan

organisasi atau otoritatif. Dengan tujuan untuk menciptakan tenaga kerja dan

13
produk berkualitas dengan biaya serendah mungkin, kemahiran menjadi semakin

penting seiring dengan kemajuan inovasi dan persaingan yang semakin ketat.

Dalam bukunya “Activities The Executive,” William J. Stevenson

mengatakan bahwa efektivitas dapat diperkirakan dengan membandingkan jumlah

sumber daya yang digunakan dan hasil yang dicapai. Efisiensi suatu siklus dapat

diukur dari seberapa sedikit sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan

hasil yang sebanding atau lebih baik.

Untuk mencapai kemampuan dalam suatu afiliasi, para pemimpin harus

memperhatikan beberapa hal, misalnya mengenali sumber daya yang digunakan,

memisahkan siklus yang ada, dan mencari pendekatan untuk memperluas

kelangsungan hidup di setiap tahap kerjasama. Menggunakan teknologi yang tepat

dan mengelola situasi yang tepat juga dapat membantu Anda menjadi lebih baik.

Bagaimanapun, kecukupan juga harus mengimbangi produktivitas.

Seberapa besar individu atau asosiasi dapat mencapai target yang dinyatakan

disebut sebagai kelayakan. Sebuah afiliasi yang kuat dalam mengelola sumber

daya, namun tidak mampu mencapai tujuan, tidak akan mencapai kemajuan dalam

jangka panjang. Sebaliknya, afiliasi yang meyakinkan dalam mencapai target

namun tidak efisien dalam menggunakan sumber daya dapat mengalami bencana

besar.

Tidak lama lagi, dewan harus mencari kesesuaian antara kemampuan dan

kepraktisan untuk mencapai tujuan terbaik. Meskipun aset harus berhasil dilunasi,

target asosiasi harus tetap menjadi perhatian utama.

14
Oleh karena itu, kapabilitas merupakan pemikiran besar dalam organisasi,

yang mencakup penggunaan sumber daya sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan

yang sah. Namun, organisasi harus mencapai keseimbangan antara efisiensi dan

efektivitas untuk mencapai kesuksesan jangka panjang.

2.6 Kata 5S dalam bahasa Indonesia adalah 5R yang artinya ringan, licin,

bersih, serba siap, tak kenal lelah. Devani (2016) menegaskan bahwa agar industri

menjadi kelas dunia, ia meyakini bahwa 5S merupakan landasan fundamental

untuk meningkatkan produktivitas dan kemampuan bersaing. 5R merupakan

kondisi tempat kerja yang siap industri dan siap digunakan serta dikembangkan.

Ide 5S seperti yang diutarakan Sitorus pada tahun 2021 merupakan sebuah

strategi untuk secara konsisten bekerja pada lingkungan kerja menuju keadaan

yang disukai selama beberapa waktu terakhir. makan. Target pasti 5 detik adalah

meningkatkan kreasi. Dalam dunia bisnis, penggunaan angka lima bertujuan

untuk menghilangkan pemborosan. Pemborosan ini harus dikurangi karena dapat

menimbulkan biaya yang mengurangi keuntungan suatu organisasi.

Arti akronim "5S" mengacu pada jenis pertumbuhan yang dihasilkan dari

kepercayaan diri untuk mematuhi keputusan yang diambil di tempat kerja,

mengatur, merapikan, menjaga kondisi stabil, dan mempertahankan

kecenderungan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan yang unggul.

Berdasarkan definisi di atas, secara umum diasumsikan bahwa 5S/5R adalah suatu

metode dengan desain atau tahapan yang tepat untuk menciptakan lingkungan

kerja yang aman, nyaman, dan tenteram serta mengurangi produk cacat, sehingga

meningkatkan kepuasan pelanggan dan meningkatkan efisiensi..

15
2.6.1 Tujuan 5S Menurut Rahman (2013), Tujuan 5S Keamanan

Penyortiran dan pengaturan adalah karakteristik utama yang sering diamati

di seluruh organisasi. Sistem penataan dan produk juga akan

mempengaruhi kesejahteraan orang-orang di sekitar Anda

2. Lingkungan kerja yang bersih

Rencana permainan dari beberapa hal kecil yang dianggap tidak penting

dan kemudian berdampak pada kondisi iklim secara umum. Oleh karena

itu, harus ditata dengan baik sesuai dengan prinsip-prinsip tertentu.

3. Produktivitas

Menyusun dan menyusunnya akan sangat membantu bagi seseorang yang

memiliki kenangan indah. dengan cara ini mengingat teknik 5S untuk

setiap jadwal adalah penting.

4. Kualitas

Salah satu tanda hasil kerja adalah sifat hasil ciptaannya. Peralatan atau

perkakas yang digunakan selama pekerjaan akan berdampak pada kualitas

produk akhir 5. Monday Morning Syndrome adalah istilah yang digunakan

untuk menggambarkan kemacetan di beberapa fasilitas manufaktur atau

perakitan. Gangguan ini menyiratkan suatu kondisi di mana administrator

gagal mengingat apa yang harus dilakukan setelah pergi berlibur.

2.6.2 Signifikansi dan Kegunaan 5S

5S adalah suatu perkembangan latihan yang terdiri dari lima langkah

tindakan berkelanjutan. Oleh karena itu, tentunya perlu adanya penjelasan

pada setiap langkahnya agar 5S benar-benar menjadi sebuah konsep

konkrit yang lebih mudah dipahami. 5S adalah lima langkah menuju

16
pembuatan dan pemeliharaan lingkungan kerja, yang terbentuk dari upaya

besar dalam siklus penciptaan. Lima langkah menjaga tempat kerja disebut

dengan 5R (pendek, rapi, bersih, hati-hati, dan rajin) dalam bahasa

Indonesia yang diterjemahkan oleh Nugraha (2015):

1. Seiri, pisahkan antara yang penting dan tidak wajib di ruang kerja dan

buang yang tidak wajib. Ciptakan lingkungan kerja yang konservatif,

hanya berisi hal-hal penting saja.

Gerakan menuju do seiri (Arif, 2018):

A. Perhatikan baik-baik perlengkapan di setiap ruang kerja.

B. Kelompokkan klasifikasi peralatan bekas dan tidak terpakai.

C. Beri nama merah pada benda yang tidak terpakai atau benda NG

(Buruk).

D. Menyiapkan lokasi penyimpanan, pembuangan, atau pemusnahan

barang NG (Tidak Baik) atau barang yang tidak diperlukan.

e. Memindahkan barang dagangan bernama produk merah atau NG (Not

F. Bagus) ke tempat yang telah ditentukan.

2. Seiton. Agar siap digunakan saat dibutuhkan, segala sesuatunya harus

berada di tempat yang tepat.

Cara yang Harus Diikuti (Arif, 2018):

A. Rencanakan strategi dengan menetapkan perlengkapan dasar, sehingga

tidak sulit untuk dilacak saat diperlukan.

B. Menyediakan peralatan yang diperlukan sesuai dengan kebijakan

perusahaan dan di lokasi yang ditentukan.

17
C. Beri nama atau ID agar lebih mudah saat digunakan maupun saat

dikembalikan ke tempatnya semula.

3. Seiso, Menciptakan kondisi lingkungan kerja dan ruang kerja yang

bersih. Pembersihan harus dipandang sebagai bentuk inspeksi, bukan

sekadar pembersihan. Pembersihan adalah suatu proses yang berusaha

menjaga setiap mesin atau peralatan dengan baik karena memiliki

persyaratan dan kemampuan yang unik.

Gerakan menuju do Seiso (Arif, 2018):

A. Sediakan alat untuk membersihkan, seperti sapu, pengki, kain pel, dan

lain sebagainya.

B. Membersihkan ruang kerja, seperti merencanakan piket saat melakukan

pekerjaan.

C. Menyegarkan dan menjaga area kerja.

4. Seiketsu: Teruslah berlatih tiga langkah sebelumnya dan komunikasikan

gagasan pembersihan kepada diri Anda sendiri. Selalu berusaha menjaga

segala sesuatunya dalam kondisi baik dengan mengikuti aturan. Seiketsu

bertujuan agar setiap orang dapat menerapkan prinsip ketoga sebelumnya

secara konsisten. Pelaksanaan tahap seiketsu ini akan menjamin bahwa

iklim selalu terjaga.

Prosedur Seiketsu (Arif, 2018):

A. Menjelaskan prinsip-prinsip kerapian, posisi dan tindakan ruang kerja.

B. Menerangi setiap administrator yang bekerja di ruang kerja.

18
5. Shitsuke, menumbuhkan disiplin diri dan terbiasa menerapkan 5S

melalui standardisasi dan norma kerja. Penekanannya adalah menciptakan

lingkungan kerja dengan rutinitas dan perilaku positif.

Langkah Shitsuke (Arif, 2018):

A. Penargetan secara kolektif

B. Mengikuti jejak mereka atau menirunya.

C. Menerangi atau berbicara satu sama lain di ruang kerja. D. Belajar pintu

terbuka.

19
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Workshop Eka Las di Desa Klumpang Kebun, Kecamatan Hamparan

Perak, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, menjadi latar penelitian ini.

Sejak didirikan pada tahun 2015, perusahaan ini telah mengalami keberhasilan

dan kegagalan. Ujian dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2023

3.2 Macam Eksplorasi

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ilustratif kuantitatif yang

dilakukan di lapangan dan gambaran secara langsung pada tempat yang akan

diteliti. Investigasi kuantitatif digunakan untuk memastikan waktu proses

pembuatan dan komponen pekerjaan.

Untuk memperoleh hasil yang efisien dari segi waktu, penelitian ini juga

menggunakan pendekatan deskriptif.

3.3 Variabel Penelitian Istilah "variabel penelitian" mengacu pada segala

sesuatu yang dipilih peneliti untuk diselidiki guna mengumpulkan data dan

sampai pada kesimpulan. Berikut subkategori variabel penelitian berdasarkan

hubungannya satu sama lain:

1. Variabel bawahan (variabel bawahan)

Variabel dependen (variabel bawahan) sering disebut sebagai variabel

hasil, standar, dan selanjutnya. Variabel dependen adalah variabel yang terkena

dampak atau akibat dari adanya faktor bebas. Variabel terikat penelitian ini adalah

sebagai berikut: Efektivitas Waktu.

20
2. Faktor bebas (faktor otonom)

Faktor bebas (faktor otonom) sering disinggung sebagai pendorong,

indikator, prekursor. Menurut Fathimahhayati dkk, variabel bebas adalah variabel

yang mempengaruhi atau menjadi penyebab berubahnya atau munculnya variabel

terikat. 2019).

3.4 Sistem Penalaran

Mengingat pemahaman gagasan keterkaitan antar faktor pada gagasan

teknik 5S, maka keterkaitan antar unsur atau faktor yang dibentuk menjadi sistem

figur eksplorasi dapat diatur seperti pada Gambar 3.1. yang menyertainya:

Waktu

Jarak Efisiensi
Metode 5S
Waktu

Kondisi
Lingkungan Kerja

Gambar 3.1 Kerangka Berfikir

Faktor-faktor dalam pemeriksaan ini adalah:

A. Waktu: waktu penanganan untuk setiap stasiun kerja sangat

memengaruhi kecepatan pembuatan.

B. Jarak: jarak antar stasiun berdampak pada kemajuan siklus penciptaan

aliran material

21
C. Kondisi iklim kerja: Proses produksi akan dipengaruhi oleh kondisi di

setiap stasiun. D. Efisiensi waktu: upaya mencari cara terbaik dalam bekerja agar

pekerjaan terasa lebih ringan, berjalan lebih cepat, dan tetap membuahkan hasil.

Dalam struktur penalaran ini, hal-hal yang mengatasi dampak kemahiran

waktu adalah waktu, jarak, kondisi tempat kerja. Hal-hal tersebut dimanfaatkan

untuk lebih meningkatkan produktivitas waktu, mengingat di masa lalu studio hal-

hal tersebut belum terlaksana sesuai harapan.

3.5 Pemeriksaan Informasi

Untuk mengatasi permasalahan tersebut pada postulat ini digunakan teknik

5 S yang diawali dengan:

1. Jelaskan masalahnya

Dalam memutuskan suatu permasalahan, pemeriksaan dilakukan dengan

memisahkan informasi yang ada dari beberapa sudut pandang.

2. Tinjauan lapangan

Spesialis memimpin survei terhadap organisasi tempat pemeriksaan

dipimpin dan memperhatikannya sesuai dengan target yang telah dibuat.

3. Studi menulis

Para ilmuwan mengarahkan penelitian penulisan dari berbagai buku harian

dan buku yang berkaitan dengan isu-isu yang terlihat dalam organisasi.

4. Pengumpulan data terdiri dari kegiatan sebagai berikut:

A. Persepsi langsung, menyebutkan fakta obyektif langsung di Sanggar.

22
B. Wawancara, bertemu dengan berbagai pihak terkait

C. Ringkaslah informasi tentang isu-isu yang berkaitan dengan penelitian.

5. Penanganan informasi

Informasi yang dikumpulkan ditangani dengan menggunakan strategi 5S

6. Ujian dan berpikir kritis

Dampak lanjutan dari penanganan informasi seperti komputasi akan

dipecah, pemikiran kritis akan selesai, kemudian pada saat itulah usulan

pengembangan akan diberikan.

7. Langkah terakhir adalah membuat kesimpulan dari temuan penelitian.

3.6 Strategi Pengumpulan Informasi

Strategi pengumpulan informasi dilakukan untuk memudahkan penulis

memperoleh informasi yang substansial dan solid. Dalam eksplorasi ini dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

1. Wawancara

Strategi ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara langsung

kepada Administrator dan pekerja di Studio Eka las.

2. Persepsi

Memimpin persepsi langsung di bidang objek eksplorasi yang terletak di

Klumpang Kebun Kota, Daerah Hamparan Perak, Pertokoan Serdang Rule,

Sumatera Utara

3. Studi Menulis

23
Pengumpulan informasi dengan memusatkan perhatian pada penulisan

buku, laporan dan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan akhir-akhir ini

dihubungkan dengan teknik 5S

3.7 Sumber Informasi

Sumber informasi yang diperoleh dalam eksplorasi ini terdiri dari:

1. Informasi penting

Informasi penting adalah data atau informasi unik yang dikumpulkan dan

dihubungkan dengan hal yang ingin diperhatikan. Kumpulkan informasi penting

melalui persepsi langsung dan pimpin wawancara dengan organisasi untuk

memperoleh informasi yang diharapkan. Instrumen pengumpulan informasi

adalah wawancara. Informasi yang dibutuhkan adalah informasi jam siklus

penciptaan, kondisi iklim kerja, pengambilan dokumentasi berupa foto keadaan

ruang kerja interaksi penciptaan.

2. Informasi Tambahan

Informasi tambahan adalah informasi yang diperoleh melalui implikasi

yang umumnya berupa laporan, dokumen, kronik atau catatan organisasi.

Informasi ini diperoleh melalui dokumentasi organisasi, tulisan dan buku bacaan

lain yang berhubungan dengan eksplorasi. Struktur organisasi perusahaan, data

bahan dan proses produksi, sejarah, ruang lingkup bisnis, struktur organisasi, serta

nama dan spesifikasi peralatan merupakan data sekunder.,

24
3.8 Blok Diagram Metodologi Penelitian

Gambar 3.2 Blok Diagram Metodologi Penelitian

25
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Kondisi Lingkungan Kerja Sebelum Implementasi 5S

Pengukuran, pemotongan, pengelasan, perakitan, penghalusan, dan

pengecatan akhir merupakan area dimana 5S akan digunakan. Karena pada bagian

siklus ini masih banyak alat dan bahan yang masih belum terkoordinasi dan

tersebar secara efektif, hal ini dapat menyebabkan berkurangnya kemahiran

karena dalam melakukan pekerjaan ini pekerja menghabiskan sebagian besar

waktunya sehingga terjadi kesia-siaan. dan ahli perlu mencari alat dan bahan

terlebih dahulu karena bahan dan alat tersebut tidak efisien. Hal-hal yang

diperlukan sebelum penerapan 5S digambarkan pada gambar di bawah ini:

4.1.1 Estimasi

Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan pintu runtuh adalah besi.

Siklus utama dalam membuat pintu runtuh adalah memperkirakan besi sesuai

contoh ideal sebelum memasuki proses pemotongan selanjutnya. Gambar 4.1

merupakan wilayah estimasi sebelum pelaksanaan 5S. Alat penduga tersebut

umumnya ditempatkan di tumpukan besi penduga sehingga pada saat

memperkirakan jalan masuk Runtuh menghabiskan sebagian besar waktu seharian

untuk melacak pintu masuk pusat perbelanjaan yang runtuh. Wilayah dimana 5S

dilaksanakan dalam latihan perbandingan adalah wilayah estimasi.

26
Gambar 4.1 Pengukuran sebelum implementasi 5S

Sumber : Eka Las 2023

4.1.2 Pemotongan

Langkah kedua dalam membuat pintu masuk jatuh adalah memotong

setrika. Cara yang paling umum untuk mencari besi sesuai ukuran yang ideal

membutuhkan waktu yang lama karena besi yang harus diiris terkesan masih

bertumpuk dan tidak sesuai ketebalannya. Jika dibangun untuk tumpang tindih

dengan jalan masuk, hal ini mungkin berdampak..

Gambar 4.2 Pemotongan sebelum implementasi 5S

Sumber : Eka Las 2023

4.1.3 Pengelasan

Banyaknya alat tambahan yang menghambat proses pengelasan selama proses


berlangsung. Area pengelasan setara dengan area pemotongan, sehingga terdapat
banyak sekali material sisa yang tersebar sehingga kesalahan pengelasan pada logam
yang diperkirakan sering terjadi dan dapat mempengaruhi waktu penanganan.

27
Gambar 4.3 Pengelasan sebelum implementasi 5S

Sumber : Eka Las 2023

4.1.4 Penghalusan

Tahap selanjutnya smoothing artinya menghaluskan sisa lasan dengan

menggunakan tanah liat agar lebih rapi dan halus. Pada tahap penghalusan masih

banyak alat-alat penghalus, misalnya alat amplas dan tanah liat yang saat ini

belum banyak digunakan sehingga memerlukan investasi untuk memilih alat-alat

yang baru dan terlibat dalam sistem penghalusan..

Gambar 4.4 Penghalusan sebelum implementasi 5S

Sumber : Eka Las 2023

4.1.5 Pengecatan

Siklus kanvas dalam membuat pintu masuk yang runtuh tidaklah efisien

dan boros. Bahan dan perangkat yang dibutuhkan untuk pengecatan mungkin saja

tertukar atau tersebar di seluruh ruang kerja. Cat yang dibutuhkan disimpan di

28
tempat yang sulit dijangkau atau tercampur dengan benda lain. Tanpa desain yang

terkoordinasi, pekerja mungkin perlu mencari dan merakit bahan dan perangkat

dasar untuk setiap posisi pengecatan. Hal ini berpotensi membuang waktu dan

mengurangi efektivitas proses..

Gambar 4.5 Pengecatan sebelum implementasi 5S

Sumber : Eka Las 2023

4.2 Pengumpulan Data

Informasi mengenai waktu siklus pembuatan pintu ambles diperoleh dari

persepsi sebelum dilakukan pengembangan strategi kerja lebih lanjut. Stopwatch

digunakan untuk mencatat informasi ini dalam menit per unit. Informasi hasil

estimasi seharusnya dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Proses Produksi

No Proses
1 Pengukuran

2 Pemotongan

3 Pengelasan

4 Penghalusan

5 Pengecatan
Tabel diatas menunjukan Langkah-langkah dalam proses pembuatan pintu

lipat di workshop Eka las.

29
Tabel 4.2 Waktu Proses

Penelitian Proses (Menit)


Ke- 1 2 3 4 5
1 305 370 495 308 252
2 306 372 498 309 255
3 304 368 494 307 250
4 307 371 500 306 253
5 305 369 496 310 254
6 306 372 498 309 252
7 304 370 495 308 256
8 307 373 494 307 251
9 305 371 500 306 255
10 306 368 496 310 252
11 304 369 498 309 254
12 307 370 495 308 250
13 305 372 494 307 253
14 306 370 500 306 252
15 304 371 496 310 255
16 307 368 498 309 251
17 305 373 495 308 256
18 306 369 494 307 254
19 304 370 500 306 255
20 307 371 496 310 252
Sumber : Pengolahan Data 2023

4.3 Pengolahan Data

4.3.1 Uji Keseragaman Data

Setelah mendapatkan waktu menggunakan stopwatch, tahap selanjutnya

adalah menguji konsistensi informasi.

Dampak dari uji konsistensi informasi adalah sebagai berikut:

30
Rata-rata Pengukuran X X = 305,5 Standar Deviasi =1,15 Batas Kendali Atas

(BKA) BKA = 307 Batas Kendali Atas (BKB) BKB = 303 Peta kendali di bawah

ini menunjukkan bahwa data penelitian yang diambil berada dalam batas kendali

atas (BKA) dan batas kendali bawah. batas kendali (BKB).

Pengukuran
308
307
306
305
304
303
302
301
300
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Pengukuran (menit) BKA (menit)


BKB (menit) Rata-Rata

Gambar 4.6 control chart Pengukuran

Sumber: Penanganan informasi

Dari garis besar kendali di atas, tidak ada informasi eksplorasi di luar batas

kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB), sehingga dapat dikatakan

informasi pemeriksaannya seragam.

Pemotongan

Biasa X ̅

X̅= 370

Deviasi Standar

σ=1,57

Batas Kendali Atas (BKA)

31
BKA = 373

Batas Kendali Atas (BKB)

BKB = 367

Untuk menunjukkan bahwa informasi pemeriksaan yang diambil berada dalam

batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB), dapat dilihat pada garis

kendali di bawahnya.:

Pemotongan
374

372

370

368

366

364
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Pemotongan (menit) BKA (menit)


BKB (menit) Rata-Rata

Gambar 4.7 control chart Pemotongan

Sumber : Pengolahan data

Data penelitian dapat dikatakan seragam karena terlihat dari peta kendali

di atas tidak ada data penelitian yang berada di luar batas kendali atas (BKA) dan

batas kendali bawah (BKB).

Pengelasan

Biasa X ̅

X̅= 497

Deviasi Standar

σ=2,21

Titik Putus Kendali Atas (BKA)

32
BKA = 501

Titik Putus Kendali Atas (BKB)

BKB = 492

Untuk menunjukkan bahwa informasi eksplorasi yang diambil berada dalam batas

kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB), dapat dilihat pada garis

kendali di bawahnya.

Pengelasan
502
500
498
496
494
492
490
488
486
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Pengelasan (menit) BKA (menit)


BKB (menit) Rata-Rata

Gambar 4.8 control chart Pengelasan

Sumber: Penanganan informasi

Dari garis besar kendali di atas, tidak ada informasi eksplorasi di luar batas

kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB), sehingga dapat dikatakan

informasi pemeriksaannya seragam.

Perbaikan

Biasa X ̅

X̅= 308

Deviasi Standar

σ=1,45

33
Titik Putus Kendali Atas (BKA)

BKA = 311

Titik Putus Kendali Atas (BKB)

BKB = 305

Untuk menunjukkan bahwa informasi eksplorasi yang diambil berada dalam batas

kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB), dapat dilihat pada grafik

kendali di bawahnya.:

Pendempulan
312

310

308

306

304

302
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Pendempulan (menit) BKA (menit)


BKB (menit) Rata-Rata

Gambar 4.9 control chart Penghalusan

Sumber : Pengolahan data

Data penelitian dapat dikatakan seragam karena terlihat dari peta kendali

di atas tidak ada data penelitian yang berada di luar batas kendali atas (BKA) dan

batas kendali bawah (BKB).

Rata-rata Pengecatan X X = 253 Standar Deviasi = 1,89 Batas Kendali Atas

(BKA) BKA = 257 Batas Kendali Atas (BKB) BKB = 249 Peta kendali di bawah

ini menunjukkan bahwa data penelitian yang diambil berada dalam batas kendali

atas (BKA) dan batas kendali bawah. batas kendali (BKB).

34
pengecatan
258
256
254
252
250
248
246
244
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Pengecatan (menit) BKA (menit)


BKB (menit) Rata-Rata

Gambar 4.10 control chart Pengecatan

Sumber : Pengolahan data

Informasi pemeriksaan dapat dikatakan seragam karena sebagaimana

terlihat pada garis kendali di atas, tidak ada informasi eksplorasi yang melampaui

batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB).

4.3.2 Uji Kelimpahan Data

Mengingat data wawasan lebih dari itu, gambaran awal kecukupan data siklus

utilitarian dapat dilakukan sebagai berikut:

Estimasi N' = [(k/s (N (_(j=1)nxj)- )(_(j=1)nxj))]2 N' = [(2/0,5 (20

(1866630))(37332100 ))/6110]2 N' = 0,02 Karena N' = 0,02 dan N = 20,

cenderung terlihat N' N, sehingga data eksplorasi dianggap cukup.

Memotong N'=[(k/s (N (_(j=1)nxj)- )(_(j=1)nxj))]2 N'=[(2/0,5 (20

(2743229))(54863649 ))/7407]2 N' = 0,03 Mengingat N' = 0,03 dan N = 20, maka

cenderung terlihat bahwa 'N. Oleh karena itu, informasi eksplorasi dipandang

cukup.

35
Pengelasan N' = [(k/s (N (_(j=1)nxj)- )(_(j=1)nxj))]2 N' = [(2/0,5 (20

(4932324))(98644624 ))/9932]2 N' = 0,03 Dengan alasan N' = 0,03 dan N = 20,

maka dapat diketahui bahwa 'N. Dengan demikian, informasi pemeriksaan

diyakini cukup.

Perbaikan

N'=[(k/s √(N (∑_(j=1)^n▒〖xj^2)- 〗)(∑_(j=1)^n▒〖x〖j)〗^2 〗

)/((∑_(j=1)^n▒〖xj)〗)]^2

N'=[(2/0,5 √(20 (1897320) )(37945600))/6160]^2

N' = 0,034

Karena N' = 0,034 dan N = 20, maka secara umum akan terlihat bahwa N' < N.

Jadi data penyelidikan dianggap cukup.

Lukisan

N'=[(k/s √(N (∑_(j=1)^n▒〖xj^2)- 〗)(∑_(j=1)^n▒〖x〖j)〗^2 〗

)/((∑_(j=1)^n▒〖xj)〗)]^2

N'=[(2/0,5 √(20 (1281260) )(25623844))/5062]^2

N' = 0,08

Karena N' = 0,08 dan N = 20, maka dapat dilihat bahwa N' < N. Jadi data

penilaian dianggap cukup.

4.3.3 Faktor Perubahan Faktor perubahan digunakan untuk mengatur waktu

persepsi administrator mesin pada saat menyelesaikan suatu tindakan pekerjaan.

Dalam penyelidikan ini ada 5 proses penciptaan. Berikut adalah contoh estimasi

36
faktor perubahan pekerja pada proses produksi ambruknya pintu masuk di Eka

Las, sehingga dapat dirinci faktor perubahan spesialis pada setiap siklus produksi

dengan menggunakan kerangka Westinghouse.

Tabel 4.3 Faktor Penyesuaian

Elemen
Rating Kondisi Pekerja Score Total
Kerja

Cocok dengan pekerjannya dan


Skill 0,08
terlatih pada bidangnya

Bekerja secara ekonomis dan dapat


Pengukuran Effort 0,05 0,17
menerima saran atau masukan

Condition Kondisinya kerjanya baik 0,2

Consistency Konsistensi Kerjanya baik 0,2

Pekerja terlatih dengan baik dab

Skill dapat menggunakan peralatan 0,08

dengan baik
Pemotongan 0,18
Effort Kualitas kerjanya baik dan stabil 0,05

Condition Kondisinya kerjanya baik 0,02

Consistency Konsistensi Kerjanya baik 0,03

Tabel 4.3 Faktor Penyesuaian (Lanjutan)

Pekerja terlatih dengan baik dab

Skill dapat menggunakan peralatan 0,08

pengelasan dengan baik 0,19

Effort bekerja degan teliti baik dan stabil 0,05

Condition Kondisinya baik 0,03

37
Consistency Konsistensi Kerjanya baik 0,03

Skill bekerja dengan teliti dan stabil 0,08

kecepatan kerjanya baik dan dapat


Effort 0,02
penghalusan di pertahankan 0,14

Condition Kondisinya baik 0,02

Consistency Konsistensi Kerjanya baik 0,02

teliti dan detail dalam pengerjaanya


Skill 0,08
serta mahir dalam penggunaan alat

Bekerja secara ekolomis dan dapat


pengecatan Effort 0,05 0,19
menerima saran atau masukan

Condition Kondisinya baik 0,03

Consistency Konsistensi Kerjanya baik 0,03

Dari table diatas maka dapat diketahui factor penyesuaian proses operasi

sebagai berikut :

Tabel 4.4 Perhitungan Faktor Penyesuaian

No Operasi RF (1+Total Nilai)

1 Pengukuran 1,17

2 Pemotongan 1,18

Tabel 4.4 Perhitungan Faktor Penyesuaian (Lanjutan)

3 Pengelasan 1,19

4 Penghalusan 1,14

5 Pengecatan 1,19

Sumber : Pengolahan data 2023

38
4.3.4 Waktu Kelonggaran

Tunjangan atau kelonggaran dimaksudkan untuk memberikan waktu

kepada pekerja dalam melakukan pekerjaannya sehingga waktu baku yang

diperolehnya berubah menjadi waktu kerja penuh. Nilai tunjangan pekerja

ditunjukkan pada contoh di bawah ini.

Tabel 4.19 Allowance

Elemen Kondisi
Faktor Kelonggaran% Jumlah
Kerja Pekerjaan

Tenaga yang
Ringan 7,5
dikeluarkan

Berdiri diatas 2
Sikap kerja 3
kaki

Gerakan Kerja Normal 1

Pengukuran Pandangan 20

berubah-ubah
Kelelahan Mata 5
dengan fokus

tetap

Keadaan Suhu Normal 2,5

Keadaan atmosfer Baik 0

Tabel 4.19 Allowance (Lanjutan)

Bersih,Sehat,

Keadaan Cerah, dengan


1
Lingkungan kebisingan

rendah

39
Kebutuhan
Pria 2
Pribadi

Tenaga yang
Sedang 4
dikeluarkan

Sikap kerja Jongkok 3

Gerakan Kerja Normal 1

Pandangan

terus-menerus
Kelelahan Mata 5
dengan fokus
Pemotongan 23
yang tetap

Keadaan Suhu Sedang 2

Keadaan atmosfer Baik 0

Keadaan
Sangat Bising 6
Lingkungan

Kebutuhan
Pria 2
Pribadi

Tenaga yang
Sedang 5
dikeluarkan

Pengelasan Berdiri diatas 2 26

Sikap kerja kaki dan 3

jongkok

Tabel 4.19 Allowance (Lanjutan)

Gerakan Kerja Normal 2

Pandangan

Kelelahan Mata terus-menerus 8

dengan fokus

40
yang tetap

Keadaan Suhu Sedang 3

Keadaan atmosfer baik 1

panas akibat

Keadaan mesin las,


3
Lingkungan bising, bau las

dan klitan las.

Kebutuhan
Pria 1
Pribadi

Tenaga yang
Ringan 4
dikeluarkan

Berdiri diatas 2
Sikap kerja 2
kaki

Gerakan Kerja Normal 1

Penghalusan Pandangan 20

berubah-ubah
Kelelahan Mata 6
dengan fokus

tetap

Keadaan Suhu Normal 1

Keadaan atmosfer Baik 0

Tabel 4.19 Allowance (Lanjutan)

abu dempul,
Keadaan
kebisingan 4
Lingkungan
sedang

41
Kebutuhan
Pria 2
Pribadi

Tenaga yang
sedang 5
dikeluarkan

Berdiri diatas 2
Sikap kerja 4
kaki

Gerakan Kerja Normal 2

Pandangan

berubah-ubah
Kelelahan Mata 6
dengan fokus
Pengecatan 22
berubah- ubah

Keadaan Suhu Normal 1

Keadaan atmosfer kurang 0

bau cat, dengan


Keadaan
kebisingan 2
Lingkungan
rendah

Kebutuhan
Pria 2
Pribadi

Sumber : Pengolahan data (2023)

4.3.5 Perhitungan Waktu Siklus

Mengingat informasi persepsi di atas, durasi proses untuk seluruh siklus

fungsional akan terlihat sebagai berikut:

4.3.6 Perhitungan Waktu Normal Setelah waktu siklus dan faktor penyesuaian

pekerja diketahui, maka waktu proses operasi normal juga dapat dihitung sebagai

berikut:

42
Perkiraan

Waktu biasa = Ws x PR

= 305,5 x 1,17

= 357,4 Menit

Pemotongan

Waktu biasa = Ws x PR

= 370,35 x 1,18

=437 Menit

Pengelasan

Waktu biasa = Ws x PR

= 496,6 x 1,19

= 590,9 Menit

Perbaikan

Waktu biasa = Ws x PR

= 308 x 1,14

= 351,12 Menit

Lukisan

Waktu biasa = Ws x PR

= 253,1 x 1,19

= 301,1 Menit

4.3.7 Estimasi Waktu Standar

Mengingat akibat dari waktu siklus kerja tipikal dan tunjangan, maka standar

waktu siklus kerja berikut dapat ditentukan:

43
Perkiraan

Waktu standar =Wn x (100 persen)/(tunjangan 100 persen%)

=357,4 x (100 persen)/(100 persen 20%)

= 285,9 Menit

Pemotongan

Waktu standar =Wn x (100 persen)/(tunjangan 100 persen%)

=437 x (100 persen)/(100 persen 23%)

= 336,49 Menit

Pengelasan

Waktu standar =Wn x (100 persen)/(tunjangan 100 persen%)

=590,9 x (100 persen)/(100 persen 26%)

= 437,2 Menit

Perbaikan

Waktu standar =Wn x (100 persen)/(tunjangan 100 persen%)

=351,1 x (100 persen)/(100 persen 20%)

= 280,8 Menit

Lukisan

Waktu standar =Wn x (100 persen)/(tunjangan 100 persen%)

=301,1 x (100 persen)/(100 persen 22%) = 234,8 Menit

Tabel 4.6 Perhitungan Waktu Baku

No Nama Proses Waktu Baku (Menit)

1 Pengukuran 285,9

2 Pemotongan 336,49

3 Pengelasan 437,2

44
4 Penghalusan 280,8

5 Pengecatan 234,8

Jumlah 1575,19

Sumber : Pengolahan Data (2023)

Jumlah waktu yang diperlukan untuk memproduksi pintu lipat, mulai dari

pengukuran hingga pengecatan, diperoleh dari pemrosesan data sebelumnya:

4.4 Analisis setelah penerapan 5S 4.4.1 Seiri/Kegiatan Pemilu 1 Estimasi

Estimasi yang ditangani harus dipisahkan antara pusat perbelanjaan yang

digunakan untuk interaksi

Gambar 4.11 Area Pengukuran sesudah implementasi Seiri

Sumber : Eka Las 2023

2. Pemotongan

Pada area pemotongan, bahan-bahan yang diperlukan dan yang tidak

diperlukan dipilah sesuai kebutuhan. Untuk menghilangkan kebutuhan pekerja

dalam mencari material, mereka ditempatkan di lokasi yang mudah dijangkau.

Selain itu, besi yang akan digunakan perlu dibagi berdasarkan ukuran. Hal ini

dapat dilihat dengan baik pada gambaran keadaan area pemotongan setelah

penerapan seiri.

45
Gambar 4.12 Area Pemotongan sesudah implementasi Seiri

Sumber : Eka Las 2023

3. Pengelasan

Pada tahap pengelasan, standar Seiri akan memusatkan perhatian pada

perangkat keras para eksekutif dan pengamat aset. Investigasi tersebut

meliputi:

A. Pilih peralatan las yang masih berfungsi dengan baik dan buang atau

perbaiki.

B. Pilihlah bahan-bahan yang akan digunakan untuk pengelasan, pastikan

bahan yang digunakan berkualitas tinggi sehingga hasil pengelasan lebih

kokoh dan tahan lama.

C. Mengurangi jumlah uang yang terbuang karena kesalahan pengelasan

atau penggunaan peralatan yang tidak tepat.

Gambar 4.13 Area Pengelasan sesudah implementasi Seiri

Sumber : Eka Las 2023

46
4. Pendempulan

Pengelolaan bahan dan peralatan mendempul akan menjadi fokus utama

prinsip Seiri selama tahap mendempul. Investigasi tersebut meliputi:

A. Survei bahan-bahan mendempul dan urutkan berdasarkan nilai dan

detailnya, pastikan hanya bahan-bahan bagus yang digunakan untuk

menciptakan hasil terbaik.

B. Sortir dan pertahankan peralatan mendempul dengan benar, buang

perangkat keras yang sudah berfungsi atau tidak digunakan untuk

menghindari tumpukan instrumen yang tidak berguna.

Gambar 4.14 Area Pendempulan sesudah implementasi Seiri

Sumber : Eka Las 2023

5.Pengecatan

Pada tahap karya seni, standar Seiri akan fokus pada papan cat dan perlengkapan

melukis. Investigasi tersebut meliputi:

A. Evaluasi jenis cat yang akan digunakan dan urutkan berdasarkan detail dan

kualitasnya, pastikan hanya cat terbaik yang digunakan untuk produk akhir yang

unggul.

47
B. Menyortir dan merawat peralatan pengecatan, membuang peralatan yang rusak

dan hanya menggunakan peralatan yang berfungsi dengan baik.

Gambar 4.15 Area Pengecatan sesudah implementasi Seiri

Sumber : Eka Las 2023

4.4.2 Kegiatan Seiton/Penataan

Tahap selanjutnya adalah Seiton, Seiton merupakan tindakan mengorganisasikan

hal-hal yang telah dipilih dan kemudian diorganisasikan dengan baik.

Pengorganisasian bukan hanya tentang menyimpan barang-barang, tetapi juga

tentang menemukan teknik kapasitas yang tepat.

1.Pengukuran Area kerja yang digunakan untuk pengukuran perlu dipisahkan

untuk setiap model atau pola yang digunakan untuk membuat pintu lipat. Hal ini

berpengaruh besar terhadap produktivitas karena operator tidak perlu lagi mencari

pola yang diperlukan untuk proses pengukuran dan proses pengukuran tidak

memakan waktu terlalu lama..

48
Gambar 4.16 Area Pengukuran sesudah implementasi Seiton

Sumber : Eka Las 2023

2. Pemotongan

Prinsip Seiton akan fokus pada penataan material dan peralatan

pemotongan pada tahap pemotongan untuk meningkatkan efisiensi proses

pemotongan. Investigasi tersebut meliputi:

A. Letakkan bahan-bahan yang perlu dipotong dalam urutan yang logis

sehingga lebih sedikit pergerakan dan lebih sedikit waktu yang dihabiskan

untuk mencari bahan yang tepat.

B. Pilihlah tempat khusus untuk menyimpan dan menata alat-alat

pemotong seperti penggaris, gergaji, dan mesin pemotong agar pekerja

dapat dengan mudah mengambilnya tanpa mengganggu kelancaran

pekerjaan.

C. Letakkan lembaran besi atau bahan yang akan dipotong di tempat yang

tidak sulit dijangkau dan terlindung dari bahaya atau noda.

49
Gambar 4.17 Area Pemotongan sesudah implementasi Seiton

Sumber : Eka Las 2023

3. Pengelasan

Penggunaan standar Seiton pada tahap pengelasan bertujuan untuk

mengkoordinasikan ruang kerja pengelasan dengan baik sehingga pekerja

dapat bekerja dengan lebih produktif dan aman. Investigasi tersebut

meliputi:

A. Mengatur peralatan las seperti mesin las, kamar gas, dan alat las

lainnya di tempat yang tetap dan terkoordinasi sehingga pekerja dapat

menggunakannya tanpa kendala.

B. Tentukan aliran kerja yang ideal untuk menghindari penutup dan

membatasi pengembangan spesialis saat mengelas.

C. Mengatur kapasitas perangkat keras las yang telah diatur, sehingga

tidak ada peralatan yang terbuang atau terbengkalai di tempat yang tidak

semestinya..

50
Gambar 4.18 Area Pengelasan sesudah implementasi Seiton

Sumber : Eka Las 2023

4. Pendempulan

Prinsip Seiton akan fokus pada bagaimana menata peralatan dan bahan

untuk mendempul agar proses berjalan lebih lancar pada tahap ini.

Investigasi tersebut meliputi:

A. Tetapkan metode dan lokasi penyimpanan alat dan bahan dempul,

seperti bahan pengisi, palu, dan palu, sehingga pekerja dapat

mengaksesnya dengan cepat dan mudah.

B. Menyatukan ruang kerja mendempul agar lebih terkoordinasi dan

terorganisir, sehingga mengurangi keributan dan potensi kesalahan.

C. Mengatur bahan dempul berdasarkan jenis dan ukuran, sehingga

memudahkan pekerja memilih bahan yang tepat untuk setiap bagian pintu

logam yang runtuh.

51
Gambar 4.19 Area Pendempulan sesudah implementasi Seiton

Sumber : Eka Las 2023

5.Pengecatan

Standar Seiton pada tahap pengecatan akan fokus pada pengaturan pengecatan dan

perlengkapan pengecatan untuk meningkatkan produktivitas siklus ini. Investigasi

tersebut meliputi:

A. Menyusun cat dan alat pengecatan pada tempat yang tetap dan terkoordinasi,

sehingga pekerja dapat menggunakannya secara efektif dan tidak terjadi

kekacauan pada lokasi alat tersebut.

B. Tentukan susunan kanvas yang ideal, dengan cara ini mengurangi risiko

pewarnaan atau pencampuran cat selama siklus komposisi.

52
C. Tentukan area terpisah untuk proses pengeringan guna memastikan cat benar-

benar kering dan terhindar dari kontaminasi.

Gambar 4.20 Area Pengecatan sesudah implementasi Seiton

Sumber : Eka Las 2023

4.4.3 Kegiatan Seiso/Pembersihan

Seiso merupakan aksi pembersihan mesin, peralatan, sampah dan tanah di

kawasan kreasi Eka Las. Berikut rencana seiso Eka las:

1. Tentukan ukuran pembersihan (skala besar, individu, miniatur)

A. Skala besar

Pada kawasan ciptaan Eka las kerapian harus terus dijaga, dengan memperhatikan

kerapian kawasan mesin, kawasan bahan alam, dan kawasan ciptaan. Kotoran,

debu, dan sisa limbah besi harus dihilangkan dari area produksi.

B. Orang

Setiap benda di wilayah penciptaan hanyalah benda yang menopang siklus

penciptaan. Agar tidak mengganggu proses kerja dan konsentrasi operator dalam

53
bekerja, sebaiknya barang-barang pribadi seperti telepon seluler operator disimpan

di luar area produksi atau di dalam loker atau tempat penyimpanan.

C. Miniatur

Pada ukuran mini, yang perlu diperhatikan adalah kerapian mesin, perangkat

keras, dan perlengkapan area produksi. Peralatan produksi sebaiknya dibersihkan

setelah digunakan agar keesokan harinya ketika digunakan peralatan tersebut akan

tetap bersih. Jika tidak dibersihkan akan mencegah debu menempel.

2.Jadwal Pembersihan

Tabel 4.7 Jadwal Pembersihan

Area Pembersihan Alat Standar Jadwal Petugas

Pengukuran Membersihkan Kemoceng Alat yang adaSetiap sore Operator

segala kotorandan sapu di pengukuran(Setiap hari)

dan debu bebas dari

debu

Pemotongan Membersihkan Sapu danArea Setiap hari Operator

sisa potonganekrak pemotongan selesai

besi dan sisa harus bebas pemotongan

bubut. dari limbah

besi dan

serbuk besi

54
Tabel 4.7 Jadwal Pembersihan (Lanjutan)

Pengelasan Membersihka Sapu danArea pengelasan Setiap Operator

n areaekrak harus bersih dariselesai

pengelasan sisa besi dan sisapengelasan

dari sisa pengelasan

pengelasan

dan percikan

logam

Pendempulan Membersihka Sapu, ekrakArea Setelah Operator

n sisa dempuldan lap pendempulan selesai

dan amplas harus bersih daripendempul

yang sisa dempul danan

digunakan kertas amplas

serta bebas dari

debu

Pengecatan Membersihka Lap danArea pengecatan Sebelum Operator

n area yangsapu harus bersih daridan

akan di cat kotoran-kotoran sesudah

dan bebas dari yang akanpengecatan

kotoran- mengurangi

kotoran yang kesempurnaan

menempel pengecatan

Sumber : Eka Las (2023)

55
4.4.4 Kegiatan Seiketsu/Pemantapan

Oleh karena itu, pelaksanaan seiri, seiton dan seiso menjadi tidak penting

dengan asumsi tidak ada kegiatan yang dapat menunjang pelaksanaan seiri, seiton

dan seiso.

Beberapa aktivitas yang membantu pelaksanaan ini adalah:

1.Menggunakan kontrol visual

Pengendalian visual direncanakan dengan tujuan untuk menggarisbawahi bahwa

dalam melakukan latihan fungsional terdapat syarat prinsip yang harus dipegang

teguh agar latihan seiri, seiton dan seiso dapat berjalan dengan baik. Tulisan atau

gambar dapat digunakan untuk melakukan kontrol visual pada area tertentu, dan

harus dipastikan bahwa semua orang dapat melihatnya.

2. Alat dan metode kontrol visual

Gambar 4.21 implementasi untuk mendukung kontrol visual

56
Gambar 4.22 implementasi untuk mendukung kontrol visual

Sumber : Eka Las 2023

Gambar di atas bertujuan untuk menghimbau para pengelola untuk

menjaga kerapihan di kawasan ciptaan las Eka.

4.4.5 Latihan Shitsuke/Aklimasi

Tahap penyesuaian merupakan tahap terakhir dalam pelaksanaan teknik

5S. Setelah keempat fase di atas (seiri, seiton, seiso, seiketu) dilakukan, maka

tahap selanjutnya adalah tahap penyesuaian. Pada tahap ini pengelola menerapkan

langkah-langkah di atas berulang-ulang sehingga menjadi kecenderungan bagi

para profesional untuk terbiasa dengan penerapan 5S, untuk itu masyarakat juga

harus melakukan pengendalian secara konsisten. Pengendalian terhadap buruh

harus dapat dilakukan dengan aparat atau instrumen agenda peninjauan sehari-

hari..

Sumber : Eka Las (2023)

4.5 Pengolahan Data Waktu Baku Setelah Implementasi 5S

Data waktu perakitan ini diperoleh dari hasil pengamatan setelah

dilakukan perbaikan metode kerja. Data ini diambil menggunakan jam henti

57
(stopwatch) dengan satuan menit perunit. Adapun data hasil pengukuran dapat

dilihat pada table table 4.22

Tabel 4.8 Proses produksi

No Proses

1 Pengukuran

2 Pemotongan

3 Pengelasan

4 Pendempulan

5 Pengecatan

Sumber : Eka Las (2023)

Tabel diatas menunjukkan Langkah-langkah dalam proses produksi pembuatan

pintu lipat di Eka Las.

Tabel 4.9 Waktu Proses

Penelitian Proses (Menit)


Ke- 1 2 3 4 5
1 294 365 485 303 242
2 295 367 488 304 245
3 293 363 484 302 240
4 296 366 490 301 243
5 294 364 486 305 244
6 295 367 488 304 242
7 293 365 485 303 246
8 296 368 484 302 241
9 294 366 490 301 245
Tabel 4.9 Waktu Proses (Lanutan)

10 295 363 486 305 242


11 293 364 488 304 244
12 296 365 485 303 240

58
13 294 367 484 302 243
14 295 365 490 301 242
15 293 366 486 305 245
16 296 363 488 304 241
17 294 368 485 303 246
18 295 364 484 302 244
19 293 365 490 301 245
20 296 366 486 305 242
Sumber : Pengolahan Data (2023)

4.6 Pengolahan Data

4.6.1 Uji Keseragaman Data

Setelah mendapatkan waktu menggunakan stopwatch, tahap selanjutnya

adalah menguji konsistensi informasi.

Dampak dari uji konsistensi informasi adalah sebagai berikut:

Perkiraan

Biasa X ̅

X̅= 294,5

Deviasi Standar

σ=1,15

Batas Kendali Atas (BKA)

BKA = 296

Batas Kendali Atas (BKB)

BKB = 292

Untuk menunjukkan bahwa informasi eksplorasi yang diambil berada dalam batas

kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB), dapat dilihat pada garis

kendali di bawahnya.

59
Pengukuran
298
296
294
292
290
288
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Pengukuran (menit) BKA (menit)


BKB (menit) Rata-Rata

Gambar 4.23 control chart Pengukuran

Sumber : Pengolahan data

Data penelitian dapat dikatakan seragam karena terlihat dari peta kendali

di atas tidak ada data penelitian yang berada di luar batas kendali atas (BKA) dan

batas kendali bawah (BKB).

Pemotongan

Biasa X ̅

X̅=365

Deviasi Standar

σ=1,57

Titik Putus Kendali Atas (BKA)

BKA =368

Titik Putus Kendali Atas (BKB)

BKB = 362

Untuk menunjukkan bahwa informasi eksplorasi yang diambil berada dalam batas

kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB), dapat dilihat pada garis

kendali di bawahnya.

60
:

Pemotongan
370
368
366
364
362
360
358
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Pemotongan (menit) BKA (menit)


BKB (menit) Rata-Rata

Gambar 4.23 control chart Pemotongan

Sumber: Penanganan informasi

Dari garis besar kendali di atas, tidak ada informasi eksplorasi di luar batas

kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB), sehingga dapat dikatakan

informasi pemeriksaannya seragam.

Pengelasan

Biasa X ̅

X̅=487

Deviasi Standar

σ=2,21

Batas Kendali Atas (BKA)

BKA = 491

Batas Kendali Atas (BKB)

BKB = 482

61
Untuk menunjukkan bahwa informasi pemeriksaan yang diambil berada dalam

batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB), cenderung terdapat

pada garis kendali di bawahnya.:

Pengelasan
495

490

485

480

475
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Pengelasan (menit) BKA (menit)


BKB (menit) Rata-Rata

Gambar 4.24 control chart Pengelasan

Sumber : Pengolahan data

Data penelitian dapat dikatakan seragam karena terlihat dari peta kendali

di atas tidak ada data penelitian yang berada di luar batas kendali atas (BKA) dan

batas kendali bawah (BKB).

Perbaikan

Biasa X ̅

X̅=303

Deviasi Standar

σ=1,45

Titik Putus Kendali Atas (BKA)

BKA =306

62
Titik Putus Kendali Atas (BKB)

BKB = 300

Untuk menunjukkan bahwa informasi eksplorasi yang diambil berada dalam batas

kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB), dapat dilihat pada diagram

kendali di bawah ini.

Pendempulan
308
306
304
302
300
298
296
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Pendempulan (menit) BKA (menit)


BKB (menit) Rata-Rata

Gambar 4.25 control chart Penghalusan

Sumber : Pengolahan data

Data penelitian dapat dikatakan seragam karena terlihat dari peta kendali

di atas tidak ada data penelitian yang berada di luar batas kendali atas (BKA) dan

batas kendali bawah (BKB).

Lukisan

Biasa X ̅

X̅=243

Deviasi Standar

63
σ=1,89

Titik Putus Kendali Atas (BKA)

BKA = 247

Titik Putus Kendali Atas (BKB)

BKB = 239

Untuk menunjukkan bahwa informasi eksplorasi yang diambil berada dalam batas

kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB), cenderung dapat dilihat pada

grafik kendali di bawahnya.

pengecatan
248
246
244
242
240
238
236
234
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Pengecatan (menit) BKA (menit)


BKB (menit) Rata-Rata

Gambar 4.26 control chart Pengecatan

Sumber : Pengolahan data

Data penelitian dapat dikatakan seragam karena terlihat dari peta kendali

di atas tidak ada data penelitian yang berada di luar batas kendali atas (BKA) dan

batas kendali bawah (BKB).

4.6.2 Uji Kecukupan Informasi

64
Berdasarkan informasi persepsi di atas, maka uji kecukupan informasi siklus

fungsional dapat diselesaikan sebagai berikut:

Perkiraan

N'=[(k/s √(N (∑_(j=1)^n▒〖xj^2)- 〗)(∑_(j=1)^n▒〖x〖j)〗^2 〗

)/((∑_(j=1)^n▒〖xj)〗)]^2

N'=[(2/0,5 √(20 (1734630) )(34692100))/5890]^2

N' = 0,02

Karena N' = 0,02 dan N = 25, cenderung terlihat bahwa N' < N. Jadi informasi

eksplorasi dipandang memadai.

Pemotongan

N'=[(k/s √(N (∑_(j=1)^n▒〖xj^2)- 〗)(∑_(j=1)^n▒〖x〖j)〗^2 〗

)/((∑_(j=1)^n▒〖xj)〗)]^2

N'=[(2/0,5 √(20 (2669659) )(53392249))/7307]^2

N' = 0,03

Karena N' = 0,03 dan N = 25, maka cenderung terlihat bahwa N' < N. Jadi

informasi eksplorasi dipandang memadai.

Pengelasan

N'=[(k/s √(N (∑_(j=1)^n▒〖xj^2)- 〗)(∑_(j=1)^n▒〖x〖j)〗^2 〗

)/((∑_(j=1)^n▒〖xj)〗)]^2

65
N'=[(2/0,5 √(20 (4735684) )(94711824))/9732]^2

N' = 0,03

Karena N' = 0,03 dan N = 25, maka cenderung terlihat bahwa N' < N. Jadi

informasi eksplorasi dipandang memadai.

Perbaikan

N'=[(k/s √(N (∑_(j=1)^n▒〖xj^2)- 〗)(∑_(j=1)^n▒〖x〖j)〗^2 〗

)/((∑_(j=1)^n▒〖xj)〗)]^2

N'=[(2/0,5 √(20 (1836220) )(36723600))/6060]^2

N' = 0,035

Karena N' = 0,035 dan N = 25, maka cenderung terlihat bahwa N' < N. Jadi

informasi eksplorasi dianggap memadai.

Lukisan N' = [(k/s (N (_(j=1)nxj)-)(_(j=1)nxj))]2 N' = [(2/0,5 (20

(1281260))(25623844 ))/5062]2 N' = 0,08 Karena N' = 0,08 dan N = 25 maka

terlihat N' N. Dengan demikian, data penelitian dianggap memadai.

4.6.3 Faktor Penyesuaian Faktor penyesuaian digunakan untuk menyeimbangkan

waktu pengamatan operator mesin saat melakukan suatu aktivitas kerja. Dalam

eksplorasi ini terdapat 5 proses penciptaan. Sehingga dapat dirinci faktor-faktor

perubahan spesialis pada setiap siklus penciptaan dengan menggunakan kerangka

66
Westinghouse, selanjutnya adalah contoh estimasi faktor perubahan pekerja pada

proses pembuatan pintu runtuh di Eka Las

Tabel 4.10 Faktor Penyesuaian

Elemen
Rating Kondisi Pekerja Score Total
Kerja

Cocok dengan pekerjannya dan


Skill 0,08
terlatih pada bidangnya

Bekerja secara ekonomis dan dapat


Pengukuran Effort 0,05 0,17
menerima saran atau masukan

Condition Kondisinya kerjanya baik 0,2

Consistency Konsistensi Kerjanya baik 0,2

Pekerja terlatih dengan baik dab

Skill dapat menggunakan peralatan 0,08

dengan baik
Pemotongan 0,18
Effort Kualitas kerjanya baik dan stabil 0,05

Condition Kondisinya kerjanya baik 0,02

Consistency Konsistensi Kerjanya baik 0,03

Pekerja terlatih dengan baik dab

pengelasan Skill dapat menggunakan peralatan 0,08 0,19

dengan baik

Tabel 4.10 Faktor Penyesuaian (Lanjutan)

Effort bekerja degan teliti baik dan stabil 0,05

Condition Kondisinya baik 0,03

Consistency Konsistensi Kerjanya baik 0,03

67
Skill bekerja dengan teliti dan stabil 0,08

kecepatan kerjanya baik dan dapat


Effort 0,02
penghalusan di pertahankan 0,14

Condition Kondisinya baik 0,02

Consistency Konsistensi Kerjanya baik 0,02

teliti dan detail dalam pengerjaanya


Skill 0,08
serta mahir dalam penggunaan alat

Bekerja secara ekolomis dan dapat


pengecatan Effort 0,05 0,19
menerima saran atau masukan

Condition Kondisinya baik 0,03

Consistency Konsistensi Kerjanya baik 0,03

Dari table diatas maka dapat diketahui factor penyesuaian proses operasi

sebagai berikut :

Tabel 4.11 Perhitungan Faktor Penyesuaian

No Operasi RF (1+Total Nilai)

1 Pengukuran 1,17

2 Pemotongan 1,18

3 Pengelasan 1,19

4 Penghalusan 1,14

5 Pengecatan 1,19

Sumber : Pengolahan data 2023

4.6.4 Waktu Kelonggaran

Allowance atau kelonggaran dimaksudkan untuk memberikan kesempatan

kepada operator untuk melakukan hal-hal yang harus dilakukannya, sehingga

68
waktu baku yang diperolah menjadi waktu kerja lengkap. Berikut merupakan

perhitungan sampel nilai allowance pekerja.

Tabel 4.12 Allowance

Elemen Kondisi
Faktor Kelonggaran% Jumlah
Kerja Pekerjaan

Tenaga yang
Ringan 7,5
dikeluarkan

Berdiri diatas 2
Sikap kerja 3
kaki

Gerakan Kerja Normal 1

Pandangan

berubah-ubah
Kelelahan Mata 5
dengan fokus

Pengukuran tetap 20

Keadaan Suhu Normal 2,5

Keadaan atmosfer Baik 0

Bersih,Sehat,

Keadaan Cerah, dengan


1
Lingkungan kebisingan

rendah

Kebutuhan
Pria 2
Pribadi

Tabel 4.12 Allowance (Lanjutan)

Tenaga yang
Pemotongan Sedang 4 23
dikeluarkan

69
Sikap kerja Jongkok 3

Gerakan Kerja Normal 1

Pandangan

terus-menerus
Kelelahan Mata 5
dengan fokus

yang tetap

Keadaan Suhu Sedang 2

Keadaan atmosfer Baik 0

Keadaan
Sangat Bising 6
Lingkungan

Kebutuhan
Pria 2
Pribadi

Tenaga yang
Sedang 5
dikeluarkan

Berdiri diatas 2

Sikap kerja kaki dan 3

jongkok

Pengelasan Gerakan Kerja Normal 2 26

Pandangan

terus-menerus
Kelelahan Mata 8
dengan fokus

yang tetap

Keadaan Suhu Sedang 3

Tabel 4.12 Allowance (Lanjutan)

Keadaan atmosfer baik 1

70
panas akibat

Keadaan mesin las,


3
Lingkungan bising, bau las

dan klitan las.

Kebutuhan
Pria 1
Pribadi

Tenaga yang
Ringan 4
dikeluarkan

Berdiri diatas 2
Sikap kerja 2
kaki

Gerakan Kerja Normal 1

Pandangan

berubah-ubah
Kelelahan Mata 6
dengan fokus
Penghalusan 20
tetap

Keadaan Suhu Normal 1

Keadaan atmosfer Baik 0

abu dempul,
Keadaan
kebisingan 4
Lingkungan
sedang

Kebutuhan
Pria 2
Pribadi

Tabel 4.12 Allowance (Lanjutan)

71
Tenaga yang
sedang 5
dikeluarkan

Berdiri diatas 2
Sikap kerja 4
kaki

Gerakan Kerja Normal 2

Pandangan

berubah-ubah
Kelelahan Mata 6
dengan fokus
Pengecatan 22
berubah- ubah

Keadaan Suhu Normal 1

Keadaan atmosfer kurang 0

bau cat, dengan


Keadaan
kebisingan 2
Lingkungan
rendah

Kebutuhan
Pria 2
Pribadi

Sumber : Pengolahan data (2023)

4.6.5 Perhitungan Waktu Siklus

Mengingat informasi persepsi di atas, durasi proses untuk seluruh siklus

fungsional akan terlihat sebagai berikut:

Perkiraan

Durasi proses =(∑_(j=1)^n▒xi)/n

=(294+295+⋯+296)/20

=333,56 Menit

Pemotongan

72
Durasi proses =(∑_(j=1)^n▒xi)/n

=(365+367+⋯+366)/20

=431,11 Menit

Pengelasan

Durasi proses =(∑_(j=1)^n▒xi)/n

=(485+488+⋯+486)/20

=579,05 Menit

Perbaikan

Durasi proses =(∑_(j=1)^n▒xi)/n

=(303+304+⋯+304)/20

=345,42 Menit

Lukisan

Durasi proses =(∑_(j=1)^n▒xi)/n

=(242+245+⋯+242)/20

=289,28 Menit

4.6.6 Perhitungan Waktu Biasa

Ketika durasi proses dan faktor perubahan spesialis diketahui, waktu interaksi

kerja tipikal juga dapat ditentukan sebagai berikut:

Perkiraan

Waktu biasa = Ws x PR

= 344,56 x 1,17

= 344,56 Menit

Pemotongan

Waktu biasa = Ws x PR

73
= 431,11 x 1,18

= 431,11 Menit

Pengelasan

Waktu biasa = Ws x PR

= 579,05 x 1,19

= 579,05 Menit

Perbaikan

Waktu biasa = Ws x PR

= 345,42 x 1,14

= 345,42 Menit

Lukisan

Waktu biasa = Ws x PR

= 289,28 x 1,19

= 289,28 Menit

4.7.7 Estimasi Waktu Standar

Mengingat konsekuensi waktu siklus kerja yang khas dan imbalan atas, maka

standar waktu interaksi kerja yang menyertainya dapat ditentukan:

Perkiraan

Waktu standar =Wn x (100 persen)/(tunjangan 100 persen%)

=344,56 x (100 persen)/(100 persen 20%)

=275,64 Menit

Pemotongan

Waktu standar =Wn x (100 persen)/(tunjangan 100 persen%)

=431,11 x (100 persen)/(100 persen 23%)

74
=331,95 Menit

Pengelasan

Waktu standar =Wn x (100 persen)/(tunjangan 100 persen%)

=579,05 x (100 persen)/(100 persen 26%)

=428,49 menit

Perbaikan

Waktu standar =Wn x (100 persen)/(tunjangan 100 persen%)

=345,42 x (100 persen)/(100 persen 20%)

= 276.336 menit

Lukisan

Waktu standar =Wn x (100 persen)/(tunjangan 100 persen%)

=289,28 x (100 persen)/(100 persen 22%)

=225,63 menit

Tabel 4.13 Perhitungan Waktu Baku

No Nama Proses Waktu Baku (Menit)

1 Pengukuran 275,64

2 Pemotongan 331,95

3 Pengelasan 428,49

4 Penghalusan 276,336

5 Pengecatan 225,63

Total 1538,04

75
Sumber : Pengolahan Data (2023)

Dari penanganan informasi tersebut diperoleh waktu baku pembuatan

pintu runtuh dari interaksi estimasi hingga pengecatan setelah penerapan strategi

5S:

1538,04/60=25,63 jam

4.7 Korelasi Waktu Standar

Setelah menguraikan estimasi waktu standar di atas, kita dapat melihat tabel

korelasi waktu standar ketika eksekusi 5S dipatuhi

Tabel 4.27 Perbandingan Waktu Baku

Waktu Baku (Sebelum) Waktu Baku (Sesudah)


No Nama proses
(Menit) (Menit)

1 Pengukuran 285,9 275,64

2 Pemotongan 336,49 331,95

3 Pengelasan 437,2 428,49

Tabel 4.27 Perbandingan Waktu Baku (Lanjutan)

4 Pendempulan 280,8 276,336

5 Pengecatan 234,8 225,63

Jumlah 1575,19 1538,04

Sumber : Pengoalhan Data (2023)

76
Berdasarkan tabel 4.27 terlihat bahwa waktu baku pada proses pembuatan

jalan runtuh sebelum dilaksanakan 5S adalah 26,25 jam dan setelah dilakukan

perbaikan dengan menggunakan pelaksanaan 5S menjadi 25,63 jam, sehingga

waktu bakunya berkurang dari 26,25 jam/ satuan menjadi 25,63 jam/satuan,

artinya terjadi penurunan/efektivitas waktu sebesar 62 menit/satuan.

Dekat Investigasi Eksekusi 5S

Dekat Investigasi Eksekusi Seiri

Dari penyelidikan dan perbincangan di atas, dapat diperoleh pemeriksaan pada

saat pelaksanaan seri 5S

Tabel 4.28 Analisa perbandingan Implementasi Seiri

Elemen Implementasi 5S
No Keterangan
Kerja Sebelum Sesudah

Sebelum

implementasi

1 Pengukuran membutuhkan waktu

yang lama untuk

mencari bentuk mal,

Tabel 4.28 Analisa perbandingan Implementasi Seiri (Lanjutan)

Sesudah implementasi

menggunakan mal

menjadi lebih mudah

77
dan waktu yang

singkat

Sebelum

implementasi besi

masih menumpuk

tidak sesuai ukuran,


2 Pemotongan
setelah implementasi

besi yang akan

digunakan dipisah

sesuai ukuran.

Sebelum

implementasi banyak

bahan yang

berserakan sehingga

sering terjadi salah


3 Pengelasan
pengelasan, setelah

implementasi bahan

sudah teratur sesuai

ukuran sehingga tidak

terjadi kesalahan

Tabel 4.28 Analisa perbandingan Implementasi Seiri (Lanjutan)

pengelasan yang

mengakibatkan

sumber daya terbuang

78
Sebelum

implementasi alat

penghalus amplas dan

pendempul yang

sudah tidak terpakai

masih berserakan

sehingga

membutuhkan waktu

4 Pendempulan untuk memilih alat

baru dan bekas,

setelah impementasi

menyortir dan

merawat alat

pendempulan dan

membuang peralatan

yang sudah tidak

digunakan.

Tabel 4.28 Analisa perbandingan Implementasi Seiri (Lanjutan)

79
Sebelum

implementasi tata

letak bahan cat tidak

terorganisir dengan

baik sehingga

membutuhkan waktu

untuk mencari bahan

saat digunakan,
5 Pengecatan
sedangkan setelah

implementasi

memilah bahan

berkualitas baik untuk

digunakan dan

membuang bahan dan

alat yang tidak

digunakan dan rusak.

1.8.1 Analisa Perbandingan Implementasi Seiton

Dari analisa dan pembahasan diatas maka dapat diperoleh perbandingan

sebelum dan sesudah implemetasi 5S seiton:

Tabel 4.29 Analisa perbandingan Implementasi Seiton

80
Elemen Implementasi 5S
No Keterangan
Kerja Sebelum Sesudah

Sebelum impelementasi

membutuhkan waktu

yang lama untuk

mencari bentuk mal,

sesudah implementasi

1 Pengukuran setiap mal dibedakan

ukurannya sehingga

pada saat pengukuran

tidak lagi mencari

ukuran mal yang akan

di gunakan

Sebelum implementasi

besi masih menumpuk

tidak sesuai ukuran,

sesudah implementasi

pemotongan dilakukan
2 Pemotongan
ditempat yang mudah

di jangkau dan

terlindungi dari

kerusakan atau

kontaminasi.

Tabel 4.29 Analisa perbandingan Implementasi Seiton (Lanjutan)

81
Sebelum implementasi

banyak bahan yang

berserakan sehingga

sering terjadi salah

pengelasan, sesudah
3 Pengelasan
impelemtasi peralatan

pengelasan telah

terorganisir dan area

kerja yang efesien dan

aman.

Sebelum implementasi

alat penghalus amplas

dan pendempul yang

sudah tidak terpakai

masih berserakan

sehingga membutuhkan

4 Pendempulan waktu untuk memilih

alat baru dan bekas,

sesudah implementasi

peralatan dan bahan

pendempulan telah

terorganisir dari bahan

yang digunakan jenis

Tabel 4.29 Analisa perbandingan Implementasi Seiton (Lanjutan)

82
dan ukuran bahan

sehingga memudahkan

proses pengerjaan.

Sebelum implementasi

tata letak bahan cat

tidak terorganisir

dengan baik sehingga

membutuhkan waktu

untuk mencari bahan

saat digunakan,

sesudah implementasi
5 Pengecatan
cat dan peralatan

tersusun dengan tepat,

urutan pengecatan

optimal dan terdapat

area khusus untuk

proses pengeringan cat

agar terhidar dari

kontaminasi.

1.8.2 Analisa Perbandingan Implementasi Seiso

Dari analisa dan pembahasan diatas maka dapat diperoleh perbandingan

sebelum dan sesudah implemetasi 5S seiso:

Tabel 4.30 Analisa perbandingan Implementasi Seiso

83
Skala Implementasi 5S
No
Pembersihan Sebelum Sesudah

Area produksi Eka las Area produksi Eka las

masih berserakan dari terjaga kebersihannya,

mulai bahan baku yang kebersihan pada area mesin,

tidak sesuai tempat dan area bahan baku dan area


1 Makro
ukuran, tidak membuang produksi diperhatikan, area

sisa bahan yang tidak produksi bersih dari

digunakan, sisa limbah kotoran, debu dan juga sisa

besi, kotoran dan debu. limbah besi.

Tiap barang yang ada diarea

produski hanya barang yang

menunjang proses produksi

saja. Barang pribadi milik


Masih terdapat barang
operator ditempatkan diluar
yang tidak berkaitan
ruangan area produksi atau
2 Individual dengan produksi sehingga
di tempatkan di loker atau
menganggu proses
tempat penyimpanan barang
produksi.
agar tidak mengganggu

proses kerja dan konsentrasi

operator yang sedang

bekerja.

Tabel 4.30 Analisa perbandingan Implementasi Seiso (Lanjutan)

84
Dalam sekala mikro yang

lebih diperhatikan adalah

kebersihkan mesin,
Peralatan dan
peralatan dan perlengkapan
perlengkapan tidak di jaga
area produksi. Alat-alat
3 Mikro kebersihannya, terdapat
produksi harus dibersihkan
kotoran dan debu serta
setelah selesai digunakan
limbah produksi.
supaya keesokan harinya

saat akan digunakan

keadaan alat sudah bersih.

1.8.3 Analisa Perbandingan Implementasi Seiketsu

Dari analisa dan pembahasan diatas maka dapat diperoleh perbandingan

sebelum dan sesudah implemetasi 5S seiketsu:

Tabel 4.31 Analisa perbandingan Implementasi Seiketsu

Tindakan Implementasi 5S
No
pendukung Sebelum Sesudah

Menggunakan
1 -
kontrol visual
Peletakan kontrol visual:

Larangan bermain bermain

Tabel 4.31 Analisa perbandingan Implementasi Seiketsu (Lanjutan)

85
handphone saat produksi

berlangsung, disekitar area

dan dipastikan dapat terlihat

semua orang.

2 -

Peletakan kontrol visual:

Himbauan kepada seluruh

operator untuk menjaga

kebersihan di area produksi

Eka Las.

1.8.4 Analisa Perbandingan Implementasi Shitsuke

Dari analisa dan pembahasan diatas maka dapat diperoleh perbandingan

sebelum dan sesudah implemetasi 5S shitsuke:

Tabel 4.32 Analisa perbandingan Implementasi Shitsuke

Implementasi 5S
No
Sebelum Sesudah

Mengontrol pekerja dilakukan

1 - dengan alat bantu atau instrument

ceklist audit harian.

86
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dan pembahasan di atas, maka kesimpulan berikut dapat

diperoleh dari penjelajahan ini:

1. Penerapan teknik 5S terhadap produktifitas waktu kerja pada waktu yang

digunakan dalam pembuatan pintu ambruk, standar waktu yang mendasari

pembuatan pintu ambruk di studio Eka Las memerlukan waktu 26,25 jam.

2. Menggunakan metode 5S yang meliputi penambahan wadah atau kotak

peralatan produksi, penataan logam yang akan dipotong sesuai ukuran, merapikan

alat-alat yang digunakan selama proses produksi, memberikan jadwal

pembersihan tempat produksi, dan memberikan kontrol visual untuk

mengingatkan operator, hal ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan efisiensi.

5.2 SARAN Berdasarkan penelitian, penulis memberikan saran kepada Eka Las

sebagai berikut sebagai bahan pertimbangan:

1. Menjalankan strategi 5S dapat menjadi ide untuk meningkatkan produktivitas

waktu

2. Agar dapat memperoleh hasil yang maksimal, sebaiknya digunakan metode 5S

yang menyesuaikan dengan lingkungan kerja.

87

Anda mungkin juga menyukai