STUDI WAKTU
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Analisa Perancangan Kerja
Dosen Pengampu : Syahreen Nurmutia, S.T, M.T
Disusun Oleh:
Kelompok 5
NAMA NIM
Al Rozzak Noer Ikhsan 191010800519
Alfian Muhammad Ramadhan 191010800116
Devy Febriana 191010800105
Mochamad Azhar Bintang Pradana 191010800507
Rifki Hapiyudin 191010800133
i
Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT. Atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. makalah ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan Tugas mata kuliah Analisa Perancangan Kerja di Fakultas Teknik
Program Studi Teknik Industri Universitas Pamulang. Dengan segala
keterbatasan, penulis menyadari pada makalah ini takkan terwujud tanpa
bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami,
penulis menyampaikaan ucapan terimakasih kepada:
1. Dr. (H.C). H. Darsono, selaku ketua Yayasan Sasmita Jaya.
2. Dr. H. Dayat Hidayat, M.M., selaku Rektor Universitas Pamulang.
3. Rini Alfayatih, S.T., M.T., CMA, selaku Ketua Program Studi Teknik Industri
Universitas Pamulang yang selalu memberikan arahan, dorongan, dan
nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik.
4. Syahreen Nurmutia S. T,. M.T, selaku Dosen Universitas Pamulang
Program Studi Teknik Industri yang telah memberikan berkah ilmu hinggan
penulis dapat menyusun makalah.
5. Teman-teman Teknik Industri Universitas Pamulang khususnya kelas
04TIPD001 yang telah membantu penulis menghadapi pemasalahan dalam
menyelesaikan makalah.
6. Semua pihak yang membantu penulis dalam mengerjakan makalah ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu-satu.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Studi Waktu............................................................................. 4
B. Pengukuran Waktu Metode (Methods Time Measurement)................. 4
C. Pengukuran Waktu Dengan Metode Jam Henti.................................... 5
D. Analisa Kerja........................................................................................ 9
E. Perhitungan Waktu Baku...................................................................... 10
F. Penetapan Waktu Baku Dengan Data Waktu Gerakan......................... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan pengukuran waktu jam henti, sampling kerja (work sampling)
atau cara-cara lain untuk menentukan waktu baku, penyelidikannya harus
dilakukan secara menyeluruh terus-menerus. Dengan jam henti misalnya,
berpuluh-puluh bahkan mungkin lebih pengamatan harus dilakukan terhadap
pekerjaan yang diselidiki. Begitu pula dengan sampling kerja, pengamatan
acak (random) sesaat-sesaat harus dilakukan beratus sampai beribu kali untuk
mendapatkan hasil yang teliti.
Sehingga untuk menentukan waktu baku secara demikian membutuhkan
waktu yang lama. Satu hal lain yang juga penting adalah bahwa pengamatan
hanya dapat dilakukan setelah suatu pekerjaan berjalan, sehingga penentuan
waktu bakunya pun baru diperoleh setelah kegiatan berlangsung beberapa
lama. Hal ini jelas kurang membantu pimpinan perusahaan atau pabrik dalam
merencana kegiatan produksi sebelumnya. Suatu cara lain yang cukup teliti
adalah dengan menggunakan kamera film untuk pengamatan. Sudah dapat
diduga biayanya akan sangat tinggi bila perekaman dilakukan untuk setiap
pekerjaan dipabrik.
Bersama dengan dihadapinya kenyataan-kenyataan ini, para ahli melihat
bahwa sebenarnya terdapat bagian-bagian dari suatu pekerjaan yang sama
dengan bagian-bagian diperkerjakan lain. Bahkan dalam sebuah pabrik,
sering kali kesamaan bagian-bagian pekerjaan ini terdapat. Hal ini mula-mula
terlihat pada pekerjaan-pekerjaan pemotongan logam. Misalnya hampir selalu
terdapat pekerjaan mengangkat benda kerja dari tempatnya dan memasangnya
pada kedudukan baru di mesin. Ternyata kondisi benda kerja yang sama
(seperti berat dan bentuk) waktu penyelesaiannya dapat dikatakan untuk
setiap macam pekerjaan pemotongan.
Keadaan ini membawa mereka pada suatu penelitian lebih jauh tentang
penentuan waktu baku. Dikembangkanlah waktu baku untuk bagian-bagian
1
2
pekerjaan dari suatu pekerjaan yang kiranya terdapat pula pada banyak
pekerjaan lain. Sehingga untuk suatu pekerjaan, bila bagian-bagian pekerjaan
yang harus dijalankan telah diketahui, maka waktu baku sudah dapat
ditentukan, yaitu dengan mensintesa waktu-waktu baku dari bagian-
bagiannya itu yang telah tersedia pada tabel-tabel.
Walaupun manfaat dari data waktu baku ini dengan cepat dirasakan,
namun masih dijumpai adanya kekurangan. Hal ini sehubungan dengan
kemungkinan lingkupan pekerjaan yang dapat menggunakan tabel data waktu
baku yang telah dibuat. Data baku untuk pekerjaan-pekerjaan pemotongan
logam, misalnya umumnya tidak dapat dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan
dipabrik kimia. Lebih jelas lagi terlihat bahwa data baku pekerjaan-pekerjaan
pabrik tidak dapat diterapkan untuk pekerjaan-pekerjaan kantor.
Jadi data waktu yang dibuat untuk suatu kelompok pekerjaan hanya
berlaku untuk kelompok itu sendiri. Maka para ahli pun berusaha untuk
mendapatkan data waktu baku pekerjaan yang dapat berlaku lebih umum. Hal
ini kemudian dilakukan dengan memperhatikan elemen-elemen gerakan
sebagai perincian dari suatu pekerjaan. Jadi bukan lagi bagian pekerjaan
memindahkan benda kerja ke mesin yang dilihat, tetapi elemen-elemen
gerakan apa yang menjalankannya.
Yang dimaksud dengan elemen-elemen gerakan di sini adalah serupa
dengan yang dimaksud oleh Gilbreth dan istrinya mengenai therblig-therblig,
memang, dari therblig-therblig inilah timbul gagasan mengurai suatu
pekerjaan atas elemen-elemennya walaupun elemen-elemen gerakan di sini
tidak selalu sama dengan yang dikemukakan Gillbreth. Cara ini dikenal
sebagai penentuan waktu baku dengan data waktu gerakan.
Di samping dengan penyelidikan macromotion, data-data baku setiap
elemen gerakan diperoleh juga dari pengamatan-pengamatan dengan jam
henti seperti yang dikembangkan oleh Taylor. Karenanya data waktu gerakan
sebenarnya merupakan perkembangan dari perpaduan antara penemuan-
penemuan Taylor dan Gilbreth.
3
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian studi waktu?
2. Apa yang dimaksud pengukuran waktu metode?
3. Bagaimana pengukuran waktu dengan metode jam henti?
4. Apa yang dimaksud analisa kerja?
5. Bagaimana perhitungan waktu baku?
6. Bagaimana penetapan waktu baku dengan data waktu gerakan?
BAB II
PEMBAHASAN
4
5
bahwa ukuran sekop yang berbeda-beda membuat metode kerja pekerja juga
berbeda-beda sehingga hasil kerja juga bervariasi.
Oleh sebab itu, Taylor memutuskan untuk melakukan penelitian khusus yang
dapat menyelesaikan masalah ini. Ia meminta izin dan dana kepada pimpinan
Midvale Steel Company untuk melakukan penelitian mengenai pekerjaan
pemindahan bijih besi. Pimpinan Midvale Steel Company menyetujui dan
memberikan sejumlah dana untuk menjalankan penelitian tersebut. Taylor
memulai penelitian tersebut dengan melakukan sebuah percobaan untuk
menentukan ukuran sekop yang paling sesuai digunakan sehingga dapat
memberikan hasil kerja yang terbaik. Untuk itu, Taylor menugaskan dua orang
pekerja yang baik dan kuat untuk memindahkan bijih
besi. Taylor mempersiapkan beberapa alternatif ukuran sekop untuk pekerjaan
pemindahan bijih besi. Sebelum melakukan percobaan, kedua orang pekerja
tersebut terlebih dahulu diberi penjelasan bahwa tujuan penelitian bukanlah untuk
mengukur kekuatan maksimal yang dapat dihasilkan seseorang selama bekerja,
tetapi untuk mengetahui seberapa besar tenaga yang harus dikeluarkan agar
pekerja tersebut dapat memberi hasil yang sebanyak-banyaknya. Taylor
merancang kombinasi percobaan dengan variasi ukuran sekop, durasi kerja,
frekuensi istirahat dan lamanya jam kerja. Dari percobaan ini Taylor mendapatkan
hasil bahwa hasil
kerja sangat dipengaruhi oleh durasi kerja, lamanya waktu istirahat dan frekuensi
istirahat. Taylor kemudian juga mengusulkan ukuran standar sekop yang dipakai
oleh pekerja yang dapat memberikan hasil optimal. Hasil penelitian Taylor ini
kemudian diterapkan oleh Midvale Steel Company. Ternyata hasilnya sungguh
mengagumkan. Jumlah pekerja untuk pemindahan bijih besi yang tadinya berkisar
antara 400–600 orang dapat dikurangi menjadi 140 orang. Biaya pemindahan pun
dapat dikurangi sebanyak 50% sehingga terjadi penurunan ongkos produksi secara
total sebesar 78.000 dolar per tahun. Sebagai tambahan, perusahaan mulai
memberikan sistem bonus atau insentif bagi pekerja yang hasil pekerjaannya di
atas standar yang ditetapkan. Pada penelitian tersebut, Taylor melakukan
pengukuran waktu kerja dengan menggunakan jam henti (stop watch). Sejak saat
6
itulah pengukuran waktu kerja secara teliti dan ilmiah dilakukan. Pengukuran
waktu kerja kemudian berkembang untuk membandingkan waktu kerja dari
berbagai cara penyelesaian untuk mencapai cara terbaik dan menentukan waktu
baku penyelesaian pekerjaan. Penentuan waktu baku bagi suatu pekerjaan sangat
penting dalam sistem produksi, seperti untuk penentuan sistem upah, penjadwalan
kerja dan mesin, pengaturan tata letak pabrik, penganggaran, dan sebagainya.
Oleh sebab
itu, penelitian berupa pengukuran waktu yang dipelopori oleh Taylor, dipandang
sebagai sebuah karya yang besar (Sutalaksana dkk, 1979).
D. Analisa Kerja
Analisa operasi kerja adalah suatu prosedur untuk menganalisis suatu
operasi kerja. Prosedur tersebut meliputi suatu elemen-elemen kerja. Elemen
kerja tersebut bersifat produktif atau tidak dengan tujuan memperbaiki
metode kerja. Kegiatan ini merupakan suatu cara untuk menaikkan jumlah
produk per satuan waktu dan untuk mengurangi unit cost. Adapun perbedaan
antara metode pengukuran kerja work factor system, basic motion, dan
micromotion time measurement (MTM) adalah sebagai berikut:
1. Work Factor System
Sistem faktor kerja merupakan salah satu sistem dari predetermined
time system yang paling awal dan secara luas diaplikasikan. Sistem ini
memungkinkan untuk menetapkan waktu untuk pekerjaan-pekerjaan
manual. Waktu tersebut menggunakan data waktu gerakan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu. Langkah-langkah yang diambil pertama kali
11
adalah membuat analisa detail setiap langkah kerja yang ada berdasarkan
4 variabel. Variabel tersebut merupakan dasar utama pelaksanaan kerja.
Pelaksanaan kerja meliputi anggota tubuh, kerja perpindahan gerakan,
dan manual kontrol.
Selain itu, pelaksanaan kerja juga meliputi berat atau hambatan yang
ada dan menggunakan data faktor kerja sebagai unit pengukurnya.
Langkah kemudian adalah menentukan waktu bakunya. Pada Work
Factor System, suatu pekerjaan dibagi atas elemen-elemen gerakan
standar kerja. Standar kerja tersebut adalah transport atau reach and
move (TRP), grasp (GR), pre-position (PP). Selain itu, assemble (ASY),
use (manual, process or machine time)-(US), diassemble (DSY), mental
process (MP), dan release (RL).
2. Basic Motion
Basic motion dikembangkan dari tahun 1949-1953 oleh Gerald B.
Bailey dan Ralph Presgrave. Data pada Basic Motion ini sebenarnya
adalah revisi dari MTM dan ada penambahan beberapa pola dari
predetermined system. Hal Ini bertujuan agar lebih mudah untuk
diaplikasikan dan perbedaan penghitungan waktu baku yang relatif kecil
selisihnya. Selain itu, lebih memungkinkan pendekatannya.
3. Micromotion Time Measurement
Dalam menganalisis gerakan kerja sering kali dijumpai kesulitan
dalam menentukan batas-batas suatu elemen therblig dengan elemen
yang lainnya. Hal ini dikarenakan, waktu kerja dari suatu pekerjaan yang
terlalu singkat dan ceoat. Untuk memudahkannya, dilakukan perekaman
atas gerakan-gerakan kerja dengan menggunakan kamera film (video
recorder). Hasil perekaman dapat diputar ulang kalau perlu dengan
kecepatan lambat (slow motion). Sehingga analisa gerakan kerja dapat
dilakukan dengan lebih teliti dan lebih jelas. Aktivitas micromotion studi
mengharuskan dilakukannya perekaman dari setiap gerakan kerja yang
12
yang akan dihasilkan, serta berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut (Freivalds dan Niebel, 2009)
Waktu baku dibentuk secara tidak langsung, melainkan perlu adanya penambahan
seperti kelonggaran dan penyesuaian. Hal itu dilakukan karena tidak semua orang
memiliki kemampuan yang sama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu.
Misalnya, satu orang bekerja lebih lambat dibanding pekerja yang lainnya. Hal
tersebut dipengaruhi oleh faktor internal seperti kapasitas fisik individu, motivasi,
dan lain-lain.
Perbedaan performansi juga diakibatkan oleh faktor lingkungan fisik yang
berbeda seperti temperatur, kelembaban, pencahayaan, kebisingan dan lain-lain.
Manfaat Waktu Baku :
• Penjadwalan produksi (Production Schedulling )
• Perencanaan kebutuhan tenaga kerja ( Man Power Planning )
• Perencanaan sistem kompensasi
• Menunjukkan kemampuan pekerja berproduksi
• Mengetahui besaran - besaran performansi sistem kerja berdasar data
produksi aktual
14
Waktu siklus adalah waktu pekerja menyelesaikan pekerjaannya saat diamati pada
waktu itu juga. Waktu ini merupakan waktu dasar pekerja menyelesaikan
pekerjaannya dalam kondisi yang ia terima di lapangan dan dalam situasi yang
wajar. Artinya, pekerja tersebut tidak sedang dalam kondisi termotivasi (sehingga
waktunya dipercepat) atau dalam kondisi terdemotivasi (sehingga waktunya
melambat).
Penentuan waktu siklus yang baik dapat dilakukan beberapa kali sehingga dapat
dibandingkan antara hasil pengukuran satu dengan yang lainnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Data waktu yang dibuat untuk suatu kelompok pekerjaan hanya berlaku
untuk kelompok itu sendiri. Maka para ahli pun berusaha untuk mendapatkan
data waktu baku pekerjaan yang dapat berlaku lebih umum. Hal ini kemudian
dilakukan dengan menjadikan elemen-elemen gerakan sebagai rincian dari
suatu pekerjaan. Yang dimaksud dengan elemen-elemen gerakan di sini
adalah serupa dengan yang dimaksud oleh Gilbreth dan istrinya mengenai
therblig-therblig. Dari therblig-therblig inilah timbul gagasan mengurai suatu
pekerjaan atas elemen-elemen walaupun elemen-elemen gerakan di sini tidak
selalu sama dengan yang dikemukakan Gilbreth. Cara ini dikenal sebagai
penentuan waktu baku dengan Data Waktu Gerakan.
Berbagai cara pembagian suatu pekerjaan atas elemen-elemen gerakan
telah melahirkan beberapa metoda penentuan waktu baku secara sintesa.
Terdapat di antaranya Analisis Waktu Gerakan (Motion Time Analysis),
Waktu Gerakan Baku (Motion Time Standard), Waktu Gerakan Dimensi
(Dimention Motion Time), Faktor Kerja (Work Factor), Pengukuran Waktu
Metoda (Motion Time Measurement), dan Pengukuran Waktu Gerakan Dasar
(Basic Motion Time).
15
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengukuran_Kerja_Manajemen_Operasi
http://citatoungy.blogspot.co.id/2011/01/data-waktu-gerakan.html