Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PROSES PRODUKSI UJI SAMPEL DAN IDENTIFIKASI

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN METODE

WHAT IF ANALYSIS

BALAI BESAR PENGUJIAN MINYAK DAN GAS BUMI (LEMIGAS)

DISUSUN OLEH:

RIO ALFERO

1944290026

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I

JAKARTA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Aspek kesehatan dan keselamatan kerja menjadi hal yang sangat penting untuk

diperhatikan oleh suatu instansi atau perusahaan karena dampak kecelakaan kerja akan

berimbas pada citra perusahaan dan menurunkan citra perusahaan di mata klien, media,

dan pekerja lainnya.

Filosofi dasar keselamatan dan kesehatan kerja atau disingkat dengan K3 adalah

melidungi keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya,

melalui upaya-upaya pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada di

lingkungan tempat kerjanya. bila semua bentuk potensi bahaya telah dikendalikan dan

memenuhi batas standar aman, maka akan memberikan kontribusi terciptanya kondisi

lingkungan kerja yang aman, sehat, dan proses produksi menjadi lancar, yang pada

akhirnya akan dapat menekan risiko kerugian dan berdampak terhadap peningkatan

produktivitas.

untuk mengendalikan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK),

diperlukan usaha untuk mengidentifikasi sumber / factor bahaya yang ada dilingkungan

tempat kerja dan melakukan evaluasi tingkat resiko dan cara

untuk mengendalikannya. Dalam bidang K3 banyak sistem untuk

mengidentifikasi dan mengevaluasi sumber bahaya. Cara ini sangat bermanfaat bagi

perusahaan untuk mengetahui dan mengurangi kecelakaan kerja dan PAK. Salah satu
cara untuk mengidentifikasi sumber bahaya yang ada ditempat kerja dengan melakukan

Analisa kesehatan keselamatan Kerja atau yang sering disebut what if analysis

Dalam lingkungan industri khususnya di balai besar Minyak dan Gas Bumi

masih Rawan dalam Kesehatan dan Keselamatan kerja. Dengan demikian, resiko

terhadap setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan proses Produksi Sampel dapat

diminimalkan.Berdasarkan uraian diatas peneliti mengambil judul “PROSES

PRODUKSI UJI SAMPEL DAN IDENTIFIKASI KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA DENGAN METODE WHAT IF ANALYSIS DI PUSAT

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI MINYAK DAN GAS

BUMI”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang ada pada latar belakang di atas, yang dimana Pusat

Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi selama 2021 masih

Rawan dalam kecelakaan tetapi perusahaan mempunyai kebijakan untuk zero accident

maka perumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses produksi UJI SAMPEL ?

2. Bagaimana besarnya dampak resiko dan peringkat resiko dari pekerja pada proses

produksi UJI SAMPEL metode what if Analysis?

3. Bagaimana menentukan sumber-sumber bahaya yang berpotensi menimbulkan

risiko kecelakaan kerja pada proses produksi di balai besar pengujian minyak dan

gas bumi ?

4. Identifikasi Bahaya pada kesehatan dan keselamatan Kerja di Seluruh Lingkungan

Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi ?


1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud

Maksud dari penelitian analisis K3 dengan metode what if analysis

pada proses produksi uji sampel di Pusat Penelitian dan Pengembangan

Teknologi Minyak dan Gas Bumi adalah untuk melihat seberapa besar potensi

bahaya yang terjadi pada proses produksi uji sampel di Pusat Penelitian dan

Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi

1.3.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui proses produksi uji sampel di Pusat Penelitian dan

Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi

2. Memperkirakan besarnya dampak risiko dan peringkat risiko dari

pekerja yang mungkin akan terjadi dengan menggunakan metode

What if Analysis.

1.4 Menentukan sumber-sumber bahaya yang berpotensi menimbulkan risiko kerja pada

proses produksi uji sampel di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak

dan Gas Bumi

1.5 Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini sesuai dengan yang direncanakan, dapat dimengerti, lebih

jelas, tidak menyimpang dan terarah kerangka penelitiannya maka perlu dibuat

batasan masalah sebagai berikut:

1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Januari 2021 hingga
Desember 2021

2. Pengidentifikasian risiko bahaya dilakukan pada proses produksi Uji Sampel

di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi

3. Objek yang akan diamati adalah tenaga kerja,peralatan atau mesin,dan

lingkungan tempat kerja pada proses produksi Uji Sampel Pusat Penelitian dan

Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi

4. Proses Produksi ini hanya Tahapan – Tahapan saja tanpa ada hasil data dari

Uji Sampel dikarenakan Dokumen Negara

5. Tidak membahas masalah biaya.


1.6 Metode Pengumpulan Data

Di dalam penelitian ini untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi, maka

dilakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang

dihadapi, metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data antara lain:

1. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mencari informasi yang relevan

dengan topik atau masalah yang menjadi obyek penelitian baik yang bersifat

sebagai dasar penelitian maupun yang bersifat sebagai pendukung yang

berkaitan dengan kecelakaan kerja dan proses produksi.

2. Penelitian lapangan

Dapat dilakukan secara observasi yaitu pengamatan secara langsung di

tempat produksi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan

Gas Bumi dan wawancara kepada pekerja secara langsung.

1.7 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan uraian singkat tentang latar belakang masalah, maksud dan

tujuan, perumusan masalah, pembatasan masalah, metode pengumpulan data dan

sistematika penulisan.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini menjelaskan tentang sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi,

visi dan misi perusahaan,bahan baku, produk yang dihasilkan

BAB III LANDASAN TEORI

Bab ini berisikan teori-teori dari literatur yang dapat menunjang sebagai dasar

dan dapat menyelesaikan penulisan laporan kerja praktek ini yaitu mengenai proses

produksi, sistem produksi, peta kerja.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data-data yang diperoleh dari perusahaan

berupa data mengenai sejarah dan perkembangan perusahaan, produk yang dihasilkan

dan pengolahan datanya.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan tentang analisa dan pembahasan dari hasil pengolahan data

sesuai teori yang ada.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari apa yang telah diuraikan dari bab-bab

sebelumnya serta saran ntuk pihak perusahaan yang diharapkan dapat bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Umum Perusahan

Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi

(PPPTMGB) “LEMIGAS” merupakan lembaga penelitian dan pengembangan

pemerintah pada Kementerian ESDM yang berada dibawah Unit Eselon I Badan

Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Energi dan Sumber Daya Mineral. Hal ini

sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 18

tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian ESDM sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Menteri ESDM Nomor 22 tahun 2013. Pembentukan Pusat

Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi (PPPTMGB)

“LEMIGAS” memiliki sejarah yang panjang, baik dari sector anggaran, studi hingga

pembentukan tim awal dan pada akhirnya terbentuk pada tanggal 11 juni 1965. Hal ini

juga tidak luput dari berbagai kepentingan asing pada saat itu. Hal ini dimulai sejak

tahun 1960, pada saat itu Pemerintah mengeluarkan Undang-undang Nomor 44 Tahun

1960 yang mengatur tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi. Dalam Undang-

undang tersebut, Pemerintah mengubah status hukum bagi perusahaan-perusahaan

asing di Indonesia dengan membatasi pergerakannya hanya sebagai kontraktor dan

melepas hak-hak konsesinya. Pada tanggal 1 Juni 1961, Ir. Sjarief A. Loebis diangkat

menjadi ketua bagian Pengolahan dan Research Laboratorium. Ia di tugaskan untuk

membentuk naskah rencana pembangunan Pusat Pendidikan Percobaan dan Latihan

Masalah Minyak dan Gas Bumi. Selanjutnya pada tahun tersebut mulai adanya
pengadaan lahan yang berlokasi di Cipulir, 6 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan seluas 5

hektarre dan di Grogol, Jakarta Barat, seluas 3 hektare. Selanjutnya pada tahun 1963,

pada akhirnya dilakukan perundingan pada bulan Mei antara perusahaan migas asing

yang beroperasi di Indonesia dengan Pemerintah Indonesia yang berlangsung di Tokyo.

Berdasarkan perundingan tersebut, Pemerintah mengeluarkan UU Nomor 14 tahun

1963 yang berisis menjamin kelangsungan perusahaan Migas asing yang beroperasi di

Indonesia namun, akan dilakukan pengalihan sumber daya manusia, teknologi,

produksi hingga system pemasaran, Setelah itu pada September 1963 dibenttuk Institut

Minyak dan Gas Bumi Indonesia dengan berasaskan tiga kegiatan pokok dalam bidang

penelitian, Pendidikan serta bidang informasi.

Hal ini meliputi eksplorasi, produksi, pengolahan dan aplikasi, serta marketing

khususnya di sector minyak ndan gas bumi Indonesia. Pembentukan Institut Minyak

dan Gas Bumi Indonesia merupakan atas dasar usulan dari Panitia Persiapan Reasearch

Laboratorium yang diketuai oleh Ir. Sjarief A. Loebis. Pada tanggal 20 Agustus 1964

dibentuk Proyek Persiapan Lembaga Minyak dan Gas Bumi yang ditugaskan untuk

mendirikan LEMIGAS. Hal ini juga didasarkan pada Surat Keputusan Menteri

Perindustrian Dasar dan Pertambangan No. 478/Perdatam/64. Selanjutnya, pada tahun

1965 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Urusan Minyak dan Gas Bumi No. 17/M/

Migas/65 telah mengesahkan bahwa keberadaan Lembaga Minyak dan Gas Bumi

“LEMIGAS” sebagai organisasi eksekutif di bawah Departemen Urusan Minyak dan

Gas Bumi.

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 5 Tahun 2022

tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 123), struktur organisasi Pusat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”

mengalami perubahan. Struktur organisasi yang semula Pusat Penelitian dan

Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” berubah menjadi

Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi.

2.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi adalah suatu susunan komponen atau unit unit kerja dalam

sebuah organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk

mencapai tujuan yang diharapkan Sebuah organisasi terdiri dari orang, sumber daya

selain manusia, serta komitmen yang diperoleh dan disusun untuk mencapai strategi

dan sasaran organisasi. Struktur organisasi menggambarkan cara di mana wewenang

dan tanggung jawab pengambilan keputusan didistribusikan dalam sebuah organisasi.

Perusahaan membutuhkan struktur organisasi yang baik dan jelas untuk memperlancar

pekerjaan dan tugas sehingga seorang pimpinan akan lebih mudah dalam melakukan

tugas pengawasan dan kordinasi terhadap bawahannya

Berikut struktur organisasi pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan

Gas Bumi :
2.3 Visi dan Misi Perusahaan

2.3.1 Visi Perusahaan

Menjadi Lembaga Penelitian dan Pengembangan yang Unggul,

Profesional, dan Bertaraf Internasional di bidang Minyak dan Gas.

2.3.2 Misi Perusahaan

 Meningkatkan peran “LEMIGAS” untuk memberikan masukan bagi

kebijakan pemerintah guna mpeningkatan iklim yang kondusif bagi industri

migas;

 Meningkatkan Kualitas Pelayanan untuk memberikan penilaian tambahan

bagi klien;

 Menciptakan produk unggulan dan mengembangkan produk andalan;

 Meningkatkan iklim kerja yang kondusif melalui sinergi, koordinasi, serta

penerapan sistem manajemen secara konsisten.


2.4 Logo Perusahaan

Logo perusahaan Pusat Penelitian Teknologi Minyak dan Gas Bumi

Gambar 2.2 Logo Perusahaan

2.5 Lokasi Perusahaan

Pusat Penelitian Teknologi Minyak dan Gas Bumi merupakan salah satu

perusahaan milik negara yang beralamatkan di Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Cipulir

Kebayoran Lama, Jakarta Selatan Perusahaan ini letakanya cukup strategis, dilihat dari

posisinya memberikan kemudahan kapada pihak perusahaan. Alasan pemilik

perusahaan memilih lokasi ini dikarenakan tempat nya ramai, yang mana lokasi ini

mempermudah pihak perusahan dalam hal pengangkutan bahan baku dan Costumer.

Selain itu lokasi ini juga berdekatan dengan pemukiman warga dan Lokasi disini

sangat Strategis dengan Perkantoran dimana apabila Costumer ingin berkunjung atau

Studi dll Lebih Memudahkan.

2.6 Tugas dan Wewenang

Struktur organisasi perusahaan merupakan gambaran skematis tentang hubungan

kerja sama yang ada dalam perusahaan ataupun organisasi untuk mencapai sasaran.

Stuktur organisasi ini menggambarkan pembagian kerja, garis-garis


wewenang,pembatasan tugas dan tanggung jawab dari unit unit organisasi yang ada

dalam suatu perusahaan. Adapun struktur organisasi pada Pusat Penelitian Teknologi

Minyak dan Gas Bumi yaitu terdiri dari:

2.7 Ketenagakerjaan

Berikut adalah kinerja dan mutu dari sumber daya manusia yang dimiliki Pusat

Penelitian Teknologi Minyak dan Gas Bumi.

1. Jumlah tenaga kerja

Total tenaga kerja di Pusat Penelitian Teknologi Minyak dan Gas Bumi

berjumlah ... orang karyawan.

2. Pengaturan kerja karyawan

Jam kerja rutin dilakukan setiap hari yaitu dari hari Senin sampai dengan hari

minggu dengan jam kerja mulai pukul 09:00 sampai pukul 16:00 WIB.

2.8 Fasilitas Perusahaan

Untuk memenuhi standar yang ada pada Pusat Peneliatian Teknologi Minyak dan Gas

Bumi, proses produksi didukung oleh berbagai peralatan penunjang lainya. Dibawah ini

merupakan fasilitas yang berada di Pusat Peneliatian Teknologi Minyak dan Gas Bumi:

Gambar 2.3 Mesin Pengaduk


Gambar 2.4 Mesin

Gambar 2.5 Timbangan

Gambar 2.6 Wadah Adonan


Gambar 2.7 Rak Pengembangan

Gambar 2.8 Tempat Oven

2.9 Pemeriksaan Kualitas

2.10 Proses Produksi


BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Proses Produksi Dan Sistem produksi

Proses produksi adalah kegiatan yang mengkombinasikan faktor-

faktor produksi (man, money, material, method) yang ada untuk

menghasilkan suatu produk. Sifat proses produksi adalah mengolah, yaitu

mengolah bahan baku dan bahan pembantu secara manual dengan

menggunakan peralatan, sehingga menghasilkan suatu produk yang

nilainya lebih dari barang semula.

Proses produksi dapat dibedakan berdasarkan jangka waktu

produksi, ada 2 jenis jangka waktu produksi yaitu:

1. Proses produksi terus-menerus

Produksi yang memakai berbagai fasilitas untuk menciptakan

produk secara terus-menerus. Proses ini umunya dalam skala besar,

untuk jenis produk yang sama dan tidak terpengaruh waktu dan

musim.

2. Proses produksi terputus-putus

Proses produksi yang tidak setiap saat, tergantung musim,

pesanan, dan faktor lainnya.Jenis jangka waktu produksi tersebut akan

19
mempengaruhi tata letak fasilitas dari peralatan produksi. Ada 2

macam tata letak dasar yang dapat diidentifikasikan yaitu:

20
20

a. Tata letak berdasarkan proses (process layout)

Process layout/tata letak berdasarkan proses sangat tepat untuk

digunakan dalam proses produksi terputus karena dalam tata letak

berdasarkan proses ini, pusat pemrosesan dikelompokan sesuai dengan

fungsinya.

b. Tata letak berdasarkan produk (product layout)

product layout/tata letak berdasarkan produk digunakan jika

suatu perusahaan memproduksi satu jenis produk yang diproduksi

secara massal.

3.1.1 Sistem Produksi

Sistem produksi adalah serangkaian aktivitas yang

dilakukan untuk mengolah atau mengubah sejumlah masukan

(input) menjadi sejumlah keluaran (output) yang memiliki nilai

tambah. Pengolahan yang terjadi bisa secara fisik maupun nonfisik.

Sedangkan nilai tambah adalah nilai dari keluaran yang bertambah

dalam pengertian nilai guna atau nilai ekonomisnya.

Untuk memilih sistem produksi yang tepat untuk suatu

perusahaan, harus dilihat terlebih dahulu mengenai jenis

produksinya. Jenis produksi sangat bergantung pada jumlah dan

bagaimana cara memproduksinya.Berdasarkan cara pembuatan,

produksi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:


20

1. Make to stock (MTS),proses produksi ini tidak ditujukan untuk

melayani pesanan, namun distok untuk mengantisipasi

Permintaan

2. Make to order (MTO), proses produksi yang dibuat

sesuai dengan kebutuhan konsumen.

3. Engineering to order (ETO), proses produksi yang

akan dirancang dan di produksi setelah adanya

pemesanan

4. Assembly to order (ATO), proses produksi yang

sudah ada rakitannya dan akan dirakit ketika ada

pesanan.

3.2 Peta-peta kerja

Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan

kerja secara sistematis dan jelas. Lewat peta-peta ini kita bisa melihat

semua.

langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja dari

masuk ke pabrik sampai akhirnya menjadi produk jadi, baik produk

lengkap maupun bagian dari produk lengkap.

Pada dasarnya, semua perbaikan tersebut ditujukan untuk

mengurangi biaya produksi secara keseluruhan, dengan demikian, peta ini


20

merupakan alat yang baik untuk menganalisa sehingga mempermudah

suatu pekerjaan dalam perencanaan perbaikan kerja.

Peta Kerja Keseluruhan

Peta kerja keseluruhan adalah peta kerja yang

menggambarkan kegiatan kerja keseluruhan dalam membuat suatu

produk sampai selesai, yang dibedakan menjadi beberapa bagian

yang diantara nya adalah:

Gambar 3.1: lambang peta kerja


20

1. Peta Proses Operasi

Suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses

yang akan dialami bahan baku mengenai urutan-urutan operasi dan

pemeriksaan sampai menjadi produk jadi. Memuat informasi-informasi

seperti : kegiatan yang dilakukan, waktu yang dihabiskan, material yang

digunakan dan tempat atau mesin yang dipakai.

Gambar 3.2 Peta proses operasi


20

2. Peta Aliran Proses

Peta Aliran Proses adalah suatu diagram yang menunjukkan

urutan-urutan dari operasi, pemeriksaan, transportasi, menunggu, dan

penyimpanan yang terjadi selama satu proses kerja berlangsung, serta di

dalamnya memuat pula informasi- informasi yang diperlukan untuk

analisa seperti waktu yang dibutuhkan dan jarak perpindahan.

Gambar 3.3 Peta aliran proses


20

3. Peta Proses Regu Kerja

Merupakan hasil perkembangan dari Peta Aliran Proses. Biasa

digunakan dalam suatu tempat kerja dimana untukmelaksanakan

pekerjaan tersebut memerlukan kerjasama yang baik dari sekelompok

pekerja. Digunakan untuk menunjukkan beberapa aktivitas dari

sekelompok orang yang bekerja bersama- sama dalam suatu proses atau

prosedur kerja, dimana satu aktivitas dengan aktivitas lainnya saling

bergantungan.

Gambar 3.4 Peta Proses Regu kerja


20

4. Diagram Aliran

Merupakan suatu gambaran menurut skala dari susunan lantai dan

gedung, yang menunjukkan lokasi dari semua aktivitas yang terjadi

dalam Peta Aliran Proses. Aktivitas, yangberarti pergerakan suatu

material atau orang dari suatu tempatempat berikutnya, dinyatakan oleh

garis aliran dalam diagram tersebut. Arah aliran digambarkan oleh anak

panah pada garis aliran tersebut.

Gambar 3.5 Diagram Aliran


20

Peta Kerja Setempat

Peta kerja setempat digunakan sebagai alat untuk

mempermudah suatu sistem kerja. Macam-macam peta kerja

setempat,yaitu :

a. Peta pekerja dan mesin

Merupakan suatu grafik yang menggambarkan

koordinasi antara waktu bekerja dan waktu menganggur dari

kombinasi antara pekerja dan mesin. Informasi penting yang

diperoleh melalui peta ini adalah hubungan yang jelas antara

waktu kerja operator dan waktu operasi mesin yang

ditanganinya.
20

Gambar 3.6 peta pekerja dan mesin


20

b. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan

Peta ini menggambarkan semua gerakan saat bekerja

dan waktu menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan

tangan kanan, juga menunjukkan perbandingan antara tugas

yang dibebankan pada tangan kiri dan tangan kanan Ketika

melakukan suatu pekerjaan. Peta ini memiliki kegunaan yang

lebih khusus, diantaranya:

1. Alat untuk menganalisa tata letak stasiun kerja

2. Memperbaiki suatu stasiun kerja

3. Menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang

tidak efisien dan tidak produktif, sehingga akan

mempersingkat waktu kerja.

Gambar 3.7 Peta tangan kiri tangan kanan


20

3.3 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

3.3.1 Pengertian K3 Secara Umum

1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau sering disingkat K3

adalah melindungi keselamatan dan kesehatan para pekerja

dalam menjalankan pekerjaannya, melalui upaya-upaya

pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada di

lingkungan tempat kerja. Definisi K3 secara khusus dapat

dibagi menjadi 2, yaitu: Definisi K3 secara keilmuan, suatu

ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah

kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit

yang ada di lingkungan kerja.

2. Definisi K3 secara filosofi, upaya yang dilakukan untuk

memastikan keutuhan dan kesempurnaan jasmani dan rohani

tenaga kerja pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya

terhadap hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan

makmur Keamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja (K3)

merupakan salah satu hal pentung yang wajib diterapkan oleh

semua perusahaan. Hal ini juga tertuang dalam Undang-

Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 pasal 87.

3.3.2 Pengertian K3 Menurut Para Ahli

1. Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah


kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan
kerusakan dimana kita bekerja yang mencakup tentang
kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan, dan
kondisi pekerja.
20
20

2. Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby


Shiantosia (2000, p.6), mengartikan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan
yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan
maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau
tempat kerja tersebut.

3. Jackson (1999, p. 222), menjelaskan bahwa Kesehatan dan


Keselamatan Kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi
fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang
diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh
perusahaan.

4. Menurut Mangkunegara (2002, p.163) Keselamatan dan


kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia
pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju
masyarakat adil dan makmur.

5. Menurut Mangkunegara (2002, p.170), bahwa indikator


penyebab keselamatan kerja adalah keadaan tempat
lingkungan kerja, yang meliputi:

 Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang


berbahaya yang kurang diperhitungkan keamanannya.
 Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
 Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada
tempatnya.
 Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi:
 Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
 Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang
baik Pengaturan penerangan.
20

6. World Health Organization (WHO)

Menurut WHO pengertian K3 adalah upaya yang

bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara derajat

kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya

bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap

gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi

pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari

risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan.

3.3.3 Fungsi K3

Pada pelaksanaannya K3 memiliki fungsi yang cukup

banyak dan bermanfaat, baik bagi perusahaan maupun bagi pekerja.

Berikut adalah beberapa fungsi K3 secara umum:

Membantu memberikan saran dalam perencanaan, proses

organisir, desain tempat kerja, dan pelaksanaan kerja.

1. Sebagai pedoman untuk melakukan identifikasi dan penilaian

akan adanya resiko dan bahaya bagi keselamatan dan kesehatan

di lingkungan kerja.

2. Sebagai pedoman dalam membuat desain pengendalian bahaya,

metode, prosedur dan program.

3. Memberikan saran mengenai informasi, edukasi,dan pelatihan

mengenai kesehatan dan keselamatan kerja.


20

3.3.4 Tujuan K3

Menurut UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan

Kerja, tujuan dari K3 adalah mencegah terjadinya kecelakaan dan

sakit dikarenakan pekerjaan. Selain itu, K3 juga berfungsi untuk

melindungi semua sumber produksi agar dapat digunakan secara

efektif.

Berikut ini adalah tujuan dari K3:

1. Untuk menjaga dan memastikan keselamatan dan kesehatan

semua orang yang berada di lingkungan kerja.

2. Untuk memastikan sumber produksi terpelihara dengan baik

dan dapat digunakan secara aman dan efisien.

3. Untuk melindungi dan memelihara kesehatan dan keselamatan

tenaga kerja sehingga kinerjanya dapat meningkat.

3.3.5. Penyebab Kecelakaan Kerja

Menurut Mangkunegara (2008) ada beberapa hal yang

menjadi penyebab kecelakaan kerja yaitu:

1. Keadaan tempat lingkungan kerja,

a. Penyusunan dan penyimpanan barang barang yang

berbahaya kurang diperhitungkan keamanannya.

b. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.

c. Pembuangan limbah dan kotoran tidak pada tempatnya.


20

2. Pengaturan udara

a. Pergantian uadara yang tidak optimal.

b. Suhu kerja yang tidak kondusif.

3. Pengaturan penerangan

a. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat

b. Ruang kerja yang kurang cahaya

4. Pemakaian peralatan kerja.

a. Pengamanan peeralatan yang sudah usang.

b. Penggunaan mesin tanpa alat pengamanan.

5. Kondisi fisik dan mentakl para pegawai.

a. Stamina pegawai yang tidak stabil.

b. Emosional pegawai yang tidak stabil.

c. Tekanan pekerjaan.

d. Sikap yang ceroboh.

e. Kurang pengetahuan tentang penggunaan mesin.

3.4. Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan

Kerja (SMK3)

Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang disebut

SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang

meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,

prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,

penerapan, pencapaian, peng-kajian dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam

rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kerja guna terciptanya


20

tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif (Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor. 09 / PER / M / 2008).

Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja melalui SMK3 telah

berkembang di berbagai negara baik melalui pedoman maupun standar.

Untuk memberikan keseragaman bagi setiap perusahaan.

Dalam menerapkan SMK3 sehingga perlindungan keselamatan dan

kesehatan kerja bagi tenaga kerja, peningkatan efisiensi, dan produktifitas

perusahaan dapat terwujud maka perlu ditetapkan Peraturan Pemerintah

yang mengatur penerapan SMK3 yang diatur dalam Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


20

Manfaat penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3) bagi perusahaan menurut Tarwaka (2008) adalah:

1. Penerapan manajemen dapat mengetahui kelemahan-kelemahan unsur

sistem operasional sebelum timbul gangguan operasional, kecelakaan,

insiden dan kerugian-kerugian lainnya.

2. Dapat diketahui gambaran secara jelas dan lengkap tentang kinerja K3 di

perusahaan.

3. Dapat meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan perundangan

bidang K3.

4. Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran

tentang K3, khususnya bagi karyawan yang terlibat dalam

pelaksanaan audit.

5. Dapat meningkatkan produktivitas kerja.

3.5 Pedoman Penerapan Sistem Manajemen K3 di Indonesia

3.5.1 Penerapan

Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan

mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang

diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan, dan sasaran K3.

Suatu tempat kerja dalam menerapka

kebijakan K3 harus dapat mengintegrasikan Sistem

Manajemen Perusahaan yang sudah ada. Yang perlu diperhatikan

oleh perusahaan pada tahap ini adalah:


20

1. Jaminan Kemampuan

2. Dukungan tindakan

3. Identifikasi Sumber Bahaya dan Pengendalian Resiko

Pengukuran dan Evaluasi

a. Inspeksi dan pengujian

b. Audit SMK3

c. Tindakan perbaikan dan pencegahan

4. Tinjauan oleh pihak Manajemen

3.6 Plan, Do, Check, Act Dalam SMK3

PDCA, singkatan bahasa inggris dari “Plan, Do, Check, Act”

(Indonesia:Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti), adalah suatu proses

pemecahan masalah empat langkah iteratif yang umum digunakan dalam

pengendalian kualitas. Metode ini dipopulerkan oleh W.Edwards Deming,

yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas modern

sehingga sering juga disebut siklus Deming.

Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart,

dari nama Walter A. Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak

pengendalian kualitas statistis. Belakangan, Deming memodifikasi PDCA

menjadi PDSA (“Plan, Do, Study, Act”) untuk lebih menggambarkan

rekomendasinya.

PDCA dalam SMK3 akan selalu dijalankan ketika organisasi

menjalankan SMK3, organisasi harus memiliki komitmen untuk menjaga

dan meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan menerapkan


20

Sistem Manajemen K3 yang berprinsip pada peningkatan dan perbaikan

berkelanjutan. Dalam menerapkan Sistem Manajemen K3 tersebut,

perusahaan mengacu pada standard sistem manajemen K3 OHSAS 18001:

2007. Berikut adalah metode PDCA dalam SMK3:

1. Plan – Perencanaan SMK3

Setelah menetapkan kebijakan, disusun rencana penerapan

sistem manajemen berdasarkan potensi bahaya atau resiko yang ada

dalam kegiatan perusahaan. Identifikasi bahaya, penilaian dan rencana

pengendalian resiko juga didasarkan kepada persayaratan perundangan

yang berlaku khususnya di lingkungan jasa konstruksi/manufactur.

Berdasarkan hasil tersebut, disusun sasaran dan program kerja K3 untuk

mengendalikan semua potensi risiko yang ada. Perencanaan ini meliputi

identifikasi bahaya dan Resiko, peraturan perundangan terkait dengan

K3, dan program manajemen K3, yang berisi target dan rencana aksi

untuk mencapai target organisasi.

2. Do – Penerapan dan Operasional SMK3

Berdasarkan sasaran dan program kerja dilaksanakan berbagai

elemen kegiatan seperti Training, Komunikasi, Dokumentasi,

Pengontrolan dokumentasi, Operational control, Tanggap darurat. Di

UKM (Guriyana) menyediakan beberapa fasilitas dalam tanggap darurat

seperti P3K, Ambulance, Tandu, Safety alarm, APAR, Hydran,

Poliklinik.

3. Check – Pengukuran dan Pemantauan SMK3


20

Hasil penerapan K3 tersebut diukur dan dipantau secara berkala

untuk memastikan bahwa sistem manajemen K3 berjalan sebagaimana

yang diharapkan. Pemantauan ini terdiri dari monitoring laporan

kecelakaan kerja maupun monitoring peraturan perundangan yang

berlaku, selain itu yang masuk dalam fase monitoring ini adalah internal

audit SMK3 yang diselenggarakan secara periodic. Di UKM (Guriyana)

selalu melakukan internal audit 1xsetahun selama seminggu.

4. Act – Tinjauan Manajemen SMK3

Secara berkala dilakukan tinjauan manajemen oleh manajemen

puncak untuk memastikan bahwa sistem manajemen telah berjalan baik

sesuai harapan, dan jika perlu segera dilakukan tindakan koreksi atau

perbaikan menuju peningkatan berkelanjutan.

3.7 Pengukuran Hasil Pemantauan Keselamatan Kerja

Tujuan Pengukuran dan Pemantauan K3

adalah

• Melacak perkembangan dan peningkatan berkelanjutan. Memantau

pemenuhan peraturan perundang-undangan serta persyaratan lainnya

yang berkaitan dengan penerapan K3.

• Memantau kejadian-kejadian pada kecelakaan kerja serta penyakit

akibat kerja (PAK).

• Menyediakan data untuk mengevaluasi keefektivan

pengendalian operasi K3.

• Menyediakan data yang berguna untuk mengukur kinerja K3 dari


20

perusahaan baik secara proaktif dan reaktif.

• Menyediakan data yang digunakan untuk mengevaluasi penerapan dari

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja Perusahaan.

• Menyediakan data yang akan digunakan untuk menilai kompetensi

personil K3.

3.8 a (Bagaimana,Jika)

3.8.1 What If Analysis (Bagaimana,Jika)

3.8.2 Tujuan Pembuatan What If Analysis (Bagaimana,Jika)

3.8.3 Manfaat Pembuatan What If Analysis (Bagaimana,Jika)

3.8.4 Tahap Pelaksanaan What If Analysis

3.8.5 Identifikasi Bahaya

Dalam membuat strategi untuk mengidentifikasi bahaya di

lingkungan kerja, diperlukan langkah awal. Langkah awal dalam

melakukan identifikasi bahaya di lingkungan kerja adalah dengan

mengetahui, apakah pekerjaan itu sesuai untuk analisis pekerjaan

bahaya. Prioritas harus ditujukan ke jenis pekerjaan berikut:

a. Pekerjaan berhubungan dengan cedera atau sakit tingkat

tertinggi.

b. Pekerjaan berpotensi menyebabkan luka parah atau

menonaktifkan sel/organ tubuh atau sakit.

c. Pekerjaan sangat berisiko, dimana satu kesalahan manusia secara

sederhana dapat mengakibatkan kecelakaan parah atau cedera.

d. Pekerjaan yang baru dengan sistem dan aturan yang berbeda dengan

pekerjaan yang lama.


20

e. Pekerjaan cukup kompleks membutuhkan instruksi tertulis.

3.8.1 Penilaian Resiko (Risk Asessment)

Risiko adalah kemungkinan terjadinya kecelakaan

terjadinya kecelakaan atau kerugian pada periode waktu tertentu

atau siklus operasi tertentu. Setiap bahaya yang sudah diidentifikasi

harus dinilai risikonya. Penilaian risiko terutama ditujukan untuk

menyusun prioritas penanganan bahaya yang sudah diidentifikasi.

Semakin tinggi risiko yang dikandung suatu bahaya semakin kritis

sifat bahaya tersebut dan berarti menuntut tindakan perbaikan atau

penangganan yang semakin mendesak.

Setelah diketahui berbagai potensi bahaya yang ada di

lingkungan pekerjaan selanjutnya perlu diadakan penilaian risiko

tersebut untuk menentukan tindakan pengendalian sesuai prioritas

apakah risiko tersebut cukup besar dan memerlukan pengendalian

langsung atau dapat ditunda.

Penilaian risiko pada hakikatnya merupakan proses untuk

menentukan pengaruh atau akibat pemaparan potensi bahaya yang

dilaksanakan melalui tahap atau langkah yang berkesinambungan.

Oleh karenanya dalam melakukan penilaian risiko ada dua

komponen yang utama yaitu:

1. Analisis Risiko

Dalam kegiatan ini, semua jenis bahaya, risiko yang

bisa terjadi, kontrol atau proteksi yang sudah ada, peluang


20

terjadinya risiko, akibat yang mungkin timbul, dan upaya

pengendalian bahaya dibahas secara rinci dan dicatat selengkap

mungkin (Sahab, 1997).

2. Penilaian Risiko Dalam kegiatan ini dilakukan prediksi tingkat

risiko melalui evaluasi dan merupakan langkah yang sangat

menentukan dalam rangkaian penilaian tingkat risiko (Ichsan,

2004).

Tingkat resiko merupakan perkalian antara tingkat

kekerapan (probability) dan keparahan (severity) dari suatu

kejadian yang dapat menyebabkan kerugian, kecelakaan atau

cedera dan sakit yang mungkin timbul dari pemaparan suatu hazard

ditempat kerja.

a. Tingkat kekerapan

Merupakan keseringan terjadinya kecelakaan terhadap

tenaga kerja/manusia. Tingkat kekerapan atau keseringan

kecelakaan dikategorikan menjadi 4 (empat) kategori sebagai

berikut: Sering; dimana kemungkinan terjadi sangat sering dan

berulang (nilai: 4)

1. Agak sering; dimana kemungkinan terjadi beberapa kali

(nilai: 3)

2. Jarang; dimana kemungkinan terjadinya jarang terjadi atau

terjadinya sekali waktu (nilai: 2)

3. Jarang sekali; kemungkinan terjadi kecil tetapi tetap ada


20

kemungkinan (nilai: 1)

b. Tingkat keparahan

1. Merupakan seberapa berat dampak kecelakaan yang di

alami para tenaga kerja/manusia. Tingkat keparahan

kecelakaan dapat di kaegorikan menjadi 5 (lima) kategori

sebagai berikut: Bencana; kecelakaan yang banyak

menyebabkan kematian (nilai: 5)

2. Fatal; kecelakaan yang mengakibatkan kematian tunggal

(nilai: 4)

3. Cedera Berat; kecelakaan yang mengakibatkan cedera atau

sakit yang parah untuk waktu yang lama tidak mampu

bekerja atau menyebabkan cacat tetap (nilai: 3)

4. Cedera Ringan; kecelakaan yang dapat mengakibatkan

cedera atau sakit ringan dan segera dapat bekerja kembali

atau tidak menyebabkan cacat tetap (nilai: 2)

5. Hampir Cedera; kejadian hampir celaka yang tidak

mengakibatkan cedera atau memerlukan perawatan

kesehatan (nilai: 1)

c. Penentuan Tingkat Risiko.

Penentuan tingkat risiko adalah dengan

mengkombinasikan perhitungan dari dampak risiko dan

peluang risiko.
20

Tabel 3.1 Matrix Penilaian Resiko

Setelah melakukan pengukuran tingkat risiko, selanjutnya harus

dibuat skala prioritas resiko untuk setiap potensi yang di identifikasi dalam

upaya menyusun rencana pengendalian resiko.

Tabel 3.2 Klasifikasi tingkat resiko

3.8.2 Pengendalian Resiko (Risk Control)

Apabila suatu risiko terhadap kecelakaan dan penyakit

akibat kerja telah diidentifikasi dan dinilai, maka pengendalian

risiko harus diimplementasikan untuk mengurangi risiko sampai

batas-batas yang dapat diterima berdasarkan ketentuan peraturan

dan standar yang berlaku.


20

Pengendalian risiko dapat mengikuti pendekatan hirarki

pengendalian (hirarchy of control). Hirarki pengendalian risiko

adalah suatu urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian

risiko yang mungkin timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan

secara berurutan. Hirarki pengendalian risiko (Tarwaka, 2008)

antara lain:

......

3.9 Menentukan Sumber Bahaya

3.9.1 Diagram Pareto

Gambar 3.8 Diagram Pareto

Diagram Pareto dikembangkan oleh Vilfredo Frederigo Samoso

pada akhir abad ke-19 merupakan pendekatan logic dari tahap awal pada

proses perbaikan suatu situasi yang digambarkan dalam bentuk histogram

yang dikenal sebagai konsep vital few and the trivial many untuk

mendapatkan menyebab utamanya.


20

Diagram pareto Merupakan suatu gambar yang mengurutkan

klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan rangking tertinggi

hingga terendah. Membantu menemukan permasalahan yang paling

penting untuk segera diselesaikan sampai dengan masalah yang tidak harus

segera diselesaikan.

Diagram pareto dapat mengidentifikasi masalah yang paling

penting yang mempengaruhi usaha perbaikan kualitas dan memberi

petunjuk untuk mengalokasikan sumber daya untuk menyelesaikan

masalah.

Langkah penyusunan Diagram Pareto:

1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data, misalnya

berdasarkan masalah, penyebab jenis ketidaksesuaian, dan sebagainya.

2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan

karakteristik karakteristik tersebut, misalnya rupiah, frekuensi, unit,

dan sebagainya.

3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah

ditentukan.

4. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari

yang terbesar hingga yang terkecil.

5. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang

digunakan.

6. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan relatif

masing- masing masalah.


20

7. Mengidentifikasi beberapa hal yang penting untuk mendapat perhatian


20

3.9.2 Diagram Sebab Akibat

3.9.3
20
20
20

Anda mungkin juga menyukai