Anda di halaman 1dari 5

Jawaban UAS Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. FMEA (Failure Modes and Effect Analysis) dan HAZOPS (Hazard and Operability
Study) adalah metode analisis potensi bahaya dalam program keselamatan dan
kesehatan yang diperuntukkan agar dapat meminimalisasi bahaya di tempat kerja
yang dapat merugikan pekerja maupun perusahaan. Perbedaan mendasar dari
aplikasi FMEA (Failure Modes and Effect Analysis) dan HAZOPS (Hazard and
Operability Study) adalah pada objek yang dianalisis, dimana FMEA menganalisis
berbagai pertimbangan kesalahan dari peralatan yang digunakan, sedangkan
HAZOPS mengidentifikasi permasalahan dari operasional proses yang dapat
mempengaruhi efisiensi produksi dan keselamatan. Hal lain yang dapat
membedakan aplikasi FMEA dengan HAZOPS diuraikan sebagai berikut ini:
1) FMEA merupakan sebuah teknik yang mengidentifikasi tiga hal, yaitu
penyebab kegagalan yang potensial dari sistem, desain, produk, dan proses
selama siklus hidupnya; efek dari kegagalan tersebut; dan ingkat kekritisan efek
kegagalan terhadap fungsi sistem, desain, produk, dan proses. Sedangkan
HAZOPS sebuah teknik yang mengidentifikasi dan mengevaluasi bahaya dalam
proses yang direncanakan atau yang sudah ada dan dioperasikan dengan cara
yang paling efektif, ekonomis, dan tepat waktu.
2) FMEA bertujuan untuk mengidentifikasi setiap bentuk kegagalan, dari urutan
peristiwa yang berhubungan dengannya, penyebabnya, dan dampaknya;
menglasifikasikan setiap bentuk kegagalan yang berhubungan dengan
karakteristik, termasuk pendeteksian, diagnosa, pengujian, pergantian barang,
kompensasi dan ketentuan operasional. Sedangkan HAZOPS bertujuan untuk
mengidentifikasi risiko yang terkait dengan operasi dan pemeliharaan sistem;
mengidentifikasi masalah potensial operabilitas dan penyebab gangguan
operasional serta kemungkinan penyimpangan pada produk yang mengarah
pada ketidaksesuaian produk.
3) Pada studi kasus agroindustri yang pernah dipresentasikan, dapat dianalisis
menggunakan aplikasi FMEA dan HAZOPS. Dimana, studi kasus yang diamati
adalah analisis potensi bahaya pada industri minuman botol kaca karena semua
bentuk proses produksi dalam aktivitas industri minuman botol kaca pasti
memiliki risiko kegagalan. Risiko produksi yang dihadapi dapat ditimbulkan
oleh tenaga kerja dan mesin pada proses produksi, serta kesalahan pada proses
distribusi produk. Studi kasus ini lebih memfokuskan pada stasiun kerja
pemasangan tutup botol. Dengan metode FMEA, dapat dianalisis kemungkinan
kesalahan pada barang/equipment/peralatan pada stasiun kerja pemasangan
tutup botol. FMEA digunakan untuk mengusulkan beberapa rekomendasi untuk
memperbaiki proses dan menetapkan prosedur kerja dan intruksi kerja mesin
yang standar, pelatihan operator yang bertanggung jawab di stasiun kerja
pemasangan tutup botol. Dengan FMEA dapat dilakukan identifikasi risiko,
analisis penilaian risiko dan penentuan prioritas risiko, serta penyusunan
perumusan strategi dan penentuan prioritas strategi mitigasi risiko pada stasiun
kerja pemasangan tutup botol. Pada identifikasi risiko, identifikasi dilakukan
untuk mendefinisikan faktor-faktor yang menjadi tolak ukur penelitian dalam
aktivitas pemasangan tutup botol. Setelah identifikasi risiko, diporoleh nilai
risiko untuk ditentukkan prioritas risiko hasil. Dari penilaian risiko
menggunakan metode FMEA diperoleh nilai RPN yang digunakan untuk
menentukan peringkat risiko yang direpresentasikan. Setelah diketahui nilai
RPN dari setiap faktor risiko, dapat ditentukkan alternatif strategi mitigasi dan
faktor risiko prioritas. Risiko dengan angka RPN tertinggi dari setiap faktor
risiko merupakan risiko yang harus diberikan solusi terlebih dahulu.
Sementara itu, dengan metode HAZOPS dapat dianalisis process facility yang
rumit dan kecelakaan kecelakaan yang pernah terjadi (untuk revalidasi) saat
melakukan pemasangan tutup botol. HAZOPS dapat diterapkan melalui
identifikasi adanya potensi bahaya pada area pemasangan tutup botol dengan
mengamati adanya segala penyimpangan yang terjadi sehingga mampu
menyebabkan kecelakaan kerja, kemudian melengkapi kriteria yang ada pada
HAZOP worksheet. Dengan menggunakan metode HAZOPS dapat
diidentifikasi sumber potensi bahaya yang terjadi pada stasiun kerja
pemasangan tutup botol. Salah satu sumber potensi bahaya yang dapat
ditemukan adalah saat pemasangan tutup botol dapat mengakibatkan luka atau
tergores karena adanya pecahan botol di ruang pemasangan secara manual.
Kemudian, dari identifikasi tersebut dapat ditentukkan tindakan untuk
menghindari hal tersebut, yaitu dapat dengan menggunakan pemakaian sepatu
tertutup atau sepatu karet dan pembersihan dengan segera bila ada pecahan
botol.
2. Berikut ini merupakan penjelasan tahapan penyusunan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di agroindustri menggunakan
pendekatan Rekayasa Kansei, FMEA (Failure Modes and Effect Analysis) dan
HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control).
1) Observasi visual terhadap lingkup, lingkungan kerja, kebijakan, dan stasiun
kerja yang ada (UU dan ISO).
Dalam penyusunan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3), pemilik usaha paling sedikit harus melakukan tinjauan awal kondisi
visual sekitar tempat kerja yang meliputi lingkup, lingkungan kerja, kebijakan,
dan stasiun kerja yang ada berdasarkan UU dan ISO yang berlaku agar bisa
mengetahui metode identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian yang
akan digunakan.
2) Studi literatur/tinjauan pustaka
Dalam tahap ini, pemilik usaha melakukan studi lietarur untuk memverifikasi
apakah suatu permasalah K3 yang dapat ditimbulkan pada tempat kerja sudah
pernah diteliti atau tidak sebelumnya, mempelajari kesuksesan dan kegagalan
dari penelitian yang sudah ada, serta untuk menambah pegetahuan peneliti
dalam mengembangkan pembahasan penyusunan SMK3. Selain itu, dalam
tinjauan pustaka terdapat question-based research projects yang memiliki
unsur dan proses dimana tinjauan pustaka dapat membantu penyusun SMK3
dalam mengkorelasikan antara satu identifikasi bahaya dengan identifikasi
lainnya sehingga melalui proses tersebut akan membantu menyusun SMK3.
Kemudian, tinjauan pustaka juga digunakan untuk menentukan teori mana yang
tepat untuk dalam menyelesaikan permasalahan K3. Hal ini dikarenakan
tinjauan pustaka dapat membantu dalam mengetahui hal-hal apa saja yang telah
atau belum diobservasi, sehingga melalui proses ini pemilik usaha dapat
menemukan permasalahan K3 problematis baru di agroindustri yang dapat
diketahui lebih lanjut.
3) Menetapkan indikator presepsi manusia terhadap SMK3 (rekayasa Kansei
dengan analisis semantik, uji validitas, uji reliabilitas response rate)
Setelah melakukan studi literatur maka ditetapkan indikator presepsi manusia
terhadap SMK3 untuk mengetahui persepsi seseorang terhadap SMK3.
Indikator presepsi manusia terhadap SMK3 meliputi rekayasa Kansei dengan
analisis semantik, uji validitas, uji reliabilitas response rate. Penyusunan SMK3
yang dilakukan dengan menggunakan pertimbangan rekayasa Kansei dapat
digunakan sebagai acuan untuk mengetahui harapan yang diinginkan sesuai
dengan kondisi emosional pekerja. Penerapan rekayasa Kansei akan
menghasilkan produk maupun jasa untuk pekerja yang memilki tingkat
keamanan dan tingkat kenyamanan yang tinggi pula dan sesuai dengan
kebutuhan emosinal pekerja. Rekayasa Kansei yang mengarah kepada perasaan
nyaman akan dikombinasikan dengan keamananan yang perlu diperhatikan
demi keselamatan karyawan, sehingga produk, seperti APD memiliki
kenyamanan dan keamaan dengan tingkat kepentingan yang sama. Melalui
pertimbangan Rekayasa Kansei, perusahaan dapat mengurangi kecelakaan kerja
yang terjadi di perusahaan terkait dengan penyediaan fasilitas yang diperlukan.
4) Mencegah dengan FMEA yang rekomendasi menggunakan HIRARC
Potensi bahaya dalam program keselamatan dan kesehatan dapat dicegah
menggunakan Failure Modes and Effect Analysis (FMEA) untuk menganalisis
sistem yang berhubungan dengan engineering yang mungkin mengalami
kegagalan dan efek yang ditimbulkan dari kegagalan. Pencegahan potensi
bahaya dalam program keselamatan dan kesehatan dengan FMEA yang
rekomendasi, menggunakan (Hazars Identification, Risk Assessment and Risk
Control (HIRARC). Metode (Hazars Identification, Risk Assessment and Risk
Control (HIRARC) digunakan untuk mengidentifikasi bahaya yang dapat
terjadi dalam aktifitas rutin ataupun non rutin diperusahaan, kemudian
melakukan penilaian risiko dari bahaya tersebut, lalu membuat program
pengendalian bahaya tersebut agar dapat diminimalisir tingkat risikonya ke
yang lebih rendah dengan tujuan mencegah terjadi kecelakaan. Implementasi
K3 dimulai dengan perencanaan yang merupakan bagian dari menajemen risiko.
HIRARC inilah yang menentukan arah penerapan K3 dalam perusahaan.
5) Menyusun usulan SMK3 berbasis poin 1-4
Berdasarkan tahap 1-4 yang sudah dilakukan, dapat disusun usulan SMK3.
Elemen-elemen yang harus dilaksanakan oleh pengusaha dalam
penyelenggaraan SMK3 di agroindustri adalah kebijakan K3; perencanaan
dengan menyebarluaskan kebijakan K3 yang telah ditetapkan kepada seluruh
pekerja; penerapan dan operasi yang didukung oleh SDM di bidang K3 dan
sarana prasarana; pemeriksaan yang dilaporkan kepada pengusaha dan
digunakan untuk melakukan tindakan perbaikan yang dilakukan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan tinjauan manajemen untuk
menjamin kesesuaian dan efektivitas penerapan SMK3 yang dilakukan terhadap
kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi.
6) Kreativitas dari peneliti berdasarkan poin 1-4
Berdasarkan tahap 1-4 yang sudah dilakukan, peneliti juga dapat melakukan
kreativitas seperti screening covid-19, rekomendasi per masing-masing stasiun
kerja, diagram alir, Peta Proses Operasi, hubungan pimpinan dengan pekerja,
serta jadwal kombinasi WFO dan WFH.
7) HIRARC sebagai tahapan dalam penyusunan K3
Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya merupakan bagian
sistem manajemen risiko yang merupakan dasar dari Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3), yang terdiri dari identifikasi bahaya
(hazard identification), penilaian risiko (risk assessment) dan pengendalian
risiko. Untuk melakukan analisis potensi bahaya, penilaian risiko, dan
pengendalian risiko, digunakan metode Hazard Identification Risk Assessment
and Risk Control (HIRARC) dalam penyusunan K3. HIRARC inilah yang
menentukan arah penerapan K3 dalam perusahaan sehingga perusahaan
nantinya akan menyelesaikan masalahnya sendiri terutama masalah manajemen
risiko. HIRARC harus dilakukan di seluruh aktivitas kerja untuk menentukan
pekerjaan yang mengandung potensi bahaya dan menimbulkan dampak serius
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

Anda mungkin juga menyukai