Anda di halaman 1dari 61

ANALISIS SISTEM MANAJEMEN

KESELAMATAN KESEHATAN KERJA (SMK3)


PADA PROYEK KERETA API (Studi Kasus:
Pembangunan Fly Over Jalur Kerta Api
Medan-Kualanamu)
SYAIFUL AZHARI SIREGAR
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA MEDAN
2017

Kelompok 5 :
Noventie : 1812005
Deny Syaputra : 1812006
Excel Aurelio : 1812024
Savvana Putri : 1812031
Adi Samudra Samosir : 1812032
LATAR BELAKANG
Dalam mengantisipasi dan mengurangi angka kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja, pemerintah mewajibkan
setiap perusahaan konstruksi menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). Menanggapi hal
tersebut, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk
memahami dan mengevaluasi penerapan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek pembangunan
jembatan rel kereta api di Kuala Tanjung, Sumatera Utara.
Penelitian ini menggunakan metode survei melalui lembar
kuesioner yang dibagikan kepada 30 orang lalu diolah dengan
software SPSS dan metode pembobotan (scoring).
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penerapan dan tingkat
keberhasilan Sistem ManajemenKeselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek
pembangunanFly over rel kereta api?
2. Faktor apa saja yang menghambat penerapan
Sistem ManajemenKeselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek ini?
TUJUAN
1. Mengetahui pelaksanaan penerapan dan
tingkat keberhasilan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
pada proyek pembangunan jembatan rel
kereta api.
2. Mengetahui faktor penyebab terhambatnya
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
Kerja (SMK3) pada proyek ini.
METODOLOGI PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA
TEMPAT KERJA
Menurut undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, yang dimaksud dengan tempat
kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup
atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga
kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat
sumber atau sumber-sumber bahaya baik di darat,
di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air
maupun di udara yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.
KESELAMATAN KERJA
keselamatan kerja merupakan suatu program
perlindungan terhadap karyawan pada saat
bekerja dan berada didalam lingkungan
tempat kerja dari resiko kecelakaan dan
kerusakan mesin atau alat kerja untuk
berusaha mencegah dan menimbulkan atau
bahkan menghilangkan sebab terjadinya
kecelakaan.
KESEHATAN KERJA
kesehatan kerja merupakan suatu kondisi di
lingkungan kerja yang bebas dari penyakit fisik
dan mental.
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Keselamatan dan Kesehatan Kerja diartikan


sebagai“ilmu dan penerapannya secara teknis
dan teknologis untuk melakukan pencegahan
terhadap munculnya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja dari setiap pekerjaan
yang dilakukan”.
SISTEM MANAJEMEN KESEHATAN DAN
KESELAMATANKERJA
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor:
05/MEN/1996 Bab 1 Pasal 1, Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian
dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung
jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang
dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian,
dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang
aman, efisien, dan produktif.
MANFAAT PENERAPAN SMK3
Manfaat penerapan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja bagi perusahaan menurut Tarwaka (2008) adalah :
a. Pihak manajemen dapat mengetahui kelemahan-kelemahan
unsur sistem operasional sebelum timbul gangguan operasional,
kecelakaan, insiden dan kerugian-kerugian lainnya.
b. Dapat diketahui gambaran secara jelas dan lengkap tentang
kinerja K3 di perusahaan.
c. Dapat meningkatkan pemenuhan terhadap peraturan
perundangan bidang K3.
d. Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran
tentang K3, khususnya bagi karyawan yang terlibat dalam
pelaksanaan audit.
e. Dapat meningkatkan produktivitas kerja.
PRINSIP DASAR SMK3 DALAM PERUNDANG-
UNDANGAN
Sesuai dengan Bab III pasal 3 ayat 1, Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Nomor:
PER.05/MEN/1996 tentang penerapan SMK3
diwajibkan yang kepada perusahaan dengan
syarat:
PRINSIP DASAR SMK3 DALAM PERUNDANG-
UNDANGAN
1. Setiap perusahaan yang memperkerjakan
tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih
dan atau mengandung potensi bahaya yang
ditimbulkan oleh karakteristik proses atau
bahan produksi yang dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat
kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen
K3.
PRINSIP DASAR SMK3 DALAM PERUNDANG-
UNDANGAN
2. Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) wajib dilaksanakan oleh
pengurus, pengusaha dan seluruh tenaga kerja
sebagai satu kesatuan.
Keberhasilan penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di
tempat kerja dapat diukur menurut Permenaker
Nomor: 05/MEN/1996 sebagai berikut:
1. Untuk tingkat pencapaian 0-59% dan
pelanggaran peraturan perundangan
(nonconformance) dikenai tindakan hukum.
2. Untuk tingkat pencapaian 60-84% diberikan
sertifikat dan bendera perak.
3. Untuk tingkat pencapaian 85-100% diberikan
sertifikat dan bendera emas.
ELEMEN PENERAPAN SMK3
1. Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap
penerapan SMK3. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan,
dan sasaran penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan
kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan
mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran keselamatan dan
kesehatan kerja.
3. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta
melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
4. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3
secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja
K3.
PENGENDALIAN RISIKO
Pengendalian resiko merupakan upaya pencegahan terjadinya
kecelakaan kerja yang terbagi atas 5 hierarki sebagai berikut:
a) Eliminasi, yaitu menghilangkan sumber bahaya di tempa
kerja.
b) Substitusi, yaitu mengganti bahan dengan proses yang lebih
aman.
c) Engineering, yaitu melakukan perubahan atau modifikasi
terhadap desain peralatan, proses dan lay out.
d) Administrasi, yaitu cara kerja yang aman dengan melakukan
pengontrolan dari sistem administrasi.
METODOLOGI PENELITIAN
LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di medan-
kualanamu,SumateraUtara pada proyek
pembangunanfly over rel kereta api.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Profil responden
2. Petunjuk pengisian kuesioner
3. Kuesioner
4. Data sekunder
5. Uji validitas
6. Uji reliabilitas
HASIL DAN PEMBAHASAN
PELAKSANAAN PENELITIAN
Pada penelitian ini respondennya adalah
Manajer proyek, Manajer Lapangan,
Supervisor, Pelaksana dan Pekerja yang
menangani proyek yang sedang berlangsung,
sehingga diharapkan jawabannya lebih aktual.
Dengan alasan itulah kuesioner disebarkan
kepada responden yang sudah direncanakan
yang sedang melaksanakan pembangunan flt
over rel kereta api di Medan- Kuala Namu.
HASIL KUESIONER
Data yang diperoleh dari kuesioner dari
responden sebanyak 30 orang. Adapun
penjelasan tentang hasil data dari responden
seperti terlihat pada tabel:
HASIL KUESIONER
Setelah menyebarkan kuesioner ke responden
didapatkan hasilnya yang bisa dilihat dari tabel
4.2. Hasil tersebut memiliki butir pertanyaan
yang dinilai dengan Skala Likert yaitu 1-5,
dimana kriteria masing – masing skala dapat
dilihat dari tabel berikut :
HASIL KUESIONER
Setelah menyebarkan kuesioner ke responden
didapatkan hasil yang dipilih oleh responden.
Kemudian diolah ke dalam tabulasi data, yang
berfungsi untuk mempermudah pembacaan
hasil dari kuesioner. Kemudian tabulasi data
tersebut dilakukan uji validitas, uji korelasi dan
uji Reliabilitas. Tabel dari tabulasi data dapat
dilihat dari tabel sebagai berikut:
Keterangan:
1-5 : skala penilaian yang dipilih responden
N : jumlah responden
Dari tabel diatas dapat dilihat nilai yang dipilih
responden terhadap masing – masing
pertanyaan. Dengan hasil tabulasi data yang
sudah dipilih oleh responden, akan dilanjutkan
penilitian yaitu pengujian data dengan
menggunakan program SPSS 17. Uji yang akan
dilakukan adalah Uji Validitas, Uji Korelasi dan
Uji Reliabilitas.
UJI VALIDITAS DAN KORELASI
Pengujian validitas data dalam penelitian ini dilakukan secara
statistik dengan menggunakan pendekatan validitas konstruk
metode Pearson Correlation dengan alat analisis berupa
Statistical Product and Service Solution 17 (SPSS 17). Dengan
menggunakan rumus product Moment dari Pearson dengan
rumus tersebut, akan didapat angka korelasi (nilai r) yang
dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antar
variabel yang diteliti. Besarnya nilai r dapat dihitung dengan
tingkat kesalahan atau signifikasi 5% atau 1%. Berikut ini
disajikan hasil uji validitas dengan menggunakan program
SPSS versi 17 untuk semua variabel pertanyaan.
UJI VALIDITAS DAN KORELASI
Dari tabel hasil uji validitas terhadap 30
responden dapat diketahui bahwa 29 item
pertanyaan memiliki koefisien korelasi product
moment pearson lebih besar dari pada tabel r
tabel (r > 0,361). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa hanya 29 item pertanyaan yang valid.
UJI RELIABILITAS
Uji reliabilitas dilakukan untuk memuji
kestabilan dan kekonsiten item pertanyaan
apabila dilakukan pengukuran kembali dengan
subjek yang sama. Pengukuran reliabilitas
dilakukan dengan menggunakan Cronbach’s
alpha. Dari hasil pengujian dilakukan analisa
dengan perbandingan terhadap r tabel yang
dicari deengan interpolas jumlah butir
pertanyaan koefisien reliabilitas.
UJI RELIABILITAS
Jika nilai alpha > 0,7 artinya reliabilitas mencukupi
(sufficient reliability) sementara jika alpha > 0,80 ini
mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh tes
secara konsisten secara internal karena memiliki
reliabilitas yang kuat.
Atau, ada pula yang memaknakannya sebagai berikut:
• Jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna
• Jika alpha antara 0,70 – 0,90 maka reliabilitas tinggi
• Jika alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitas moderat
• Jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah
Dapat dilihat untuk nilai
Cronbach’s Alpha dengan
jumlah variabel sebanyak
32 buang adalah sebesar
0,867.
METODE PEMBOBOTAN
Pada penelitian ini, digunakan skala Likert, yang
dapat menjawab mengenai kategori penilaian
kuesioner yang nantinya digunakan untuk
analisis selanjutnya dengan metode skoring.
Hasil Tabulasi kuesioner setiap variabel bisa
dilihat pada Tabel berikut:
HASIL EVALUASI PENERAPAN SMK3
Dari hasil evaluasi tersebut dapat diperoleh
keberhasilan penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang
diambil dari ratarata penjumlahan semua
variabel adalah sebesar 72.257 %.
Keberhasilan penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di
tempat kerja dapat diukur menurut Permenaker
Nomor: 05/MEN/1996 sebagai berikut:
HASIL EVALUASI PENERAPAN SMK3
a. Untuk tingkat pencapaian 0-59% dan
pelanggaran peraturan perundangan
(nonconformance) dikenai tindakan hukum.
b. Untuk tingkat pencapaian 60-84% diberikan
sertifikat dan bendera perak.
c. Untuk tingkat pencapaian 85-100% diberikan
sertifikat dan bendera emas.
HASIL EVALUASI PENERAPAN SMK3
Dari ketentuan permenaker tersebut, maka dapat
kita simpulkan bahwa hasil dari evaluasi
keberhasilan penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di
proyek pembangunan jembatan rel kereta api yang
mencapai nilai 72,257% tergolong dalam kategori
nomor 2 yaitu tingkat pencapaian penerapan 60-
84% yang pengertiannya layak untuk diberi
sertifikat dan peringkat bendera perak.
HASIL EVALUASI PENERAPAN SMK3
Ditinjau dari pelaksanaan dan tingkat keberhasilan penerapan SMK3 di proyek
ini yang tidak mencapai tingkat kesempurnaan atau 100 % dikarenakan
beberapa faktor, yaitu:
a) Dilihat dari segi performance para pekerja masih kurang mampu
mengoperasikan peralatan kerja sesuai standar kerja sehingga kecelakaaan
kerja bisa terjadi.
b) Dilihat dari segi kesehatan pekerja, sedikitnya pelatihan kepada pekerja
untuk bekerja secara aman demi pengetahuan dan peningkatan penerapan
SMK3 yang ada di proyek.
c) Dilihat dari segi pekerjaan/ fasilitas di proyek, masih kurangnya kesadaran
para pekerja memperhatikan potongan baja dan besi serta instalasi
peralatan listrik sehingga bisa berakibat kecelakaan kerja di proyek.
d) Bahan material di proyek tidak diatur dengan rapi.
KESIMPULAN
Dari hasil evaluasi dan analisis penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek
pembangunan jembatan rel kereta api, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
KESIMPULAN
Nilai tingkat keberhasilan penerapan untuk
masing-masing variabel
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, total penerapan
SMK3 keberhasilan penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) di proyek pembangunan fly over rel
Kereta Api yang mencapai nilai 72.257%
tergolong dalam kategori nomor 2 yaitu
tingkat pencapaian penerapan 60-84% yang
pengertiannya layak untuk diberi sertifikat dan
peringkat bendera perak.
KESIMPULAN
Berdasarkan evaluasi pelaksanaannya, faktor-faktor yang
mempengaruhi penerapan SMK3 adalah sebagai berikut:
a. Dilihat dari segi performance para pekerja masih kurang
mampu mengoperasikan peralatan kerja sesuai standar kerja
sehingga kecelakaaan kerja bisa terjadi.
b. Dilihat dari segi kesehatan pekerja, sedikitnya pelatihan kepada
pekerja untuk bekerja secara aman demi pengetahuan dan
peningkatan penerapan SMK3 yang ada di proyek.
c. Dilihat dari segi pekerjaan/ fasilitas di proyek, masih kurangnya
kesadaran para pekerja memperhatikan potongan baja dan
besi, bahan material serta instalasi peralatan listrik sehingga
bisa berakibat kecelakaan kerja di proyek.
SARAN
1. Sebaiknya di proyek pembangunan fly over rel kereta api
ditingkatkan pengawasan terhadap penerapan SMK3
pada proyek agar penerapan SMK3 dapat lebih efektif
sehingga senantiasa diperoleh tempat kerja yang aman,
sehat dan produktifitas dapat ditingkatkan.
2. Untuk penelitian lebih lanjut mengenai SMK3 perlu
dilakukan studi kasus yang lebih mendalam mengenai
pelaksanaan SMK3 di lapangan. Jumlah responden yang
lebih banyak, jenis konstruksi yang lebih beragam, serta
metode penilaian yang lebih objektif dapat menambah
keakuratan data yang diharapkan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai