Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN OBSERVASI KERJA LAPANGAN

Pembinaan dan Sertifikasi Calon Ahli K3 Umum


Banda Aceh, 8 – 20 Mei 2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegagalan (risk off failures) pada setiap proses atau aktifitas pekerjaan, dan

saat kecelakaan kerja seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian

(loss). Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja adalah sebagai berikut:

a. Kelelahan (fatigue)

b. Kondisi kerja dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe condition)

c. Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan.

d. Karakteristik pekerjaan itu sendiri.

Di dunia industri, penggunaan tenaga kerja mencapai puncaknya dan

terkonsentrasi di tempat kerja atau lokasi proyek yang relatif sempit. Ditambah

sifat pekerjaan yang mudah menjadi penyebab kecelakaan (elevasi, temperatur,

arus listrik, mengangkut benda-benda berat dan lain-lain), sudah sewajarnya bila

pengelola proyek atau industri mencantumkan keselamatan kerja pada prioritas

utama. Menyadari dan mempertimbangkan pentingnya aspek keselamatan dan

kesehatan kerja dalam penyelenggaraan suatu pekerjaan, terutama pada

implementasi fisik, maka perusahan/industri/proyek umumnya memiliki

organisasi atau bidang dengan tugas khusus menangani masalah keselamatan

kerja. Lingkup pekerjaanya mulai dari merencanakan, menyusun program,

membuat prosedur dan mengawasi, serta membuat laporan penerapan selama

berlangsungnya pekerjaan K3. Dalam rangka Pengembangan Program Kesehatan

Kerja yang efektif, efisien dan produktif, diperlukan informasi yang akurat, dan

1
LAPORAN OBSERVASI KERJA LAPANGAN
Pembinaan dan Sertifikasi Calon Ahli K3 Umum
Banda Aceh, 8 – 20 Mei 2017

tepat waktu untuk mendukung proses perencanaan serta menentukan langkah

kebijakan selanjutnya.

Perencanaan, penyusunan program, membuat prosedur, pencatatan dan

mengawasi serta membuat laporan penerapan di lapangan yang berkaitan dengan

keselamatan kerja bagi para pekerja kesemuanya merupakan kegiatan dari

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam rangka menghadapi era

industrialisasi dan era globalisasi serta pasar bebas (AFTA) kesehatan dan

keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

hubungan ekonomi antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota

termasuk Indonesia.

Beberapa komitmen global baik yang berskala bilateral maupun multilateral

telah mengikat bangsa Indonesia untuk memenuhi standar. Standart acuan

terhadap berbagai hal terhadap industri seperti kualitas, manajemen kualitas,

manajemen lingkungan, serta keselamatan dan kesehatan kerja. Apabila saat ini

industri pengekspor telah dituntut untuk menerapkan Manajemen Kualitas (ISO-

9000, QS-9000) serta Manajemen Lingkungan (ISO-14000) maka bukan tidak

mungkin tuntutan terhadap penerapan Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

kerja juga menjadi tuntutan pasar internasional. Untuk menjawab tantangan

tersebut Pemerintah yang diwakili oleh Departemen Tenaga Kerja dan

Transmigrasi telah menetapkan sebuah peraturan perundangan mengenai Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang tertuang dalam

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.50 Tahun 2012 tentang penerapan

sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Tujuan dan sasaran sistem

2
LAPORAN OBSERVASI KERJA LAPANGAN
Pembinaan dan Sertifikasi Calon Ahli K3 Umum
Banda Aceh, 8 – 20 Mei 2017

Manajemen K3 adalah terciptanya sistem K3 di tempat kerja yang melibatkan

segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit

akibat kerja dan terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.

Sistem Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

pelaksanaannya di cantumkan pada UU 1/1970 tentang keselamatam dam

kesehatan kerja (K3) yang secara eksplisit merupakan pelaksanaan K3. Secara

sistem SMK3 (Sistem Management Keselamatan Kesehatan Kerja) dikeluarkan

sejak 1996 melalui Permenaker No. 05/Men/1996 Tentang Sistem Management

Keselamatan Kesehatan Kerja. SMK3 ditegaskan kembali dalam UU 13 tahun

2003 pasal 87 yang mengamanatkan pedoman penerapan melalui Peraturan

Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3. SMK3 ditegaskan

kembali dalam UU 13 tahun 2003 pasal 87 Dan mengamanatkan pedoman

penerapan melalui Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan

SMK3 (12 April 2012)

Penerapan SMK3 diatur Peraturan dalam peraturan pemerintah Republik

Indonesia No. 50 Tahun 2012 tentang penerapan Sistem menagement keselamatan

kesehatan kerja. Sistem management keselamatan kesehatan kerja (SMK3) adalah

bagian dari sistem management perusahaan secara keseluruhan dalam rangak

pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat

kerja yang aman, efesien dan produktif.1 Kemudian dalam peraturan Menteri

Tenaga Kerja No : PER 05/MEN/ 1996 Tentang Sistem Management

Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam pasal 1 angka 1 disebutkan sistem

management keselamatan kesehatan kerja adalah bagian dari sistem management


1

3
LAPORAN OBSERVASI KERJA LAPANGAN
Pembinaan dan Sertifikasi Calon Ahli K3 Umum
Banda Aceh, 8 – 20 Mei 2017

secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung

jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi

pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan

keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang

berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat yang aman, efesien dan

produktif.

Penerapan SMK3 diantaranya bertujuan :

1. Untuk meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan kerja yang

terencana, terukur dan terintegrasi.

2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

dengan melibatkan unsur management, pekerja/buruh,dan/atau serikat

pekerja/serikat buruh; serta

3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efesien untuk

mendorong produktivitas.

Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya , kewajiban

ini berlaku bagi perusahaan yang memperkerjakan pekerja/buruh paling sedikit

100 (seratus) orang atau mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi. Yang

dimaksud dengan tingkat potensi bahaya tinggi adalah perusahaan yang memiliki

potensi bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan yang merugikan jiwa

manusia, terganggunya proses produksi dan pencemaran lingkungan kerja.

Adapun Manfaat SMK3 adalah :

1. Meningkatkan kualitas perusahaan dalam berbisnis

4
LAPORAN OBSERVASI KERJA LAPANGAN
Pembinaan dan Sertifikasi Calon Ahli K3 Umum
Banda Aceh, 8 – 20 Mei 2017

- Dengan adanya SMK3 membantu produktifitas perusahaan yang lebih

baik

2. Sistematis dalam menanggulangi resiko bisnis.

- Adanya perencanaan langkah yang harus diambil dalam mengurangi

dan mengatasi resiko bisnis

3. Menyederhanakan sistem birokrasi di perusahaan

- Jelas SOP dan TUPOKSI masimg-masing

4. Efesiensi audit internal dan eksternal.

- Adanya harmonisasi auditor internal dan eksternal

Perusahaan yang wajib menerapkan SMK3 salah satunya adalah PT.

Asphalt Bangun Sarana (ABS), bergerak dalam kegiatan supllying/

mendistribusikan Aspalt & khususnya seperti Binders (bahan pengikat) yang

dirubah menjadi aspal dan emulsi untuk kontraktor jalan ( Bandara, Pelabuhan,

Pertambangan, Tol, dll..).

Dewasa ini perkembangan pembangunan dan industri sangat pesat. Seiring

dengan hal tersebut, peningkatan pengembangan insfrastruktur jalan sangat

penting guna menunjang ekonomi penduduk. Salah satu prasarana penunjangan

ekonomi bergantung pada tranportasi jalan yang merupakan kebutuhan pokok

dalam kegiatan masyarakat. Kemajuan teknologi saat ini tentunya sangat

membantu dalam hal membangun insfrastruktur jalan, khususnya pada daerah-

daerah tertinggl, untuk membangun infrastruktur jalan tentunya didukung oleh

material yang berkualitas, baik dari agregat kasar, agregat halus, filler dan aspal.

5
LAPORAN OBSERVASI KERJA LAPANGAN
Pembinaan dan Sertifikasi Calon Ahli K3 Umum
Banda Aceh, 8 – 20 Mei 2017

Oleh sebab itu kualitas pekerja, alat dan lingkungan harus tersistem dengan

baik. Sehingga terciptanya kondisi tempat kerja yang efektif, aman, dan produktif.

Sehingga memperlancar proses kebutuhan distribusi aspal.

1.2 Ruang Lingkup Observasi

Ruang lingkup kerja praktek lapangan ini dilakukan menyangkut

kelembagaan keahlian dan penerapan system manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja ( SMK3) di lingkungan PT. Asphalt Bangun Sarana cabang

Malahayati.

1.3 Profil Perusahaan

PT. Asphalt Bangun Sarana (ABS) didirikan di Jakarta, Indonesia pada

tanggal 9 Desember 1999 dengan akta pendirian yang dibuat dihadapan Notaris

Neneng Salmiah, SH. ABS merupakan anak perusahaan dari Group COLAS

(Perancis), pemimpin dunia dalam konstruksi jalan dan Emulsi. Kegiatan utama

ABS terdiri dalam supllying / mendistribusikan Aspal & khusunya seperti Binders

yang di ubah menjadi Aspal & Emulsi untuk Kontraktor Jalan (Bandara,

Pelabuhan, Pertambangan, Toll, dll) dan industri di seluruh Indonesia melalui

jaringan terminal aspal tersebar di Sumatera, Jawa & Kalimantan. .

ABS adalah Perusahaan Indonesia dengan kemampuan Internasional,

Menyediakan Solusi Pembaharuan dan membantu secara taknis kepada

Pelanggannya. Di Tahun 2001 ABS Akuisisi SRC (Saranaraya Reka Cipta), SRC

adalah Anak Perusahaan dari ABS dan tepatnya terlibat dalam Bisnis yang sama

6
LAPORAN OBSERVASI KERJA LAPANGAN
Pembinaan dan Sertifikasi Calon Ahli K3 Umum
Banda Aceh, 8 – 20 Mei 2017

persis dan mempunyai keunggulan dari keterampilan, nilai dan teknik yang sama.

SRC Beroperasi di Jakarta dan Balikpapan.

Anda mungkin juga menyukai