Anda di halaman 1dari 31

BAB IV

TUGAS KHUSUS

4.1. Latar Belakang

Listrik merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh seluruh umat manusia. Setiap orang akan
membutuhkan listrik untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti bekerja sampai dengan
aktivitas pribadi. Karena sangat pentingnya listrik bagi manusia, maka kebutuhan akan listrik
harus terpenuhi, karena jika tidak ada listrik maka seluruh aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh
manusia akan terhenti dan dapat menghambat pekerjaan serta kegiatan penting yang
berhubungan dengan keberlangsungan hidup manusia seperti pembuatan makanan, pembuatan
pakaian, dan kebutuhan lainnya.

Hal tersebutlah yang membuat PT. POMI yang merupakan produsen listrik untuk PLN
(persero) memproduksi listrik dengan produksi terus menerus, serta memperkecil kemungkinan
produksi listriknya terganggu sehingga tidak dapat memproduksi listrik. Sebagai perusahaan
yang maju, PT. POMI harus dapat menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat agar
dapat terus memproduksi listrik. Namun pasti ada dampak yang terjadi dari sebuah pekerjaan
yang mengakibatkan pengaruh negative yang besar. Berbagai sumber bahaya ditempat kerja baik
karena factor fisik, kimia, biologis, psikologis, fisiologis, serta mental atau tindakan manusia
sendiri merupakan penyebab terjadinya kecelakaan kerja yang harus ditangani secara dini
(Budiono, 1990).

Lingkungan kerja harus menjadi perhatian dari perusahaan supaya tidak terjadi
kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja. Karena pada lingkungan kerja PT.POMI banyak
terjadi kecelakaan kerja yang disebabkan pekerja yang kurang memperhatikan prosedur
pekerjaan. Maka perlu dilakukan langkah-langkah supaya pekerja dapat mengetahui potensi
bahaya dan resiko yang ditimbulkan agar pekerja dapaat menaati prosedur kerja yang telah
dibuat. Pada PT.POMI yang bertanggung jawab terhadap keselamtan kerja adalah departemen
HSE. Tujuan dari departemen HSE adalah melakuan pencegahan terkait kecelakaan kerja pada
lingkungan kerja PT.POMI.

1
Untuk melakukan pencegahan kecelakaan kerja metode yang sering digunakan untuk adalah JSA
(Job Safety Analysis). JSA adalah cara untuk memeriksa metode kerja dan menentukan bahaya
yang sebelumnya telah diabaikan dalam merencanakan pabrik atau gedung dan didalam
rancanganya bangunan,permesinan, alat-alat kerja ,matrial ,lingkungan tempat kerja , dan proses
kerja yang langkah pembuatanya sebagai berikut (Ferdiansyah , 2011). JSA dilakukan untuk
mempersiapkan kegiatan dan menjelaskan secara rinci potensi bahaya yang ditimbulkan serta
pencegahan apa yang harus dilakukan pada suatu pekerjaan.

Pada laporan ini akan dibahas tentang penerapan JSA pada kegitan Outage pada
PT.POMI unit 7&8 untuk perawatan mesin secara besar di unit 7&8, saat outage berlangsung
semua mesin dimatikan secara keseluruhan.

4.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi permasalahan yang ada di PT.POMI, maka rumusan masalah yang akan
dibahas adalah sebagai berikut:

1. Memantau bahaya apa saja yang ada pada kegiatan outage PT.POMI unit 7&8 yang
mengakibatkan kecelakaan dan kesehatan kerja?

2. Cara apa yang dilakukan untuk mengendalikan bahaya dan mengurangi resikonya?

4.3. Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasi factor-faktor yang berpotensi tidak aman dan tidak sehat pada kegiatan
pembangunan rest area PT.POMI.

2. Mencari Alternative solusi pencegah kecelakaan akibat kerja.

3. Mengusulkan perbaikan prosedur kerja agar dapat menurunkan angka kecelakaan kerja
dengan metode JSA pada PT.POMI.

4.4. Batasan Masalah

2
Untuk membatasi permasalahan agar sesuai dengan yang disediakan maka batasan masalah yang
digunakan terhadap pembahasan penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini dilakukan pada kegiatan PT.POMI unit 7&8.

2. Data yang digunaktan obyektif berdasarkan responden dan observasi lapangan.

3. Penelitian ini dilakukan pada tanggal sesuai dengan surat bukti terima pelaksanaan kerja
praktek oleh PT.POMI.

4.5. Alur Penelitian

3
Mulai

Identifikasi Masalah

Studi Lapanga&
/
Wawanca
ra

Pengumpulan Data

Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar.1 Alur Penelitian

Langkah awal dalam penelitian ini adalah dengan mengidentifikasi masalah, pada kegiatan ini
saya mendapati masalah yaitu pekerja sering tidak memperhatikan prosedur kerja sehingga dapat
menimbulkan kecelakaan kerja. Untuk pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan
wawancara langsung terhadap expert dibidang JSA pada departement HSE serta observasi
langsung di lapangan dengan ikut serta kegiatan review JSA yang dilakukan oleh expert dibidang
JSA.

4
4.5. Landasan Teori

4.5.1. Job Safety Analys

Job Safety Analys adalah cara untuk memeriksa metode kerja dan menentukan bahaya yang
sebelumnya telah diabaikan dalam merencanakan pabrik atau gedung dan didalam rancanganya
bangunan,permesinan, alat-alat kerja ,matrial ,lingkungan tempat kerja , dan proses kerja yang
langkah pembuatanya sebagai berikut (Ferdiansyah , 2011).

1. Memilih pekerjaan yang akan dianalisa kerena tidak dapat dianalisa secara acak ,dimana
pekerjaan dengan pengalaman kecelakaan terburuk seharusnya dianalisis terlebih dahulu.
Dalam memilih pekerjaan untuk dianalisis dan dalam menyusun tata cara analisis ,
pengawasan utama yang harus diikuti adalah :

a. Banyaknya kecelakaan yang terjadi dalam sebuah pekerjaan.

b. Kecelakaan yang menghasilkan luka berat.

c. Kecelakaan yang menghasilkan luka cacat.

d. Pekerjaan Baru dengan perubahan didalam peralatan kerja atau proses kerja.

2. Membagi pekerjaan kedalam beberapa langkah atau kegiatan. Sebelum penelitian


terhadap bahaya dimulai, pekerjaan harus dibagi kedalam beberapa langkah yang
menggambarkan apa yang telah selesai dikerjakan untuk menghindari 2 kesalahan umum,
yaitu :

a. Membagi pekerjaan menjadi terlalu rinci yang harusnya tidak perlu menghasilkan
sejumlah banyak langkah.

b. Membuat langkah kerja yang terlalu umum sehingga langkah dasar tidak tertulis.

3. Melakukan identifikasi terhadap bahaya dan kecelakaan yang potensial.

4. Mengembangkan prosedur kerja yang aman untuk menghilangkan bahaya dan mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Mengembangkan prosedur kerja yang aman
untuk :

a. Mencegah timbulnya kecelakaan.

5
b. Mencari data baru untuk melakukan perkerjaan.

c. Merubah kondisi fisik yang menimbulkan resiko.

d. Menghilangkan bahaya yang masih ada dan mengganti prosedur bila perlu.

e. Mengurangi frekuensi melaksankan tugas.


JSA berisikan beberapa informasi yang berkaitan dengan suatu proses pekerjaan (Ferdiansyah,
2011):

1) Job (Pekerjaan)
Jenis pekerjaan yang dilakukan dalam unit produksi untuk diidentifikasi resikonya.

2) Task (Rincian Kegiatan)


Menjelaskan rincian kegiatan yang dilakukan untuk masing-masingtahapan kegiatan yang
dapat menggambarkan factor-faktor terjadinya dampak bahaya.

3) Hazard ( Potensi bahaya )


Cara untuk mengetahui jenis bahaya apa yang timbul dari kegiatan pekerjaan

4) Probability
Kemungkinan pekerjaan untuk terkena cidera dari bahaya yang ditimbulkan oleh kegiatan
pekerjaan.

5) Consequensy
Dampak yang ditimbulkan dari setiap kegiatan kerja.

4.5.2. Mengembangkan prosedur kerja yang aman

OHSAS 18001 memberikan pedoman pengendalian resiko yang lebih spesifik untuk bahaya
keselamatan dan kesehatan kerja dengan pendekatan hirarki pengendalian Hazard, yaitu:

1. Menghilangkan Hazard (elimination)

6
Eliminasi adalah langkah ideal yang dilakukan untuk menghilangkan hazard pada langkah
pekerjaan, dan sangat mengurangi kemungkinan untuk terjadinya kecelakaan. Contoh
teknik eliminasi antara lain (Ramli, 2010):

a. Mesin yang bising dimatikan atau dihentikan sehingga tempat kerja bebas dari
kebisingan

b. Penggunaan bahan kimia yang berbahaya dihentikan

c. Proses yang berbahaya di dalam perusahaan dihentika

2. Mengganti Hazard (subtitusi)

Teknik subtitusi adalah mengganti bahan, alat atau cara kerja dengan yang lain
sehingga kemungkinan kecelakaan dapat ditekan. Sebagai contoh penggunaan bahan
pelarut yang bersifat beracun diganti dengan bahan lain yang aman dan tidak berbahaya
(Ramli, 2010).

3. Pengendalian secara teknik/Rekayasa Teknik (engineering control)


Metode ini digunakan dengan mengubah desain tempat kerja, peralatan atau proses
kerja untuk mengurangi Hazard. Metode ini membutuhkan pemikiran yang lebih
mendalam untuk membuat lokasi kerja yang lebih aman, mengatur ulang lokasi kerja,
memodifikasi peralatan, melakukan kombinasi pekerjaan, perubahan prosedur, dan
mengurangi frekuensi dalam melakukan kegiatan berbahaya (Geigle, 2002).

4. Pengendalian secara administratif (administrative control)

Contoh pengendalian Hazard dengan metode ini adalah (Geigle, 2002):

a. Membuat kebijakan kerja yang baru atau membuat standar operasional prosedur
yang dapat mengurangi frekuensi atau paparan Hazard.

b. Memperbaiki jadwal kerja karyawan, sehingga dapat mengurangi paparan Hazard


yang diterima.

c. Memonitoring penggunaan bahan beracun dan berbahaya

d. Penggunaan alarm dan warning signs

e. Buddy systems

7
f. Pelatihan

5. Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri (APD) adalah pilihan terakhir yang dapat dilakukan untuk
mencegah paparan Hazard pada pekerja. APD dipergunakan ketika engineering control
tidak dapat dilakukan atau tidak menghilangkan Hazard sama sekali. Umumnya APD
digunakan bersamaan alat pengendali lainnya, sehingga perlindungan dan kesehatan
personel akan lebih efektif (Geigle, 2002).

4.5.3 Komunikasi K3LH


Komunikasi K3LH merupakan salah satu bagian dari Komunikasi safety yang disampaikan
kepada pekerja maupun karyawan terkait dengan K3LH yang dialami ketika bekerja yang
disampaikan secara lisan, topic tertentu yang direncanakan oleh manajemen site saat pelaksanaan
Safety Talk, P5M, statistik kecelakaan dan topic bulanan K3LH yang terdapat pada papan
informasi, pesan K3LH dari shift sebelumnya dengan Toolbox Meeting, Ketidaksesuaian
(aktifitas/kondisi fisik) yang harus dicatat yang disampaikan dengan menggunakan Green card.
Komunikasi K3LH juga dilakukan untuk memberikan informasi baik berupa larangan ataupun
himbauan yang dilakukan melalui adanya rambu lalu lintas. Selain itu komunikasi K3LH juga
dapat berupa informasi tentang pekerjaan yang sedang dilaksanakan seperti pelaksanaan
pekerjaan dengan pemasangan LOTO (log out/tag out).

4.5.4 Safety Talk


Safety Talk merupakan program terencana yang digunakan untuk menjaga perhatian dan
kepedulian terhadap K3LH. Safety Talk merupakan salah satu sarana penunjang dalam upaya
mencegah terjadinya bahaya di tempat kerja, serta berbagai masalah pekerjaan dapat
didiskusikan (secara teoritis) antara pekerja dan manajer yang membahas program K3 yang ada
di perusahaan, isu K3 yang ada di perusahaan serta pemberian saran demi keefektifan
keselamatan kerja bagi perusahaan. Program komunikasi K3LH dengan Safety Talk ini juga
dapat meningkatkan pengetahuan terhadap:

8
1) Pekerjaan yang dihadapi atau dijalankan dan bahayanya serta penanggulangannya

Dengan semakin banyaknya pekerja/karyawan dalam melaksanakan tugas/pekerjaan dan


tanggung jawab yang diberikan maka membuat pekerja semakin berpengalaman serta
familiar dengan tugas dan tanggung jawab tersebut. Dengan adanya Safety Talk tersebut
membuat pekerja semakin mengerti keadaan lingkungan tempat bekerja dan akan cepat
mengatasinya dan memudahkannya dalam mengatasi masalah atau keadaan darurat.

2) Meningkatkan pengetahuan tentang prosedur kerja

Dengan melakukan pekerjaan sesuai dengan prosedur maka pekerja sudah terlindungi
apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan karena yang akan bertanggung jawab adalah
yang menyiapkan, memeriksa serta mengesahkan prosedur tersebut.
3) Meningkatkan pengetahuan pekerja terhadap alat-alat pelindung diri

Setiap pekerja mempunyai tanggung jawab yang sama untuk bekerja yang aman dan
selamat, yang pada dasarnya menambah pengetahuan bagi pekerja mengenai
bahayabahaya yang mungkin timbul di tempat area kerja serta alat- alat pelindung diri
apa saja yang akan digunakan.

4) Meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi


Didalam Safety Talk tanpa sadar pekerja juga belajar dalam berkomunikasi. Komunikasi
yang baik merupakan suatu manifestasi/cerminan dari keakraban dan kebersamaan antar
pekerja hingga menciptakan keharmonisan serta kebersamaan, sehingga dalam bekerja
sehari-hari akan terasa ringan dan nyaman.

Pelaksanaan Safety Talk ini bertujuan untuk menyampaikan hal-hal sebagai berikut:

a. Menyampaikan informasi dan pemahaman tentang pentingnya keselamatan dan


kesehatan kerja. Hal ini bertujuan untuk mengurangi potensi dan resiko bahaya
yang mungkin terjadi pada karyawan.

b. Review tentang temuan-temuan atau kondisi tidak aman dan tindakan tidak aman
selama periode sebelumnya.

c. Menyampaikan tindakan perbaikan apa saja yang sudah dilakukan dari semua
temuan yang ada.

9
d. Menyampaikan Safety Alert, informasi terkini tentang kejadian-kejadian, accident,
bahkan sampai fatality yang terjadi di lingkungan kerja lain dengan tujuan agar
kejadian serupa tidak terulang kembali.

Di PT.POMI Safety Talk ini dilakukan setiap hari selasa dan rabu untuk kontraktor dan hari
kamis untuk setiap departemen.

4.6. Hasil dan Pembahasan

4.6.1. JSA PT.POMI

Job safety analysis (JSA) adalah sebuah metode yang jamak digunakan oleh berbagai pekerja
untuk menentukan bahaya yang ada dalam setiap tahapan pekerjaan dan pengendalian terhadap
bahaya tersebut. Sebelum membagi pekerjaan dalam berbagai langkah, terlebih dahulu dilakukan
deskripsi terhadap pekerjaan yang akan dianalisis. Setiap pekerjaan dapat dibagi dalam beberapa
langkah. Siapa yang bekerja, berapa jumlah pekerja, dan apa yang dilakukan pekerja menjadi
dasar deskripsi masing-masing langkah. Terdapat banyak metode untuk mengidentifikasi bahaya
seperti What if/check list, Hazard  and  Operability  Study  (HAZOPS), Failure Mode and Effect
Analysis (FMEA), Fault Tree Analysis (FTA), Event Tree Analysis (ETA), Job  Safety 
Analysis  (JSA). Pada PT.POMI menetapkan metode JSA sebagai alat identifikasi bahaya dan
merupakan syarat utama untuk mendapatkan permit atau ijin kerja

10
Gambar Form JSA
Pelaksanaan JSA merupakan salah satu komponen dalam komitmen sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja. Agar pelaksanaan JSA efektif, maka manajemen perusahaan
harus menunjukkan komitmen keselamatan dan kesehatan kerja yang diiringin dengan
pengendalian terhadap Hazard yang ditemukan. Jika hal ini tidak dilakukan, maka perusahaan
dapat kehilangan kredibilitas dan karyawan akan ragu untuk melaporkan penemuan kondisi yang
tidak aman kepada manajemen.

Setelah meninjau ulang langkah-langkah pekerjaan, selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap


kondisi yang berbahaya dan prilaku tidak selamat. Material Safety Data Sheets (MSDS),
pengalaman para pekerja, Laporan kecelakaan, Laporan pertolongan pertama (First Aid
Statistical Records), dan Behavior Base Safety dapat membantu penyelidikan Hazard dan prilaku
yang tidak selamat yang ada pada masing-masing langkah pekerjaan. Berikut adalah definisi-
definisi didalam form JSA:

1. Area to be acces
Suatu peralatan atau tempat kerja diman pekerjaan akan dilakukan
2. Work to be Done
Deskripsi mengenai pekerjaan yang akan dilakukan
3. Risk Category Job
Aktifitas pekerjaan Kategori beresiko tinggi

11
Hot work merupakan kegiatan kerja di dekat bahan yang
mudah terbakar, mudah terbakar dan mudah meledak

Hot Work  Penerimaan gas dan peralatan pengondisian berjarak 4,5


meter
 Turbin gas, termasuk saringan intake udara 4,5 meter
 Lokasi pembuangan gas berjarak 4,5 meter
 Turbin pelumas dan sistem oli hidrolik
 Generator listrik
 Generator diesel dan pabrik bergerak yang mengandung
bahan bakar
 Sistem detraining hidrogen berjarak 4,5 meter
 Area penyimpanan hidrogen berjarak 4,5 meter
 Bahan bakar bongkar muat, area penyimpanan dan
penanganan berjarak 3 meter
 Pipa distribusi gas dan transportasi dan bagian
transportasi gas atau sistem distribusi yang berjarak 4,5
meter
 Kendaraan bahan bakar pengiriman dan area
penyimpanan 3 meter
 Kendaraan dengan tangki bahan bakar berjarak 3 meter
 Stok batubara, sistem transportasi dan penyimpanan
Bongkar muat dan fasilitas penyimpanan
 Lokasi penyimpanan silinder gas berjarak 4,5 meter
 Selungkup baterai
 Minyak diisi trafo listrik 3 meter

Confined Space Ruang Tertutup seperti yang didefinisikan pada prosedur


Ruang Tertentu PP-05-03

Excavation penggalian lebih dari 50 cm pada kedalaman biasanya

12
Working at Heights Bekerja di ketinggian di atas 1,8 meter dengan perancah
terpasang

Bekerja di ketinggian dengan menggunakan gondola,


man lift / man basket, Crane MEWP and Rope Access

Complek lifting work activity Mengangkat diatas 25 ton

Mengangkat menggunakan dua atau lebih derek

Tailing lift dengan beban diatas 5 ton

Underwater Work Scuba diving di kanal samping atau pipa

Scuba diving di atas air yang tinggi

Scuba diving open water

On line low & High Voltage Semua aktivitas kerja pada on line high voltage dan low
voltage & offline high voltage

4. Work Order No.


Nomer yang sudah ditentuntukan oleh PT.POMI yang di buat oleh applicant untuk
mengajukan permit (ijin kerja)
5. Work Period
Periode suatu pekerjaan di mulai sampai berakhir

6. Signature
a. Apllicant
Orang yang dipercaya dan sudah mendapat otorisasi dari perusahaaan untuk
membuat JSA
b. Operation Supervisor
Orang yang mengetahui seluk beluk pekerjaan dan lingkungan kerja
c. Healt & Safety

13
Orang yang expert dalamm bidang JSA
7. Work Squence
a. Preparation
b. Prosedur
c. Finishing
8. Hazard
Sumber atau situasi yang berpotensi untuk menyebabkan cedera dan sakit.
9. Risk
Kombinasi dari kemungkinan terjadinya peristiwa yang berhubungan dengan cidera
parah atau sakit akibat kerja atau terpaparnya seseorang / alat pada suatu bahaya.
10. Contror Measures
Pengendalian dari bahaya dan resiko yang ditimbulkan

4.6.2 Langkah membuat JSA dan design Formulir JSA

Berikut merupakan langkah-langkah dalam pembuatan JSA:

1) Isilah profil pekerjaan. Bagian paling atas JSA biasanya mencakup nama pekerjaan,
nama pekerja dan berapa lama waktu pekerjaan tersebut dikerjakan. JSA yang baik juga
harusnya memiliki nomor di atasnya untuk mempermudah dalam melacaknya suatu
saat apabila diperlukan.

2) Isilah tahap-tahap pekerjaan dengan rinci. Setiap pekerjaan pasti memiliki tahapan dari
persiapan hingga selesai. Sebutkan semua detail pekerjaan dan pastikan jangan sampai
ada yang terlewat.

3) Isilah kolom bahaya untuk setiap masing-masing tahap pekerjaan tersebut. Bahaya
adalah suatu potensi yang dapat menimbulkan kerugian bagi pekerja. Ingatlah bahaya
hanyalah sebuah potensi dia belum menimbulkan kerugian.

4) Isi kolom risiko untuk setiap bahaya yang telah teridentifikasi. Risiko adalah dampak
dari bahaya jika ia sampai menimbulkan kerugian.

5) Isilah kolom pengendalian. Setelah menentukan risiko yang dapat terjadi, kita harus
menentukan pengendalian apa yang efektif untuk menguangi risiko tersebut.

14
6) Isilah kolom tanggung jawab. Pada kolom tanggung jawab, kita harus menulis siapa
saja yang bertanggung jawab dan berkomitmen untuk melaksanakan pengendalian
tersebut.

7) Bubuhkan tanda tangan dan nama jelas pada isian “supervisor”. Isian tersebut berfungsi
sebagai pertanggungjawaban supervisor atas semua hal yang tertulis di JSA dan
memastikan bahwa JSA tersebut telah mencakup semua aktifitas yang akan dilakukan
nanti.
8) Bubuhkan tanda tangan dan nama jelas pada isian “ Safety Manager”. Isian tersebut
berfungsi sebagai persetujuan dari pihak safety dan memastikan bahwa seluruh yang
tertulis di JSA telah memenuhi aspek keselamatan kerja.

9) Bubuhkan tanda tangan pada anggota tim. JSA tidak akan berarti apabila seluruh tim
tidak mengetahui isi dari JSA ini. Oleh karena itu, kolom isian tanda tangan anggota
tim mutlak diperlukan sebagai bukti bahwa JSA telah disosialisasikan ke seluruh
anggota tim.

10) Pastikan JSA selalu didokumentasi dengan baik. JSA akan lebih baik jika memiliki
carbon copy sehingga dapat langsung digandakan dan disebarluaskan ke pihak pihak
terkait

4.6.3. Penerapan JSA PRA Outage Unit 8 PT.POMI

Outage merupakan kegiatan yang dilakukan untuk melakukan perawatan setiap tahun pada
mesin, dimana mesin akan di shutdown secara keseluruhan. PT.POMI melakukan outage secara
terjadwal pada setiap unitnya, tahun ini dilakukan outage unit 8 pada tanggal 7 april 201, outage
dilakukan karena mesin sudah mencapai umur supaya tidak rusak dan terjadi breakdown ketika
mesin beroperasi. Perawatan dioperasikan oleh pekerja PT.POMI dan kontraktor, bisa jadi pihak
operator kurang memahami masalah operasi dan kecelakaan kerja kurang mendalam ketika
mencantumkan pengendalian, maka disitu masih ada resiko dan perlu di lakukan riview JSA
supaya ada hal-hal yang perlu ditambahkan mengenai prosedur keselamatan kerja dari sisi
kontraktor dan sisi safety supaya lebih mendalam identifikasi bahaya serta pengendalian
resikonya. Pengawasan kegiatan selama outage dilakukan oleh RIC( Recipient In Charge), RIC

15
sendiri adalah orang yang ditunjuk oleh perusahan dan sudah di otorisasi yang di tugaskan
sebagai applicant untuk memegang permit/ijin kerja dan menjalankan kegiatan outage sesuai
prosedur JSA yang sudah direview. Outage merupakan hal penting yang harul dilaksanakan oleh
PT.POMI dengan tujuan :

a. Agar mesin dan peralatan lainnya selalu dalam keadaan siap pakai secara optimal.
b. Untuk menjamin kelangsungan produksi sehingga dapat membayar kembali modal yang
telah ditanamkan dan akhirnya akan mendapatkan keuntungan yang besar.
c. Dapat menjamin penggunaan sarana perusahaan secara optimal dan berumur panjang.
d. Dapat menjamin kembalinya modal dan keuntungan.
e. Dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
f. Dapat mengetahui dan mengendalikan biaya perawatan dan mengembangkan data-data
operasi yang berguna untuk membantu menentukan anggaran biaya dimasa yang akan
datang.
g. Melindungi mesin terhadap kerusakan.
h. Meningkatkan daya guna serta mengurangi waktu menganggurnya peralatan.
i. Mencegah pemborosan perkakas suku cadang dan material..
j. Menjamin kelangsungan hidup karyawan yang memadai dalam jangka panjang, yang
mana akan menumbuhkan rasa memiliki sehingga peralatan/sarana yang dapat menjamin
kelangsungan hidupnya akan dijaga dan dipelihara dengan baik.
k. Menimbulkan rasa bangga bila bekerja pada perusahaan yang sangat terpelihara
keadaannya.
l. Untuk memperpanjang umur penggunaan asset.
m. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam
keadaan darurat setiap waktu.
n. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan peralatan tersebut.
Dalam kegiatan praoutage ini pembuatan JSA dilakukan untuk mengurangi dan mencegah
kecelakaan kerja pada PT.POMI. Kegiatan yang dilakuan adalah pembuatan JSA yang dilakukan
oleh applicant yang ditunjuk dan sudah mendapat otorisasi dari perusahaan untuk melakukan
pekerjaan tersebut. Jika JSA yang telah dibuat applicant masuk dalam kategori pekerjaan
highrisk selanjutnya dilakukan review JSA. Semua pekerjaan tersebut hanya boleh dikerjakan
oleh expert pada bidang JSA untuk itu saya diikutsertakan dalam kegiatan review JSA untuk

16
mengetahui bahaya dan resiko pekerjaan yang dilakukan serta memberikan pengendalian dari
bahaya dan resiko yang ditimbulkan.

Gambar Review JSA outage unit 8

Diikut sertakan dalam kegiatan review JSA melibatkan expert di bidang JSA yaitu participant,
supervisor, dan healt and safety. Dari kegiatan tersebut akan mendapatkan hasil pembahasan JSA
yang dikatakan dalam kategori highrisk.

Gambar Hasil Review JSA Rencana Kegiatan Praoutage Unit 7&8

17
1) Lifting Heavy Equipment: CW Pump, CEP, BWCP, Motor Absorber Pump
Pekerjaaan Lifting Heavy Equipment masuk dalam kategori pekerjaan resiko tinggi (highrisk) karena memperhatikan beberapa
hal berikut :
1. pengangkatan yang melebihi kapasitas 25 ton
2. pengangkatan menggunakan dua atau lebih crane untuk mengangkat benda atau barang
3. pengangkatan tailing yaitu pengangkatan untuk memposisikan barang dari horizontal ke vertikal dan juga sebaliknya.

Berikut identifikasi bahaya, resiko serta pengendalian pada pekerjaan pengangkatan yang kompleks (Compiex Lifting Work) pada
JSA

No Hazard Resiko Pengendalian/control measure

1. Mengangkat beban  Pekerja cidera saat  Alat angkut harus tersertifikasi


melebihi dari 25 melakukan pengangkatan  Sudah dilakukan pemeriksaan sebelum alat
ton (terjepit, terhimpit diantara) digunakan
 Kerusakan pada peralatan  Personel harus berkompeten (operator berlisensi,
leader berlisensi, ada signalmen)
 Lifting plan (perencanaan pengangkatan) harus
disampaikan terhadap pekerja yang berkaitan
 Tidak boleh berada atau masuk area pengangkatan
 Area pengangkatan dibarikade dan diberi rambu k3

18
2. Moving object atau Tertimpa dan tertabrak  Tidak boleh berada pada posisi yang
Pengangkatan yang benda yang menggantung membahayakan
membutuhkan atau di angkat  Tidak boleh berada di bawah benda menggantung
perubahan posisi  Personel harus berkompeten (operator berlisensi,
dari horizontal ke leader berlisensi, ada signalmen)
vertikal dan  Tidak boleh di samping terlalu dekat
sebaliknya  Tidak boleh berada di titik yang menyebabkan dia
terjebak
 Alat bantu (tali tambera, push pool pull)
 Area pengangkatan dibarikade dan diberi rambu k3
 Lifting plan (perencanaan pengangkatan) harus
disampaikan terhadap pekerja yang berkaitan

2) Confine Space: Boiler Inspection, Air Heater, Chimney, ESP, CW Pipe inspection
Confine space pada JSA masuk di dalam kategory resiko tinggi makanya harus di review. Terdapat beberapa bahaya pada confine
space antaralain bahaya atmosferik (gas-gas berbahaya) dan non atmosferik (bahaya fisik). Adapun berikut ini adalah beberapa
bahaya atmosferik (gas-gas berbahaya) meliputi:
a. Oxygen enrichment: level dari oksigen di udara melebihi batas yang aman atau tidak boleh lebih dari 23% karena kalau melebihi
membuat atmosfer dari confine space itu mudah terbakar. Bahaya oksigen ini lebih kepada lingkungan kerja.
b. Oxygen defisiensi: kandungan oksigen di udara kurang dari level 16.5%, oksigen ini bahayanya lebih kepada pekerja berdampak
pada sistem pernafasannya sehingga pekerja tidak dapat bekerja secara normal karena kebutuhan udara dalam hal ini spesifik

19
kebutuhan oksigennya kurang. Maka pekerja akan menimbulkan gejala cepat capek, jantung akan bekerja tinggi karera otak
mengirim signal untuk mengambil oksigen karena kurang.
c. Gas-gas beracun, gas berbahaya yang sifatnya beracun jika di hirup oleh pekerja dan gas-gas ini sifatnya mengusir daripada
oksigen tersebut. Karena adanya gas-gas beracun tersebut pekerja tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup dan darahnya
berikatan dengan gas tersebut bisa menyebabkan pingsan, oksigen defisiensi. Gas-gas beracun ini timbul dari tempat kerja itu
sendiri bisa jadi disitu banyak karat yang bereaksi oksidasi untuk oksigen dan menghasilkan gas-gas lain, dan juga adanya bakteri-
bakteri atau mikroorganisme, adanya gas-gas yang terjebak di dalam karena sisa sisa dari proses.
d. Gas-gas yang mudah terbakar, bahaya ke lingkungan, jika terjadi kebakaran di confine space konsekuensinya akan sangat
signifikan tidak hanya ke material atau barang bahkan terhadap pekerja, makanya ada level-level baik untuk gas-gas beracun
(clorine, So2, hydrogen, CO, CO2) kemudian ada parameter-parameter untuk pengukuran UEL daan LFL.
Berikut merupakan bahaya non atmosferik (bahaya fisik) yang meliputi gelap, sempit, konfigurasi tempat kerjanya membuat
pekerja terjebak, terjepit, terpleset, temggelam, terjebak diantara, terperosok, termasuk akses keluar masuk yang tidak normal.

No Hazard Resiko Pengendalian/control measure

1. Bahaya atmosferik  Kematian  Pastikan pekerja sehat


(gas-gas berbahaya)  Pingsan  Tidak memiliki penyakit epilepsi, asma, jantung
 Cepat lelah tidak sehat dll.
 Sesak nafas  Pastikan udara di sirkulasi dengan udara ambien
 Capek atau udara terbuka

 Jantung tidak bekerja secara  Gas test tidak melebihi ambang batas tidak aman

20
normal  Menhool harus di barikade dan diberi rambu-rambu
 Pingsan
 Luka bakar

5. Bahaya non  Cidera pada bagian tubuh  Pencahayaan mencukupi


atmosferik (bahaya  Kematian  Akses yang aman
fisik)  Lampu darurat
 Harus ada pekerja yang bersiap di depm manhole
 Masuk menggunakan permit
 Manhole harus di barikade dan diberi rambu-rambu

3) High voltage: Life Maintenance on Electrical, Repair HV, Inspect Bus Duct
Dikatakan highrisk karena pekerjaan dalam keadaan ada tegangan jadi pekerja bekerja di suatu peralatan yang dekat dengan panel
yang masih ada tegangan atau tidak dalam keadaan bertegangan tapi itu masuk pada kategori tegangan tinggi (offline high voltage)

No Hazard Resiko Pengendalian/control measure

1. Tegangan dan arus Tersengat arus listrik  Eliminasi atau di hilangkan


 Substitusi
 Membuat suatu tabir dari arc flash blanket
 Isolasi suapaya tegangan tidak ada

21
 Kompeten personel
 Tehnisi electrical yang mengetahui ada tegangan
 Panel yang bertegangan di beri pelindung sutter
dan tanda bahaya
 Penggunaan APD electrical hand gloves
 Arc flash swit

4) Radiography
Kegiatan Radiography dilakukan pada saat outage dengan tuuan untuk melihat hasil pengelasan pada suatau peralatan industri atau
pabrik. Pada kegiatan ini digunakan zat radiaktif yang memancarkan radiasi pengion Ir-192 (iridium 192), untuk memberikan
proteksi kepada pekerja radiasi maka diterapkan prinsip PEJABAT (Penahan Jarak Waktu) adapun yang dimaksud yaitu:
1. PENAHAN
Yang dimaksut dengan penahan adalah menyediakan alat penahan berupa plat PB, Tungsten dll untuk menahan dan berinteraksi
dengan pancaran radiasi
2. JARAK
Yang dimaksut jarak adalah jarak antara sumber radiasi dengan pekerja atau masyarakat industri, semakin jauh semakin bagus
berhubungan dengan aktifitas sumber, semakin tinggi aktifitas sumber jarak yang di butuhkan semakin jauh untuk pekerja radiasi
dan masyarakat.
3. WAKTU
Yang dimaksut dengan waktu adalah lama pekerja atau masyarakat industri terpapar radiasi, semakin kecil waktu yang untuk
terpapar radiasi maka dampak yang diberikan kepada pekerja atau msyarakat industri semakin bagus, jika aktifitas sumber zat

22
radioaktif semakin besar maka waktu yang dibutuhkan untuk menembak atau menyinari suatu material akan semakin turun dan
aktifitas sumber zat radioaktif semakin kecil maka waktu yang dibutuhkan untuk menembak atau menyinari suatu material akan
semakin besar maka watu yang di butuhkan pekerja untuk terpapar radiasi semakin besar pula.

No Hazard Resiko Pengendalian/control measure

1 Sinar gamma  Dampak efek langsung  Operator radigraphy


seperti iritasi sampek terjadi  Ahli radigraphy
perubahan kulit dan bagian  Petugas proteksi radiasi
tubuh lainnya  Surveymeter
 Dampak efektidak  Personal dosimeter/TLD/filmbadge
langsung jangka panjang  Hal-hal tersebut diatas merupakan penerapan
seperti mutasi gen dsb. prinsip PEJABAT

5) Diving Intake Canal and Drum Screen


Kegiatan penyelaman di intake canal dilakukan pada saat unit pembangkit dimatikan.kegiatan penyelaman tersebut dalam kategori
resiko tinggi. Berikut beberapa bahaya yang teridentifikasi pada saat penyelaman tersebut.

No Hazard Resiko Pengendalian/control measure

1. Arus air yang berat  Fatallity  Diver yang sudah tersertifikasi

23
Putaran impeller  Terbelit pompa  Pastikan diver sehat dengan test kesehatan
pompa  Harus ada diving permit
Binatang laut Cidera terkena racun
 Harus ada diving plant (perencanaan diving)
 Tabung scuba tersertifikasi
 Menggunakan tali pandu
 Ada penjaga diatas
 Malam hari pekerjaan dihentikan
 Hujan pekerjaan dihentikan

24
25
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didaptkan dari penelitian ini adalah :

1. PT. POMI melakukan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja melalui pembuatan
JSA pada kegiatan outage unit 7&8

2. JSA dari setiap pekerjaan tidak harus dibuat setiap awal pekerjaan, hal ini dapat
dilaksanakan karena setiap pekerjaan membutuhkan JSA untuk mendapatkan ijin kerja.

3. JSA memiliki penanganan pencegahan kecelakaan pada prosedur kerja yang di jalankan
pada kegiatan outage unit 7&8.

4. JSA harus dibuat di awal pekerjaan jika :

a. Pekerjaan yang jarang dilaksanakan atau melibatkan pekerja baru untuk


melaksanakannya.

b. Pekerjaan yang mempunyai riwayat atau potensi mengakibatkan cedera, nyaris


celaka atau kerugian yang terkait insiden.

c. Pekerjaan kritis yang terkait dengan keselamatan seperti kebakaran ,tumpahan


bahan kimia, terciptanya atmosfir kerja yang toksik, terciptanya atmosfir kerja yang
kekurangan oksigen.

d. Pekerjaan yang dilaksanakan di lingkungan kerja yang baru

e. Pekerjaan dimana tempat kerja yang dipakai atau kondisi lingkungan kerja telah
berubah atau mungkin berubah

f. Pekerjaan yang dikerjakan dimana kondisi yang disebutkan pada ijin kerja aman
atau PTW mensyaratkan adanya JSA.

g. Pekerjaan yang jelas-jelas telah berubah pelaksanaan pekerjaanya baik metode atau
yang sejenisnya
h. Pekerjaan yang mungkin mempengaruhi integritas atau keluaran dari sistem proses

26
5.2. Saran

Saran yang didapatkan dari penelitian ini adalah :

1. Melakukan Briefing kerja sebelum memulai suatu kegiatan serta mengisi keterangan
briefing kerja perharinya agar ada pengendalian job desk.

2. Tetap menjaga kondisi lingkungan kerja agar tetap nyaman dan dapat mendukung
produktivitas kerja.

3. Pengaturan pola kerja dan istrihat untuk menghindari kegiatan lembur pekerja,

4. Meberikan alat bantu seperti teknologi atau mesin lainya bertujuan untuk memudahkan
pekerjaan.

5. Melakukan training atau pembekalan pada kegiatan khusus yang perlu mengikuti petunjuk
procedural agar tidak ada kesalahan dalam pengoperasian kegiatan kerja yang
menimbulkan kecelakaan kerja

6. Perlunya dilakukan identifikasi potensi bahaya berkala untuk menemukan jenis potensi
bahaya baru dan penaggulanga

27
LAMPIRAN

28
29
30
31

Anda mungkin juga menyukai