Nama Anggota:
Jakarta
2019
BAB I
1. Pendahuluan
Dalam penentuan dan pendirian usaha atau bisnis tentunya memerlukan
adanya suatu perhatian penting dalam meneliti kelayakannya, perhatian tersebut
berbentuk suatu kajian yang dinamakan Studi Kelayakan Bisnis. Studi kelayakan
inilah yang harus dilakukan agar suatu gagasan atau ide untuk membuka usaha
yang akan dijalankan nantinya aka berjalan dengan baik sesuai dengan ekspektasi
dan tidak menyimpang jauh dari perencanaan awal, sehingga bisa mencapai
tujuan usaha, keuntungan serta kesalahan dan hambatan yang akan terjadi pun
dapat dikurangi.
Hambatan atau kendala dalam suatu usaha atau bisnis pasti akan terjadi dan
kapanpun terjadi, bahkan bisa saja terjadi dari awal usaha tersebut didirikan.
Kendala bisa dialami di berbagai aspek, dan aspek-aspek inilah yang harus
diperhatikan yang terdapat pada kajian atau Studi Kelayakan Bisnis. Kajian ini
harus dilakukan sebelum memulai suatu bisnis, agar pengambilan keputusan
mengenai apakah usaha tetap akan dijalankan atau sebaliknya. Aspek-asepk itu
terdiri dari: Aspek Ekonomi, Aspek Hukum, Aspek Lingkungan, Aspek Teknis,
Aspek Pasar dan Pemasaran, Aspek Manajemen, Keuangan, Sosial, bahkan
Politik.
Dari beberapa aspek-aspek yang telah disebutkan di atas, maka akan dibahas lebih
dalam tentang aspek teknis/operasi pada Srudi Kelayakan Bisnis kali ini. Aspek
Teknis merupakan cara bagaimana calon pengusaha menentukan lokasi usaha
(seperti kantor pusat, cabang, gudang, maupun pabrik), apakah lokasi harus
dibangun dan didirikan dekat pasar, pemukiman warga, pusat bahan baku dan
lainnya. Penentuan layout mesin, gedung, dan peralatan pabrik juga termasuk ke
dalam aspek teknis. Apabila kesalahan dalam penentuan aspek teknis/operasi
terjadi, maka usaha tersebut tidak akan berjalan dengan efektif dan efisien.
Karena kelancaran berjalannya usaha ditentukan oleh aspek teknis/operasi yang
dimiliki.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
2. Calon pengusaha dapat menentukan Lokasi Usaha yang baik, sehingga tidak
salah dalam menentukan lokasi usaha.
3. Calon pengusaha dapat menentukan tata letak (layout) dengan baik.
BAB II
Pembahasan
2. Lay-out fungsional
Sering disebut juga dengan lay-out proses, yaitu pengaturan letak
fasilitas produksi di dalam pabrik berdasarkan atas fungsi bekerjanya
setiap mesin atau fasilitas produksi yang ada. Maesin atau fasilitas
yang mempunyai kegunaan yang sama dikelompokkan dan diletakkan
pada ruangan atau tempat yang sama. Lay-out ini biasanya digunakan
untuk membuat barang yang bermacam-macam. Contoh dari lay0out
fungsional ini adalah pabrik yang mengerjakan berbagai macam
barang-barang dari besi.
3. Lay-out Kelompok
Lay-out kelompok adalah suatu pengaturan letak fasilitas suatu pabrik
berdasarkan atas kelompok barang yang dikerjakan. Biasanya pabrik
yang menggunakan lay-out kelompok memiliki produk yang
bermacam-macam, tetapi garis besar urutan prosesnya dapat dibagi
dalam beberapa kelompok yang sama. Untuk setiap kelompok produk
dibuatkan lay-out tersendiri.
Contoh penggunaan lay-out ini adalah pada perusahaan pemroses
kulit. Perusahaan ini menghasilkan sepatu, sandal, sepatu sandal, baik
untuk pria maupun wanita, berbagai dompet, tas, dan berbagai macam
ikat pinggang. Proses untuk mengerjakan setiap barang tidak sama,
tetapi pada dasarnya produk dapat dikelompokkan dalam beberapa
marga atau kelompok produk yang garis besar urutan proses
pembuatannya hampir sama. Semua produk dalam setiap kelompok
memiliki garis produksi yang sama, meskipun cara pengerjaan setiap
barang secara rinci berbeda-beda. Misalnya pembuatan kelompok
sepatu mesti melalui bagian sol, bagian atas, bagian perakitan, dan
finishing atau penyelesaian. Hanya cara pembuatan sol setiap macam
dan model sepatu agak lain, meskipun garis besarnya sama. Demikian
juga pembuatan bagian atas dan perakitannya.
5.Lokasi Usaha
Penentuan lokasi yang tepat akan memberikan keuntungan bagi perusahaan,
baik dari sisi finansial maupun nonfinansial, misalnya: dapat memberikan
pelayanan kepada konsumen dengan lebih memuaskan, kemudahan untuk
memperoleh tenaga kerja yang diinginkan baik secara kuantitas maupun
kualifikasinya, memudahkan dalam memperoleh bahan baku atau bahan
lainnya dalam jumlah yang diinginkan dalam jangka waktu yang sudah
diperhitungkan, kemudahan dalam memperluas lokasi usaha, karena sejak
awal sudah dipertimbangkan kebutuhan lahan yang dibutuhkan, mempunyai
prospek nilai ekonomis yang tinggi di masa yang akan datang,
meminimalisasi konflik terutama dengan masyarakat setempat, serta adanya
dukungan pemerintah terhadap usaha yang akan dijalankan.
Untuk memilih lokasi tergantung dari jenis usaha yang dijalankan.
Untuk mempertimbangkan lokasi yang dipilih harus disesuaikan dengan
keperluan usaha, misalnya untuk lokasi pabrik, lokasi kantor pusat, lokasi
kantor pemasaran, lokasi gudang, dan lainnya. Sebenarnya terdapat beberapa
pertimbangan yang harus diketahui dalam penentuan lokasi, namun pada garis
besarnya terdapat dua pendekatan sebagai berikut:
a. Pendekatan berdasarkan kedekatan dengan bahan baku (raw material
approximity approach) .
Pendekatan penentuan lokasi ini didasarkan pada bahwa sebaiknya lokasi
perusahaan ditentukan di daerah bahan baku. Dengan demikian biaya
angkut dari bahan baku dari sumbernya ke pabrik seefisien mungkin. Jadi,
pertimbangannya adalah biaya angkut bahan baku yang semurah mungkin.
Contoh:
Perusahaan semen sebaiknya ditempatkan di daerah gunung
kapur/bahan semen. Itulah sebabnya mengapa pabrik semen didirikan
di daerah Gresik dan Tuban karena daerah tersebut merupakan daerah
gunung kapur.
Perusahaan pengolahan minyak harus terletak di kawasan yang
terdapat tambang minyak, misalnya daerah Cepu, Jawa Tengah.
Perusahaan air minum kemasan sebaiknya ditempatkan pada daerah
yang banyak terdapat sumber air yang memadai, misalnya di daerah
Tretes, Pandaan, Pasuruan.
Perusahaan tambang batu bara harus ditempatkan di daerah yang
banyak terdapat deposit batu bara. Demikian juga dengan perusahaan
tambang yang lain seperti aluminium, emas, tembaga, dan lainnya.
b. Pendekatan berdasarkan kedekatan dengan daerah pemasaran (Market
Approximity Approach). Berdasarkan pendekatan ini, maka perusahaan
harus ditempatkan di daerah pemasaran. Pertimbangannya adalah efisiensi
pengangkutan hasil produksi dari pabrik ke daerah pemasaran. Beberapa
contoh pendekatan ini adalah:
Perusahaan atau pabrik televise/radio/video dan kaset recorder
hendaknya ditempatkan di daerah pemasaran. Misalnya, beberapa
perusahaan perakitan TV, radio, komputer, umumnya berada di kota-
kota besar bukan di daerah pedalaman.
Perusahaan obat-obatan banyak terletak di daerah perkotaan.
Perusahaan konveksi banyak di daerah pemasaran, dll.
Meskipun secara umum penentuan lokasi bisnis berdasarkan kedua
pendekatan tersebut, namun terdapat beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan dalam memilih lokasi yang nantinya akan dianalisis untuk
mencapai keputusan akhir dimana lokasi akan dipilih. Faktor-faktor tersebut
antara lain:
1. Faktor primer
Pertimbangan utama faktor primer dalam menentukan lokasi pabrik antara
lain:
a. Kedekatan dengan pasar sasaran atau konsumen potensial dimana
tempat produk akan dijual
b. Kedekatan dengan sumber (ketersediaan) bahan baku utama
c. Ketersediaan tenaga kerja, baik dari sisi kuantitas maupun kualifikasi
yang dibutuhkan
d. Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang memadai yang
dapat memperlancar pengadaan bahan baku dan memasarkan hasil
produksi, misalnya jalan raya, jembatan, pelabuhan laut, bandar udara,
kereta api, dll.
e. Ketersediaan sarana listrik, sumber air, telekomunikasi untuk
memperlancar kegiatan produksi agar tidak terganggu
f. Sikap masyarakat setempat yang dapat memengaruhi aktivitas usaha
baik positif maupun negatif.
2. Faktor sekunder
Beberapa faktor sekunder yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
lokasi pabrik adalah:
a. Kondisi iklim, kelembaban, curah hujan dan tanah, misalnya untuk
jenis usaha dibidang agrobisnis harus dapat memilih iklim yang sejuk
dan kondisi tanah yang subur.
b. Strategi kebijakan pemerintah terutama pemerintah daerah setempat
yang dapat mendukung atau menghambat usaha yang akan dijalankan
serta kebijakan arah pembangunan yang akan dijalankan. Misalnya
masalah peraturan perpajakan, peraturan ketenagakerjaan, peraturan
ijin usaha, intensif, dll.
c. Kemungkinan perluasan pengembangan perusahaan dan rencana masa
depan perusahaan.
d. Sikap masyarakat setempat yang dapat memengaruhi aktivitas usaha
baik positif maupun negatif, misalnya adat istiadat, budaya, agama,
keamanan, dll.
e. Biaya untuk investasi dan eksplorasi, misalnya pengadaan tanah dan
pembangunan gedung.
Beberapa hal yang harus diperhatikan agar teknologi yang digunakan sesuai
dengan derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang
diharapkan, antara lain:
Daftar Pustaka
Atria, E.H. 2020. Studi Kelayakan Bisnis dalam Aspek Teknis/Operasi. Jakarta
Timur. STIE Kusuma Negara.
Kasmir, Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis: Edisi Revisi. Jakarta: Kencana.
Subagyo, Pangestu. 2000. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta,
Salemba Empat.
academia.edu/14441482/Aspek_Teknis_Dalam_Studi_Kelayakan_Bisnis
sarno.id/2019/07/aspek-teknis-dalam-studi-kelayakan-bisnis/