Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“ASPEK TEKNIS DAN TEKNIS OPERASI”

Dosen Pengampu : Novita Indah Hasibuan, S.Pd., M.Pd

OLEH:

KELOMPOK 2

NAMA ANGGOTA:

1. Shinta Atma Dewi (7192443013)


2. Shafa Shafira Darmanto (7193143004)
3. Anjelina Manalu (7193143001)
4. Rafiah Ardiyati (7192443014)
5. Christina Banuareah (7203143020)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BISNIS

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Studi
Kelayakan Bisnisyang berjudul “Aspek Teknis Dan Teknis Operasi” ini dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Novita Indah Hasibuan, S.Pd.,
M.Pd selaku Dosen Mata Kuliah Studi Kelayakan Bisnis yang telah membimbing penulis
dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
menjadi acuan bagi penulis untuk menjadi lebih baik. Selain itu, penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya mahasiswa yang masih aktif.

Medan, September 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 17
3.2 Saran .................................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aspek teknis merupakan suatu yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secarateknis
dan pengoperasianya setelah proyek tersebut dibangun. Berdasarkan analisa ini dapatdiketahui
rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk biaya ekploitasinya.Pelaksanaan dari
evaluasi aspek ini sering kali tidak dapat memberikan suatu keputusan baku ,atau dengan kata
lain masih tersedia alternatif jawaban. Karenanya sangat perludiperharikan suatu atau beberapa
pengalaman pada proyek lain yang serupa dilokasi lain yangmenggunakan teknik dan operasi
serupa. Keberhasilan penggunaan teknologi sejenis ditempatlain sangat membantu dalam
pengambilan keputusan akhir , setidaknya memperhatikan pengalaman ditempat lain tidak bias
dikesampingkan.Berbeda dengan askpek teknis, aspek operasi umumya kurang mendapat
perhatian dalam pembuatan studi kelayakan bisnis,karena kebanyakan studi berpuast pada
tigaaspek:pasar,teknik, dan keuangan.,karena kebanyakan pembuat studi akan merasa
bahwadengan dengan memperkirakan bahwa ketiga aspek sudah baik maka pihak yang
menjalankan preyeksi tersebut akan “senang”. Meskipun demikian perlulah disadari
bahwa ,walupaun ada pasar potensial tidak selalu perusahaan akan memanfaatkanya. Tergantung
juga bagaimana pihak manajemen tersebutmemanfaatkan pasar potensial; yang ada menjadi
pangsa pasar perusahaan.Teknologoi maju yang diterapakan oleh perusahaan tidak selalu
penerapannya akan berjalanlancar . kalau pelaksana tidak amampu mmengelola dengan baik
maka kegiatan yang terjaditidak “cost saving” pemborosan –pemborosan keuangan selalu bisa
timbul meskipun semuanytampak baik. Ini semua menjadikan aspek operasi menjadi sangat
penting dalam pelaksanaan proyek nantinya . ada perusahaan yang mengatakan bahwa
“ kekayaaan yang paling berharga bagi perusahaan bukanlah modal, mesin dan peralatan yang
serba moderntetapi manajeman opersional yang baik. Ini menandakan bahwa tenaga –tenaga
opersional danmanajerial yang baik memgang kunci keberhasilan usaha tersebut nantinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari aspek teknis/operasi.
2. Apa tujuan dari aspek teknis/operasi.

1
3. Bagaimana cara penentuan lokasi usaha.
4. Apa saja metode dalam penilain lokasi.
5. Apa itu luas produksi.
6. Bagaimana cara tata letak (layout)yang baik.
7. Bagaimana cara pemilihan teknologi yang bener
8. Apa itu Economic Quantity
9. Apa itu Safety Stock dan Reorder Point

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui aspek teknis/operasi.
2. Untuk mengetahui tujuan dari aspek teknis/operasi.
3. Untuk mengetahui cara penentuan lokasi usaha.
4. Untuk mengetahui metode dalam penilain lokasi.
5. Untuk mengetahui luas produksi.
6. Untuk mengetahui cara tata letak (layout)yang baik.
7. Untuk mengetahui cara pemilihan teknologi yang bener.
8. Untuk mengetahui apa itu Economic Quantity
9. Untuk mengetahui apa itu Safety Stock dan Reorder Point

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aspek Teknis/Operasi


Aspek teknis atau operasi juga dikenal sebagai aspek produksi. Jadi, aspek teknis/operasi
adalah untuk menilai kesiagaan perusahaan dalam menjalankan usahanya. Penilaian terhadap
aspek ini sangat penting karena menyangkut hal-hal seperti masalah penentuan lokasi, luas
produksi, tata letak ( layout ), penyusunan peralatan pabrik dan proses produksinya termasuk
pemilihan teknologi. Kelengkapan kajian aspek operasi sangat tergantung dari jenis usaha yang
akan dijalankan, karena setiap jenis usaha memiliki prioritas tersendiri.

2.2 Tujuan Aspek Teknis/Operasi


Secara umum ada beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penilaian aspek teknis/operasi
yaitu:1
• Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk lokasi pabrik, gudang,
cabang maupun kantor pusat.
• Agar perusahaan dapat menentukan layout yang sesuai dengan proses produksi yang
dipilih, sehingga dapat memberikan efisiensi.
• Agar perusahaan dapat menentukan teknologi yang paling tepat dalam menjalankan
produksinya.
• Agar perusahaan dapat menentukan metode persediaan yang paling baik untuk dijalankan
sesuai dengan bidang usahanya.
• Agar dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan sekarang dan dimasa yang
akan datang.

2.3 Penentuan Lokasi Usaha


Terdapat paling tidak 4 lokasi yang di pertimbangkan sesuai keperluan perusahaan yaitu antara
lain :

3
1. Lokasi untuk kantor pusat
Pertimbangan untuk menentukan lokasi kantor pusat yang umum dilakukan adalah sbb:
a. Dekat pemerintah
b. Dekat lembaga keuangan
c. Dekat dengan pasar/konsumen
d. Tersedia sarana dan prasarana (transportasi, listrik dan air)

2. Lokasi Kantor cabang


3. Lokasi untuk gudang
Pertimbangan untuk lokasi gudang yang umum dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Di kawasan industri
b. Dekat dengan pasar
c. Dekat dengan bahan baku
d. Tersedia sarana dan prasarana

4. Lokasi untuk pabrik


Khusus untuk lokasi pabrik paling tidak ada 2 faktor yang menjadi pertimbangan, yaitu :
1. Faktor Utama ( Primer ), pertimbangan utama dalam mementukan lokasi pabrik, yaitu :
• Dekat dengan pasar
• Dekat dengan bahan baku
• Tersedia tenaga kerja, baik jumlah maupun kualifikasi yang di inginkan
• Tersedia fasilitas pengangkutan seperti jalan raya atau kereta api atau pelabuhan laut atau
pelabuhan udara.
• Tersedia sarana dan prasarana seperti listrik
• Sikap masyarakat
2. Faktor Sekunder
➢ Biaya untuk investasi di lokasi seperti biaya pembelian tanah atau pembangunan
gedung
➢ Proses perkembangan harga atau kemajuan di lokasi tersebut di masa yang akan datang
➢ Kemungkinan untuk perluasan lokasi
➢ Terdapat fasilitas penunjang lain seperti pusat perbelanjaan atau perumahan

4
➢ Iklim dan tanah
➢ Masalah pajak dan peraturan perburuhan di daerah setempat

2.4 Metode Penilaian Lokasi


Paling tidak ada 3 metode yang dapat digunakan dalam menilai sesuatu lokasi sebelum
diputuskan, yakni :2
1. Metode penilaian hasil value
Faktor – faktor yang menjadi pertimbangan: pasar, bahan baku, transportasi, tenaga kerja,
pertimbanan lainnya.
2. Metode perbandingan biaya ( cost comparison method )
Faktor – faktor yang menjadi pertimbangan: bahan baku, bahan bakar dan listrik, biaya
oprasi, biaya umum, biaya lainnya.
3. Metode analisis ekonomi ( economic analysis method )
Faktor – faktor yang menjadi pertimbangan: biaya sewa, biaya tenaga kerja, biaya
pengangkutan, biaya bahan bakar dan listrik, pajak, perumahan, sikap masyarakat, dan lainnya.

2.5 Luas Produksi


Penentuan luas produksi adalah berkaitan dengan berapa jumlah produksi yang di
hasilkan dalam waktu tertentu dengan mempertimbangkan kapasitas teknis dan peralatan yang
dimiliki serta biaya yang paling efisien.
Secara umum luas produksi ekonomis di tentukan antara lain oleh :
1. Kecenderungan permintaan yang akan datang
2. Kemungkinan pengadaan bahan baku, bahan pembantu, tenaga kerja dan lain-lain
3. Daur hidup produksi dan produksi subtitusi dari produk tersebut

5
2.6 Tata Letak ( Layout )
Layout merupakan suatu proses dalam penentuan bentuk dan penempatan fasilitas yang dapat
menentukan efisiensi produksi/operasi. Layout dirancang berkenaan dengan produk, proses,
sumber daya manusia, dan lokasi sehingga dapat tercapai efisiensi/operasi.
Dengan adanya layout akan di peroleh berbagai keuntungan antara lain sebagai berikut :
1. Memberikan ruang gerak yang memadai untuk beraktifitas dan pemeliharaan
2. Pemakaian ruang yang efisien
3. Mengurangi biaya produksi maupun investasi
4. Aliran material menjadi lancar
5. Pengangkutan material dan barang menjadi rendah
6. Kebutahan persediaan yang rendah
7. Memberikan kenyamanan, kesehatan dan keselamatan kerja yang lebih baik

Pada umumnya layout di dasarkan pada situasi sebagai berikut :


1. Posisi tetap ( fixed Position )
Fix position layout biasa dikatakan juga sebagai tata letak dengan posisi tetap. Tata letak
merupakan suatu keputusan penting yang menentukan efisiensi sebuah operasi dalam jangka
panjang. Tata letak mempunyai banyak dampak strategis karena tata letak termasuk yang
menentukan daya saing perusahaan dalam hal kapasitas, proses, fleksibilitas, biaya, kualitas
lingkungan kerja, kontak pelanggan, dan citra perusahaan. Tata letak yang efektif dapat
membantu organisasi mencapai sebuah setrategi menunjang diferensiasi, biaya rendah, ataupun
respon cepat.

2. Orientasi Proses ( Proses Oriented )


Orientasi pada proses atau hasil? tergantung siapa yang melakukannya dan siapa yang
meminta. Ada beberapa orang yang berorientasi pada hasil, namun ada juga orang yang
menganggap proses itu lebih penting daripada sekedar hasil. Pada pekerjaan, mungkin lebih
banyak orang yang berorientasi kepada hasil. Yang penting selesai dan sesuai permintaan. Ini
bisa jadi disebabkan karena pekerjaan orang itu ditarget. Ya, hasilnya harus sesuai dengan target
yang diberikan. Apalagi sang pemberi tugas tersebut tidak mendefinisikan dengan pasti
spesifikasi proses kerjanya.

6
3. Tata letak kantor ( Office layout )
Perbedaan antara tata letak kantor dengan tata letak pabrik adalah pada penekanan atas
pentingnya informasi. Jika tata letak kantor yang mengalir adalah informasi maka tata letak
pabrik yang mengalir adalah tata letak bahan-bahan. Dalam tata letak kantor terjadi
pengelompokkan pekerja serta peralatan dan ruangan/kantor yang menyediakan kenyamanan,
keamanan dan pergerakkan/perpindahan informasi.
1. Tata letak gudang ( warehouse layout )
Tujuan dari tata letak gudang adalah memaksimalkan pemanfaatan seluruh luas gudang
yaitu menfaatkan pada volume penuh tetapi biaya material handlingnya rendah.
2. Tata letak produk ( Product Layout )
Tata letak produk digunakan untuk produk atau lini produk yang sama dengan volume
tinggi dan variasi produk rendah. Produksi repetitive dan produksi kontinyu menggunakan tata
letak ini.
Untuk memperoleh layout yang baik maka perusahaan perlu menentukan hal-hal berikut :
➢ Kapasitas dan tempat yang di butuhkan
➢ Peralatan untuk menangani material atau bahan
➢ Lingkungan dan estetika
➢ Arus informasi
➢ Biaya perpindahan antara tempat kerja yang berbeda

2.7 Pemilihan Teknologi


Yang perlu di perhatikan dalam pemilihan teknologi adalah :
1. Ketepatan teknologi dengan bahan bakunya
2. Keberhasilan teknologi di tempat lain
3. Pertimbanagan teknologi lanjutan
4. Besarnaya biaya investasi dan biaya pemeliharaan
5. Kemampuan tenaga kerja dan kemungkinan perkembangannya
6. Pertimbagan pemerintah dalam hal tenaga kerja
7. Dan pertimbangan lainnya.

7
2.8 Pengertian EOQ
EOQ adalah singkatan dari Economic Order Quantity. Ini adalah pengukuran yang digunakan di
bidang Operasi, Logistik, dan Manajemen Pasokan. Intinya, EOQ adalah alat yang digunakan
untuk menentukan volume dan frekuensi pesanan yang diperlukan untuk memenuhi tingkat
permintaan tertentu sambil meminimalkan biaya per pesanan. Economic Order Quantity
adalah set point yang dirancang untuk membantu perusahaan meminimalkan biaya pemesanan
dan penyimpanan persediaan.

Biaya pemesanan persediaan turun dengan peningkatan volume pemesanan karena pembelian
pada skala ekonomi. Namun, seiring dengan bertambahnya ukuran persediaan, biaya
penyimpanan persediaan meningkat. EOQ adalah titik tepat yang meminimalkan kedua biaya
yang berbanding terbalik ini.

Kategori Biaya EOQ

- Biaya pemesanan

Biaya pembelian dan biaya set up adalah istilah yang sama untuk menyebut biaya pemesanan.
Biaya pemesanan adalah jumlah biaya tetap (fix) yang terjadi setiap kali Anda memesan suatu
produk. Biaya pemesanan sifatnya konstan, sebab tidak tergantung pada jumlah barang yang
dipesan. Biaya ini tidak lepas dari aktivitas fisik yang dibutuhkan untuk memproses pesanan.
Contoh dalam biaya pemesanan adalah biaya persiapan pemesanan, biaya mengiriman atau
penugasan karyawan untuk melakukan pemesanan, biaya saat menerima bahan yang dipesan,
dan biaya penyelesaian pembayaran pemesanan.

- Biaya tercatat

Biaya tercatat dikenal juga dengan istilah biaya penyimpanan. Biaya tercatat adalah jenis biaya
yang terkait dengan persediaan yang Anda miliki di gudang. Biaya ini terdiri dari biaya yang
berkaitan dengan persediaan produk dan biaya penyimpanan. Contoh dari item yang berpengaruh
dan masuk ke dalam jenis biaya tercatat ini adalah bunga, asuransi, pajak, dan biaya
penyimpanan seperti biaya sewa gudang, biaya listrik, biaya kerusakan, dan lain sebagainya.

8
Rumus Economic Order Quantity

EOQ = akar kuadrat dari: [2SD] / H

S = Biaya penyiapan (per pesanan, umumnya termasuk pengiriman dan penanganan)

D = Tingkat permintaan (jumlah yang terjual per tahun)

H = Biaya penyimpanan (per tahun, per unit)

Misalkan Anda menjual produk mie instant dimana biaya penyimpanan perkardusnya adalah
0,75 dolar, lalu terdapat permintaan 10.000 kardus per tahun, dan biaya pesanan rata-rata 500
dolar. Berikut adalah variabel yang bisa Anda tuliskan.

$ 0,75 adalah biaya penyimpanan per unit (H)

Permintaan 10.000 per tahun (D)

Biaya pesanan rata-rata $500 (S)

EOQ = akar kuadrat dari (2) (500) (10.000) /0. 75)

= 3.652 kardus per pesanan.

Kuantitas pesanan optimal Anda adalah 3.652 kardus untuk produk mie tersebut.

2.9 Safety Stock

Assauri menjelaskan bahwa stok pengaman atau safety stock adalah suatu persediaan yang
dipersiapkan oleh perusahaan guna mencegah adanya kekurangan persediaan ketika kondisi
permintaan pasar sedang tidak pasti. Faktor yang berdampak besar pada persediaan ini
memerlukan jangka waktu tertentu sebelum barang yang dipesan tiba.

Sedangkan Chase, Jacobs dan Aquilano berpendapat bahwa safety stock adalah sejumlah
persediaan produk yang dijumlahkan dengan permintaan awal pada perkiraan total permintaan

9
barang di waktu yang akan datang. Jadi berdasarkan penjelasan para ahli di atas, bisa kita
simpulkan bahwa safety stock adalah suatu metode untuk meminimalisir adanya kecurangan
persediaan suatu produk dagang.

Peran Penting Safety Stock


Safety stock atau stok pengaman ini memiliki peran yang sangat penting di dalam supply chain
management. Sistem ini dibuat untuk bisa memaksimalkan keuntungan, mengantisipasi adanya
fluktuasi permintaan pasar dan lebih memudahkan jadwal produksi barang.

Seperti yang kita tahu bahwa hukum persediaan dan juga permintaan selalu dipengaruhi dengan
kondisi pasar, jika kondisi pasar selalu bergerak dinamis, maka perusahaan harus
menerapkan safety stock agar bisa mengantisipasi perubahan permintaan dan bisa mengambil
keuntungan yang lebih banyak. Safety stock juga diperlukan untuk menentukan tingkat
persediaan secara tepat. Jika persediaan terlalu banyak, maka perputaran uang pun akan berhenti
dalam modal dagang perusahaan. Sebaliknya, bila terlalu sedikit persediaan, maka perusahaan
akan mengalami stock out.

Permasalahan yang Muncul Akibat Perhitungan Safety Stock yang Tidak Tepat Sering kali
sistem persediaan perusahaan mengalami masalah utama pada jumlah barang yang diperlukan,
baik itu bahan baku ataupun barang jadi. Sering kali juga perusahaan mengalami sebagian
persediaan yang kurang, sedangkan pada sebagian lainnya mengalami persediaan yang terlalu
banyak.
Permasalahan ini tentunya akan memberikan dampak yang besar pada kelancaran proses
produksi, seperti terjadi waktu tunggu yang lama yang bisa meningkatkan lead time, sehingga
proses produksi akan mengalami penyimpangan dari jadwal yang sebelumnya sudah
direncanakan.

Cara Menghitungnya
Dalam penghitungan service level, Anda bisa menggunakan rumus SS yang bisa dilihat
berdasarkan data actual demand. Selanjutnya, dilakukan perhitungan standar deviasi lalu
dikalikan dengan safety factor. Berikut ini adalah rumus lengkapnya.

Safety Stock = safety factor × standar deviasi atau, Safety Stock = Z×√((PC/T)×σD)

10
Keterangan:

Berdasarkan rumus diatas, maka diketahui bahwa Z adalah safety factor, PC adalah performance
cycle, σD adalah standar deviasi dan T adalah siklus periode demand

Safety Stock = (Penjualan maksimal harian × Waktu tunggu maksimal) – (Penjualan rata-
rata harian × Waktu tunggu rata-rata)

Perhitungan pada rumus ini diangkat dengan menggunakan reorder point, dan hanya digunakan
saat perubahan pasat terjadi dalam jangka waktu yang lama atau lebih dari 2 tahun.
Perhitungan reorder point ini masih bisa diperbaiki bersamaan dengan penyusunan laporan laba
rugi setiap 3 bulan sekali.

Misalnya

Terdapat suatu gudang distribusi yang melakukan pemasaran plastic roll untuk digunakan
sebagai packing daging dalam suatu industri makanan. Keperluan rata-ratanya selama seminggu
adalah 50 roll, std deviasi keperluan mingguannya sebanyak 10 roll Std deviasi lead time
sebanyak 0. Sedangkan proses produksi lead time yang stabil adalah sebanyak 7 hari dan lead
time pengiriman dari pabrik ke gudang adalah 1 hari, sehingga totalnya adalah 8 hari penuh.
Deviasi keperluannya dihitung setiap 1 minggu sekali.

Dalam hal ini, maka kita bisa menggunakan rumus Safety stock = Z x √ (PC/T) x σD

Bila suatu service level yang Anda inginkan adalah sebanyak 95%, yang mana pihak manajemen
mengharapkan 100 kali order yang diterima, dan hanya diperbolehkan terjadi stock out sebanyak
5 kali, maka table service level bisa didapatkan dengan safety factor sebanyak 1.65 untuk
95% service level.

Lalu dari data diatas, maka diketahui bawa PC nya adalah 8 hari, dengan 7 hari manufacturing
lead time dan 1 hari lead time pengiriman dari pabrik ke gudang.

T = 7 hari bila siklus demand per minggu, sehingga bila diterapkan pada rumus akan menjadi
Safety stock = 1.65 x √ (8/7) x 10 roll = 18 roll

11
Itulah jumlah dari safety stock yang harus disimpan di dalam gudang, guna
mengantisipasi demand dan juga deviasinya sebanyak 10 roll per minggu dengan total lead
time selama 8 hari. Lantas bagaimana bila lead time bervariasi, misalnya 1 hari deviasi lead
time atau =0,14 minggu

Dalam hal ini, Anda bisa menggunakan rumus berikut:

Safety stock = safety factor x √[(PC/T x σD^2 ) + ( σLTLT x D rata-rata)^2]

= 1.65 x √[(8/7 x 10^2 ) + ( 0.14 x 50)^2] = 1.65 x √[114.3 + 49] = 21 roll

Bila ternyata lead ini mempunyai deviasi 1 hari atau 0,14 minggu, maka untuk safety stock nya
akan meningkat menjadi 21 roll.

Hasil tersebut membuktikan bahwa variasi demand adalah faktor yang sangat dominan dalam
menentukan suatu safety stock. Pengaruh ini bisa dibilang hampir 10 kali lipat dari variasi yang
terjadi pada lead time.

Ada dua cara untuk bisa mengurangi safety stock, yaitu dengan mengurangi deviasi demand, dan
dengan mempertimbangkan nilai service level. Tentunya hal ini dilakukan bila pelanggan tidak
memerlukan service level yang tinggi, maka akan diturunkan service level nya.

Bila safety stock ini sudah berhasil ditetapkan, maka harus dilakukan monitoring secara teratur
terkait bagaimana penggunaan safety stock tersebut. Bila yang digunakan hanyalah setengah,
maka disarankan untuk melakukan evaluasi ulang pada nilai service level nya.

- Reorder Point

Pengertian Reorder Point adalah suatu titik yang mana suatu barang di dalam gudang harus
ditambah lagi persediaannya sebelum mengalami kehabisan persediaan. Kebanyakan pebisnis
retail pemula hanya mengandalkan insting nya untuk menambah persediaan produknya. Ketika
mereka melihat ada permintaan produk yang meningkat, maka mereka akan segera menambah
jumlah produk barang nya di gudang.

12
Sebaliknya, ketika ada permintaan yang sedikit, maka mereka tidak akan melakukan reorder
karena memang persediaannya di gudang masih sangat banyak. Untuk mereka yang sudah
memiliki jam terbang tinggi, mereka akan melakukan penumpukan barang digudang guna
mengantisipasi adanya high season atau musim tertentu, seperti lebaran, musim dingin, musim
hujan, ataupun tahun baru. Prinsipnya sederhana, habis atau tidaknya produk barang bukanlah
masalah, karena yang penting mereka sudah memenuhi kuota penjualan.

Masalah yang Timbul Jika Tak Mengenal ROP (Reorder Point)

Di dalam dunia bisnis, khususnya pada manajemen persediaan di gudang, ROP memiliki peranan
yang sangat penting. Bila tidak diterapkan dengan baik, maka kemungkinan besar akan
menyebabkan masalah yang bisa mengganggu siklus bisnis. Beberapa masalah yang
kemungkinan akan terjadi bila tidak melakukan ROP dengan baik adalah sebagai berikut.

1. Stok Barang Menipis, Padahal Permintaan Tinggi

Katakanlah Anda adalah seorang pengusaha sepatu kulit. Ternyata saat Anda memasarkan
produk sepatu kulit ke pasar, respon yang diberikan pasar sangatlah baik. Sepatu kulit Anda
menjadi laku keras dan membuat toko Anda kebanjiran pesanan. Ketika kondisi itu terjadi, Anda
mulai panik karena Anda tidak mempunyai stok sepatu kulit yang cukup di gudang. Sehingga,
membuat pasokan barang menjadi menipis, padahal antusiasme pasar kala itu sedang sangat
tinggi. Hasilnya, banyak konsumen yang kecewa karena tidak bisa memperoleh produk tersebut.
Terlebih lagi, proses pemesanan dan pembuatannya memerlukan waktu yang lama. Sehingga ada
waktu dimana produk yang sedang diminati tersebut sudah tidak tersedia di pasar. Ketika produk
sudah tersedia di pasar, bisa saja minat pembeli sudah turun atau tidak ada, karena konsumen
sudah bisa memenuhi keperluannya dengan melakukan pembelian di toko lain.

2. Stok Barang Sangat Melimpah, Padahal Permintaan Minim

Masalah lainnya yang bisa terjadi karena tidak bisa menerapkan reorder point adalah
kebalikannya dari contoh kasus diatas. Jadi, katakanlah Anda sudah mempunyai pasokan sepatu
kulit sampai ribuan unit dengan jenis dan model yang beragam. Pada awalnya Anda merasa
optimis bahwa barang akan cepat laku, karena pasar sedang menyukai produk sepatu kulit Anda.

13
Tapi saat sepatu kulit tersebut dipajang pada etalase toko, ternyata pembeli yang tertarik sangat
sedikit karena sepatu kulit ternyata sudah tidak trend lagi. Hasilnya, sepatu kulit Anda yang
jumlah nya ribuan hanya bertahan di etalase dan gudang saja. Kerugian akan semakin meningkat
saat manajemen penyimpanan buruk dan membuat produk menjadi rusak. Kedua kasus diatas
sangatlah merugikan perusahaan. Untuk itu, ROP memiliki peranan yang penting bagi setiap
pebisnis. Melakukan perhitungan ROP yang baik akan membantu Anda dalam membuat
pemesanan barang yang lancar tanpa harus mengalami kerugian seperti contoh kasus di atas.

Menghitung Reorder Point

Setidaknya ada tiga hal yang dijadikan sebagai parameter khusus dalam menghitung reorder
point, yaitu lead time demand, safety stock, dan reorder point itu sendiri.

1. Lead Time Demand

Lead time adalah suatu jeda waktu yang terjadi antara waktu pemesanan hingga barang tersebut
masuk ke gudang Anda. Lead time ini berkisar antara beberapa minggu sampai beberapa bulan
lamanya. Tingkat waktu lead time akan sangat tergantung pada kesulitan barang yang dipesan,
jumlah, hingga jarak tempuh pengiriman barang. Bila pemasok berada di luar negeri dan barang
yang dipesan berjumlah ribuan, maka bersiaplah untuk menerima barang tersebut hingga
beberapa bulan lamanya. Agar lebih mudah dimengerti, mari kita menggunakan contoh kasus ini.
Anggaplah Anda adalah seorang penjual tas kulit impor dari China. Katakanlah pemasok Anda
tidak pernah mengalami masalah terkait stok barang dan sangat siap untuk mengirimkan barang
kapan saja. Tapi, untuk pengambilan dan juga packing barang dibutuhkan waktu dua hari.
Setelah itu, pesanan Anda akan dimasukkan dalam truk besar dan memerlukan waktu perjalanan
selama lima hari agar bisa mencapai pelabuhan. Dari pelabuhan sendiri, pesanan Anda akan
mengarungi Samudra Pasifik dari China ke Indonesia yang memerlukan waktu paling cepat 30
hari.

Sesampainya di Indonesia, barang tersebut pun harus diperiksa lagi oleh bea cukai yang
memerlukan waktu selama satu minggu. Kemudian, barang tersebut baru bisa Anda terima di
toko melalui jalur darat selama 5 hari. Berdasarkan contoh kasus diatas, maka total lead time
Anda adalah lead time = 2 + 5 + 30 + 7 + 5 = 49 HARI
14
Data diatas menjelaskan bahwa Anda harus mempunyai stok tas kulit untuk bisa dijual sampai
pengiriman yang selanjutnya tiba. Anda juga bisa melakukan antisipasi demand dari pelanggan
pada barang tersebut. Hindari kehabisan persediaan sebelum barang yang Anda pesan dari
pemasok tiba. Namun, masih ada cara lain untuk menghitung demand ini, yaitu dengan
mengalikan angka lead time dengan nilai rata-rata penjualan harian Anda. Katakanlah Anda bisa
menjual 10 tas kulit perhari, maka lead time usaha Anda adalah Lead Time Demand = Lead
Time X Rata-Rata Penjualan Per-Hari, jadi 49 X 10 = 490.

Itu artinya, Anda harus bisa menyediakan 490 tas kulit guna mengantisipasi pesanan pelanggan
Anda hingga barang yang dikirim oleh pemasok Anda tiba. Walaupun memang terdengar mudah,
namun perhitungan seperti ini hanya bisa dilakukan bila ada hal lain yang diluar dugaan tidak
terjadi.

Safety Stock Sebagai Suatu Antisipasi

Di dalam manajemen persediaan, Anda harus bisa melakukan antisipasi pada setiap
kemungkinan terburuk yang bisa terjadi dan berpeluang mengganggu persediaan barang Anda.
Sebagai contoh ada artis yang tiba-tiba tertarik dan menggunakan tas kulit Anda, lalu Anda
mengalami kebanjiran pesanan. Atau ada musibah lain seperti angin topan yang bertiup kencang
dari Samudra Pasifik yang secara otomatis mengganggu pengiriman barang. Berbagai faktor tak
terduga ini harus bisa Anda perhitungkan sebelumnya dengan menerapkan safety stock, atau
yang lebih dikenal dengan persediaan tambahan. Namun masalahnya, berapa banyakkah jumlah
persediaan yang harus Anda persiapkan. Untuk mengetahuinya, Anda bisa menggunakan rumus
berikut:

Safety Stock = (Penjualan Harian Tertinggi X Lead Time Terlama) – (Rata-Rata Penjualan
Harian X Rata-Rata Lead Time)

Untuk lebih paham, mari kita tetap gunakan asumsi bisnis tas kulit di atas. Dari data sebelumnya,
kita sudah mengetahui bersama bahwa Anda berhasil menjual tas kulit sebanyak rata-rata 10 unit
per hari, tapi di hari sabtu dan minggu penjualan tas kulit Anda meningkat hingga 20 unit per
hari. Untuk lead time, umumnya pengiriman tas kulit dari Cina memerlukan waktu 49 hari. Tapi

15
karena truk pengantar barang pesanan barang Anda ke pelabuhan China mengalami kendala
mesin truk dan mogok, maka pengiriman menjadi lebih lama sampai 54 hari

Lantas, jika kita menggunakan rumus di atas, maka safety stock Anda adalah (20 X 54) – (49 X
10) = 590

Dengan adanya dua hasil perhitungan ini, maka kita bisa memperoleh nilai reorder point dengan
cara menjumlahkan lead time demand dan juga safety stock. Hasil perhitungannya adalah
sebagai berikut:

490 (Lead Time Demand) + 590 (Safety Stock) = 1080 (Reorder Point)

Hal tersebut menunjukkan bahwa Anda harus membuat pesanan pada pihak pemasok bila sisa tas
kulit yang ada di gudang berjumlah total 1080 unit.

Dengan begitu, Anda bisa memastikan persediaan tas kulit Anda cukup hingga pesanan
berikutnya telah tiba. Namun jika terjadi musibah atau hal lainnya yang di luar perkiraan, Anda
masih mempunyai persediaan yang cukup untuk bisa melayani pelanggan tanpa perlu khawatir.

16
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam studi kelayakan bisnis aspek teknis dan operasi merupakan aspek yang cukup penting
demi kelancaran dan Memahami, dan mengevaluasi produk yang akan dihasilkan objek studi.
Untuk menghasilkan produk diperlukan langkah-langkah praoperasional, seperti desain,
pemilihan dan penggunaan material (bahan baku), kriteria dan spesifikasi kualitas, pemilihan
perangkat teknologi,mesin dan peralatan yang akan digunakan, proses produksi, pemilihan dan
penentuan lokasi pabrik/tempat usaha, serta layout pabrik/ruang. Analisis penanganan produk
pascaoperasi juga akandikaji dalam aspek ini, yaitu dalam pengendalian kualitas.Dan dari segi
operasi aspek ini merupakan aspek yang paling susah untuk diamati karan aspek inisifanya
kualitatif yangdalam analisa diperlukan bnayak pengalaman hal-hal yang perlu
diperhatikandalam aspek ini adalah pekerjaan-pekerjaanapa yang perlu dilakuakan untuk
menjalankan operasi proyek persyaratan pa saja yang perlu dilaukuan untuk manjalankan
pekerjaan-pekerjaan tersebut dan juga struktur organisasi yang akan dipergunakan .dan
bagaimana mengisi pos pos yang ada agar organisasi mencapai tujuan.

3.2 Saran
Dengan makalah ini, diharapkan mampu memberi dan menambah pengetahuan bagi semua
pembaca dan juga bagi penulis. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang adapat
memperbaiki penulisan makalah ini untuk selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : KENCANA


Umar, Husein. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Yakob Ibrahim. (1998). Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Rineka Cipta.

18

Anda mungkin juga menyukai