Anda di halaman 1dari 24

STUDI KELAYAKAN BISNIS

EKM 422 F4
“ASPEK TEKNIS”

Dosen Pengampu:
Dr. Ida Bagus Ketut Surya, S.E., M.M.

Disusun oleh:
Kelompok 3
Ni Kadek Eni Budi Utami (11/2007521045)
Eni Setiawati (12/2007521057)
Michellia Flodensa Cinta Winarno (13/2007521060)
Eighne Al Fassy Dwi Alya Eltamamy (14/2007521061)
Jivan Artaya Putra (15/2007521069)

PROGRAM STUDI SARJANA MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur tim penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan kuasa-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan paper yang berjudul “Aspek
Teknis”. Adapun tujuan dari pembuatan paper ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Studi Kelayakan Bisnis.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak Dr. Ida
Bagus Ketut Surya, S.E., M.M. selaku dosen mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana yang telah memberikan tugas ini yang dimana
dapat menambah wawasan serta meningkatkan hubungan kerja sama tim yang baik diantara
kami.
Penulis menyadari sepenuhnya penulisan ini masih jauh dari kata sempurna, hal ini
dikarenakan wawasan serta pengalaman yang penulis miliki masih kurang. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan, guna menyempurnakan
paper penugasan ini.
Penulis harapkan semoga paper ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama
dalam lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana khususnya, dan
masyarakat pada umumnya agar dapat menambah wawasan dan informasi bagi pembaca
sekalian.

Denpasar, 19 September 2022

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................
1.1 Latar Belakang................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................
1.3 Tujuan.............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................
2.1 Pengantar Konsep Aspek Teknis....................................................................................
2.2 Lokasi Proyek.................................................................................................................
2.3 Luas Produksi..................................................................................................................
2.4 Layout.............................................................................................................................
2.5 Pemilihan Jenis Teknologi dan
Equipment…………………………………………..10
2.6 Pengantar Alat Analisis Aspek Teknis………………………………………………
11
2.7 Penentuan Lokasi
Pabrik…………………………………………………………….11
2.8 Penentuan Luas Produksi……………………………………………………………14
2.9 Penentuan Layout
Pabrik…………………………………………………………….15
2.10 Diskusi Tugas Aspek
Teknis……………………………………………………….16
BAB III PENUTUP...............................................................................................................20
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….…23
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setelah melakukan analisis terhadap aspek pasar dan pemasaran, dan suatu bisnis
dinyatakan layak, maka tahap berikutnya adalah melakukan analisis teknik atau operasional
dan teknologi. Artinya, apakah dari segi pembangunan proyek dan segi implementasi
operasional bisnis secara teknis dapat dilaksanakan, demikian juga dengan aspek teknologi
yang digunakan. Penilaian terhadap aspek ini penting dilaksanakan sebelum bisnis
dijalankan, karena akan sangat terkait dengan teknik/operasional, sehingga akan berakibat
fatal di kemudian hari jika tidak dilakukan analisis.
Menurut Schroeder (1994), secara umum istilah operasi mengacu pada kegiatan yang
menghasilkan barang atau jasa dan menjadi fungsi inti dari setiap perusahaan. Dalam
praktiknya, fungsi operasi diperlukan sama dengan fungsi lainnya, seperti fungsi keuangan
dan pemasaran. Dalam sistem operasi terdapat masukan (input) yang berupa energi, material,
tenaga kerja, modal, dan informasi. Semua masukan ini diubah menjadi barang dan/atau jasa
melalui teknologi proses, yaitu metode tertentu yang digunakan untuk melakukan
transformasi. Perubahan pada teknologi akan mengubah cara suatu masukan (input)
digunakan terhadap lainnya, dan tentu dapat pula mengubah produk (output) yang dihasilkan.
Jenis masukan yang digunakan dalam suatu perusahaan/industri dengan
perusahaan/industri yang lain tentu berbeda. Operasi pada industri sepeda motor memerlukan
masukan berupa modal dan energi untuk mesin-mesinnya, fasilitas dan peralatan, tenaga
kerja untuk mengoperasikan dan memelihara peralatan serta material yang akan
dikonversikan dari bahan baku menjadi bahan jadi. Sedangkan operasi pada industri jasa
kapal pesiar memerlukan masukan berupa modal untuk penyediaan kapal pesiar dan
fasilitasnya, tenaga kerja yang sangat terlatih (untuk nahkoda kapal dan tenaga pemeliharaan
kapal), tenaga kerja biasa, dan sejumlah besar energi lainnya.
Terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan analisis dalam aspek ini, diantaranya
adalah penentuan lokasi, penentuan luas produksi, penentuan tata letak (lay-out), penyusunan
peralatan pabrik dan proses produksinya termasuk pemilihan teknologi. Kelengkapan kajian
aspek teknik/operasional sangat tergantung pada jenis usaha yang dijalankan. Dengan
demikian analisis ini dilakukan untuk menilai kesiapan perusahaan dalam menjalankan
usahanya dengan menilai ketepatan lokasi, luas produksi, dan tata letak (lay-out) serta
kesiapan mesin-mesin dan teknologi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagimana konsep aspek teknis?
2. Bagaimana menentukan lokasi proyek ?
3. Apa itu luas produksi dan bagaimana menentukan luas produksi?
4. Apa itu lay out dan bagimana menentukan layout?
5. Bagaimana pemilihan jenis teknologi dan equipment?
6. Apa itu alat analisis aspek teknis?
7. Bagaiman cara untuk menentukan lokasi pabrik?
8. Bagaiman cara menentukan luas produksi?
9. Bagaiman cara menentukan lay out pabrik?
10. Bagimana contoh tugas aspek teknis?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan rmk ini, selain untuk memenuhi tugas yang telah
diberikan, yaitu :
1. Untuk memahami bagimana konsep aspek teknis.
2. Untuk memahami bagaimana menentukan lokasi proyek.
3. Untuk memahami apa itu luas produksi dan bagaimana menentukan luas produksi.
4. Untuk memahami apa itu lay out dan bagimana menentukan layout.
5. Untuk memahami bagaimana pemilihan jenis teknologi dan equipment.
6. Untuk memahami apa itu alat analisis aspek teknis.
7. Untuk memahami bagaiman cara untuk menentukan lokasi pabrik?
8. Untuk memahami bagaiman cara menentukan luas produksi?
9. Untuk memahami bagaiman cara menentukan lay out pabrik?
10. Untuk memahami bagimana contoh tugas aspek teknis?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengantar Konsep Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan pembangunan proyek
bisnis secara teknis dan pengorganisasiannya setelah proyek bisnis tersebut selesai dibangun.
Berdasarkan analisis ini maka dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi
termasuk biaya eksploitasinya.
Pelaksanaan dari evaluasi aspek ini seringkali tidak dapat memberikan suatu
keputusan yang baku, atau dengan kata lain masih tersedia berbagai alternatif jawaban.
Karenanya sangat perlu diperhatikan suatu atau beberapa pengalaman pada proyek bisnis lain
yang serupa di lokasi lain yang menggunakan teknik dan teknologi serupa. Keberhasilan
penggunaan teknologi sejenis di tempat lain ini sangat membantu dalam pengambilan
keputusan akhir, setidaknya memperhatikan pengalaman di tempat lain ini tidak dapat begitu
saja ditinggalkan. Beberapa pertanyaan utama yang perlu mendapat jawaban dari aspek teknis
ini adalah :
a. Lokasi proyek bisnis; yakni dimana suatu proyek bisnis akan didirikan baik untuk
pertimbangan lokasi dan lahan pabrik maupun lokasi bukan pabrik.
b. Seberapa besar skala operasi/luas produksi ditetapkan untuk mencapai suatu
tingkatan skala ekonomis.
c. Kriteria pemilihan mesin dan equipment utama serta alat pembantu mesin dan
equipment.
d. Bagaimana proses produksi dilakukan dan layout pabrik yang dipilih, termasuk
juga layout bangunan dan fasilitas lain.
e. Apakah jenis teknologi yang diusulkan cukup tepat, termasuk di dalamnya
pertimbangan variabel sosial.
Hal yang perlu mendapatkan perhatian dari keseluruhan pertanyaan utama tersebut
adalah tidak selalu evaluasi dilakukan secara urut melainkan dilakukan secara simultan.
Demikian pula perlu diingat terdapat satu pertanyaan utama lain yang perlu mendapat
jawaban sebelum melakukan evaluasi dari pertanyaan tersebut di atas yakni karakteristik
produk yang dihasilkan, yakni mencakup tentang standar kualitas, dimensi, warna, paten,
trade mark, lisensi, syarat penyimpanan, packing, syarat pengiriman dan juga kemungkinan
untuk mempertimbangkan bahwa tidak keseluruhan komponen produk dibuat sendiri.

2.2 Lokasi Proyek Bisnis

Lokasi proyek bisnis untuk perusahaan industri mencakup dua pengertian yakni lokasi
dan lahan pabrik serta lokasi untuk bukan pabrik. Pengertian kedua merujuk pada lokasi
untuk kegiatan yang secara langsung tidak berkaitan dengan proses produksi, yakni meliputi
lokasi bangunan administrasi perkantoran dan pemasaran.
Dalam suatu proyek bisnis dimungkinkan kedua lokasi tersebut berbeda atau
berjauhan. Lokasi pabrik mendapatkan penekanan dimana terdapat variabel-variabel yang
perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi pabrik secara implisit yang dapat juga
dipergunakan sebagai pertimbangan untuk lokasi bangunan bukan pabrik.
Beberapa variabel yang perlu diperhatikan untuk pemilihan lokasi proyek bisnis
dibedakan dalam dua golongan besar, yakni variabel utama dan variabel bukan utama.
Penggolongan ke dalam dua kelompok tersebut tidak mengandung kekakuan, artinya
dimungkinkan untuk berubah golongan sesuai dengan ciri utama output dan proyek bisnis
yang bersangkutan.
Variabel-variabel utama tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Ketersedian Bahan Mentah
Bagi bisnis produksi, terutamanya, ketersedian bahan mentah merupakan komponen
yang amat penting dari keseluruhan proses operasi perusahaan, dimana variabel ini
merupakan variabel dominan/signifikan dalam penentuan lokasi pabrik. Beberapa
jenis industri semacam ini antara lain, industri baja, semen, alumunium, gula dan
rotan.
Sehubungan dengan behan mentah, terdapat beberapa hal yang perlu untuk
diketahui infomasinya adalah :
⮚ Jumlah kebutuhan bahan mentah satu periode (tahun) dan selama sisa
investasi.
⮚ Kelayakan harga bahan mentah, baik sekarang maupun masa datang.
⮚ Kapasitas, kualitas, dan kontinuitas sumber bahan mentah.
⮚ Biaya-biaya pendahuluan yang diperlukan sebelum bahan mentah siap
diproses, misalnya biaya pengangkutan, dan lain-lain.
b. Letak Pasar yang Dituju
Sering kali terjadi perbedaan yang diametral antara ‘bobot’ faktor ketersedian bahan
mentah dan letak pasar yang dituju, artinya suatu pabrik yang kadang-kadang
memerlukan lokasi yang dekat dengan sumber bahan mentah tetapi karena harus
berjauhan dnegan pasar yang dituju, tetapi tidak berarti bahwa persoalan demikian
tidak dapat terselesaikan secara seksama. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara
lain daya beli konsumen, pesaing, dan beberapa data lain yang mencakup dalam
uraian tentang analisis aspek pasar.
c. Tenaga Listrik dan Air
Untuk jenis industri hulu, misalnya industri baja, alumunium, demikain pula semen,
keperluan akan pembangkit tenaga, khusunya tenaga listrik amat diperlukan dan
bersifat mutlak. Juga misalnya untuk perusahaan kertas, jumlah air yang besar amat
diperlukan.
d. Supply Tenaga Kerja
Tersedianya tenaga kerja, baik untuk tenaga kerja terdidik maupun terlatih akan
berpengaruh terhadap biaya produksi yang ditanggung perusahaan. Dapat dijumpai
misalnya pendirian perusahaan rokok, perusahaan pengolahan tembakau, di samping
pertimbangan bahwa bahan mentah; pertimbangan jumlah, kualitias dan biaya tenaga
kerja merupakan perhatian pertama.
e. Fasilitas Transportasi
Fasilitas transportasi ini berkaitan erat dengan pertimbangan bahan mentah dan
pertimbangan pasar. Jika lokasi mendekati sumber bahan mentah, maka fasilitas
transportasi terutama diperhitungkan dalam kaitannya dengan ongkos transportasi
menuju pasar dengan tidak berarti tidak memperhitungkan biaya transportasi dari
sumber bahan mentah ke lokasi pabrik, demikian pula sebaliknya.
Di samping kelima variabel utama (primer) tersebut di atas, terdapat beberapa
variabel bukan utama (sekunder) yang perlu mendapat perhatian dalam pemilihan lokasi
proyek bisnis di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Hukum dan peraturan yang berlaku suatu negara, maupun di tingkat lokal pada
rencana lokasi. Hal ini dipertimbangkan karena mungkin terdapat peraturan yang
melarang pendiriamn usaha baru pada lokasi tertentu atau justru mungkin akan
mendapat fasilitas dan keringanan lain.
b. Iklim, keadaan tanah.
c. Sikap dari masyarakat setempat (ada istiadat).
d. Rencana masa depan perusahaan, dalam kaitannya dengan perluasan.
Setelah keseluruhan variabel utama dan variabel bukan utama diketahui, maka
barulah dilakukan pengambilan keputusan pada lokasi mana proyek bisnis hendak didirikan.

2.3 Luas Produksi

Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai
keuntungan yang optimal. Pengertian ini berbeda dengan pengertian luas perusahaan yakni
luas produksi hanyalah salah satu alat ukur dari luas perusahaan.
Pengertian kata “seharusnya” dan “keuntungan yang optimal”, mengandung maksud
untuk mengkombinasikan faktor eksternal perusahaan dan faktor internal perusahaan. Faktor
eksternal di sini adalah market share, yang kemudian diraih dan faktor internal adalah usaha-
usaha pemasaran yang akan dilakukan serta variable-variabel teknik yang berkaitan langsung
dengan proses produksi.
Pada perusahaan yang menghasilkan berbagai macam produk dan berproduksi untuk
pasar, penentuan luas produksi sangat penting. Sedangkan untuk perusahaan yang jenis
produknya telah terbakukan karena mesin dan peralatan yang dimiliki, serta berproduksi
berdasarkan pesanan, penentuan luas produksi kurang begitu penting. Dari pengertian ini,
luas produksi dapat juga berarti penentuan kombinasi dari berbagai macam produk yang
dihasilkan untuk mencapai keuntungan yang optimal, jika perusahaan menghadirkan lebih
dari satu macam produk. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan luas
produksi ini adalah:
a. Batasan permintaan yang telah diketahui terlebih dahulu dalam perhitungan market
share atau pangsa pasar.
b. Tersedianya kapasitas mesin mesin yang dalam hal ini dibatasi oleh kapasitas teknis
atau kapasitas ekonomis.
c. Jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi. 
d. Kemampuan finansial dan manajemen.
e. Keinginan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang.

Dalam kenyataannya, di samping digunakan beberapa alat analisa kuantitatif pembantu


untuk pengambilan keputusan, nampaknya peranan batasan faktor market share dan kapasitas
mesin yang banyak diperhatikan. Bahkan Seringkali terjadi di perlukan masa produksi
percobaan sebelum produksi komersial, berdasarkan kapasitas/luas produksi minimal yang
ditentukan oleh manajemen.
2.4 Layout

Layout merupakan keseluruhan proses penentuan “bentuk” dan penempatan fasilitas-


fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Dengan demikian, pengertian layout mencakup
layout site (layout lahan lokasi proyek bisnis), layout pabrik, layout bangunan bukan pabrik
dan fasilitas-fasilitasnya.Pada bagian ini layout pabrik yang mendapat porsi pembahasan
yang lebih. Sedangkan layout yang lain hanya sepintas.
Dikenal 2 tipe utama dari layout pabrik, yaitu layout fungsional (Layout proses), dan
Layout produk(layout garis). Dalam layout fungsional mesin, mesin dan peralatan yang
mempunyai fungsi yang sama dikelompokkan dan ditempatkan dalam suatu ruang/tempat
tertentu, layout ini digunakan oleh perusahaan yang berproduksi secara pesanan atau lazim
disebut perusahaan dengan proses produksi intermitten.
Pada layout garis, mesin dan peralatan disusun berdasarkan urutan dari operasi proses
pembuatan produk. Dengan demikian, dalam layout ini tidak terdapat arus balik jika suatu
aliran pembuatan barang telah sampai pada tahapan tertentu. Layout ini sering digunakan
untuk perusahaan yang berproduksi untuk pasar(Produksi massa).
Dari 2 kemungkinan model layout tersebut menunjukkan bahwa layout pabrik
menyesuaikan pada sifat proses produksi yang direncanakan untuk proyek bisnis tersebut.
Kriteria yang dapat digunakan untuk evaluasi layout pabrik antara lain:
a. Adanya konsistensi dengan teknologi produksi.
b. Adanya  produk dalam proses yang lancar dari proses satu ke proses yang lain.
c. Panggunaan ruangan yang optimal.
d. Terdapat kemungkinan untuk dengan mudah melakukan penyesuaian maupun untuk
ekspansi.
e. Minimisasi biaya produksi dan memberikan jaminan yang cukup untuk keselamatan
tenaga kerja.
Sedangkan pertimbangan umum lain yang dapat digunakan khususnya untuk layout site
adalah:
a. Diusahakan layout mempunyai arus yang searah atau Setidaknya mengurangi arus
Penyilangan.
b. Departemen pembantu workshop, hendaknya disituasikan secara fungsional terhadap
bangunan pabrik utama.

2.5 Pemilihan Teknologi dan Equipment

Biasanya suatu produk tertentu dapat diproses dengan lebih dari satu cara misalnya
semen dapat diproses secara basah dan proses kering, karenanya teknologi yang dipilih perlu
ditentukan secara spesifik.
Patokan umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah
seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan, di
samping kriteria yang lain yakni:
a. Ketepatan jenis teknologi yang dipilih dengan bahan mentah yang digunakan.
b. Keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut di tempat lain yang memiliki ciri-
ciri yang mendekati dengan lokasi proyek bisnis.
c. Kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga kerja) setempat dan kemungkinan
pengembangannya; juga kemungkinan penggunaan tenaga kerja asing.
d. Pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang
akan dipilih sebagai akibat keuangan.
Di samping kriteria tersebut, dewasa ini seringkali digunakan istilah teknologi tepat,
yang dalam hal ini dapat digunakan kriteria tentang penggunaan potensi ekonomi lokal dan
kesesuaian dengan kondisi sosial budaya setempat, yang secara detail berupa antara lain
penggunaan bahan mentah lokal, tenaga lokal, apakah produk yang dihasilkan untuk
memenuhi kebutuhan dasar, apakah teknologi tersebut mampu menjaga keseimbangan
ekologi dan keharmonisan dengan kondisi sosial budaya setempat dan lain-lain.
Di samping pemilihan jenis teknologi yang nantinya berwujud pada proses mekanisasi
yang digunakan, juga perlu diperhatikan pemiliha equipment yang tepat. Pemilihan
equipment ini dipengaruhi oleh proses produksi yang dipilih, derajat mekanisasi dan luas
produksi yang ditetapkan.
Dalam hal ini terdapat dua langkah yang perlu diperhat pemilihan tipe equipment dan
pemilihan tipe equipment yang dipilih di antara tawaran yang tersedia. Juga perlu
diperhatikan tipe equipment untuk instalasi dan operasi, serta equipment pembantu, karena
kadang-kadang pada pemilihan ini terjadi keteledoran.
Dari keseluruhan aspek teknis yang telah dibahas, masih terdapat beberapa hal lain
yang perlu mendapat perhatian diantaranya adalah skedul kerja. Juga perlu disadari bahwa
dalam pengambilan keputusan pada aspek teknis ini perencana proyek bisnis perlu
melibatkan ahli dari spesifikasi proyek bisnis dan teknik yang bersangkutan, karenanya dalam
tulisan ini pembahasan lebih banyak bersifat kualitatif semata.
2.6 Pengantar Alat Analisis Aspek Teknis
Tidak semua konsep aspek teknis yang dijelaskan pada bab terdahulu memerlukan
dan dapat dianalisa dengan alat analisa kuantitatif, misalnya tentang tingkat/derajat
mekanisasi, demikian pula pemilihan equipment. Dengan kata lain, pertimbangan kualitatif
masih cukup diperlukan dalam pengambilan keputusan.

Pada bab ini hanya dua konsep utama yang mendapatkan bahasan dalam analisa
kuantitatif, yakni tentang penentuan lokasi pabrik dan luas produksi dan ditambah secara
sepintas tentang layout pabrik. Namun juga perlu diingat bahwa dalam pembahasan hanya
dilakukan dalam garis besar dan tidak menggunakan contoh penerapan yang memadai.

2.7 Penentuan Lokasi Pabrik

Penentuan lokasi yang tepat akan meminimumkan beban biaya, baik biaya investasi
maupun biaya eksploitasi. Pada sektor bisnis jasa, perbankan, pusat-pusat pelayanan
masyarakat, lokasi pabrik merupakan persoalan yang lebih kompleks. Secara sepintas untuk
mengulangi, beberapa variabel utama yang perlu mendapat perhatian dalam penentuan lokasi
pabrik adalah:

a. Ketersediaan bahan mentah;


b. Letak pasar yang dituju;
c. Tenaga listrik dan air;
d. Supply tenaga kerja;
e. Fasilitas transportasi

Di samping beberapa variabel utama tersebut terdapat juga variabel sekunder yang
perlu diperhatikan (lihat Bab 7). Setelah dapat diketahui lokasi pabrik, langkah berikutnya
adalah penentuan lahan (site) dari lokasi tersebut. Beberapa variabel yang perlu diperhatikan
adalah:

a. Derajat keringnya tanah dan kemampuan tanah menyangga bangunan.


b. Mempunyai keamanan dan perlindungan kebakaran yang baik.
c. Cukup tersedia angin untuk mengeluarkan asap pabrik (jika ada) dari daerah
pemukiman.
d. Biaya grading, fondasi..
e. Cukup dekat dengan sistem transportasi masyarakat.

Setelah diketahui faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi,


maka diperlukan alat analisa pembantu untuk pengambilan keputusan. Beberapa alat analisa
ini antara lain:

A. Metode Kualitatif Penilaian Alternatif Lokasi


Metode ini mendasarkan diri pada penilaian oleh tim yang dibentuk khusus untuk
keperluan ini, terhadap faktor-faktor yang dipertimbangkan dari berbagai alternatif
lokasi yang tersedia. Tentu saja penilaian terhadap faktor yang berpengaruh bersifat
subyektif, tetapi karena sudah dilakukan oleh tim yang terdiri dari beberapa orang
akan dapat mengurangi sifat subyektif tersebut. Misalnya tersedia 3 alternatif lokasi
yakni Surabaya, Surakarta, dan Semarang. Faktor-faktor yang mendapat
pertimbangan adalah ketersediaan bahan mentah, supply tenaga kerja, dan fasilitas
transportasi. Penilaian dari berbagai alternatif tesebut misalnya sebagai berikut.

Alternatif Faktor-faktor yang Diperhatikan


Jumlah
Lokasi 1 2 3
Surabaya 5 4 6 15
Surakarta 3 6 3 12
Semarang 3 5 5 13

Keterangan:

1 = Ketersediaan bahan mentah


2 = Supply tenaga kerja
3 = Fasilitas transportasi

Skor nilai antara 1-10


Dari perhitungan penilaian tersebut, terlihat bahwa alternatif lokasi yang
terpilih adalah kota Surabaya karena memiliki jumlah nilai yang tertinggi.

Pada penilaian ini, ketiga faktor yang diperhatikan dianggap memiliki nilai
penting yang sama (bobot yang sama). Dalam kenyataannya sering terjadi bahwa
bobot ketiga faktor tersebut tidak sama. Jika ketiga faktor tersebut memiliki bobot
yang tidak sama, misalnya faktor ketersediaan bahan mentah berbobot 35%, supply
tenaga kerja 25%, dan fasilitas transportasi 40%, maka perhitungan penilaiannya
adalah sebagai berikut:

Alternatif Faktor-faktor yang Diperhatikan


Jumlah
Lokasi 1 2 3
Surabaya 5x3 = 175 4x25 = 100 6x40 = 240 515
Surakarta 3x35 = 105 6x25 = 150 3x40 = 120 375
Semarang 3x35 = 105 5x25 = 125 5x40 = 200 430
Dari perhitungan penilaian dengan menggunakan bobot yang berbeda untuk
masing-masing faktor, lokasi Surabaya tetap merupakan lokasi terpilih. Namun
demikian tidak menutup kemungkinan terjadi perbedaan antara perhitungan pertama
dan perhitungan ini.

B. Metode Transportasi
Metode ini pada dasarnya merupakan teknik operation research, dan lebih
khusus merupakan persoalan linear programming. Prinsip "trial and error" dengan
menggunakan aturan tertentu akan dapat mengetahui pada lokasi mana tercapai
minimisasi biaya. Di antara jenis metode ini adalah metode sudut kiri atas (north west
corner atau steping stone method), MODI (Modified Distribution Method), dan VAM
(vogel's Approximation Method).
Metode ini terutama digunakan bila perusahaan telah memiliki bebe rapa
pabrik dan beberapa gudang bermaksud menambah kapasitas satu pabriknya, atau
relokasi pelayanan dari setiap pabrik atau penambahan pabrik atau gudang baru.
Pembahasan secara detail tentang metode ini, dipersilahkan untuk mempelajari dalam
teknik-teknik operation research.

C. Metode Analisa Biaya


Konsep pembedaan biaya dalam biaya tetap dan biaya variabel dapat digu
nakan untuk membantu pemilihan alternatif lokasi. Dengan konsep ini akan dapat
disusun hubungan persamaan untuk masing-masing alternatif lokasi antara biaya yang
ditanggung oleh masing-masing lokasi tersebut dengan volume produksi yang
diinginkan. Jika digambarkan dalam bentuk grafik akan terlihat sebagai berikut.

Jika proyek bisnis yang direncanakan berproduksi antara 0Q,, maka lokasi
yang terpilih adalah lokasi C. Jika volume produksi antara Q,-Q,, maka lokasi B yang
terpilih. Jika volume produksi lebih besar dari Q,, maka lokasi A yang memiliki biaya
terendah.

2.8 Penentuan Luas Produksi

Secara sederhana, luas produksi ditentukan oleh kemungkinan market share yang
dapat diraih dengan mempertimbangkan kapasitas teknis dari peralatan yang dimiliki.
Pendekatan semacam ini lebih sering digunakan dalam praktik penyusunan studi kelayakan,
dengan memperhatikan pendapat manajemen. Namun demikian terdapat beberapa metode
yang dapat dipakai untuk membantu menentukan luas produksi yang optimal, yakni:

a. Pendekatan Konsep Marginal Cost dan Marginal Revenue


Pada pendekatan ini luas produksi optimal tercapai pada saat marginal cost (MC) sama
dengan marginal revenue (MR). Pada pasar persaingan sempurna dapat digambarkan
sebagai berikut:
b. Pendekatan Break Event Point
Luas produksi minimal terletak pada luas produksi yang pada saat itu perusahaan
tidak mengalami laba atau rugi, atau dalam masa percobaan luas produksi minimal berada
pada titik break event point tunai, yakni titik break event yang hanya memperhatikan
biaya tetap tunai dalam perhitungannya. Pada tahapan analisa berikutnya luas produksi
akan menguntungkan untuk pemilik modal sendiri dapat diketahui dengan
menggabungkan analisa break event point dengan analisa finansial leverage.

c. Metode Linear Programming


Metode ini digunakan jika produk yang dihasilkan lebih dari satu jenis. Jika
produk yang dihasilkan terdiri dari dua jenis, maka digunakan pendekatan grafik dan
untuk produk lebih dari dua jenis dapat digunakan metode simplex.

Untuk kedua metode ini dipersilakan memahami lebih lanjut pada teknik operation research.

2.9 Layout Pabrik

Di samping dua model layout utama yang disebut bab terdahulu, terdapat dua model layout
lain yakni layout kelompok (group layout) dan layout posisi tetap (fixed position layout).

Layout kelompok memisah-misahkan area dan kelompok mesin yang memproduksi


"keluarga" komponen-komponen yang membutuhkan proses produksi sejenis. Setiap
komponen diselesaikan di dalam area-area spesialisasi tersebut dengan keseluruhan mesin
yang telah diatur berurutan di dalam area tersebut.

Layout posisi tetap yakni meletakkan dalam satu tempat yang tetap dari produk yang
hendak dibuat, dan alat-alat serta komponen lain yang diperlukan untuk proses produksi
dibawa ke dalam tempat proses produksi tersebut dengan sama sekali "tidak" pernah
memindah barang yang sedang dalam proses. Layout seperti ini sering digunakan untuk
memproduksi barang-barang yang bear dan kompleks, misalnya pabrik mesin, turbin,
pesawat terbang, dan sebagainya.

Dua metode yang dapat digunakan untuk membantu penyusunan loyout ini adaiah
metode komputer antara lain CRAFT (Computerized Relative Allocation of Facilities
Technique) dan Metode Travel Chart.

2.10 Kasus Aspek Teknis (Lokasi dan Spesifikasi Produk)

1. Sejarah Perkembangan Yayasan

Yayasan ini didirikan pada tanggal 30 Juni 1969, berlokasi di Daerah Istimewa
Yogyakarta bernama yayasan YDS.

Tujuan yayasan ini adalah untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan serta
kesejahteraan lahir dan batin bagi para anggota dan keluarganya.

Kegiatan usaha yang dilakukan antara lain berupa penarikan dan pemberian
dana pralenan, pemberian dana beasiswa dan jaminan hari tua, usaha simpan pinjam
antaranggota, penjualan kredit sepeda motor, dan penyediaan fasilitas perumahan.

Pada tahun 1982, yayasan menitikberatkan program untuk mampu melakukan


penyediaan perumahan sederhana untuk sebagian anggotanya, dan karenanya
dikumpulkan beberapa data aspek teknis dari rencana proyek bisnis tersebut,
khususnya yang berkaitan dengan pemilihan lokasi dan spesifikasi perumahan
sederhana yang akan disediakan.

2. Rencana Lokasi dan Spesifikasi Produk yang Diperlukan


Lokasi untuk perumahan sederhana antara lain, hendaknya memenuhi syarat tingkat
kemiringan tanah tidak lebih dari 15% dan mungkin untuk dibuat sistem drainase.
Beberapa syarat lain yang nampaknya mendapat prioritas utama adalah lokasi
yang ditetapkan tidak melanggar perencanaan kota dan telah tersedianya fasilitas-
fasilitas umm yang diperlukan bagi penghuni rumah sederhana tersebut antara lain:
TK, sekolah dasar, puskesmas, dan pasar. Juga nampaknya termasuk syarat yang
diperlukan oleh yayasan adalah penyediaan fasilitas perumahan sederhana tersebut
diterima oleh masyarakat sekitarnya.
Dari berbagai pertimbangan tersebut, tersedia 6 alternatif kemungkinan lokasi
proyek bisnis perumahan. Keenam lokasi tersebut adalah:
1) Caturtunggal, Polodadi, Depok, Sleman, dengan luas tanah tersedia; 11.000 m2.
2) Jatimulyo, Tegalrejo, Yogyakarta, dengan luas tanah tersedia + 26.275 m2.
3) Blunyahrejo, Tegalrejo, Yogyakarta, dengan luas tanah tersedia + 15.000 m2.
4) Ganjuran, Bambanglipuro, Bantul, dengan luas tanah tersedia + 15.860 m2.
5) Kraton Pleret, Pleret, Bantul, dengan luas tanah tersedia + 8.150 m2.
6) Wonokromo, Pleret, bantul, dengan luas tanah tersedia + 7.950 m2.

Pada proyek bisnis perumahan in yayasan merencanakan untuk membangun 48


rumah, dengan tanah yang tersedia untuk masing-masing rumah seluas 200 m2.

Beberapa pertimbangan teknis yang perl diperhatikan untuk suatu rumah


sederhana adalah:
1) Memenuhi persyaratan rumah shat, kuat, dan nikmat.
2) Perlu memperhatikan lingkungan perumahan.
3) Penyediaan lokasi tanah yang mencukupi, termasuk kepadatan perumahan.
4) Perlu adanya penyesuaian dengan contoh rumah sederhana sebagai standar ole
Dirjen Cipta Kara Dinas Pekerjaan Umum.
Berdasarkan beberapa pertimbangan teknis tersebut, perumahan ruman sederhana
yang direncanakan yayasan dibangun di atas tanah seluas 200 m2 dengan luas
bangunan 63m2, dengan jenis bangunan sebagai berikut.
 Fondasi
 batu pecah
 Dining keliling
 Pemisah ruang
 batu bata
 tripleks
 Lantai
 semen
 Atap
 Langit-langit
 genteng/seng
 papan/eternit
 Sumur
 gali
Pembagian ruangan untuk masing-masing rumah adalah sebagai berikut:
 Ruang tamu + ruang keluarga = 3 x 6 = 18,0 m2
 Ruang tidur (2 buah) = 2 (3 x 3) = 18,0 m2
 Rung makan =3x3 = 9,0 m2
 Dapur =3x2 = 6,0 m2
 Kamar mandi + WC = 2 x 1,5 = 3.0 m2
 Teras belakang = 3 x 1,5 = 4,5 m2
 Teras depan = 3 x 1,5 = 4,5 m2
63,0 m2
Dari rencana bangunan rumah tersebut urutan pekerjaan dan biaya yang
diperlukan untuk masing-masing pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut:
 Pekerjaan persiapan - Rp 96.300,-
 Pekerjaan tanah - Rp 32.620,-
 Pekerjaan batu dan plesteran - Rp 685.859,-
 Pekerjaan kayu - Rp 1.103.964,-
 Pekerjaan lantai - Rp 96.815,-
 Pekerjaan penggantung, pengunci dan besi - Rp 74.960,-
 Pekerjaan instalasi listrik - Rp 81.000,-
 Pekerjaan sanitasi - Rp 278.140,-
 Pekerjaan halaman - Rp 33.600,-
 Pekerjaan penyelesaian - Rp 168.000,-

Jumlah Rp 2.624.258,-

Dari perhitungan biaya tersebut di atas dan dengan memperhatikan jasa


pemborong sebesar 3%, pajak pendapatan sebesar 2%, maka harga kontrak pekerjaan
adalah sebesar Rp2.760.000, -
Hal yang perlu diperhatikan adalah penyediaan tanah untuk keseluruhan
bangunan ini tidak dilakukan dengan pembelian melainkan dilakukan dengan hak
guna pakai, dengan tarif sewa per tahunnya untuk masing-masing ruman sebesar
Rp1.000,-

3. Kasus yang Diajukan

Dengan memperhatikan beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi, akhirnya


ditetapkan lokasi di Caturtunggal, Pulodadi, Depok, Sleman. Berikan justifikasi untuk
pemilihan lokasi ini berdasarkan berbagai pertimbangan yang diajukan oleh yayasan,
demikian pula untuk spesifikasi rumah sederhana yang dipilih tersebut.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan pembangunan proyek
bisnis secara teknis dan pengorganisasiannya setelah proyek bisnis tersebut selesai
dibangun. Beberapa pertanyaan utama yang diajukan dalam aspek ini adalah tentang
penentuan lokasi dan lahan proyek bisnis, luas produksi, layout dan pemilihan jenis
teknologi dan equipment yang diperlukan.
2. Lokasi proyek bisnis untuk perusahaan industri mencakup dua pengertian yakni lokasi
dan lahan pabrik serta lokasi untuk bukan pabrik. Dalam suatu proyek bisnis
dimungkinkan kedua lokasi tersebut berbeda atau berjauhan. Beberapa variabel yang
perlu diperhatikan untuk pemilihan lokasi proyek bisnis dibedakan dalam dua
golongan besar, yakni variabel utama dan variabel bukan utama. Variabel utama
meliputi: ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air,
supply tenaga kerja, fasilitas transportasi. Variabel bukan utama meliputi: Hukum dan
peraturan yang berlaku suatu negara, iklim dan keadaaan tanah, adat istiadat,
perluasan perusahaan.
3. Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai
keuntungan yang optimal. Pengertian kata “seharusnya” dan “keuntungan yang
optimal”, mengandung maksud untuk mengkombinasikan faktor eksternal perusahaan
dan faktor internal perusahaan. Faktor eksternal di sini adalah market share, yang
kemudian diraih dan faktor internal adalah usaha-usaha pemasaran yang akan
dilakukan serta variable-variabel teknik yang berkaitan langsung dengan proses
produksi.
4. Layout merupakan keseluruhan proses penentuan “bentuk” dan penempatan fasilitas-
fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Dengan demikian, pengertian layout
mencakup layout site (layout lahan lokasi proyek bisnis), layout pabrik, layout
bangunan bukan pabrik dan fasilitas-fasilitasnya.Pada bagian ini layout pabrik yang
mendapat porsi pembahasan yang lebih.
5. Patokan umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah
seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang
diharapkan, Di samping kriteria tersebut, dewasa ini seringkali digunakan istilah
teknologi tepat. Di samping pemilihan jenis teknologi, juga perlu diperhatikan
pemilihan equipment yang tepat. Pemilihan equipment ini dipengaruhi oleh proses
produksi yang dipilih, derajat mekanisasi dan luas produksi yang ditetapkan.
6. Tidak semua konsep aspek teknis yang dijelaskan pada bab terdahulu memerlukan
dan dapat dianalisa dengan alat analisa kuantitatif, misalnya tentang tingkat/derajat
mekanisasi, demikian pula pemilihan equipment. Dengan kata lain, pertimbangan
kualitatif masih cukup diperlukan dalam pengambilan keputusan.
7. Penentuan lokasi yang tepat akan meminimumkan beban biaya, baik biaya investasi
maupun biaya eksploitasi. Pada sektor bisnis jasa, perbankan, pusat-pusat pelayanan
masyarakat, lokasi pabrik merupakan persoalan yang lebih kompleks. Setelah
diketahui faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi, maka
diperlukan alat analisa pembantu untuk pengambilan keputusan. Beberapa alat analisa
ini antara lain: metode lualitatif enilaian alternatif lokasi, metode transportasi, metode
analisis biaya.
8. Secara sederhana, luas produksi ditentukan oleh kemungkinan market share yang
dapat diraih dengan mempertimbangkan kapasitas teknis dari peralatan yang dimiliki.
Namun demikian terdapat beberapa metode yang dapat dipakai untuk membantu
menentukan luas produksi yang optimal, yakni: pendekatan konsep marginal cost dan
marginal revenue, pendekatan BEP, Ppendekatan linier programing.
9. Di samping dua model layout utama yang disebut bab terdahulu, terdapat dua model
layout lain yakni layout kelompok (group layout) dan layout posisi tetap (fixed
position layout). Layout kelompok memisah-misahkan area dan kelompok mesin yang
memproduksi "keluarga" komponen-komponen yang membutuhkan proses produksi
sejenis. Layout posisi tetap yakni meletakkan dalam satu tempt yang tetap dari produk
yang hendak dibuat, dan alat-alat serta komponen lain yang diperlukan untuk proses
produksi dibawa ke dalam tempt proses produksi tersebut dengan sama sekali "tidak"
pernah memindah barang yang sedang dalam proses.
10. Dengan memperhatikan beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi, akhirnya
ditetapkan lokasi di Caturtunggal, Pulodadi, Depok, Sleman. Berikan justifikasi untuk
pemilihan lokasi ini berdasarkan berbagai pertimbangan yang diajukan oleh yayasan,
demikian pula untuk spesifikasi rumah sederhana yang dipilih tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Suad Husnan & Suwarsono M., 2014, Studi Kelayakan Proyek Bisnis , Yogyakarta : UPP
STIM YKPN.
Suliyanto, 2010, Studi Kelayakan Bisnis Pendekatan Praktis, Yogyakarta : Andi Offset.

Anda mungkin juga menyukai