LAPORAN AKHIR
(FINAL REPORT)
KSO
LABORATORIUM HIDROLIKA TERAPAN
P.T WECON JURUSAN PENGAIRAN–FAKULTAS TEKNIK
Jl. SATURNUS TENGAH No. 18 BANDUNG 40286
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Telp. (022) 7530139, Fax. (022) 7563256
Jl.MayjenHaryono No. 167 Malang 65145
e-mail : wecon_pt@yahoo.co.id
Telp. (0341) 562454, Fax. (0341) 562454
cv. trijaya
MODEL TEST BENDUNGAN LADONGI
KAB. KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA LAPORAN
AKHIR
Kata Pengantar
Laporan akhir (Final report) ini disiapkan guna memenuhi ketentuan kerja sama
kegiatan pekerjaan Uji Model Fisik Pelimpah Bendungan Ladongi di Kabupaten Kolaka
Timur Propinsi Sulawesi Tenggara, yang dilaksanakan di Laboratorium Hidrolika
Terapan Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
Laporan ini menjelaskan tentang pelaksanaan pengujian model seri 0 (original
design) sampai dengan model seri 2 dan model seri final. Dengan terwujudnya laporan
ini diharapkan dapat memberikan kontribusi rekomendasi untuk penyempurnaan
desain akhir (final design).
Demikian laporan ini kami buat untuk diketahui dan atas kerja samanya, serta
kepercayaan yang diberikan kami ucapkan terima kasih.
Malang, Desember 2015
Laboratorium Hidrolika Terapan
Jurusan Teknik Pengairan
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Ir. Heri Suprijanto, MS
Ketua Tim
Laporan Akhir i
MODEL TEST BENDUNGAN LADONGI
KAB. KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA LAPORAN
AKHIR
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel iv
Daftar Gambar vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang l‐1
1.2. Lokasi Kegiatan l‐5
1.3. Maksud dan Tujuan Uji Model Fisik Hidraulika l‐6
1.4. Lingkup Penelitian Uji Model Fisik Hidraulika l‐6
1.5. Lokasi Laboratorium Uji Model Fisik Hidraulika l‐8
BAB II DATA PROTOTIPE DAN KETENTUAN MODEL
2.1 Kondisi Umum ll‐1
2.2 Data Teknis ll‐1
2.2.1 Pelimpah dan Bangunan Pelengkapnya II‐1
2.2.2 Debit Banjir Rencana II‐4
2.3 Ketentuan Model II‐4
2.3.1 Pemodelan Bangunan II‐4
2.3.2 Pemodelan Material Dasar Sungai II‐5
2.3.3 Fokus Pengujian II‐6
2.3.4 Apresiasi Desain II‐6
BAB III METODE PELAKSANAAN
3.1 Model Fisik Hidraulik III‐1
3.2 Penjabaran Besaran Skala Model Tanpa Distorsi III‐3
3.2.1 Kecepatan Aliran (nv) III‐3
3.2.2 Waktu Aliran (nt) III‐4
3.2.3 Debit Aliran (nQ) III‐4
3.2.4 Koefisien Chezy dan Manning III‐5
3.2.5 Diameter Butir III‐5
3.3 Skala Model dan Konstruksi Model III‐7
3.3.1 Skala Model III‐7
3.3.2 Kebutuhan Ruang Untuk Pembuatan Model III‐10
3.3.3 Konstruksi Model III‐10
3.4 Pengujian Model III‐11
3.4.1 Fasilitas Pengujian III‐11
Laporan Akhir ii
MODEL TEST BENDUNGAN LADONGI
KAB. KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA LAPORAN
AKHIR
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Luas Wilayah Kab. Kolaka Timur I‐2
Tabel 1.2 Pembagian Daerah Administrasi Kolaka Timur I‐2
Tabel 2.1 Debit Banjir Rancangan Bendungan Ladongi II‐4
Tabel 2.2 Rasio Campuran Material Dasar Sungai II‐5
Tabel 3.1 Rasio Besaran Pemodelan III‐9
Tabel 3.2 Besaran‐besaran di Model III‐11
Tabel 3.3 Rekapitulasi Debit Banjir Melalui Pelimpah III‐15
Tabel 3.4 Perhitungan Liku Debit Alat Ukur Rechbox III‐17
Tabel 3.4 Gambar Peralatan Laboratorium Penunjang Kegiatan III‐20
Tabel 4.1 Liku Debit (Rating Curve) Sungai IV‐13
Tabel 4.2 Tingkat Ketelitian Model pada Hd di Atas Pelimpah IV‐15
Tabel 4.3 Foto Dokumentasi Kalibrasi Hd IV‐15
Tabel 4.4 Dokumentasi Original Design Kondisi Kosong IV‐20
Tabel 4.5 Dokumentasi Original Design Q2th = 44,75 m3/det IV‐21
Tabel 4.6 Dokumentasi Original Design Q5th = 82,94 m3/det IV‐22
Tabel 4.7 Dokumentasi Original Design Q10th = 108,10 m3/det IV‐23
Tabel 4.8 Dokumentasi Original Design Q25th = 148,84 m3/det IV‐24
Tabel 4.9 Dokumentasi Original Design Q50th = 176,14 m3/det IV‐25
Tabel 4.10 Dokumentasi Original Design Q100th = 183,69 m3/det IV‐26
Tabel 4.11 Dokumentasi Original Design Q1000th = 307,49 m3/det IV‐27
Tabel 4.12 Dokumentasi Original Design QPMF = 768,23 m3/det IV‐28
Tabel 4.13 Dokumentasi Seri IA Kondisi Kosong IV‐31
Tabel 4.14 Dokumentasi Seri IA Q2th = 44,75 m3/det IV‐32
Tabel 4.15 Dokumentasi Seri IA Q5th = 82,94 m3/det IV‐33
Tabel 4.16 Dokumentasi Seri IA Q10th = 108,10 m3/det IV‐34
Tabel 4.17 Dokumentasi Seri IA Q25th = 148,84 m3/det IV‐35
Tabel 4.18 Dokumentasi Seri IA Q50th = 176,14 m3/det IV‐36
Tabel 4.19 Dokumentasi Seri IA Q100th = 183,69 m3/det IV‐37
Laporan Akhir iv
MODEL TEST BENDUNGAN LADONGI
KAB. KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA LAPORAN
AKHIR
Laporan Akhir v
MODEL TEST BENDUNGAN LADONGI
KAB. KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA LAPORAN
AKHIR
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Letak Geografis Kec. Ladongi l‐3
Gambar 1.2. DAS Ladongi l‐4
Gambar 1.3. Lokasi Pekerjaan Bendungan Ladongi l‐5
Gambar 1.4. Laboratorium Hidrolika Terapan l‐8
Gambar 2.1. Potongan Melintang Tubuh Bendungan Ladongi lI‐1
Gambar 2.2. Saluran Peluncur lI‐3
Gambar 2.3. Peredam Energi lI‐3
Gambar 3.1. Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Model Fisik Hidrolik lII‐13
Gambar 3.2. Lengkung Debit Alat Ukur Rechbox lII‐18
Gambar 3.2. Denah Lokasi Model Test lII‐22
Gambar 4.1. Routing Waduk Melalui Pelimpah lV‐2
Gambar 4.2. Grafik USBR Koefisien Limpahan pada Pelimpah lV‐3
Gambar 4.3. Koefisien Kontraksi Pilar Sesuai Tipenya lV‐4
Gambar 4.5. Skema Penyempitan Dasar Saluran Pada Saluran Transisi lV‐6
Gambar 4.6. Skema Aliran Pada Saluran Transisi lV‐6
Gambar 4.7. Skema Aliran Pada Saluran Peluncur lV‐7
Gambar 4.8. Kriteria Aliran Getar (USBR 1978) lV‐9
Gambar 4.9. Desain Peredam Energi USBR Tipe II lV‐10
Gambar 4.10. Grafik Penentuan Panjang Peredam Energi USBR II lV‐11
Gambar 4.11. Rating Curve pada sungai lV‐14
Gambar 4.12. Potongan Memanjang sill lV‐29
Gambar 4.13. Potongan Memanjang Aerator‐1 lV‐29
Gambar 4.14. Uji Seri IA lV‐30
Gambar 4.15. Denah pilar dinding approach lV‐39
Laporan Akhir vi
MODEL TEST BENDUNGAN LADONGI
KAB. KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA LAPORAN
AKHIR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu permasalahan yang ada di beberapa tempat wilayah Kabupaten
Kolaka Timur adalah kesulitan air terutama air baku untuk irigasi dimusim
kemarau, terutama pada saat kemarau panjang. Dalam beberapa tahun terakhir
ini Kabupaten Kolaka Timur yang mengalami perkembangan jumlah penduduk
yang cukup pesat, yang mengakibatkan juga terjadinya peningkatan kebutuhan
air, baik untuk keperluan domestik, maupun untuk keperluan pertanian. Upaya
peningkatan pemenuhan kebutuhan air baku harus dilakukan untuk
mengimbangi perkembangan di berbagai sektor kehidupan.
Kabupaten Kolaka mencakup jazirah daratan dan kepulauan yang memiliki
wilayah daratan seluas ± 691.838 ha, dan wilayah perairan (laut) diperkirakan
seluas ± 15.000 km2. Dari luas wilayah tersebut Kabupaten Kolaka Timur dibagi
dalam 12 (dua belas) kecamatan, yaitu: Kecamatan Ladongi, Kecamatan
Lambandia, Kecamatan Aere, Kecamatan Tirawuta, Kecamatan Dangia,
Kecamatan Mowewe, Kecamatan Uluiwoi, Kecamatan Ueesi, Kecamatan Poli‐
Polia, Kecamatan Lalolae, Kecamatan Loea, Kecamatan Tinondo.
Dari 12 kecamatan yang ada di Kabupaten Kolaka Timur, wilayah kecamatan
dengan luas terbesar yaitu Kecamatan Uluiwoi sedangkan wilayah kecamatan
dengan luas terkecil yaitu Kecamatan Loea. Jumlah penduduk Kabupaten Kolaka
Timur tahun 2014 adalah 329.343 jiwa. Kecamatan yang mempunyai jumlah
penduduk terbanyak yakni di Kecamatan Lambadia yang berjumlah 20.467 jiwa.
Dengan kepadatan penduduk mencapai 98 orang / km2.
Tabel 1.1. Luas Wilayah Kabupaten Kolaka Timur Menurut Kecamatan dan Jumlah
Penduduk
Laporan Akhir I- 1
MODEL TEST BENDUNGAN LADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Wilayah kajian untuk Kabupaten Kolaka Timur mencakup 12 yang terdiri dari
133 desa/kelurahan.
Tabel 1.2. Pembagian Daerah Administrasi Kabupaten Kolaka Timur
Batas wilayah Kecamatan Ladongi adalah :
Laporan Akhir I- 2
MODEL TEST BENDUNGAN LADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Utara : berbatasan dengan Kecamatan Tirawuta
Barat : berbatasan dengan Kecamatan Wundulako
Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Lambandia
Timur : berbatasan dengan Kecamatan Angata Kab. Konawe
Lokasi
Pekerjaan
Gambar 1.1. Letak Geografis Kecamatan Ladongi
Laporan Akhir I- 3
MODEL TEST BENDUNGAN LADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Laporan Akhir I- 4
MODEL TEST BENDUNGAN LADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Gambar 1.2. DAS Ladongi
1.2. Lokasi Kegiatan
Lokasi Kegiatan terletak di Kabupaten Kolaka Timur‐ Provinsi Sulawesi
Tenggara dengan jarak ± 100 km sebelah Barat Kota Kendari Ibu Kota Provinsi
Sulawesi Tenggara termasuk Wilayah Sungai Lasolo‐Konaweha.
Lokasi Pekerjaan
Laporan Akhir I- 5
MODEL TEST BENDUNGAN LADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Gambar 1.3. Lokasi Pekerjaan Bendungan Ladongi Kab. Kolaka Timur
1.3. Maksud dan Tujuan Uji Model Fisik Hidraulika
Maksud dari uji model fisik hidraulika ini adalah untuk mempelajari
perilaku hidrolika pada bangunan pelimpah tipe saluran pelimpah langsung (over
flow spillway), kondisi aliran, dan gerusan yang terjadi pada bagian hilir bangunan
peredam energi. Bangunan yang dimodelkan terdiri atas 6 (enam) bagian
bangunan, yaitu pelimpah, saluran transisi, saluran peluncur, bangunan peredam
energi (stilling basin), saluran pengarah hilir, dan sungai di bagian hilir.
Tujuan uji model fisik hidrolika ini adalah memberikan saran
penyempurnaan dari aspek hidrolika pada desain bangunan tersebut di atas, bila
dari hasil percobaan diketahui bahwa desain yang ada kurang memuaskan.
1.4. Lingkup Penelitian Uji Model Fisik Hidraulika
Lingkup pekerjaan yang dilaksanakan pada kegiatan Uji Model Fisik
Hidraulika diantaranya adalah :
Laporan Akhir I- 6
MODEL TEST BENDUNGAN LADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Fokus uji model fisik adalah menganalisa fenomena hidrolika aliran pada
beberapa komponen bangunan berdasarkan debit pengaliran Q2th, Q5th Q10th,
Q25th, Q50th, Q100th, Q1000th, dan QPMF. Komponen bangunan yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
1. Pelimpah (spillway)
a. Mengetahui kapasitas pelimpah.
b. Mengevaluasi kondisi aliran pada sistem bangunan saluran
pelimpah overflow.
c. Mengamati kemungkinan timbulnya gejala kavitasi.
2. Saluran transisi (transition channel)
a. Mengevaluasi efektifitas pengaturan aliran (subkritis, kritis atau
superkritis)
b. Mengetahui kemampuan saluran transisi dalam mengatur aliran
dari pelimpah overflow menuju saluran peluncur.
3. Saluran peluncur (chuteway)
a. Mengetahui timbulnya gejala aliran getar (pulsating flow).
b. Mengevaluasi bahaya kavitasi.
4. Peredam energi
Laporan Akhir I- 7
MODEL TEST BENDUNGAN LADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Laporan Akhir I- 8
MODEL TEST BENDUNGAN LADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Gambar 1.4. Laboratorium Hidrolika Terapan, Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas
Teknik, Universitas Brawijaya Malang
Laporan Akhir I- 9
MODEL TEST BENDUNGAN LADONGI
KAB. KOALAK TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
BAB II
DATA PROTOTIPE DAN KETENTUAN MODEL
2.1 Kondisi Umum
Pembangunan Bendungan Ladongi direncanakan akan dibangun di
Kabupaten Koalaka Timur, Provinsi Sulawesi Tenggara. Berdasarkan letak
astronomis wilayah, Kabupaten yang memiliki luas wilayah 3.634,74 km² ini
secara geografis terletak memanjang dari utara ke selatan berada di antara 2.00°
LS dan membentang dari Barat ke Timur di antara 122.045° – 124.060° BT.
Kabupaten Kolaka Timur terdiri atas 12 kecamatan, 133 desa/kelurahan.
Kecamatan Ladongi merupakan salah satu dari 12 kecamatan yang ada di
Kabupaten Kolaka Timur yang akan menjadi tempat dibangunnya bendungan ini.
Kecamatan Ladongi terdiri dari 13 desa dengan batas wilayah sebagai berikut:
Utara : berbatasan dengan Kecamatan Tirawuta
Barat : berbatasan dengan Kecamatan Wundulako
Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Lambandia
Timur : berbatasan dengan Kecamatan Angata Kab. Konawe
2.2 Data Teknis
2.2.1 Pelimpah dan Bangunan Pelengkapnya
Gambaran umum Waduk Ladongi secara ringkas adalah sebagai berikut
Gambar 2.1. Gambar Potongan Melintang Tubuh Bendungan Ladongi
a. Bendungan Utama
Tipe : Urugan Zonal Inti Tegak
Debit Rencana : Q 1000th (307,49 m3/det)
EL. Puncak Bendungan : + 125,80 dpl
EL. Muka Air Banjir (MAB‐PMF) : + 124,71 dpl
EL. Muka Air Banjir (MAB‐Q1000th) : + 122,61 dpl
EL. Muka Air Normal (MAN) : + 119,80 dpl
EL. Muka Air Minimum (MAM) : + 90,00 dpl
Lebar puncak : 12,00 m
Kemiringan Lereng : Hulu = 1 : 3,00
Hilir = 1 : 2,5
b. Pelimpah
Tipe pelimpah : overflow
Tipe ambang/mercu Pelimpah : Ogee Tipe I
Debit banjir rencana : Q 1000th (307,49 m3/det)
Lebar ambang : 31,00 m
Elevasi Hulu Pelimpah : + 116,00 dpl
Elevasi Hilir Pelimpah : + 114,00 dpl
Elevasi puncak ambang : + 119,80 dpl
c. Saluran Transisi
Panjang Saluran : 73,06 m
Lebar Saluran Transisi : hulu = 31,00 m
hilir = 20,00 m
Elevasi Saluran : hulu = + 114,00 dpl
hilir = + 114,00 dpl
Kemiringan dasar Saluran Transisi : Datar
d. Saluran Peluncur
Panjang Saluran : 200,00 m
Lebar Saluran Peluncur : 20,00 m
Elevasi Saluran : hulu = + 114,00 dpl
hilir = + 56,00 dpl
Kemiringan dasar Saluran Peluncur : 1 : 3,4
Gambar 2.2. Saluran Peluncur
e. Peredam Energi
Tipe peredam energi : USBR Tipe II
Panjang peredam energi : 50,00 m
Lebar peredam energi : hulu = 20,00 m
hilir = 30,00 m
Elevasi dasar peredam Energi : + 56,00 dpl
Gambar 2.3. Peredam Energi
2.2.2 Debit Banjir Rencana
Tabel 2.1. Debit Banjir Rancangan Bendungan Ladongi
Debit Rancangan Q
(tahun) m3/det
Q2 44,75
Q5 82,94
Q10 108,10
Q25 148,84
Q50 176,14
Q100 183,69
Q1000 307,49
QPMF 768,23
2.3 Ketentuan Model
2.3.1 Pemodelan Bangunan
Penyelidikan hidrolika dengan model fisik ini dilakukan pada desain
bangunan pelimpah Bendungan Ladongi mengacu pada desain konsultan terdiri
dari:
1. Gambar situasi Bendungan Ladongi
2. Gambar denah dan potongan desain bangunan pelimpah dan fasilitasnya
Dari gambar‐gambar tersebut diatas dapat diketahui :
1. Tipe pelimpah Bendungan Ladongi adalah pelimpah overflow
2. Elevasi mercu pelimpah + 119,80
3. Lebar pelimpah 31,00 m
2.3.2 Pemodelan Material Dasar Sungai
Penyesuaian gradasi butiran material dasar Sungai Lasolo‐Konaweha Hulu
pada model dilakukan dengan cara menghamparkan campuran material 1
batubara + 2 pasir pasang bersesuaian material river deposit hasil pengujian
material asli dasar sungai di laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya.
Tabel 2.2. Rasio Campuran Material Dasar Sungai Model Test Bendungan Ladongi
‐ Kendari
2.3.3 Fokus Pengujian
Fokus dari pengujian model fisik hidraulika bangunan pelimpah overflow
Bendungan Ladongi ini adalah perilaku hidraulika aliran di pelimpah, saluran
transisi, peluncur, peredam energi, saluran pengarah hilir, dan sungai bagian hilir.
2.3.4 Apresiasi Desain
Pada uji model pelimpah Bendungan Ladongi, di Kabupaten Kolaka Timur‐
Provinsi Sulawesi Tenggara, sebagaimana diketahui aspek desain yang diteliti
adalah :
1. Pelimpah
Efektifitas kemampuan pelimpah dalam mengalirkan debit banjir rencana,
dalam hal ini dapat melewatkan Qpmf = 768,23 m3/det dengan aman,
meskipun dalam kondisi aliran subkritis dan tidak diijinkan melampaui elevasi
puncak bendungan (+125,80 dpl). Desain alur saluran pengarah (approach
channel) diperkirakan akan memberikan keamanan dalam pelimpahan debit
sesuai dengan syarat kecepatan di bagian ini V ≤ 4 m/det. Perbandingan
antara tinggi pelimpah terhadap tinggi muka air banjir P/H ≥ 0,20 dan
persamaan lengkung “Harrold” Tipe Ogee I yang disajikan pada gambar
desain dengan kemiringan hilir pelimpah ditetapkan 1 : 1 telah memenuhi
syarat kaidah hidraulik.
2. Saluran Transisi
Dimensi lebar saluran bagian hulu BTU = 31,00 m dan bagian hilir BTD = 20,00
m, dengan panjang L = 73,06 m dengan tanpa kemiringan (S = 0.00)
diperkirakan cukup mampu menampung debit banjir rencana Q1000th maupun
Qpmf, dan fenomena aliran seragam pada bagian akhir saluran transisi menuju
saluran peluncur masih perlu diteliti mengingat sudut perubahan
penampang di saluran transisi 7.83o (karena perubahan lebar menuju saluran
peluncur bukan Bkritis).
3. Saluran Peluncur
Lebar saluran peluncur BP = 20,00 m, panjang L = 200,00 m dan kemiringan 1 :
3,4 dengan beda tinggi 58.00 m terhadap elevasi dasar peredam energi,.
dimungkinkan untuk debit besar kecepatan dapat mencapai > 20 m/det,
maka dikhawatirkan terjadi bahaya kavitasi.
4. Peredam Energi
Peredam energi USBR tipe II lebar B = 20 m, elevasi dasar + 56,00 m dan
panjang L = 40,00 m untuk desain aliran Q1000th diperkirakan cukup efektif
memberikan redaman aliran dari saluran peluncur, dengan catatan tinggi
loncatan hidraulik (sequent depth) Y2 hampir sama dengan elevasi TWL (tail
water level).
5. Saluran Pengarah Hilir
Dimensi penampang trapesium dan panjang saluran pengarah hilir yang
cukup panjang (L = 143,09 m) pada desain, diperkirakan masih cukup efektif
dalam mengendalikan aliran menuju ke sungai bagian hilir, dengan
pertimbangan kemiringan dasar saluran bagian ini adalah datar (S = 0.00)
dengan elevasi + 60,00.
6. Alur Sungai Bagian Hilir
Akibat pertemuan antara alur sungai dengan saluran pengarah hilir
mengakibatkan gerusan lokal dan serangan aliran pada bagian tebing sungai
bagian kanan pada belokan luar. Oleh karena itu, dalam mengoptimalkan
desain saluran pengarah hilir akan mempertimbangkan keamanan tebing
sungai semaksimal mungkin.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 MODEL FISIK HIDRAULIK
Model fisik hidraulik atau sering disebut sebagai model skala adalah
peniruan bangunan prototipe ke dalam suatu model miniatur dengan skala
tertentu, dengan memperhatikan prinsip kesebangunan dan hubungan antar
skala parameter yang harus dipenuhi.
Definisi dari skala model adalah ratio antara nilai masing‐masing parameter
yang ada di prototipe dengan nilai masing‐masing parameter yang ada di model.
Prinsip pembuatan skala adalah membentuk kembali masalah yang ada di
prototipe dengan suatu angka pembanding. Sehingga kejadian (fenomena) yang
ada di model sebangun dengan kondisi di prototipe.
Ada dua jenis skala model fisik hidrolika, yaitu skala model sama
(undistorted model) dan skala model yang tidak sama (distorted model). Skala
model sama adalah skala yang dipakai dalam pembuatan model dimana
perbandingan skala mendatar dan skala tegak adalah sama, sedangkan skala
model yang tidak sama adalah perbandingan antara skala mendatar dan skala
tegak yang tidak sama.
ukuran di prototipe Lp
nL
ukuran di model Lm
semua ukuran pada titik sembarang di model dan prototipe harus
mempunyai skala yang sama.
(L1 )p (L 2 )p
skala panjang nL
(L1 )m (L 2 )m
2
(A1 )p (L 2 )p 2
skala luas nL
(A1 )m 2
(L 2 )m
3
(V1 )p (L 2 )p 3
skala volume nL
(V1 )m 3
(L 2 )m
vp L p /Tp nL
skala kecepatan
vm L m /Tm nT
2
ap L p /Tp nL
skala percepatan
am 2 2
L m /Tm nT
3
3
Qp L p /Tp
nL
skala debit
Qm L 3 /T 2
m m nT
(F1 )p (F2 )p
nF
(F1 )m (F2 )m
3.2 PENJABARAN BESARAN SKALA MODEL TANPA DISTORSI
3.2.1 KECEPATAN ALIRAN (nV)
v
Fr
g h 1/2 .............................................................................................. (3.1)
dengan :
v = kecepatan aliran (m/det)
g = percepatan gravitasi (9,81 m/det2)
h = kedalaman aliran (m)
Agar keadaan aliran di model sama dengan di prototipe, maka nilai (Fr)p =
(Fr)m. Dalam hal ini, perbandingan antara model dan proyotype bilangan Froude
dirumuskan:
Fr p
nFr 1
Fr m
Berdasarkan ketentuan tersebut skala dari kecepatan aliran dapat
dijabarkan :
v v
1/2
1/2
g h p g h m
1/2 1/2
vp vm vp gp hp
gp hp 1/2 gm hm 1/2
g
h
vm m m
nv = (ng ) ½. (nh) ½
karena gp = gm, maka :
3.2.2 WAKTU ALIRAN (nt)
Waktu yang ditempuh oleh suatu partikel zat cair dengan gerak beraturan
adalah:
jarak (L)
waktu (t)
kecepatan (v)
Untuk model skala tanpa distorsi, diperoleh :
n
nt L dan nv = (nh) 1/2 , sehingga :
nv
3.2.3 DEBIT ALIRAN (nQ)
n v = (nh) 1/2
n A = nL . nh
maka untuk model skala tanpa distorsi diperoleh :
3.2.4 KOEFISIEN CHEZY DAN MANNING
i. Koefisien Chezy
Untuk suatu penampang yang lebar : v = C ( h I ) 1/2, maka :
nv = nC . (nh) 1/2 (nI) 1/2
n
h
nI dan nv = (nh)1/2, sehingga untuk model skala tanpa distorsi diperoleh :
nL
nC = 1....................................................................................................................................................................... (3.5)
ii. Koefisien Manning
Rumus Manning pada saluran dengan penampang lebar adalah :
1 2/3 1/2
v= . h . I , sehingga untuk model skala tanpa distorsi diperoleh :
n
nv =
nh 2/3 dan nv = (nh)1/2, sehingga :
nn
3.2.5 DIAMETER BUTIR
Untuk suatu pengujian gerusan lokal (local scouring) diperlukan skala
diameter butir dasar sungai yang representatif. Salah satu perumusan yang
mudah untuk ditirukan ke dalam pengujian dengan model fisik adalah rumus
Shield, yaitu menggunakan kriteria kesamaan “tractive force” pada kondisi :
A. Untuk diameter butir d 4 mm dari grafik Shield diperoleh cr = 800 d.
Dengan demikian skala diameter butir dapat ditentukan sebagai berikut :
cr p cr m
ρp gp hp Ip ρm gm hm Im
800 dp 800 dp
dp ρp hp Ip gp
dm ρm hm Im gm
Bila digunakan model skala tanpa distorsi, maka :
Ip
1 dan gp = gm = 1, sehingga nd = n .nh
Im
Apabila di model material yang dipakai mempunyai rapat massa yang sama
dengan prototipe (n = 1), maka :
nd = nh .................................................................................................... (3.7)
B. Bila di model dipakai material dengan diameter butir < 4 mm, maka untuk
mencari skala diameter butir dapat secara langsung menggunakan grafik
Shields, dengan tahapan sebagai berikut :
; σp = σp . gp . hp . Ip
cr p
(σcr)p = diperoleh dari grafik shield, bilamana dp diketahui.
Selanjutnya :
cr m cr p
3.3 SKALA MODEL DAN KONSTRUKSI MODEL
3.3.1 SKALA MODEL
He H k
h ..................................................................................................................... (3.9)
dengan :
He = tinggi efektif air di atas pelimpah (m)
H = tinggi air di atas pelimpah (m)
kh = kehilangan tinggi
= 0.457 mm untuk pelimpah mercu bulat (menurut Russel)
Debit aliran persatuan lebar di atas pelimpah dengan mempertimbangkan
kedua ketinggian air tersebut adalah :
3/2
q1 C.H ...................................................................................................... (3.10)
3/2
q2 C.He ..................................................................................................... (3.11)
Penyelesaian persamaan (3.10) dan (3.11) berdasarkan kontinuitas aliran
menghasilkan :
3/2
∆q He
1 ........................................................................................... (3.12)
q H
∆q
dalam hal ini adalah rasio perbedaan yang diharapkan (ketelitian yang
q
diharapkan).
a. Perhitungan penetapan skala
b. Jenis skala tanpa distorsi (undistorted)
c. Kesalahan relative yang diharapkan 10,0 %
d. Ketinggian air minimum di atas pelimpah adalah 0,85 m (hitungan desain
pelimpah, Q2th = 44,75 m3/dt)
e. Menggunakan persamaan (3.12) diperoleh :
3/2
H 0.457
0,1 1
H
H = 6,737 mm
6,737 1
a) Skala model Lr = , dalam hal ini ditetapkan skala
850 126,169
1:50.
Tabel 3.1. Rasio Besaran Pemodelan
2. Waktu Aliran t n t n1/2
h nt 7,071
4. Diameter Butiran d n d nh nd 50
6. Koefisien Chezy C nu 1 nu 1
7. Koefisien Manning n n u n1/6
h nu 1,919
3.3.2 KEBUTUHAN RUANG UNTUK PEMBUATAN KONSTRUKSI MODEL
Dengan memperhatikan Layout desain bangunan pelimpah bendungan
Ladongi maka kebutuhan ruang maksimal untuk pembuatan konstruksi model
adalah :
a. Panjang = 18,00 m
b. Lebar = 4,50 m
3.3.3 KONSTRUKSI MODEL
Beberapa bagian prototipe yang ditirukan ke dalam model dengan
menggunakan jenis dan besarnya nilai skala tersebut di atas terdiri dari :
1. Waduk Utama yang dibuat dari pasangan batu bata dan semen.
2. Untuk ambang pelimpah, dasar saluran transisi, saluran peluncur dan
peredam energi (stilling basin) dibuat dari kombinasi kayu dan fiber
glass (acrylic) untuk kesamaan kekasaran dengan keadaan lapangan,
sedangkan untuk dinding saluran transisi, saluran peluncur dan
peredam energi (stilling basin) dibuat dengan bahan fiber glass.
Dengan menerapkan skala 1:50 pada uji model fisik hidraulika bangunan
pelimpah Bendungan Ladongi ini maka secara garis besar ukuran dari konstruksi
model fisik hidrolika adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2. Besaran‐besaran di Model
Prototipe Model
Deskripsi Rasio
(m) (cm)
I. Waduk Utama
Tinggi 66,92 1:50 133,84
Lebar Puncak 12 1:50 24
II. Pelimpah
3.4 PENGUJIAN MODEL
3.4.1 FASILITAS PENGUJIAN
Untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan uji model fisik hidrolika
digunakan fasilitas Laboratorium Hidrolika Terapan Jurusan Teknik Pengairan
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang. Alat‐alat pendukung percobaan
model yang digunakan terdiri dari:
1. Empat buah pompa listrik masing‐masing berkapasitas 25 l/dt, 45 l/dt,
30 l/dt dan 30 l/dt.
2. Kolam penampung air sebagai sistem distribusi air di model
sebagaimana disajikan pada gambar 3.3 (Denah Laboratorium
Hidrolika Terapan). Bangunan ukur debit Rechbox yang terbuat dari
fiberglass tebal 5 mm dengan ukuran yang disesuaikan dengan
standar.
3. Alat pengukur tinggi muka air berupa meteran taraf (point gauge),
pengukuran kecepatan berupa tabung pitot dan small current meter.
4. Model bangunan pelimpah, transisi, peluncur, peredam energi sesuai
dengan skala yang digunakan.
5. Rencana bangunan yang dimodelkan.
3.4.2 SISTEMATIKA PENGUJIAN
A. TAHAPAN PELAKSANAAN
Tahapan pelaksanaan pekerjaan pengujian model fisik hidrolika ini secara
sistematis disajikan dalam Gambar 3.1.
DESAIN KONSULTAN
(Overflow Spillway)
PEMBUATAN MODEL
a. Froudian Concept Scale
b. Ketelitian Model
c. Model Seri 0
VALIDASI MODEL
a. Running Test
b. Kalibrasi
c. Verifikasi
INVENTARISASI PERMASALAHAN
INTERPRETASI
a. Pengujian Model Final Design
b. Pola & Kondisi Aliran
c. Pola Gerusan
Gambar 3.1 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan Model Fisik Hidrolik
B. Rancangan Percobaan
Sesuai dengan investigasi lapangan dan berdasarkan desain konstruksi
konsultan perencanaan, pengujian perilaku hidrolika aliran di bangunan pelimpah
diuji dengan beberapa tahapan dan kondisi model.
1. Kalibrasi
Kalibrasi adalah tahapan mencocokan parameter model dan proyotype agar
diperoleh suatu fenomena yang menyerupai.
2. Verifikasi
Merupakan tahapan pembuktian kebenaraan parameter model dan
proyotype sehingga diperoleh validasi sesuai dengan ketelitian yang
diharapkan.
3. “Development Test”
Merupakan tahapan pengujian model yang bertujuan untuk mengetahui
perkembangan perilaku hidrolika aliran sehubungan dengan upaya
meminimalkan kondisi aliran yang kurang memuaskan, dan juga untuk
mengetahui gejala‐gejala lain yang berpotensi timbul seperti kavitasi.
4. Model Seri 0
Model Seri 0 merupakan model yang dibuat berdasarkan original desain
konsultan.
5. Model Seri 1, 2 dst.
Model Seri ini merupakan alternatif desain (modifikasi), bila hasil Model Seri
0 kurang baik.
6. “Final Design”
Merupakan usulan penyempurnaan yang terbaik di antara model seri.
Masing‐masing model seri tersebut diuji dengan beberapa variasi banjir rencana
yaitu kondisi banjir rancangan Q2th, Q5th Q10th, Q20th, Q50th, Q100th, Q200th, Q1000th, dan
QPMF.
Tabel 3.3. Rekapitulasi Debit Banjir Melalui Pelimpah Bendungan Ladongi
3.5 PENYAJIAN HASIL PENGUJIAN
3.5.1 HITUNGAN DAN ANALISA
Selama berlangsungnya pengujian terhadap berbagai variasi debit,
pengamatan dan pengukuran yang dilakukan meliputi :
1. Pola aliran yang terjadi di bangunan pelimpah, saluran transisi, saluran
peluncur, peredam energi, saluran pengarah hilir, dan alur sungai
bagian hilir.
2. Bahaya kavitasi di pelimpah dan saluran peluncur.
3. Efektifitas peredam energi.
Pengukuran guna memperoleh data untuk selanjutnya dipakai sebagai
bahan analisa meliputi :
1. Efektifitas pelimpah dalam pengaliran banjir rancangan.
2. Stabilitas dan keamanan hidrolik konstruksi utilitas pelimpah dan
peredam energi.
3. Alternatif perubahan dimensi bangunan
3.5.2 DOKUMENTASI
Dokumentasi pengujian model hidrolika ini disampaikan dalam bentuk :
- Laporan Pendahuluan.
- Laporan Hasil Model Test (Laporan Akhir / Final Report).
- Gambar‐gambar penunjang.
- Video pelaksanaan pengujian.
3.6 PERSIAPAN PENGUJIAN
Persiapan yang dilakukan untuk memulai uji model fisik hidrolik ini berupa
:
1. Alat Ukur Debit Rechbox
Debit aliran yang masuk ke model diukur dengan ambang tajam tipe
Rechbox dengan dimensi sebagai berikut :
B = 2,07 m
b
b = 0,40 m
h D = 1,31 m
D h = tinggi muka air (m)
B
Debit aliran teoritik yang melalui Rechbox dapat dihitung dengan rumus :
Q = k.b.h3/2
dengan :
Q = debit (m3.menit‐1)
K = koefisien debit (m1/2.menit‐1)
0.177 h ( B b) h B
K = 107.1+ +14.2 25.7 2.04
h D DB D
b = lebar mercu (m)
h = kedalaman air di atas mercu (m)
B = lebar saluran (m)
D = tinggi dari dasar saluran ke dasar mercu (m)
Berikut adalah liku debit alat Rechbox yang digunakan dapat dilihat pada Tabel
3.4.
Tabel 3.4 Perhitungan Liku Debit Alat Ukur Rechbox
Tinggi air di atas Koefisien
No. ambang pelimpah pelimpah Debit Rechbox
Rechbox Rechbox
h h K Q Q Q
( m ) ( cm ) ( m3/menit ) ( m3/dt ) ( lt/det )
1 0.022 2.230 114.830 0.153 0.003 2.550
2 0.027 2.730 113.110 0.204 0.003 3.402
3 0.032 3.230 111.869 0.260 0.004 4.330
4 0.037 3.730 110.918 0.320 0.005 5.328
5 0.042 4.230 110.159 0.383 0.006 6.390
6 0.047 4.730 109.532 0.451 0.008 7.513
7 0.052 5.230 109.003 0.522 0.009 8.693
8 0.057 5.730 108.546 0.596 0.010 9.927
9 0.062 6.230 108.146 0.673 0.011 11.212
10 0.067 6.730 107.791 0.753 0.013 12.547
11 0.072 7.230 107.473 0.836 0.014 13.930
12 0.077 7.730 107.184 0.921 0.015 15.358
13 0.082 8.230 106.921 1.010 0.017 16.831
14 0.087 8.730 106.679 1.101 0.018 18.346
15 0.092 9.230 106.455 1.194 0.020 19.902
16 0.097 9.730 106.247 1.290 0.021 21.499
17 0.102 10.230 106.053 1.388 0.023 23.135
18 0.107 10.730 105.870 1.489 0.025 24.809
19 0.112 11.230 105.699 1.591 0.027 26.520
20 0.117 11.730 105.537 1.696 0.028 28.267
21 0.122 12.230 105.384 1.803 0.030 30.050
22 0.127 12.730 105.239 1.912 0.032 31.867
y = 1,344x0,6845
R² = 1
h
(m)
Gambar 3.2 Lengkung Debit Alat Ukur Rechbox Uji Model Fisik Bendungan Ladongi
Cara Pengukuran : Q
(m3/dt)
a. Tentukan index P.G dengan menyentuhkan ujung jarum P.G pada crest
alat ukur debit.
b. Stel nonius sehingga angka nol tepat pada angka meteran taraf misal
angka 44.
Laporan Akhir III - 18
MODEL TEST BENDUNGAN LADONGI
KAB. KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
IP = 0 = 44.
c. Ukur tinggi pada alat ukur dengan menyentuhkan ujung jarum P.G pada
muka air, meteran taraf dibaca dan dicatat.
d. Lakukan tiga kali pengukuran dengan tinggi muka air yang berbeda.
e. Harga k masukkan dalam rumus alat ukur debit, maka dapat dihitung
besarnya debit percobaan.
f. Tabel 3.4 merupakan hubungan tinggi muka air (h) dan debit (Q) alat ukur
Rechbox hasil kalibrasi.
2. Pengukuran muka air, kecepatan aliran, dan arah aliran
Muka air yang terjadi akibat adanya aliran yang dengan debit tertentu
diukur dengan menggunakan meteran taraf (point gauge), sedangkan
kecepatannya diukur dengan menggunakan tabung pitot (pytot tube). Arah
aliran diamati dengan menggunakan rangkaian tali dari benang yang dipasang
secara berjajar pada sepotong kayu.
Model pelimpah, saluran peluncur dan peredam energi terbuat dari kayu
jati yang dihaluskan dan fiber glass, sedangkan bagian hilir peredam energi
(stilling basin) model fisik dari material pasangan batu bata semen dan kerikil
dengan skala 1 : 50 (lihat lampiran foto).
Tabel 3.5. Gambar Peralatan Laboratorium Penunjang Kegiatan Model Test
3.7 Pembuatan Model Fisik Hidraulik
Pembuatan model fisik sebagaimana dalam dokumentasi foto dibawah ini:
1. Pembongkaran bangunan eksisting dan penentuan as waduk
2. Pembuatan model fisik sebagian daerah genangan waduk
3. Pembuatan model fisik pelimpah
4. Pembuatan model fisik saluran transisi
5. Pembuatan model fisik saluran peluncur
6. Pembuatan model fisik peredam energi
7. Pembuatan model fisik saluran pengarah hilir dan sungai
Laporan Akhir
Waduk Telaga Bendungan Bener Bendungan Poso
Jawa
Model Test Model Test
LAPORAN AKHIR
Bendungan Bendungan
Ladongi Ciawi
Lab.
Hidrologi
MODEL TEST BENDUNGAN LADONGI
KAB. KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
III - 22
Gambar 3.3 Denah Lokasi Model Tes Pelimpah Bendungan Ladongi Kabupaten Koalaka Timur Provinsi Sulawesi Tenggara
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
BAB IV
HASIL PENGUJIAN MODEL
4.1. PEDOMAN ANALISA PENGUJIAN MODEL
4.1.1 KAPASITAS PENGALIRAN MELALUI PELIMPAH
Penelusuran banjir lewat waduk didasarkan pada persamaan kontinuitas sebagai
berikut :
I1 I 2 Q Q
t S f 1 t S 2 2 t
2 2 2
atau
I1 I 2 S Q S Q
t 1 1 2 2 ....................................................(4.1)
2 t 2 t 2
jika,
S1 O1
. 1
t 2
S2 O 2
. 2 maka rumus dapat ditulis menjadi berikut
t 2
maka,
I1
1 2 .............................................................................. (4.2)
I2
dengan :
I1 = Inflow pada awal t
I2 = Inflow pada akhir t
O1 = Outflow pada awal t
O2 = Outflow pada akhir t
S1 = Tampungan pada awal t
S2 = Tampungan pada akhir t
t = Periode penelusuran banjir (3.600 dt)
Laporan Akhir IV - 1
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
I1 dan I2 diketahui dari hidrograf debit masuk ke waduk jika periode penelusuran
(routing period) t telah ditentukan. S1 merupakan tampungan waduk pada
permulaan periode penelusuran yang diukur dari datum fasilitas pengeluaran
(puncak bangunan pelimpah atau spillway).
Pelimpah (spillway) tipe over flow sebagai salah satu komponen dari saluran
pengatur aliran yang dibuat untuk lebih meningkatkan pengaturan serta
memperbesar debit air yang melewati bangunan pelimpah.
Elevasi(m)
Elevasi
I (m)
Puncak Spillway 0
Volume
I2 (dihitung dari puncak spillway)
I1 Dasar Waduk
t Volume Waduk (106m3)
Gambar 4.1. Routing Waduk Melalui Pelimpah
Untuk menentukan besarnya debit yang melewati pelimpah dipergunakan rumus
:
Q = C . L . H3/2....................................................................... (4.3)
dengan :
Q = debit yang melewati pelimpah (m3/dt)
C = koefisien limpahan (m0.5/dt)
L = lebar efektif mercu pelimpah (m)
H = total tinggi tekanan air di atas mercu pelimpah (termasuk tinggi
tekanan kecepatan aliran pada saluran pengarah aliran) (m)
Koefisien limpahan pada pelimpah tersebut biasanya bekisar antara 2,0‐ 2,2
yang dipengaruhi beberapa faktor sebagai berikut :
Laporan Akhir IV - 2
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Kedalaman air di hulu pelimpah
Kemiringan lereng udik pelimpah
Tinggi air di atas mercu pelimpah
Dengan diketahui Q1000th adalah 307.49m3/dt, lebar pelimpah (B) = 31 m dan
ketinggian pelimpah bagian hulu (P) = 3,8 m, maka nilai dari Grafik USBR nilai Cd
didapat 2,12.
Gambar 4.2. Grafik USBR Mengenai Koefisien Limpahan pada Pelimpah
Laporan Akhir IV - 3
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Nilai Koefisien kontraksi (Cc) pilar pelimpah sangat dipengaruhi oleh tipe
pilar yang digunakan. Berikut ini merupakan nilai koefisien kontraksi berbagai
jenis pilar.
Gambar 4.3. Koefisien Kontraksi Pilar sesuai dengan Tipenya
4.1.2. PROFIL MUKA AIR
a. Pelimpah
Laporan Akhir IV - 4
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Perhitungan profil muka air pada pelimpah dengan panjang L < 10 m, dapat
menggunakan persamaan kontinuitas berikut :
VZ 2 g (Z H 0 YZ ) ...............................................(4.4)
Dengan :
V Z = kecepatan di titik Z
YZ = kedalaman air di titik Z
Z = tinggi titik tinjau di bawah elevasi pelimpah
H0 = tinggi energi rencana di atas pelimpah
FZ = angka froude di titik Z
Ho
Z
Yz
datum
Gambar 4.4. Sketsa Aliran di Atas Pelimpah
b. Saluran Transisi
Mengingat saluran transisi ini sangat besar pengaruhnya terhadap regime
aliran di dalam saluran peluncur dan berfungsi pula sebagai pengatur aliran
pada debit‐debit banjir abnormal, maka bentuk saluran direncanakan dengan
sangat hati‐hati.
Untuk menghindari aliran‐aliran yang helisoidal di dalam saluran ini, maka
perlu diusahakan agar bentuknya sesimetris mungkin, terutama pada
penampang lintang dan tampak atasnya.
Pada umumnya saluran ini dibuat dengan dinding tegak yang makin
menyempit ke hilir dengan iklinasi terbesar/maksimum 12°30' terhadap sumbu
saluran peluncur (Gambar 4.5).
Laporan Akhir IV - 5
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Gambar 4.5. Skema Penyempitan Dasar Saluran pada Saluran Transisi
Perhitungan hidrolika pada saluran transisi mengkondisikan aliran di
ujung saluran transisi adalah subkritis dan di hilir kritis sesuai dengan Rumus
Bernoulli, adalah sebagai berikut:
v
2
v
de e dc c
K ve vc
2
2 2
h ………………………….............(4.5)
m
2g 2g 2g
dengan:
de = kedalaman aliran masuk ke dalam saluran transisi
ve = kecepatan aliran masuk ke dalam saluran transisi
dc = kedalaman kritis pada ujung hilir saluran transisi
vc = kecepatan aliran kritis pada ujung hilir saluran transisi
K = koefisien kehilangan tinggi tekanan yang disebabkan oleh
perubahan penampang lintang saluran transisi (0,1 — 0,2)
hm = kehilangan total tinggi tekanan yang disebabkan oleh gesekan,
dan lain‐lain.
Gambar 4.6. Skema Aliran pada Saluran Transisi
Laporan Akhir IV - 6
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
c. Saluran Peluncur
Dalam merencanakan saluran peluncur harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
Agar air yang melimpah dari saluran pengatur mengalir dengan lancar
tanpa hambatan‐hambatan hidrolis.
Agar biaya konstruksinya diusahakan seekonomis mungkin.
Guna memenuhi persyaratan tersebut, supaya diperhatikan hal‐hal sebagai
berikut :
Gambar 4.7. Skema Aliran pada Saluran Peluncur
Laporan Akhir IV - 7
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Perhitungan profil muka air pada saluran peluncur dapat didekati dengan rumus
kekekalan energi dalam aliran (rumus Bernoulli), seperti berikut :
z1 + d1 + hv1 = z2 + d2 + hv2 + hL + he…………………………………(4.6)
dengan :
hL = kehilangan tinggi tekan yang terjadi di antara 2 (dua) bidang vertikal yang
ditentukan akibat gesekan (m), dinyatakan dengan:
2 2
n v
hL Sf.l ; S
f 4/3
R
2 2
v1 v 2
h e K.
2g
g = percepatan gravitasi (m/dt2)
Aliran getar merupakan fenomena hidrolika yang harus diperhatikan dalam
bangunan saluran peluncur. Apabila hal ini timbul, akan mengakibatkan
ketidakrataan aliran sehingga gaya hidrodinamis yang ditimbulkan
membahayakan stabilitas konstruksi. Selain itu akibat aliran yang tidak rata
tersebut, kecepatan aliran di kaki saluran peluncur tidak merata sehingga
mengurangi efektifitas peredaman.
Pada suatu saluran peluncur yang panjang terdapat bahaya ketidak stabilan
dalam aliran yang disebut sebagai aliran getar (slug/pulsating flow). Apabila
panjang saluran tersebut lebih dari 30 meter, maka harus dikontrol dengan cara
menghitung bilangan ”Vendernikov(V)” dan bilangan ”Montuori (M)”.
Laporan Akhir IV - 8
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Bilangan Vendernikov (V)
2bv ........................................................................(4.7)
V
3P gdcosθ
Bilangan Montuori (M)
2
2 V ...........................................................................(4.8)
M
gILcosθ
dalam hal ini :
b = lebar dasar saluran (m)
v = kecepatan aliran (m/dt)
g = percepatan gravitasi ( = 9,81 m/dt2)
P = keliling basah (m)
d = kedalaman hidraulik (m)
I = kemiringan rerata gradien energi (= tanӨ)
Ө = sudut gradien energi
L = panjang saluran (m)
Gambar 4.8. Kriteria Aliran Getar (USBR 1978)
Laporan Akhir IV - 9
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
d. Peredam Energi
Untuk meredam aliran setelah melewati saluran peluncur, perlu adanya
suatu peredaman agar aliran yang masuk ke saluran pengarah hilir kembali lagi ke
kondisi subkritis.
Pemilihan tipe peredam energi berdasarkan nilai Froude dan dipilih Stilling
Basin Type II (Design of Small Dams)
Gambar 4.9. Desain Peredam Energi USBR Tipe II
Laporan Akhir IV - 10
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Gambar 4.10. Grafik Penentuan Dimensi Panjang Peredam Energi USBR II
e. Tinjauan Kavitasi
Laporan Akhir IV - 11
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
menonjol adalah di daerah kecepatan setempat yang tinggi dengan tekanan
rendah dan profil muka air yang tipis, sering terjadi pada pelimpah dan saluran
peluncur dengan kondisi aliran superkritis .
Suatu bentuk persamaan untuk memperkirakan kavitasi berupa parameter
tak berdimensi, merupakan hubungan antara gaya pelindung terhadap kavitasi
(ambient pressure) dan penyebab kavitasi (dynamic pressure) disebut "indeks
kavitasi".
Indeks kavitasi dirumuskan berikut :
Po Pv
2
V0
.................................................................................(4.9)
2
dengan :
Po = ambient pressure (kPa) 1kPa = 1000 N/m2= Pa + Pg
Pa = tekanan atmosfir (=101 kPa)
Pg = . g . h = tekanan setempat (kPa)
h = tinggi muka air (m)
Pv = tekanan uap (kPa)
= massa jenis cairan (kg/m3)
Vo = kecepatan aliran (m/dt)
Angka batas kavitasi dapat dihitung dengan rumus berikut :
P Po
Cp
V
2 .......................................................... (4.10)
0
2
dalam hal ini 1 = ‐Cp , dengan : P = Pg = tekanan setempat (kPa)
Kriteria timbulnya kavitasi ditentukan dengan syarat :
1. >1 : tidak terjadi kavitasi
2. ≤ 1 : terjadi kavitasi
Laporan Akhir IV - 12
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
4.1.3. KONTROL ELEVASI MUKA AIR DI BAGIAN SUNGAI HILIR
Saluran pengarah hilir merupakan bagian yang sangat penting dalam
mengendalikan muka air sebelum masuk ke sungai. Fenomena pembendungan
alur sungai guna kepentingan pengisian tampungan waduk membawa
konsekuensi perubahan pola aliran yang diakibatkan oleh interaksi aliran pada
”sequent depth” dan TWL sungai bagian hilir. Untuk kepentingan analisa
pengujian model fisik diperlukan pendekatan liku debit (rating curve) TWL (Tail
Water Level) pada section 44 dengan menggunakan persamaan Manning
sebagaimana disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.1. Liku Debit (Rating Curve) Sungai
Sumber: Data perhitungan
Laporan Akhir IV - 13
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Lengkung Debit TWL
3,00
2,50
2,00
(m)
1,50
H
1,00
0,50
0,00
0 50 100 150 200
Q
m3/detik
Gambar 4.11. Rating Curve pada Sungai
4.2. HASIL PENGUJIAN
Untuk memperoleh unjuk hasil (performance) dari desain bangunan,
dilakukan uji pengembangan (development test). Dalam pengujian ini sekaligus
untuk mengetahui kebenaran model yang dibuat terhadap skala yang digunakan.
4.2.1 KEBENARAN MODEL
Mengacu pada penetapan skala dengan tingkat ketelitian sampai dengan
10%, terlihat bahwa hasil model secara keseluruhan telah memenuhi persyaratan.
Sehingga dengan skala 1 : 50 hasil model tidak menimbulkan efek skala, dengan
pengertian fenomena hidraulik hasil model akan menyerupai pada prototipe.
Tabel 4.2. Tingkat Ketelitian Model pada Hd di Atas Pelimpah
Kala Debit (Q) Tinggi Muka Air di Atas Pelimpah (Hd) KR
Ulang Prototipe Perhitungan Model (%)
3
(m /dt) (m) (m)
Laporan Akhir IV - 14
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Foto 3. Kalibrasi Q10th Foto 4. Kalibrasi Q25th
Foto 5. Kalibrasi Q50th Foto 6. Kalibrasi Q100th
Laporan Akhir IV - 15
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Foto 7. Kalibrasi Q1000th Foto 8. Kalibrasi QPMF
4.2.2 MODEL SERI 0 (ORIGINAL DESIGN)
A. Desain
Model fisik ini dibuat berdasarkan hasildesain konsultan (gambar 2.1 s/d
gambar 2.3), dengan skala tanpa distorsi (undistorted) 1:50.
B. Unjuk Hasil
Hasil pengujian dengan debit pengaliran Q2th s/d QPMF adalah:
1. Bendungan
Elevasi Muka Air : Model Pelimpah Overflow Bendungan Ladongi mampu
mengalirkan air pada semua debit rancangan yang
diujikan tanpa menimbulkan overtopping. Dari hasil
model test didapatkan bahwa elevasimuka air maksimum
Laporan Akhir IV - 16
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Laporan Akhir IV - 17
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
3. Saluran Transisi
Elevasi Muka Air : Kapasitas Saluran Transisi dengan panjang 73,06m dan
kemiringan 0,00(datar) mampu mengalirkan dengan
aman pada semua debit rancangan (Q2th s/d QPMF) yang
dioperasikan di model.
Kontrol Kavitasi : Pada Piezometer yang terpasang pada dasar saluran
transisi, tidak menunjukan adanya nilai negatif pada debit
pengaliran debit banjir rancangan.Dengan demikian tidak
ada bahaya kavitasi pada saluran transisi.
Perilaku Aliran : Saluran transisi tidak efektif dalam mengendalikan aliran
pada setiap debit rancangan (Q2th s/d QPMF) dengan
ditunjukkan aliran silang untuk setiap debit rancangan
yang dioperasikan di model, hal ini dikarenakan sudut
perubahan penampang di saluran transisi 7,83o (karena
perubahan lebar menuju saluran peluncur bukan Bkritis).
4. Saluran Peluncur
Elevasi Muka Air : Saluran peluncur mampu menampung air pada setiap
Debit rancangan yang diujikan, namun terjadi aliran silang
(cross flow). Pada awal lengkung saluran peluncur (El +
114,00) terjadi aliran kritis (Fr= 1) dikarenakan pengaruh
dari perubahan saluran transisi dengan aliran subkritis
menuju saluran peluncur yang curam (slope 1 : 3,4)
dengan aliran super kritis.
Kontrol Kavitasi : Pada Piezometer yang terpasang pada dasar saluran
peluncur, untuk debit rancangan Q1000th terdapat nilai
negatif terbesar ‐6,00 m di section 24 (El. +58,10 m).
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa saluran peluncur
Laporan Akhir IV - 18
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Laporan Akhir IV - 19
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.4. Dokumentasi Original Design Bendungan Ladongi
Tampungan Bendungan Ladongi Saluran Transisi Bendungan Ladongi
Tampak Samping Tampak Atas
Saluran Peluncur Bendungan Ladongi Peredam Energi Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Atas
Saluran Hantar Hilir Bendungan Ladongi Saluran Alami
Tampak Atas Tampak Atas
Laporan Akhir IV - 20
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Skala 1:50 Saat Kondisi Kosong
Pelimpah Bendungan Ladongi Saluran Transisi Bendungan Ladongi
Tampak Depan Tampak Atas
Tabel 4.5. Dokumentasi Original Design Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat Q2th = 44,75 m3/det
Laporan Akhir IV - 21
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Saluran Transisi Bendungan Ladongi Saluran Peluncur Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Atas
Saluran Peluncur Bendungan Ladongi Peredam Energi Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Samping
Saluran Hantar Hilir Bendungan Ladongi Saluran Alami
Tampak Atas Tampak Atas
Tabel 4.6. Dokumentasi Original Design Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat Q5th = 82,94 m3/det
Laporan Akhir IV - 22
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tampungan Bendungan Ladongi Pelimpah Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Atas
Peredam Energi Bendungan Ladongi Saluran Hantar Hilir Bendungan Ladongi
Tampak Samping Tampak Depan
Laporan Akhir IV - 23
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.7. Dokumentasi Original Design Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat Q10th = 108,10 m3/det
Saluran Transisi Bendungan Ladongi Saluran Peluncur Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Atas
Peredam Energi Bendungan Ladongi Saluran Hantar Hilir Bendungan Ladongi
Tampak Samping Tampak Depan
Tabel 4.8. Dokumentasi Original Design Bendungan Ladongi
Laporan Akhir IV - 24
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Skala 1:50 Saat Q25th = 148,84 m3/det
Saluran Transisi Bendungan Ladongi Saluran Peluncur Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Atas
Peredam Energi Bendungan Ladongi Saluran Hantar Hilir Bendungan Ladongi
Tampak Samping Tampak Depan
Laporan Akhir IV - 25
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.9. Dokumentasi Original Design Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat Q50th = 176,14 m3/det
Saluran Transisi Bendungan Ladongi Saluran Peluncur Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Atas
Peredam Energi Bendungan Ladongi Saluran Hantar Hilir Bendungan Ladongi
Tampak Samping Tampak Atas
Laporan Akhir IV - 26
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.10. Dokumentasi Original Design Bendungan Ladongi
Saluran Pengarah Bendungan Ladongi Saluran Transisi Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Atas
Skala 1:50 Saat Q100th = 183,69 m3/det
Laporan Akhir IV - 27
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Saluran Transisi Bendungan Ladongi Saluran Peluncur Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Atas
Saluran Peluncur Bendungan Ladongi Peredam Energi Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Samping
Tabel 4.11. Dokumentasi Original Design Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat Q1000th = 307,49 m3/det
Laporan Akhir IV - 28
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tampungan Bendungan Ladongi Saluran Transisi Bendungan Ladongi
Tampak Atas
Peredam Energi Bendungan Ladongi Saluran Hantar Hilir Bendungan Ladongi
Tampak Samping Tampak Depan
Laporan Akhir IV - 29
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.12. Dokumentasi Original Design Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat QPMF = 768,23 m3/det
Saluran Peluncur Bendungan Ladongi Peredam Energi Bendungan Ladongi
Tampak Depan Tampak Samping
Peredam Energi Bendungan Ladongi Peredam Energi Bendungan Ladongi
Tampak Samping Tampak Atas
4.2.3 MODEL SERI IA
Laporan Akhir IV - 30
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
1. Menambahkan ambang/sill pada akhir saluran transisi setinggi 1.00 m (dari
elevasi +114,00 menjadi +115.00).
Gambar 4.12. Potongan memanjang sill
2. Menambahkan aerator‐1 pada section 18 elevasi +81,14
Gambar 4.13. Potongan memanjang aerator‐1
Laporan Akhir IV - 31
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Penambahan sill pada saluran Pemasangan Aerator I
transisi
A A
Gambar 4.14. Uji Seri IA
Hasil pengujian model seri 1A, dengan debit pengaliran Q2th s/d Q1000th
adalah:
1) Hilangnya aliran silang (cross flow) pada saluran peluncur yang diakibatkan
sudut perubahan penampang di saluran transisi sebesar 7.83o(karena
perubahan lebar menuju saluran peluncur bukan Bkritis).
2) Tekanan negatif yang terjadi pada section 24 pada saat pengaliran debit
Q1000thdari ‐6 m turun menjadi ‐4,50 m. Hal ini masih menjadi masalah
terhadap keamanan konstruksi mengingat angka toleransi tekanan
subatmosfir maksimum untuk konstruksi beton ‐3,00 m s/d ‐4,00 m.
3) Terjadi aliran balik yang memukul konstruksi di akhir saluran peluncur pada
saat pengaliran debit Q2th.
4) Timbulnya pusaran air pada awal saluran hantar hulu yang diakibatkan jari‐
jari pilar dinding pengarah kanan sebesar 4.00 m (diameter = 8.00 m).
Laporan Akhir IV - 32
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.13. Dokumentasi Seri IA Bendungan Ladongi
Saluran Transisi Bendungan Ladongi Saluran Peluncur
Tampak Atas Tampak Atas
Skala 1:50 Saat Kondisi Kosong
Laporan Akhir IV - 33
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tampungan Bendungan Ladongi Saluran Transisi Bendungan Ladongi
Aerator Sec 18 Bendungan Ladongi Saluran Alami
Tampak Atas Tampak Depan
Tabel 4.14. Dokumentasi Seri IA Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat Q2th = 44,75 m3/det
Laporan Akhir IV - 34
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Saluran Peluncur Bendungan Ladongi Peredam Energi Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Samping
Peredam Energi Bendungan Ladongi Saluran Alami
Tampak Atas Tampak Depan
Tabel 4.15. Dokumentasi Seri IA Bendungan Ladongi
Laporan Akhir IV - 35
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Saluran Peluncur Bendungan Ladongi Aerator Sec 18 Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Atas
Peredam Energi Bendungan Ladongi Saluran Alami
Tampak Samping Tampak Depan
Skala 1:50 Saat Q5th = 82,94 m3/det
Tabel 4.16. Dokumentasi Seri IA Bendungan Ladongi
Laporan Akhir IV - 36
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Skala 1:50 Saat Q10th = 108,10 m3/det
Laporan Akhir IV - 37
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.17. Dokumentasi Seri IA Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat Q25th = 148,84 m3/det
Laporan Akhir IV - 38
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.18. Dokumentasi Seri IA Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat Q50th = 176,14 m3/det
Laporan Akhir IV - 39
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.19. Dokumentasi Seri IA Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat Q100th = 183,69 m3/det
Laporan Akhir IV - 40
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.20. Dokumentasi Seri IA Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat Q1000th = 307,49 m3/det
Laporan Akhir IV - 41
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
4.2.4 MODEL SERI IB
Alternatif penyempurnaan kondisi aliran pada uji model Fisik Pelimpah
Bendungan Ladongi Kabupaten Kolaka Timur berikutnya adalah memperbaiki
kondisi aliran di saluran hantar hulu dan kondisi aliran pada section 24 dimana
terjadi tekanan negatif yang cukup tinggi. Perubahan yang dilakukan adalah :
1. Menambahkan diameter dinding saluran hantar hulu dari 8 m menjadi 15
m.
Approach Channel
Diameter 15.00 m
Gambar 4.15. Denah dinding approach
2. Menambahkan ambang/sill pada akhir saluran transisi setinggi 1.25 m (dari
elevasi +114,00 menjadi +115.25).
Laporan Akhir IV - 42
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Gambar 4.16. Potongan memanjang sill pada saluran transisi
3. Menambahkan aerator‐2 pada section antara 21 s/d 22 elevasi +64,86
Gambar 4.17. Potongan memanjang aerator ‐2
Penambahan diameter pilar Peninggian sill saluran transisi (el.
dinding approach +115,25)
Laporan Akhir IV - 43
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Penambahan aerator 2
Gambar 4.18. Uji Seri IB
Hasil pengujian model seri 1B, dengan debit pengaliran Q2th s/d Q1000th
adalah:
1) Hilangnya aliran silang (cross flow) pada saluran peluncur yang diakibatkan
sudut perubahan penampang di saluran transisi sebesar 7.83o(karena
perubahan lebar menuju saluran peluncur bukan Bkritis).
2) Tekanan negatif yang terjadi pada section 24 pada saat pengaliran debit
Q1000thyang semula ‐4,5 m menjadi positif 0,85 m. Hal ini menunjukkan
bahawa fungsi dari kedua aerator sangat efektif.
3) Aliran balik yang memukul konstruksi di akhir saluran peluncur pada saat
pengaliran debit Q2th mulai tereduksi dan aliran sudah memenuhi kriteria
hidrolika.
4) Pusaran air (eddy current) pada awal dinding saluran hantar hulu kanan
yang diakibatkan diameter pilar dinding pengarah sebesar 8 m telah
Laporan Akhir IV - 44
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.21. Dokumentasi Seri IB Bendungan Ladongi
1:50 Saat Kondisi Kosong
Laporan Akhir IV - 45
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.22. Dokumentasi Seri IB Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat Q2th = 44,75 m3/det
Tabel 4.23. Dokumentasi Seri IB Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat Q5th = 82,94 m3/det
Laporan Akhir IV - 46
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.24. Dokumentasi Seri IB Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat Q10th = 108,10 m3/det
Laporan Akhir IV - 47
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.25. Dokumentasi Seri IB Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat Q25th = 148,84 m3/det
Tabel 4.26. Dokumentasi Seri IB Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat Q50th = 176,14 m3/det
Laporan Akhir IV - 48
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.27. Dokumentasi Seri IB Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat Q100th = 183,69 m3/det
Laporan Akhir IV - 49
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.28. Dokumentasi Seri IB Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat Q1000th = 307,49 m3/det
Laporan Akhir IV - 50
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
4.2.5 Final Design
Berdasarkan hasil pengujian tiap seri (Seri IA dan Seri IB) maka hasil
pengujian seri IB, menunjukkan hasil yang terbaik. Oleh karena itu, kombinasi
kedua seri tersebut dianggap sebagaiFinal Design. Berikut merupakan rekapitulasi
desain akhir dan dokumentasi hasil pengujian Final Design.
Gambar 4.19. Potongan memanjang sill pada saluran transisi
2. Menambahkan diameter dinding saluran hantar hulu dari 8 m menjadi 15 m.
Approach Channel
Diameter 15.00 m
Gambar 4.20. Denah dinding approach channel
Laporan Akhir IV - 51
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
3. Menambahkan aerator‐1 pada section 18 elevasi +81,14
Laporan Akhir IV - 52
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Laporan Akhir IV - 53
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Gambar 4.21. Gambar teknis detail Aerator 1
4. Menambahkan aerator‐2 pada section antara 21 s/d 22 elevasi +64,86
Laporan Akhir IV - 54
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Laporan Akhir IV - 55
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Gambar 4.22. Gambar teknis detail Aerator 2
Hasil pengujian model seri II, dengan debit pengaliran Q2th s/d Q1000th
adalah:
1) Hilangnya aliran silang (cross flow) pada saluran peluncur yang diakibatkan
sudut perubahan penampang (penyempitan dari 31.00 m menjadi 20.00 m)
di saluran transisi sebesar 7.83o.
2) Tekanan negatif yang terjadi pada section 24 pada saat pengaliran debit
Q1000thyang semula ‐4,5 m menjadi positif 0,85 m. Hal ini menunjukkan
bahwa fungsi dari kedua aerator sangat efektif.
3) Aliran balik yang memukul konstruksi (water hamer) di akhir saluran
peluncur pada saat pengaliran debit Q2th tidak terjadi dan aliran sudah
memenuhi kriteria hidrolika.
4) Pusaran air (eddy current) pada awal dinding saluran hantar hulu kanan
yang diakibatkan diameter pilar dinding pengarah sebesar 8 m telah
menghilang pada setiap debit pengaliran setelah merubah dimensi
diameter pilar dari 8 m menjadi 15 m.
Laporan Akhir IV - 56
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
5) Untuk mengatasi gerusan lokal /local scouring pada sungai di hilir saluran
hantar bagian hilir menggunakan alternatip bangunan girdle/groundsill
pendek 3 seri dengan jarak 90.00 m. Detail rencana groundsill dan
penempatannya ditunjukkan pada kajian tentang sub bab 4.2.6. Pengujian
Gerusan Lokal.
Tabel 4.29. Dokumentasi Final Design Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat Kondisi Kosong
Laporan Akhir IV - 57
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.30. Dokumentasi Final Design Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat Q2th = 44,75 m3/det
Saluran Penghantar Hulu
Tampak Atas
Laporan Akhir IV - 58
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.31. Dokumentasi Final Design Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat Q5th = 82,94 m3/det
Saluran Penghantar Hulu
Tampak Atas
Laporan Akhir IV - 59
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.32. Dokumentasi Final Design Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat Q10th = 108,10 m3/det
Saluran Penghantar Hulu
Tampak Atas
Laporan Akhir IV - 60
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.33. Dokumentasi Final Design Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat Q25th = 148,84 m3/det
Saluran Penghantar Hulu
Tampak Atas
Laporan Akhir IV - 61
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.34. Dokumentasi Final Design Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat Q50th = 176,14 m3/det
Saluran Penghantar Hulu
Laporan Akhir IV - 62
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.35. Dokumentasi Final Design Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat Q100th = 183,69 m3/det
Saluran Penghantar Hulu
Laporan Akhir IV - 63
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.36. Dokumentasi Final Design Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat Q1000th = 307,49 m3/det
Laporan Akhir IV - 64
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.37. Dokumentasi Final Design Bendungan Ladongi
Skala 1:50 Saat QPMF = 768,23 m3/det
Saluran Penghantar Hulu
Laporan Akhir IV - 65
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
4.2.6 Pengujian Gerusan Lokal (Local Scouring) di bagian hilir
Analisa ini diperlukan untuk mengetahui gerusan setempat (local scouring)
yang terjadi di bagian hilir saluran hantar hilir. Hal ini diperlukan untuk dasar
merencanakan bangunan penstabil dasar sungai dengan alternatip bangunan
girdle/groundsill pendek secara seri mengingat alur sungai bagian hilir
Laporan Akhir IV - 66
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
dengan :
d = kedalaman gerusan (local scouring) yang terjadi di hilir bangunan (m)
H = jarak vertikal antara muka air hulu dengan permukaan air di hilir
bangunan (m)
K = 4,70
Q = debit persatuan lebar m
3
dtk . perm'
D90 = ukuran material lolos saringan 90% (mm)
dm = kedalaman aliran di hilir bangunan (m)
Rumus Zimmerman and Maniak :
0.93
q 0.82 d
d s K . 0.23 . 2m dm
D0.85 q 3
Dengan :
ds = kedalaman gerusan (m)
K = 2,89
q = debit persatuan lebar (m3/det/m)
D85 = ukuran material lolos saringan 85% (mm)
dm = rata‐rata kedalaman air di hilir (m)
Rumus Veronese :
d s ( KxHe 0, 255 xq 0,54 ) dm
dengan :
ds = kedalaman gerusan (local scouring) yang terjadi di hilir bangunan (m)
Laporan Akhir IV - 67
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
K = 1,90
Pola Aliran Sungai Setelah waterway menuju sungai
He = jarak vertikal antara garis energi dengan permukaan air di hilir
bangunan (m)
= debit persatuan lebar m
3
q
dtk . perm'
Tabel 4.38. Perhitungan local scouring model test Pelimpah Bendungan Ladongi
di hilir saluran hantar (sungai bagian hilir)
Return Discharge
Total Head
Downstream
Model Result
Period of per unit mean water D85 D90
H Veronese Zimmerman & (m)
width depth Schoklitsch
Discharge Method Maniak Method
Method (m)
q (m) (m)
m m mm mm
(m^3/det/m)
Laporan Akhir IV - 68
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Pola Aliran Sungai Setelah waterway menuju sungai
Pola Aliran di sungai
Tabel 4.40. Dokumentasi pola aliran dasar tetap (fixed bed)
Skala 1:50 Saat Q5th = 82,94 m3/det
Laporan Akhir IV - 69
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Pola Aliran Sungai Setelah waterway menuju sungai
Pola Aliran di sungai
Tabel 4.41. Dokumentasi pola aliran dasar tetap (fixed bed)
Skala 1:50 Saat Q10th = 108,10 m3/det
Laporan Akhir IV - 70
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Pola Aliran Sungai Setelah waterway menuju sungai
Pola Aliran di sungai
Tabel 4.42. Dokumentasi pola aliran dasar tetap (fixed bed)
Skala 1:50 Saat Q25th = 148,84 m3/det
Laporan Akhir IV - 71
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Pola Aliran Sungai Setelah waterway menuju sungai
Pola Aliran di sungai
Tabel 4.43. Dokumentasi pola aliran dasar tetap (fixed bed)
Skala 1:50 Saat Q50th = 176,14 m3/det
Laporan Akhir IV - 72
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Pola Aliran Sungai Setelah waterway menuju sungai
Pola Aliran di sungai
Tabel 4.44. Dokumentasi pola aliran dasar tetap (fixed bed)
Skala 1:50 Saat Q100th = 183,69 m3/det
Laporan Akhir IV - 73
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Pola Aliran Sungai Setelah waterway menuju sungai
Pola Aliran di sungai
Tabel 4.45. Dokumentasi pola aliran dasar tetap (fixed bed)
Skala 1:50 Saat Q1000th = 307,49 m3/det
Laporan Akhir IV - 74
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Pola Aliran Sungai Setelah waterway menuju sungai
Pola Aliran di sungai
Tabel 4.46. Dokumentasi pola aliran dasar tetap (fixed bed)
Laporan Akhir IV - 75
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Pola Aliran Sungai Setelah waterway menuju sungai
Pola Aliran di sungai
Skala 1:50 Saat QPMF = 768,23 m3/det
Tabel 4.47. Dokumentasi pola aliran dasar bergerak (movable bed)
Laporan Akhir IV - 76
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Pola Aliran di sungai
Skala 1:50 Saat Q2th = 44,75 m3/det
Tabel 4.48. Dokumentasi pola aliran dasar bergerak (movable bed)
Skala 1:50 Saat Q5th = 82,94 m3/det
Laporan Akhir IV - 77
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Pola Aliran Sungai Setelah waterway menuju sungai
Pola Aliran di sungai
Tabel 4.49. Dokumentasi pola aliran dasar bergerak (movable bed)
Laporan Akhir IV - 78
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Skala 1:50 Saat Q10th = 108,10 m3/det
Pola Aliran Sungai Setelah waterway menuju sungai
Pola Aliran di sungai
Laporan Akhir IV - 79
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.50. Dokumentasi pola aliran dasar bergerak (movable bed)
Skala 1:50 Saat Q25th = 148,84 m3/det
Pola Aliran Sungai Setelah waterway menuju sungai
Laporan Akhir IV - 80
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Pola Aliran Sungai Setelah waterway menuju sungai
Pola Aliran di sungai
Tabel 4.51. Dokumentasi pola aliran dasar bergerak (movable bed)
Skala 1:50 Saat Q50th = 176,14 m3/det
Laporan Akhir IV - 81
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Pola Aliran Sungai Setelah waterway menuju sungai
Pola Aliran di sungai
Tabel 4.52. Dokumentasi pola aliran dasar bergerak (movable bed)
Skala 1:50 Saat Q100th = 183,69 m3/det
Laporan Akhir IV - 82
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Pola Aliran Sungai Setelah waterway menuju sungai
Pola Aliran di sungai
Tabel 4.53. Dokumentasi pola aliran dasar bergerak (movable bed)
Skala 1:50 Saat Q1000th = 307,49 m3/det
Laporan Akhir IV - 83
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Dasar Sungai Bendungan Ladongi Dasar Sungai Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Atas
Pola Aliran di sungai
Tabel 4.54. Dokumentasi gerusan local (local scouring) tanpa bangunan
Skala 1:50 Saat kondisi kosong
Laporan Akhir IV - 84
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Aliran Sungai Bendungan Ladongi Pola Gerusan Sungai Bendungan Ladongi
Dasar Sungai Bendungan Ladongi Dasar Sungai Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Atas
Tabel 4.55. Dokumentasi gerusan local (local scouring) tanpa bangunan
Skala 1:50 Saat Q2th = 44,75 m3/det selama 1 jam
Laporan Akhir IV - 85
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Pola Gerusan Sungai Bendungan Ladongi Pola Gerusan Sungai Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Atas
Tabel 4.56. Dokumentasi gerusan local (local scouring) tanpa bangunan
Skala 1:50 Saat Q5th = 82,94 m3/det selama 1 jam
Laporan Akhir IV - 86
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Aliran Sungai Bendungan Ladongi Pola Gerusan Sungai Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Atas
Pola Gerusan Sungai Bendungan Ladongi Pola Gerusan Sungai Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Atas
Tabel 4.57. Dokumentasi gerusan local (local scouring) tanpa bangunan
Laporan Akhir IV - 87
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Skala 1:50 Saat Q10th = 108,10 m3/det selama 1 jam
Aliran Sungai Bendungan Ladongi Pola Gerusan Sungai Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Atas
Pola Gerusan Sungai Bendungan Ladongi Pola Gerusan Sungai Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Atas
Laporan Akhir IV - 88
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Tabel 4.58. Dokumentasi gerusan local (local scouring) tanpa bangunan
Skala 1:50 Saat Q25th = 148,84 m3/det selama 1 jam
Aliran Sungai Bendungan Ladongi Pola Gerusan Sungai Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Atas
Pola Gerusan Sungai Bendungan Ladongi Pola Gerusan Sungai Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Atas
Laporan Akhir IV - 89
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Aliran Sungai Bendungan Ladongi Pola Gerusan Sungai Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Atas
Tabel 4.59. Dokumentasi gerusan local (local scouring) tanpa bangunan
Skala 1:50 Saat Q50th = 176,14 m3/det selama 1 jam
Laporan Akhir IV - 90
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Aliran Sungai Bendungan Ladongi Pola Gerusan Sungai Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Atas
Pola Gerusan Sungai Bendungan Ladongi Pola Gerusan Sungai Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Atas
Tabel 4.60. Dokumentasi gerusan local (local scouring) tanpa bangunan
Skala 1:50 Saat Q100th = 183,69 m3/det selama 1 jam
Laporan Akhir IV - 91
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Aliran Sungai Bendungan Ladongi Pola Gerusan Sungai Bendungan Ladongi
Pola Gerusan Sungai Bendungan Ladongi Pola Gerusan Sungai Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Atas
Tabel 4.61. Dokumentasi gerusan local (local scouring) tanpa bangunan
Skala 1:50 Saat Q1000th = 307,49 m3/det selama 1 jam
Laporan Akhir IV - 92
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Alur Sungai Bendungan Ladongi Groundsill section 38
Pola Gerusan Sungai Bendungan Ladongi Pola Gerusan Sungai Bendungan Ladongi
Tampak Atas Tampak Atas
Tabel 4.62. Dokumentasi gerusan local (local scouring) dengan bangunan
Skala 1:50 Saat kondisi kosong
Laporan Akhir IV - 93
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Alur Sungai Bendungan Ladongi Pola Gerusan Antara Groundsill Section
Tampak Atas 38 ‐ 41 Tampak Atas
Groundsill section 41 Groundsill section 45
Tampak Atas Tampak Atas
Tabel 4.63. Dokumentasi gerusan local (local scouring) dengan bangunan
Skala 1:50 Saat Q2th = 44,75 m3/det selama 1 jam
Laporan Akhir IV - 94
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Alur Sungai Bendungan Ladongi Pola Gerusan Antara Groundsill Section
Pola Gerusan Antara groundsill di sec 41‐45 Pola Gerusan setelah Groundsill sec. 45
Tampak Atas Tampak Atas
Tabel 4.64. Dokumentasi gerusan local (local scouring) dengan bangunan
Skala 1:50 Saat Q5th = 82,94 m3/det selama 1 jam
Laporan Akhir IV - 95
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Alur Sungai Bendungan Ladongi Pola Gerusan Antara Groundsill Section
Tampak Atas 38 ‐ 41 Tampak Atas
Pola Gerusan Antara groundsill di sec 41‐45 Pola Gerusan setelah Groundsill sec. 45
Tampak Atas Tampak Atas
Tabel 4.65. Dokumentasi gerusan local (local scouring) dengan bangunan
Laporan Akhir IV - 96
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Alur Sungai Bendungan Ladongi Pola Gerusan Antara Groundsill Section
Tampak Atas 38 ‐ 41 Tampak Atas
Pola Gerusan Antara groundsill di sec 41‐45 Pola Gerusan setelah Groundsill sec. 45
Tampak Atas Tampak Atas
Skala 1:50 Saat Q10th = 108,10 m3/det selama 1 jam
Tabel 4.66. Dokumentasi gerusan local (local scouring) dengan bangunan
Skala 1:50 Saat Q25th = 148,84 m3/det selama 1 jam
Laporan Akhir IV - 97
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Alur Sungai Bendungan Ladongi Pola Gerusan Antara Groundsill Section 38
Tampak Atas ‐ 41 Tampak Atas
Pola Gerusan Antara groundsill di sec 41‐45 Pola Gerusan setelah Groundsill sec. 45
Tampak Atas Tampak Atas
Tabel 4.67. Dokumentasi gerusan local (local scouring) dengan bangunan
Skala 1:50 Saat Q50th = 176,14 m3/det selama 1 jam
Laporan Akhir IV - 98
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Alur Sungai Bendungan Ladongi Pola Gerusan Antara Groundsill Section
Pola Gerusan Antara groundsill di sec 41‐45 Pola Gerusan setelah Groundsill sec. 45
Tampak Atas Tampak Atas
Tabel 4.68. Dokumentasi gerusan local (local scouring) dengan bangunan
Skala 1:50 Saat Q100th = 183,69 m3/det selama 1 jam
Laporan Akhir IV - 99
MODEL TEST BENDUNGANLADONGI
KAB.KOLAKA TIMUR, PROV. SULAWESI TENGGARA
LAPORAN AKHIR
Alur Sungai Bendungan Ladongi Pola Gerusan Antara Groundsill Section
Tampak Atas 38 ‐ 41 Tampak Atas
Pola Gerusan Antara groundsill di sec 41‐45 Pola Gerusan setelah Groundsill sec. 45
Tampak Atas Tampak Atas
Tabel 4.69. Dokumentasi gerusan local (local scouring) dengan bangunan
Skala 1:50 Saat Q1000th = 307,49 m3/det selama 1 jam
Pola Gerusan Antara groundsill di sec 41‐45 Pola Gerusan setelah Groundsill sec. 45
Tampak Atas Tampak Atas
Gambar 4.23. Lokasi Penempatan 3 Groundsill Secara seri
1,25 m
Gambar 4.24. Tipikal Groundsill
Gambar 4.25. Konsolidasi dengan Bronjong di Belokan Luar (43,00 m)
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Pelaksanaan uji model fisik Pelimpah Bendungan Ladongi telah melalui
berbagai tahapan pengujian, yaitu pengujian pendahuluan (running test) untuk
kalibrasi model dan pengujian lanjutan mulai model sei 0 (original design) sampai
model seri II. Unjuk hasil pengujian adalah sebagai berikut:
Model seri 0 (original design)
1. Pelimpah
Model Pelimpah Overflow Bendungan Ladongi mampu mengalirkan air
pada semua debit rancangan yang diujikan tanpa menimbulkan overtopping. Dari
hasil model test didapatkan bahwa elevasi muka air maksimum saat kondisi QPMF
= 768,23 m3/det adalah +124,67 sehingga muka air waduk masih berada 1,13m di
bawah elevasi puncak bendungan (batas toleransi freeboard tidak boleh kurang
dari 0,75m). ‐ Fenomena aliran yang terjadi pada approach channel adalah
pusaran air (eddy current) di awal saluran pengarah hulu dinding sebelah kanan
yang terlihat pada beberapa debit pengaliran diakibatkan oleh jari‐jari lengkung
pilar dinding pengarah kanan yang relatip kecil (R = 4.00 m)
Pada Piezometer yang terpasang pada pelimpah, menunjukan adanya nilai
negatif (‐ 0.03 s/d ‐0.17 m) pada pengaliran debit banjir rancangan Q2th – Q1000th
terutama pada section 4 elevasi +117,98, namun tidak melebihi angka toleransi
tekanan subatmosfir maksimum untuk konstruksi beton ‐3,00 m s/d ‐4,00 m.
Dengan demikian bahaya kavitasi pada tubuh pelimpah cukup aman.
2. Saluran Transisi
Secara keseluruhan tinggi dinding peredam energi USBR Tipe II masih
mampu menampung setiap debit rancangan yang lewat. Pada debit pengaliran
Q1000th aliran di ruang olak cukup terkontrol dan jagaan / freeboard masih cukup
aman dengan tinggi jagaan sebesar 5,70 m, dan untuk debit QPMF aliran air
meloncat tidak terkendali.
5. Saluran Pengarah Hilir dan Sungai Bagian Hilir
Penampang saluran pengarah hilir sepanjang 143,69 m (B = 20,00 m)
berbentuk trapesium, cukup efektif dalam mengalirkan debit yang dioperasikan
dengan kemiringan dasar saluran 0,00 (datar). Kondisi aliran pada bagian ini
adalah subkritis.
Pola alur sungai di bagian hilir saluran pengarah berupa kelokan tajam /
meander, kondisi ini menyebabkan penggerusan dasar sungai pada pengujian
dasar bergerak (movable bed).
Model Seri II (final design)
Model ini merupakan model seri II, sebagai penyempurnaan dan
penggabungan model seri IA dan Model seri IB. Perbaikan / perubahan yang
dilakukan adalah :
1. Menambahkan ambang/sill pada akhir saluran transisi setinggi 1.50 m (dari
elevasi +114,00 menjadi +115.50).
2. Memperbesar diameter pilar dinding saluran hantar hulu sebelah kanan dari
8 m menjadi 15 m.
3. Menambahkan aerator‐1 pada section 18 elevasi +81,14.
4. Menambahkan aerator‐2 pada section antara 21 s/d 22 elevasi +64,86.
Hasil pengujian model seri II / Final, dengan debit pengaliran Q2th s/d Q1000th
adalah:
1) Hilangnya aliran silang (cross flow) pada saluran peluncur yang diakibatkan
sudut perubahan penampang (penyempitan dari 31.00 m menjadi 20.00 m)
di saluran transisi sebesar 7.83o.
2) Tekanan negatif yang terjadi pada section 24 pada saat pengaliran debit
Q1000thyang semula ‐4,5 m menjadi positif 0,85 m. Hal ini menunjukkan
bahwa fungsi dari kedua aerator sangat efektif.
3) Aliran balik yang memukul konstruksi (water hamer) di akhir saluran
peluncur pada saat pengaliran debit Q2th tidak terjadi dan aliran sudah
memenuhi kriteria hidrolika.
4) Pusaran air (eddy current) pada awal dinding saluran hantar hulu kanan
yang diakibatkan diameter pilar dinding pengarah sebesar 8 m telah
menghilang pada setiap debit pengaliran setelah merubah dimensi
diameter pilar dari 8 m menjadi 15 m.
5) Untuk mengatasi gerusan lokal /local scouring pada sungai di hilir saluran
hantar bagian hilir menggunakan alternatip bangunan girdle /groundsill
pendek 3 seri dengan jarak 90.00 m dikombinasikan perlindungan riprap
dan bronjong konsolidasi di tikungan/belokan luar. Detail rencana groundsill
dan penempatannya ditunjukkan pada kajian tentang sub bab 4.2.6.
Pengujian Gerusan Lokal.
5.2. Saran
1) Untuk keamanan konstruksi jangka panjang sangat dianjurkan pemasangan
dua aerator tipe deflector pada saluran peluncur.
2) Mutu beton minimum K225 atau fc’ = 225 Mpa untuk bangunan pelimpah,
saluran transisi, saluran peluncur, dan peredam energi. Untuk keamanan
jangka panjang, khusus untuk lapisan permukaan beton lengkung pelimpah
disarankan menggunakan mutu K350 atau fc’ = 35 Mpa.
3) Untuk mengurangi biaya konstruksi, elevasi puncak dinding penahan di
saluran transisi menuju saluran peluncur dapat di turunkan dari elevasi
+125,80 menjadi elevasi +122,50 (tinggi jagaan 0,75 m untuk debit banjir
Qpmf).
4) Demikian juga untuk elevasi puncak dinding penahan/ retaining wall pada
peredam energi dapat di turunkan dari elevasi +70,00 menjadi elevasi
+67,50 (tinggi jagaan 3,20 m untuk Q1000th).
5) Untuk keamanan alur sungai di hilir saluran hantar, perlindungan dengan
groundsill secara seri akan sangat efektip untuk meredam penjalaran
gerusan lokal. Oleh karenanya rekomendasi bangunan pengaman hasil
model sangat diharapkan untuk dilaksanakan.