Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Praktek kerja lapangan (PKL) merupakan sarana untuk memperluas
wawasan mahasiswa sesuai disiplin ilmu yang dimilikinya. Selain itu juga
merupakan sarana untuk mengakaji dan membandingkan antara ilmu yang telah
didapat dibangku kuliah diaplikasikan diindustri yang ditekankan pada analisa
terhadap disektor-sektor produksi (organisasi perusahaan, penanganan, bahan
baku, proses pengolahan dan produksi, pengendalian mutu, kesehatan dan
sanitasi, dan aspek pemasaran). PKL ini dilaksanakan di PT. Pertamina RU III
Plaju. Dengan mengingat bahwa perusahaan tersebut merupakan suatu perusahaan
industri yang memiliki latar belakang ilmu yang kompleks sehingga dipandang
baik untuk dipelajari.
Dunia industri dan civitas akademika sebagai pihak yang paling
berkepentingan dalam perkembangan dan apikasi teknologi harus sejalan dan
saling mendukung untuk mencapai tujuan tersebut. Mahasiswa sebagai subjek
dalam proses ini merupakan elemen berkemampuan tinggi dan mempunyai
semangat intelekual, diharapkan mampu memberikan sumbangan yanng besar
bagi perkembangan teknologi informasi dan ilmu sains dibidang industri. Untuk
mewujudkan hal tersebut penerapan dibidang industri sangat diperlukan untuk
melatih kemampuan analisa dan praktik mahasiswa.
Perkembangan industri di indoneia semakin berkembang seiring dengan
kebutuhan manusia. Hal ini di dorong pula dengan perkembangan ilmu
pendidikan dan tehnologi (IPTEK). Salah satu kebutuhan yang meningkat adalh
kebutuhan air bersih. Hal inilah yang mendorong dalam pengolahan air proses di
PT. Pertamina RU III Plaju.
Untuk proses pengolahannya maka air sangat dibutuhkan. Sumber air yang
dibutuhkan pada proses ini berasal dari Sungai Musi. Oleh karena itu, sangat perlu
dilakukan pengolahan air terhadap pengolahan air tersebut agar dapat memenuhi
syarat sebelm digunakan sebagai air umpan boiler. Boiler atau air ketel uap
merupakan suatu alat yang dirancang khusus untuk mengubah air uap menjadi air
panas (steam) yang berfungsi untuk menggerakkan turbin. Selanjutnya, energi
mekanik yang dihasilkan oleh turbin tersebut dan diubah menjadi energi listrik.
Air yang digunakan sebagai air umpan boiler (boiler feed water) yaitu air
yang kualitasnya baik atau air yang bebas mineral (deminarilized water) dengann
tujuan mencegah terjadinya perkaratan atau pengerakan pada pipa-piap boiler dan
alat-alat perlengkapan lainnya. Selain itu, untuk mengontrol kualitas air dari air
umpan. Analisa terhadap air dilakukan setiap waktu dengan menambahkan bahan
kimia fosfat, fe, dan ca hardness. Secara umum, air yang akan digunakan sebagai
air umpan boiler adalah air yang tidak mengandung unsur yang dapat
menyebabkan terjadinya endapan yang dapat membentuk kerak pada boiler, air
yang tidak mengandung unsur yang dapat menyebabkan korosi terhadap boiler
dan sistem penunjangnya dan juga tidak mengandung unsur yang dapat
menyebabkan terjadinya pembusaan terhadap air boiler.
Penambahan fosfat diperlukan untuk menjaga PH, konduktivitas, dan
sebagai anti karat dengan cara mengikat silika dan pengotor-pengotor lainnya
didalam boiler sehingga uap yang dihasilkan bebas dari pengotor-pengotor dan
kontaminan lainnya. Pada umumnya air untuk proses dari kegiatan industri
diperuntunkan sebagai pelarut, pencampur, pengencer, media pembawa pencuci
dan lainnya. Parameter penting untuk industri disamping parameter-parameter lain
seperti alkalinitas, silika, padatan telarut dan lainnya. Boilr merupakan tungku
dalam berbagai bentuk dan ukuran yang digunakan untuk menghasilkan uap
dengan cara penguapan air untuk dipakai pada pembangkit tenaga listrik lewat
turbin, proses kimia, dan pemanasan dalam produksi.
Sesuai dengan kurikulum yang ada pada jurusan kimia FMIPA Universitas
Jambi yang mewajibkan mahasiswanya untuk melakukan praktek kerja lapangan
dan PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong dianggap tepat sebagai
tempat melaksanakan praktek kerja lapangan karena telah dilengkapi dengan
sarana dan prasarana yang ,emadai maka kndisi inilah yang mendorong bagi
mahasiswa analis kimia FMIPA Universitas Jambi untuk meaksanakan praktek
kerja lapangan di PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong.
1.2. Rumusan Masalah
1. Mengetahui batasan kadar Fe, Phosfat, dan Ca yang diperbolehkan pada
air proses di PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong.
2. Mengetahui cara kerja penentuan kadar Fe, Phosfat, dan Ca pada air
proses dengan metode spectrofotometri dan titrasi di PT. Pertamina
(Persero) Plaju-Sungai Gerong.
3. Menegetahui kualitas kontrol pada air proses di PT. Pertamina (Persero)
Plaju-Sungai Gerong

1.3. Tujuan Praktek Kerja


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari praktek kerja lapangan ini adalah untuk :
a. Meningkatkan potensi pribadi mahasiswa agar memiliki etos kerja dan
profesionalisme.
b. Memberikan pengalaman kerja kepada mahasiswa sebelum memasuki
dunia kerja.
c. Membandingkan dan menerapkan pengetahuan akademik yang telah
diperoleh dikampus pada dunia kerja.
d. Memperoleh pengalaman dalam penerapan konsep dan keterampilan
material pada dunia kerja nyata seperti hubungan atasan-atasan,
hubungan sesama kolega, bekerja dalam tim, pemecahan masalah,
penerapan lapangan yang terkadang tidak sesuai dengan teori akademik.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari Praktek Kerja Lapangan di PT. Pertamina (Persero)
RU III adalah sebagai berikut :
a. Menguji kadar Fe, Phosfat, dan Ca pada air proses di PT. Pertamina
(Persero) Refenery Unit III Plaju-Sungai Gerong.
b. Menetukan kadar Fe, Phosfat, dan Ca dalam air proses di PT. Pertamina
(Persero) Plaju-Sugai Gerong.
1.4.Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat : PT. Pertamina (Persero) Refenery Unit III Plaju-Sungai Gerong,
Kota Palembang, Sumatra Selatan.
Alamat : Jl. Beringin No. 1 Komperta Plaju, Kota Palembang, Provinsi
Sumatera Selatan.
Waktu : 3 April-19 Mei 2017

1.5. Rencana Kerja PKL


Tabel 1.1 Rencana Kerja Praktek Kerja Lapangan
Waktu pelaksanaan Kegiatan
Orientasi laboratorium produksi PT. Pertamna
Minggu I
(Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong
Mengetahui analisa sampel rutin setiap hari di
Minggu II
laboratorium analytical dan gas
Mengetahui proses pengujian kadar Fe, Phospat, dan
Minggu III Ca pada air proses di PT. Pertamina (Persero)
Refenery Unit III Plaju-Sungai Gerong
Minggu IV Menganalisa sampel air proses
Minggu V Mengetahui hasil pengamatan analisa dan pembuatan
laporan penulisan hasil
Penerapan hasil laporan PKL kepada pebimbinng
Minggu VI
lapangan

1.6. Ruang Lingkup PKL


Ruang lingkup praktek kerja lapangan, meliputi :
a. Proses pengujian air proses water di PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju-
Sungai Gerong.
b. Parameter uji kadar Fe, Phosfat, dan Ca di PT. Pertamina (Persero)
Refenery Unit III Plaju-Sungai Gerong.
1.7. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari praktek kerja lapangan ini adalah mahasiswa
mengetahui dan dapat melakukan pengujian secara langsung proses pengolahan
air boiler dan cooling water dengan menggunakan metode Spectrofotometri Uv-
Vis di PT. Pertamina (Persero) Plaju-Sungai Gerong.

1.8. Metodologi Penulisan


a. Studi Literatur
Dilakukan dengan cara mempelajari sumber informasi yang berasal dari
buku-buku maupun internet yang digunakan sebagai acuan dan referensi
yang berhubungan atau berkaitan dengan masalah yang akan dibahas
pada laporan ini.
b. Konsultasi dan bimbingan
Melakukan konsultasi dengan pembimbing maupun staf yang
berhubungan langsung dengan materi yang dibahas oleh penulis.
c. Metode Observasi
Mengamati dan terjun langsung kedalam sistem dan proses yang
diberkaitan dengan materi yang ditulis dalam laporan ini.

1.9. Sistematika Penulisan


Penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan ini dibagi menjadi enam pokok
bagian yang saling berkaitan satu sama lainnya yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belkang yang diabil penulis dalam
melakukan penelitian praktek kerja lapangan serta meliputi tujuan dan manfaat
penulisan, waktu pelaksanaan, batasan masalah, metode penelitian, dan terakhir
adalah sistematika dari penulisan Praktek Kerja Lapangan.
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini menjelaskan tentang sejarah singkat PT. Pertamina (Persero) RU
III, visi dan misi, tata nilai perusahaan, struktur organisasi laboratorium,
keselamatan kerja Laaboratorium, serta sarana dan fasilitas laboratorium PT.
Pertamina (Persero) RU III.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menerangkan teori-teori yang mendukung dalam penulisan lapoan
ini.
BAB IV METODE PELAKSANAAN
Menguraikan tentang sistematika, metode, cara kerja, yang dilakukan
serta memberikan informasi tentang alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan
serta prosedur kerja pada analisa yang dilakukan.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENGAMATAN
Menguraikan hasil dan pembahasan dari keseluruhan pelaksanaan analisa
yang dilakukan.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan kesimpulan dari keseluruhan dari seluruh pembahasan pada
Praktek Kerja Lapangan dan memberikan beberapa saran.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah dan Perkembangan PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju


Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong merupakan salah satu dari tujuh
unit pengoahan yang dimiliki pertamina. Daeraah operasinya meliputi Kilang
Musi (Plaju dan Sungai Gerong). Minyakk mentah yang diolah diunit Pengolahan
Plaju Berasl dari daerah sumatra bagian selatan dan dari luar sumatra bagian
selatan.
Kilang minyak plaju dibangun oleh pemerintah hindia belanda pada tahun
1920 dengan tujuan untuk mengolah minyak mentah yang berasal dari prabumulih
dan jambi. Pada tahun 1957, kilang ini diusahakan oleh PT. Shell milik inggris.
Pada tahun 1965, pemerintah indonesia mengambil alih kilang minyak plaju dari
P. Shell. Kilang minyak plaju terletak disebelah selatan sungai musi dan sebelah
barat sungai komering dengan luas area lebih kurang 1,4 km2.
Pada tahun 1972 dibangun asphalt Blowing Plant dengan kapasitas 45.000
ton/tahun dan sebagian bahan baku Bitumen Feedstock dari cilacap. Kemudian
pada tahun 1973 mulai dioperasikan Polypropylene Plant yang mengolah gas
propylene menjadi butir-butiran plastik (Polytam Pellet). Sejak tahun 1973 kedua
kilang minyak tersebut (Plaju dan Sungai Gerong) telah dapat dioperasikan secara
terpadu dengan ibangunnya pipa-pipa integrasi. Pengintegrasian kedua kilang
minyak tersebut bertujuan agar dapat memperlancar transportasi feed atau produk
antara kedua kilang minyak dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi dan
produksi.
Pada tahun 1982, di Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong dilaksanakan
pembangunan proyek aromatik dengan nama Plaju Aromatic Centre (PAC) yang
merupakan suatu pabrik petrokimia. Pendirian pabrik ini untuk memenuhi
permintaan dalam negeri akan bahan baku serat polyester yaitu PTA (Purified
Terephtalic Acid).
Perkembangan lain di PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong
dilaksanakannya pembangunan Proyek Kilang Musi I (PKM I) yang dimuali pada
tahun 1982 dan dikerjakan secara bertahap. Sasaran PKM I adalah konservasi
energi dan meminimumkan produksi LSWR (Low Sulfur Wax Residu), dengan
jalan menigkatkan efisiensi unit-unit proses yaitu dengan membangun dan
menigkatkan beberapa unit proses baru yang meliputi:
1. Mengganti Furnace dan beberapa peralatan Crude Destillation Unit (CD II, III,
IV, V) untuk menurunkan pemakaian bahan bakar.
2. Revaping FCCU (Fluid Catalaic Cracking Unit) dan Light End di Sungai
Gerong.
3. Membangun HVU (High Vacum Unit).
4. Melengkapi fasilitas tranfer dari Plaju ke Sungai Gerong.
5. Mengganti isolasi pipa steam dan vessel untuk memperkecil heat loss.
Selanjutnya pada tahun 1991, diadakan PKM II yang bertujuan untuk
menigkatkan kapasitas Polypropylene Plant dengan membantu satu train, satu
unit utilitas berupa gas turbin generator, dari PKM Tahap II ini dengan
melakukan pembaruan sebagai berikut:
1. Peningkatan kapasitas produksi-produksi kilang Polypropylene menjadi
45.000 ton/tahun.
2. Revamping pada Riser-Fluidized Catalytic Cracking Unit (RFCCU) dan
unit alkilasi.
3. Redesign siklon pada Riser-Fluidized Catalytic Cracking Unit (RFCCU)
Sungai Gerong.
4. Modifikasi unit Redistiller I/II Plaju.
5. Pemanasan gas turbin generator complex (GTGC) dan perubahan
frekuensi listrik dari 60 Hz ke 50 Hz.
6. Pembangunan Water Treatment Unit (WTU) dan Sulphur Acid Recovery
Unit (SAU).
Di indonesia saat ini terdapat 6 Refenery Unit di PT. Pertamina (Persero)
yaitu:
1. PT. Pertamina (Persero) Refener Unit II Dumai atau Sungai Pakning,
Riau (Produksi kilang 127.000 barel perhari dan produksi kilang Sei
Packing 50.000 barel perhari).
2. PT. Pertamina (Persero) Refenery Unit III Plaju-Sungai Gerong, Sumatra
Selatan (Produksi kilang 145.000 barel perhari).
3. PT. Pertamina (Persero) Refenery Unit IV Cilacap, Jawa Tengah
(Produksi Kilang 348.000 barel perhari).
4. PT. Pertamina (Persero) Refenery Unit V Balik Papan, Kalimantan Timur
(Priduksi kilang 266.000 barel perhari).
5. PT. Pertamina (Persero) Refenery Unit VI Balongan, Jawa Barat
(Produksi kilang 266.000 barel peerhari).
6. PT. Pertamina (Persero) Refenery Unit VII Sorong, Irian Jaya Barat
(Produksi kilang 10.000 barel perhari).
Salah satu Refenery Unit yang dimiliki oleh PT. Pertamina (Persero)
adalah Refenery Unit III Plaju yang terletak di Palembang. Sejarah dari RU III ini
dimulai ketika ditemukannya sumur minyak bumi di Telaga Tunggal pada tahun
1885.
PT. Pertamina (Persero) RU III memiliki luas area sebesar 384 hektar yang
terbagi menjadi dua, yaitu daerah Plaju sebesar 230 hektar damn daerah Sungai
Gerong sebesar 154 hektar, pada awalnya terdapat dua kilang yang terpisah dari
Refenery Unit ini, yaitu Kilang Plaju dan Kilang Sungai Gerong. Sebagian besar
peralatan di kilang Plaju menggunakan teknologi lama sehingga sudah tidak
efisien lagi. Normalnya umur pabrik ini adalah 20 tahun, sampai sekarang ini
pabrik tersebut sudah beroperasi melebihi umurnya. Berdasarkan pertimbangan
tersebut pembangunan kilang minyak baru yang disebut dengan Proyek Kilang
Musi (PKM). Sesuai dengan kebijakan pemerintah yang tertuang dalam in Press
No.12 dan 13 tahun 1983 tentang penjadwalan kembali PKM, maka pelaksanaan
PKM dilakukan secara bertahap. Secara umum PT. Pertamina (Persero) RU III
dan perubahan-perubahn yang terjadi dapat dilihat tabel 2.1 dibawa ini:
Tabel 2.1 Sejarah PT Pertamina RU III Plaju-Sungai Gerong

Tahun Sejarah

1903 Pembangunan Kilang Minyak di Plaju oleh Shell (Belanda)

1926 Kilang Sungai Gerong dibangun oleh STANVAC (AS)

1957 Kilang Plaju diambil alih oleh PT Shell Indonesia

1965 Kilang Plaju/Shell dengan kapasitas 100 MBCD dibeli oleh


negara/PERTAMINA

1970 Kilang Sungai Gerong/STANVAC dibeli oleh negara/PERTAMINA

1971 Pendirian kilang Polypropylene untuk memproduksi Pellet Polytam


dengan kapasitas 20.000 ton/th

1973 Integrasi operasi kilang Plaju Sungai Gerong

1982 Pendirian Plaju Aromatic Center (PAC) dan Proyek Kilang Musi (PKM
I) yang berkapasitas 98 MBSD

1982 Pembangunan High Vacuum Unit Sungai Gerong dan revamping Crude
Distillation Unit

1984 Proyek pembangunan kilang TA/PTA dengan kapasitas produksi


150.000 ton/th

1986 Kilang Purified Terephtalic Acid (PTA) mulai berproduksi dengan


kapasitas 150.000 ton/th

1987 Proyek pengembangan konservasi energi/Energy Conservation


Improvemant

1988 Proyek Usaha Peningkatan Efisiensi dan Produksi Kilang (UPEK)

1990 Debottlenecking kapasitas kilang PTA menjadi 225.000 ton/th

1994 PKM II: Pembangunan unit Polypropylene baru dengan kapasitas 45.200
ton/th, revamping RFCCU Sungai Gerong dan unit alkilasi, redesign
siklon RFCCU Sungai Gerong, modifikasi unit Redistilling I/II Plaju,
pemasangan GTGCdan perubahan frekuensi listrik dari 60 Hz ke 50 Hz,
dan pembangunan WTU dan SARU

2002 Pembangunan jembatan integrasi Kilang Musi

2003 Jembatan integrasi Kilang Musi yang menghubungkan Kilang Plaju


dengan Sungai Gerong diresmikan

2007 Kilang TA/PTA berhenti beroperasi

Sumber : Pedoman BPST Angkatan XIV. Penerbit PERTAMINA, Palembang


2.2. Lokasi dan Tata Ruang PT. Pertamina (Persero) RU III

PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III terletak di Jl. Beringin No.1
Komperta Plaju Kota Palembang, provinsi Sumatra Selatan. Di lingkungan RU III
Plaju- Sungai Gerong selain terdapat kilang-kilang proses beserta sarana
penunjangnya, terdapat juga sarana perkantoran, perumahan, rumah sakit, sarana
ibadah (masjid daan gereja), sarana olah raga, sarana pendidikan serta sarana
penunjang lainnya.
PT. Pertamina RU III- Sungai Gerong menempati lokasi seluas 912 Ha ( di
luar terminal pulau sambu dan tanjung uban). Daerah RU III ini terdiri dari dua
daerah, yaitu plaju dan sungai gerog yang dipisahkan oleh sungai komering.
Kilang plaju terletak disebelah barat sungai komering, sebelah utara berbatasan
dengan sungai musi. Sedangkan kilang sungai gerong terletak disebelah timur
sungai komering. Pertamina RU III memilik dermaga Plaju dan dermaga Sungai
Gerong sebagai transformasi bahan baku dan prooduk, luas wilayah efektif yang
digunakan oleh PT. Pertamina RU III dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.1 Luas Wilayah PT. Pertamina RU III
No Tempat Luas (Ha)

1 Area Perkantoran dan Kilang Plaju 229,6


2 Area kilang Sungai Gerong 153,9
3 Pusdiklat fire dan safety 34.95
4 RDP dan Lap Golf Bagus Kuning 51,4
5 RDP Kenten 21,1
6 Lapangan Golf Kenten 80,6
7 RDP Plaju, Sungai Gerong dan 3 Ilir 349,37
Total 921,02
Sumber: Pedoman BPST Angkatan XIV.Penerbit PERTAMINA,
Palembang, 2007

PT Pertamina RU III Plaju dan Sungai Gerong berlokasi di perbatasan kota


Palembang dan kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Di lingkungan RU III
Plaju-Sungai Gerong selain terdapat kilang-kilang proses beserta sarana
penunjangnya, juga terdapat sarana perkantoran, perumahan, rumah sakit, sarana
ibadah (masjid dan gereja), sarana olahraga, sarana pendidikan, serta penunjang
lainnya.
PT Pertamina RU III memiliki 2 buah kilang, yaitu :

a. Kilang minyak Plaju, yang berbatasan dengan Sungai Musi di sebelah


selatan dan Sungai Komering di sebelah barat.
b. Kilang minyak Sungai Gerong, yang terletak di persimpangan Sungai
Musi dan Sungai Komering.
Kilang RU III Plaju/Sungai Gerong mempunyai 2 unit produksi yaitu :

a. Unit Produksi I (Kilang BBM/Petroleum) yang mengolah minyak mentah.


Kilang BBM/Petroleum terdiri dari primary proses dan secondary proses
b. Unit Produksi II (Kilang Petrokimia)
Kilang petrokimia yang terdiri dari kilang Polypropylene.

Pertamina RU III memiliki dermaga Plaju dan dermaga Sungai Gerong


sebagai transportasi bahan baku dan produk.

Sumber: Pedoman BPST Angkatan XIV. Penerbit Pertamina, Palembang, 2007


Gambar 1.2 Denah PT Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong

Total luas wilayah PT Pertamina seluas 921,02 Ha yang terletak pada 7


tempat lokasi meliputi area pekantoran dan kilang Plaju (229,6 Ha), area kilang
Sungai Gerong (153,9 Ha), Pusdiklat Fire and Safety, Rumah Dinas Perusahaan
(RDP) dan Lapangan Golf Bagus kuning (51,4 Ha), Rumah Dinas Perusahaan
(RDP) Kenten (21,1 Ha), Lapangan Golf kenten (80,6), serta rumah dinas
pegawai Plaju, Sungai Gerong dan 3 ilir seluas 349,37 Ha.
sumber:internet(Madjid2010)
Gambar 1.2 Peta Provinsi Sumatera Selatan

2.3. Visi, Misi dan Tata Nilai PT. Pertamina (Persero) RU III

Pt. Pertamina (Persero) Refenery Unit III merupakan perusahaan bidang


migas yang tenunya meiliki Visi, Misi, dan Tata Nilai sebagai berikut:

a. Visi PT. Pertamian (Persero) RU III Plaju- Sungai Gerong


Menjadi kilang minyak dan petrokimia nasional terkemuka dikawasan asian
pasifik tahun 2025.
b. Misi PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong
- Mengoperasikan kilang secara aman, handal, efisien dan ramah
lingkungan dengan menggunakan teknologi terkini.
- Menigkatkan profitabilitas dan fleksitabilitas dan optimasi operai
pengolahan dan memaksimalkan valuable product.
- Mengola kilang secara profesional dan berstandar iternasional dengan
memenuhi aspek GCG an memberi nilai tambah bagi stakeholder.
c. Tata Nilai PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong
- Clean
Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak
mentolerasi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas, dan
berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
- Competitive
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional,
medorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar
biaya dan menghargai kinerja.
- Confident
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor
dalam reformasi BUMN dan membangun keebanggaan bangsa.
- Customer Focused
Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk
memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan.
- Commercial
Mencipatkan nilai tambah dalam orientasi komersial, mengambil
keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
- Capable

Dikelola oleh pemimpin dan berkerja secara profesional dan memiliki


talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun
kemampuan riset dan pengembangan.

2.4. Logo dan Slogan PT. Pertamina (Persero)

Pada tanggal 10 Desember 2005, tepatnya saat HUT ke-48, PT. Pertamina
(Persero) resmi meluncurkan logo baru (Gambar 2.1). Logo tersebut memiliki
makna:

1. Elemen logo merupakan representative huruf P yang secara keseluruhan


merupakan representasi ank panah, yang dimaksudkan sebagai Pertamina
yang bergerak maju dan progresif.
2. Warna-warna yang berani menunjukkan langjah besar yang diambil
Pertamina dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan
dinamis, dimana:
Biru : Mencerminkan andal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab.
Hijau : Mencerminkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan.
Merah : Mencerminkan keuletan dan ketegan serta keberanian dalam
menghadapi berbagai macam keadaan.
Gambar 2.1 Logo Pertamina (Persero) (Pertamina 2016)
Dibawah tulisan Pertamina terdapat tulisan Selalu Hadir Melayani.
Dengan ini diharapkan perilaku seluruh jajaran pekeerjaan akan berubah menjadi
enterpreneur dan customer oriented, terkait dengan persaingn yang sedang atau
akan dihadapi oleh perusahaan. Logo dan Slogan baru ini dipertimbangkan agar
dapat membangun semangat baru, mendorong peerubahan, Corporate Cultur bagi
seluruh pekerja,mendapatkan image yang lebih baik diantara global oil dan gas
companies serta mendorong daya saing perusahaan dalam menghadapi perubahan-
perubahan yang terjadi, antara lain:
a. Perubahan peran dan status hukum perusahaan menjadi perseroan
b. Perubahan strategi perusahaan untuk menghadapi persaingan pasca PSO serta
semakin banyak terbentunya entitas bisnis baru dibidang hulu dan hilir.
Lingkup usaha PT. Pertamina (Persero) terdiri atas sektor hulu dan sektor
hilir. Sektor hulu meliputi eksplorasi dan produksi minyak, gas dan panas bumi
baik dalam negeri maupun kemitraan bentuk operasi bersama Joint Operasion
Body (JOB), Technical Assitance Contract (TAC). Sedangkan usaha ilir meliputi
kegiatan pengolahan, pemasaran dan niaga serta perkapalan untuk distribusi.
Produk-produk yang dihasilkan berupa bahan bakar minyak yang (BBM) dan Non
BBM, LPG, LNG, Petrokimia hingga Lube Base Oil.
PT. Pertamina (Persero) memiliki 7 unit pengolahan (Refenery). Namun,
pada tahun 2007, Refenery Unit I di Pangkalan Brandan berhenti beroperasi
karena terdapat permasalahan pada pasokan bahan umpan. Keenam unit
pengolahan lain yang masih beroperasi hingga saat ini adalah:
1. Refenery Unit II di Dumai- Sungai Pakning, Riau
2. Refenery Unit III di Plaju-Sungai Gerong, Sumatra Selatan
3. Refenery Unit IV di Cilacap, Jawa Tengah
4. Refenery Unit V di Balikpapan, Kalimantan Timur
5. Refenery Unit VI di Balongan, Jawa Barat
6. Refenery Unit VII di Kasim, Papua
2.5 Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) RU III
Dalam menata dan mengelolah perusahaannya, PT Pertamina memiliki
berbagai macam struktur organisasi dan manajemen perusahaan.
General Manager juga langsung membawahi kilang PT Pertamina RU III
sekarang ini sudah menjadi perusahaan stabil data yang sesuai dengan standar
internasional. Struktur Organisasi Pertamina RU III Plaju berbentuk line staff,
dipimpin oleh seorang General Manager yang bertanggung jawab langsung
kepada Director Refinery PT Pertamina (Persero) Pusat di Jakarta.
General Manager PT Pertamina (Persero) RU III langsung membawahi
beberapa Manager yang memiliki tugas dan fungsi masing-masing, dimana masih
terdapat keterikatan diantara tugas-tugas Manager tersebut. Adapun bidang-
bidang yang dipegang Manager yang ada di bawah General Manager RU III
antara lain:
1. Engineering and Development (Teknik dan Pengembangan)
Bertugas untuk melakukan pengembangan kilang demi menghasilkan produk
yang bernilai jual dengan modifikasi pada proses sehingga dihasilkan kondisi
operasi yang lebih efisien dan ekonomis.
2. Reliability (Pengujian)
Bertugas untuk melihat kehandalan instrumen kilang, sebelum direncanakan
untuk di-maintenance dan setelah di-maintenance.
3. Refinery Planning and Optimization (Perencanaan Kilang dan Optimasi)
Bertugas untuk merencanakan pengolahan untuk mencari groos-margin
sebesar-besarnya, menyiapkan dan menyajikan perspektif keekonomian kilang,
serta mengembangkan perencanaan yang dapat memaksimumkan pendapatan
berdasarkan pasar dan kondisi kilang yang ada.
4. Production (Produksi)
Bertugas untuk menyelenggarakan (Operator) pengolahan minyak mentah
(crude) untuk diolah menjadi produk BBM dengan biaya operasional produksi
serendah mungkin.
5. Maintenance Planning and Support (Pemeliharaan Mesin)
Menjaga peralatan kilang yang tersedia dalam jangka waktu tertentu agar
proses pengolahan berjalan lancar dan target pengolahan dapat tercapai dengan
cara memperbaiki secepat mungkin peralatan operasi serta melakukan
pekerjaan terencana untuk Turn Arround (TA) dan Non-TA.
6. General Affairs and Legal (Permasalahan Umum dan Keabsahan)
General affairs membidangi Public Relations yang mencakup External
Relations, Corporate Social Responsibility (CSR), Internal Relations and
Protokoler, serta Media Relations. Sedangkan fungsi Legal memiliki peran
untuk pengamanan aset-aset yang ada pada kilang, perijinan, pengkajian
Undang-Undang, serta menganalisa peraturan.
7. Health, Safety and Environment (Kesehatan, Keselamatan, dan Lingkungan)
PT. Pertamina RU III melindungi keselamatan, kesehatan, dan lingkungan
kerja karyawannya melalui unit Health, Safety and Environment (HSE) serta
berfungsi sebagai pengelola lingkungan hidup area PT. Pertamina (Persero).
8. Procurement (Pengendali Persediaan)
Kegiatan utama dari bidang Procurement adalah inventory controlling
(pengendalian persediaan), purchasing (pengadaan material), contract officer
(kontrak jasa), dan terakhir service and warehousing.
9. Turn Arround
Turn Arround (TA) adalah kegiatan pemeliharaan yang berskala besar
(extraordinary maintenance activites) yang dilakukan secara berkala (3-4
tahun) yang hanya dapat dilaksanakan pada saat unit dalam keadaan berhenti
operasi.
10. Operational Performance Improvement (Peningkatan Performa Operasi)
OPI diadakan untuk memberi pelatihan untuk meningkatkan performance
pekerja serta untuk merubah budaya kerja yang tidak baik, dan menjaga
sustainability dari improvement yang sudah terlaksana.
11. Maintenance Execution (Pengeksekusi Program Pemeliharaan)
Maintenance execution berperan melaksanakan program pemeliharaan yang
telah direncanakan oleh MPS, Reliability, dan Turn around serta mengeksekusi
maintenance harian.

Gambar struktur organisasi PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit III Plaju.
Dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini:
2.6 Laboratory PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju- Sungai Gerong
Laboratorium di PT. Pertamina (Persero) RU III dibagi menjadi
laboratorium kilang BBM dan laboratorium Petrokimia. Fungsi laboratorium
secara keseluruhan adalah menunjang operasional kilang dari segi pengendalian
mutu mulai dari bahan baku, bahan-bahan akan diolah, produk dalam kilang,
hingga produk yang telah dikemas dan dikapalkan. Berikut ini akan disajikan
struktur organisasi laboratorium secara lengkap pada gambar 2.1
Gambar 2.2 Struktur Organisasi RU III-Direktorat Pengolahan
Berdasakan struktur organisasinya laboratprium PT. Pertamina (Persero) RU III
dalam menjalankan tugas dan fungsinya dipimpin oleh laboratorium section head.
Ada beberapa tugas dan fungsi dipimpin oleh laboratorium yaitu:
1. Section Head Laboratory
Mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi seluruh kegiatan
operasional laboratorium dalam rangka pemeriksaan kualitas feed dan
product (pengujian mutu air prosses) agar berjalan dengan kebijakan dan
sistem tata kerja yang berlaku, riset dan rencana pengembangan produk,
pelaksanaan iknowladge sharing/choacing, pengolalahan srtifikasi, standart
sytem management, quality asessment, Continues Improvement Program
(CIP) untuk mendukung penerapan sistem mutu ISO 17025 serta aktifitas
stroge management, sehingga hasil pemeriksaan laboratorium memberikan
kualitas mutu yang dibutuhkan dalam operasional kilang Refenery Unit III.
2. Senior Supervisor Tecnical
Mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi proses penggujian
sampel dan penerbitas sertifikat pengujian, kegiatan laboratorium, evaluasi
hasil quality assesment, dan operasional program HSE sebagai upaya
menukung penerapan sistem mutu ISO 17025 sehingga hasil pemerisaan
laboratorium memberikan kualitas mutu yang sesuai dengan kegiatan
operasional kilang Refenery Unit III.
a. Junior Anayst Fuel
Melaksanakan pengujian sampel BBM/NBBM dan pencatat aus minyak,
kegitan uji laboratorium, pemeliharaan peralatan uji, kegitan terhadap
kegiatan uji dengan pemeliharaan peralatan uji laboratorium, pnelitian
mutu, evaluasi dan rekomendasi standar mutu dan metode quality
asessment, serta pelaksanaan pelatihan transfer knowledge di unit fuel
technical-laboratorium fungsi production Refenery Unit III.
b. Senior Tester Analitycal dan Gas
Melaksankan operasional laboratorium yang terdiri dari identifikasi
kebutuhan dan metode pengujian, analisa kebutuhan material dan paarts
peeralatan pengujian, kalibrasi peralatan, pengambilan dan pengujian
sampel analytical dan gas, uji profesi dengan lab lain dan uji korelasi
eksternal serta laporan kegiatan uji laboratorium termasuk laporan dalam
kurun waktu shift untuk mendapatkan hasil uji pengujian yang dapat
dipertanggung jawabkan dilingkungan unit laboratorium fungsi Production
Refenery unit III.

3. Supervisor Analis dan Gas


Mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi identifikasi kebutuhan dan
metode pengujian, analisa kebutuhan material, peralatan pengujian, pengambilan
dan pengujian sampel ritun/non rutin (analytical dan gas), sertifikasi sampel uji,
uji profesiesi dengan lab lain, uji korelasi, sehingga kegiatan operasional dapat
berjalan sesuai prosedur yang berlaku dilingkungan unit laboratorium fungsi
Production Refenery Unit III.
a. Senior Tester II Enviroment dan SWS
Melaksanakan operasional laboratorium yang terdiri dari identifikasi
kebutuhan dan metode pengujian, analisa kebutuhan material dan parts
peralatan pengujian, kalibrasi peralatan, pengambilan dan pengujian sampel
environment dan SWS, uji profisiensi dengan lab lain dan uji korelasi
eksternal dan serta laporan kegiatan uji laboratorium termasuk laporan dalam
kurun waktu shift untuk mendapatkan hasil uji pengujian yang dapat
dipertanggung jawabkan dilingjunngan unit laboratorium fungsi Production
Refenery Unit III.
b. Senior Tester Analytical dan Gas
Melaksanakan operasional laboratorium yang terdiri dari identifikasi
kebutuhan dan metode pengujian, analisa kebutuhan material dan parts
peralatan pengujian, kalibrasi peralatan, pengambilan dan pengujian sampel
analytical dan gas, uji profisiensi dengan lab lain dan uji korelasi dengan lab
lain dan uji korelasi eksternal serta laporan kegitan uji laboratorium termasuk
laporan dalam kurun waktu shift untuk mendapatkan hasil uji pengujian yang
dapat dipertanggung jawabkan dilingkungan unit laboratorium fungsi
Production Refenery Unit III.
4. Shift Supervisor BBM
Mengarahkan, memonitor, dan melakukan identifikasi kebutuhan dan
metode pengujian, analisa kebutuhan material dan parts peralatan pengujian,
pengambilan profesiensi uji korelasi, pencatatan arus minyak dan LIMS, serta
pengolahan shift sehingg kegiatan operasional dapat berjalan sesuai prosedur yang
berlaku serta mendukung operasional operasional kilang Refenery Unit III.
a. Senior Tester II Fuel.
Melaksanakan operasional laboratorium yang terdiri dari
identifikasi kebutuhan dan metode pengujian, analisa kebutuhan material
dan parts peralatan pengujian, kalibrasi peralatan, pengambilan dan
pengujian sampel fuel, Uji profesi dengan lab lain dan uji korelasi
eksternal serta laporan kegiatan uji laboratorium termasuk laporan dalam
kurun waktu shift untuk mendapatkan hasil uji pengujian yang dapat
dipertaggung jawabkan khususnya di lingkungan unit laboratorium fungsi
Production Refenery Unit III.
b. Senior Tester II BBM
Melaksanakan operasional laboratorium yang terdiri dari
identifikasi kebutuhan dan metode pengujian, analisa kebutuhan material
dan parts peralatan pengujian, kalibrasi peralatan, pengambilan dan
pengujian sampel BBM, Uji profisiensi dengan lab lain dan uji korelasi
eksternal serta laporan kegiatan uji laboratorium termasuk laporan dalam
kurun waktu shift untuk mendapatkan hasil uji pengujian yang dapat
dipertanggung jawabkan khususnya di lingkungan unit laboratorium fungsi
Production Refenery Unit III.

5. Supervisor Lab. NBBM


Mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi identifikasi kebutuhan dan
metode pengujian, analisa kebutuhan material dan parts peralatan pengujian,
pengambilan sampel dan pengambilan sampel rutin/non rutin NBBM, sertifikasi
sampel uji, uji profesiensi dengan lab lain, uji korelasi, sehingga kegiatan
operasional dapat berjlan sesuai prosedur yang berlaku serta mendukung
operasional kilang Refenery Unit III.
a. Senior Tester NBBM/Solven
Melaksanakan operasional laboratorium yang terdiri dari
identifikasi kabutuhan dan metode pengujian, analisa kebutuhan
material dan parts peralatan pengujian, kalibrasi peralatan, pengambilan
dan pengujian sampel NBBM/Solven, Uji profesiensi dengan lab lain
dan uji korelasi eksternal serta laporan kegiatan uji laboratorium
termasuk laporan dalam kurun waktu shift untuk mendapatkan hasil uji
pengujian yang dapat dipertanggung jawabkan khususnya dilingkungan
unit laboratorium fungsi Production Refenery Unit III.

6. Supervisor Lab Motor


Mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi identifikasi kebutuhan dan
metode pengujian, analisa kebutuhan material dan parts peralatan pengujian,
kalibrasi peralatan, pengambilan dan pengujian sampel Lab.Motor, sertifikasi
sampel uji, uji profesiensi dengan lab lain, uji korelasi, sehingga kegiatan
operasional dapat berjalan sesuai prosedur yang berlaku serta mendukung
operasional kilang Refenery Unit III.
a. Senior Tester II Lab.Motor
Melaksanakan operasional laboratorium yang terdiri dari
identifikasi kabutuhan dan metode pengujian, analisa kebutuhan
material dan parts peralatan pengujian, kalibrasi peralatan, pengambilan
dan pengujian sampel Lab.Motor, Uji profesiensi dengan lab lain dan
uji korelasi eksternal serta laporan kegiatan uji laboratorium termasuk
laporan dalam kurun waktu shift untuk mendapatkan hasil uji pengujian
yang dapat dipertanggung jawabkan khususnya dilingkungan unit
laboratorium fungsi Production Refenery Unit III.

7. Shift Supervisor Lab.Petrochemical


Mengarahkan, memonitor, dan identifikasi kebutuhan dan metode
pengujian, analisa kebutuhan material dan parts peralatan pengujian, pengambilan
sampel dan pengambilan sampel rutin/non rutin ptrochemical, serta pengelolaan
shift sehingga kegiatan operasional dapat berjalan sesuai prosedur yang berlaku
serta mendukung operasional kilang Refenery Unit III.
a. Senior Tester II Polypropylene
Melaksanakan operasional laboratorium yang terdiri dari
identifikasi kabutuhan dan metode pengujian, analisa kebutuhan
material dan parts peralatan pengujian, kalibrasi peralatan,
pengambilan dan pengujian sampel Polypropylene, Uji profesiensi
dengan lab lain dan uji korelasi eksternal serta laporan kegiatan uji
laboratorium termasuk laporan dalam kurun waktu shift untuk
mendapatkan hasil uji pengujian yang dapat dipertanggung jawabkan
khususnya dilingkungan unit laboratorium fungsi Production Refenery
Unit III.

8. Supervisor R & D
Mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi proses penyusunan rencana
crude assay da pelaksanaan riset terkait pengembangan produk, tindak lanjut riset
pengembangan produk dilingkungan unit laboratorium fungsi Production Rfenery
Unit III.
a. Junior Analyst Evaluation Crude Oil
Melaksanakan penusunan rencana crude assay dan riset,
pelaksanaan riset, evaluasi riset pengembangan produk serta evaluasi
produk existing, serta evaluasi existing terkait crude oil dilingkungan
unit laboratorium fungsi Production Refenery Unit III.
b. Junior Analyst Evalution Prod. BBM/NBBM
Melaksanakan penyusunan secara riset, pelaksanaan riset,
evaluasi riset, pengembangan produk serta evaluasi produk existing,
seta evaluasi existing terkit crude oil dilingkungan unit laboratorium
fungsi Production Refenery Unit III.

9. Supervisor Facility & Quality


Mengarahkan, memonitor, merencanakan dan mengevaluasi proses
penyusunan dan pengelolaan dokumen laboratorium sesuai ISO 17025, evaluasi
survey kepuasan pelanggan, permohonan dan tindak lanjut sertifikasi, pelaksanaan
program quality impprovement (CIP), quality asessment, pelatihan/transfer
knomledge, uji profesiensi serta melakukan kaji ulang manajemen sehingga
kegiatan operasional laboratorium berjalan sesuai prosedur yang berlaku di unit
laboratorium berjalan sesuai dengan prosedur yang berlaku di unit laboratorium
fungsi Production Refeneery Unit III.
a. Junior Analyst NBM Quality
Mengarahkan, memonitor, merencanakan dan mengevaluasi
proses penyusunan dan pengelolaan dokumen laboratorium sesuai ISO
17025, evaluasi survey kepuasan pelanggan, permohonan dan tindak
lanjut sertifikasi, pelaksanaan program quality impprovement (CIP),
quality asessment, pelatihan/transfer knomledge, uji profesiensi serta
melakukan kaji ulang manajemen sehingga kegiatan operasional
dibidang NBM berjalan sesuai dengan prosedur yang berlaku di unit
laboratorium fungsi Production Refeneery Unit III.
b. Junior Analyst BBM Quality
Mengarahkan, memonitor, merencanakan dan mengevaluasi
proses penyusunan dan pengelolaan dokumen laboratorium sesuai ISO
17025, evaluasi survey kepuasan pelanggan, permohonan dan tindak
lanjut sertifikasi, pelaksanaan program quality impprovement (CIP),
quality asessment, pelatihan/transfer knomledge, uji profesiensi serta
melakukan kaji ulang manajemen sehingga kegiatan operasional
dibidang BBM berjalan sesuai dengan prosedur yang berlaku di unit
laboratorium fungsi Production Refeneery Unit III.
c. Junior Analyst System Data Base
Melaksanakan kegiatan administratif untuk mendukung
kelancaran operasional laboratprium yang meliputi: penyusunan dan
pengelolaan dokumen laboratorium sesuai dengan ISO 17025 di unit
laboratorium fungsi Production Refenery Unit III.

10. Supervisor Supporting


Mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi proses penyusunan program
uji, pemeliharaan peralatan uji, penerbitan sertifikat pengujian, analisa kebutuhan
pengguna, penyusunan TOR, pengecekan kualitas dan kuantitas produk dan
barang, pemeliharaan dan perbaikan serta peutakhiran inventory sehingga
kegiatan operasional laboratorium dapat berjalan sesuai dengan prosedur yang
berlaku di Refenery Unit III.
a. Junior Assistant Suport
Melaksanakan operasional laboratorium yang terdiri dari
identifikasi kebutuhan pengujian, identifikaasi kebutuhan dan kegiatan
pemeliharaan peralatan uji laboratorium, analisa kebutuhan
laboratorium, penentuan strategi dalam negoisasi, sesuai dengan
strategi untuk mendukung kelancaran kegiatan pengujian unit
laboratorium fungsi Pruduction Refenery Unit III.
b. Junior Assistant Torage
Melaksanakan pengecekan kualitas dan kuantitas barang dan
produk di storage, identifikasi barang dan produk, rencana dan
pelaksanaan pemeliharaan dan perbaikan, pencatatan barang dan
produk masuk dan keluar, monitoring dan evaluasi material, phisicak
stock/material balance, dan penyusunan laporan stock dilingkungan
unit strorage-supporting laboratorium fungsi Production Refinery
Unit III.
c. Senior Technical II Instrument Analyzer Std.
Melaksanakan operasional laboratorium yang terdiri dari identifikasi
kebutuhan pemeliharaan peralatan pengujian, beserta eksekusi dan
monitoring pemeliharaan peralatan laboratorium untuk mendukung
kelancaran kegiatan pengujian di Refenery Unit III dengan kesiapan peralatan
(Instrument Analyzer Std) yang optimal.
Menurut fungsinya, Laboratorium PT. PERTAMINA RU III Plaju-Sungai
Gerong dibagi menjadi:
a. Laboratorium R & D
b. Laboratorium Analytical & Gas
c. Laboratorium Fuel (pengamatan)
d. Laboratorium Petrochemical

2.6.1. Laboratorium R & D


Laboratorium ini berfungsi untuk menganalisa sifat fisik bahan baku yang
akan digunakan dalam proses. Bahan baku yang dianalisa antara lain crude oil,
dan bahan aditif yang akan digunakan dalam proses pengolahan. Selain itu, R & D
ini juga melakukan plant test & post test setelah turn normal setelah trun around.
Untuk menunjang evaluasi sifat fisik bahan baku dan produk,
laboratorium ini dilengkapi dengan alat-alat sebagai berikut:
a. Kinematic viscometer
b. Furnace
c. Colour ASTM/Lovibond
d. Hydrometer
e. Flash point dan smoke point Apparatus
f. Reid vapor pressure apparatus
g. Centrifuge

2.6.2. Laboratorium Analytical dan Gas


Laboratorium ini berfungsi untuk menganalisa sifat kimia produk minyak,
limbah dan perairan lingkungan dimana pertamina membuang limbahnya. Untuk
proses tersebut maka laboratorium ini dilengkapi dengan beberapa alat sebagai
berikut:
a. Gas Chromatography
b. Pengukur BOD konvensional
c. Pengukuran kadar garam konvensional
d. Penganalisa TEL konvensiaonal

2.6.3. Laboratorium Fuel


Laboratorium ini mengamati fisik produk dan membandingkan hasilnya
dengan spesifikasi produk. Jenis analisa yang dilakukan sama dengan yang
dilakukan pada laboratorium R & D tetapi dengan sampel rutin berupa sampel
stream, tangki, loading/discharge serta crude penerimaan via pipeline. Analisa
lain yang tidak dilakukan dalam laboratorium R & D ini adalah:
a. Analisa ioctane number
b. Cetane number
c. Docter test dengan menggunakan Pb
d. Pour Point
e. Smoke Point
f. RVP (reid vapour pressure)
g. Flash point anable
h. SG (specific gravity)

2.6.4. Laboratorium Petrochemical


Laboratorium ini menganalisa bahan baku dan produk polypropylene.
Analisa dilakukan pada melt flor rate, ash content, isotatic index, volatile loss,
bulk density, color, dan fisik luar bahan. Alat yang digunakan untuk melakukan
analisa tersebut antara lain:
a. GC (gas chromatography)
b. Sieve shakeer apparat
c. Auto mwlt indexer/Tinius Oslen Extrusion Plastometer
d. Furnace
e. Spectrophotometer
f. Komca chrome mito CR.400
g. Bulk density apparat
h. Isolatic index apparat
i. Polimerization test apparatus (Bench Scale)

2.7. Sarana dan Faasilitas yang ada di PT. Pertamina (Persero) RU III
Secara keseluruhan laboratorium kilang PT. Pertamina (Persero) RU III
ditunjang dengan sarana fasilitas antara lain:
Ruangan dan tempat peralatan yang layak
Metode pengujian dengan standar yang berlaku
Peralatan yang menunjang kagiatan laboratorium
Laboratorium memunyai saluran buangan yang menuju langsung ke oilcather
(OC). Untuk limbah kimia ditampung dalam drum dn diserahkan pada bagian
lindungan lingkungan.
Pada umunya unsur lingkugan utama yang mengalami degradasi kualitas
yang dicemari limbah industri adalah sungai. Disamping itu industri migas sangat
berpotensi menimbulkan pencemaran udara dan kebisingan. Untuk itu perlu
adanya kesadaran dalam menangani dampak dari proses sumber daya alam yang
diolah. Karena pada hakekatnya makin tinggi kosumsi menyebabkan terjadinya
limbah yang besar.
Bertitik tolak dari pengertian diatas, maka sebagai pekerja PT. Pertamina
(Persero) RU III yang diberi kepercayaan untuk mengelolah sumber daya alam
(minyak dan gas bumi), harus menjunjung tinggi ketentuan ketentuannya agar
lingkungan-lingkungan hidup tetap menjadi sumber dan penunjang kelangsungan
hidup bagi mabusia dan mahluk lainnya.
Fasilitas yang disediakan oleh PT. Pertamina (Persero) RU III bagi
karyawan-karyawannya antara lain: rumah dinas pegawai, sarana keselamatan,
sarana ibadah, arana olahraga, sarana pendidikan dan wisma.
1. Rumah Dinas Pegawai
Sarana perumahan ini tidak hanya terpusat didalam komplrk PT.
Pertamina (Persero) RU III melainkan terdapat diluar komplek pertamina
seperti di kenten & bagus kuning.
2. Sarana Kesehatan
Pihak PT. Pertamina (Persero) RU III juga menyediakan sarana
kesehatan berupa rumah sakit yang merupakan sarana dan layanan kesehatan
untuk masyarakat. Rumah sakit didirikan sejak PT. Shell beroperasi di plaju
yankni sejak tanggal 30 Desember 1930.
3. Sarana Ibadah
Selain kedua arana diatas pihak PT. Pertamina (Persero) RU III
menyediakan sarana ibadah berupa masjid dan gereja.
4. Sarana Olahraga
Sarana olahraga yang menyediakan oleh PT. Pertamina (Persero) RU
III berupa gedung olahraga bowling, lapangan tenis, lapangan sepak bola,
kolam renang, lapangan volley dan lapangan basket.
5. Sarana Pendidikan
Sekolah yayasan putra mandiri patra plaju merupakan sarana
pendidikan bagi anak-anak pekerja pertamina maupun umum. Pihak PT.
Pertamina (Persero) RU III menyediakan sarana pendidikan ditingkat
pendidikan usia dini hingga kependidikan ke menengah atas yang berlokasi di
komplek PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong.
6. Wisma
Wisma yayasan patra mandiri plaju (wisma YPMP) berlokai dijalan
jati komplek PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju, Flat komplek PT.
Pertamina (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Defenisi Air


Air merupakan sumberdaya alam yang mempunyai fungsi sangat penting
bagi kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya serta sebagai modal dasar
dalam pembangunan. Dengan perannya yang sangat penting air akan
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kondisi komponen lainnya. Pemanfaatan air
untuk menunjang seluruh kehidupan manusia jika tidak dibarengi dengan tindakan
bijaksana dalam pengolahannya akan mengakibatkan kerusakan pada sumber daya
air (Hendrawan,2005).
Salah satu sumber daya alam yang paling penting bagi kehidupan manusia
adalah sumber daya air. Dimana air merupakan kebutuhan pokok manusia sehari-
hari, sehingga hal ini membuat manusia tidak bisa hidup tanpa air. Oleh karena
itu, perlu dipelihara kualitasnya agar tetap bermanfaat bagi kehidupan manusia
serta makhluk lainnya. Diperkirakan dari tahun ketahun kebutuhan air akan
semakin meningkat, bukan hanya disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk
akan tetapi disebabkan oleh kebutuhan perkapita yang meningkat sesuai dengan
perkembangan pola hidup manusia (Naibaho, 2008).
Untuk mengetahui air murni maka perlu diketahui sumbernya dan secara
umum dibedakan atas:
a. Air hujan
Air hujan adalah air yang dihasilkan dari hasil partisipasi dari awan,
atmosfir yang mengandung uap air. Dalam keadaan murni, air ini sangat
bersih jika tidak terkontaminasi oleh kotoran-kotoran dari industri dan debu,
selain itu air ini tidak mudah merusak logam-logam.
b. Air permukaan
Air permukaan yaitu air yang berupa air yang tergenang atau air yang
mengalir seperti danau, sungai, rawa-rawa dan laut. Pada umumnya, air ini
telah terkontaminasi dan banyak mengandung bakteri karena letaknya relatif
terbuka, sehingga lebih mudah tercemar, baik secara fisik, kimiawi,
mikrobiologis, radiologis, biasanya air permukaan membutuhkan tindakan
sanitasi spesifik sebelum digunakan air sebagai air minum ataupun air untuk
pengolahan makanan.
c. Air Tanah
Air tanah adalah semua jenis air yang terletak dibawah tanah, dan biasanya
membutuhkan cara tertentu untuk menaikkannya kepermukaaan, minsalnya
dengan membuat sumur atau dengan membuat pompa. Air tanah dibagi
menjadi 3 bagian yaitu air tanah dangkal, air tanah dalam (sumur bor), dan
mata air. Air tanah biasanya lebih bersih dari pada air permukaan namun
tidak dapat dijamin bahwa semua jenis air tanah aman untuk dikonsumsi
atau digunakan dalam pengolahan makanan.
Secara khusus air yang digunakan harus memenuhi berbagai kriteria,
antara lain kriteria kimiawi dan fisik, kriteria bakteriologis, dan kritriteria
radiologis. Adapun macam-macam kriteria air adalah sebagai berikut:
a. Kriteria Kimiawi dan fisik
Analisa kimiawi pada air yang digunakan dalam pengolahan pangan berguna
untuk mendeteksi kemungkinan terdapatnya bahan-bahan kimia yang bersifat
racun.
b. Kriteria Bakteriologi
Kriteria bakteriologis diperlukan untuk mendeteksi kemungkinan terdapatnya
organisme yang merupakan petunjuk adanya pencemaran kotoran dalam air.
c. Kriteria biologis
Radioaktivitas di dalam air harus dijaga sekecil mungkin. Dengan demikian,
sisa-sisa radio aktif tidak boleh ada sama sekali dalam sumber-sumber yang
digunakan untuk persediaan ar minum.
Adapun air proses yang terdapat pada PT.Pertamina (Persero) RU III
Plaju-Sungai Gerong meliputi:
3.1.1 Air Boiler
Boiler (ketel uap) adalah suatu alat yang digunakan untuk dapat
menghasilkan uap bertekanan tinggi, dimana alat ini berisi air. Air didalam boiler
dipanaskan hingga mendidih sampai menghasilkan uap, dan uap yang dihasilkan
akan berubah menjadi tegangan tinggi. Air adalah media yang berguna dan murah
untuk mengalirkan panas kesuatu proses. Air panas atau steam pada tekanan dan
suhu tertentu mempunyai nilai energi yang kemudian digunakan untuk
mengalirkan panas dalam bentuk energi kalor kesuatu proses, jika air didihkan
sampai menjadi steam, maka volumenya akan meningkat sektar 1600 kali,
sehingga sistem boiler merupakan eraltan yang harus dikelola dan dijaga dengan
sangat baik.
Energi kalor yang dibangkitkan dalam sistem boiler memiliki nilai
tekanan, temperatur, dan laju aliran yang menentukan pemanfaatan steam yang
akan digunakan. Berdasarkan ketiga hal tersbut sistem boiler mengenal keadaan
tekanan-temperatur rendah (low pressure/LP), dan tekanan-temperatur tinggi
(high pressure/HP), dengan perbedaan itu pemanfaatan steam yang keluar dari
sistem boiler dimanfaatkan dalam suatu proses untuk memanaskan cairan dan
menjalankan suatu mesin (commercial and industrial boilers), atau
membangkitkan energi listrik dengan merubah energi kalor menjadi energi listrik
(power boiler). Namun, ada juga yang menggabungkan kedua sisstem boiler
tersebut, yang memafaatkan tekanan-temperatur tinggi untuk membangkitkan
energi listrik, kemudian sisa steam dari turbin dengan keadaan tekanan-temperatur
rendah dapat dimanfaatkan kedalam proses industri.
Sistem boiler terdiri dari sistem umpan, sistem steam, dan sistem bahan
bakar. Sistem air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai
dengan kebutuhan steam. Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan
dan perbaikan dari sistim air umpan, penanganan air umpan diperlukan sebagai
bentuk pemeliharaan untuk mencegah terjadi kerusakan dari sistem steam. Sistem
steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam dalam boiler, steam
dialirkan melalui sistem pemipaan ketitik pengguna. Pada keseluruhan sistem,
tekanan steam diatur menggunakan karn dan dipantau dengan alat pemantau
tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua peralatan yang digunakan untuk
menyediakan bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan
yang diperlukan pada sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang
digunakan pada sistem.
Untuk mencegah terjadinya masalah-masalah yang timbul pada boiler (air
sungai musi) yang akan digunakan sebelum masuk ke boiler, pengolahan air
boiler meliputi:
1. Pengolahan eksternal, yaitu pengolahan terhadap air dari sumber air (air
sungai musi) yang akan digunakan sebelum masuk ke boiler, bertujuan untuk
mengurangi senyawa-senyawa kimia seperti kesadahan, silika, gas-gas dan
padatan-padatan lainnya. Hal ini dpat dilakukan melalui pertukaran ion atau
resin penukar kation dan resin penukar ion.
2. Pengolahan internal, yaitu pengolahan terhadap air umpan boiler, airuap
(steam) ataupun air pengisi dengan memperbaiki keadaan kimianya, hal ini
dapat dilakukan dengn pnambahan phosfat, natrium klorida dan hidrazin.
Kualitas air umpan boiler bergatung pada pemurnian air pada eksternal
treatment. Apabila pengadaan air tidak dapat disesuaikan persyaratan boiler, maka
perlakuan pada eksternal treatment perlu ditingkatkan. Adapun proses
pengolahannya yaitu:
a. Tahap filtrasi
Air yang keluar dari tangki penjernihan (filter water tank) di area air
treatment plant masih mengandung sedikit kotoran yang terbawa residual
klorin dan pada tahap fltrasi ini, kotoran-kotoran yang terbawa tersebut
disaring dan air yang keluar menjadi jernih dan mempunyai kekeuhan
(turbidity) yang rendah serta residual klorinnya tinggal 1 ppm.
b. Tahap penukar ion/ penghilang ion
Prinsip Pertukaran ion adalah sebuah proses fisika-kimia. Pada proses
tersebut senyawa yang tidak larut, dalam hal ini resin, menerima ion positif
atau negatif tertentu dari larutan dan melepaskan ion lain kedalam larutan
tersebut dalam jumlah ekivalen yang sama. Jika ion yang dipertukarkan
berupa kation, maka resin tersebut dinamakan resin penukar kation, dan jika
ion yang dipertukarkan berupa anion, amak resin tersbut dinamakan resin
penukar anion.
Air proses yang sudah disaring dengan karbon filter akan dihilangkan ionnya
(terutama ion-ion zat organik) dengan resin penukar ion, agar air yang
dihasilkan tidak menyebabkan kerak oleh ( ion Ca2+, Mg2+, dan SiO2) dan
yang sering menyebabkan korosi (ion-ion Cl-, SO42-, Fe2+, dan Co32-) pada
pemakaian air untuk kriteria yang tinggi. Air yang sudah jernih tersebut
masih mengandung ion-ion logam pengganggu dan selanjutnya air itu dikirim
ketahap pengolahan untuk penghilangan/pertukaran ion gas dihasilkan air
mineral (demin water) melalui penukar kation dan anion.
c. Resin penukar
Secara umum resin penukar ion dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu resin
penukar katian dan resin penukar anion. Resin penukar kation mengandung
gugus fungsi seperti sulfonat (R-SO3H), phosponat (R-PO3H2), phenolat (R-
OH), atau karboksilat (R-COOH), dengan R menyatakan resin. Sedangkan
pada resin penukar anion adalah senyawa amina (primer/R-NH2, sekunder/R-
N2H, tersier/R-R12N) dnan gugus ammonium kuarter (R-NR13/tipe I, R-
R13N+OH/tipe II), dengan R menyatakan radikal organik seperti CH3.
Sedangkan pada proses pengolahan air secara internal pada air boiler
adalah proses penambahan/penginjeksian suatu atau beberapa bahan kimia
(chemical) kedalam air yang akan digunakan untuk proses maupun pendukung
proses. Keuntungan pengolahan air seara internal adalah meniadakan kebutuhan
peralatan pengolahan ekternal yang ekstensif. Hal ini merupakan keuntungan
dalam segi ekonomi. Selain itu kesederhanaan program pengolahan secara internal
memungkinkan penghematan dalam tenaga kerja untuk pengumpanandan
pengendalian.
Penggunaan pada air boiler yang tidak memenuhi persyaratan akan
menimbulkan beberapa masalah seperti pembentukan kerak, terjadinya korosi dan
pembentukan busa. Sebelum digunakan sebagai air boiler yang berasal dari
berbagai jenis sumber, diolah dengan metode pendahuluan (pengolahan
eksternal), air boiler harus menglami pengolahan khusus. Pengolahan ini
menggunakan berbagai macam zat kimia, yang diinjeksikan/ditambahkan ke air
boiler. Penambahan bahan kimia ini diharapkan dapat digunakan untuk mencegah
berbagai akibat yang dapat merugikan performansi kerja dari ketel.
Penambabahan bahan-bahan kimia pada air umpan boiler merupakan proses yang
esensial, terlepas dari kenyataan apakah air itu diolah atau tidak sebelumnya.
Oleh karena itu, pengolahan eksternal dalam beberapa hal tidak diperlukan,
sehingga air dapat langsung digunakan setelah penambahan beberapa bahan-
bahan kimia saja. Contohnya penambahan bahan-bahan kimia pada air boiler
(ketel) tanpa harus mengalami pengolahan terlebih dahulu adalah:
- Apabila ketel beroperasi pada tekanan rendah atau sedang
- Apabila sejumlah besar kondensat digunakan kembali sebagai air umpan
- Atau bila air baku yang digunakan untuk air umpan ketel memiliki kualitas
yang baik
Proses pengolahan air dengan penambahan bahan-bahan kimia ini
memiliki beberapa kesulitan. Kesulitan yang utama adalah bila kesadahan air
boiler sangat tinggi sehinnga banyak lumpur yang terbentuk. Hal ini dapat
menaikkan jumlah blow down.pengolahan air boiler dengn penambahan bahan-
bahan kimia yang dilakukan tanpa pengolahan pendahuluan pengolahan
(eksternal) juga memperbesar kemungkinan pembentukan kerak pada sistem
sebelum ketel dan pada saluran-saluran air boiler.

3.1.2. Cooling Water


Cooling water (air pendingin) adalah air yang dilewatkan melalui alat
penukar panas dengan maksud untuk menyerap dan memindahkan panasnya.
Sistem yang dilalui oleh aliran air pendingin disebut sebagai sistem air pendingin
(cooling water system). Sistem air pendingin dibagi dalam dua jenis, yaitu jenis
resirkulasi dan jenis sekali-lewat (once-throungh). Pada jenis resirkulasi, air
pendingin yang telah digunakan, digunakan kembali untuk keperluan yang sama,
sedangkan pada sistem sekali-lewat air yang telah digunakan langsung dibuang.
Jenis resirkylasi dibagi lagi dalam dua jenis, yaitu resirkulasi terbuka dan
resirkulasi tertutup. Pada sistem resirkulasi terbuka sebagian air yang telah
digunakan diuapkan untuk mendinginkan bagian air sisanya. Pada sistem
resirkulasi tertutup, pendinginan kembali tidak dengan cara memanfaatkan panas
laten penguapan, melainkan dengan menggunakan suatu jenis alat penukar panas.
Masalah yang sering timbul dalam sistem air pendingin adalah sebagai berikut:
1. Korosi
Kerugian yang ditimbulkan oleh korosi pada sistem air pendingin adalah
penyumbatan dan kkerusakan pada sistem perpipaan. Kontaminasi produk
yang diinginkan karena adanya kebocoran-kebocoran, dan menurunnya
efesiensi perpindahan panas.
2. Pembentukan kerak dan Deposit pada Sistem Air Pendingin
Gangguan yang ditimbulkan oleh terbentuknya kerak antara ain: penurunan
efesiensi perpindahan panas, naiknya kehilangan tekanan karena naiknya
tahanan dalam pipa serta penyumbatan pada pipa-pipa berukuran kecil.
3. Fouling pada Sistem Air Pendingin
Menara pendingin (coolin tower) merupkan bagian dari istem air pendingin
yang memberikan lingkungan yang baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan mikroorganisme. Algae dapat berkembang dengan baik pada
bagian yang cukup mendapat sinar matahari, sedngkan lendir (slime) dapat
berkembang pada hampir diseluruh bagian dari sistem air pendingin ini.
Mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang tersebut merupakan deposit
(foul) yang dpat mengakibatkan korosi lokal, penyumbatan dan penurunan
efesiensi perpindahan panas.
Penggunaan air yang memenuhi persyaratan dapat mencegah timbulnya
masalah-masalah dalam sistem air pendingin. Persyaratan bagi air yang
dipergunakan sebagai air pendingin tidak seketat persyaratan untuk umpan
ketel.
Sistem air pendingin dengan resirkulasi tertutup membutuhkan sejumlah
kecilair make-up untuk mengurangi gangguan. Air demin atau kondensat uap,
biasanya digunakan sebagai air make-up. Sedangkan pada sistem air pendingin
sekali-lewat, tidak ada proses pemekatan. Jika proses pemekatan tidak terjadi,
maka kadar padatan terlarut relatif sama dengan air boiler. Kekurangan pada
sistem ini adalah terjadi kenaikan temperatur, sehingga perlu usaha untuk
meenurunkan temperatur tersebut.
Pengolahan seringkali dimaksudkan untuk mencegah atau meminimumkan
kerak atau korosi dan juga berfungsi untuk mengurangi fouling yang disebabkan
oleh padatan tersuspensi dan organisme laut. chemicals yang digunakan untuk
maksud tersebut identik dengan yang dipakai untuk resirkulasi terbuka, kecuali
pada pengendalian korosi. Pemakaian korosi pada sistem ini sama sekali tidak
praktis, sehingga masalah korosi ditangani dengan cara melapisi pembukaan
peralatan yang tahan terhadap korosi.
Fungsi dari cooling water (air pendingin) adalah menyerap kalor dari air
tersebut dan menyediakan sejumlah air yang relatif dingin untuk diperlukan
kembali disuatu instalasi pendingin atau menurunkan suhu aliran fluida baik itu
air, ataupun oil dengan cara mengekstraksi panas dari fluida dan
mengemisikannya ke atmosfer.
Prinsip kerja cooling tower pada air pendingin berdasarkan pada pelepasan
kalor dan perpindahan kalor. Dalam menara pendingin perpindahan kalor
berlangsung dari air ke udara dengan menggunakan penguapan dimana sebagia air
diuapkan kealiran udara yang bergerak setelah melalui kondensor, temperatur air
akan naik karena menyerap sejumlah kalor dari refrigerant di kondensor. Ai panas
ini lalu masuk melalui hot water inlet port pada cooling water untuk seterusnya
naik kebagian atas cooling tower tersebut. Air kemudian keluar melalui lubang-
lubang yang ada pada spinkler. Spinkler akan berputar sambil melepaskan air dan
mendistribusikannya secara merata dibagian atas cooling toer. Air yang keluar
dari spinkler ini kemudian masuk ke water colum dan bersinggungan dengan
aliran udara yang arahnya berlawanan (air panas turun kebagian bawah cooling
tower, sementara udara masuk dari bagian bawah untuk seterusnya keluar dari
bagian atas).
Pada saat persinggungan antara air dan udara, sejumlah kalor akan
dilepaskan oleh air yang bertemperatur lebih rendah, sehingga mengakibatkan
temperatur air akan turun. Temperatur air yang sudah dingin ini kemudian
ditampung dibagian bawah cooling tower (basin) untuk kemudian disirkulasikan
lagi menuju kondensor agar dapat menyerap kalor lagi. Sistem ini sangat efektif
dalam proses pendinginan air karena suhu kondensasinya sangat rendah
mendekati suhu we-bulb udara. Pada saat persinggungan air dan udara, sejumlah
air akan ikut terbuang keudara, sehingga volume air akan berkurang. Untuk
mengatasinya, maka make-up water yang dihubungkan dengan jalur air domestik
(PAM) denagn dilengkapi pelampung akan tetap menjaga agar level air di
penampung tidak berkurang. Cooling tower juga bermanfaat dalam upaya
peningkatan produktifitas dan efesiensi pada proses produksi di industri. Karena
dalam beberapa hal diindustri dibutuhkan tingkat efesiensi dan temperatur yang
sesuai agar dapat bekerja secara maksimal. Untuk dapat menghasilkan suhu yang
diinginkan, maka peralatan yang akan digunakan harus memenuhi kapasitas yang
sesuai dengan beban pendinginan yang diniliki oleh mesin yang akan digunakan.
Untuk itu dioerlukan perhitungan dan survey untuk menentukan besar beban dari
pendinginan tersebut karena fluida yang keluar dari proses pengelasan
mempunyai suhu yang panas atau besar. Sehingga diperlukannya proses
pendinginan agar fluida dari pengelasan tersebut suhunya dapat distabilkan
kembali. Fluida disini merupakan air dari sistem refrigenerasi berkapasitas sedang
dan besar air sebagai media pendingin kondensor. Dikarenakan air memiliki
kemampuan pemindahan kalor yang lebih baik.

3.1.3 Air Bersih


Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan
menjadi air minum setelah diamsak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air
bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air yang
meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi
tidak menimbulkan efek samping.
Persyaratan kualitas menggambarkan mutu atau kualitas dari air baku air
bersih. Persyaratan ini meliputi persyaratan fisik , persyaratan kimia, persyaratan
biologis dan persyaratan radiologis. Syarat-syarat tersebut berdasarkan permenkes
No.416/Menkes/PER/IX/1990 dinyatakan bahwa persyaratan kualitas air bersih
adalah sebagai berikut:
1. Fisik
Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain
itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih
25 , dan apabila teerjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah
25 3 .
2. Kimia
Persyaratan kimia air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia
dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain
adalah : pH (6,5-9), total solid, zat organik (10 mg/L). CO2 (0 mg/L) agresif,
kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe) (0,3 mg/L), mangan (Mn), tembaga (Cu)
(1 mg/L), seng (Zn), chlorida (Cl) (250 mg/L), nitrit, flourida (F) (1-1,5
mg/L), serta logam berat.
3. Bakteriologis dan mikrobiologis
Air bersih boleh mengandung kuman patogen dan parastik yang
mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak
adanya bakteri E.coli atau fecal coli dalam air. Cara untuk mengetahui apakah
air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen adalah dengan memeriksa
sampel air tersebut. Bila dari pemeriksaan 100 cc air terdapat sekurang-
kurangnya 4 bakteri E.coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat
kesehatan.
4. Radiologis
Persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh
mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung
radiokaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.
Air bersih (sanitation water) adalah air yang dapat dipergunakan untuk
berbagai keperluan pada sektor rumah tangga seperti untuk mandi, mencuci dan
kakus. Pengertian ini harus dibedakan dengan pengertian air ,minum yakniair
yang memenuhi syarat-syarat kesehatan sehingga dapat langsung diminum. Pada
umumnya masyarakat mendapatkan air minum dengan cara memasak air besih.
Beberapa sumber air mentah yang lazim digunakan/diolah masyarakat menjadi air
bersih antar lain: air permukaan seperti air sumur dangkal, air sungai, air danau,
air tawar, air tanah seperti air mata air, air sumur, air hujan dll. Adapun sumber-
sumber air bersih adalah sebagai berikut:
a. Ait tanah
Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah, terdapat dalam ruang-
ruang antara butir-butir tanah yang membentuk itu, dan dalam retak-retak dari
batuan (warsito, 1994) air bawah tanah (grounwater) atau dikenal juga
sebagai air tanah merupakan bagian dari siklus hidrologi, yaitu air permukaan
di sekitar bumi termasuk air laut karena pengaruh panas matahari berubah
menjadi uap air, oleh angin sebagian ditiup ke arah daratan, dan pada tempat
tertentu (umumnya berelevasi tinggi) uap tersebut akan mengelam
pemampatan setelah titik jenuh terlampaui akan berubah menjadi kumpulan
air dan jatuh ke bumi sebgai air hujan (saparudin, 2010).
Air tanah terdiri dari dua kategori yaitu air tanah dangkal dan air tanah
dalam, air tanah dangkal adalah air tanah berada pada keadaan maksimal 15
meter dibawah permukaan tanah sedangkan air tanah dalam adalah air tanah
yang berada minimal 15 meter dibawah permukaan tanah. Menurut
(soemartono, 1995) tanah dizone air tanah dangkal berada didalam keadaan
tidak jenuh, kecuali kadang-kadang bila terdapat banyak air dipermukaan
tanah seperti berasal dari curah hujan dari irigasi. Zonea tersebuut dimulai
dari permukaan tanah sampai ke zona perakaran utama (major root zone)
tebalnya beragam menurut jenis tanaman dan jenis tanah.
b. Air hujan
Sifat kualitas air hujan adalah bersifat lunak karena tidak mengandung larutan
garam dan zat-zat mineral minsalnya kalsium. Air hujan dapat bersifat korosif
karena mengandung zat-zat yang terdapat diudara seperti NH3, CO2 agresif,
ataupun SO2.
c. Air permukaan
Air permukaan yang biasanya dimanfaatkan sebagai sumber atau bahan baku
air bersih adalah air waduk (berasal dari air hujan), air sungai (berasal dari air
hujan dan mata air), air danau (bearsal dari air huajn, air sungai atau mata air)
pada umumnya air permukaan telah terkontaminasi dengan berbagai zat-zat
yang berbahaya bagi kesehatan, sehingga memerlukan pengolahan terlebih
dahulu.
d. Mata Air
Dari segi kulaitas, mata air adalah sangat baik bila dipakai sebagai air baku,
karena berasal dari dalam tanah yang muncul kepermukaan tanah akibat
tekanan, sehingga belum terkontaminasi oleh zat-zat pencemar.

3.2 Jenis-Jenis Analisa


3.2.1. Logam Fe
Besi atau ferrum (Fe) adalah salah satuan logam yang paling banyak
dijumpai dikerak bumi, metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat
dibentuk. Di alam didapat sebagai hematite. Secara kimia besi merupakan
logam yang cukup aktif, hal ini karena besi dapat bersenyawa dengan unsur-
unsur lain. Slah satu kegunaan besi adalah sebagai campuran untuk
membuat paduan logam, minsalnya untuk membuat baja, besi tempa, besi
tuang dan lain-lain yang banyak digunakan sebagai bahan bangunan,
peralatan-peralatan logam, rangka kendaraan dan lainnya. Hal inilah yang
membuat besi sangat dekat degan lingkungn perindustrian dan rumah
tangga. Dalam air tawar alami ditemukan kadar besi sekitar 0,5-50 mh/L.
Ion Fe didalam air minum dapat menimbulakan rasa, warna (kuning),
pengendapan pada dinding-dinding pipa, petumbuhan bakteri besi dan
kekeruhan. Besi mempunyai empat isotop stabil yang wujud secara semula
jadi Fe 54, Fe56, Fe57, dan Fe58.
Sifat kimia perairan dari besi adalah sifat redoks, penambahan
kompleks dan metabolisme oleh mikroorganisme. Besi dengan bilangan
oksidasi rendah, yaitu Fe (II) umum ditemukan dalam air tanah
dibandingkan Fe (III) karena air tanah tidak berhubungan dengan oksigen
dari atmosfer, konsumsi oksigen bahan organik dalam media
mikroorganisme sehingga menghasilkan keadaan reduksi dalam air tanah.
Air tanah yamg mengandung besi (II) mempunyai sifat unik. Dalam
kondisi tidak ada oksigen air tanah yang mengandung besi (II) jernih,
begitu mengalami oksidasi oleh oksigen yang berasal dari atmosfer,
konsumsi oksigen bahan organik dalam media mikroorganisme sehingga
menghasilkan keadaan reduksi dalam air tanah.

3.2.2. Phospat (PO4)


Fosfat adalah senyawa fosfor yang anionnya mempunyai atom fosfor
yang dilengkapi oleh empat atom oksigen yang terletak pada sudut
tetrahedron. Fosfat dapat diukur langsung dengan cara kalorimeter atau
melaui proses digestasi lebih dahulu sebelum pengukuran sampel. Ada tiga
(tiga) jenis asam fosfat yang dikenal orang, yaitu : asam orto fosfat (H3PO4),
asam pirofosfat (H4P2O7) dan asam metafosfat (HPO3). Ortofosfat adalah
paling stabil dan paling penting (zat-zat ini sering disebut fosfat saja),
larutan pirofosfat dan metafosfat berubah menjadi ortofosfat perlahan-lahan
pada suhu biasa, dan lebih cepat dengan didihan. Asam ortofosfat adalah
asam berbasa tiga yang membentuk tiga deret garam. Ortofosfat primer,
minsalnya NaH3PO4, ortofosfat sekunder, minsalnya Na2PO4.
Setiap senyawa fosfat terdapat dalam bentuk terlarut, tersuspensi
atau terikat dalam sel organisme dalam air. Dalam air limbah senyawa fosfat
dapat berasal dari limbah penduduk, industri dan pertanian. Di daerah
pertanian ortofosfat berasal dari bahan penduduk yang masuk ke dalam
sungai melalui drainase (mengalirkan) dan aliran air hujan. Polifosfat dapat
memasuki sungai melaui air buangan penduduk dan industri yang
menggunakan bahan deterjen yang mengandung fosfat seperti industri
pencuciaan, industri logam dan sebagainya. Fosfat organis terdapat dalam
air buangan penduduk dan sisa makanan. Fosfat oganis dapat pula terjadi
dari ortofosfat yang terlarut melaui proses biologis karena baik bateri
maupun tanaman menyerap fosfat bagi pertumbuhan. Macam-macam jenis
fosfat juga dipakai untuk pengolahan anti karat dan anti kerak pada
pemanasan air.
Phospat atau fosfat adalah sebuah ion poliatomik atau radikal terdiri
dari satu atom fosforus dan empat oksigen. Dalam bentuk ionik, fosfat
membawa sebuah muatan formal, dan dinotasikan PO43-. Fosfat merupakan
satu -satunya bahan galian (diluar air) yang mempunyai siklus, unsur fosfor
di alam diserap oleh mahluk hidup, senyawa fosfat pada jaringan mahluk
hidup yang telah mati terurai, kemudian terakumulasi dan terendapkan di
lautan. Yang dimaksudkan dengan pengontrolan fosfat adalah pengolahan
terhadap persediaan fosfat yangn larut dalam alkalinitas air dalam boiler
sehingga konsentrasinya dapat dipertahankan dengan cara menambahkan
natrium fosfat yang mempunyai alkalinitas yang berbeda-beda. Tergantung
pada zat-zat yang terkandung didalam air boiler serta fosfat yang dipilih,
maka pengontrolan fosfat dapat dilengkapi dengan menambahkan alkali
dalam bentuk natrium karbonat atau natrium hidroksida.
Fungsi utama dari fosfat dalam aplikasi tekanan tinggi adalah
memberikan suatu pertahanan alkalinitas pada air boiler. Kehadiran kation
hidrogen dalam senyawa fosfat akan mempengaruhi sejumlah alkalinitas air
boiler dan hubungan pH air boiler. Selama tekanan boiler menigkat,
sejumlah alkalinitas dikurangi guna memperkecil kemampuan untuk
berkarat. Dengan penambahan bahan kimia tertentu, maka garam-garam
kalsium dan magnesium sebagai kalsium fosfat dan magnesium diendapkan
sebagai magnesium hidroksida atau magnesium silikia apabila terdapat ion
ion silika.
3.3.3 Ca (Kalsium)
Adanya ion kalsium (Ca) didalam air akan mengakibatkan sifat
kesadahan terhadap air tersebut. Kalsium merupakan sebagian dari
komponen yang merupakan penyebab dari kesadahan. Sedangkan efek
ekonomis maupun terhadap kesehatan yang ditimbulkan oleh kesadahan
yakni berupa timbulnya lapisan kerak pada ketel-ketel pemanasan air, pada
perpipaan dan juga penurunannya efektifitas dari kerja sabun. Selain itu
adanya Ca didalam air sangat dibutuhkan untuk dapat memenuhi
kebutuhan akan unsur tersebut. Kesadahan dalam air kandungan mineral-
mineral tertentu dalam air, umumnya ion kalsium Ca dalam bentuk garam
karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral
yang sangat tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral
yang rendah. Selain ion kasium dan magnesium, penyebab kesadahan juga
bisa merupakan ion logam lain maupun garam-garam bikarbonat dan
sulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah
dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan hasil yang
banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau
menghasilkan sedikit busa. Kesadahan air total dinyatakan dalamsatuan
ppm berat per volume (w/v) dari CaCo3. Kemudian untuk mengetahui jeis
kesadahan air adalah dengan pemanasan. Jika ternyata setelah dilakukan
pemanasan, sabun tetap sukar berbuih, berarti air yang digunakan adalah
air sadah tetap.
Air sadah tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat
menyebabkan beberapa masalah. Air sadah dapat menyebabkan
pengendapan mineral, yang menyebabkan pengendapan mineral, yang
menyumbat saluran pipa dan kran. Air sadah yang bercamour sabun tidak
dapat membentuk busa, tetapi malah mengendap membentuk gumpalan
soap scum (sampah sabun)yang sukar untuk dihilangkan. Efek ini timbul
karena ion 2+ menghancurkan sifat surfaktan dari sabun dengan
membentuk endapan padat (sampah sabun).
Dalam industri, kesadahan air digolongkan menjadi 2 berdasarkan
jenis anion yang diikat oleh kation (Ca2+) , yaitu air sadah sementara dan
air sadah tetap. Berdasarkan sifatnya, kesadahan dapat dibedakan menjadi
dua jenis yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap. Air sadah
sementara adalah air sadah yang mengandung bikarbonat (HCO3-) atau
boleh jadi air tersebut mengandung senyawa kalsium bikarbonat
(Ca(HCO3). air yang mengandung ion atau senyawa-senyawa disebut air
sadah sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan
pemanasan air, sehingga air tersebu terbebas dari ion Ca2+ . Sedangkan air
sadah tetap adalah air sadah yang mengandung ainon selain anion
bikarbonat, minsalnya berupa ion Cl- , NO3- dan SO42- . air yang
mengandung ion-ion kalsium dalam air sadah dapat mengganggu
kesehatan seperti terjadinya endapan kapur pada ginjl atau saluran
kencing.

3.3 Spectrofotometri Uv-Vis


Absorbansi cahaya oleh bahan pertama kali dieksplorasi oleh ahli
Matematika Jerman Johann Heinrich Lambert (1728-1777) yang menemukan
bahwa untuk radiasi monokromatik (dalam radiasi praktek pita sempit) jumlah
cahaya yang diserap adalah berbanding lurus dengan panjang jalur cahaya itu
melalui material dan tidak tergantung dari intensitas cahaya. Spektrofotometri
merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar
monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan
detektor fototube. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau
absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran
menggunakan spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan
spektrofotometri. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu
pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi.
Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan
dialirkan oleh suatu perekam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas
untuk komponen yang berbeda.
Teknik spektroskopi pada daerah ultra violet dan sinar tampak disebut
spektroskopi UV-VIS. Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara
spektrofotometri UV dan Visible. Spektrofotometer UV-VIS merupakan alat
dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet dan sinar tampak. Alat
ini digunakan untuk mengukur serapan sinar ultra violet atau sinar tampak oleh
suatu materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan yang dianalisis sebanding
dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang terdapat dalam larutan tersebut.
Metoda penyelidikan dengan bantuan spektrometer disebut spektrometri, dalam
spektrometer modern, sinar yang datang pada sampel diubah panjang
gelombangnya secara kontinyu. Hasil percobaan diungkapkan dalam spektrum
dengan absisnya menyatakan panjang gelombang (atau bilangan gelombang atau
frekuensi) sinar datang dan ordinatnya menyatakan energi yang diserap sampel.
1. Prinsip Kerja Spektrofotometri
Spektrum elektromagnetik dibagi dalam beberapa daerah cahaya. Suatu
daerah akan diabsorbsi oleh atom atau molekul dan panjang gelombang
cahaya yang diabsorbsi dapat menunjukan struktur senyawa yang diteliti.
Spektrum elektromagnetik meliputi suatu daerah panjang gelombang yang
luas dari sinar gamma gelombang pendek berenergi tinggi sampai pada
panjang gelombang mikro (Marzuki Asnah 2012). Spektrum absorbsi dalam
daerah-daerah ultra ungu dan sinar tampak umumnya terdiri dari satu atau
beberapa pita absorbsi yang lebar, semua molekul dapat menyerap radiasi
dalam daerah UV-tampak. Oleh karena itu mereka mengandung electron, baik
yang dipakai bersama atau tidak, yang dapat dieksitasi ke tingkat yang lebih
tinggi.
Panjang gelombang pada waktu absorbsi terjadi tergantung pada
bagaimana erat elektron terikat di dalam molekul. Elektron dalam satu ikatan
kovalen tunggal erat ikatannya dan radiasi dengan energy tinggi, atau panjang
gelombang pendek, diperlukan eksitasinya (Wunas,2011). Keuntungan utama
metode spektrofotometri adalah bahwa metode ini memberikan cara
sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil. Selain itu, hasil
yang diperoleh cukup akurat, dimana angka yang terbaca langsung dicatat
oleh detector dan tercetak dalam bentuk angka digital ataupun grafik yang
sudah diregresikan (Yahya S,2013).
2. Fungsi Spektrofotometer UV/VIS
Fungsi dari spektrofotometer UV/VIS adalah untuk mengukur
transmitansi, reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari
panjang gelombang. Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi
cahaya secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau
diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Suatu spektrofotometer
tersusun dari sumber spektrum sinar tampak yang sinambung dan
monokromatis. Sel pengabsorbsi untuk mengukur perbedaan absorbsi antara
cuplikan dengan blanko atau pun pembanding.
Adapun analisis dalam Sampel Spektroskopi UV-VIS meliputi analisis
kualitatif dan analisa kuantitatif adalah sebagai berikut :
a. Analisis Kualitatif
Penggunaan alat ini dalam analisis kuantitatif sedikit terbatas sebab
spektrum sinar tampak atau sinar UV menghasilkan puncak-puncak serapan
yang lebar sehingga dapat disimpulkan bahwa spektrum yang dihasilkan
kurang menunjukan puncak-puncak serapan. Namun, walaupun puncak yang
dihasilkan bebentuk lebar, puncak tersebut masih dapat digunakan untuk
memperoleh keterangan ada atau tidaknya gugus fungsional tertentu dalam
suatu molekul organik.
b. Analisis Kuantitatif
Penggunaan sinar UV dalam analisis kuantitatif memberikan beberapa
keuntungan, diantaranya :
- Dapat digunakan secara luas
- Memiliki kepekaan tinggi
- Keselektifannya cukup baik dan terkadang tinggi
- Ketelitian tinggi
- Tidak rumit dan cepat
Adapun langkah-langkah utama dalam analisis kuantitatif sebagai
berikut:
- Pembentukan warna (untuk zat yang yang tak berwarna atau warnanya
kurang kuat)
- Penentuan panjang gelombang maksimum
- Pembuatan kurva kalibrasi
- Pengukuran konsentrasi sampel.
Radiasi ultraviolet memiliki panjang gelombang kurang dari 200 nm
adalah sulit untuk menangani, dan jarang digunakan sebagai alat rutin untuk
analisis struktural. Prinsip penentuan spektrofotometer UV-VIS adalah aplikasi
dari Hukum Lambert-Beer, yaitu:
A = - log T = - log It / Io = . b . C
Dimana :
A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur
T = Transmitansi
Io = Intensitas sinar masuk
It = Intensitas sinar yang diteruskan
= Koefisien ekstingsi
b = Tebal kuvet yang digunakan
C = Konsentrasi dari sampel

3. Cara Kerja Spektrofotometer


Spektrum elektromagnetik terdiri dari urutan gelombang dengan sifat-
sifat yang berbeda. Kawasan gelombang penting di dalam penelitian biokimia
adalah ultra lembayung (UV, 180-350 nm) dan tampak (VIS, 350-800 nm).
Cahaya di dalam kawasan ini mempunyai energi yang cukup untuk
mengeluarkan elektron valensi di dalam molekul tersebut (Keenan 1992).
Penyerapan sinar UV-Vis dibatasi pada sejumlah gugus fungsional atau gugus
kromofor yang mengandung elektron valensi dengan tingkat eksutasi rendah.
Tiga jenis elektron yang terlibat adalah sigma, phi, dan elektron bebas.
Kromofor-kromofor organik seperto karbonil, alkena, azo, nitrat, dan karboksil
mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak. Panjang gelombang
maksimumnya dapat berubah sesuai dengan pelarut yang digunakan.
Auksokrom adalah gugus fungsional yang mempunyai elektron bebas nseperti
hidroksil, metoksi, dan amina. Terkaitnya gugus kromofor akan mengakibatkan
pergeseran pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih besar dan
disertai dengan peningkatan intensitas (Hart 2003).
Ketika cahaya melewati suatu larutan biomolekul, terjadi dua
kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah cahaya ditangkap dan
kemungkinan kedua adalah cahaya discattering. Bila energi dari cahaya (foton)
harus sesuai dengan perbedaan energi dasar dan energi eksitasi dari molekul
tersebut. Proses inilah yang menjadi dasar pengukuran absorbansi dalam
spektrofotometer (Aisyah 2009).
Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya
monokromatik dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet
(tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap
oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar
pembaca (Hadi 2009) Larutan yang akan diamati melalui spektrofotometer
harus memiliki warna tertentu. Hal ini dilakukan supaya zat di dalam larutan
lebih mudah menyerap energi cahaya yang diberikan. Secara kuantitatif,
besarnya energi yang diserap oleh zat akan identik dengan jumlah zat di dalam
larutan tersebut. Secara kualitatif, panjang gelombang dimana energi dapat
diserap akan menunjukkan jenis zatnya (Cahyanto 2008).

Gambar 1.1 Instrumen Spektrofotometer Uv-Vis


Adapun bagian-bagian dari spectrofotometer Uv-Vis adalah sebagai
berikut:
a. Sumber cahaya
Sebagai sumber cahaya pada spectrofotometer, haruslah memiliki
pancaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber energi
cahaya yang biasa untuk daerah tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah
dekat adalah sebuah lampu pijar engan kawat rambut terbuat dari wolfram
(tungsten). Lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah
panjang gelombang (1) adalah 350 2200 nanometer (nm).
b. Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan
cahaya polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang
tertentu monokromatis) yang bebeda (terdispersi). Ada 2 macam
monokromator yaitu prisma dan grating (kisi difraksi). Keuntungan
menggunakan kisi difraksi meliputi:
- Dispersi sinar merata
- Dispersi lebih baik dengan ukuran pendispersi yang sama
- Dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spectrum
Cahaya monokromatis ini dapat dipilih panjang gelombang tertentu
yang sesuai untuk kemudian dilewatkan melalui celah sempit yang disebut
slit. Ketelitian dari monokromator dipengaruhi juga oleh lebar celah (slit
width) yang dipakai. Monokromator berfungsi sebagai penyeleksi panjang
gelombang yaitu mengubah cahaya yang berasal dari sumber sinar
polikromatis menjadi cahaya monokromatis.
c. Sel Sampel
Berfungsi sebagai tempat meletakan sampel, UV-VIS
menggunakan kuvet sebagai tempat sampel. Kuvet biasanya terbuat dari
kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang terbuat dari silika
memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini disebabkan yang terbuat dari
kaca dan plastik dapat menyerap UV sehingga penggunaannya hanya pada
spektrofotometer sinar tampak (VIS). Kuvet biasanya berbentuk persegi
panjang dengan lebar 1 cm. Cuvet harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
- Tidak berwarna sehingga dapat mentransmisikan semua cahaya.
- Permukaannya secara optis harus benar- benar sejajar.
- Harus tahan (tidak bereaksi) terhadap bahan- bahan kimia.
- Tidak boleh rapuh.
- Mempunyai bentuk (design) yang sederhana.
d. Detektor
Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel
dan mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :
- Kepekaan yang tinggi
- Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
- Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
- Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
- Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
Detektor juga terdiri dari beberapa macam yaitu detektor foto
(Photo detector), photocell, minsalnya CdS, phototube, hantaran foto,
dioda foto dan detektor panas.
e. Read Out
Read out merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya
isyarat listrik yang berasal dari detektor. Berdasarkan sistem optiknya
terdapat 2 jenis spektrofotometer yaitu sebagai berikut:
- Spektrofotometer single beam (berkas tunggal)
Pada spektrofotometer ini hanya terdapat satu berkas sinar yang
dilewatkan melalui cuvet. Blanko, larutan standar dan contoh
diperiksa secara bergantian.

Gambar 1.2 Mekanisme Sigle Beam


- Spektrofotometer double beam (berkas ganda)
Pada alat ini sinar dari sumber cahaya dibagi menjadi 2 berkas oleh
cermin yang berputar (chopper).Blanko dan contoh diperiksa secara
bersamaan seperti terlihat pada gambar. Blanko berguna untuk
menstabilkan absorbsi akibat perubahan voltase atau Io dari sumber
cahaya. Dengan adanya blanko dalam alat kita tidak lagi mengontrol
titik nolnya pada waktu-waktu tertentu, hal ini berbeda jika pada
single beam.

Gambar 1.3 Mekanisme Double Beam


BAB IV
METODE PELAKSANAAN

4.1. Pengujian Parameter Fenol, Phospat, dan Ca Pada Sampel Air Limbah
(Uji Fenol)

4.1.1 Alat dan Bahan


a. Alat
Spektrofotometer Uv-Vis
Timbangan Kapasitas 500 gr
Gelas pengaduk
Hot plate
Labu takar, kapasitas 100 ml dan 1000 ml
Tang penjepit
Gelas beaker, kapasitas 800 ml
Pipet volume kapasitas 2 ml, 5 ml, 10 ml, 20 ml, 30ml, dan 40 ml
Pipet tetes
Erlenmeyer, kapasitas 1000 ml
Gelas ukur plastik
Magnetic stirer
b. Bahan
Sampel air boiler
H2SO4 pekat
HCl pekat
Aquades
Pottasium Dihydrogen Phospate 0,2197 gr
Ammonium molidate 12,5 ml
KMnO4 O,1 N
Ferous Ammonium Sulphate 1,404 gr
Hydrogxylamine 1 ml
Sodium Acetate 35% 10 ml
Phenatroline 0,12% 10 ml
Magnetic Stirer
NaOH 2 ml
Indikator morexid
EDTA

4.2. Prosedur Analisa


4.2.1 Preperasi larutan Standar
1. Preparasi larutan Standar Fe
a. Ditimbang 1,404 gr Ferous Ammonium Sulphate,
Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O
b. Dilarutkan Ferous Ammonium Sulphate kedalam 20 ml H2SO4
pekat dan ditambahkan 30 ml H2O
c. Ditambahkan beberapa tetes KMnO4 0.1 N sampai warna pink
muda
d. Dimasukkan dan dilarutkan kedalam labu ukur 1000 ml sampai
tanda batas dengan aquades
e. Diambil sebanyak 5ml, dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml
dan diencerkan dengan aquades sampai tanda batas
f. Diambil 0 ml, 2 ml, 5 ml, 10 ml, dan 20 ml, dimasukkan kedalam
masing-masing labu takar 100 ml sampai tanda batas dengan
aquades
g. Diambil 50 ml dari masing-masing larutan standar, kemudian
dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml
h. Ditambahkan masing-msing larutan standar dengan 2 ml HCl
pekat
i. Dipanaskan sampai mendidih dengan hotplate selama 5 menit
dan dinginkan
j. Ditambahkan 1 ml Hydroxylamine, NH2OH.HCl 10%
k. Ditambahkan 10 ml Sodium Acetate NaC2H3O2 35% dan 10 ml
Phenatroline 0,12%
l. Diencerkan menjadi 100 ml dengan aquades, biarkan selama 15
menit
m. Diukur absorbansi dengan spektrofotometer Uv-Vis Panjang
gelombang 510 nm, kuvet 5 cm

2. Preparasi larutan standar Phospat (PO4)


a. Ditimbang 0, 2197gr Potasium Dihydrogen Phospat
b. Dilarutkan dengan aquades dalam labu takar 1000 ml sampai
tanda batas
c. Diambil 5 ml, 10 ml, 20 ml, 30 ml, dan 40 ml dan masukkan
kedalam masing-masing labu takar 100 ml di encerkan dengan
aquades sampai tanda batas
d. Diambil 25 ml dari masing-masing larutan standar, kemudian
dimasukkan kedalam gelas beaker plastik
e. Ditambahkan dengan 12,5 ml ammonium molidate
f. Dihomogenkan dan ditunggu selama 15 menit
g. Diukur absorbansi dengan Spektrofotometer Uv-Vis dengan
panjang gelombang 415 nm kuvet 1 cm

3. Ca (Calcium Hardness)
a. 25 ml contoh ditamabh dengan air destilasi atau 50 ml contoh
b. Ditambahkan 2 ml NaOH 1 N (PH 12-13)
c. Dititrasi dengan EDTA II
d. Dicatat hasil titrasi EDTA II
Perhitungan :

Ca Hardness as mg CaCo3/L = VM =

4.2.2 Analisis Sampel


1. Pengujian Fe
a. Diambil 50 ml sampel air proses
b. Dimasukkan kedalam erlenmeyer
c. Ditambahkan dengan 2 ml HCl pekat
d. Dipanaskan sampai mendidih dengan hotplate selama 5 menit
e. Ditambahkan dengan 1 ml hydroxylamine 10%
f. Ditambahkan dengan 10 ml sodium acetate 35%
g. Ditambahkan dengan 10 ml phenatroline 0,12%
h. Diencerkan menjadi 100 ml dengan aquades dan biarkan selama
15 menit
i. Diperiksa absorbansi dengan spektrofotometer Uv-Vis panjang
gelombang 510nm, kuvet 5 cm

2. Pengujian Phospat
a. Diambil 25 ml sampel air proses
b. Dimasukkan masing-masing sampel kedalam gelas beaker plastik
c. Ditambahkan dengan 12,5 ml ammoium molidate
d. Diperiksa absorbansi dengan spektrotometer Uv-Vis panjang
gelombang 415 nm, kuvet 1 cm

3. Pengujian Ca Hardness
a. Diambil 50 ml sampel air proses
b. Dimasukkan masing-masing sampel kedalam erlenmeyer
c. Ditambahkan dengan 2 ml NaOH
d. Ditambahkan indikator muresed ( 3 tetes)
e. Dititrasi dengan EDTA

4.2.3 Prosedur penggunaan Spectrofotometer Uv-Vis


1. Penggunaan Spektrofotometer Uv-Vis
a. Nyalakan spektrofotometer dan tunggu hingga 10-15 menit.
b. Lakukan pengaturan pada spektrofotometer dengan cara menekan
tombol set dan atur sesuai panjang gelombang yang diinginkan.
c. Tekan tombol set lagi untuk menyimpan hasil settingan.
d. Masukkan kuvet yang berisi aquades kedalam spektrofotometer
e. Tekan tombol blank, maka panjang gelombang akan
terstandarisasi.
f. Keluarkan kembali kuvet yang telah berisi aquades tersebut.
g. Masukkan kuvet yang berisi sampel .
h. Tunggu hingga pembacaan panjang gelombang pada layar
penunjuk berhenti dan menunjukkan angka yang tetap.
i. Setela selesai tekan tombol on-off

Anda mungkin juga menyukai