Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

ANALISIS KEBUTUHAN AIR TANAMAN UNTUK PAKAN


TERNAK RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum)
DI PULAU SUMBA
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Praktek Kerja Lapangan

Disusun Oleh:
Kinanto Prabu Werdana
240110120019

DEPARTEMEN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR
2015

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


Nama
Mahasiswa
NPM

Kinanto Prabu Werdana


:
: 240110120019

Program
Studi
Tempat
Praktek

Teknik Pertanian
:
Pusat Penelitian dan Pengembangan
:

Sumber daya Air (PUSAIR) Jalan Ir.


H. Juanda 193 Kota Bandung 40135

Tanggal
Praktek
Judul Laporan

30 Juni 2015 14 Agustus 2015


:
: Analisis

Kebutuhan Air

Tanaman

Untuk Pakan Ternak Rumput Gajah


(Pennisetum purpureum) di Pulau
Sumba

Disetujui untuk diajukan sebagai laporan praktek kerja lapangan.


Jatinangor, September 2015
Menyetujui,

Pembimbing Instansi PKL

Dosen Pembimbing PKL

Ir. Chay Asdak, M.Sc., Ph.D.

Ir. Wawan Herawan. M.Si.

NIP. 19560218 198403 1 002

NIP. 196006011987031003
Mengetahui,
Koordinator PKL TMIP

Asri Widyasanti, STP., M.Eng


NIP. 19830725 200604 2 001

LEMBAR PENILAIAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


Nama Mahasiswa

Kinanto Prabu Werdana

NPM

240110120019

Program Studi

Teknik Pertanian

Tempat Praktek

Pusat Penelitian dan Pengembangan


Sumber daya Air (PUSAIR) Jalan Ir.
H. Juanda 193 Kota Bandung 40135

Tanggal Praktek

30 Juni 2015 14 Agustus 2015

Judul Laporan

: Analisis Kebutuhan Air Tanaman


Untuk Pakan Ternak Rumput Gajah
(Pennisetum purpureum) di Pulau
Sumba

Nilai Dosen Pembimbing

Nilai Pembimbing Lapangan

Nilai Akhir

:
Jatinangor, Februari 2015

Menyetujui,

Pembimbing Instansi PKL

Dosen Pembimbing PKL

Ir. Chay Asdak, M.Sc., Ph.D.


19560218 198403 1 002

Ir. Wawan Herawan. M.Si. NIP:


NIP.196006011987031003
Mengetahui,

Koordinator PKL TMIP

Asri Widyasanti, STP., M.Eng


NIP. 19830725 200604 2 001

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
rahmat serta izin-Nya laporan praktek kerja lapangan yang berjudul Analisis
Kebutuhan Air Tanaman Pakan Ternak Rumput Gajah (Pennisetum Purpureum) Di
Pulau Sumba dapat diselesaikan. Penyusunan laporan praktek kerja lapangan ini adalah
sebagai salah satu dasar penilaian praktek kerja lapangan.
Laporan praktek kerja lapangan ini menjelaskan proses praktek kerja lapangan
yang dilaksanakan pada 30 Juni 2015 14 Agustus 2015.
Penulis menyadari bahwa mulai dari proses pelaksanaan hingga penyusunan laporan ini
menerima berbagai masukan baik moral ataupun material dari berbagai pihak sehingga
pada kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ir. Chay Asdak, M.Sc., Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan
pada penulis pada saat pelaksanaan hingga penyusunan laporan praktek kerja lapangan
ini.
2. Asri Widyasanti. STP., M.Eng selaku dosen koordinator mata kuliah praktek kerja
lapangan.
3. Ir. Wawan Herawan, M.Si. selaku dosen pembimbing lapangan yang telah membantu
penulis dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Balai Hidrologi dan Tata Air
PUSAIR.
4. Drs Irfan Sudono, MT. Selaku kepala Balai Hidrologi dan Tata Air yang telah
memberikan izin dan kesempatan kepada penulis untuk dapat melaksanakan Praktek
Kerja Lapangan.
5. Seluruh staf Puslitbang Sumber Daya Air, khususnya di Balai Hidrologi dan Tata Air
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
6. Orang tua yang telah memberikan dorongan moril dan material sehingga kegiatan
Praktek Kerja Lapangan dapat terlaksanakan dengan lancar.
7. Sahabat serta rekan, khususnya sahabat kompakos yang telah memberikan dukungan,
ruang, semangat, dan komitmen yang begitu bertubi-tubi kepada penulis begitu pun
dengan Sifa,Wanti dan Musfiq yang sudah menemani berdiskusi selama PKL
berlangsung

8. Seluruh pihak yang sudah membantu dalam penyusunan laporan praktek kerja lapangan
ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa laporan praktek kerja lapangan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangatlah diperlukan untuk perbaikan
penulisan selanjutnya. Semoga ide yang terdapat pada laporan praktek lapangan ini
dapat diterima dengan baik dan bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Aamiin.

Bandung, September 2015

Kinanto Prabu Werdana

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PUSAIR (Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air) merupakan
lembaga institusi dibawah Kementrian Pekerjaan Umum yang bergerak dalam
pengelolaan sumber daya air untuk memberi masukan serta rekomendasi kebijakan
terhadap permasalahan yang ada di suatu daerah dan mencoba menawarkan solusi
sesuai dengan kajian dan penilitan.
Sesuai dengan latar belakang yang ada yaitu bidang kajian teknik konservasi
tanah dan air, penulis melakukan praktek kerja lapangan di Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Air di Jalan Ir.H Juanda, Bandung. Penulis melakukan
kegiatannya di Balai Hidrologi dan Tata Air. Di Balai Hidrologi dan Tata Air ini penulis
berkesempatan untuk menganalisis kebutuhan air tanaman untuk tanaman pakan ternak
rumput gajah (Pennisetum purpureum) di Pulau Sumba.
Air merupakan sumberdaya alam yang mutlak dibutuhkan oleh makluk hidup,
air juga merupakan sumberdaya alam yang sifatnya dapat diperbarui, karena air selalu
mengalir dalam satu siklus yang disebut daur hidrologi. Meskipun air dapat diperbarui,
akan tetapi air juga mengalami perubahan, baik dari segi jumlah (kuantitas) maupun
mutu (kualitas).
Dalam kasus ini penulis akan membahas kebutuhan air tanaman yang dapat di
maksimalkan dari potensi air permukaan yang berada di Pulau Sumba, sehingga lebih
air yang dihasilkan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk keperluan irigasi
tanaman pakan ternak, yaitu rumput gajah, karena secara umum di Pulau Sumba
mayoritas masyarakatnya berkerja sebagai perternak hewan rumnansia seperti
Kuda,Kerbau,Sapi, hingga Babi
Pemilihan rumput gajah sebagai pakan ternak pun didasari karena Rumput
Gajah merupakan salah satu rumput unggul yang berasal dari Philipina dan rumput ini
mempunyai produksi yang cukup tinggi. Selain itu menghasilkan banyak anakan,
mempunyai akar kuat, batang yang tidak keras dan mempunyai ruasruas daun yang
banyak serta struktur daun yang muda sehingga sangat disukai oleh ternak.

1.2 Maksud Praktek Kerja Lapangan


Adapun maksud dari Praktek Kerja Lapang (PKL) ini adalah untuk memberikan
pengalaman bekerja pada mahasiswa sehingga mahasiswa mengetahui bagaimana
kondisi di dunia pekerjaan. Selain itu, mahasiswa juga merasakan dan melihat serta
mengalami langsung apa saja yang selama ini diperoleh di perkuliahan. Lebih lanjut
lagi, mahasiswa dapat mempelajari kapasitas air tanaman untuk rumput gajah.
1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
1.3.1 Tujuan umum
Adapun tujuan umum dilaksanakannya praktek kerja lapangan adalah :
1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan melalui latihan kerja dan
aplikasi ilmu yang telah diperoleh sesuai dengan bidang keahlian.
2. Meningkatkan

kemampuan

kemahasiswa

dalam

mengidentifikasi,

merumuskan dan memecahkan permasalahan sesuai dengan bidang


keahliannya secara sistematis dan disiplin.
3. Membekali mahasiswa agar memiliki pengalaman bekerja pada sebuah
instansi.
4. Memberikan kemampuan agar dapat membandingkan pengetahuan teoritis
yang diperoleh dengan kenyataan di lapangan.
5. Mengidentifikasi masalah dan belajar menganalisis untuk mendapatkan suatu
penyelesaian dari masalah tersebut
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dilaksanakannya praktek kerja lapangan ini
adalah:
1. Memahami dan mengetahui secara langsung kegiatan para pegawai di Balai
Hidrologi dan Tata Air, khususnya proses menganalisis kekeringan dan potensi
Air permukaan di suatu wilayah
2. Memngetahui kapasitas air tanaman pada satu jenis tanaman khususnya
rumput gajah (Pennisetum purpureum)

1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan


Kegiatan Kegiatan praktek kerja lapangan dilaksanakan di Balai
Hidrologi dan Tata Air yang beralamatkan di Jalan Ir. H. Juanda 193, Bandung. Praktek
kerja lapangan dilaksanakan selama 25 hari efektif, dimulai dari tanggal 30 Juni 2015
sampai dengan tanggal 14 Agustus 2015.
1.5 Deskripsi Kegiatan Praktek Kegiatan Lapangan
Adapun deskripsi kegiatan praktek kegiatan lapangan adalah sebagai berikut :
1. Observasi lapangan
2. Pemilihan balai tempat praktek kerja lapangan yang diberikan oleh pihak PUSAIR.
3. Pemilihan bagian tempat praktek kerja lapangan yang diberikan oleh pihak Balai
Hidrologi dan Tata Air.
4. Konsultasi dengan pembimbing lapangan Balai Hidrologi dan Tata Air mengenai
rencana kegiatan, judul kegiatan dan pelaksanaan kegiatan.
5. Konsultasi dan bimbingan dengan dosen pembimbing Departemen Teknik dan
Manajemen Industri Pertanian mengenai instansi tempat Praktek Kerja Lapangan (PKL)
akan dilaksanakan serta bidang kajian yang dipilih.
6. Tinjauan pustaka dan studi literatur tentang kajian yang dilaksanakan.
1.6 Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan pada penyusunan laporan praktek kerja lapangan ini
adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan data selama praktek kerja
2. Pencarian dan pengumpulan literatur yang berkaitan melalui buku dan informasi
internet.
3. Penulisan laporan, dimana data-data yang didapatkan disusun secara sistemastis dan
logis ke dalam bentuk tulisan, yaitu laporan praktek kerja lapangan.

BAB II
ANALISIS KEBUTUHAN AIR TANAMAN UNTUK PAKAN TERNAK
RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) DI PULAU SUMBA
2.1 Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan yang dilakukan selama praktek kerja lapangan adalah Analisis kebutuhan
air tanaman untuk ternak ruminansia yang berada di Pulau Sumba untuk mengetahui
waktu kapan diperlukannya irigasi dan disaat kapan bisa mengandalkan air permukaan,
Lalu menghitung nilai Eto (Evaporasi) yang akan terjadi menggunakan metode
tronthwhite sehingga mendapatkan jumlah debit air serta melakukan pencarian pustaka
dan literatur yang berkaitan dengan kapasitas kebutuhan air.

2.2 Alat dan Bahan Kegiatan


Selama masa praktek kerja lapang (PKL) mahasiswa menggunakan beberapa alat dan
bahan sebagai penunjang kelancaran kegiatan PKL ini, diantaranya :
1. Buku Catatan
2. Alat Tulis
3. Flashdisk
4. Handphone
5. Laptop
6. Pengolahan Software Ms. Word dan Ms Excel
2.3 Tahapan Kegiatan
2.3.1 Penetuan Pakan ternak rumput gajah (Pennisetum purpureum)
Rumput gajah (Pennisetum purpureum) merupakan tanaman pakan ternak
yang tepat untuk memenuhi kebutuhan hijauan pakan bagi ternak ruminansia
karena rumput tersebut termasuk tanaman berumur panjang dan dapat beradaptasi
pada semua jenis tanah palatable (disukai ternak)
Tanaman mermelukan air untuk kelangsungan hidupnya. Hampir semua
proses dalam tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan air. Pengurangan air dapat
menyebabkan berbagai gejala yang dibedakan dalam skala waktu beberapa menit
(penyebab tanaman layu, penutupan stomata) hingga mingguan (perubahan
pertumbuhan dan pembungaan) atau bulanan (pennurunan biomass total) (Tardieu,

1996). Ketahanan tanaman terhadap kekeringan merupakan faktor utama dalam


stabilitas penampilan tanaman dalam kondisi kering. Sifat ketahanan kering dapat
dimasukkan dalam kondisi fisiologis, yaitu pengelolaan status air tanaman selama
stres; pengelolaan fungsi tanaman pada kondisi status air tanaman rendah, dan
perbaikan kembali status air tanaman dan fungsi tanaman setelah mengalami stres
(Xiuhai et al., 2005).
Oleh karena sebab seperti diatas menjadikan rumput ini untuk mendapatkan
kebutuhan air yang cukup,
2.3.2 Karakteristik Rumput Gajah ((Pennisetum purpureum)
Rumput gajah merupakan rumput unggul yang berasal dari Philipina
tropic, termasuk jenis rumput potong yang berumur panjang, tumbuh tegak
membentuk rumput, tinggi dan dapat mencapai 7 m bila dibiarkan bebas dan
kedalaman akar mencapai 4.5 m (Reksohadiprodjo, 1985). Rumput ini dapat
tumbuh pada ketinggian 0-3000 m diatas permukaan laut (mdpl), dengan curah
hujan 1000 mm/tahun, tidak tahan genangan dan mebutuhkan tanah subur.
Rumput gajah disukai ternak, tahan terhadap kekeringan, produksi dan nilai
gizinya tinggi serta baik silase (Soegiri et al, 1980).
Tabel 1. Kandungan Nutrisi Rumput Gajah (Rukmana 2015)
Kandungan Nutrisi Rumput Gajah Persentase (%)
((Pennisetum purpureum)
Bahan Kering (BK)
19.9%
Protein Kasar (PK)
10.2%
Lemak Kasar (LK)
1.6 %
Serat Kasar (SK)
34.2%
Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen (BETN) 42.3%
Abu
11.7%
Pertumbuhan kembali pada rumput merupakan hasil dari kegiatan
metabolism tanaman setelah mengalami defoliasi dan akan mempengaruhi
pertumbuhan kembali adanya persediaan bahan makanan berupa karbohidrat
dalam akar yang ditinggalkan setelah pemotongan (Sutrisno, 1983). Kecepatan
pertumbuhan kembali sangat ditentukan oleh kadar cadangan karbohidrat
tanaman, kesuburan tanah, iklim, penerimaan cahaya, interval pemotongan
(defoliasi) serta tinggi pemotongan (Isbandi, 1985).

Oleh karena faktor diatas sehingga tanaman rumput gajah ini cocok untuk
pakan untuk perternakan yang ada di pulau sumba yang memang lebih dari 20.000
ekor per kabupaten. Dan memang pembudidayaan yang bisa dibilang sangat
mudah dilakukan untuk para petermak dan tidak ada perlakuan khusus.
2.3.3 Penentuan pemasangan pos hidrologi untuk mewakili Pulau Sumba
1. Pos Hidroklimatologi Waikabubak
Pemasangan Pos Hidroklimatologi telah dipasang di Pos Waikabubak, Desa Waikero
Kecamatan Waikabubak pada kordinat 9 38' 38.65" dan 119 23' 12.86" dengan elevasi
455 mdpl di Rumah Ibu Diana sebagai Operator Alat (Gambar 1).

Kegiatan

pemasangan berupa pemasangan pagar pelindung pos hidrologi, sangkar meteo yang
diisi oleh thermometer maksimum dan minimum, dan Pos Hujan ARR Otomatis, Pos ini
mewakili data karakteristik suhu dan curah hujan di wilayah Pulau Sumba bagian barat.

Gambar 1. Pos Hidrologu Waikabubak


(Sumber: Puslitbang SDA, 2014)

2.

Pos Hidroklimatologi Lewa

Pemasangan Pos Hidroklimatologi Otomatis telah dipasang di Pos Lewa, Desa


Lewapako Kecamatan Lewa Kabupaten Sumba Timur, pada kordinat 9 42' 42.25",
119 52' 52.10" dengan elevasi 450 mdpl di Rumah Ibu Lidia sebagai Operator Alat
(Gambar 2.2). Kegiatan pemasangan berupa pemasangan pagar pelindung pos hidrologi,
sangkar meteo yang diisi oleh thermometer maksimum dan minimum, dan Pos Hujan
ARR Otomatis. Selain pemasangan alat dilakukan pelatihan dan sosialisasi Pos
Hidrologi Otomatis kepada Dinas Pengairan Sumba Timur. Pos ini mewakili data
karakteristik suhu dan curah hujan di wilayah Pulau Sumba bagian tengah.

Gambar 2. Pos Hidrologi Lewa


(Sumber: Puslitbang SDA, 2014)

3. Pos Hidroklimatologi Pabiwerai


Pemasangan Pos Hidroklimatologi Otomatis telah dipasang di Pos Paberiwai, Desa
Pabera Manera Kecamatan Paberiwai pada kordinat 10 00' 14.0", 120 29' 53.5"
dengan elevasi 550 mdpl di Rumah Bapak Abraham sebagai Operator Alat (Gambar
2.3). Kegiatan pemasangan berupa pemasangan pagar pelindung pos hidrologi, sangkar
meteo yang diisi oleh thermometer maksimum dan minimum, dan Pos Hujan ARR
Otomatis. Pos ini mewakili data karakteristik suhu dan curah hujan di wilayah Pulau
Sumba bagian timur.

Gambar 3. Pos Hidrologi Paberiwai


(Sumber: Puslitbang SDA, 2014)

2.3.4 Penentuan Nilai Evaporasi dari 3 Titik Pos menggunakan metode


thronthwaite

Pendugaan ETo metode Thorntwaite ini hanya menggunakan data suhu rata-rata
bulanan saja,
Metode ini cocok digunakan apabila data yang didapatkan sangat minim dan
hasilnyapun tidak akan terlalu jauh dari metode-metode pendugaan evaporasi lainnya.
Untuk menduga ETo metode Thornthwaite bisa menggunakan rumus. Rumus ini
berlaku untuk suhu udara rata-rata bulanan (t < 26,5 C), yaitu
ETo = 1.6 (10 t/I)a ..... (1)
Dimana :
ETo = evaporasi potensial bulan (cm/bulan)
t =suhu rata-rata bulanan (oC)
I = akumulasi indeks panas dalam setahun,
I diperoleh dengan rumus :

...(2)
a = 0,000000675 I3 0,0000771 I2 + 0,01792 I + 0,49239 .. (3)
F = faktor koreksi terhadap panjang hari dari letak lintang (diperoleh dari tabel)
Sedangkan untuk data suhu t >= 26,5 C, gunakan rumus :
ETo (t >= 26,5 C) = - 0,0433 t2 + 3,2244 t 41.545 ....(4)
Nilai ETO yang diperoleh ini belum dikoreksi dengan faktor kedudukan matahari
atau faktor lintang (F). Nilai F dapat dilihat dalam Tabel 1. Sehingga nilai :
ETo (terkoreksi) = ETO . F ....(5)

Tabel 2. Faktor koreksi (F) untuk kedudukan matahari atau faktor lintang utara
LU
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1
1,04
1,04
1,04
1,03
1,03
1,02
1,02
1,02
1,01
1,01
1,00

2
0,9 4
0,9 4
0,9 4
0,9 4
0,9 3
0,9 3
0,9 3
0,9 3
0,9 2
0,9 2
0,9 1

3
1,0 4
1,0 4
1,0 4
1,0 4
1,0 3
1,0 3
1,0 3
1,0 3
1,0 3
1,0 3
1,0 3

4
1,0 1
1,0 1
1,0 1
1,0 2
1,0 2
1,0 2
1,0 2
1,0 2
1,0 3
1,0 3
1,0 3

5
1,0 4
1,0 4
1,0 5
1,0 5
1,0 6
1,0 6
1,0 6
1,0 7
1,0 7
1,0 8
1,0 8

Bulan
6
7
1,0 1 1,0 4
1,0 1 1,0 4
1,0 2 1,0 5
1,0 2 1,0 5
1,0 3 1,0 6
1,0 3 1,0 6
1,0 3 1,0 6
1,0 4 1,0 7
1,0 5 1,0 7
1,0 5 1,0 8
1,0 6 1,0 8

8
1,0 4
1,0 4
1,0 4
1,0 5
1,0 5
1,0 5
1,0 5
1,0 6
1,0 6
1,0 7
1,0 7

9
1,0 1
1,0 1
1,0 1
1,0 1
1,0 1
1,0 1
1,0 1
1,0 1
1,0 2
1,0 2
1,0 2

10
1,04
1,04
1,04
1,04
1,03
1,03
1,03
1,03
1,03
1,02
1,02

11
1,0 1
1,0 1
1,0 1
1,0 0
1,0 0
0,9 9
0,9 9
0,9 9
0,9 9
0,9 8
0,9 8

12
1,04
1,04
1,04
1,03
1,03
1,02
1,02
1,01
1,01
1,00
0,99

Tabel 3. Faktor koreksi (F) untuk kedudukan matahari atau faktor lintang selatan
LU
1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1,04
1,04
1,05
1,05
1,06
1,06
1,06
1,07
1,07
1,08
1,08

2
0,9 4
0,9 4
0,9 4
0,9 4
0,9 5
0,9 5
0,9 5
0,9 6
0,9 6
0,9 7
0,9 7

3
1,0 4
1,0 4
1,0 4
1,0 4
1,0 4
1,0 4
1,0 4
1,0 4
1,0 3
1,0 3
1,0 3

4
1,0 1
1,0 1
1,0 1
1,0 1
1,0 0
1,0 0
1,0 0
1,0 0
0,0 9
0,0 9
0,0 8

5
1,0 4
1,0 4
1,0 4
1,0 3
1,0 3
1,0 2
1,0 2
1,0 2
1,0 1
1,0 1
1,0 1

Bulan
6
7
1,0 1 1,0 4
1,0 1 1,0 4
1,0 1 1,0 4
1,0 0 1,0 3
0,9 9 1,0 3
0.9 9 1,0 2
0.9 8 1,0 2
0,9 8
1,0 2
0,9 7 1,0 2
0,9 7 1,0 1
0,9 6 1,0 1

8
1,0 4
1,0 4
1,0 4
1,0 4
1,0 3
1,0 3
1,0 3
1,0 3
1,0 2
1,0 2
1,0 2

9
1,0 1
1,0 1
1,0 1
1,0 0
1,0 0
1,0 0
1,0 0
1,0 0
0,9 9
0,9 9
0.9 8

10
1,04
1,05
1,05
1,05
1,05
1,05
1,05
1,03
1,02
1,02

11
1,0 1
1,0 1
1,0 1
1,0 2
1,0 3
1,0 3
1,0 3
1,0 4
1,0 4
1,0 5
1, 05

12
1 ,04
1 ,04
1 ,05
1 ,05
1 ,05
1 ,06
1 ,02
1 ,01
1 ,01
1 ,00
0 ,99

Sehingga didapatkan Nilai ETo (Terkoreksi) dari 3 Titik di Pulau Sumba sebagai
berikut :
1. Pos Waykabubak
Jumlah I = 92.33648
Nilai a = 2.021106
ETO* = ETO dibawah titik konvergensi (t < 26.5 C)
ETO** = ETO dibawah titik konvergensi (t >= 26.5 C)
Kordinat kecamatan Waykabubak (LS) = 9.64406 derajat
Tabel 4. Perhitungan ETo Terkoreksi Waykabubak

Bulan
Novemb
er
Desemb
er

T
rata2
Bulan

11.9
8
11.1
1
12.2
7
10.6
1
12.4
8
12.4
2
11.0
2
10.4
1

25.79
24.53

Januari

26.2

Februari

23.8

Maret

26.5

April

26.40

Mei

24.4

Juni

23.5

a
ETo*
ETo** F
ETo
2.0211 12.7
12.7
06
5 12.81 1.05
5
2.0211 11.5
11.5
06
2 11.49 1.09
2
2.0211 13.1
13.1
06
6 13.21 1.08
6
2.0211 10.8
10.8
06
4 10.66 0.97
4
2.0211
13.4
13.4
13.4
06
7
9 1.05
9
2.0211 13.3
13.3
06
7 13.40 0.99
7
2.0211 11.4
11.4
06
0 11.35 1.01
0
2.0211 10.5
10.5
06
6 10.31 0.96
6

ETo
terkore
ksi
13.39
12.63
14.22
10.51
14.16
13.24
11.51
10.18

2. Pos Lewa
Jumlah I = 87.30538
Nilai a = 1.918415
ETO* = ETO dibawah titik konvergensi (t < 26.5 C)
ETO** = ETO dibawah titik konvergensi (t >= 26.5 C)
Kordinat kecamatan Lewa (LS) = 9.7117 derajat
Tabel 5. Hasil Perhitungan ETo Terkoreksi Lewa

Bulan
October
Novemb
er
Decemb
er

T
bulan
rata2
30.19
21.85
23.73

i
15.2
1
9.32
10.5
6

ETo
ETO*
terkore
a
ETO* *
F
ETo
ksi
1.9184 17.5 16.3
16.3
15
3
3 1.06
3
17.31
1.9184
15
9.12 8.23 1.05 9.12
9.57
1.9184 10.7 10.5
10.7
15
8
8 1.09
8
11.82

January
Februar
y

21
23.92

8.78
10.6
9

March

22.18

9.53

April

20.85

8.68

May

18.74

7.39

June

18.25

7.10

1.9184
15
1.9184
15
1.9184
15
1.9184
15
1.9184
15
1.9184
15

8.42
10.9
5

7.07
10.8
0

1.08
0.97

8.42
10.9
5

9.40

9.09
10.62

8.67

1.05

9.40

9.87

8.29

6.86

0.99

8.29

8.21

6.68

3.67

1.01

6.68

6.75

6.34

2.87

0.96

6.34

6.10

3. Pos Paberiwai
Jumlah I = 91.397
Nilai a = 2.001523
ETO* = ETO dibawah titik konvergensi (t < 26.5 C)
ETO** = ETO dibawah titik konvergensi (t >= 26.5 C)
Kordinat kecamatan Pabiwerai (LS) = 10.0038 derajat
Tabel 6. Perhitungan ETo Terkoreksi Pabiwerai

23.51

a
10.4 2.0015
1 23

ETO
ETO*
terkore
ETO* *
F
ETO
ksi
10.5 10.3
10.5
7
2
1.1
7
11.63

21

2.0015
8.78 23

8.42

7.07

1.08

8.42

9.09

24.02

10.7 2.0015
6 23

11.0
4

10.9
2

0.97

11.0
4

10.71

26.7

12.6 2.0015
3 23

13.6
8

13.6
7

1.05

13.6
7

14.36

April

23.08

10.1 2.0015
3 23

10.1
9

9.81

0.99

10.1
9

10.09

Mei

21.50

2.0015
9.10 23

8.83

7.77

1.01

8.83

8.92

Juni

21.33

2.0015
8.99 23

8.69

7.53

0.96

8.69

8.34

Juli

20.86

2.0015
8.69 23

8.30

6.87

8.30

8.30

Bulan
Desemb
er
Januari
Februari
Maret

T
bulan
rata2

2.3.4 Penetuan Nilai ETcrop

Setelah melakukan perhitungan ETo yang dilakukan dari dengan metode


tronthwaite

langkah

selanjutnya

adalah

menentukan

nilai

koefisen

evapotranspirasi atau biasa disebut dengan Kc (mm/hari), Kc dari berbagai


tanaman biasa berbeda satu dengan yang lainnya karena memang karakteristik
tanaman yang sangat berbeda satu dengan yang lainnya, bahkan Kc pada suatu
tanaman

bisa

berbeda-beda

dan

dibagi

fase

yaitu

pada

saat

pertumbuhan/awal ,masa perkembangan/rata-rata, dan masa panen/akhir. Untuk


mendapatkan nilai kc yang sesuai untuk tanaman rumput gajah (pennisetum
perpereum) dilakukan beberapa tinjaukan pustaka dan didapatkan dari buku
Suistainable water management in the tropics and subtropics vol. 1 (2012) bahwa
tanaman rumput gajah mempunya karakteristik yang sama dengan Cameroon
grass sehingga mempunyai nilai Kc sebagai berikut :
Tabel 7. Niali Kc Rumput Gajah (Pennisetum Perpereum)
Fase
Initial
Medium
Final

Cameroon Grass
0.39
0.79
0.56

Sehingga nilai ETcrop = ETo . Kc .. (5)


Tabel 8. ETcrop Pos Waykabubak
Novemb Initial
er
Mediu
m
Final
Desemb Initial
er
Mediu
m
Final
Initial
Januari
Mediu
m

5.2232
99 Maret
10.580
53
7.5001
21
4.9291
72 April
9.9847
33
7.0777
85
5.5465
61 Mei
11.235
34

Initial
Mediu
m
Final
Initial
Mediu
m
Final
Initial
Mediu
m

5.5258
65
11.193
42
7.9345
75
5.1658
63
10.464
18
7.4176
5
4.4920
65
9.0993
12

Final

7.9642
93
4.1024
42 Juni
8.3100
75
5.8906
86

Final

6.7526
63 Maret
13.678
47

Initial

5.5258
65

Mediu
m

11.193
42

9.6961
31

Final

7.9345
75

3.7361
6

Initial

5.1658
63

7.5681
18

Mediu
m

10.464
18

Final

5.3647
42

Final

7.4176
5

Initial

4.6125
21

Initial

4.4920
65

Initial
Februari
Mediu
m
Final

Initial
Mediu
m
Final

6.4501
45
3.9720
51
8.0459
49
5.7034
57

Tabel 9. ETcrop Pos Lewa


Novemb Initial
er
Mediu
m
Final
Desemb Initial
er
Mediu
m

Januari

April

Mei

Mediu
m

9.3433
12

Mediu
m

9.0993
12

Final

6.6231
08

Final

6.4501
45

Initial

3.5467
61

Initial

3.9720
51

Februari

Juni

Mediu
m

7.1844
64

Mediu
m

8.0459
49

Final

5.0927
85

Final

5.7034
57

Initial

Mediu
m

4.5383
96 April
9.1931
61

Mediu
m

3.9360
09
7.9729
42

Final

6.5166

Final

5.6517

Tabel 9. ETcrop Pos Pabiwerai


Desem
ber

Initial

71
Initial

3.5467
61

Mediu
m

Initial

3.4810
49

7.1844
64

Mediu
m

7.0513
55

Final

5.0927
85

Final

4.9984
29

Initial

4.1794
48

Initial

3.2536
09

Januari

Februar
i

06
Mei

Juni

Mediu
m

8.4660
61

Mediu
m

6.5906
45

Final

6.0012
58

Final

4.6718
49

Initial

5.6012
81 Juli
11.346
19

Initial

3.2399
39

Mediu
m

6.5629
54

8.0428
66

Final

4.6522
2

Maret
Mediu
m
Final

2.3.5 Grafik Hubungan Curah Hujan dengan ETcrop


Setelah diketahui nilai ETcrop makan selanjutnya adalah menghubungkannya
dengan curah hujan, hal ini dimaksudkan dengan tujuan agar mengetahui dalam
bulan apa curah hujan mengalami surplus dan disaat kapan mengalami deficit
sehingga dapat dilakukan antisipasi dengan cara pemberian irigasi pada bulanbulan tertentu sehingga kebutuhan air tanaman dapat tetap terjaga kuantitasnya
agar tidak kurang dan rumput gajah tidak mengalami kekeringan dan pakan
ternak pun tetap bisa tersedia sepanjang tahun.
Tabel 10. Data Pos Waykabubak
Bulan

CH
Bulanan
Rata2
Etcrop
Etcrop/Bul
an

novemb
er

decemb
er

janua
ry

februa
ry

marc
h

187

392

462

226

204

154

352

323

7.76

7.33

233.03

227.24

8.24
255.7
1

6.10
170.8
2

8.21
254.7
5

7.68
230.
47

6.68
207.
09

5.90
177.
21

april

may

june

Selisih

-46.03

164.75

206.2
8

50.75

55.17

76.4
7

144.
90

145.
78

(Semua Perhitungan dalam Satuan mm/bulan)

Grafik Hubungan Antara CH dengan ETcrop


500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
Curah Hujan Bulanan

Etcrop/Bulan

Gambar 4. Grafik Hubungan Antara CH dengan ETcrop di Pos Waykabubak


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Tabel 11. Data Pos Lewa


Bulan

decemb
er

january

februar
y

421

415.8

174.2

73

152.5

273

197

march

april

may

june

CH
Bulanan
Rata2
Etcrop
Etcrop/Bul
an

5.55

6.85

5.27

6.16

5.72

4.76

3.91

172.24

212.64

147.69

171.81

147.73

117.56

Selisih

248.75

203.15

26.50

191.06
118.06

-19.31

125.26

79.43

(Semua Perhitungan dalam Satuan mm/bulan)

Grafik Hubungan Antara CH dengan ETcrop


450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
december

january

february

march

april

Curah Hujan Bulanan

may

june

Etcrop/Bulan

Gambar 5. Grafik Hubungan Antara CH dengan ETcrop di Pos Lewa


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Tabel 12. Data Pos Pabiwerai


Bulan

decemb
er

januar
y

februa
ry

406.5

438.9

318.1

138.5

363.7

223.9

58.5

27.6

6.74

6.21
174.0
3

5.85
175.6
0

5.17
160.4
8

4.83
145.1
6

144.0
6

8.33
258.2
3
119.7
3

188.0
9

63.41

86.66

4.81
149.3
6
121.7
7

CH
Bulanan
Rata2
Etcrop
Etcrop/Bul
an

209.23

5.27
163.5
1

Selisih

197.26

275.3
8

marc
h

april

(Semua Perhitungan dalam Satuan mm/bulan)

may

june

july

Grafik Hubungan Antara CH dengan ETcrop


500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
december january february march

april

may

Curah Hujan Bulanan

june

july

Etcrop/Bulan

Gambar 6. Grafik Hubungan Antara CH dengan ETcrop


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Dilihat dari ketiga grafik diatas kita dapat simpulkan bahwa disaat bulan
apa di setiap pos diperlukan perlakuan irigasi karena mengalama deficit, dan
dibulan apa untuk keperluan irigasi bisa menggunakan potensi curah hujan yang
tersedia, curah hujan diukur perhari dalam rentan waktu October 2014 Juli 2015
dan menghasilkan hasil sebagai berikut:
Di Pos Waykabubak yang mempresentasikan kondisi hidrologi di wilayah
sumba barat mendapatkan hasil dari deficit atau kekurangan air untuk tanaman
pakan ternak rumput gajah (pennisetum purpereum) di bulan November 2014
sebesar -46.0395 mm/bulan, dan Maret dan April 2015 sebesar -50.7565
mm/bulan dan -76.477 mm/bulan selebihnya di bulan bulan lain kebutuhan air
tanaman masih bisa dipenuhi dari curah hujan yang tersedia di daerah tersebut
Di wilayah bagian tengah pulau sumba, tepatnya di Pos Lewa medapatkan
hasil yang sedikit berbeda, dari penilitian selama bulan Desember 2014 hingga
Juni 2015 hanya mengalami deficit air di bulan Maret dan April 2015 sebesar
-118.065 mm/bulan dan -19.317 mm/bulan sementar selebihnya air bisa tercukup
dari curah hujan yang tersedia di wilayah tersebut
Di wilayah timur sumba tepatnya di pos hidrologi Pabiwerai dilakukan
peneilitian dari bulan Desember 2014 hingga Juli 2015 dan didapatkan hasil
deficit air di bulan maret 2015 dan juni, juli 2015 sebesar -199.733 mm/bulan,

-86.661 mm/bulan, dan 121.77 mm/bulan dan di bulan- bulan selain itu curah
hujan cukup untuk memenuhi kebutuhan air di wilayah tersebut
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penanaman rumput gajah di pulau
sumba sebagai pakan ternak bisa dilakukan dengan catatan penambahan saluran
irigasi tanaman pada bulan-bulan musim kemarau air atau sekitar bulan maret
hingga juli, selebihnya petani bisa mengandalkan curah hujan yang tersedia.

BAB III
PENUTUP
Kegiatan praktek kerja lapangan di Balai Hidrologi dan Tata Air, Puslitbang
Sumber Daya Air ini meliputi pengenalan institusi, pengenalan dunia pekerjaan
dan pengenalan tahapan serta pengetahuan mengenai analisis kebutuhan air
tanaman untuk pakan ternak rumput gajah (pennisetum purpureum) di Pulau
Sumba. Seluruh kegiatan tersebut memberikan wawasan baru mengenai dunia
profesi dan pengetahuan akademik tambahan.
Adapun secara garis besar proses analisis analisis kebutuhan air tanaman untuk
pakan ternak rumput gajah (pennisetum purpureum) di Pulau Sumba yang
dilakukan di Balai Hidrologi dan Tata Air Puslitbang Sumber Daya Air adalah
sebagai berikut :
1. Penetuan Pakan ternak rumput gajah (Pennisetum purpureum)
2. Karakteristik Rumput Gajah ((Pennisetum purpureum)
3. Penentuan pemasangan pos hidrologi untuk mewakili Pulau Sumba
4. Penentuan Nilai Evaporasi dari 3 Titik Pos menggunakan metode
thronthwaite
5. Penetuan Nilai ETcrop
6. Analisis Curah hujan dengan ETcrop
Dari penulisan laporan ini penulis ini mengalam sedikit kendala karena
susahnya mencari referensi yang sesuai dengan kebutuhan karena penilitian
tentang kebutuhan air tanaman untuk rumput gajah ini masih belum ada, dan sulit
mencari nilai crop koefisien yang sesuai litelatur.
Selain itu, begitu luas nya dunia profesi di bidang teknik pertanian. Penulis
merasa mata kuliah yang diberikan begitu kurang jika dibandingkan dengan apa
yang harus dilaksanakan di lapangan. Penulis banyak sekali belajar hal baru yang
tidak sempat dipelajari di bangku perkuliahan.

DAFTAR PUSTAKA
Doorenbos J, W.O Pruite dkk, Crop water requirement: Food And Agriculture
Organization Of The United Nations 24. Tahun 1984.
Mulatsih,R.T [jurnal] Pertumbuhan Kembali Rumput Gajah dengan Interval
Defoliasi dan Dosis Pupuk Urea yang Berbeda. Jurnal ilmiah Universitas
Diponogoro Semarang Tahun 2012
Jaguarao, R.S, Suistainable water management in the tropics dan subtropics and
case studies in Brazil. Fundacao Universidade Federal do Pampa, Tahun
2012
Profil Puslitbang Sumber Daya Air [Homepage Puslitbang Sumber Daya Air],
[Online]. Tersedia di http://www.pusair-pu.go.id/index.php/profil
(Diakses pada 2 September 2015 pukul 8:46 WIB).
Puslitbang SDA. 2014. Laporan Akhir Penelitian Potensi Sumber Daya Air
Untuk Penyediaan Air Baku (Studi Kasus: Pulau Sumba Nusa Tenggara
Timur. Balai Hidrologi dan Tata Air.
SK Menteri Permukiman dan Pengembangan Wilayah No. 57/KPTS/2000 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Hidrologi.
SK Menteri PU No. 316-321/KPTS/1985. Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Balai-Balai Penyelidikan di Lingkungan Balitbang PU.
SK Menteri PU No. 336/KPTS/1995. Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kerja
Balai Hidrologi.
Vicente-Serrano, Sergio M. Dkk.. [jurnal] A Multiscalar Drought Index Sensitive
to Global Warming : The Standardized Precipitation Evapotranspiration
Index. Jurnal ilmial American Meteorogical Society vol 23 tahun 2010

LAMPIRAN

Lampiran 1. Profil Umum PUSLITBANG Sumber Daya Air


A. Sejarah Singkat

Puslitbang Sumber Daya Air merupakan salah satu dari 4 (empat) Pusat
Litbang yang berada di bawah Badan Litbang Kimpraswil. Instansi ini sudah ada
sejak tahun 1936 dengan nama Departement Verheer en Waterstaat. Pada tahun
1947 nama tersebut berubah menjadi Institute Voor Wegen Waterboukundige
Orderzoekingen dan pada tahun 1950 berubah menjadi Institut Teknik Air dan
Tanah. Pada tahun 1966 setelah nama instansi berubah menjadi Lembaga
Penyelidikan Masalah Air. Pada tahun 1974, nama instansi berubah nama menjadi
Direktorat Penyelidikan Masalah Air. Pada tahun 1984, nama instansi berubah
nama menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan berada di bawah
Badan Litbang Departemen Pekerjaan Umum.Pada tahun 1999 nama instansi
berubah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Sumber Daya Air
berada di bawah Badan Litbang Departemen Permukiman dan Pengembangan
Wilayah (Kimbangwil).
Pada tahun 2001, nama instansi menjadi Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sumber Daya Air di bawah Badan Litbang Departemen
Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil). Pada Tahun 2004, nama
instansi berubah menjadi Pusat Litbang Sumber Daya Air, berada dibawah8 Badan
Litbang Departemen Pekerjaan Umum. Pada tahun 2010, nama instansi ini pun
berubah menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air, berada
dibawah Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum.

Visi :
Menjadi lembaga terkemuka dalam menyediakan jasa keahlian teknologi
untuk mendukung tersedianya infrasruktur sumber daya air yang handal

Misi :
Meneliti dan mengembangkan teknologi tepat guna bidang sumber daya
air (SDA) yang kompetitif dan ramah lingkungan Menyusun norma, standar,
pedoman, manual bidang konstruksi dan bangunan sumber daya air Menunjang
penyelenggaraan penyediaan tenaga ahli pengelola Sumber Daya Air melalui
kegiatan diseminasi teknologi. Memberikan Advice dan pelayanan teknis bidang
sumber daya air Menyediakan data dan informasi bidang sumber daya air

B. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan


Struktur organisai Puslitbang Sumber Daya Air secara lengkap disajikan
pada gambar di bawah ini. Sebagai sebuah organisai pemerintahan maka
kedudukan, tugas, fungsi,

30
domisili dan tata kerja Balai Hidrologi dan Tata Air mempunyai fungsi untuk melakukan
penyusunan program, pengumpulan, pengolahan dan penyajian data atau informasi,
penyediaan sarana litbang, pengembangan laboratorium, pelaksanaan survei, investigasi,
penelitian dan pengembangan, perekayasaan, penunjang ilmiah, pemberian saran teknis, advis
teknis, pengujian laboratorium dan lapangan, serta pembinaan teknis berskala nasional yang
berkaitan dengan kegiatan hidrologi dan tata air.

Gambar 10 . Struktur Organisasi Pusat Litbang Sumber Daya Air


( Sumber:
Gambar 14. Struktur Organisasi PUSAIR

(Sumber : Dokumen PUSAIR)


Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Balai HITA dibantu oleh Seksi penelitian
dan pengembangan, Seksi penerapan dan pelayanaan dan Kelompok jabatan fungsional.
Secara umum struktur organisasi Balai HITA adalah sebagai berikut :

31

Gambar 15 . Struktur Organisasi Balai HITA

(Sumber : Dokumentasi PUSAIR)


Seksi penelitian dan pengembangan mempunyai tugas melakukan program penelitian,
pengembangan, penyiapan standar, pedoman dan manual serta evaluasi dan pelaporan. Seksi
penerapan dan pelayanaan mempunyai tugas melakukan perekayasaan, difusi teknologi,
pengujian, pengkajian, penerpan dan pelayanan teknis, ahli teknologi, penyelenggara
laboratorium serta sertifikasi. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari para peneliti,
perekayasa, pustakawan, pranata komputer, teknisi dan litkayasa.
Tenaga kerja yang dibutuhkan pada setiap balai berbeda-beda. Jumlah tenaga kerja
tersebut didasarkan pada kebutuhan balai dan bidang ilmu. Pada Tabel 12 ditampilkan jumlah
tenaga kerja yang sudah menjadi Pegawai Negeri Sipil dalam Puslitbang Sumber Daya Air.
Balai Hita memiliki jumlah tenaga kerja tetap sebanyak 52 orang.

Tabel 6. Jumlah Tenaga Kerja Dalam PUSLITBANG Sumber Daya Air


Lokasi

Unit Kerja

Jumlah

32
1. Bandung

Bagian Tata Usaha

44

Bidang Program dan Kerjasama

16

Bidang Sumber Daya Kelitbangan

16

Bidang Standar dan Diseminasi

20

Balai Lingkungan Keairan

35

Balai Hidrologi dan Tata Air

52

Balai Bangunan Hidroulika dan Geoteknik Keairan

41

2. Surakarta

Balai Sungai

42

3. Yogyakarta

Balai Sabo

61

4. Bekasi

Balai Irigasi

54

Balai Pantai

21

Balai Rawa

14

5. Buleleng
6. Banjarmasin

Jumlah

416

Sumber: pusair.go.id (tahun 2013)


C. Sarana dan Prasarana Balai Hidrologi dan Tata Air
Pada tahun 2011 kegiatan di Balai Hidrologi dan Tata air dikelompokan sebagai berikut:
1. Konservasi, yang terdiri atas;
a. Rasionalisasi pos pengamatan hidrologi dan pengembangan teknologi telemetring peralatan
hidrologi.
b. Penelitian karakteristik hidrologi dan laju erosi sebagai fungsi perubahan tata guna lahan.
c. Penelitian emisi gas rumah kaca di lahan bakal waduk dan waduk.
d. Penelitian prakiraan dan pengendalian kekeringan.
2. Daya guna, yang terdiri atas:
a. Pengembangan teknologi penyediaan air baku di daerah karst.
b. Penelitian kebutuhan air di Indonesia.
3. Pengendalian Daya Rusak Air, yang mencakup penelitian model hubungan hujan limpasan
untuk prakiraan dan peringatan dini banjir berbasis data satelit.
4. Pengelolaan Basis Data dan Informasi Sumber Daya Air bidang Hidrologi dan Tata
Air.
Kegiatan-kegiatan tersebut diarahkan oleh Kepala Balai Hidrologi dan Tata Air dan
dikoordinir oleh Kasie Litbang. Hasil kegiatan penelitian ini disampaikan dalam laporan yang
secara bertahap dievaluasi oleh tim evaluator Puslitbang Sumber Daya Air.

33
Untuk melaksanakan berbagai kegiatan tersebut Balai HITA memiliki berbagai fasilitas,
seperti laboratorium kalibrasi current meter dan alat klimatologi, peralatan pengukuran, dan
workshop hiodrologi. Selain itu juga tersedia studio pengolahan data hidrologi, telemetri,
sarana dan prasarana pelatihan, serta fasilitas perangkat lunak untuk studi tentang hidrologi.
Cakupan kegiatan litbang meliputi: banjir, kekeringan, peramalan dan peringatan dini banjir,
erosi-sedimentasi, hujan-aliran, air tanah, instrumentasi hidrologi, klimatologi dan tata air.
Inovasi dan perekayasaan teknologi ini dapat mendukung pembangunann prasarana sumber
daya air seperti untuk pengendalian sungai, pembangunan bendung dan bendungan,
pengendalian bencana alam, pengelolaan dan operasional bangunan pengairan, serta
penyusunan norma, standar, pedoman, serta manual yang berkaitan dengan hidrologi dan tata
air. Basisi data yang terdapat dalam balai HITA meliputi curah hujan, klimatologi, debit
sungai, tinggi muka air, cekungan air tanah.

34
Lampiran 2. Surat Tugas Praktek Kerja Lapangan

35
Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Praktek Kerja Lapangan

36
Lampiran 4. Formulir Penilaian Praktek Kerja Lapangan Oleh Pembimbing Lapangan

Anda mungkin juga menyukai