Anda di halaman 1dari 19

Erosi dan Sedimentasi

Sebagai Indikator
Kekritisan Daerah Aliran
Sungai
Teknik Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai
Pertemuan ke 9

Tujuan pembelajaran khusus


Setelah

mengikuti bahasan ini mahasiswa


mampu menjelaskan mengenai

proses dan mekanisme erosi dan sedimentasi


Bentuk bentuk erosi dan penyebabnya
Pengukuran dan prediksi besar erosi dan
sedimentasi
Serta erosi sebagai indikator keterkaitan antara
daerah hulu dan hilir

Erosi
Pengertian
Dampak

yang ditimbulkan (onsite - offsite)


Proses Erosi (tiga tahapan berurutan)
Bentuk bentuk Erosi

Sedimentasi = Erosi
Sedimen

adalah hasil dari proses erosi


Sedimen yield : besarnya sedimen yang
berasal dari erosi yang terjadi di daerah
tangkapan air yang diukur pada periode
waktu dan tempat tertentu
Pengukuran dilakukan dgn sediment terlarut
dalam sungai (suspended sedimen) atau
pengukuran didalam waduk

Sedimentasi

Sedimentasi adalah jumlah material tanah berupa kadar lumpur


dalam air oleh aliran air sungai yang berasal dari hasil proses
erosi di hulu, yang diendapkan pada suatu tempat di hilir dimana
kecepatan pengendapan butir-butir material suspensi telah lebih
kecil dari kecepatan angkutannya.
Dari proses sedimentasi, hanya sebagian material aliran sedimen
di sungai yang diangkut keluar dari DAS, sedang yang lain
mengendap di lokasi tertentu di sungai selama menempuh
perjalanannya.
Indikator terjadinya sedimentasi dapat dilihat dari besarnya kadar
lumpur dalam air yang terangkut oleh aliran air sungai, atau
banyaknya endapan sedimen pada badan-badan air dan atau
waduk. Makin besar kadar sedimen yang terbawa oleh aliran
berarti makin tidak sehat kondisi DAS.

Dampak pada bagian hilir


Berkurangnya

daya tampung sungai, saluran,

waduk
Daerah baru dan delta sungai, kesuburan
tanah baik

Identifikasi Permasalahan

Sumber : SK Menhut 52 Kpts-II 2001

Tingkat Bahaya Erosi


Peta

tingkat bahaya erosi dibuat berdasarkan


kelas tingkat bahaya erosi (TBE).
Teknik pelaksanaan pemetaan TBE dengan
cara menumpang tindihkan peta bahaya
erosi (USLE) dan peta kedalaman solum
tanah ataupun langsung mencantumkan TBE
pada setiap satuan lahan yang TBE-nya telah
dievaluasi.
Sumber : Amaru dkk, 2011

Peta
Rupabum
i
Deliniasi
Sub Das

Data Stasiun
dan curah
Hujan

Peta
Erosivitas
Hujan

Peta Jenis
Tanah

Peta
Erodibilitas

Peta
Kemiringan

Peta Indeks
LS

Peta
Tutupan
Lahan
Peta Indeks
CP

Over
lay

Peta Laju Erosi


Sub DAS Cikeruh

Over
lay

Peta Solum
Tanah

Peta Tingkat Bahaya


Erosi Sub DAS
Cikeruh

Tahapan Penentuan Tingkat Bahaya Erosi

Sumber : Amaru dkk, 2011

Kekritisan Lahan

Lahan yang tidak mampu secara efektif digunakan


untuk lahan pertanian sebagai media pengatur tata
air, maupun sebagai pelindung alam lingkungan.

Lahan yang tidak sesuai antara kemampuan tanah


dan penggunaannya, akibat kerusakan secara fisik,
kimia, dan biologis sehingga membahayakan fungsi
hidrologis, sosial-ekonomi, produksi pertanian
ataupun bagi pemukiman. Hal ini dapat
menimbulkan erosi dan longsor di daerah hulu serta
terjadi sedimentasi dan banjir di daerah hilir
(Zain,1998).
Sumber : di dalam Amaru dkk, 2011

Pengumpulan data
untuk mendapatkan data dan fakta tentang gambaran
kondisi tata air DAS sesuai indikator-indikator yang
ada pada SK Menteri Kehutanan No 52 /KptsII/2001 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan DAS,
yaitu:
a. Kuantitas air - debit aliran air sungai (Q,
KRS=Qmaks/Qmin, IPA, dan koefisien limpasan C)
b. Kontinuitas air (nilai CV)
c. Kualitas air - kandungan sedimen, SDR dan kandungan
pencemar (fisik: warna, TDS/total dissolved solid,
kekeruhan; kimia: pH, DHL/daya hantar listrik, nitrat, sulfat,
phospat, potasium, natrium, calsium; dan biologi:
BOD/biological oxygen demand, COD/chemical oxygen
demand).

Data tata air DAS/Sub DAS

diperoleh dari stasiun pengamatan hujan (SPH) dan


stasiun pengamatan arus sungai (SPAS) yang
dipantau secara rutin-kontinyu (harian) untuk
selama setahun pengamatan (umumnya
pengamatan jangka panjang selama 5-10 tahun)
untuk melihat pengaruh perlakukan/kegiatan yang
diterapkan di DAS/Sub DAS yang menjadi sasaran
kegiatan.
Pengumpulan data hujan (P) pada SPH, data tinggi
muka air (TMA), debit (Q) dan debit suspensi (Qs)
pada SPAS

Stasiun
Stasiun

Pengamat Arus Sungai (SPAS)


adalah alat pemantau output(hasil air), yaitu
besarnya aliran air/debit
air (kuantitas),besarnya muatan sedimen
dan polutan yang terbawa aliran
air (kualitas),dan distribusi aliran air/debit air
tahunannya (kontinuitas).
Stasiun penakar hujan (unit penakar hujan
tipe manual/ombrometer dan
otomatis/Automatic Rainfall Recorder=ARR)
1. http://www.monevdas.org/stasiun-pengamat-arus-sunga.html
2. Dirjen REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR : P.04/V-SET/2009

Suspended

sampler (pengambil contoh air


untuk pengukuran muatan sediment dan
kualitas air)

Currentmeter

(alat pengukur kecepatan aliran

sungai)

http://bpk-solo.litbang.dephut.go.id/kegiatan/film/7/stasiun-pengamat-arus-sungai

Kriteria Indikator kinerja DAS

Kerangka logika kinerja pengelolaan DAS


didasarkan prinsip, kriteria, dan indikator
kinerja DAS

KISS : (koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi).

Pustaka
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL TENTANG
PEDOMAN MONITORING DAN EVALUASI DAERAH ALIRAN SUNGAI
NOMOR : P.04/V-SET/2009
TANGGAL : 05 Maret 2009
Dwiratna; Sophia dan Chay Asdak, 2011, Buku Ajar Teknik Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Jurusan Teknik
dan Manajemen Industri Pertanian UNPAD

Anda mungkin juga menyukai