Anda di halaman 1dari 6

STATUS KUALITAS AIR WADUK CIRATA DAN DAMPAKNYA

TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN BUDIDAYA

Wage Komarawidjaja1), Sutrisno Sukimin2) dan Entang Arman3)


1)
Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (P3TL) BPPT, Jakarta2)
Pollution Control Laboratory, SEAMEO BIOTROP, Bogor3)

ABSTRACT

Waduk Cirata is multipurpose cascade dam that lay in the middle of Citarum
watershed. Based on some reports, the water quality of this dam significantly
decreased to bad condition. This condition may be harmful to some equipments
generating electricity power and also aquaculture product utilizing cages (KJA).
The result of intensive observation during carps (Cyprinus carpio) culture period
concluded that its aquaculture water changed into polluted called Eutrophic
environment. There is correlation between eutrophication and lack growth of fishes
in some cages. It is indicated by dominant increase of fish length than the increase
of the weight of fish which is called as a negative allometric of fish growth.

Keywords : Water quality, eutrophication, aquaculture, growth rate, Cyprinus carpio.

1. PENDAHULUAN
1.1 Kondisi Waduk Cirata. Dari kedua unsur hara tersebut, P lebih
sering menjadi penyebab utama timbulnya
Waduk Cirata termasuk dalam kategori
eutrofikasi. Kejadian tersebut terjadi karena
waduk serbaguna, dimana selain
adanya fenomena denitrifikasi pada senyawa
dimanfaatkan sebagai sumberdaya PLTA,
nitrogen, menyebabkan nitrogen tidak
waduk ini juga dimanfaatkan untuk kegiatan
mengalami akumulasi di sedimen, sedangkan
perikanan dan pariwisata sebagai upaya
senyawa P akan terakumulasi di sedimen. 3)
memperbaiki kehidupan ekonomi masyarakat
di sekitar waduk.1,2) Hal tersebut diperkuat oleh laporan
Garno, bahwa pengembangan KJA banyak
Namun demikian, dapat dikatakan
menyumbangkan sisa pakan dan hasil
kegiatan perikanan Karamba Jaring Apung
metabolisme ikan yang cenderung
(KJA) lebih menonjol dibanding kegiatan lain
meningkatkan unsur hara di dalam perairan
yang memanfaatkan potensi sumberdaya
sehingga mempercepat eutrofikasi.4) Dari
alam setempat. Kegiatan perikanan ini
unsur hara P saja, KJA di Waduk Cirata
sangat pesat perkembangannya, yang
diperkirakan memberikan konstribusi sebesar
ditunjukkan oleh pertambahan jumlah KJA
2.474 ton/per tahun.1) (Sukimin, 2004).
yang tersebar di perairan Waduk. 1,2)
Kondisi perairan Waduk yang Eutrof antara
Kegiatan budidaya KJA yang berkembang lain akan ditandai oleh keadaan blooming
diluar kendali daya dukung lingkungan, diduga algae perairan, anoksia dan perairan menjadi
telah mendorong peningkatan kesuburan toksik. 1,2,4)
perairan yang ditandai oleh peningkatan unsur
Oleh karena itu, untuk melihat tingkat
hara seperti N dan P yang sangat signifikan.
kesuburan danau dan waduk secara
Perubahan tersebut akan menurunkan kondisi
kuantitatif, dapat dilihat dari perubahan
perairan, sehingga dapat mengganggu
beberapa parameter kualitas fisik, kimia dan
kehidupan biota bahkan selanjutnya akan
biologi perairan, sebagaimana dikemukakan
menurunkan diversitas biota seperti ikan dan
oleh Novotny dan Olem, 1994 pada Tabel-1. 5)
organisme lainnya di waduk.1)

Komarawidjaja. W. 2005: Status Kualitas Air..J. tek. Ling. P3TL-BPPT. 6. (1): 268-273 268
Tabel-1. Tingkat Kesuburan Perairan Berdasarkan g : laju pertumbuhan sesaat ( instanteous
Beberapa Parameter Kualitas Air growth)
Parameter Klasifikasi kesuburan
Oligotrof Mesotrof Eutrof
Fosfor Total < 10 10 - 20 > 20
(g/l)
Nitrogen < 200 200 - 500 > 500
Total (g/l)
Klorofil-a <4 4 - 10 > 10
(g/l)

Peningkatan kesuburan perairan tersebut,


akan berakibat buruk terhadap kehidupan
perairan, baik yang alami maupun budidaya.
Beberapa hal yang mungkin terjadi adalah
perubahan diversitas biota, pertumbuhan tidak
normal, perubahan genetik dan kematian.6,7)
Oleh karena itu, berdasarkan uraian
diatas, penelitian bertujuan untuk mengetahui
status kualitas air Waduk Cirata dan
pengaruhnya terhadap pola pertumbuhan ikan
Gambar 1. Stasiun Pengamatan di Waduk
budidaya KJA.
Cirata

2. METODOLOGI 2). Hubungan Panjang-Berat


2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Untuk mendapatkan hubungan panjang-berat
digunakan rumus sebagai berikut:
Penelitian dilakukan dari bulan Juli
sampai Oktober 2004 di kawasan budidaya W = aLb
KJA Jangari, Waduk Cirata, Kabupaten dimana :
Cianjur (Gambar 1).
W : berat total (gr)
2.2. Pemeriksaan Kualitas Perairan L : panjang total (mm)
a dan b : konstanta
Pemeriksaan parameter kualitas kimia air
dilakukan terhadap Total Posfor (P) dan Total
Nitrogen (N). Untuk parameter biologi seperti Sedangkan untuk melihat pertumbuhan
fitoplankton, dilakukan dengan mengukur isometrik atau allometrik dilakukan uji-t
kandungan khlorofil-. Semua analisa terhadap nilai b pada selang kepercayaan
Laboratorium parameter kualitas air tersebut 95% dengan rumus:
dilakukan berdasarkan Standar Method. 8)
t hitung = |b 3 | /sb
2.3. Pengamatan Pertumbuhan Ikan Apabila nilai b=3, maka pertumbuhannya
isometrik, namun apabila nilai b<3 dan nilai
1). Pertumbuhan berat seketika (instanteous b>3 maka masing-masing pertumbuhannya
growth) adalah allometrik negatif dan allometrik positif.
Laju pertambahan berat ikan dihitung
menggunakan model pertumbuhan
berat/seketika sebagai berikut: 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
W t = W oe gt
3.1. Parameter Penting Kualitas Perairan
dimana : 1). Khlorofil
Wt : berat ikan pada waktu ke-t (g) Konsentrasi klorofil- sebagaimana disajikan
Wo : berat ikan pada waktu t0 (g) pada Gambar-2, cukup berfluktuasi.
t : waktu Kandungan klorofil- tertinggi berada pada

Komarawidjaja. W. 2005: Status Kualitas Air..J. tek. Ling. P3TL-BPPT. 6. (1): 268-273 269
kedalaman 1 meter dengan konsentrasi rata- Kandungan total P perairan yang diukur
rata 24.08 g/L dan mengalami penurunan sebagaimana disajikan pada Gambar-3. Hasil
setelah melebihi kedalaman 1 meter, dimana pengukuran menunjukkan bahwa konsentrasi
pada kedalaman 2 dan 3 meter, rata rata total P rata-rata berkisar di bawah 0.16 mg/l
kandungan klorofil- berturut turut menjadi untuk semua kedalaman yang diukur (1-3 m).
20.44 g/L dan 17.18 g/L. Rendahnya kandungan total P pada badan air
pada kedalaman tersebut, karena unsur hara
P lebih banyak terendapkan dan terakumulasi
0.00
K o n s. K lo ro fil-a (u g /L )
10.00 20.00 30.0 0 40.00 dalam sedimen. 3)
0
Pada umumnya dalam perairan yang
0 .5 alami, kandungan total fosfor tidak lebih dari
0,1 mg/l, kecuali pada perairan yang
1 menerima berbagai macam limbah dari rumah
tangga, limbah industri dan limpasan dari
Kedalaman (m)

1 .5
pertanian yang umumnya menggunakan
2 pupuk. 9)
2 .5 Namun demikian, kandungan total P
3
sekitar 0.16 mg/l pada stasiun pengamatan
sebagaimana disajikan Gambar-3, menurut
3 .5 Novotny dan Olem, 1994 dalam Effendi dapat
Ju li A g u stu s dikategorikan sudah eutrof, karena perairan
S e p te m b e r O kto b e r tersebut mengandung total P lebih besar dari
20 g/L. 5)

K o n s . T o ta l P ( m g /l)
Gambar-2. Konsentrasi Klorofil- pada 0 0 .2 0 .4 0 .6 0 .8
Kedalaman Berbeda 0

0 .5
Adanya perbedaan nilai klorofil- ini
berhubungan erat dengan penetrasi cahaya 1
Kedalaman (m)

yang masuk ke dalam perairan dan


1 .5
keberadaan organisme khususnya
fitoplankton, dimana fitoplankton yang memiliki 2
klorofil- cenderung berada di kedalaman
2 .5
yang masih terpengaruh oleh cahaya
matahari, sehingga dominansi fitoplankton ini 3
dapat digambarkan oleh kandungan klorofil-
3 .5
yang ada di perairan. J u li A g u s tu s
Oleh karena itu, terjadinya penurunan S e p te m b e r O k to b e r
kandungan klorofil- pada kedalaman 2 meter
dan 3 meter sangat terkait erat dengan faktor Gambar-3. Konsentrasi Total Posfor (P)
intensitas cahaya dan suhu yang optimal. pada Kedalaman Berbeda
Sebaliknya di permukaan perairan,
kecenderungan rendahnya kandungan klorofil-
karena suhu di permukaan cukup tinggi Selanjutnya untuk total N, selama
sehingga keberadaan fitoplankton sedikit. pengukuran terjadi fluktuasi yang tajam antara
Namun demikian, dari sisi kandungan waktu pengukuran dan kedalaman satu
klorofil- pada Gambar-2, secara umum, dengan yang lain. Beberapa hal yang
perairan menunjukkan kondisi lingkungan berpengaruh terhadap fluktuasi kandungan
dengan tingkat kesuburan yang tinggi yang total N tersebut antara lain karena musim dan
dikenal dengan perairan yang sudah eutrof. periode budidaya. Pada bulan Agusutus dan
Hal tersebut ditunjukkan oleh kandungan September kandungan total N terukur tinggi
klorofil- yang lebih besar dari 10 g/L, dan menurun pada akhir periode budidaya.
termasuk kategori eutrof, sebagaimana Namun demikian, kandungan total N
disebutkan oleh oleh Novotny dan Olem, 1994 selama periode pengamatan, secara umum
dalam Effendi (2000). 5) pada kedalaman 1-3 meter konsentrasinya
2). Total Fosfor (P) dan Nitrogen (N)

Komarawidjaja. W. 2005: Status Kualitas Air..J. tek. Ling. P3TL-BPPT. 6. (1): 268-273 270
lebih besar dari 0.50 mg/L. Konsentrasi lebih Hasil pengukuran panjang ikan pada
besar dari 0.50 mg/L pada Gambar-4, saat awal penelitian adalah antara 5.510.6
menunjukkan kondisi lingkungan termasuk cm, dengan panjang dominan antara 6.6-9.3
kedalam kategori sudah eutrof, sebagaimana cm. Ikan dengan ukuran panjang tersebut
disajikan pada Tabel-1. 5) memiliki sebaran berat antara 3.78-21.9 gram
dengan ukuran dominant antara 6.04-15.07
Dengan demikian, dari hasil pengukuran
gram. Sebaran panjang dan berat ikan pada
klorofil-, total P dan total, perairan kajian
awal penelitian disajikan pada Gambar-5 dan
termasuk kedalam kategori eutrof. Kondisi
Gambar-6.
demikian, tidak menguntungkan bagi
kelangsungan kehidupan perairan, terutama
untuk organisme yang tidak bisa berpindah
dengan bebas ke perairan yang lebih baik,
seperti ikan budidaya yang dipelihara dalam
KJA.

Kons. Total N (mg/L)

0,00 0,50 1,00 1,50


0

0,5

1
Kedalaman (m)

1,5

2,5

3,5
Gambar-5. Panjang total T0 Ikan mas
(Cyprinus carpio)
Juli Agustus
September Oktober
Selanjutnya, hasil pengukuran
pertumbuhan pada akhir penelitian (T8),
Gambar-4. Konsentrasi Total Nitrogen (N) panjang ikan berkisar antara 17.5-28.2 cm
pada Kedalaman Berbeda dengan panjang dominan pada ukuran
panjang 17.5-25.5 cm (Gambar-7). Dengan
Keadaan eutrof ini dapat mengakibatkan ukuran panjang tersebut, ikan memiliki berat
berkurangnya pakan alami yang diperlukan berkisar antara 100-475.67 gram dengan
untuk pertumbuhan, terjadi akumulasi berat ikan dominan antara 100.00-287.53
senyawa toksik yang menghambat gram (Gambar-8).
pertumbuhan ikan, bahkan menimbulkan Dari data pertumbuhan ikan tersebut, panjang
kematian. Dampak yang lebih parah adalah ikan pada akhir penelitian meningkat 3-4 kali
terjadinya kerusakan genetik dari kehidupan berat awal, sedangkan berat bertambah
perairan. kurang lebih 60 kali berat awal.

3.2. Pertumbuhan Ikan Budidaya


Pengamatan pertumbuhan ikan
budidaya dilakukan dengan melakukan
mengukur panjang (cm) dan menimbang berat
(g) ikan mas (Cyprinus carpio) yang
dibudidayakan.

Komarawidjaja. W. 2005: Status Kualitas Air..J. tek. Ling. P3TL-BPPT. 6. (1): 268-273 271
Gambar-6. Berat total T0 Ikan mas
Gambar-8. Berat total T8 Ikan mas
(Cyprinus carpio)
(Cyprinus carpio)

Sebagaimana dihasilkan bahwa nilai b ikan


mas total adalah 2.8955 dimana b itu sendiri
adalah sebagai penduga pola pertumbuhan
panjang dan berat. Namun karena nilai b
yang kurang dari 3 maka allometrik negatif
yang berarti pertambahan panjang lebih
dominan dibanding pertambahan berat.

3.5
y = 2.8955x - 1.601
3
R2 = 0.9456
2.5
2
LO G W

1.5
Gambar-7. Panjang total T8 Ikan mas
(Cyprinus carpio) 1
Secara umum tampak adanya pertumbuhan, 0.5
namun dengan melakukan analisis hubungan
pertumbuhan panjang dan berat ikan tersebut, 0
ternyata pertumbuhan panjang lebih dominan 0 0.5 1 1.5 2
(Gambar-9) dibandingkan dengan pertam-
bahan beratnya. Dengan menguji nilai-t dari LOG L
konstanta-b hubungan berat dan panjang ikan,
ternyata pertumbuhan ikan dikategorikan
allomertrik negatif yang artinya ikan lebih
cepat tambah panjang dibanding pertambahan Gambar 9.Hubungan panjang dan berat total
beratnya. ikan mas (Cyprinus carpio)
Kondisi pertumbuhan seperti ini dapat
disebut kurang normal dan tidak
menguntungkan untuk tujuan budidaya.

Komarawidjaja. W. 2005: Status Kualitas Air..J. tek. Ling. P3TL-BPPT. 6. (1): 268-273 272
Kondisi ini diduga timbul dari kondisi 2. Garno, Y S dan T A Adibroto. 1999.
lingkungan yang tercemar bahan organik, Dampak Penggemukan Ikan di Badan Air
sebagaimana telah diungkapkan bahwa Waduk Multiguna pada Kualitas Air dan
perairan areal budiaya tersebut sudah dalam Potensi Waduk. Prosiding Seminar
kondisi eutrofik. Nasional Pengelolaan dan Pemanfaatan
Dalam kondisi ini, akan muncul penghambat Danau dan Waduk. IPB Bogor hal XVII:
pertumbuhan, seperti pakan alam yang 1-10.
berkurang, kebutuhan oksigen terlarut sangat
3. Henderson-sellers, B. dan H. R. Markland.
terbatas dan senyawa toksik yang terlarut
1987. Decaying Lake. The Origin and
dalam perairan budidaya semakin meningkat
control of cultural Eutrofication. Principles
baik jenis maupun konsentrasinya. Semua
and Techniques in The Environmental
itu, tentu akan mengganggu pertumbuhan,
Siences. John Willey & Sons Ltd.
karena fisiologis ikan terganggu, nafsu makan
Chichester. 254 hal.
ikan turun dan ikan sakit. Bahkan apabila
pencemaran yang terjadi menjadi lebih berat 4. Garno, Y S. 2001. Status dan karakterstik
dan toksik tidak menutup kemungkinan pencemaran di waduk kaskade Citarum.
terjadinya musibah kematian ikan secara Jurnal Teknologi Lingkungan. Vol 2 (2):
masal. 207-213. ISSN 1411-318X.
Oleh karena itu, erat sekali 5. Effendi, H. 2000. Telaahan Kualitas air
hubungannya antara perubahan kualitas bagi pengelolaan sumberdaya dan
lingkungan perairan dengan pertumbuhan lingkungan perairan. Jurusan Manajemen
kehidupan perairan khususnya pertumbuhan Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan
ikan budidaya. dan Ilmu Kelautan. . Institut pertanian
Bogor. Bogor.
2 KESIMPULAN
6. Connell, D. W. Dan G.J Miller.1995. Kimia
Dari beberapa hasil pengamatan pada dan Ekotoksikologi Pencemaran.
bebrapa stasiun menunjukkan bahwa: Terjemahan, Yanti Koestoer. Penerbit
universitas Indonesia. Jakarta. 475 p.
a. Perairan di lokasi kajian telah
mengalami penurunan kualitas, yang 7. Anonymous. 2002. Household Pollutant
ditunjukan oleh nilai Klorofil- (>10 Disrupting Fish Genes. National Geo-
g/L), Total P (.>20 g/L) dan Total N graphicNews.
(>500 g/L) yang tinggi, sehingga dapat http://nationalgeographic.com
dikategorikan sebagai lingkungan
perairan yang eutrof. 8. APHA (American Public Healt
Association). 1989. Standard methods for
b. Pertumbuhan ikan mas (Cyprinus examination of water and wastewater. 17th
carpio) di lokasi kajian termasuk ed. APHA, AWWA (American Water Work
allometrik negatif karena pertumbuhan Association) and WPCF (Water Pollution
panjang (cm) lebih dominan dibanding Control Federation). Washington D. C.
pertambahan berat (g)
9. Wardoyo, S. T. H. 1981. Kriteria kualitas
c. Gangguan pertumbuhan tersebut air untuk keperluan pertanian dan
diduga ada kaitan erat dengan kualiats perikanan : Training analisa dampak
lingkungan perairan, seperti tiangginya lingkungan. PPLH-UNDP, PUSDI-PSL.
konsentrasi Klorofil- dan total N di Institut Pertanian Bogor. Bogor.
perairan kajian.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sukimin, S. 2000. Pengembangan
pengelolaan perikanan berkelanjutan di
kawasan Waduk Ir. H. Juanda.
Lokakarya Pengelolaan Budidaya Ikan di
Keramba jaring Apung di Waduk Jatiluhur.
Puslitbang, Balitbang Pertanian, Deptan.

Komarawidjaja. W. 2005: Status Kualitas Air..J. tek. Ling. P3TL-BPPT. 6. (1): 268-273 273

Anda mungkin juga menyukai