SITI ZAMROH
Siti Zamroh
NIM A24100055
ABSTRAK
SITI ZAMROH. Pendugaan Parameter Genetik Beberapa Karakter Kualitatif dan
Kuantitatif Tomat. Dibimbing oleh MUHAMAD SYUKUR.
Pola pewarisan suatu karakter akan membantu keefektifan dalam seleksi
yang dilakukan oleh pemulia. Pewarisan pada karakter tersebut dapat dilihat dari
nilai heritabilitasnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi
pola pewarisan sifat beberapa karakter kualitatif dan kuantitatif tanaman tomat
menggunakan populasi P1 (Intan), P2 (G1-K), F1, F1R, BCP1, BCP2 dan F2.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter bahu buah dan jumlah rongga buah
dipengaruhi oleh 1 gen. Karakter bahu buah hijau dominan terhadap bahu bahu
buah putih. Karakter rongga buah <4 dominan terhadap rongga buah ≥4. Pada
karakter kuantitatif, tidak ada pengaruh tetua betina pada karakter panjang buah,
diameter buah, bobot buah per tanaman, jumlah buah per tanaman, lebar daun,
panjang daun, umur berbunga dan umur panen. Karakter yang dikendalikan oleh
aksi gen over dominan adalah karakter tebal daging buah, panjang daun, lebar
daun, lebar kotiledon, tinggi tanaman, umur berbunga dan padatan terlarut total.
Nilai heritabilitas arti sempit yang berada pada kisaran tinggi adalah karakter
bobot per buah, panjang daun dan lebar daun. Seleksi dapat dilakukan pada
generasi awal karena ragam aditif lebih berperan daripada ragam dominan.
Kata kunci: heritabilitas, pewarisan sifat, seleksi
ABSTRACT
SITI ZAMROH. Inheritance of Several Genetic Parameter on Qualitative and
Quantitative Characters of Tomato. Supervised by MUHAMAD SYUKUR.
SITI ZAMROH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul dari penelitian ini adalah
Pendugaan Parameter Genetik Beberapa Karakter Kualitatif dan Kuantitatif
Tomat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Muhamad Syukur, SP, MSi
selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, semangat selama
penulis belajar di IPB. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Willy
Bayuardi Suwarno, SP, MSi dan Dr Ir Diny Dinarti, Msi selaku dosen penguji
ujian akhir yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis sehingga
penulisan karya ilmiah ini menjadi lebih baik. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada kedua orang tua dan keluarga tercinta (Mama, Aa Nded, Aa Didis)
atas doa yang tidak pernah putus, dukungan baik moril maupun materil kepada
penulis. Disamping itu, penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada para dosen-
dosen Departemen Agronomi dan Hortikultura dan teknisi Laboratorium
Pendidikan Pemuliaan Tanaman. Mbak Marlina, Kak Abdul, Pak Undang, dan
rekan-rekan yang telah membantu selama pelaksanaan penelitian. Kepada Ustadz
Abdurrahman SPdi dan Ustadz Drs Ece Hidayat serta keluarga Al-Ihya Dramaga
saya ucapkan terima kasih atas doa dan motivasi yang telah diberikan kepada
penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ikatan Kekeluargaan
Cirebon (IKC), Himpunan Mahasiswa Agronomi, UKM Merpati Putih IPB, dan
Keluarga Mahasiswa Nahdhatul Ulama (KMNU) IPB atas segala dukungannya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan juga kepada DIKTI atas beasiswa
Bidik Misi yang telah diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan studi dan
mendapatkan gelar sarjana. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Siti Zamroh
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Latar Belakang
Produksi tomat tahun 2012 adalah sebanyak 893 504 ton (BPS 2013).
Rendahnya produktivitas tomat di dataran rendah menjadi salah satu masalah
yang harus diselesaikan. Hasil rata-rata pertanaman tomat di dataran rendah
umumnya sekitar 6.0 ton/ha atau setara dengan 0.25kg tan-1 (Purwati 2007)
Tujuan dari pemuliaan tanaman adalah meningkatkan potensi genetik
tanaman untuk mendapatkan varietas baru dengan hasil dan kualitas yang lebih
baik. Proses perbaikan sifat genetik antara lain dengan penggabungan sifat-sifat
baik yang berasal dari dua atau lebih tetua yang dilanjutkan dengan seleksi, atau
dengan cara menyeleksi sifat-sifat baik yang telah tersedia dalam populasi. Selain
kedua cara tersebut, dapat juga dengan memanipulasi atau perubahan susunan
genom dan gen secara mutasi (Purwati 1997).
Penampilan suatu tanaman ditentukan oleh faktor genetik, lingkungan, dan
interaksi antara keduanya. Faktor genetik menjadi perhatian utama bagi para
pemulia karena faktor ini diwariskan dari tetua kepada turunannya. Oleh karena
itu, pengetahuan tentang genetik perlu dipahami untuk dapat memanipulasi
tanaman menjadi lebih baik (Syukur et al. 2012).
Karakter-karakter tertentu pada tanaman seperti warna bunga, bentuk
polong dan warna polong dikendalikan oleh gen sederhana (satu atau dua gen) dan
tidak atau sedikit sekali dipengaruhi lingkungan. Karakter ini disebut karakter
kualitatif. Namun banyak karakter yang mempunyai nilai ekonomi dan agronomi
sangat penting seperti daya hasil, ukuran tanaman (tinggi tanaman, panjang
tongkol jagung), ketahanan kekeringan, ketahanan rebah, dan kualitas hasil
umumnya dipengaruhi oleh banyak gen serta dipengaruhi lingkungan. Karakter
seperti ini disebut karakter kuantitatif (Syukur et al. 2012).
Pewarisan sifat dapat dilihat dari nilai heritabilitasnya. Heritabilitas adalah
hubungan ragam genotipe dengan ragam fenotipenya atau potensi suatu individu
untuk mewariskan suatu karakter pada keturunannya. Seberapa besar keragaman
fenotipe yang terwariskan, diukur oleh parameter heritabilitas (Sujiprihati et al.
2003). Menurut Allard (1960) bahwa untuk menentukan ragam suatu karakter
disebabkan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan adalah dengan melakukan
pendugaan nilai heritabilitas. Heritabilitas juga sering dipakai sebagai tolak ukur
kemajuan genetik yang dapat diharapkan dalam suatu program seleksi.
Selama heritabilitas arti sempit dapat dihitung, nilai heritabilitas dalam arti
luas tidak banyak digunakan. Heritabilitas arti luas dapat dianggap sebagai batas
dugaan tertinggi dari heritabilitas arti sempit (Nasir 2001). Populasi dengan
heritabilitas tinggi akan lebih efektif diseleksi dibandingkan dengan populasi yang
memiliki nilai heritabilitas rendah. Hal ini karena pengaruh genetiknya lebih besar
daripada pengaruh lingkungan yang berperan dalam ekspresi karakter tersebut
(Nasir 1999). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi pola pewarisan
sifat beberapa karakter kualitatif dan kuantitatif tanaman tomat.
2
Tujuan Penelitian
Hipotesis
1. Karakter kuantitatif pada tanaman tomat memiliki nilai heritabilitas yang tinggi.
2. Tidak terdapat pewarisan ekstrakromosonal untuk semua karakter yang diamati.
TINJAUAN PUSTAKA
masing-masing gen berpengaruh kecil terhadap ekspresi suatu sifat. Sifat tersebut
penting diketahui sebagai dasar dalam pemuliaan tanaman tomat (Trustinah
1997).
Karakter kualitatif yang dikendalikan oleh satu lokus dua alel artinya
interaksi intralokus dominan dan menghasilkan perbandingan segregasi fenotipe
3 : 1 pada keturunan F2, sedangkan jika tidak ada dominansi perbandingannya 1 :
2 : 1. Pada karakter yang dikendalikan dua lokus dengan dua alel per lokus
menghasilkan perbandingan 12 : 3 : 1 jika interaksi interlokus epistasis dominan,
epistasis resesif dengan perbandingan 9 : 3 : 4, duplikasi epistasis dominan
dengan perbandingan 15 :1, perbandingan 9 : 7 untuk duplikasi epistasis resesif,
dan 13 : 3 untuk interaksi inhibitor/epistasis dominan-resesif (Welsh 1991).
Berdasarkan hukum Mendel II mengenai pemisahan dan pengelompokan
secara bebas, generasi selfed backcross masih mengindikasikan adanya proporsi
generasi yang bergenotipe heterozigot. Adanya kesamaan jumlah rongga buah
antara tetua cherry dengan selfing backcross-nya menunjukkan adanya dominan
sempurna pada backcrossnya. Tidak adanya variasi yang muncul pada dua
generasi yakni P2 dan Selfed bakcross-nya menyebabkan perhitungan dalam
mencari nilai duga parameter genetik memerlukan batasan. Batasan yang
diberikan merupakan subtitusi persamaan komponen genetik untuk generasi P2
dan persamaan komponen genetik Selfed backcross-nya kedalam persamaan
komponen genetik generasi yang lainnya (Masruroh et al. 2009).
Karakter yang dipengaruhi oleh tetua betina akan menghasilkan keturunan
persilangan resiprokal yang berbeda. Keturunannya memperlihatkan ciri dari tetua
betina. Segregasi populasi F2 berbeda dan tidak mengikuti segregasi mendel
menyebabkan populasi F1 dan F1R tidak dapat digabung (Arif et al. 2012).
Sifat permukaan buah, lekukan di pangkal buah, orientasi buah,
penyempitan tangkai buah, warna daun, dan posisi bunga dikendalikan oleh gen
mayor. Pada sifat permukaan buah, lekukan di pangkal buah, dan orientasi buah
dikendalikan oleh satu pasang gen dominan penuh. Pada sifat posisi bunga
dikendalikan oleh 2 pasang gen dengan interaksi epistasis resesif. Penyempitan
tangkai buah dan warna daun dikendalikan oleh 2 pasang gen dengan interaksi
epistasis resesif ganda (Alif 2008).
aditif dari setiap alelnya diwariskan dari tetua kepada keturunannya. Kontribusi
penampilan tidak tergantung pada adanya interaksi antar alel. Dalam pemuliaan
tanaman, seleksi sifat-sifat yang dikendalikan oleh gen aditif diharapkan
mendapat kemajuan seleksi yang besar dan cepat (Arif 2010).
Sifat kuantitatif adalah sifat yang diatur oleh banyak gen (poligenik)
contohnya produksi sangat dipengaruhi oleh lingkungan, sehingga untuk
mendapatkan genotipe yang unggul memerlukan pengujian di berbagai
lingkungan dan serangkaian seleksi. Pemuliaan tanaman dalam memperbaiki sifat
tersebut pada umumnya melalui berbagai langkah diantaranya pemilihan tetua
bahan pemuliaan. Pembentukan populasi dasar sebagai bahan seleksi dan
pembentukan galur sebagai unit seleksi (Hidayat et al. 1997).
Analisis pewarisan karakter kuantitatif sangat penting pada program
pemuliaan tanaman. Analisis digunakan untuk mendapatkan informasi genetik
yang terdiri atas jumlah gen yang mengendalikan karakter tersebut, aksi gen,
keragaman genetik, heritabilitas serta informasi-informasi genetik lainnya.
Informasi genetik tersebut sangat berguna dalam tahapan seleksi, sehingga seleksi
dapat lebih efektif dan efisien (Sujiprihati et al. 2001).
METODE PENELITIAN
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan adalah benih tomat P1varietas intan (T1) 20 tanaman
yang merupakan tomat sedang dan P2 tomat kecil varietas G1-K (T3) 20 tanaman,
turunan pertama (F1) 20 tanaman, turunan pertama resiprokal (F1R) 20 tanaman,
backcross tetua betina (BCP1) 100 tanaman, backcross tetua jantan (BCP2) 100
tanaman, dan turunan kedua (F2) 200 tanaman. Bahan lain yang digunakan adalah
media semai, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk SP-36, pupuk KCl, pupuk
Gandasil D, dan Gandasil B, insektisida, Furadan 3G, akarisida, fungisida, dan
bakterisida.
5
Alat Penelitian
Alat-alat yang akan digunakan seperti mulsa plastik hitam perak, ajir,
meteran, kamera, tray, alat budidaya, dan alat tulis. Alat lain yang digunakan
setelah panen adalah timbangan analitik, hand refractometer dan jangka sorong.
Prosedur Penelitian
Benih disemai dua butir per lubang tray yang berisi media semai.
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi hari. Pemupukan dilakukan satu kali
seminggu setelah bibit berumur dua minggu setelah semai menggunakan pupuk
NPK (16:16:16) dengan konsentrasi 10 g l-1 dengan cara dikocorkan pada pangkal
bibit. Pengolahan lahan dan pembuatan bedeng dilakukan saat penyemaian.
Penanaman dilakukan setelah bibit berumur 30 hari setelah semai. Bedengan
dibuat dengan ukuran 5 m 1 m dengan jarak antar bedengan 50 cm. Setiap
bedengan diberi pupuk kandang sebanyak 20 kg dan kapur 0.5 kg. Setelah
pemberian kapur dan pupuk kandang selama dua minggu, bedengan ditutup
dengan mulsa plastik hitam perak dan dibuat lubang dengan jarak 50 cm x 50 cm.
Penanaman dilakukan pada sore hari dengan satu tanaman per lubang tanam.
Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam.
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, pemupukan, pemberian
pestisida, dan penyiangan gulma. Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari
jika tidak terjadi hujan. Pemupukan dilakukan setiap satu minggu sekali setelah
tanaman berumur 1 MST menggunakan pupuk NPK (16:16:16) dengan
konsentrasi 10 g l-1 sebanyak 250 ml tanaman-1. Penyemprotan pestisida akan
dilakukan dua minggu sekali dengan menggunakan fungisida berbahan aktif
Mancozeb 80 % atau Propinep 70 % dengan konsentrasi dua g l-1, insektisida
berbahan aktif Profenofos 500 g l-1 dengan konsentrasi dua ml l-1 dan akarisida
berbahan aktif Dikofol dengan konsentrasi dua ml l-1. Pemanenan dilakukan
dengan kriteria buah sudah berwarna kuning kemerah-merahan.
Pengamatan
(1a) (1b)
Gambar 1 .“Bahu buah hijau” sebelum masak (UPOV 2011)
Jumlah rongga buah: (Gambar 2a) jumlah rongga buah <4, (Gambar 2b)
jumlah rongga buah ≥4.
(2a) (2b)
Gambar 2 Jumlah rongga buah
Karakter kuantitatif yang diamati meliputi :
1. Panjang buah (mm), diukur dari pangkal hingga ujung buah pada bagian
tengah buah yang sama pada 3 buah setiap tanaman.
2. Tebal daging buah (mm), diukur pada buah yang dibelah secara melintang
terhadap 3 buah pada setiap tanaman.
3. Diameter buah (mm), diukur pada bagian tengah buah yang sama pada 3 buah
setiap tanaman.
4. Bobot per buah (gram), dihitung dengan menimbang buah satu persatu
kemudian dirata-ratakan.
5. Bobot buah per tanaman (gram), dihitung setiap kali panen dengan merata-
ratakan bobot buah yang dipanen setiap tanaman.
6. Jumlah buah per tanaman (buah), dihitung setiap kali panen dengan merata-
ratakan jumlah buah yang dipanen pada setiap tanaman.
7. Panjang daun (cm), diamati pada umur 6 MST pada daun yang berada pada
1/3 bagian tanaman, diukur dari pangkal daun hingga ujung daun.
8. Lebar daun (cm), diamati pada umur 6 MST pada daun yang berada pada 1/3
bagian tanaman, diukur pada bagian daun terlebar.
9. Panjang kotiledon (cm), diamati pada bagian pangkal kotiledon sampai bagian
ujung kotiledon setelah kotiledon membuka sempurna.
10. Lebar kotiledon (cm), diamati pada bagian kotiledon terlebar pada saat
kotiledon telah membuka sempurna.
11. Panjang hipokotil (cm), diamati dari bagian atas akar sampai bagian bawah
kotiledon.
12. Tinggi tanaman (cm), diamati pada umur 6 MST yang diukur dari permukaan
tanah hingga titik tumbuh tertinggi.
7
13. Diameter batang (mm), diamati pada umur 6 MST yang diukur pada batang
utama pada 5 cm dari permukaan tanah.
14. Umur berbunga (hst), dihitung pada bunga ketiga dari tandan kedua.
15. Umur panen (hst), dihitung pada tanaman yang sudah mencapai hari panen,
yaitu jika ada satu buah yang sudah berwarna kuning.
16. Padatan terlarut total (obrix), diukur dengan menggunakan hand refractometer.
Analisis Data
Pada karakter kualitatif, populasi F2, BCP1 dan BCP2 dianalisis dengan uji
Chi-kuadrat untuk menentukan nisbah Mendel dan untuk menentukan jumlah
pasang gen yang mengendalikan karakter. Populasi F2 yang bersegregasi pada
data kuantitatif dianalisis dengan uji normalitas menggunakan metode
Kolmogorov-Smirnov. Jika karakter yang diuji menyebar normal, maka akan
dilakukan analisis ragam pada rataan populasi, dilanjutkan dengan analisis
heritabilitas arti luas dan arti sempit.
Analisis data kualitatif dan kuantitatif yang digunakan adalah :
1. Pendugaan pewarisan ekstrakromosomal.
Adanya pengaruh tetua betina pada pewarisan sifat kualitatif dan
kuantitatif dilakukan dengan membandingkan rata-rata generasi F1 dan
resiprokalnya (F1R) menggunakan uji t menurut Steel dan Torrie (1981)
sebagai berikut:
Perbandingan dua nilai tengah dengan ragam sama :
̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅̅
( ) ( )
√ ( )
Perbandingan dua nilai tengah dengan ragam tidak sama :
̅̅̅̅̅ ̅̅̅̅̅̅
Keterangan:
̅̅̅̅̅, ̅̅̅̅̅̅ = Nilai tengah populasi F1 dan F1R
, = Nilai ragam populasi F1 dan F1R
nF1, nF1R = Jumlah individu dalam populasi F1 dan F1R
Jika kedua nilai tengah berbeda nyata, maka berarti ada efek meternal dalam
pewarisan sifat yang diuji, sebaliknya jika tidak berbeda maka dapat
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh maternal.
2. Uji Normalitas.
Mengetahui sebaran frekuensi pada populasi F2 serta menduga aksi gen
yang mengendalikan masing-masing karakter yang diamati berdasarkan pola
sebarannya. Uji normalitas menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov.
3. Pendugaan besaran nilai derajat dominansi.
Analisis potensi rasio (hp) untuk menduga besaran nilai derajat dominansi
hp = ̅ F1- ̅̅̅̅̅
̅̅̅̅̅ - ̅̅̅̅̅
8
Keterangan :
Hp = potensi rasio
̅ F1 = nilai rata-rata F1
̅̅̅̅̅ = nilai tengah tetua tertinggi
̅̅̅̅̅ = nilai tengah / mid parent kedua tetua
4. Pendugaan komponen ragam
Komponen ragam yang dihitung adalah ragam fenotipe pada generasi F2
(VF2), ragam fenotipe populasi Backcross (VBC), ragam genotipe (VG), ragam
aditif (VA) serta ragam lingkungan (VE).
Pendugaan nilai heritabilitas
Nilai heritabiitas dalam arti luas :
( )
h2bs
Kondisi Umum
hama yang menyerang saat tanaman berumur 1-2 minggu setelah tanam adalah
belalang dan jangkrik yang memakan batang bawah tanaman tomat yang
menyebabkan tanaman mati.
Sifat Kualitatif
Bahu Buah
Tomat Intan (P1) memiliki bahu buah berwarna putih (Gambar 3a).
sedangkan tomat G1-K (P2) memiliki bahu buah berwarna hijau pada buah muda
(Gambar 3b). Keragaman warna bahu buah pada masing-masing populasi dapat
dilihat pada (Gambar 3c). Karakter Bahu Buah dipengaruhi oleh adanya
dominansi resesif yang dapat dilihat pada populasi F1. Karakter bahu buah
dikendalikan oleh satu gen yang ditunjukkan dengan nisbah populasi F2 3 : 1
sesuai dengan perbandingan mendel (Tabel 1). Hal ini sesuai dengan nilai X2hitung
pada populasi F2 = 0.042 lebih kecil dari X2tabel = 3.841 (db =1 ; α = 5%) (Tabel
2).
(3a) (3b)
(3c)
Tabel 1 Warna bahu buah beberapa populasi hasil persilangan tomat Intan x G1-K
Genotipe Bahu buah hijau Bahu buah putih
P1 (Intan) - 16 tanaman (100%)
P2 (G1-K) 12 tanaman (100%) -
F1 16 tanaman (100%) -
F1R 16 tanaman (100%) -
F1 X Intan 71 tanaman (76.3%) 22 tanaman (23.6%)
F1 X G1-K 98 tanaman (100%) -
F2 142 tanaman (74.3%) 49 tanaman (25.65%)
Tabel 2 Nilai X2 hitung Warna bahu buah pada populasi F2 (Intan X G1-K)
Genotipe Fenotipe Pengamatan (O) Harapan (E) (O-E)2 / E
Bahu buah hijau 71 46.50 12.91
F1 X Intan
Bahu buah putih 22 46.50 12.91
X2hitung 25.82
Bahu buah hijau 142 143.25 0.01
F2
Bahu buah putih 49 47.75 0.032
X2hitung 0.042
(4a) (4b)
(4c)
Tabel 4 Nilai X2 hitung Jumlah rongga buah pada populasi F2 (Intan X G1-K)
Genotipe Fenotipe Pengamatan (O) Harapan (E) (O-E)2 / E
Rongga buah <4 51 45.5 0.66
F1 X Intan
Rongga buah ≥4 40 45.5 0.66
X2hitung 1.32
Sifat Kuantitatif
Uji Normalitas
Karakter panjang buah (Lampiran 1), diameter buah (Lampiran 2), bobot per
buah (Lampiran 3), bobot buah per tanaman (Lampiran 4) dan jumlah buah per
tanaman (Lampiran 5) memiliki sebaran yang normal dan kontinyu yang
menunjukkan bahwa karakter-karakter tersebut dikendalikan oleh banyak gen
dan sangat dipengaruhi lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa karakter tersebut
merupakan sifat kuantitatif seperti hasil penelitian (Murti et al. 2004) bahwa
karakter diameter buah merupakan sifat kuantitatif yang dikendalikan banyak gen.
Hasil penelitian (Kurniawan dan Budiarto 2008) menyatakan bahwa berat segar
tomat dikendalikan oleh banyak gen.
Karakter panjang daun (Lampiran 6), panjang kotiledon (Lampiran 7), lebar
kotiledon (Lampiran 8), panjang hipokotil (Lampiran 9) dan diameter batang
(Lampiran 10) memiliki sebaran yang normal dan kontinyu pada populasi F2. Hal
ini mengindikasikan bahwa karakter tersebut dikendalikan oleh banyak gen.
Karakter yang memiliki sebaran tidak normal dan diskontinyu adalah
karakter tebal daging buah (Lampiran 11), lebar daun (Lampiran 12), tinggi
tanaman (Lampiran 13), umur berbunga (Lampiran 14), umur panen (Lampiran
15) dan padatan terlarut total (Lampiran 16). Hal ini mengindikasikan bahwa
karakter tersebut dikendalikan oleh gen mayor. Hasil penelitian (Weber 1959)
menunjukkan bahwa panjang hipokotil dan panjang kotiledon tanaman tomat
dikendalikan 1 gen dengan 2 alel per lokus.
gen pengendali karakter berada pada inti. Efek maternal terjadi apabila genotipe
nukleus dari tetua betina menentukan fenotipe zuriatnya, tanpa dipengaruhi oleh
tetua jantan. Sehingga apapun genotipe zuriatnya, fenotipenya akan sama dengan
tetua betina. Biasanya efek ini hanya berpengaruh pada satu generasi (Yunianti
dan Sujiprihati 2013). Hasil uji t pada karakter tebal daging buah menunjukkan
adanya pengaruh tetua betina dalam pewarisan karakter tersebut. Uji t-student
menampilkan nilai tengah dan ± standar deviasi pada populasi F1 dan F1R.
Tabel 5 Uji t-student populasi F1 dan F1R karakter panjang buah, tebal daging
buah dan diameter buah
Panjang buah Tebal daging Diameter buah
Populasi
(mm) buah (mm) (mm)
F1 (Intan x G1-K) 32.41 ± 2.95 3.91 ± 1.04 37.63 ± 3.35
F1R (G1-K x Intan) 34.25 ± 2.81 4.81 ± 1.23 37.53 ± 3.50
tn
t-hitung -1.81 2.23* 0.09tn
Prob > |t| 0.079 0.033 0.929
Keterangan :
*populasi F1 dan F1R berbeda nyata
tn
populasi F1 dan F1R tidak berbeda nyata
Tabel 6 Uji t-student populasi F1 dan F1R karakter bobot per buah, bobot buah
per tanaman, jumlah buah per tanaman
Bobot per buah Bobot buah per Jumlah buah per
Populasi
(gram) tanaman (gram) tanaman
F1 (Intan x G1-K) 31.58±6.77 860.67±183.73 48.00 ± 11.36
F1R(G1-KxIntan) 22.07±4.93 870.21±337.12 51.38 ± 12.44
tn
t-hitung 3.85* -0.41 -0.71tn
Prob > |t| 0.001 0.686 0.48
Keterangan :
*populasi F1 dan F1R berbeda nyata
tn
populasi F1 dan F1R tidak berbeda nyata
Tabel 8 Uji t-student populasi F1 dan F1R karakter panjang kotiledon, lebar
kotiledon dan panjang hipokotil
Populasi Panjang kotiledon Lebar kotiledon Panjang hipokotil
F1 (Intan x G1-K) 2.25 ± 0.18 0.76 ± 0.1 4.49 ± 0.61
F1R (G1-K x Intan) 1.92±0.28 0.64±0.08 3.72±0.44
t-hitung 4.25* 3.9* 4.46*
Prob > |t| <0.001 <0.001 <0.001
Keterangan :
*populasi F1 dan F1R berbeda nyata
tn
populasi F1 dan F1R tidak berbeda nyata
Tabel 9 Uji t-student populasi F1 dan F1R karakter tinggi tanaman, diameter
batang, umur berbunga dan umur panen
Tinggi Diameter Umur
Populasi Umur panen
tanaman batang berbunga
F1 (Intan x G1-K) 93.28 ± 7.13 9.90 ± 1.12 32.30 ± 1.55 59.60 ± 1.02
F1R (G1-K x Intan) 87.63 ±7.38 11.35±1.10 31.32±2.00 59.79±1.08
t-hitung 2.2* -3.71* 1.67tn -0.46tn
Prob > |t| 0.036 0.001 0.105 0.65
Keterangan :
*populasi F1 dan F1R berbeda nyata
tn
populasi F1 dan F1R tidak berbeda nyata
Tabel 11 Nilai potensi rasio dan aksi gen karakter panjang buah, tebal
daging buah dan diameter buah
Panjang buah Tebal daging Diameter buah
Populasi
(mm) buah (mm) (mm)
P1 (Intan) 40.89 ± 3.67 3.76 ± 1.12 43.27 ± 5.29
P2 (G1-K) 30.73 ± 2.89 3.62 ± 0.88 29.10 ± 3.77
F1 (Intan x G1-K) 32.41 ± 2.95 3.91 ± 1.04 37.63 ± 3.35
Potensi rasio -0.67 3.12 0.20
Over Aditif
Aksi gen Aditif
dominan
Nilai potensi rasio untuk karakter bobot per buah sebesar 0.46 (Tabel 12).
Karakter tersebut dipengaruhi oleh aksi gen aditif. Hasil penelitian (Murti et al.
2004) bahwa karakter bobot buah pada tomat persilangan GM1 x GH
dikendalikan oleh aksi gen dominan positif tidak sempurna. Karakter bobot buah
per tanaman dan jumlah buah per tanaman dikendalikan oleh aksi gen aditif
dengan nilai potensi rasio sebesar -0.02 (Tabel 12). Hasil penelitian (Murti et al.
2004) menunjukkan bahwa jumlah buah pada persilangan GM3 x GH dipengaruhi
oleh efek dominan.
Nilai potensi rasio suatu karakter sebesar <-1 atau hp >1 menunjukkan
bahwa karakter tersebut dikendalikan oleh aksi gen over dominan (Petr dan Frey
1966). Karakter panjang daun dan lebar daun tomat dikendalikan oleh aksi gen
over dominan dengan nilai potensi rasio masing-masing sebesar 4.10 dan 5.97
(Tabel 13). Hal ini memperlihatkan bahwa nilai tengah hasil persilangan pada
kedua karakter lebih tinggi dibandingkan nilai tengah tetua tertinggi.
17
Tabel 12 Nilai potensi rasio dan aksi gen karakter bobot per buah, bobot buah per
tanaman, jumlah buah per tanaman
Bobot per buah Bobot buah per Jumlah buah per
Populasi
(gram) tanaman (gram) tanaman
P1 (Intan) 38.18±5.56 973.45±365.00 35.67 ± 5.54
P2 (G1-K) 13.69±3.97 743.92±335.55 61.00± 19.10
F1 (IntanxG1-K) 31.58±6.77 860.67±183.73 48.00 ± 11.36
Potensi rasio 0.46 -0.02 -0.02
Aksi gen Aditif Aditif Aditif
Nilai potensi rasio suatu karakter berada pada kisaran 0 dan 1 menunjukkan
bahwa karakter tersebut dikendalikan oleh aksi gen dominan positif tidak
sempurna (Petr dan Frey 1966). Nilai potensi rasio panjang kotiledon adalah 1.02
(Tabel 14). Hal ini menunjukkan bahwa karakter panjang kotiledon dikendalikan
oleh gen dominan. Nilai potensi rasio lebar kotiledon adalah 2.11 (Tabel 14). Hal
ini menunjukkan bahwa karakter lebar kotiledon dikendalikan oleh gen over
dominan. Populasi F1 pada karakter panjang kotiledon dan lebar kotiledon
memiliki nilai tengah yang lebih tinggi dibanding nilai tengah kedua tetuanya.
Nilai potensi rasio panjang hipokotil adalah 0.94 (Tabel 14). Hal ini menunjukkan
bahwa karakter panjang hipokotil dikendalikan oleh gen dominan. Hal ini
memperlihatkan bahwa keturunan (F1) memiliki nilai tengah yang lebih besar dari
tetua, namun nilainya tidak melebihi nilai tengah tetua tertinggi. Hasil penelitian
(Ritonga 2013) menyatakan bahwa karakter panjang hipokotil, panjang kotiledon
dan lebar kotiledon pada tanaman cabai persilangan IPB C2 x IPB C20 memiliki
nilai potensi rasio yang berada pada kisaran 0 dan -1. Hal ini mengindikasikan
bahwa karakter tersebut dikendalikan oleh gen dominan negatif tidak sempurna.
18
Tabel 14 Nilai potensi rasio dan aksi gen karakter panjang kotiledon, lebar
kotiledon dan panjang hipokotil
Panjang kotiledon Lebar kotiledon Panjang hipokotil
Populasi
(cm) (cm) (cm)
P1 (Intan) 1.60 ± 0.15 0.65 ± 0.05 3.31 ± 0.52
P2 (G1-K) 1.40 ± 0.28 0.72 ± 0.06 4.52 ± 0.53
F1 (Intan x G1-K) 2.25 ± 0.18 0.76 ± 0.1 4.49 ± 0.61
Potensi rasio 1.02 2.11 0.94
Aksi gen Dominan Over dominan Dominan
Nilai Potensi rasio pada karakter tinggi tanaman adalah 7.71 (Tabel 15).
Karakter tersebut dikendalikan oleh aksi gen over dominan. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai tengah hasil persilangan lebih besar dibandingkan dengan nilai tengah
tetua tertinggi. Karakter diameter batang dikendalikan oleh aksi gen dominan
negatif tidak sempurna dengan nilai potensi rasio sebesar -0.75(Tabel 15). Nilai
F1 lebih dekat pada nilai tetua terendah yang artinya bahwa sebenarnya pada
karakter diameter batang lebih dekat pada gen aditif. Karakter umur berbunga
dikendalikan oleh aksi gen over dominan dengan nilai potensi rasio 1.72. Umur
panen dikendalikan oleh aksi gen aditif dengan nilai potensi rasio 0.35 (Tabel 15).
Tabel 15 Nilai potensi rasio dan aksi gen karakter tinggi tanaman, diameter
batang, umur berbunga dan umur panen
Diameter Umur
Tinggi Umur panen
Populasi batang berbunga
tanaman (cm) (hst)
(mm) (hst)
P1 (Intan) 86.56 ± 12.13 11.71±1.19 31.94 ± 1.80 60.50 ± 1.36
P2 (G1-K) 88.11± 14.08 9.63 ±1.50 30.95± 1.00 56.88 ± 2.37
F1 (Intan x G1-K) 93.28 ± 7.13 9.90 ± 1.12 32.30 ± 1.55 59.60 ± 1.02
Potensi rasio 7.71 -0.75 1.72 0.35
Dominan
Over negatif Over
Aksi gen Aditif
dominan tidak dominan
sempurna
Karakter padatan terlarut total dikendalikan oleh aksi gen over dominan
dengan nilai potensi rasio sebesar 4.02 (Tabel 16). Aksi gen over dominan
menunjukkan nilai tengah hasil persilangan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan nilai tengah tetua tertingginya.
19
Tabel 16 Nilai potensi rasio dan aksi gen padatan terlarut total
Populasi Padatan terlarut total (Brix)
P1 (Intan) 6.27±1.42
P2 (G1-K) 4.76 ±0.38
F1 (Intan x G1-K) 8.55 ± 0.56
Potensi rasio 4.02
Aksi gen Over dominan
Heritabilitas
Nilai heritabilitas dikatakan rendah apabila kurang dari 20%, cukup tinggi
pada 20-50%, tinggi jika lebih dari 50% (Sujiprihati et al. 2003). Nilai
heritabilitas arti luas dan arti sempit karakter panjang buah berada pada kisaran
sedang yaitu 46.85% dan 42.77%. Karakter tebal daging buah dan diameter buah
memiliki nilai heritabilitas arti luas pada kisaran rendah yaitu 10.24% dan 4.87%.
Sedangkan nilai heritabilitas arti sempit karakter tebal daging buah dan diameter
buah adalah 0% (Tabel 17), berada pada kisaran rendah. Hasil penelitian (Rostini
et al. 2006) menyatakan bahwa nilai duga heritabilitas rendah pada nenas adalah
lebar daun ke-2, berarti penampilan pada karakter tersebut lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor lingkungan daripada faktor genetik sehingga akan sulit
diwariskan pada generasi selanjutnya.
Hasil penelitian (Arif 2010) menyatakan bahwa nilai heritabilitas arti sempit
bernilai nol diduga karena ragam BCP1 atau BCP2 bernilai lebih besar
dibandingkan ragam keturunan kedua (F2). Nilai heritabilitas dalam arti sempit
berada pada kisaran rendah diduga disebabkan oleh kontribusi gen-gen dominan
lebih tinggi dibandingkan gen-gen aditif.
Tabel 17 Komponen ragam dan heritabilitas karakter panjang buah, tebal daging
buah dan diameter buah
Tebal daging Diameter
Komponen Panjang buah
buah buah
Ragam P1 (Intan) 13.46 1.25 27.97
Ragam P2 (G1-K) 8.36 0.77 14.24
Ragam F1 (Intan x G1-K) 8.69 1.09 11.20
Ragam BCP1 (F1 x Intan) 17.40 5.03 25.82
Ragam BCP2 (F1 x G1-K) 12.68 0.83 16.53
Ragam F2 19.13 1.15 18.72
2
h bs (%) 46.85 10.24 4.87
2
h ns (%) 42.77 0 0
Heritabilitas dikatakan rendah jika kurang dari 20%, cukup tinggi pada 20-
50%, dan tinggi jika nilainya lebih dari 50% (Syukur et al. 2012). Nilai
heritabilitas arti luas dan arti sempit karakter bobot per buah berada pada kisaran
tinggi yaitu 64.37% dan 60.79% (Tabel 18). Hasil penelitian (Arif 2010)
20
menunjukkan bahwa nilai heritabilitas arti sempit pada karakter bobot per buah
berada pada kisaran rendah yaitu 0% pada persilangan cabai IPB C9 x IPBC10.
Nilai h2ns yang sama dengan nol menunjukkan bahwa ragam aditif yang diduga
dari ragam backcross, nilainya lebih besar dibandingkan dengan ragam fenotipik.
Jika nilai ragam aditif lebih besar dari ragam fenotipik maka nilai h2ns akan
bernilai negatif dan dianggap nol. Nilai h2ns yang rendah menyebabkan karakter-
karakter tersebut dapat diseleksi pada generasi lanjut.
Nilai heritabilitas arti luas karakter bobot buah per tanaman berada pada
kisaran sedang yaitu 26.77% dan h2ns sebesar 17.96 (Tabel 18). Sedangkan
karakter jumlah buah per tanaman memiliki nilai heritabilitas arti luas pada
kisaran sedang yaitu 45.16%, heritabiitas arti sempit bernilai 11.22% (Tabel 18).
Hasil penelitian (Syukur et al. 2007) bahwa nilai heritabilitas arti luas pada
karakter ketahanan terhadap penyakit antraknosa cabai tergolong tinggi,
sedangkan heritabilitas arti sempit tergolong sedang, sehingga seleksi untuk
perakitan cabai unggul tahan C. acutatum disarankan dilakukan pada generasi
lanjut. Nilai tengah dan simpangan baku populasi P1, P2, F1, F1R, BCP1, BCP2
dan F2 dapat dilihat pada (Tabel 19). Menurut hasil penelitian (Ritonga 2013)
menyatakan bahwa populasi F2 pada karakter hipokotil dan kotiledon memiliki
jangkauan terlebar dibandingkan populasi lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa
populasi
Tabel 18 Komponen ragam dan heritabilitas karakter bobot per buah, bobot buah
per tanaman, jumlah buah per tanaman
Bobot per Bobot buah per Jumlah buah per
Komponen
buah tanaman tanaman
Ragam P1 (Intan) 30.91 133 225 30.67
Ragam P2 (G1-K) 15.75 112 593 364.50
Ragam F1 (Intan x G1-K) 45.84 33 754.70 129.14
Ragam BCP1 (F1 x Intan) 70.22 145 772 171.54
Ragam BCP2 (F1 x G1-K) 50.24 85 883.50 430.08
Ragam F2 86.53 127 259 318.69
h2bs (%) 64.37 26.77 45.16
2
h ns (%) 60.79 17.96 11.22
Tabel 19 Nilai tengah dan simpangan baku populasi P1, P2, F1, F1R, BCP1,
BCP2 dan F2
Populasi/
Bobot per buah Bobot per tanaman Jumlah buah per tanaman
Karakter
P1 38.18±6.01 973.5±384.7 35.67± 5.87
P2 13.69±4.21 743.9±355.9 61.00±20.41
F1 31.58±7.10 860.7±190.2 48.00±11.79
F1R 22.07±5.09 870.2±346.9 51.38±12.95
BCP1 32.02±8.44 878.9±384.5 39.44±13.17
BCP2 18.44±7.17 867.7±294.8 60.67±20.84
F2 27.99±9.32 795.6±356.5 41.83±17.90
21
. Kurva respon karakter bobot per buah, bobot buah per tanaman dan
jumlah buah per tanaman pada populasi P1, P2, F1, F1R, BCP1, BCP2 dan F2
dapat dilihat pada (Gambar 5, 6 dan 7). Populasi F2 memiliki keragaman yang
tertinggi dibandingkan populasi lainnya. Keragaman F2 terjadi karena adanya
segregasi maksimal pada populasi tersebut. Bobot buah per tanaman pada kedua
tetua memiliki nilai tengah yang hampir sama karena jumlah buah pada P1 sedikit
sedangkan bobotnya besar. Jumlah buah pada P2 banyak sedangkan bobotnya
kecil. Hal ini mengakibatkan bobot buah per tanaman pada populasi P1 dan P1
mendekati angka yang sama, sehingga nilai tengahnya tidak menunjukkan
perbedaan yang jauh.
(Gambar 5)
Gambar 5 Kurva respon populasi P1, P2, F1, F1R, BCP1, BCP2 dan F2 karakter
bobot per buah
(Gambar 6)
Gambar 6 Kurva respon populasi P1, P2, F1, F1R, BCP1, BCP2 dan F2 karakter
bobot per tanaman
22
(Gambar 7)
Gambar 7 Kurva respon populasi P1, P2, F1, F1R, BCP1, BCP2 dan F2 karakter
jumlah buah per tanaman
Nilai heritabilitas arti luas pada karakter panjang daun memiliki nilai pada
kisaran tinggi yaitu sebesar 66.30% (Tabel 20). Nilai heritabilitas arti sempit juga
memiliki nilai pada kisaran tinggi yaitu 62.13% (Tabel 20). Pada karakter lebar
daun, nilai h2bs sebesar 74.33% dan h2ns 61.79% yang juga berada pada kisaran
tinggi. Kedua karakter banyak dipengaruhi oleh gen aditif daripada dominan,
sehingga sifat tersebut akan diwariskan pada keturunan hasil persilangannya.
Menurut (Pinaria et al.1995) bahwa nilai heritabilitas yang tinggi pada suatu
karakter menunjukkan bahwa pada karakter tersebut faktor genetik lebih berperan
dibanding faktor lingkungan. Umumnya seleksi dapat dilakukan pada generasi
awal pada kondisi heritabilitas yang tinggi.
Nilai heritabilitas dikatakan rendah apabila kurang dari 20%, cukup tinggi
pada 20-50%, tinggi jika lebih dari 50% (Sujiprihati et al. 2003). Nilai
heritabilitas arti luas pada karakter panjang kotiledon dan panjang hipokotil
berada pada kisaran rendah yaitu 2.89% dan 0.82%, sedangkan pada karakter
lebar kotiledon berada pada kisaran sedang sebesar 24.36% (Tabel 21). Nilai
heritabilitas arti sempit pada ketiga karakter berada pada kisaran rendah yaitu 0%.
Nilai h2ns yang sama dengan nol menunjukkan bahwa ragam aditif yang diduga
dari ragam backcross, nilainya lebih besar dibandingkan dengan ragam fenotipik.
Jika nilai ragam aditif lebih besar dari ragam fenotipik maka nilai h2ns akan
bernilai negatif dan dianggap nol (Arif 2010). Nilai h2ns yang rendah
menyebabkan karakter-karakter tersebut dapat diseleksi pada generasi lanjut.
Nilai heritabilitas arti luas pada karakter tinggi tanaman berada pada kisaran
rendah yaitu 15.77% (Tabel 22). Nilai heritabilitas arti sempitnya juga berada
pada kisaran rendah yaitu 0% (Tabel 22). Karakter tinggi tanaman banyak
dipengaruhi lingkungannya dibandingkan faktor genetik sehingga seleksi tidak
dapat dilakukan pada generasi awal. Karakter diameter batang, umur berbunga
dan umur panen memiliki nilai heritabilitas arti sempit yang rendah yaitu 0%,
14.07% dan 0% (Tabel 22). Hasil penelitian (Rostini et al. 2006) menyatakan
bahwa nilai duga heritabilitas rendah pada nenas adalah lebar daun ke-2, berarti
penampilan pada karakter tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh faktor
lingkungan daripada faktor genetik sehingga akan sulit diwariskan pada generasi
selanjutnya. Menurut (Pinaria 1995) bahwa seleksi akan berlangsung efektif pada
karakter yang memiliki nilai heritabilitas tinggi, karena pengaruh lingkungan
sangat kecil sehingga faktor genetik lebih besar dalam penampilan fenotipenya.
24
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakter bahu buah dan jumlah rongga
buah dipengaruhi oleh 1 gen. Karakter bahu buah hijau dominan terhadap bahu
bahu buah putih. Karakter rongga buah <4 dominan terhadap rongga buah ≥4.
Pada karakter kuantitatif, tidak ada pengaruh tetua betina pada karakter panjang
buah, diameter buah, bobot buah per tanaman, jumlah buah per tanaman, lebar
daun, panjang daun, umur berbunga dan umur panen. Karakter yang dikendalikan
oleh aksi gen over dominan adalah karakter tebal daging buah, panjang daun,
lebar daun, lebar kotiledon, tinggi tanaman, umur berbunga dan padatan terlarut
total. Nilai heritabilitas arti sempit yang berada pada kisaran tinggi adalah
karakter bobot per buah, panjang daun dan lebar daun. Seleksi dapat dilakukan
pada generasi awal karena ragam aditif lebih berperan daripada ragam dominan.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Alif MD. 2008. Pola pewarisan beberapa karakter kualitatif dan kuantitatif pada
cabai (Capsicum annuum L.) [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Allard RW. 1960. Principle of Plant Breeding. New York (US):John Wiley and
Sons,Inc.
Arif AB. 2010. Pendugaan parameter genetik beberapa karakter kualitatif dan
kuantitatif pada tiga kelompok cabai (Capsicum annuum L.) [Tesis]. Bogor
(ID) : Institut Pertanian Bogor.
Arif AB, Sujiprihati S, Syukur S. 2012. Pendugaan parameter genetik pada
beberapa karakter kuantitatif pada persilangan antara cabai besar dengan
cabai keriting (Capsicum annuum L). J. Agron. 40 (2) : 119-124.
[BPS] Badan Pusat Statistik, [Dirjen Horti] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2013.
Produksi sayuran di Indonesia, 1997-2012. [Internet]. [diunduh 2013
november 23]. Tersedia pada : http://bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&t
abel=1&daftar=1&id_subyek=55¬ab= 70 .
Crowder LV. 1993. Genetika Tumbuhan.Kusdiarti L, penerjemah; Soetarso, editor.
Yogyakarta (ID): Penerbit Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari :
Plant Genetics.
26
Hartatik S. 2007. Pewarisan sifat ketahanan tanaman jagung (Zea mays L.)
terhadap penyakit bulai. Agroteksos. 17(2):99-103.
Hayward HE. 1983. Solanaceae-Lycopersicon esculentum. h.550-559. In.: The
Structure of Economic Plants. New York (US):MacMillan.
Hidayat A, Duriat AS, Djaya B, Purwati E, Suryaningsih E, Marpaung L, et al.
1997. Teknologi Produksi Tomat. Bandung (ID): Balai Penelitian Tanaman
Sayuran.
[IPGRI] International Plant Genetik Resources Institute. 1996. Descriptor for
tomatos (Lycopersicumi spp.). Italia (IT):IPGRI, AVRDC, CATIE.
Jaya B. 1994. Evaluasi dan identifikasi varietas tanaman tomat di dataran tinggi
lembang. Penel. Hort. 26(4) : 137-143.
Jaya B. 1997. Pemuliaan Tanaman Tomat. Dalam : Teknologi Produksi Tomat :
25-37. Bandung (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Kurniawan H, Budiarto K. 2008. Pola pewarisan bobot buah segar tomat
(Lycopersicon esculentum Mill). Agrivita 30(2): 112-117.
Masruroh FM, Nasrullah, Murti RH. 2009. Analisis rata-rata generasi hasil
persilangan tomat LV 6123 dan LV 5152. Agrivita Volume 31 No. 2.
Murti RH, Kurniati T, Nasrullah. 2004. Pola pewarisan karakter buah tomat.
Zuriat.15(2):140-149.
Nasir M. 1999. Heritabilitas dan kemajuan genetik harapan karakter agronomi
tanaman lombok (Capsicum annuum L.). Habitat. 11 (109) : 1-7.
Nasir M. 2001. Keragaman Genetik Tanaman, hal 64. Dalam: Makmur A (Ed).
Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jakarta (ID):Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Petr FC, Frey KC. 1966. Genotypic correlation. Dominans and heritability of
quantitative character in oats. Crops Sci 6:259-262.
Permadi C, Baihaki A, Murdaningsih HK, Warsa T. 1991. Penampilan dan pewarisan
beberapa sifat kuantitatif pada persilangan resiprokal kacang hijau. Zuriat. 2:
47-52.
Pinaria AA, Baihaki R, Setiamiharja, Darajat AA. 1995. Variabilitas genetik dan
heritabilitas karakter-karakter biomasa 53 genotipe kedelai. Zuriat. 6(2):88-92.
PPVT (Pusat Perlindungan Varietas Tanaman). 2007. Panduan Pengujian
Individual Kebaruan, Keunikan, Keseragaman dan Kestabilan Tomat.
Jakarta(ID):Departemen Pertanian Repulik Indonesia.
Purwati E. 1988. Pewarisan sifat ukuran diameter buah, jumlah rongga buah dan
tebal daging buah tomat (Lycopersicum esculentum Mill) serta nilai duga
heritabilitasnya. [Tesis]. Bandung (ID):Universitas Pajajaran.
Purwati E. 1991. Evaluasi kultivar tomat di dataran rendah. J. Hort. 1(2):33-37.
Purwati E. 1997. Pemuliaan Tanaman Tomat. Dalam : Teknologi Produksi
Tomat : 42-58. Bandung (ID):Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
Purwati, E. 2007. Varietas Unggul Harapan Tomat Hibrida (F1) dari Balitsa.
IPTEK Hortikultura 3: 34-40.
Ritonga AW. 2013. Penyerbukan silang alami beberapa genotipe cabai (Capsicum
annuum L.) dan penentuan metode pemuliaannya.[Tesis]. Bogor (ID):Institut
Pertanian Bogor.
Rostini N, Yuliani E, Hermiati N. 2006. Heritabilitas, kemampuan genetik dan
korelasi karakter daun dengan buah muda, pada 21 genotipe nenas. Zuriat.
17(2):114-121.
27
Roy D. 2000. Plant Breeding. Analysis and Exploitation of Variation. New Delhi
(IN):Narosa Publ. House.
Sujiprihati S, Saleh GB, Ali ES. 2001. Combining ability of yield and related
characteriser in single cross hybrid. SABRAO J. Breed. Genet. 33:111-12.
Sujipr ihati S, Saleh GB, Ali ES. 2003. Heritability, performance and correlation
studies on single cross hybrids of tropical maize. Asian Journal of Plant
Science. 2(1) : 51-57.
Soemartono, Nasrullah, Hartiko H. 1992. Genetika Kuantitatif dan Bioteknologi
Tanaman. PAU Bioteknologi. Yogyakarta (ID):Universitas Gadjah Mada.
pp.374.
Steel RGD, Torrie JH. 1981. Principles and procedurs of statistics. A biometrical
approach. 2nd Ed. London (GB):McGraw-Hill.
Syukur M, Sujiprihati S, Koswara J, Widodo. 2007. Pewarisan ketahanan cabai
(Capsicum annuum L.) terhadap antraknosa yang disebabkan oleh
Colletotrichum acutatum. Bul Agron. (35) (2) 112-117.
Syukur M, Sujiprihati S, Yunianti R. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Jakarta
(ID):Penebar Swadaya.
Trustinah. 1997. Pewarisan beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif pada kacang
tunggak (Vigna unguiculata (l) Walls). Penelitian Pertanian Tanaman Pangan.
15 (2): 48-53.
[UPOV] International Union For the Protection of New Varieties of Plants. 2011.
Tomato.Geneva (CH):UPOV.
Weber E. 1959. The genetical analysis of characters with continous variability on
mendelian basis 1. Monohybrid segregation. Genetics. 44(6):1131-1139.
Welsh JR. 1991. Fundamental of Plant Genetic and Breeding (Dasar-dasar Genetika
dan Pemuliaan Tanaman alih bahasa Mogea, J.P.). Jakarta (ID):Erlangga.
Yunianti R, Sujiprihati S. 2013. Pewarisan Ekstrakromosomal. Dalam: Sarsidi
Sastrosumarjo (Ed). Sitogenetika Tanaman. Bogor(ID):IPB Press.
28
LAMPIRAN
(1a) (1b)
(2a) (2b)
Lampiran 3 Sebaran populasi F2 karakter bobot per buah (3a & 3b)
(3a) (3b)
29
Lampiran 4 Sebaran populasi F2 karakter bobot buah per tanaman (4a & 4b)
(4a) (4b)
Lampiran 5 Sebaran populasi F2 karakter jumlah buah per tanaman (5a & 5b)
(5a) (5b)
(6a) (6b)
30
(7a) (7b)
(8a) (8b)
(9a) (9b)
31
(10a) (10b)
Lampiran 11 Sebaran populasi F2 karakter tebal daging buah (11a & 11b)
(11a) (11b)
(12a) (12b)
32
(13a) (13b)
(14a) (14b)
(15a) (15b)
33
Lampiran 16 Sebaran populasi F2 karakter padatan terlarut total (16a & 16b)
(16a) (16b)
34
RIWAYAT HIDUP
Penulis, Siti Zamroh, lahir di Cirebon pada tanggal 24 Januari 1992. Penulis
merupakan anak ketiga dari Bapak Asmadi dan Ibu Tuti Haryani. Penulis
menempuh pendidikan formal di SMAN 1 Palimanan. Kemudian pada tahun 2010
penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis mengikuti
beberapa organisasi kampus. Tahun 2011 penulis mengikuti Organisasi
Mahasiswa Daerah Cirebon (IKC) sebagai sekdep PSDM, UKM Merpati Putih
IPB sebagai Bendahara, Himpunan Mahasiswa Agronomi (Himagron) pada Divisi
Kominfo. Tahun 2012 penulis menjadi Senior Resident sebagai Pembina Club
Greda-C dan Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU IPB) sebagai
anggota.
Penulis juga aktif dalam beberapa kepanitian seperti IPB Goes to School
(IGTS) 2011 pada divisi dana dan usaha. IGTS 2012 pada divisi acara. Faperta
fun Festival pada divisi Humas, Masa Perkenalan Departemen dalam divisi Medis,
Open House Asrama angkatan 49 pada divisi Konsumsi, Temu Keuarga Besar
AGH (tegar) sebagai freelancer, IPB OPEN Merpati Putih se-Jakarta-Jawa
sebagai kadiv konsumsi, Olimpiade Asrama sebagai kadiv konsumsi, IQ Pengurus
KMNU 2014 sebagai kadiv konsumsi. Prestasi yang pernah diraih penulis selama
belajar di IPB adalah Juara 2 sirkuit Merpati Putih se-Jawa-Bali pada tahun 2011,
PKMP didanai DIKTI pada tahun 2013 dengan judul “Karakterisasi varietas beras
putih rendah IG (Indeks Glikemik) menuju pengembangan pemuliaan
berkelanjutan sebagai pangan fungsional yang aman bagi penderita diabetes”.
Penulis juga menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Dasar Pemuliaan
Tanaman tahun ajaran 2013-2014.