Anda di halaman 1dari 30

KARAKTERISTIK MIKROBIOLOGIS MENTEGA

PROBIOTIK DARI SUSU KAMBING YANG


DIPERKAYA SERAT DAN ANTIOKSIDAN

DEWI INDRIANI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik


Mikrobiologi Mentega Probiotik dari Susu Kambing yang Diperkaya Serat dan
Antioksidan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir diskripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Dewi Indriani
NIM D14080298
ABSTRAK
DEWI INDRIANI. Karakteristik Mikrobiologis Mentega Probiotik dari Susu
Kambing yang Diperkaya Serat dan Antioksidan. Dibimbing oleh ZAKIAH
WULANDARI dan RARAH RATIH ADJIE MAHESWARI (Alm)

Produk olahan dari susu kambing belum begitu popular di masyarakat. Salah
satu produk olahan susu yaitu mentega. Mentega adalah produk olahan susu yang
terbuat dari krim susu. Fermentasi menggunakan bakteri probiotik Lactobacillus
achidophilus dalam proses pembuatan dapat meningkatkan kandungan probiotik
dalam mentega. Penambahan serat dari bayam (Amaranthus sp ) dan antioksidan
dari wortel (Daucus carota L ) dalam mentega probiotik ini adalah salah satu
inovasi dalam pembuatan mentega yang sehat. Penelitian ini bertujuan
menganalisis karakteristik mikrobiologi dan kandungan serat serta antioksidan
yang ditambahkan dari tepung bayam (B) dan wortel (W). Terdapat 3 rasio
perbandingan (B : W) dalam penelitian ini yaitu (P1) (B : W = 1:1), (P2) (B : W
=2:1) and (P3) (B : W = 1:2). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan
analisis ragam ANOVA. Hasil dari pengamatan karakteristik mikrobiologis
menunjukkan terdapat cemaran patogen S. aureus, Salmonella dan E. coli.
Penentuan formula terbaik produk berdasarkan karakteristik mikrobiologi, kadar
serat pangan dan kadar antioksidan. Produk P1 (1:1) merupakan produk dengan
formula terbaik berdasrkan karakteristik mikrobiologi, kadar serat pangan dan
kadar polifenol.

Kata kunci: Amaranthus sp., Daucus carota L, karakteristik mikrobiologis,


mentega, probiotik

ABSTRACT

DEWI INDRIANI. Microbiological Characteristics of Goat Milk Probiotic Butter


Enriched with Fibers and Antioxidant. Supervised by ZAKIAH WULANDARI
and RARAH RATIH ADJIE MAHESWARI (Alm).

Goat milk has not been so popular to be developed into new products. One
of the products processed milk is good for developed i.e. butter. Butter is a dairy
products which the main raw material is milk cream. Fermentation using probiotic
bacteria such as Lactobacillus achidophilus in butter production could enriched
probiotic in butter. The addition of fibers from spinach andantioxidants from
carrot in goat’s milk butter can be one of innovations to make butter healthier.
This research to analysis the microbiology and characteristics of goat's milk butter
enriched by fiber content from spinachs (Amaranthus sp.) and antioxidant from
carrots (Daucus carotaL). This research is divided into three different treatments
ratio between spinachs and carrots (S : C), consist of (P1) (S : C = 1:1), (P2) (S :
C = 2:1) and (P3) (S : C = 1:2). The data processing use analysis of variance
(ANOVA). The result of research in microbiologycal characteristics showed the
contains S. aureus, Salmonella and E. coli. Act of determining the best formula
build of microbiologycal characteristics, dietary fiber quality and polifenol quality
probiotic butter. P1 (1:1) product is the best formula build of microbiologycal
characteristics, dietary fiber quality and polifenol quality.
Keywords : Amaranthus sp., butter, Daucus carota L, microbiology
characteristics, probiotic
KARAKTERISTIK MIKROBIOLOGIS MENTEGA
PROBIOTIK DARI SUSUKAMBING YANG
DIPERKAYA SERAT DAN ANTIOKSIDAN

DEWI INDRIANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Karakteristik Mikrobiologis Mentega Probiotik dari Susu Kambing
yang Diperkaya Serat dan Antioksidan
Nama : Dewi Indriani
NIM : D14080298

Disetujui oleh

Zakiah Wulandari, STP, MSi Dr Ir Rarah RAM, DEA (Alm)


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema
yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2012 ini ialah
mentega, dengan judul Karakteristik Mikrobiologis Mentega Probiotik dari Susu
Kambing yang Diperkaya Serat dan Antioksidan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Zakiah Wulandari, STP, MSi dan
Ibu Dr Ir Rarah Ratih Adjie Maheswari, DEA (Alm) selaku dosen pembimbing,
serta Bapak M. Sriduresta, SPt, MSc yang telah banyak memberi saran. Penulis
sampaikan terimakasih kepada Bapak Bramada Winiar Putra, SPt, MSi sebagai
dosen pembimbing akademik yang telah membantu penulis dalam bidang
akademik. Terimakasih kepada Ibu Dr Irma Isnafia Arief, SPt, MSi selaku dosen
penguji seminar, Bapak Dr Epi Taufik, SPt, MSVH dan Prof Dr Ir Dewi Apri
Astuti, MS selaku dosen penguji sidang serta Bapak Edit Leisa Aditya, SPt, MSc
selaku dosen perwakilan dari departemen IPTP yang telah memberikan masukan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa penulis ucapkan
terima kasih kepada semua dosen dan staf Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Bambang Purwito,
Ibu Poni, Anissa Dwi Noviani, dan Putra Rendry, ST serta seluruh keluarga, atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih khususnya kepada Raden Iraninta
Murniasih dan Ariandanu Catur Biandana atas kerjasamanya selama ini dalam
menyelesaikan penelitian mentega, teman-teman Laboratorium Teknologi
Pengolahan Susu, teman-teman Asisten Praktikum Teknologi Pengolahan Susu
dan Dasar Teknologi Hasil Ternak, teman-teman Al-Katras, Fauzan Akbar, Ayu
Muntheani, Putri Oktaviana, Inessya Feronica, Gita Siamti, Hesti Indri, Achmad
Furqon, Ricky Firmansyah, Gigih Yudha, Sekar Mumpuni, Septina Lusi, Mega
Sulistya, Yunia Devia, Aldi Pramestya, Sugma Ginanjar, Taufik Prayudi, Yogi
Muji dan Ade Priyadi yang membantu memberikan masukan bagi penulis dan
mengajarkan arti persahabatan serta pertemanan selama berada di Fapet, IPB.
Seluruh teman-teman IPTP 45 serta pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu
atas bantuan berupa dorongan dan masukan yang berarti bagi penulis. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Bogor, Juni 2013

Dewi Indriani
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Bahan 2
Alat 3
Prosedur 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Pemeriksaan Karakteristik Kultur Starter 4
Perbanyakan Kultur Starter 4
Karakteristik Mikrobiologi Krim Susu Kambing 5
Karakteristik Mikrobiologi Mentega Probiotik 5
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Mikrobiologi Produk 9
Karakteristik Serat dan Antioksidan Mentega Probiotik 10
Penentuan Formula Terbaik Mentega Probiotik 12
SIMPULAN DAN SARAN 13
DAFTAR PUSTAKA 13
RIWAYAT HIDUP 14
DAFTAR TABEL
1 Form perangkingan penentuan formula terbaik 4
2 Hasil uji mikrobiologis krim susu kambing pasteurisasi 5
3 Jumlah populasi BALpada produk mentega 6
4 Jumlah populasi TPC pada produk mentega 6
5 Jumlah populasi S.aureus pada produk mentega 7
6 Jumlah populasi Salmonella pada produk mentega 7
7 Jumlah populasi E. coli pada produk mentega 8
8 Jumlah populasi Kapang Khamir pada produk mentega 8
9 Rataan pH dan kadar airmentega probiotik 9
10 Rataan serat pangan mentega probiotik 10
11 Rataan antioksidan mentega probiotik 11
12 Perangkingan mentega probiotik dengan formula terbaik 12
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Susu kambing merupakan salah satu produk hasil peternakan yang belum
begitu populer dikembangkan masyarakat Indonesia. Selain kandungan gizi yang
lengkap, susu kambing memiliki beberapa khasiat yaitu untuk terapi beberapa
penyakit. Khasiat yang banyak terkandung dalam susu kambing dapat
dimanfaatkan untuk mengembangkan susu kambing menjadi produk olahan baru.
Salah satu produk olahan susu yaitu mentega. Mentega merupakan produk olahan
yang terbuat dari krim susu. Pemanfaatan susu kambing dalam pembuatan
mentega dapat meningkatkan kandungan gizi pada produk mentega.
Mentega fermentasi belum banyak dikembangkan di Indonesia.
Lactobacillus acidhopilus merupakan salah satu bakteri asam laktat yang dapat
menghasilkan asam laktat dari metabolisme laktosa. Penambahan Lactobacillus
acidhopilus pada produk mentega dari susu kambing diharapkan dapat
meningkatkan kandungan probiotik dalam produk tersebut. Probiotik adalah
mikroorganisme hidup yang bila diberikan dalam jumlah yang cukup akan
memberikan manfaat kesehatan pada inangnya (FAO 2001). Probiotik dapat
diperoleh dari konsumsi produk olahan susu fermentasi salah satunya yaitu
mentega fermentasi.
Mentega biasa digunakan sebagai bahan pelengkap untuk memakan roti
dan membuat beberapa jenis kue. Anak-anak sebagai salah satu konsumen
mentega memerlukan asupan gizi yang seimbang. Selain kandungan gizi yang
terdapat darimentega, banyak kandungan gizi lain yang baik untuk dikonsumsi
oleh anak-anak, diantaranya yaitu serat dan antioksidan. Produk pangan yang
tinggi kandungan serat dapat memperlancar pencernaan, sedangkan antioksidan
dapat melindungi diri dari radikal bebas. Serat dan antioksidan ini terdapat pada
sayuran dan buah-buahan. Banyak anak-anak yang kurang suka mengkonsumsi
sayuran dan buah-buahan. Oleh karena itu, dibuat suatu inovasi pada mentega
melalui penambahan sumber serat dan antioksidan sebagai alternatif bagi anak-
anak untuk mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan. Selain untuk meningkatkan
kandungan gizi, penambahan sayuran juga untuk meningkatkan daya jual mentega
probiotik dari susu kambing.
Sayuran yang memiliki kandungan serat yang tinggi salah satunya adalah
bayam. Bayam yang terkenal dengan nama ilmiah Amaranthus sp. banyak
dipromosikan sebagai sayuran daun yang kaya kandungan gizi dan serat.
Kandungan gizinya yang tinggi seperti protein, mineral (besi dan kalsium) dan
vitamin maka sayuran bayam sering disebut sebagai raja sayuran atau king of
vegetables. Kandungan serat yang tinggi pada bayam dapat memperlancar
pencernaan. Wortel (Daucus carota L) kaya akan beta-karoten dan antioksidan.
Antioksidan ini berfungsi sekaligus melindungi mentega dari kerusakan seperti
bau tengik yang terjadi akibat adanya radikal bebas dari proses oksidasi mentega.
2

Tujuan Penelitian

Penelitian inibertujuan untuk mempelajarikarakteristik mikrobiologi


produk mentega probiotik dilihat dari populasi Bakteri Asam Laktat (BAL), total
mikroba, kapang khamir, Salmonella, E. coli, dan S. aureus. Penelitian ini juga
bertujuan untuk mengetahui formulasi penambahan tepung bayam dan wortel
terbaik dari segi karakteristik mikrobiologi, kadar serat pangan dan kadar total
fenol produk mentega probiotik.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu penambahan bakteri L.


acidhopilus untuk menghasilkan produk mentega dari susu kambing yang kaya
akan probiotik. Sumber serat dan antioksidan yang berasal dari tepung bayam dan
wortel ditambahkan kedalam produk mentega untuk memperkaya kandungan
nutrisi produk mentega. Pengujian karakteristik mikrobiologi produk mentega
dilihat dari kandungan bakteri asam laktat dan kontaminasi bakteri patogen
didalam produk yang dihasilkan serta dilakukan juga pengujian kadar serat
pangan dan pengujian kadar total fenol produk mentega.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bagian Teknologi Hasil Ternak, Fakultas


Peternakan untuk proses pembuatan mentega, dan Laboratorium Terpadu untuk
analisis mikrobiologis, serta PAUInstitut Pertanian Bogor untuk analisis kualitas
produk serat pangan dan antioksidan. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga
bulan, dimulai dari bulan Juli 2012 sampai dengan bulan September 2012

Bahan

Bahan yang digunakan untuk pembuatan mentega diantaranya yaitu, krim


susu yang didapatkan dari hasil separasi susu kambing, es batu, garam, wortel,
bayam, CaCl2, kultur starter bakteri asam laktat yaitu L. acidophilus RRM-01
yang telah melewati tahap seleksi sebagai probiotik sebanyak 5% serta bahan
pengemas. Larutan pengencer yang digunakan dalam pengujian mikrobiologi
yaitu BPW (Buffered Pepton Water). Media yang digunakan untuk penyegaran
kultur yaitu de Man Ragosa Sharp Broth (MRS-B), untuk pembuatan kultur induk
bahan yang digunakan adalah susu skim. Media dan bahan kimia yang digunakan
dalam analisis mikrobiologi adalah de Man Ragosa Sharp Agar (MRS-A), PCA
(Plate Count Agar), Xylose Lysine Deoxycholate Agar (XLDA), Baird Parker
Agar (BPA), Potato Dextrosa Agar (PDA) dan Eosin Methylene Blue Agar
(EMBA), akuades, NaCl Fisiologis, tellurit, egg yolk.
3

Alat

Peralatan yang digunakan adalah separator, butter-churner, oven, alat


kneeding, freezer, blender, panci pasteurisasi, pH meter, gelas ukur, pengaduk
kayu, termometer, kompor dan mesin pengemas. Peralatan yang digunakan untuk
membuat kultur kerja dan analisis mikrobiologi diantaranya, tabung reaksi, cawan
petri, mikropipet, inkubator, mikroskop, kapas, bunsen, aluminium foil, waterbath,
autoclave, hockey stick, labu erlenmeyer, termometer, rak tabung reaksi, pipet dan
alat gelas lain.
Prosedur Analisis Data

Penelitian ini dilakukan melalui empat tahapan yaitu, pembuatan tepung


bayam dan wortel, pengujian kemurnian kultur starter, perbanyakan kultur starter,
dan pembuatan mentega probiotik. Peubah yang diamati yaitu karakteristik
mikrobiologi produk, kadar serat pangan dan kadar total fenol produk.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan penambahan tepung bayam
dan wortel sebanyak 1% dengan rasio bayam : wortel yang berbeda yaitu (1:1);
(2:1); (1:2). Setiap perlakuan dilakukan ulangan sebanyak tiga kali dengan hasil
ulangan yang didapatkan melalui duplo. Model matematika yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
Yij = μ + Pi + εij
Keterangan :
Yij =nilai pengamatantotal mikroba mentega probiotik daripenambahantepung wortel dan
bayam ke-i pada ulangan ke-j
μ =nilai rataan mikroba mentega probiotik dengan penambahan tepungwortel dan bayam
Pi =pengaruh penambahan tepung wortel dan bayam ke-i
Εij =pengaruh galat penambahan tepung wortel dan bayam taraf ke-i danulangan ke-j
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam
ANOVA. Data populasi mikroba ditransformasikan terlebih dahulu kedalam nilai
log10. Apabila terjadi perbedaan antar perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji
Tukey.
Formula terbaik dari ketiga jenis sampel mentega probiotik dapat dihitung
dengan perankingan jika diasumsikan karakteristik mikrobiologi, kadar serat
pangan dan kadar total fenol memiliki tingkat kepentingan yang sama. Ranking
satu diberikan pada produk mentega probiotik dengan kadar serat pangan, kadar
total fenol dan jumlah bakteri asam laktat tertinggi, paling sedikit tercemar
patogen dan untuk data yang tidak berbeda nyata. Formulasi terbaik didapatkan
dengan menghitung jumlah total hasil perankingan yang didapatkan. Produk
dengan nilai total ranking terendah merupakan produk dengan formula terbaik.
Perankingan hanya dapat dilakukan pada data yang menunjukkan hasil yang
berbeda nyata. Jika hasil tidak berbeda nyata diberikan nilai yang sama. Tabel
perankingan menentukan formulasi terbaik ditampilkan pada Tabel 1.
4

Tabel 1 Form perangkingan penentuan formula terbaik


Peubah P1 (1:1) P2 (2:1) P3 (1:2)
Jumlah BAL
Jumlah TPC
Jumlah Kapang Khamir
Jumlah Salmonella
Jumlah S. Aureus
Jumlah E. Coli
Kadar Serat Pangan
Kadar Polifenol
Jumlah Ranking

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemeriksaan Karakteristik Kultur Starter

Pemeriksaan karakteristik kultur starter meliputi pengujian pewarnaan


Gram dan uji katalase. Pengujian karakteristik kultur starter ini untuk mengetahui
kemurniannya. Pemeriksaan terhadap starter mentega probiotik L. acidophilus
RRM-01 memiliki morfologi dengan bentuk batang dan termasuk dalam golongan
Gram positif.
Pengujian katalase dilakukan untuk mengetahui keberadaan enzim
peroksidase pada bakteri yang mengkatalis reaksi antara H2O2 dengan senyawa
organik menghasilkan senyawa yang tidak beracun (Fardiaz 1992). Hasil
pengujian katalase kultur starter L. acidophilus RRM-01 yang digunakan pada
produk mentega probiotik berkatalase negatif. Ditandai dengan tidak
terbentuknya gelembung gas yang berupa O2 setelah kultur ditetesi dengan H2O2.
Hal ini mengartikan bahwa bakteri tersebut tidak memiliki enzim katalase,
sehingga memenuhi ketentuan sebagai bakteri asam laktat.

Perbanyakan Kultur Starter

Persiapan penelitian selanjutnya diawali dengan perbanyakan kultur starter


L.acidophilus RRM-01. Perbanyakan kultur starter dilakukan untuk meningkatkan
jumlah populasi kultur yang akan digunakan. Perbanyakan kultur starter L.
acidophilus RRM-01 dilakukan sebanyak 5% dari volume susu skim yang
digunakan. Populasi kultur starter yang diperbanyak diharapkan memenuhi syarat
kultur starter probiotik yaitu dengan populasi ≥ 108 cfu/ml. Hasil pemeriksaan
jumlah BAL dalam susu skim adalah 1.34 × 109cfu/ml. Populasi starter L.
acidophilus RRM-01 telah memenuhi syarat minimal untuk pembuatan mentega
probiotik. Jumlah populasi kultur starter yang tinggi pada pembuatan mentega
probiotik dapat mempercepat pembentukan asam laktat sehingga berpengaruh
terhadap waktu fermentasi. Pemberian kultur starter L.acidophilus pada produk
mentega bertujuan untuk mengasamkan produk dengan cara menurunkan pH
produk serta meningkatkan kandungan probiotik dalam produk.
5

Karakteristik Mikrobiologis Krim Susu Kambing

Pengujian mikrobiologis krim susu kambing yang telah di pasteurisasi


dilakukan untuk mempelajari karakteristik krim susu kambing sebagai bahan baku
dalam pembuatan produk mentega probiotik. Pengujian mikrobiologis yang
dilakukan meliputi BAL (Bakteri Asam Laktat), TPC (Total Mikroba), E. coli,
Salmonella dan S. aureus. Hasil pengujian mikrobiologis krim susu kambing
dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil uji mikrobiologis krim susu kambing pasteurisasi


Jenis Bakteri Populasi (CFU/g)
Bakteri Asam Laktat 1.72 × 109
TPC (Total Plate Count) 1.67 × 107
Staphylococcus aureus -
Escherichia coli -
Salmonella -

Berdasarkan tabel diatas populasi bakteri asam laktat (BAL) adalah 1.72 ×
9
10 CFU/g sedangkan jumlah populasi TPC (Total Plate Count) sebesar 1.67 ×
107CFU/g. Jumlah BAL lebih besar dibandingkan dengan jumlah TPC namun
jumlah Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Salmonella negatif. Krim
susu kambing pasteurisasi tersebut kemudian diinokulasi dengan L.acidophilus
sebanyak 5%. Jumlah BAL krim susu kambing setelah diinokulasi yaitu sebesar
1.37 × 1010 populasi (CFU/g). Kandungan BAL dalam krim inokulasi lebih tinggi
jika dibandingkan dengan krim pasteurisasi. Hal ini disebabkan oleh penambahan
kultur starter L.acidophilus kedalam krim inokulasi yang menyebabkan populasi
BAL meningkat. L.acidophilus dapat meningkatkan jumlah BAL pada produk
karena L.acidophilus merupakan salah satu bakteri asam laktat yang dapat
menghasilkan asam laktat dari hasil metabolisme laktosa (Fardiaz 1989)

Karakteristik Mikrobiologis Mentega Probiotik

Mentega merupakan salah satu produk pangan yang mudah terkontaminasi


oleh mikroba patogen. Bahan baku pembuatan mentega merupakan krim susu
yang banyak mengandung makanan yang dibutuhkan oleh mikroba. Penambahan
tepung bayam dan wortel pada produk mentega ini juga rentan pada cemaran
bakteri. Pengujian mikrobiologis yang dilakukan pada mentega probiotik dari
susu kambing meliputi pengujian total BAL (Bakteri Asam Laktat), TPC, Kapang
dan Khamir, S. aureus, Salmonella, dan E. coli.
Bakteri Asam Laktat
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa total BAL tidak dipengaruhi
secara nyata oleh perlakuan penambahan tepung bayam dan wortel. Hal tersebut
disebabkan jumlah populasi awal BAL yang terdapat dalam susu kambing sudah
ada dalam jumlah yang cukup besar. Rataan populasi BAL dapat dilihat pada
Tabel 3.
6

Tabel 3 Jumlah populasi BAL pada produk mentega


Perbandingan Bayam : Wortel Populasi BAL(log10 CFU/g)
P1 (1:1) 9.85 ± 1.13
P2 (2:1) 10.84 ± 0.29
P3 (1:2) 10.42 ± 0.89

Hasil dari tabel menunjukan bahwa Bakteri Asam Laktat (BAL) yang
terdapat pada mentega probiotik pada penelitian ini yaitu sekitar 9.85–10.84 log10
CFU/g. Hasil tersebut telah memenuhi syarat sebagai bahan pangan probiotik
karena mengandung populasi BAL antara 7–9 log10 CFU/g (Surono 2004). Data
BAL pada tiap perlakuan tidak berbeda nyata hal ini dapat dipengaruhi oleh
penambahan jumlah kultur starter L. acidophillus yang sama yaitu, masing-
masing perlakuan sebanyak 5%. Waktu dan suhu inkubasi yang dilakukan juga
seragam yaitu selama 24 - 48 jam dengan suhu 37oC.

Analisis Kuantitatif TPC (Total Plate Count)


Hasil analisis ragam menunjukan bahwa nilai TPC tidak dipengaruhi
secara nyata oleh perlakuan. Rataan populasi TPC dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah populasi TPC pada produk mentega


Perbandingan Bayam : Wortel Populasi TPC (log10 CFU/g)
P1 (1:1) 6.61 ± 1.07
P2 (2:1) 6.92 ± 0.60
P3 (1:2) 7.29 ± 1.50

Hasil dari tabel menunjukan bahwa jumlah TPC pada produk mentega
probiotik ini berkisar antara 6.61–7.29 log10 CFU/g. Perbedaan penambahan rasio
tepung bayam dan wortel tidak menghasilkan perbedaan jumlah total mikroba.
Jumlah populasi TPC yang tinggi dapat disebabkan oleh mikroba alami yang
terdapat dalam krim susu kambing sebagai bahan baku dalam membuat produk
mentega probiotik.

Analisis Kuantitatif Staphylococcus aureus


Hasil analisis ragam menunjukan bahwa populasi S. aureus dipengaruhi
secara nyata oleh perlakuan. Rataan dapat dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah populasi S.aureus pada produk mentega


Perbandingan Bayam : Wortel Populasi S. aureus (log10 CFU/g)
P1 (1:1) 3.07 ± 0.13a
P2 (2:1) 4.20 ± 0.19b
P3 (1:2) 3.13 ± 0.25a
Keterangan : Data yang berbeda dinyatakan dalam huruf a,b pada kolom sebesar P<0.05
(BerbedaNyata)

Hasil dari tabel menunjukkan bahwa populasi S. aureus produk P2 (2:1)


nyata lebih tinggi dibandingkan dengan produk mentega P1 (1:1) dan P3 (1:2).
Populasi S. aureus cukup tinggi pada masing-masing produk mentega, yaitu
7

berkisar antara 3.07–4.20log10 CFU/g. Data tersebut jauh dari standar SNI-01-
3744-1995 tentang mentega. Jumlah S. aureus yang ditetapkan dalam SNI yaitu
maksimal 1.0 × 102 CFU/g atau sama dengan 2 log10 CFU/g. Beberapa tahapan
yang dapat menyebabkan kontaminasi produk adalah proses pendinginan krim
setelah pemanasan, churning, kneading, hingga proses pengemasan merupakan
tahapan yang mudah terkontaminasi oleh bakteri patogen.

Analisis Kuantitatif Salmonella


Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa populasi Salmonella tidak
dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan (P>0.05).Rataan populasi Salmonella
dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah populasi Salmonella pada produk mentega


Perbandingan Bayam : Wortel Populasi Salmonella (log10 CFU/g)
P1 (1:1) 2.59 ± 0.09
P2 (2:1) 2.08 ± 0.60
P3 (1:2) 1.73 ± 0.00

Hasil dari tabel menunjukan bahwa terdapat cemaran Salmonella pada


produk mentega. Data tersebut jauh dari standar SNI-01-3744-1995 tentang
mentega. Jumlah Salmonella yang ditetapkan dalam SNI yaitu negatif.
Pencemaran mentega oleh Salmonella dapat terjadi sebagai akibat kurang baiknya
penerapan higiene pada proses produksi. Terdapat beberapa titik kritis dalam
tahapan pembuatan mentega seperti pendinginan krim, churning, kneading hingga
proses pengemasan juga dapat mempengaruhi kontaminasi bakteri patogen dalam
produk yang dihasilkan. Salmonella adalah jenis bakteri yang ada didalam alat
pencernaan binatang, unggas, reptil, serangga dan manusia. Bakteri Salmonella
bisa berpindah dengan cara kontaminasi silang. Apabila masakan atau alat yang
mengandung bakteri Salmonella bersentuhan dengan masakan atau alat lain, maka
masakan atau alat tersebut akan mengandung bakteri Salmonella. Salmonella
dapat ditemukan di udara, air, tanah, tinja manusia maupun hewan.

Analisis Kuantitatif Escherichia coli


Pengujian karakteristik bakteri Escherichia coli pada produk mentega
probiotik dalam penelitian ini tidak dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan
(P>0.05). Rataan populasi E. coli dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah populasi E. coli pada produk mentega


Perbandingan Bayam : Wortel Populasi E. coli (log10 CFU/g)
P1 (1:1) 3.38 ± 0.38
P2 (2:1) 3.16 ± 0.00
P3 (1:2) 3.36 ± 0.34

Hasil dari tabel diatas menunjukkan bahwa produk mentega probiotik


tercemar oleh E. coli. Standar kualitas mentega yang digunakan di Indonesia
sebagai dasar dari penentuan batas maksimum cemaran mikroba adalah SNI 01-
3744-1995 tentang mentega. SNI hanya menetapkan batas maksimum cemaran
8

untuk Staphylococcus aureus dan Salmonella, sedangkan untuk E. coli belum


diatur jumlah maksimum cemaran yang diperbolehkan. Kontaminasi E. coli
dalam produk mentega probiotik ini disebabkan oleh penanganan yang kurang
higienis selama proses produksi dan kontaminasi selama produksi (Keeratipibul et
al. 2008). Hasil dari tabel diatas cemaran E. coli tidak berbeda nyata terhadap
perlakuan. Kontaminasi dapat terjadi pada saat proses pembuatan mentega pada
tahap pendinginan krim, churning, kneading hingga proses pengemasan mentega
probiotik yang kurang steril. Faktor paling penting yang berkontribusi besar
dalam kontaminasi patogen pada saat penyiapan makanan antara lain penanganan
yang tidak higienis, kontaminasi silang, proses atau penyimpanan dan
kontaminasi oleh personil.

Analisis Kuantitatif Kapang dan Khamir


Hasil analisis ragam kapang dan khamir pada produk mentega probiotik
dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan (P<0.05). Rataan populasi kapang dan
khamir dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Jumlah populasi kapang khamir pada produk mentega


Perbandingan Bayam : Wortel Populasi Kapang Khamir (Log CFU/ml)
P1 (1:1) 4.63 ± 0.82b
P2 (2:1) 5.99 ± 0.11a
P3 (1:2) 5.21 ± 0.14ab
Keterangan : Data yang berbeda dinyatakan dalam huruf a,b dan ab pada kolom sebesar P<0.05
(Berbeda Nyata)
Hasil dari tabel diatas menunjukkan bahwa mentega probiotik dari susu
kambing tercemar oleh kapang dan khamir. Standar kualitas mentega yang
digunakan sebagai dasar dari penentuan batas maksimum cemaran mikrobiologi di
Indonesia yaitu SNI 01-3744-1995 belum mengatur batas maksimum cemaran
kapang dan khamir yang diperbolehkan di dalam mentega. Produk mentega
probiotik dengan perlakuan P3 (1:2) tidak berbeda secara nyata dengan hasil
produk dengan perlakuan P1 (1:1) dan P2 (2:1) namun produk P1 (1:1) berbeda
nyata dengan produk P2 (2:1). Tingginya populasi kapang dan khamir pada
produk mentega ini berhubungan dengan keadaan pH produk mentega probiotik.
Kapang memiliki kisaran pertumbuhan pada pH 2–8 sedangkan khamir memiliki
kisaran pertumbuhan pada 4–5. Kapang dan khamir pada kenyataannya lebih
menyukai keadaan asam. Produk mentega yang ada pada penelitian ini memiliki
pH dengan kisaran 5–5.5, oleh karena itu, mudah terkontaminasi oleh kapang dan
khamir. Kapang dan khamir sangat mudah mengkontaminasi produk makanan
karena dapat hidup pada suhu rendah maupun suhu yang lebih tinggi (Buckle
2009). Pencemaran kapang dan khamir pun dapat melalui udara sehingga perlu
bersih dan steril dalam proses pembuatan produk mentega probiotik ini.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakteristik Mikrobiologi

Karakteristik mikrobiologi dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya


yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik (Buckle 2009). Faktor intrinsik (dalam),
diantaranya nilai nutrisi, kadar air, pH, potensi oksidasi reduksi, ada atau tidaknya
9

substrat penghambat. Faktor ekstrinsik (luar) misalnya, temperatur, kelembapan


relatif, ketersediaan oksigen. Berdasarkan hasil penelitian ini faktor yang
mempengaruhi karakteristik produk mentega yaitu pH dan kadar air. Derajat
keasaman atau pH merupakan konsentrasi dari ion hidrogen yang berdisosiasi
dalam larutan. Pengukuran pH bertujuan untuk mengetahui derajat keasaman
disebabkan oleh adanya ion hidrogen tersebut. Air merupakan salah satu media
pertumbuhan mikroorganisme. Bahan pangan dengan kadar air tinggi umumnya
dapat ditumbuhi oleh semua jenis mikroorganisme, tetapi bakteri dapat tumbuh
lebih cepat daripada kapang dan khamir maka kerusakan akibat bakteri lebih
banyak ditemukan. Rataan nilai pH dan kadar air produk mentega probiotik
dengan penambahan tepung bayam dan wortel dengan 3 macam perbandingan
dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Rataan pH dan kadar Air pada produk mentega probiotik (1:1), (2:1) dan
(1:2)
Parameter P1(1:1) P2(2:1) P3(1:2)
pH 5.35 ± 0.04 5.33 ± 0.05 5.26 ± 0.06
Kadar air (%) 26.13 ± 0.17c 16.80 ± 0.27b 13.94 ± 0.10a
Keterangan : Data yang berbeda pada baris yang sama dinyatakan dengan huruf yang berbeda
yaitu a, b dan c (P<0.05)
Hasil rataan nilai pH pada tabel diatas menunjukan bahwa pH produk tidak
dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan yang diberikan. Hal ini sesuai dengan
data populasi BAL. Jumlah populasi BAL dalam produk mentega juga tidak
dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan. Nilai pH yang cukup rendah berbanding
lurus terhadap jumlah populasi BAL dalam poduk mentega probiotik. Data kadar
air menunjukan bahwa jumlah kadar air dipengaruhi secara nyata oleh perlakuan.
Produk P1 (1:1) memiliki kadar air yang tertinggi sedangkan kadar air terendah
dimiliki oleh P3 (1:2). Hal tersebut namun tidak berkaitan dengan hasil pengujian
karateristik mikrobiologis produk mentega probiotik. Mentega probiotik (1:2)
memiliki jumlah populasi S. aureus yang cukup tinggi. Kontaminasi mikroba
pada produk mentega probiotik tersebut kemungkinan lebih disebabkan akibat
faktor ekstrinsik dan faktor pengolahan.

Karakteristik Serat dan Antioksidan Mentega Probiotik

Analisis Kadar Serat Pangan


Penambahan tepung bayam dan wortel kedalam mentega probiotik ini
untuk memperkaya kandungan serat dan antioksidan. Pengujian kadar serat
produk mentega probiotik yang diberi tiga macam perbandingan kosentrasi yaitu
P1 (1:1), P2 (2:1), P3 (1:2) menggunakan metode enzimatis. Rataan karakteristik
serat pangan mentega probiotik dapat dilihat pada Tabel 10.
10

Tabel 10 Rataan serat pangan mentega probiotik


Jenis Analisa P1(1:1) P2 (2:1) P3 (1:2)
IDF (%) 1.43 ± 0.01b 1.50 ± 0.01a 1.40 ± 0.01c
SDF (%) 4.37 ± 0.17 4.05 ± 0.19 4.32 ± 0.35
TDF (%) 5.80 ± 0.16 5.55 ± 0.18 5.72 ± 0.35
Keterangan: P1 = Bayam : Wortel (1:1), P2 = Bayam : Wortel (2:1), P3 = Bayam : Wortel (1:2)
huruf yang berbeda (a, b, c) pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang
sangat nyata (P<0.01)
IDF = Insoluble Dietary Fiber (Serat Pangan Tidak Larut)
SDF = Soluble Dietary Fiber (Serat Pangan Larut)
TDF = Total Dietary Fiber (Serat Pangan Total)
Hasil dari tabel diatas menunjukkan bahwa produk mentega probiotik
dengan penambahan perbandingan tepung bayam dan wortel (1:1), (2:1), dan (1:2)
memiliki kandungan serat pangan tidak larut (IDF) berbeda sangat nyata (P<0.01)
pada masing-masing produk mentega probiotik. Adanya perbedaan yang sangat
nyata dikarenakan adanya perlakuan penambahan tepung bayam dan wortel
dengan ratio yang berbeda yaitu P1 (1:1), P2 (2:1), dan P3 (1:2). Produk mentega
probiotik dengan perlakuan P2 (2:1) memiliki kadar serat yang nyata lebih tinggi
dibandingkan dengan produk mentega dengan perlakuan lainnya.

Analisis Kadar Polifenol


Penambahan tepung dari sayuran khususnya tepung wortel dalam produk
mentaga probiotik ini untuk memperkaya kandungan antioksidan pada mentega.
Beta karoten dalam wortel dipercaya sebagai pelindung terhadap kanker karena
merupakan salah satu senyawa antioksidan. Antioksidan merupakan senyawa
yang dapat menetralkan radikal bebas yaitu molekul tidak stabil yang dihasilkan
oleh berbagai proses kimia normal tubuh, atau oleh radiasi matahari, asap rokok
dan pengaruh-pengaruh lingkungan lainnya. Sederhananya, cara radikal bebas
merusak sel-sel tubuh sama dengan proses oksigen menyebabkan kertas berubah
warna menjadi kuning atau mentega menjadi tengik. Di samping beta-karoten,
wortel mengandung juga antioksidan asam fenolat (Cahyono 2002).
Pengujian antioksidan produk mentega probiotik dalam penelitian ini
menggunakan uji kadar polifenol. Uji kadar polifenol pada produk mentega
dilakukan untuk mengetahui kandungan polifenol yang terkandung didalam
produk mentega. Uji kadar polifenol merupakan salah satu uji kandungan
antioksidan. Standar yang digunakan pada uji kadar polifenol adalah asam galat.
Asam galat adalah asam organik dengan nama kimia 3,4,5- trihidroksi benzoat
(C6H2(OH)3CO2H). Rataan hasil ragam antioksidan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Rataan total fenol mentega probiotik


Parameter P1 (1:1) P2 (2:1) P3 (1:2)
Total Fenol (ppm) 0.59 ± 0.01a 0.25 ± 0.01b 0.33 ± 0.01c
Keterangan: P1 = Bayam : Wortel (1:1), P2 = Bayam : Wortel (2:1), P3 = Bayam : Wortel (1:2)
Data yang berbeda (a, b, c) pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang
nyata (P<0.05)
Hasil perhitungan kadar polifenol mentega probiotik yang diberi
penambahan tepung bayam dan wortel dengan tiga perbandingan yang berbeda
yaitu P1 (1:1), P2 (2:1) dan P3 (1:2) menghasilkan data yang berbeda nyata
11

(P<0.05) terhadap masing-masing produk. Kadar polifenol tertinggi dimiliki oleh


mentega probiotik dengan persentase perbandingan tepung bayam dan wortel P1
(1:1) sebesar 0.59 mg/g bahan, sedangkan yang terendah dimiliki oleh mentega
probiotik dengan persentase penambahan tepung bayam dan wortel P2 (2:1)
sebesar 0,25 mg polifenol/g bahan dimana rasio wortel lebih sedikit dibanding
rasio bayam yang ditambahkan. Sumber antioksidan mentega probiotik dalam
penelitian ini berasal dari wortel yang telah mengalami proses pengeringan.
Meskipun antioksidan biasanya tidak rusak akibat proses pengeringan, penurunan
kadar polifenol pada bentuk bubuk dibandingkan bentuk segarnya sangat besar.
Meskipun memiliki struktur umum yang sama, polifenol yang terkandung dalam
masing-masing bahan memiliki rantai samping berbeda-beda yang akan
mempengaruhi stabilitasnya (Suresh et al. 2005).
Kadar polifenol berkaitan dengan senyawa fenol yang terdapat pada
tumbuhan. Total fenol berkorelasi dengan aktivitas antioksidan. Semakin tinggi
senyawa fenol maka semakin tinggi pula aktivitas antioksidannya (Kwon et al.
2006). Senyawa fenol yang umumnya ditemukan adalah asam galat dan asam
salisilat (Vermerris dan Nicholson 2008). Uji kadar polifenol memiliki kelebihan,
yaitu dapat menghitung secara kuantitatif semua grup fenolik seperti quercetin,
antosianin, dan fenolik pada teh hijau. Uji kadar polifenol juga memiliki
kelemahan, antara lain tidak mampu membedakan tipe-tipe fenol yang terkandung
(monomer/dimer/trimer), selain itu, keberadaan protein, asam nukleat, dan asam
askorbat dapat mempengaruhi uji polifenol (Lee dan Widmer 1996).

Penentuan Formula Terbaik Berdasarkan Kadar Serat Pangan, Kadar


Polifenol dan Karakteristik Mikrobiologis

Formula terbaik dari ketiga produk mentega probiotik dapat dihitung


dengan perankingan jika diasumsikan bahwa kadar serat pangan, kadar polifenol
dan karakteristik mikrobiologis mentega probiotik memiliki tingkat kepentingan
yang sama. Perankingan mentega probiotik dengan formula terbaik ditampilkan
pada Tabel 12.

Tabel 12 Perankingan mentega probiotik dengan formula terbaik berdasarkan


kadarserat pangan, kadar polifenol dan karakteristik mikrobiologis
Peubah P1 (1:1) P2 (2:1) P3 (1:2)
Jumlah BAL 9.85±1.13 (1) 10.84±0.28 (1) 10.42±0.89 (1)
Jumlah TPC 6.61±1.07 (1) 6.92±0.6 (1) 7.29±1.50 (1)
Jumlah Kapang Khamir 4.63±0.82 (1) 5.99±0.11 (2) 5.21±0.14 (1,5)
Jumlah Salmonella 2.59±0.09 (1) 2.08±0.60 (1) 1.73±0.00 (1)
Jumlah S. aureus 3.07±0.13 (1) 4.20±0.19 (2) 3.13±0.25 (1)
Jumlah E. coli 3.38±0.38 (1) 3.16±0.00 (1) 3.36±0.34 (1)
Kadar Serat Pangan 1.43±0.01 (2) 1.50 ± 0.01(1) 1.40 ± 0.01(3)
Kadar Polifenol 0.59±0.01 (1) 0.25±0.01 (3) 0.33±0.01 (2)
Jumlah Ranking 9 12 11.5
Keterangan : P1 = Bayam : Wortel (1:1)
P2 = Bayam : Wortel (2:1)
P3 = Bayam : Wortel (1:2)
12

Formula terbaik ditunjukkan dengan rataan ranking terendah. Berdasarkan


tabel didapatkan bahwa mentega probiotik dengan penambahan tepung bayam
dan wortel rasio (1:1) merupakan mentega probiotik dengan formula terbaik
karena memiliki ranking dengan rataan terndah yaitu 9. Ranking terendah dilihat
dari kadar serat pangan, kadar polifenol tertinggi dan memiliki jumlah bakteri
patogen terendah.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penambahan tepung bayam dan wortel dengan rasio (1:1) merupakan


produk mentega probiotik terbaik berdasarkan karakteristik mikrobiologis, kadar
serat pangan dan kadar polifenol. Karakteristik mikrobiologis mentega probiotik
dengan penambahan tepung bayam dan wortel menunjukkan bahwa terdapat
cemaran patogen S. aureus, Salmonella dan E. coli.

Saran

Perlunya pengujian mikrobiologi tepung bayam dan wortel sebelum


ditambahkan kedalam produk mentega probiotik. Proses pembuatan mentega
yang baik, lingkungan serta alat yang digunakan dalam proses pembuatan
mentega perlu diperhatikan dengan baik untuk mengurangi kontaminasi patogen
pada produk mentega yang dibuat.

DAFTAR PUSTAKA

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2008. Metode pengujian cemaran mikroba


dalam daging, telur dan susu, serta hasil olahan. SNI. Standar Nasional
Indonesia 2897: 2008. ICS. 67. 050.
Baird PTC. 2000. Staphylococcus aureus. Di dalam: Lund B, Baird PTC, Gould.
The Microbiological Safety and Quality of Food. Ed ke-2. Gathersburg
(AU): Aspen Pub.
Buckle KA, Edward AR, Fleet GH,Wooton M. 1987. Ilmu Pangan. H. Purnomo
dan Adiono, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr.
Buckle KA, Edward AR, Fleet GH, Wooton W. 2009. Ilmu Pangan. Hari
Purnomo dan Adiono, penerjemah; Jakarta (ID): UI Pr.Terjemahan dari:
Food Science.
Cahyono B. 2002. Teknik Budi Daya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta (ID):
Kanisius.
Damayanti R, Moeljanto. 2002. Khasiat dan Manfaat Susu Kambing Terbaik
13

dari Hewan Ruminansia. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.


[DSN] Dewan Standarisasi Nasional. 1995. SNI 01-3744-1995. Syarat Mutu
Mentega. Jakarta (ID): Standar Nasional Indonesia.
Fardiaz S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Bogor. Bogor (ID): IPB Pr.
Fardiaz S. 1989. Petunjuk Laboratorium Analisis Mutu Mikrobiologi Pangan.
Bogor (ID): IPB Pr.
Frazier WC, Westhoff OC. 1988. Food Microbiology. Ed ke-4.Singapur (SG):
McGraw Hill Book Co.
[FAO] Food and Agriculture Organization of the United Nations. 2001. Health
and Nutritional properties of probiotics in food including powder milk
with live lactid. WHO[Internet]. [diunduh 2010 Des 23]. Tersedia pada :
http://www.who.int/foodsafety/publications/fsmanagement/en/probiotics.p
df.
Keeratipibul S, Techaruwichit P, Chaturongkasumrit Y. 2009. Contamination
source of coliform in two different type of frozen ready-to-eat shrimps.
Food Control 20:289-293.
Lancette, GA, Tartini SR. 1992. Staphylococcus aureus. Vanderzant C,
Splittsttoesser DF, editor. Washington (US): American Public Health
Association. Terjemahan dari: Compendium of Method for the
Microbiological Examination of Food. Ed ke-3.
Lay BW, Hastowo S. 1992. Mikrobiologi. Bogor (ID): PAU-Bioteknologi IPB Pr.
Pelczar MJ Jr, Chan ECS. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Volume ke- 1.
Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS, Angka SL, penerjemah. Jakarata
(ID): UI Pr. Terjemahan dari: Elements of Microbiology.
14

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 12 Desember 1990.Penulis


merupakan anak pertama dari dua bersaudara.Penulis menempuh pendidikan
Taman Kanak-kanak (TK) Mawar Mekar, Jakarta, pendidikan sekolah dasar di
SDN 06 Serdang, Jakarta Pusat (1996-2002), kemudian melanjutkan pendidikan
di SMPN 10 Jakarta (2002-2005), pendidikan tingkat menengah atas diselesaikan
di SMAN 1 Jakarta (2005-2008).Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) pada
jurusan Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, tahun 2008.
Penulis terlibat di beberapa kegiatan kemahasiswaan dan akademik selama
mengikuti proses pendidikan di Institut Pertanian Bogor diantaranya penulis aktif
dalam beberapa organisasi dan beberapa kepanitiaan di dalam dan luar kampus.
Penulis mengikuti UKM Kesenian GENTRA KAHEMAN (2008-2009), dan
anggota dari Himpunan Profesi HIMAPROTER (Himpunan Mahasiswa Produksi
Ternak). Seksi acara dalam kepanitian MPKMB 46 (Masa Perkenalan Kampus
Mahasiswa Baru 46), panitia pelatihan jurnalistik dan website dalam acara DFF,
panitia Dekan Cup, Kepanitian Bina Desa, Kepanitiaan MPF 46 (Masa Perkenalan
Fakultas 46), dan kepanitian dalam Makrab angkatan 46. Penulis juga aktif dalam
kegiatan akademik sebagai asisten praktikum Mata Kuliah Dasar Teknologi Hasil
Ternak dan Teknik Pengolahan Susu.Selain itu penulis juga aktif mengikuti
magang di Balai Pembibitan Ternak Unggul (BPTU) Sapi Perah, Baturaden,
Purwokerto, Jawa Tengah.Penulis terlibat dalam kompetisi di tingkat nasional
diantaranya Program Kreativitas Mahasiswa dari tahun 2010-2012.Penulis juga
termasuk dalam 104 Inovasi Indonesia tahun 2012.

Anda mungkin juga menyukai