TIA ANGGUNI
Tia Angguni
NIM E34140053
4
5
ABSTRAK
Kontes burung kicau telah menjadi salah satu tradisi masyarakat Indonesia,
termasuk di Wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi).
Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi burung yang dikonteskan termasuk
status konservasinya, dan karakteristik kegiatan kontes burung (penyelenggara,
frekuensi, dan partisipan). Data dikumpulkan melalui observasi langsung dan
wawancara pada 20 penyelenggara kontes burung dari bulan Maret hingga Mei
2018. Sejumlah 15 jenis burung dari 12 suku teridentifikasi dalam penelitian,
termasuk 3 jenis burung dilindungi, yaitu cicadaun besar, kucica hutan dan jalak
suren. Selain itu terdapat 3 jenis burung yang termasuk kategori burung asing
(bukan asli Indonesia). Jenis burung yang mendominasi di kegiatan kontes burung
yaitu lovebird yang termasuk kategori burung asing, diikuti oleh jenis cicadaun
besar dan kucica hutan. Terdapat empat penyelenggara kontes yang memiliki
frekuensi penyelenggaraan mencapai 14 kali dalam sebulan. Partisipan didominasi
oleh laki-laki (99.6%). Pemenang dari kegiatan kontes burung mendapatkan uang
tunai, sertifikat, dan trofi ataupun piala.
ABSTRACT
The birds singing contest has been a long tradition among Indonesian
people, including in Jabodetabek Region (Greater Jakarta Metropolitan Area).
The purpose of this research is to identify bird species being contested in
Jabodetabek Region, including to identity birds’ conservation status, and
characteristics of bird contest activities (i.e. organizers, frequency, participants).
Data were collected through direct observation and interview of 20 bird singing
contests during March and May 2018. The number of bird species in the singing
contest was 15 species belonging to 12 families, including 3 species that are
protected by Indonesian law, those are greater green leafbird, white-rumped
shama, and pied myna. There were also three species of non native birds and
three species were non-native. The most dominant birds in the contest was
lovebird (non-native species), followed by greater green leafbird and white-
rumped shama (both are native species). There were 4 organizers of the singing
contest, with a contest frequency of up to 14 times a month. Almost all
participants (99.6%) were males. The contest winner will get cash money,
certificate, and trophy.
Key words: birds singing contest, Jabodetabek region, lovebirds
6
7
TIA ANGGUNI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul dalam penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Maret 2018 ini ialah Karakteristik Kontes Burung Kicau
di Wilayah Jabodetabek. Terima kasih penulis ucapkan kepda Dr Ir Yeni Aryati
Mulyani, MSc dan Prof Dr Ir Ani Mardiastuti, MSc selaku pembimbing, yang
telah memberikan masukan dan arahan. Di samping itu, penulis sampaikan terima
kasih kepada Bang Poe (Harry Purnomo), para pihak penyelenggara kontes dan
kicau mania yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian saya.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak dan ibu saya yang
telah memberikan doa, semangat, dan kasih sayangnya. Ucapan terima kasih
kepada Putri Istana (Derry, Emey, dan Dinda) yang telah menyemangati dan
memberi masukkan. Kemudian juga terima kasih kepada keluarga DKSHE51
terutama (Laras, Tiara, Lazu, Ade, Ferri, Wardah, Irene, Icha, Puy, Christy, Hani,
Ady, Ismul, Febry, Deanty, Wahyuni dan Muhajir), atas motivasi, bantuan, dan
dukungannya, serta seluruh staf pengajar, tata usaha, laboran, mamang bibi, juga
keluarga besar Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata serta
Fakultas Kehutanan IPB yang telah membantu, memberikan dukungan serta
pengetahuan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Tia Angguni
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR LAMPIRAN iii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Manfaat 2
METODE PENELITIAN 2
Lokasi, Waktu dan Alat 2
Jenis dan Metode Pengumpulan Data 2
Analisis Data 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Hasil 4
Jenis burung di kegiatan kontes burung kicau 4
Komposisi jenis burung yang ditemukan di lokasi penyelenggaraan 6
Status konservasi burung 6
Karakteristik penyelenggaraan kontes burung 7
Karakteristik peserta kontes 13
Karakteristik non-peserta kontes 16
Pembahasan 18
Jenis-jenis burung kicau yang ditemukan beserta status konservasi-nya 18
Karakteristik kegiatan kontes burung kicau di Wilayah Jabodetabek 20
Upaya pihak penyelenggara dan peserta kontes untuk
melestarikan burung 24
SIMPULAN DAN SARAN 25
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 29
ii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Burung merupakan jenis peliharaan yang paling populer bagi masyarakat
perkotaan di Indonesia. Menurut Jepson dan Ladle (2005), sebanyak 21.8%
penduduk di lima kota besar di Indonesia memelihara burung. Di masa lampau,
kebudayaan Jawa diyakini bahwa seorang lelaki dianggap telah berhasil atau
mapan hidupnya apabila telah memelihara burung dalam sangkar (Iskandar et al.
2015). Pemanfaatan burung yang dilakukan oleh masyarakat salah satunya dengan
cara dikonteskan.
Di Indonesia, kontes burung kicau mulai berkembang pada tahun 1976.
Kegiatan kontes burung kicau memberikan penilaian terhadap beberapa aspek
yang dikonteskan meliputi irama lagu kicauan, volume suara, durasi kicauan serta
keindahan fisik dari burung tersebut. Irama lagu yang baik yaitu burung yang
mampu berkicau dengan nada naik turun dan tanpa terputus.Volume suara yang
dinilai adalah besar-kecilnya dan kebersihan suara sehingga bisa didengar dengan
jelas sedangkan untuk durasi suara dinilai dari tidak berhentinya berkicau
(Turut 2012).
Kegiatan kontes burung kicau di Indonesia mengalami perkembangan pesat.
Hal ini dilihat dari munculnya berbagai acara atau event lokal dan nasional yang
diselenggarakan di berbagai daerah. Salah satu daerah di Indonesia yang
mengalami perkembangan kegiatan kontes burung kicau yaitu Wilayah
Jabodetabek. Jabodetabek merupakan suatu gabungan wilayah mencakup Jakarta,
Bogor,Depok, Tangerang, dan Bekasi. Jabodetabek menjadi kawasan perkotaan
terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara (Silitonga 2010). Frekuensi
penyelenggaran kegiatan kontes burung di wilayah tersebut dapat dilakukan pada
tiap bulan ataupun acara tahunan yang sudah menjadi rutinitas (Saputra 2013).
Meningkatnya kegiatan kontes burung memberikan dampak positif bagi
masyarakat dan dampak negatif bagi kelestarian burung.
Menurut penelitian Iskandar et al. (2015), dampak positif dari kegiatan
kontes burung yaitu dapat memberikan pengetahuan tentang aneka jenis maupun
ras, tingkah laku, dan perawatan burung. Selain itu, kegiatan kontes burung dapat
memberikan keuntungan bagi pedagang yang berkaitan dengan pemeliharaan
burung seperti penjualan obat dan vitamin serta pembuatan sangkar. Adapun
dampak negatif yaitu antara lain menyebabkan penurunan populasi burung di
alam akibat meningkatnya perburuan dan perdagangan. Untuk meningkatkan
dampak positif dan menurunkan dampak negatif dari kegiatan kontes burung,
diperlukan manajemen salah satunya dengan cara mendapatkan informasi terlebih
dahulu terkait karakteristik kontes burung.
2
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi jenis jenis burung yang dikonteskan di Wilayah Jabodetabek
dan mengklasifikasikan berdasarkan status konservasi yaitu status
perlindungan menurut PP No. 7 Tahun 1999 dan status keterancaman menurut
IUCN dan CITES.
2. Mengidentifikasi karakteristik responden yang terdapat dalam kegiatan kontes
burung kicau meliputi penyelenggara kontes, peserta kontes, dan non-peserta
kontes di Wilayah Jabodetabek.
3. Mengidentifikasi upaya pihak penyelenggara dan peserta kontes untuk
melakukan pelestarian terhadap burung kicau di Wilayah Jabodetabek.
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai data dan
informasi dasar mengenai kegiatan kontes burung kicau di Wilayah Jabodetabek
sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan oleh
pihak pemerintah untuk penyelengaraan kegiatan kontes burung kicau.
METODE PENELITIAN
Eksplorasi
Metode eksplorasi yang dilakukan yaitu dengan cara mencari informasi
terkait jadwal dan lokasi penyelenggara kontes burung melalui media sosial.
Informasi yang sudah didapatkan diproses dengan cara menghubungi pihak
penyelenggara kontes dan meminta kesediaan untuk dijadikan sebagai objek
penelitian. Peneliti melakukan observasi ke lokasi penelitian apabila kesediaan
dari pihak penyelenggara telah didapatkan.
Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang tampak pada objek
penelitian (Nawawi dan Hadiri 1992). Observasi dilakukan untuk mengetahui
kegiatan kontes burung kicau yang terjadi di lapangan. Data yang diambil berupa
kondisi tempat penyelenggaraan kontes burung.
Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengajukan
pertanyaan secara sistematis yang berlandaskan kepada tujuan penelitian
(Sugiyono 2010). Metode wawancara dilakukan dengan cara wawancara
mendalam dan terstruktur (in depth-structured interview), menggunakan
instrumen kuesioner tertutup dan semi terbuka. Metode ini digunakan untuk
mendapatkan data dari sumber data meliputi penyelenggara, peserta, dan non-
peserta kontes.
Pemilihan responden berdasarkan teknik accidental sampling yang berarti
teknik pengambilan sampel secara kebetulan yang ditemukan oleh peneliti dan
bisa dijadikan sampel apabila dipandang cocok sebagai sumber data
(Sugiyono 2010). Responden yang dipandang cocok sebagai sumber data yaitu
peserta dan non-peserta kontes yang ditemui di lapangan dalam keadaan sedang
tidak sibuk dan bersedia untuk diwawancarai. Jumlah responden yang diambil
sebanyak 288 yang terdiri dari 20 orang pihak penyelenggara kontes, 238 orang
peserta kontes dan 30 orang non-peserta kontes.
Analisis Data
Analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif kualitatif yaitu analisis
dengan cara mendeskripsikan kondisi dan situasi dari berbagai data yang
dikumpulkan berupa hasil wawancara atau pengamatan mengenai masalah yang
diteliti dan terjadi di lapangan (Winartha 2006). Analisis ini digunakan untuk
mengidentifikasi karakteristik kegiatan kontes burung kicau meliputi
penyelenggara, peserta, dan non peserta kontes. Selain itu, digunakan untuk
mengidentifikasi jenis jenis burung yang ditemukan serta upaya dari pihak
4
Hasil
Jenis burung di kegiatan kontes burung kicau
Dari 20 penyelenggaraan kontes burung yang tersebar di Wilayah
Jabodetabek, ditemukan 15 jenis burung dengan 12 suku yang dikonteskan
(Tabel 1). Jenis burung yang ditemukan di kegiatan kontes burung terbagi menjadi
dua kelompok yaitu burung lokal dan burung asing. Burung lokal merupakan
jenis-jenis burung yang memiliki persebaran alaminya berada di Indonesia
sedangkan burung asing merupakan jenis-jenis burung yang memiliki persebaran
alaminya berada di luar Indonesia. Jenis burung lokal yang ditemukan sebanyak
12 jenis dan jenis burung asing sebanyak 3 jenis (Gambar 1). Jenis-jenis burung
lokal yang ditemukan memiliki persebaran alami di Pulau Sumatera, Kalimantan,
Jawa, Bali, dan Madura sedangkan jenis-jenis burung asing yang ditemukan
memiliki persebaran alami di Spanyol, Tanzania, dan China.
Selain jenis burung yang dilombakan, ditemukan satu jenis burung di salah
satu arena kontes yang diperjual-belikan yaitu tionglampu biasa (Eurystomus
orientalis) (Gambar 2). Burung tionglampu biasa memiliki persebaran hampir di
seluruh Wilayah di Indonesia. Jenis burung tersebut dianggap sebagai burung
master di kalangan penggemar burung kicau. Burung master yaitu burung yang
digunakan untuk melatih burung lainnya agar dapat menirukan suara salah
satunya yaitu burung tionglampu biasa. Burung tionglampu biasa dianggap
sebagai burung master karena memiliki suara yang khas, cepat, dan volume
suaranya yang keras saat masih anakan. Oleh karena itu, burung tionglampu biasa
dijual saat kondisi anakan dengan harga Rp. 1.500.000/ekor yang didapatkan
berasal dari hutan di Provinsi Jambi.
5
Gambar 3 Jenis burung dilindungi menurut PP No. 7 Tahun 1999 yang terlampir
pada Peraturan Menteri Lingkungan dan Kehutanan No. 20 /2018
(kiri: cicadaun besar, tengah: jalak suren, kanan: kucica hutan)
1. Wilayah penyelenggaraan
Dari 20 lokasi penyelenggara, kontes burung terbagi menjadi lima wilayah
dengan beberapa lokasi (Tabel 4). Lokasi penyelenggaraan yang ditemukan di
antaranya berada di pinggir jalan raya, di lapangan, di dekat pusat perbelanjaan
dan di dalam komplek perumahan. Lokasi yang banyak ditemukan yaitu berada di
pinggir jalan raya (45%) dan di dalam komplek perumahan (25%) (Gambar 5).
Selain itu, penyelenggaraan yang terletak di dekat pusat perbelanjaan (20%) dan
berlokasi di lapangan (10%). Pihak penyelenggara memilih lokasi berdasarkan
keinginan dari pihak penyelenggara dan adanya kemudahan akses untuk
menemukan lokasi kontes burung kicau.
A B
3. Frekuensi penyelenggaraan
Kegiatan kontes burung kicau terbagi menjadi dua tipe penyelenggaraan
yaitu penyelenggaraan rutin dan insidental. Penyelenggaraan rutin yaitu
penyelenggaraan yang telah ditetapkan jadwal harian dan penyelenggaraan
insidental yaitu penyelenggaraan yang tidak memiliki jadwal harian dan diadakan
berdasarkan kebutuhan tertentu seperti lomba dan sebagainya. Frekuensi
penyelenggaraan di Wilayah Jabodetabek termasuk ke dalam kategori sedang
(Tabel 5).
10
4. Tahun didirikan
Penyelenggaraan kontes didirikan dengan komposisi tahun yang berbeda.
Berdasarkan hasil di lokasi penelitian, terdapat enam penyelenggaraan yang sudah
berjalan selama empat tahun sedangkan terbanyak kedua yaitu penyelenggaraan
yang sudah berjalan selama satu tahun (Tabel 6). Penyelenggara kontes didirikan
di suatu wilayah atas dasar keinginan dari pemilik kontes burung kicau.
11
5. Jumlah peserta
Jumlah peserta kontes burung kicau yang hadir tergantung pada jenis
kegiatan yang diadakan oleh pihak penyelenggara. Kegiatan yang dimaksud yaitu
kegiatan berupa latihan bersama, latihan prestasi dan lomba. Jumlah peserta
dikategorikan menjadi dua yaitu kurang dari 500 orang (70%) dan lebih dari 500
orang (30%). Jumlah peserta kurang dari 500 orang dikarenakan kegiatan yang
diadakan berupa latihan bersama dan atau latihan prestasi sedangkan jumlah
peserta lebih dari 500 orang dikarenakan kegiatan yang diadakan berupa kegiatan
lomba. Jumlah peserta yang hadir juga dipengaruhi oleh jumlah kelas yang
diadakan oleh pihak penyelenggara. Jika jumlah kelas yang diadakan semakin
banyak, maka jumlah peserta yang hadir akan semakin banyak. Peserta yang
mendominasi di kegiatan kontes burung sebesar 83% berasal dari wilayah
Jabodetabek.
Gambar 8 Hadiah berupa piala dan sertifikat bagi pemenang kontes burung
Tabel 8 Jumlah dan persentase peserta kontes berdasarkan kelas umur pada
kegiatan kontes burung kicau
Kelas umur (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
10-20 13 5.5
21-40 184 77.3
41-50 35 14.7
51-60 6 2.5
Total 238 100
14
Jenis pekerjaan terbagi menjadi dua jenis yaitu pekerjaan yang terikat dan
tidak terikat pada jam kerja. Jenis pekerjaan yang mendominasi pada peserta
kontes yaitu pegawai swasta (Tabel 10). Jenis pekerjaan tersebut termasuk
pekerjaan yang terikat pada jam kerja.
Motivasi yang ditemukan pada peserta kontes burung terdiri dari hobi,
ekonomi, maupun keduanya (Tabel 11). Peserta kontes yang memiliki motivasi
hobi dikarenakan peserta kontes merasa puas dan mampu menghilangkan rasa
jenuh dan stres dengan kesibukan yang dimiliki dengan mengikutkan burung di
arena kontes. Motivasi hobi dan ekonomi yang dipilih oleh peserta kontes yaitu
dengan mengikutkan burung di arena kontes akan membuat burung menjadi
terkenal di arena kontes dan mampu meningkatkan harga jual burung jika burung
yang dikonteskan menang sedangkan motivasi peserta kontes dengan kebutuhan
ekonomi sebagai pilihan karena dengan adanya kegiatan kontes burung dapat
membantu perekonomian bagi kehidupan.
Tabel 12 Jumlah dan persentase peserta kontes berdasarkan asal burung yang
didapatkan untuk kegiatan kontes di wilayah Jabodetabek
Asal burung Jumlah (orang) Persentase (%)
Beli 195 81.9
Hasil penangkaran sendiri 34 14.3
Hadiah 6 2.5
Mengambil di hutan 2 0.8
Transaksi barter 1 0.4
Total 238 100
Peserta kontes banyak membeli burung kicau dengan alasan mudah untuk
didapatkan dan sudah mengetahui kualitas burung yang dipilih. Selain itu, asal
burung diperoleh dengan cara transaksi barter. Transaksi barter yang dilakukan
yaitu menukarkan antara burung yang satu dengan burung yang lain atas
kesepakatan sesama peserta kontes.
Peserta kontes melakukan upaya untuk melestarikan burung, salah satunya
yaitu membuat penangkaran. Peserta kontes yang membuat penangkaran hanya
16
58.4% dan sisanya tidak melakukan pelestarian terhadap burung. Peserta yang
tidak melakukan pelestarian dikarenakan belum memiliki modal dan tidak ada
waktu untuk membuat dan mengurus penangkaran. Jenis burung yang
mendominasi untuk ditangkarkan oleh peserta kontes yaitu jenis lovebird
(Tabel 13). Jenis burung lovebird dipilih oleh peserta karena harga anakan yang
terjangkau saat membeli dan mudah dalam melakukan perawatan.
Tabel 13 Jumlah dan persentase peserta kontes berdasarkan jenis burung yang
ditangkarkan di wilayah Jabodetabek
Jenis burung Jumlah (orang) Persentase (%)
Lovebird 91 74.0
Kucica hutan 13 10.6
Kenari 7 5.7
Perenjak jawa 3 2.4
Cicadaun besar 2 1.6
Kucica kampung 2 1.6
Kacamata biasa 1 0.8
Kakatua 1 0.8
Burungmadu bakau 1 0.8
Jalak afrika 1 0.8
Jalak bali 1 0.8
Total 123 100
Tabel 14 Jumlah dan persentase non-peserta kontes berdasarkan kelas umur pada
kontes burung kicau di wilayah Jabodetabek
Kelas umur (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
10-20 4 13
21-30 10 33
31-40 7 23
41-50 6 20
51-60 2 7
61-70 1 3
Total 30 100
17
Jenis pekerjaan terbagi menjadi dua yaitu pekerjaan yang terikat dan tidak
terikat pada jam kerja. Jenis pekerjaan yang mendominasi pada non-peserta kontes
yaitu ibu rumah tangga (Tabel 16). Jenis pekerjaan tersebut termasuk pekerjaan
yang tidak terikat pada jam kerja.
Pembahasan
Jenis-jenis burung kicau yang ditemukan beserta status konservasi-nya
Jenis burung asing yang dikonteskan lebih sedikit dibandingkan dengan
jenis burung lokal karena hanya 2 % jenis burung asing yang masuk ke Indonesia
(Chng dan Eaton 2016). Selain itu, menurut Jepson dan Ladle (2005), sebanyak
86.8% penduduk di lima kota besar di Indonesia memelihara jenis burung lokal
(330 responden dari 380 responden). Jenis burung yang selalu ditemukan di lokasi
penyelenggaraan yaitu jenis lovebird.
Jenis burung lovebird diminati karena memiliki suara yang merdu. Menurut
Syahputra (2014), jenis lovebird dilombakan karena kemerduan suara dan
keindahan warnanya. Oleh karena itu, varietas warna dari tahun ke tahun semakin
banyak. Berdasarkan status keterancaman IUCN (2016), jenis lovebird termasuk
dalam kategori Near Threatened yang berarti jenis tersebut ketika dievaluasi
terhadap kriteria status keterancaman tidak memenuhi persyaratan pada Critically
Endangered, Endangered atau Vulnerable, namun mendekati kualifikasi syarat
untuk kategori terancam dalam waktu dekat. Menurut IUCN (2016), perburuan
sebagai satwa peliharaan yang diekspor telah dihentikan pada tahun 1995,
meskipun populasi lovebird di alam masih tetap ada dan kemungkinan dapat
terjadi perdagangan kembali. Sejak pelarangan untuk ditangkap dan diekspor,
jenis lovebird banyak dikembangkan di penangkaran untuk dijual dan dijadikan
satwa peliharaan.
Burung anis kembang memiliki status keterancaman yaitu Near Threatened.
Habitat burung anis kembang adalah hutan primer wilayah Sunda meliputi
Semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, dan Jawa (Hoyo et al. 2005). Jenis
ini masuk dalam kategori Near Threatened karena populasinya mengalami
penurunan yang cepat disebabkan adanya kegiatan perburuan, perdagangan serta
terjadinya degradasi hutan (IUCN 2016). Selain itu, besaran ukuran populasi
burung anis kembang belum terukur.
Jenis kucica hutan atau dikenal dengan nama dagang murai batu yang
diikutkan dalam kontes burung merupakan jenis kucica hutan yang berasal dari
medan karena suaranya yang merdu dan memiliki penampilan fisik yang menarik
(Sudrajad 2003). Jenis burung Copsychus malabaricus diminati oleh pecinta
burung kicau karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi dengan harga anakan
19
yang berarti spesies tersebut tidak terancam kepunahan, tetapi akan terancam
punah apabila perdagangannya terus berlanjut tanpa adanya pengaturan (Safanah
et al. 2017). Selain itu, ditemukan satu jenis burung yang tidak dikonteskan
melainkan hanya untuk diperjualbelikan yaitu burung tionglampu biasa.
Menurut penggemar burung kicau, jenis burung tersebut memiliki kicauan
yang cepat dan rapat. Kicauan burung tionglampu biasa memiliki keragaman yang
berbeda tergantung kondisinya. Di alam, kicau burung tionglampu biasa memiliki
fungsi untuk berkomunikasi dan sebagai tanda untuk menunjukkan daerah
kekuasaannya (Owen 2008). Jenis burung kicau yang dikonteskan lebih banyak
didapatkan dengan cara membeli karena lebih mudah untuk mendapatkannya dan
sudah mengetahui kualitas dari burung tersebut. Menurut Prakoso dan Kurniawan
(2015), para peminat lebih memilih burung hasil tangkapan liar karena memiliki
harga jual yang lebih murah.
Kegiatan perburuan dilakukan oleh masyarakat salah satu tujuannya yaitu
memenuhi kebutuhan para konsumen agar dapat menjual burung kicau guna
mendapatkan keuntungan. Perburuan terhadap burung merupakan salah satu motif
ekonomi. Pada awalnya, perburuan burung semata-mata hanya untuk menafkahi
keluarga agar bisa memenuhi kebutuhan pangan. Namun, semakin
berkembangnya pasar ekonomi, perdagangan burung telah memasuki kota-kota
besar yang menyebabkan perburuan burung semakin tinggi (Tidemann dan Gosler
2010). Populasinya di alam cenderung menurun namun belum menyentuh di
bawah kriteria tren populasi yaitu lebih dari 30% selama 10 tahun terakhir (IUCN
2016).
Jenis-jenis burung lokal dan asing yang ditemukan di arena kontes di
Wilayah Jabodetabek dengan mudah didapatkan di penangkar serta di pasar
burung. Pasar burung yang terkenal di Wilayah Jabodetabek meliputi Pasar
Pramuka, Jatinegara dan Barito. Menurut Chng dan Eaton (2016), jenis burung
yang diperjualbelikan sebanyak 213 spesies burung lokal dan 30 burung yang
terdiri dari 9 spesies diantaranya burung asing. Sebanyak 351 individu terdapat 28
spesies yang dilindungi oleh Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999.
mudah dan scalable. Media sosial mampu mengajak siapa saja yang tertarik untuk
berpartisipasi dengan memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi
komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tidak terbatas.
Media sosial yang digunakan oleh pihak penyelenggara yaitu via facebook dan
web pecinta burung.
Penyelenggara kontes memiliki tahun berdiri yang berbeda-beda. Faktor
yang mempengaruhi berbeda-nya tahun didirikan oleh pihak peyelenggara yaitu
faktor perizinan untuk mengadakan kontes burung kicau. Perizinan yang
dibutuhkan yaitu perizinan dari pihak kepolisian dan masyarakat sekitar
penyelenggaraan. Izin yang diberikan oleh masyarakat kepada pihak
penyelenggara kontes burung yaitu dalam bentuk partisipasi. Menurut Isbandi
(2007), partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan masyarakat dalam
mengidentifikasi suatu masalah yang ada di masyarakat, melaksanakan upaya
untuk memecahkan masalah yang ada serta terlibat dalam proses evaluasi
perubahan yang terjadi. Keterlibatan masyarakat dalam bentuk partisipasi dapat
mendukung adanya kontes burung di suatu wilayah.
Pihak penyelenggara memberikan tanda apresiasi kepada peserta dalam
bentuk berupa hadiah. Hadiah yang diberikan berupa dana pembinaan, piala atau
trofi, serta sertifikat. Hadiah dalam bentuk dana pembinaan, piala atau trofi, dan
sertifikat diberikan kepada para juara sedangkan untuk hadiah berupa dana
pembinaan dan sertifikat diberikan kepada para nominasi. Sumber dana untuk
hadiah bagi peserta kontes didapatkan dari kerjasama panitia penyelenggara
kontes, tiket penjualan, serta sponsor dari pihak-pihak tertentu seperti organisasi
burung dan sebagainya. Jumlah peserta akan mempengaruhi besar-kecilnya hadiah
yang diberikan sedangkan untuk doorprize biasanya diberikan saat kegiatan lomba
dan dana untuk doorprize diambil dari uang sumbangan para simpatisan kicau
mania (Nadiroh 2016). Selain memberikan hadiah, pihak penyelenggara juga
memberikan peraturan dalam kegiatan kontes.
Peraturan lomba yang diterapkan oleh pihak penyelenggara kontes pada
umumnya peraturan untuk peserta dan non-peserta kontes yaitu dilarang berteriak
saat kegiatan kontes burung sedang berlangsung karena dapat menganggu dalam
melakukan penilaian. Namun, peraturan yang jarang ditemukan yaitu peraturan
untuk kriteria burung yang boleh diikutkan dalam kontes yaitu burung yang
diikutkan tidak boleh dalam keadaan cacat dan burung yang sudah berlaga di
kelas nasional tidak diperbolehkan untuk ikut di kegiatan latihan bersama dan
latihan prestasi. Pihak penyelenggara diduga masih tidak memperhatikan terhadap
prinsip kesejahteraan satwa.
Prinsip kesejahteraan satwa mencakup bebas dari rasa lapar dan haus, bebas
dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit, bebas untuk
menampilkan perilaku alami serta bebas dari rasa takut dan tekanan
(Teguh et al. 2010). Penyelenggara kontes diduga masih tidak memperhatikan
prinsip kesejahteraan satwa berupa bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit.
23
Kegiatan kontes burung kicau didukung dengan adanya motivasi dari peserta
kontes dan non-peserta kontes untuk menghadiri suatu kegiatan. Motivasi
merupakan hasrat dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut
melakukan suatu tindakan (Mathis et al. 2001). Motivasi yang dipilih oleh peserta
kontes berupa hobi dan motivasi yang dipilih oleh non-peserta kontes yaitu
menemani kerabat yang berarti kedua motivasi tersebut memiliki tujuan untuk
menghilangkan rasa jenuh dan stres yang dialami dengan mengikutkan burung di
arena kontes burung kicau dan menghadiri kegiatan kontes burung kicau.
Kepentingan psiko-sosial membentuk konstruksi sosial yang memposisikan
burung sebagai media refreshing dan hiburan bagi kalangan masyarakat dalam
mengimbangi aktivitias kesehariannya (Supriyadi 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Saputra DKH. 2013. Kicau mania dan perlombaan burung [skripsi]. Malang(ID):
Universitas Brawijaya.
Saputro AD, Nova K, Kurtini T. 2016.Perilaku burung murai batu (Copsychus
malabaricus) siap produksi.Jurnal Imiah Peternakan Terpadu.4(3): 188-
194.
Silitonga DPY. 2010. Tahapan perkembangan metropolitan Jabodetabek
berdasarkan perubahan pada aspek lingkungan. Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota.21(3): 197-214.
Suba RB, Rakhman A, Rustam. 2011. Pola kecenderungan penangkapan burung-
burung liar bernilai ekonomis dan implikasi konservasinya: Studi kasus di
Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur. Berita
Biologi. 10(6): 797-806.
Sudrajad. 2003. Petunjuk Memilih Burung Ocehan Bakalan. Jakarta(ID): Penebar
Swadaya.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung(ID): Alfabeta.
Sukmantoro W, Irham M, Novarino W, Hasudungan F, Kemp N, Muchtar M.
2007. Daftar Burung Indonesia No 2.Bogor(ID): Indonesian
Ornithologists’Union.
Supriyadi A. 2008. Dinamika dan konfigurasi kepentingan di balik pemaknaan
terhadap burung berkicau di Jawa (kasus di Surabaya dan Yogyakarta)
[tesis]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Supriyadi A, Soetarto E, Dharmawan AH. 2008. Analisis sosio-ekologi dan sosio-
budaya burung berkicau di dua kota di Indonesia: teladan dari Surabaya dan
Yogyakarta. Jurnal Transdisplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi
Manusia. 2(1): 99-120.
Suryabrata S. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta(ID): PT Grafindo Perkasa
Rajawali.
Syahputra Y. 2014. Analisis kelayakan usaha budidaya burung Lovebird
(Agapornis) studi kasus: Usaha Bapak Tono di Tuban, Jawa Timur
[skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Tidemann S, Gosler A. 2010. Ethno-ornithology: Birds, Indigenous peoples,
culture and society. London(UK): Earthscan.
Teguh GI, Masy’ud B, Rachmawati E. 2010.Kajian pengelolaan kesejahteraan
satwa di Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang Sumatera
Selatan.Jurnal Media Konservasi.15(1): 26-30.
Turut R. 2012. Burung Ocehan Juara Kontes. Bogor (ID): Penebar Swadaya.
Wells D. 2016. Greater Green Leafbird (Chloropsis sonnerati). Handbook of the
Birds of the World Alive. Barcelona (ES): Lynx Edicions.
Widayanti R. 2015. Pemanfaatan media sosial untuk penyebaran informasi
kegiatan sekolah menengah kejuruan pasundan Tangerang.Jurnal Abdimas.
1(2): 81-87.
28
KUESIONER
KARAKTERISTIK KONTES BURUNG KICAU
DI WILAYAH JABODETABEK
Kuesioner ini diberikan sebagai bahan penelitian dalam penyusunan skripsi program sarjana
yang dilakukan oleh:
B. Pertanyaan
3.Jumlah rata-rata peserta kontes :
1. Kapan saja waktu pelaksanaan kontes
o < 50 orang
o 50 – 100 orang burung kicau?
o 101 – 250 orang o Hari kerja, ______________
o 251 – 500 orang o Hari libur, _______________
o > 500 orang
4.Asal daerah peserta kontes : 2. Bagaimana penetuan kelas yang
o Jakarta o Bekasi diterapkan di kontes burung?
o Bogor o Di luar o Berdasarkan jenis burung
Jabodetabek, o Berdasarkan harga tiket
_________ o Lainnya_____________
o Depok o Di luar Pulau
Jawa, 3. Jenis burung apa saja yang dikonteskan
__________
pada setiap kelas?
o Tangerang
30
4. Apa yang membedakan setiap kelas 11. Jika Ya, syarat untuk burung yang
dalam kontes burung kicau? diperbolehkan untuk mengikuti
kegiatan kontes burung kicau?
o Burung hasil dari
ternak/penangkaran
5. Berapa batasan ekor burung yang o Burung yang dilombakan memiliki
ring penanda
dilombakan pada setiap kelas?
o Burung dalam kondisi sehat
o Lainnya __________
KUESIONER
KARAKTERISTIK KONTES BURUNG KICAU
DI WILAYAH JABODETABEK
Kuesioner ini diberikan sebagai bahan penelitian dalam penyusunan skripsi program sarjana
yang dilakukan oleh:
3. Motivasi Anda untuk mengikuti 7. Dari mana asal burung yang Anda
kegiatan kontes burung? dapatkan untuk diikutkan pada
o Hobi o Ekonomi kegiatankontes burung?
o Hasil penangkaran sendiri
4. Berapa ekor burung yang Anda ikutkan o Beli
dalam sekali kegiatan kontes? - Online (Rp)__________
- Transaksi langsung
o 1-2 Ekor
(Rp)___________
o 3-4 Ekor
o Hadiah
o Lainnya __________
o Lainnya______________
5. Jenis burung apa saja yang pernah
8. Dari mana Anda mendapatkan
Anda ikutkan dalam kontes burung?
informasi tentang kontes burung
o Anis merah o Toet/ bentet
kicau?
kelabu
o Anis kembang o Kenari o Teman o Internet
o Cucakrawa o Ciblek/ o Orangtua o Lainnya_______
perenjak jawa o Keluarga
o Cucak ijo o Cucak jenggot
o Kacer o Tledekan/ 9. Apakah keuntungan yang didapatkan
sikatan cacing dari kegiatan kontes burung kicau?
o Love bird o Kacamata
biasa
o Murai batu o Lainnya_____
10. Bagaimana upaya Anda dalam
Alasan:
merawat burung untuk diikutkan
kontes?
6. Jenis burung apa saja yang saat ini
Anda ikutkan dalam kontes burung?
11. Menurut Anda, Apakah jenis-jenis
o Anis merah o Toet/bentet
kelabu yang diikutkan kontes termasuk
o Anis kembang o Kenari burung yang dilindungi/tidak
o Cucakrawa o Ciblek/perenja dilindungi?
k jawa
o Cucak ijo o Cucak jenggot
o Kacer o Tledekan/sikata
n cacing
12. Apakah Anda punya rencana/sudah
o Love bird o Kacamata biasa
o Murai batu o Lainnya______ melakukan upaya dalam pelestarian
Alasan: burung?
KUESIONER
KARAKTERISTIK KONTES BURUNG KICAU
DI WILAYAH JABODETABEK
Kuesioner ini diberikan sebagai bahan penelitian dalam penyusunan skripsi program sarjana
yang dilakukan oleh:
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tangerang tanggal 8 Oktober 1996 dari pasangan Bapak Sarmadi
dan Ibu Juwariyah dan merupakan anak semata wayang. Pendidikan formal penulis dimulai
dari TK Al-Anshor (2000-2002), SD Sunan Bonang (2002-2008), SMP Al-Fityan Tangerang
(2008-2011), dan SMAN 23 Kabupaten Tangerang (2011-2014). Penulis melanjutkan studi di
perguruan tinggi negeri yaitu Institut Pertanian Bogor (2014-2018) melalui Jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2014 sebagai mahasiswi di
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB.
Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif mengikuti organisasi
kemahasiswaan meliputi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan
(BEM FAHUTAN) dan Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
(HIMAKOVA) pada tahun 2016/2017. Penulis mengikuti Praktek Umum Kehutanan pada
tahun 2016 di Suaka Margasatwa Cikepuh, Taman Wisata Alam Situ Gunung, dan Hutan
Pendidikan Gunung Walat. Penulis mengikuti Praktek Kerja Lapang Profesi pada tahun 2017
di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas
Kehutanan IPB, penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Karakteristik Kontes Burung
Kicau di Wilayah Jabodetabek” yang dibimbing oleh Dr Ir Yeni Aryati Mulyani, MSc dan
Prof Dr Ir Ani Mardiastuti, MSc.