Anda di halaman 1dari 49

i

KARAKTERISTIK KONTES BURUNG KICAU


DI WILAYAH JABODETABEK

TIA ANGGUNI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
2
3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA *

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Kontes


Burung Kicau di Wilayah Jabodetabek adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2018

Tia Angguni
NIM E34140053
4
5

ABSTRAK

TIA ANGGUNI. Karakteristik Kontes Burung Kicau di Wilayah Jabodetabek.


Dibimbing oleh YENI ARYATI MULYANI dan ANI MARDIASTUTI.

Kontes burung kicau telah menjadi salah satu tradisi masyarakat Indonesia,
termasuk di Wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi).
Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi burung yang dikonteskan termasuk
status konservasinya, dan karakteristik kegiatan kontes burung (penyelenggara,
frekuensi, dan partisipan). Data dikumpulkan melalui observasi langsung dan
wawancara pada 20 penyelenggara kontes burung dari bulan Maret hingga Mei
2018. Sejumlah 15 jenis burung dari 12 suku teridentifikasi dalam penelitian,
termasuk 3 jenis burung dilindungi, yaitu cicadaun besar, kucica hutan dan jalak
suren. Selain itu terdapat 3 jenis burung yang termasuk kategori burung asing
(bukan asli Indonesia). Jenis burung yang mendominasi di kegiatan kontes burung
yaitu lovebird yang termasuk kategori burung asing, diikuti oleh jenis cicadaun
besar dan kucica hutan. Terdapat empat penyelenggara kontes yang memiliki
frekuensi penyelenggaraan mencapai 14 kali dalam sebulan. Partisipan didominasi
oleh laki-laki (99.6%). Pemenang dari kegiatan kontes burung mendapatkan uang
tunai, sertifikat, dan trofi ataupun piala.

Kata kunci: kontes burung kicau, wilayah Jabodetabek, lovebirds

ABSTRACT

TIA ANGGUNI..Characteristic of Bird Singing Contest in Jabodetabek


Region.Supervised by YENI ARYATI MULYANI and ANI MARDIASTUTI.

The birds singing contest has been a long tradition among Indonesian
people, including in Jabodetabek Region (Greater Jakarta Metropolitan Area).
The purpose of this research is to identify bird species being contested in
Jabodetabek Region, including to identity birds’ conservation status, and
characteristics of bird contest activities (i.e. organizers, frequency, participants).
Data were collected through direct observation and interview of 20 bird singing
contests during March and May 2018. The number of bird species in the singing
contest was 15 species belonging to 12 families, including 3 species that are
protected by Indonesian law, those are greater green leafbird, white-rumped
shama, and pied myna. There were also three species of non native birds and
three species were non-native. The most dominant birds in the contest was
lovebird (non-native species), followed by greater green leafbird and white-
rumped shama (both are native species). There were 4 organizers of the singing
contest, with a contest frequency of up to 14 times a month. Almost all
participants (99.6%) were males. The contest winner will get cash money,
certificate, and trophy.
Key words: birds singing contest, Jabodetabek region, lovebirds
6
7

KARAKTERISTIK KONTES BURUNG KICAU


DI WILAYAH JABODETABEK

TIA ANGGUNI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN


EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
8
10

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul dalam penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Maret 2018 ini ialah Karakteristik Kontes Burung Kicau
di Wilayah Jabodetabek. Terima kasih penulis ucapkan kepda Dr Ir Yeni Aryati
Mulyani, MSc dan Prof Dr Ir Ani Mardiastuti, MSc selaku pembimbing, yang
telah memberikan masukan dan arahan. Di samping itu, penulis sampaikan terima
kasih kepada Bang Poe (Harry Purnomo), para pihak penyelenggara kontes dan
kicau mania yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian saya.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak dan ibu saya yang
telah memberikan doa, semangat, dan kasih sayangnya. Ucapan terima kasih
kepada Putri Istana (Derry, Emey, dan Dinda) yang telah menyemangati dan
memberi masukkan. Kemudian juga terima kasih kepada keluarga DKSHE51
terutama (Laras, Tiara, Lazu, Ade, Ferri, Wardah, Irene, Icha, Puy, Christy, Hani,
Ady, Ismul, Febry, Deanty, Wahyuni dan Muhajir), atas motivasi, bantuan, dan
dukungannya, serta seluruh staf pengajar, tata usaha, laboran, mamang bibi, juga
keluarga besar Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata serta
Fakultas Kehutanan IPB yang telah membantu, memberikan dukungan serta
pengetahuan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2018

Tia Angguni
i

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR LAMPIRAN iii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Manfaat 2
METODE PENELITIAN 2
Lokasi, Waktu dan Alat 2
Jenis dan Metode Pengumpulan Data 2
Analisis Data 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Hasil 4
Jenis burung di kegiatan kontes burung kicau 4
Komposisi jenis burung yang ditemukan di lokasi penyelenggaraan 6
Status konservasi burung 6
Karakteristik penyelenggaraan kontes burung 7
Karakteristik peserta kontes 13
Karakteristik non-peserta kontes 16
Pembahasan 18
Jenis-jenis burung kicau yang ditemukan beserta status konservasi-nya 18
Karakteristik kegiatan kontes burung kicau di Wilayah Jabodetabek 20
Upaya pihak penyelenggara dan peserta kontes untuk
melestarikan burung 24
SIMPULAN DAN SARAN 25
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 29
ii

DAFTAR TABEL

1 Jenis burung yang ditemukan di kegiatan kontes burung di Wilayah


Jabodetabek 5
2 Komposisi jenis burung yang dikonteskan di suatu penyelenggaraan 6
3 Jenis burung berdasarkan status konservasi burung 7
4 Jumlah dan persentase penyelenggara kontes berdasarkan lokasi
penyelenggaraan di Wilayah Jabodetabek 8
5 Jumlah dan persentase penyelenggara kontes berdasarkan frekuensi
penyelenggaraan di wilayah Jabodetabek 10
6 Jumlah dan persentase penyelenggara kontes berdasarkan tahun
didirikan di wilayah Jabodetabek 11
7 Peraturan yang diterapkan oleh penyelenggara kontes 12
8 Jumlah dan persentase peserta kontes berdasarkan kelas umur
pada kegiatan kontes burung kicau 13
9 Jumlah dan persentase peserta kontes berdasarkan tingkat pendidikan
pada kontes burung kicau di wilayah Jabodetabek 14
10 Jumlah dan persentase peserta kontes berdasarkan pekerjaan di kontes
burung kicau di wilayah Jabodetabek 14
11 Jumlah dan persentase peserta kontes berdasarkan motivasi untuk
mengikuti kegiatan kontes burung di wilayah Jabodetabek 15
12 Jumlah dan persentase asal burung yang didapatkan oleh peserta
kontes di wilayah Jabodetabek 15
13 Jumlah dan persentase jenis burung yang ditangkarkan oleh peserta
kontes di wilayah Jabodetabek 16
14 Jumlah dan persentase non-peserta kontes berdasarkan kelas umur pada
kontes burung kicau di wilayah Jabodetabek 16
15 Jumlah dan persentase non-peserta kontes berdasarkan tingkat
pendidikan di kontes burung kicau di wilayah Jabodetabek 17
16 Jumlah dan persentase non-peserta kontes berdasarkan pekerjaan di
kontes burung kicau di wilayah Jabodetabek 17
17 Jumlah dan persentase non-peserta kontes berdasarkan motivasi berada
di kegiatan kontes burung di wilayah Jabodetabek 18
iii

DAFTAR GAMBAR

1 Jenis burung asing yang dikonteskan di Wilayah Jabodetabek 4


2 Jenis burung kicau yang diperjual-belikan yaitu tionglampu biasa 5
3 Jenis burung yang dilindungi menurut PP No. 7 Tahun 1999 7
4 Fasilitas yang diberikan dari pihak penyelenggara berupa kroto
dan kangkung 8
5 Lokasi penyelenggaraan kontes burung 9
6 Penyelenggaraan yang membuat gantangan dari bambu di wilayah Bogor 9
7 Salah satu pihak penyelenggara yang bergabung dengan
organisasiburung di wilayah Jakarta 10
8 Hadiah berupa piala dan sertifikat bagi pemenang kontes burung 12
9 Burung kucica hutan (Copsychus malabaricus) yang memiliki
penanda/ring 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner penelitian untuk penyelenggara kontes burung kicau 29


2 Kuesioner penelitian untuk peserta kontes burung kicau 31
3 Kuesioner penelitian untuk non-peserta kontes burung kicau 33
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Burung merupakan jenis peliharaan yang paling populer bagi masyarakat
perkotaan di Indonesia. Menurut Jepson dan Ladle (2005), sebanyak 21.8%
penduduk di lima kota besar di Indonesia memelihara burung. Di masa lampau,
kebudayaan Jawa diyakini bahwa seorang lelaki dianggap telah berhasil atau
mapan hidupnya apabila telah memelihara burung dalam sangkar (Iskandar et al.
2015). Pemanfaatan burung yang dilakukan oleh masyarakat salah satunya dengan
cara dikonteskan.
Di Indonesia, kontes burung kicau mulai berkembang pada tahun 1976.
Kegiatan kontes burung kicau memberikan penilaian terhadap beberapa aspek
yang dikonteskan meliputi irama lagu kicauan, volume suara, durasi kicauan serta
keindahan fisik dari burung tersebut. Irama lagu yang baik yaitu burung yang
mampu berkicau dengan nada naik turun dan tanpa terputus.Volume suara yang
dinilai adalah besar-kecilnya dan kebersihan suara sehingga bisa didengar dengan
jelas sedangkan untuk durasi suara dinilai dari tidak berhentinya berkicau
(Turut 2012).
Kegiatan kontes burung kicau di Indonesia mengalami perkembangan pesat.
Hal ini dilihat dari munculnya berbagai acara atau event lokal dan nasional yang
diselenggarakan di berbagai daerah. Salah satu daerah di Indonesia yang
mengalami perkembangan kegiatan kontes burung kicau yaitu Wilayah
Jabodetabek. Jabodetabek merupakan suatu gabungan wilayah mencakup Jakarta,
Bogor,Depok, Tangerang, dan Bekasi. Jabodetabek menjadi kawasan perkotaan
terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara (Silitonga 2010). Frekuensi
penyelenggaran kegiatan kontes burung di wilayah tersebut dapat dilakukan pada
tiap bulan ataupun acara tahunan yang sudah menjadi rutinitas (Saputra 2013).
Meningkatnya kegiatan kontes burung memberikan dampak positif bagi
masyarakat dan dampak negatif bagi kelestarian burung.
Menurut penelitian Iskandar et al. (2015), dampak positif dari kegiatan
kontes burung yaitu dapat memberikan pengetahuan tentang aneka jenis maupun
ras, tingkah laku, dan perawatan burung. Selain itu, kegiatan kontes burung dapat
memberikan keuntungan bagi pedagang yang berkaitan dengan pemeliharaan
burung seperti penjualan obat dan vitamin serta pembuatan sangkar. Adapun
dampak negatif yaitu antara lain menyebabkan penurunan populasi burung di
alam akibat meningkatnya perburuan dan perdagangan. Untuk meningkatkan
dampak positif dan menurunkan dampak negatif dari kegiatan kontes burung,
diperlukan manajemen salah satunya dengan cara mendapatkan informasi terlebih
dahulu terkait karakteristik kontes burung.
2

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi jenis jenis burung yang dikonteskan di Wilayah Jabodetabek
dan mengklasifikasikan berdasarkan status konservasi yaitu status
perlindungan menurut PP No. 7 Tahun 1999 dan status keterancaman menurut
IUCN dan CITES.
2. Mengidentifikasi karakteristik responden yang terdapat dalam kegiatan kontes
burung kicau meliputi penyelenggara kontes, peserta kontes, dan non-peserta
kontes di Wilayah Jabodetabek.
3. Mengidentifikasi upaya pihak penyelenggara dan peserta kontes untuk
melakukan pelestarian terhadap burung kicau di Wilayah Jabodetabek.

Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai data dan
informasi dasar mengenai kegiatan kontes burung kicau di Wilayah Jabodetabek
sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan oleh
pihak pemerintah untuk penyelengaraan kegiatan kontes burung kicau.

METODE PENELITIAN

Lokasi, Waktu dan Alat


Penelitian dilakukan di Wilayah Jabodetabek meliputi Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, dan Bekasi. Pengumpulan data dilakukan selama 1 bulan
yaitu dari tanggal 18 Maret hingga 5 Mei 2018. Alat yang digunakan dalam
penelitian yaitu kamera, alat tulis, software Microsoft Office dan Microsoft Excell,
serta instrumen yang digunakan berupa kuesioner dan panduan wawancara
(Lampiran 1, lampiran 2, dan lampiran 3).

Jenis dan Metode Pengumpulan Data


Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data
primer yang dikumpulkan meliputi jenis jenis burung yang dikonteskan,
karakteristik penyelenggara kontes, peserta kontes, dan non-peserta kontes yang
berada di area kontes, sedangkan data sekunder yang dikumpulkan meliputi
kondisi kegiatan kontes burung secara umum. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian yaitu metode eksplorasi, observasi, dan wawancara
(Lampiran 1, lampiran 2, dan lampiran 3).
3

Eksplorasi
Metode eksplorasi yang dilakukan yaitu dengan cara mencari informasi
terkait jadwal dan lokasi penyelenggara kontes burung melalui media sosial.
Informasi yang sudah didapatkan diproses dengan cara menghubungi pihak
penyelenggara kontes dan meminta kesediaan untuk dijadikan sebagai objek
penelitian. Peneliti melakukan observasi ke lokasi penelitian apabila kesediaan
dari pihak penyelenggara telah didapatkan.

Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan yang tampak pada objek
penelitian (Nawawi dan Hadiri 1992). Observasi dilakukan untuk mengetahui
kegiatan kontes burung kicau yang terjadi di lapangan. Data yang diambil berupa
kondisi tempat penyelenggaraan kontes burung.

Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengajukan
pertanyaan secara sistematis yang berlandaskan kepada tujuan penelitian
(Sugiyono 2010). Metode wawancara dilakukan dengan cara wawancara
mendalam dan terstruktur (in depth-structured interview), menggunakan
instrumen kuesioner tertutup dan semi terbuka. Metode ini digunakan untuk
mendapatkan data dari sumber data meliputi penyelenggara, peserta, dan non-
peserta kontes.
Pemilihan responden berdasarkan teknik accidental sampling yang berarti
teknik pengambilan sampel secara kebetulan yang ditemukan oleh peneliti dan
bisa dijadikan sampel apabila dipandang cocok sebagai sumber data
(Sugiyono 2010). Responden yang dipandang cocok sebagai sumber data yaitu
peserta dan non-peserta kontes yang ditemui di lapangan dalam keadaan sedang
tidak sibuk dan bersedia untuk diwawancarai. Jumlah responden yang diambil
sebanyak 288 yang terdiri dari 20 orang pihak penyelenggara kontes, 238 orang
peserta kontes dan 30 orang non-peserta kontes.

Analisis Data
Analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif kualitatif yaitu analisis
dengan cara mendeskripsikan kondisi dan situasi dari berbagai data yang
dikumpulkan berupa hasil wawancara atau pengamatan mengenai masalah yang
diteliti dan terjadi di lapangan (Winartha 2006). Analisis ini digunakan untuk
mengidentifikasi karakteristik kegiatan kontes burung kicau meliputi
penyelenggara, peserta, dan non peserta kontes. Selain itu, digunakan untuk
mengidentifikasi jenis jenis burung yang ditemukan serta upaya dari pihak
4

penyelenggara dan peserta kontes untuk melakukan pelestarian terhadap burung


kicau di Wilayah Jabodetabek.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Jenis burung di kegiatan kontes burung kicau
Dari 20 penyelenggaraan kontes burung yang tersebar di Wilayah
Jabodetabek, ditemukan 15 jenis burung dengan 12 suku yang dikonteskan
(Tabel 1). Jenis burung yang ditemukan di kegiatan kontes burung terbagi menjadi
dua kelompok yaitu burung lokal dan burung asing. Burung lokal merupakan
jenis-jenis burung yang memiliki persebaran alaminya berada di Indonesia
sedangkan burung asing merupakan jenis-jenis burung yang memiliki persebaran
alaminya berada di luar Indonesia. Jenis burung lokal yang ditemukan sebanyak
12 jenis dan jenis burung asing sebanyak 3 jenis (Gambar 1). Jenis-jenis burung
lokal yang ditemukan memiliki persebaran alami di Pulau Sumatera, Kalimantan,
Jawa, Bali, dan Madura sedangkan jenis-jenis burung asing yang ditemukan
memiliki persebaran alami di Spanyol, Tanzania, dan China.

Gambar 1 Jenis burung asing yang dikonteskan di Wilayah Jabodetabek


(kiri: kenari, tengah: lovebird, kanan: hwamei)

Selain jenis burung yang dilombakan, ditemukan satu jenis burung di salah
satu arena kontes yang diperjual-belikan yaitu tionglampu biasa (Eurystomus
orientalis) (Gambar 2). Burung tionglampu biasa memiliki persebaran hampir di
seluruh Wilayah di Indonesia. Jenis burung tersebut dianggap sebagai burung
master di kalangan penggemar burung kicau. Burung master yaitu burung yang
digunakan untuk melatih burung lainnya agar dapat menirukan suara salah
satunya yaitu burung tionglampu biasa. Burung tionglampu biasa dianggap
sebagai burung master karena memiliki suara yang khas, cepat, dan volume
suaranya yang keras saat masih anakan. Oleh karena itu, burung tionglampu biasa
dijual saat kondisi anakan dengan harga Rp. 1.500.000/ekor yang didapatkan
berasal dari hutan di Provinsi Jambi.
5

Gambar 2 Jenis burung kicau yang diperjualbelikan yaitu tionglampu biasa

Tabel 1 Jenis burung yang ditemukan di kegiatan kontes burung di wilayah


Jabodetabek*
Suku Nama Jenis Nama Dagang Nama Ilmiah Persebaran alami
1) Burung Lokal
Alaudidae
Branjangan jawa Branjangan Mirafra javanica K,J
Chloropseidae
Cicadaun besar Cucak hijau Chloropsis sonnerati S,K,J
Pycnonotidae
Empuloh janggut Cucak jenggot Criniger bres S,K,J
Laniidae
Bentet kelabu Pentet/Toet Lanius schach S,K,J
Turdidae
Kucica kampung Kacer Copsychus saularis S,K,J
Kucica hutan Murai batu Copsychus malabaricus S,K,J
Anis kembang Anis kembang Zoothera interpres S,K,J
Anis merah Anis merah Zoothera citrina S,K,J
Sylviidae
Perenjak jawa Ciblek Prinia familiaris S,J
Nectariniidae
Burungmadu bakau Kolibri ninja Leptocoma calcostetha S,K,J
Zosteropidae
Kacamata biasa Pleci Zosterops palpebrosus K,J
Sturnidae
Jalak suren Jalak suren Sturnus contra S,J
2) Burung Asing
Psittacidae Tanzania dan
Lovebird Lovebird Agapornis sp. Afrika selatan
Timaliidae Bagian tengah
Hwamei Wambay Garrulax canorus timur China
Fringilidae Pulau Canary.
Kenari Kenari Serinus canaria Spanyol
Keterangan: Persebaran alami di S (Sumatera), K (Kalimantan), J (Jawa,Bali, Madura),
C (Sulawesi), M (Maluku), T (Nusa Tenggara), dan P (Papua).
*Penamaan jenis burung berdasarkan Daftar Burung Indonesia No. 2 (Sukmantoro et al. 2007)
6

Komposisi jenis burung yang ditemukan di lokasi penyelenggaraan kontes


Jenis burung yang ditemukan di setiap lokasi penyelenggaraan yaitu jenis
lovebird. Selain jenis burung lovebird, terdapat empat jenis lainnya yang sering
ditemukan yaitu burung cicadaun besar, kucica hutan, kenari, dan kucica kampung
(Tabel 2). Kelima jenis burung tersebut merupakan jenis burung yang mudah
ditemukan di kegiatan kontes burung karena banyak diminati oleh penggemar
burung kicau sehingga pihak penyelenggara mengadakan kelas jenis burung
tersebut di setiap kegiatan sedangakan jenis burung yang sulit ditemukan karena
sedikitnya minat para penggemar burung kicau terhadap jenis burung tersebut
sehingga pihak penyelenggara hanya mengadakan pada kegiatan kegiatan tertentu.

Tabel 2 Komposisi jenis burung yang dikonteskan di suatu penyelenggaraan


Jenis burung Jumlah penyelenggaraan Persentase (%)
Lovebird 20 100
Cicadaun besar 18 90
Kucica hutan 15 75
Kenari 13 65
Kucica kampung 11 55
Kacamata biasa 7 35
Anis merah 3 15
Perenjak jawa 3 15
Bentet kelabu 3 15
Burungmadu bakau 3 15
Anis kembang 1 5
Branjangan jawa 1 5
Empuloh janggut 1 5
Hwamei 1 5
Jalak suren 1 5

Status konservasi burung


Status konservasi jenis burung berhubungan dengan berbagai aspek yang
berkaitan dengan kelestarian jenis yang meliputi status perlindungan dan status
keterancaman. Status perlindungan jenis burung yang tercatat dalam penelitian ini
didasarkan pada PP No. 7 Tahun 1999 sedangkan untuk status keterancaman
didasarkan pada Redlist IUCN dan CITES (Tabel 3). Burung yang mendapat
status perlindungan menurut PP No. 7 Tahun 1999 yaitu cicadaun besar
(Chloropsis sonnerati), jalak suren (Sturnus contra) dan kucica hutan (Copsychus
malabaricus) (Gambar 3). Berdasarkan status keterancaman menurut IUCN, jenis
cicadaun besar termasuk dalam kategori Vulnerable sedangkan berdasarkan
menurut CITES, jenis burung yang termasuk dalam Appendix II yaitu hwamei
(Garrulax canorus).
7

Tabel 3 Jenis burung berdasarkan status konservasi burung


Jenis Burung Suku PP No 7 IUCN CITES
Tahun 1999
Branjangan jawa Alaudidae Tidak dilindungi LC Non-Appendix
Cicadaun besar Chloropseidae Dilindungi VU Non-Appendix
Empuloh janggut Pycnonotidae Tidak dilindungi LC Non-Appendix
Bentet kelabu Laniidae Tidak dilindungi LC Non-Appendix
Kucica kampung Turdidae Tidak dilindungi LC Non-Appendix
Kucica hutan Turdidae Dilindungi LC Non-Appendix
Anis kembang Turdidae Tidak dilindungi NT Non-Appendix
Anis merah Turdidae Tidak dilindungi LC Non-Appendix
Perenjak jawa Sylviidae Tidak dilindungi LC Non-Appendix
Burungmadu bakau Nectariniidae Tidak dilindungi LC Non-Appendix
Kacamata biasa Zosteropidae Tidak dilindungi LC Non-Appendix
Jalak suren Sturnidae Dilindungi LC Non-Appendix
Lovebird Psittacidae - NT Non-Appendix
Hwamei Timaliidae - LC Appendix II
Kenari Fringilidae - LC Non-Appendix
Ket: LC (Least Concern), VU (Vulnerable), NT (Near Threatened)

Gambar 3 Jenis burung dilindungi menurut PP No. 7 Tahun 1999 yang terlampir
pada Peraturan Menteri Lingkungan dan Kehutanan No. 20 /2018
(kiri: cicadaun besar, tengah: jalak suren, kanan: kucica hutan)

Karakteristik penyelenggaraan kontes burung


Kegiatan kontes burung kicau terbagi menjadi tiga jenis yaitu latihan
bersama (latber), latihan prestasi (latpres) dan lomba. Latihan bersama ataupun
latihan prestasi merupakan latihan yang dilakukan untuk mengetahui dan
meningkatkan kualitas burung di arena kontes. Perbedaan latihan bersama dengan
latihan prestasi yaitu pada harga tiket dan waktu pelaksanaan. Harga tiket pada
latihan bersama lebih murah dan biasanya diadakan pada hari kerja sedangkan
pada latihan prestasi memiliki harga tiket lebih tinggi dibandingkan dengan
latihan bersama dan biasanya diadakan pada hari libur. Kegiatan lomba
merupakan suatu kegiatan untuk menunjukkan kualitas burung di arena kontes.
8

Di setiap penyelenggaraan terdapat struktur organisasi meliputi penanggung


jawab, ketua pelaksana, bendahara, sekretaris, juri kontes, serta seksi-seksi
perlengkapan. Penyelenggara kontes burung biasanya memberikan fasilitas
tambahan untuk peserta kontes berupa pemberian ulat hongkong, kroto, dan
kangkung secara gratis yang disediakan di arena kontes (Gambar 4).

Gambar 4 Fasilitas yang diberikan oleh pihak penyelenggara berupa kangkung


(kiri) dan kroto (kanan)

1. Wilayah penyelenggaraan
Dari 20 lokasi penyelenggara, kontes burung terbagi menjadi lima wilayah
dengan beberapa lokasi (Tabel 4). Lokasi penyelenggaraan yang ditemukan di
antaranya berada di pinggir jalan raya, di lapangan, di dekat pusat perbelanjaan
dan di dalam komplek perumahan. Lokasi yang banyak ditemukan yaitu berada di
pinggir jalan raya (45%) dan di dalam komplek perumahan (25%) (Gambar 5).
Selain itu, penyelenggaraan yang terletak di dekat pusat perbelanjaan (20%) dan
berlokasi di lapangan (10%). Pihak penyelenggara memilih lokasi berdasarkan
keinginan dari pihak penyelenggara dan adanya kemudahan akses untuk
menemukan lokasi kontes burung kicau.

Tabel 4 Jumlah dan persentase penyelenggara kontes berdasarkan lokasi


penyelenggaraan di Wilayah Jabodetabek
Wilayah Jumlah Lokasi
Bogor 7 4J, 3R
Jakarta 4 2J, 1L, 1P
Tangerang 4 1J, 1L, 1P,1R
Depok 3 2J, 1R
Bekasi 2 1P, 1R
Total 20 9J, 2L, 4P, 5R
Keterangan: J (Jalan raya), L (Lapangan), P (Pusat perbelanjaan), dan R (Komplek perumahan)
9

A B

Gambar 5 Lokasi penyelenggaraan kontes burung (A) di pinggir jalan raya di


wilayah Jakarta dan (B) di dalam komplek perumahan di wilayah
Bekasi

2. Komponen penyelenggaraan kontes


Di dalam penyelenggaraan kontes terdiri beberapa komponen yang
dibutuhkan seperti tenda, kursi, bendera dan stik warna untuk penilaian, serta
gantangan. Gantangan merupakan suatu tempat untuk menggantungkan sangkar
burung di arena kontes. Pada umumnya, bahan yang digunakan untuk membuat
gantangan terbuat dari besi karena mampu menahan beban sangkar yang berbeda-
beda. Namun, ditemukan satu penyelenggara kontes burung yang membuat
gantangan dari bahan bamboo (Gambar 6). Pihak penyelenggara yang membuat
gantangan dari bambu dikarenakan sewa tempat di lokasi tersebut yang masih
bersifat sementara.

Gambar 6 Penyelenggaraan yang membuat gantangan dari bambu di


wilayah Bogor

3. Frekuensi penyelenggaraan
Kegiatan kontes burung kicau terbagi menjadi dua tipe penyelenggaraan
yaitu penyelenggaraan rutin dan insidental. Penyelenggaraan rutin yaitu
penyelenggaraan yang telah ditetapkan jadwal harian dan penyelenggaraan
insidental yaitu penyelenggaraan yang tidak memiliki jadwal harian dan diadakan
berdasarkan kebutuhan tertentu seperti lomba dan sebagainya. Frekuensi
penyelenggaraan di Wilayah Jabodetabek termasuk ke dalam kategori sedang
(Tabel 5).
10

Tabel 5 Jumlah dan persentase penyelenggara kontes berdasarkan frekuensi


penyelenggaraan di wilayah Jabodetabek
Frekuensi (x/bulan) Kategori Jumlah (penyelenggara) Persentase (%)
1-7 Rendah 4 20
8-14 Sedang 13 65
15-21 Tinggi 3 15
Total 20 100

Frekuensi penyelenggaraan juga ditentukan berdasarkan bergabungnya


pihak penyelenggara dengan organisasi burung. Pihak penyelenggara yang terikat
dengan organisasi burung (dependen) sebanyak 45.5% sedangkan yang tidak
bergabung dengan organisasi burung (independen) sebanyak 54.5%. Pihak
penyelenggara yang memilih bergabung dengan organisasi burung dikarenakan
mendapatkan keuntungan berupa bantuan dana, produk, dan mendapatkan
pelatihan sedangkan pihak penyelenggara yang memilih untuk tidak bergabung
dengan organisasi burung dikarenakan tidak ingin adanya keterikatan dan ingin
merasa bebas dalam melaksanakan kegiatan. Organisasi burung yang ditemukan
yaitu BnR Indonesia, Ronggolawe Nusantara, Silobur Indonesia, dan NZR
Indonesia (Gambar 7).

Gambar 7 Salah satu pihak penyelenggara yang bergabung dengan organisasi


burung diwilayah Jakarta

4. Tahun didirikan
Penyelenggaraan kontes didirikan dengan komposisi tahun yang berbeda.
Berdasarkan hasil di lokasi penelitian, terdapat enam penyelenggaraan yang sudah
berjalan selama empat tahun sedangkan terbanyak kedua yaitu penyelenggaraan
yang sudah berjalan selama satu tahun (Tabel 6). Penyelenggara kontes didirikan
di suatu wilayah atas dasar keinginan dari pemilik kontes burung kicau.
11

Tabel 6 Jumlah dan persentase penyelenggara kontes berdasarkan tahun


didirikan di wilayah Jabodetabek
Tahun didirikan Jumlah (penyelenggara) Persentase (%)
2014 6 30
2018 3 15
2008 2 10
2011 2 10
2016 2 10
2017 2 10
2012 1 5
2013 1 5
2015 1 5
Total 20 100

5. Jumlah peserta
Jumlah peserta kontes burung kicau yang hadir tergantung pada jenis
kegiatan yang diadakan oleh pihak penyelenggara. Kegiatan yang dimaksud yaitu
kegiatan berupa latihan bersama, latihan prestasi dan lomba. Jumlah peserta
dikategorikan menjadi dua yaitu kurang dari 500 orang (70%) dan lebih dari 500
orang (30%). Jumlah peserta kurang dari 500 orang dikarenakan kegiatan yang
diadakan berupa latihan bersama dan atau latihan prestasi sedangkan jumlah
peserta lebih dari 500 orang dikarenakan kegiatan yang diadakan berupa kegiatan
lomba. Jumlah peserta yang hadir juga dipengaruhi oleh jumlah kelas yang
diadakan oleh pihak penyelenggara. Jika jumlah kelas yang diadakan semakin
banyak, maka jumlah peserta yang hadir akan semakin banyak. Peserta yang
mendominasi di kegiatan kontes burung sebesar 83% berasal dari wilayah
Jabodetabek.

6. Hadiah bagi pemenang kontes


Hadiah yang diberikan oleh pihak penyelenggara kontes burung sebagai
tanda apresiasi untuk peserta kontes. Jenis hadiah yang diberikan berupa dana
pembinaan, piala atau trofi, dan sertifikat (Gambar 8). Hadiah dalam bentuk dana
pembinaan, piala atau trofi dan sertifikat diberikan kepada para juara sedangkan
untuk hadiah dalam bentuk sertifikat dan dana pembinaan diberikan kepada para
nominasi. Sumber dana untuk hadiah bagi peserta kontes didapatkan dari
kerjasama antara pihak penyelenggara kontesdengan organisasi burung, sponsor
dan berdasarkan penjualan tiket.
12

Gambar 8 Hadiah berupa piala dan sertifikat bagi pemenang kontes burung

7. Peraturan lomba yang diterapkan oleh penyelenggara


Pihak penyelenggara memiliki peraturan yang diterapkan saat kegiatan
kontes. Peraturan dibuat dengan tujuan agar suatu kegiatan berjalan dengan
lancar. Peraturan yang ditemukan meliputi peraturan untuk kriteria burung yang
boleh diikutkan kontes, peraturan untuk peserta dan non-peserta kontes (Tabel 7).

Tabel 7 Peraturan yang diterapkan oleh penyelenggara kontes


Sasaran peraturan Peraturan
Kriteria burung yang boleh diikutkan  Tidak boleh dalam keadaan cacat
dalam kontes  Burung yang sudah menang di kelas
nasional tidak diperbolehkan ikut
pada kegiatan latihan bersama dan
atau latihan prestasi
Peserta kontes  Peserta wajib membeli tiket
 Peserta wajib mengikutkan burung
sesuai kelas yang diikutkan
 Peserta dilarang berteriak saat
penilaian sedang berlangsung
Non-peserta kontes  Non-peserta dilarang berteriak saat
penilaian sedang berlangsung

Pada umumnya, peraturan untuk peserta dan non-peserta kontes diterapkan


di semua penyelenggaraan. Namun, peraturan untuk kriteria burung yang boleh
diikutkan dalam kontes hanya diterapkan oleh beberapa penyelenggara.
Penyelenggara yang memiliki peraturan terkait kriteria burung yang boleh
diikutkan dalam kontes sebesar 20% dan penyelenggara yang tidak memiliki
peraturan tersebut sebesar 80%.
13

8. Upaya pihak penyelenggara dalam melestarikan burung kicau


Upaya yang dilakukan oleh pihak penyelenggara kontes burung untuk
melakukan pelestarian yaitu dengan mengadakan kelas ring atau penanda. Tujuan
diadakannya kelas ring yaitu untuk mengurangi perburuan liar dan burung yang
boleh diikutkan kontes hanya burung yang berasal dari hasil penangkaran yang
ditandai dengan adanya ring atau penanda di kaki burung. Pihak penyelenggara
yang mengadakan kelas ring atau penanda sebanyak 20%. Jenis burung yang
sering diadakan untuk kelas ring yaitu burung kucica hutan (Copsychus
malabaricus) (Gambar 9).

Gambar 9 Burung kucica hutan (Copsychus malabaricus) yang memiliki


penanda atau ring

Karakteristik peserta kontes


Peserta kontes didefinisikan sebagai seseorang yang terlibat dalam
kegiatan kontes burung dengan mengikutkan burung di arena kontes. Peserta
kontes didominasi oleh laki-laki (99.6%). Mayoritas umur yang mendominasi
yaitu pada kelas umur 21-40 tahun (Tabel 8).

Tabel 8 Jumlah dan persentase peserta kontes berdasarkan kelas umur pada
kegiatan kontes burung kicau
Kelas umur (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
10-20 13 5.5
21-40 184 77.3
41-50 35 14.7
51-60 6 2.5
Total 238 100
14

Tingkat pendidikan yang ditemukan pada peserta kontes burung terdiri


dari tidak sekolah hingga perguruan tinggi. Peserta kontes didominasi dengan
pendidikan sekolah. Tingkat pendidikan yang banyak ditemukan pada peserta
kontes yaitu SMA/SMK (Tabel 9).

Tabel 9 Jumlah dan persentase peserta kontes berdasarkan tingkat pendidikan


pada kontes burung kicau di wilayah Jabodetabek
Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
Tidak sekolah 1 0.4
SD 16 6.7
SMP 22 9.2
SMA/SMK 158 66.4
Perguruan Tinggi 41 17.2
Total 238 100

Jenis pekerjaan terbagi menjadi dua jenis yaitu pekerjaan yang terikat dan
tidak terikat pada jam kerja. Jenis pekerjaan yang mendominasi pada peserta
kontes yaitu pegawai swasta (Tabel 10). Jenis pekerjaan tersebut termasuk
pekerjaan yang terikat pada jam kerja.

Tabel 10 Jumlah dan persentase peserta kontes berdasarkan pekerjaan di kontes


burung kicau di wilayah Jabodetabek
Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)
Pegawai swasta 67 28.2
Wiraswasta 54 22.7
Pengangguran 34 14.3
Buruh 15 6.3
Pedagang 12 5.0
Supir 11 4.6
Freelance 9 3.8
Keamanan 7 2.9
Teknisi 6 2.5
PNS 6 2.5
Mahasiswa 3 1.3
Juri burung 3 1.3
Penangkar burung 3 1.3
Pelajar 2 0.8
Pengajar 2 0.8
Desainer 1 0.4
Ibu rumah tangga 1 0.4
Pensiunan 1 0.4
Pengacara 1 0.4
Total 238 100
15

Motivasi yang ditemukan pada peserta kontes burung terdiri dari hobi,
ekonomi, maupun keduanya (Tabel 11). Peserta kontes yang memiliki motivasi
hobi dikarenakan peserta kontes merasa puas dan mampu menghilangkan rasa
jenuh dan stres dengan kesibukan yang dimiliki dengan mengikutkan burung di
arena kontes. Motivasi hobi dan ekonomi yang dipilih oleh peserta kontes yaitu
dengan mengikutkan burung di arena kontes akan membuat burung menjadi
terkenal di arena kontes dan mampu meningkatkan harga jual burung jika burung
yang dikonteskan menang sedangkan motivasi peserta kontes dengan kebutuhan
ekonomi sebagai pilihan karena dengan adanya kegiatan kontes burung dapat
membantu perekonomian bagi kehidupan.

Tabel 11 Jumlah dan persentase peserta kontes berdasarkan motivasi untuk


mengikuti kegiatan kontes burung di wilayah Jabodetabek
Motivasi Jumlah (orang) Persentase (%)
Hobi 222 93.3
Ekonomi 5 2.1
Hobi dan ekonomi 11 4.6
Total 238 100

Jenis burungyang dikonteskan oleh peserta kontes didapatkan dengan cara


yang beragam. Burung yang diikutkan pada kontes diperoleh dengan cara
membeli, hasil penangkaran sendiri, hadiah, transaksi barter dan mengambil
langsung dari alam (Tabel 12). Burung yang didapatkan dengan cara membeli
dilakukan secara transaksi on-line maupun transaksi langsung yang dilakukan di
pasar burung atau pembelian langsung di arena kontes.

Tabel 12 Jumlah dan persentase peserta kontes berdasarkan asal burung yang
didapatkan untuk kegiatan kontes di wilayah Jabodetabek
Asal burung Jumlah (orang) Persentase (%)
Beli 195 81.9
Hasil penangkaran sendiri 34 14.3
Hadiah 6 2.5
Mengambil di hutan 2 0.8
Transaksi barter 1 0.4
Total 238 100

Peserta kontes banyak membeli burung kicau dengan alasan mudah untuk
didapatkan dan sudah mengetahui kualitas burung yang dipilih. Selain itu, asal
burung diperoleh dengan cara transaksi barter. Transaksi barter yang dilakukan
yaitu menukarkan antara burung yang satu dengan burung yang lain atas
kesepakatan sesama peserta kontes.
Peserta kontes melakukan upaya untuk melestarikan burung, salah satunya
yaitu membuat penangkaran. Peserta kontes yang membuat penangkaran hanya
16

58.4% dan sisanya tidak melakukan pelestarian terhadap burung. Peserta yang
tidak melakukan pelestarian dikarenakan belum memiliki modal dan tidak ada
waktu untuk membuat dan mengurus penangkaran. Jenis burung yang
mendominasi untuk ditangkarkan oleh peserta kontes yaitu jenis lovebird
(Tabel 13). Jenis burung lovebird dipilih oleh peserta karena harga anakan yang
terjangkau saat membeli dan mudah dalam melakukan perawatan.

Tabel 13 Jumlah dan persentase peserta kontes berdasarkan jenis burung yang
ditangkarkan di wilayah Jabodetabek
Jenis burung Jumlah (orang) Persentase (%)
Lovebird 91 74.0
Kucica hutan 13 10.6
Kenari 7 5.7
Perenjak jawa 3 2.4
Cicadaun besar 2 1.6
Kucica kampung 2 1.6
Kacamata biasa 1 0.8
Kakatua 1 0.8
Burungmadu bakau 1 0.8
Jalak afrika 1 0.8
Jalak bali 1 0.8
Total 123 100

Karakteristik non-peserta kontes


Non-peserta kontes didefinisikan sebagai seseorang yang mengunjungi
kegiatan kontes burung dan bukan sebagai peserta kontes. Non-peserta kontes
didominasi oleh laki-laki (53 %). Mayoritas kelas umur yang mendominasi pada
non-peserta kontes yang ditemukan yaitu pada kelas umur 21-50 (Tabel 14) dan
tingkat pendidikan yang mendominasi pada non-peserta kontes yaitu SMA/SMK
(Tabel 15).

Tabel 14 Jumlah dan persentase non-peserta kontes berdasarkan kelas umur pada
kontes burung kicau di wilayah Jabodetabek
Kelas umur (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
10-20 4 13
21-30 10 33
31-40 7 23
41-50 6 20
51-60 2 7
61-70 1 3
Total 30 100
17

Tabel 15 Jumlah dan persentase non-peserta kontes berdasarkan tingkat


pendidikan di kontes burung kicau di wilayah Jabodetabek
Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)
Tidak sekolah 0 0
SD 3 10
SMP 5 17
SMA/SMK 17 57
Perguruan Tinggi 5 17
Total 30 100

Jenis pekerjaan terbagi menjadi dua yaitu pekerjaan yang terikat dan tidak
terikat pada jam kerja. Jenis pekerjaan yang mendominasi pada non-peserta kontes
yaitu ibu rumah tangga (Tabel 16). Jenis pekerjaan tersebut termasuk pekerjaan
yang tidak terikat pada jam kerja.

Tabel 16 Jumlah dan persentase non-peserta kontes berdasarkan pekerjaan di


kontes burung kicau di wilayah Jabodetabek
Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)
Ibu rumah tangga 11 37
Pengangguran 4 13
Buruh 3 10
Pegawai swasta 3 10
Wiraswasta 3 10
Pelajar 2 7
Teknisi 1 3
Pensiunan 1 3
Keamanan 1 3
Wartawan 1 3
Total 30 100

Motivasi yang ditemukan pada non-peserta kontes burung meliputi


menemani kerabat, mencari nafkah, mengisi waktu luang, dan hobi
(Tabel 17). Motivasi yang dipilih non-peserta kontes untuk berada di kegiatan
kontes yaitu untuk menemani kerabat. Non-peserta kontes memanfaatkan kegiatan
kontes burung untuk mendapatkan keuntungan dengan cara mendokumentasikan
kegiatan maupun membuka lapak usaha. Motivasi lainnya seperti untuk mengisi
waktu luang yaitu mengisi kegiatan luang dengan menonton kontes, motivasi hobi
yaitu ingin menikmati adanya kegiatan kontes.
18

Tabel 17 Jumlah dan persentase non-peserta kontes berdasarkan motivasi berada


di kegiatan kontes burung di wilayah Jabodetabek
Motivasi Jumlah (orang) Persentase (%)
Menemani kerabat 10 33
Mencari nafkah 7 23
Mengisi waktu luang 7 23
Hobi 6 21
Total 30 100

Pembahasan
Jenis-jenis burung kicau yang ditemukan beserta status konservasi-nya
Jenis burung asing yang dikonteskan lebih sedikit dibandingkan dengan
jenis burung lokal karena hanya 2 % jenis burung asing yang masuk ke Indonesia
(Chng dan Eaton 2016). Selain itu, menurut Jepson dan Ladle (2005), sebanyak
86.8% penduduk di lima kota besar di Indonesia memelihara jenis burung lokal
(330 responden dari 380 responden). Jenis burung yang selalu ditemukan di lokasi
penyelenggaraan yaitu jenis lovebird.
Jenis burung lovebird diminati karena memiliki suara yang merdu. Menurut
Syahputra (2014), jenis lovebird dilombakan karena kemerduan suara dan
keindahan warnanya. Oleh karena itu, varietas warna dari tahun ke tahun semakin
banyak. Berdasarkan status keterancaman IUCN (2016), jenis lovebird termasuk
dalam kategori Near Threatened yang berarti jenis tersebut ketika dievaluasi
terhadap kriteria status keterancaman tidak memenuhi persyaratan pada Critically
Endangered, Endangered atau Vulnerable, namun mendekati kualifikasi syarat
untuk kategori terancam dalam waktu dekat. Menurut IUCN (2016), perburuan
sebagai satwa peliharaan yang diekspor telah dihentikan pada tahun 1995,
meskipun populasi lovebird di alam masih tetap ada dan kemungkinan dapat
terjadi perdagangan kembali. Sejak pelarangan untuk ditangkap dan diekspor,
jenis lovebird banyak dikembangkan di penangkaran untuk dijual dan dijadikan
satwa peliharaan.
Burung anis kembang memiliki status keterancaman yaitu Near Threatened.
Habitat burung anis kembang adalah hutan primer wilayah Sunda meliputi
Semenanjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, dan Jawa (Hoyo et al. 2005). Jenis
ini masuk dalam kategori Near Threatened karena populasinya mengalami
penurunan yang cepat disebabkan adanya kegiatan perburuan, perdagangan serta
terjadinya degradasi hutan (IUCN 2016). Selain itu, besaran ukuran populasi
burung anis kembang belum terukur.
Jenis kucica hutan atau dikenal dengan nama dagang murai batu yang
diikutkan dalam kontes burung merupakan jenis kucica hutan yang berasal dari
medan karena suaranya yang merdu dan memiliki penampilan fisik yang menarik
(Sudrajad 2003). Jenis burung Copsychus malabaricus diminati oleh pecinta
burung kicau karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi dengan harga anakan
19

umur 2-3 bulan dapat mencapai Rp. 2.000.000-5.000.000 tergantung indukan-nya


(Saputro et al. 2016). Jenis burung kucica hutan dan kucica kampung memiliki
persebaran yang sama dengan yaitu di seluruh Pulau Sumatera, Kalimantan,
Semenanjung Malaysia, dan sebagian Pulau Jawa serta memiliki status
keterancaman menurut IUCN dengan kategori Least Concern yang berarti spesies
yang telah dievaluasi tidak termasuk dalam kategori manapun atau beresiko
rendah. Namun, adanya kegiatan perdagangan ilegal untuk memenuhi permintaan
para pecinta burung menyebabkan hampir punahnya di alam liar (Rheindt et al.
2017). Berdasarkan hasil observasi lapang, jenis kucica hutan (Copsychus
malabaricus) merupakan salah satu jenis dengan tingkat penangkapan tertinggi
dari alam terbesar (sekitar 600-an ekor/bulan) karena telah menjadi komoditas
perdagangan jenis satwa liar antar provinsi (Suba et al. 2011) dan telah ditetapkan
oleh pemerintah sebagai salah satu jenis yang dilindungi menurut PP No. 7 Tahun
1999 dan dicantumkan pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
No. 20 Tahun 2018.
Jenis burung lokal lainnya yang dilindungi oleh pemerintah yaitu cicadaun
besar. Jenis burung ini merupakan jenis burung lokal yang memiliki status
keterancaman dari Least Concern pada tahun 2012 menjadi Vulnerable pada
tahun 2016 yang berarti spesies tersebut sedang mengalami resiko kepunahan di
alam liar pada waktu mendatang. Populasi dari cicadaun besar diduga mengalami
penurunan secara drastis karena adanya kegiatan perburuan serta perdagangan
burung. Jenis cicadaun memiliki persebaran di Myanmar selatan, Thailand Barat
daya, Kalimantan dan Sunda serta merupakan jenis burung terrestrial yang
memiliki habitat berada di hutan dataran rendah, hutan sekunder dan terkadang
ada beberapa yang berhabitat di perkebunan dan dapat tinggal pada ketinggian
1100 mdpl (Wells 2016).
Jenis jalak suren (Sturnus contra) termasuk jenis dilindungi oleh PP No. 7
Tahun 1999 yang tercantum pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan No. 20 Tahun 2018. Jenis burung ini termasuk dalam kelompok
burung pemakan buah-buahan dan serangga (Iqbal dan Setijono 2011). Jalak suren
memiliki ukuran populasi yang belum teridentifikasi, namun jumlahnya sudah di
bawah ukuran populasi standar yaitu kurang dari 10.000 individu dewasa dengan
perkiraan mencapai 10% dalam kurun waktu 10 tahun (IUCN 2016).
Jenis burung asing lainnya yang ditemukan di arena kontes yaitu burung
kenari dan hwamei. Kenari menjadi favorit karena memiliki warna bulu yang
indah. Burung kenari berasal dari Pulau Canary yang memiliki tubuh kecil dan
banyak jenisnya. Kenari impor banyak dimanfaatkan sebagai burung kontes
karena mempunyai postur tubuh yang baik, bersuara keras, dan memiliki irama
mirip dengan music jazz (Sudrajad 2003). Jenis burung hwamei (Garrulax
canorus) berasal dari China yang memiliki kicauan yang sangat khas dan berirama
sehingga jenis burung ini banyak diminati oleh para pecinta burung. Berdasarkan
CITES Appendix, burung hwamei (Garrulax canorus) masuk dalam Appendix II
20

yang berarti spesies tersebut tidak terancam kepunahan, tetapi akan terancam
punah apabila perdagangannya terus berlanjut tanpa adanya pengaturan (Safanah
et al. 2017). Selain itu, ditemukan satu jenis burung yang tidak dikonteskan
melainkan hanya untuk diperjualbelikan yaitu burung tionglampu biasa.
Menurut penggemar burung kicau, jenis burung tersebut memiliki kicauan
yang cepat dan rapat. Kicauan burung tionglampu biasa memiliki keragaman yang
berbeda tergantung kondisinya. Di alam, kicau burung tionglampu biasa memiliki
fungsi untuk berkomunikasi dan sebagai tanda untuk menunjukkan daerah
kekuasaannya (Owen 2008). Jenis burung kicau yang dikonteskan lebih banyak
didapatkan dengan cara membeli karena lebih mudah untuk mendapatkannya dan
sudah mengetahui kualitas dari burung tersebut. Menurut Prakoso dan Kurniawan
(2015), para peminat lebih memilih burung hasil tangkapan liar karena memiliki
harga jual yang lebih murah.
Kegiatan perburuan dilakukan oleh masyarakat salah satu tujuannya yaitu
memenuhi kebutuhan para konsumen agar dapat menjual burung kicau guna
mendapatkan keuntungan. Perburuan terhadap burung merupakan salah satu motif
ekonomi. Pada awalnya, perburuan burung semata-mata hanya untuk menafkahi
keluarga agar bisa memenuhi kebutuhan pangan. Namun, semakin
berkembangnya pasar ekonomi, perdagangan burung telah memasuki kota-kota
besar yang menyebabkan perburuan burung semakin tinggi (Tidemann dan Gosler
2010). Populasinya di alam cenderung menurun namun belum menyentuh di
bawah kriteria tren populasi yaitu lebih dari 30% selama 10 tahun terakhir (IUCN
2016).
Jenis-jenis burung lokal dan asing yang ditemukan di arena kontes di
Wilayah Jabodetabek dengan mudah didapatkan di penangkar serta di pasar
burung. Pasar burung yang terkenal di Wilayah Jabodetabek meliputi Pasar
Pramuka, Jatinegara dan Barito. Menurut Chng dan Eaton (2016), jenis burung
yang diperjualbelikan sebanyak 213 spesies burung lokal dan 30 burung yang
terdiri dari 9 spesies diantaranya burung asing. Sebanyak 351 individu terdapat 28
spesies yang dilindungi oleh Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999.

Karakteristik kegiatan kontes burung kicau di Wilayah Jabodetabek


Kegiatan kontes burung pada umumnya yaitu kegiatan unutuk menunjukkan
kualitas burung di arena kontes dengan adanya penilaian terhadap burung meliputi
irama lagu, durasi kicauan, volume serta penampilan fisik. Menurut Turut (2012),
kontes burung kicau merupakan suatu kegiatan untuk menampilkan burung kicau
di suatu arena dan dilakukan penilaian untuk menentukan pemenang bagi peserta
kontes burung. Kegiatan kontes burung terdiri dari beberapa jenis yaitu latihan
bersama (latber), latihan prestasi (latpres) dan lomba. Setiap penyelenggaraan
memiliki kelas jenis burung yang berbeda tergantung jenis kegiatan kontes.
Penyelenggaraan kegiatan kontes burung kicau ditemukan berada di pinggir
jalan raya, di dekat pusat perbelanjaan, di lapangan dan di dalam komplek
21

perumahan. Pihak penyelenggara lebih banyak memilih lokasi yang berada di


pinggir jalan raya dengan tujuan agar peserta dengan mudah menemukan lokasi
sehingga kegiatan dihadiri oleh banyak peserta dan memberikan keuntungan bagi
pihak penyelenggara. Kegiatan kontes burung kini bukan lagi sebagai ajang untuk
menyalurkan hobi namun sudah berkembang sebagai kegiatan untuk membuka
usaha atau bisnis. Menurut Pratiwi (2010), lokasi usaha memerlukan
pertimbangan terhadap beberapa faktor seperti akses dan lingkungan yang
mendukung. Hal ini dilakukan agar tujuan yang diinginkan tercapai yaitu jumlah
peserta yang hadir sesuai dengan keinginan pihak penyelenggara.
Kegiatan kontes burung memiliki beberapa komponen yang harus ada di
arena kontes seperti tenda, kursi, dan gantangan. Gantangan merupakan tempat
untuk menggantungkan sangkar di arena kontes burung. Pada umumnya,
gantangan terbuat dari besi. Namun, ada penyelenggara kontes yang
menggunakan bahan bambu untuk membuat gantangan karena lokasi
penyelenggaraan yang masih sementara. Gantangan yang terbuat dari bambu
ataupun besi tidak mempengaruhi peserta untuk mengikuti kegiatan kontes.
Frekuensi penyelenggaraan kontes burung terbagi menjadi beberapa kategori yaitu
kategori rendah, sedang, dan tinggi. Frekuensi yang banyak ditemukan yaitu
frekuensi dengan kategori sedang. Frekuensi penyelenggaraan ditentukan dengan
berbagai tujuan yaitu untuk meningkatkan pendapatan bagi pihak penyelenggara.
Tujuan terbentuknya kontes burung pada tahun 1976 untuk menggairahkan atau
meramaikan pasar dengan harapan mampu meningkatkan penjualan burung
burung yang dipasarkan namun saat ini kontes burung sudah mengalami
perubahan nilai dari hobi kini berbalik ke arah pada “bisnis oriented”
(Turut 2012). Pandangan terkait kegiatan kontes burung kini bukan sekedar untuk
hobi saja melainkan sudah berkembang menjadi wadah untuk melakukan bisnis.
Bergabungnya pihak penyelenggara dengan organisasi burung juga
mempengaruhi terhadap frekuensi penyelenggaraan. Bergabungnya suatu
penyelenggara kontes burung dengan organisasi burung (dependen) karena pihak
penyelenggara kontes mendapatkan keuntungan yaitu mendapat bantuan berupa
dana, produk pakan dan vitamin bagi burung. Dana yang didapatkan digunakan
untuk biaya sewa tempat, memberi honor kepada juri, panitia, dan hadiah bagi
peserta. Hadiah yang diberikan mempengaruhi jumlah peserta yang hadir dalam
kontes burung. Besar-kecilnya hadiah yang diberikan tergantung terhadap jenis
kegiatan yang diadakan. Semakin menarik hadiah yang diberikan, maka semakin
besar pula antusias dan motivasi peserta kontes burung untuk mengikutkan burung
yang dimilikinya (Nadiroh 2016).
Pihak penyelenggara melakukan persebaran informasi terkait kegiatan
kontes burung melalui media sosial. Pihak penyelenggara memilih media sosial
sebagai media informasi karena termasuk media yang murah dan cepat dalam
penyebaran informasi. Menurut Widayanti (2015), media sosial adalah media
untuk interaksi sosial dengan menggunakan teknik komunikasi yang sangat
22

mudah dan scalable. Media sosial mampu mengajak siapa saja yang tertarik untuk
berpartisipasi dengan memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, memberi
komentar, serta membagi informasi dalam waktu yang cepat dan tidak terbatas.
Media sosial yang digunakan oleh pihak penyelenggara yaitu via facebook dan
web pecinta burung.
Penyelenggara kontes memiliki tahun berdiri yang berbeda-beda. Faktor
yang mempengaruhi berbeda-nya tahun didirikan oleh pihak peyelenggara yaitu
faktor perizinan untuk mengadakan kontes burung kicau. Perizinan yang
dibutuhkan yaitu perizinan dari pihak kepolisian dan masyarakat sekitar
penyelenggaraan. Izin yang diberikan oleh masyarakat kepada pihak
penyelenggara kontes burung yaitu dalam bentuk partisipasi. Menurut Isbandi
(2007), partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan masyarakat dalam
mengidentifikasi suatu masalah yang ada di masyarakat, melaksanakan upaya
untuk memecahkan masalah yang ada serta terlibat dalam proses evaluasi
perubahan yang terjadi. Keterlibatan masyarakat dalam bentuk partisipasi dapat
mendukung adanya kontes burung di suatu wilayah.
Pihak penyelenggara memberikan tanda apresiasi kepada peserta dalam
bentuk berupa hadiah. Hadiah yang diberikan berupa dana pembinaan, piala atau
trofi, serta sertifikat. Hadiah dalam bentuk dana pembinaan, piala atau trofi, dan
sertifikat diberikan kepada para juara sedangkan untuk hadiah berupa dana
pembinaan dan sertifikat diberikan kepada para nominasi. Sumber dana untuk
hadiah bagi peserta kontes didapatkan dari kerjasama panitia penyelenggara
kontes, tiket penjualan, serta sponsor dari pihak-pihak tertentu seperti organisasi
burung dan sebagainya. Jumlah peserta akan mempengaruhi besar-kecilnya hadiah
yang diberikan sedangkan untuk doorprize biasanya diberikan saat kegiatan lomba
dan dana untuk doorprize diambil dari uang sumbangan para simpatisan kicau
mania (Nadiroh 2016). Selain memberikan hadiah, pihak penyelenggara juga
memberikan peraturan dalam kegiatan kontes.
Peraturan lomba yang diterapkan oleh pihak penyelenggara kontes pada
umumnya peraturan untuk peserta dan non-peserta kontes yaitu dilarang berteriak
saat kegiatan kontes burung sedang berlangsung karena dapat menganggu dalam
melakukan penilaian. Namun, peraturan yang jarang ditemukan yaitu peraturan
untuk kriteria burung yang boleh diikutkan dalam kontes yaitu burung yang
diikutkan tidak boleh dalam keadaan cacat dan burung yang sudah berlaga di
kelas nasional tidak diperbolehkan untuk ikut di kegiatan latihan bersama dan
latihan prestasi. Pihak penyelenggara diduga masih tidak memperhatikan terhadap
prinsip kesejahteraan satwa.
Prinsip kesejahteraan satwa mencakup bebas dari rasa lapar dan haus, bebas
dari rasa tidak nyaman, bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit, bebas untuk
menampilkan perilaku alami serta bebas dari rasa takut dan tekanan
(Teguh et al. 2010). Penyelenggara kontes diduga masih tidak memperhatikan
prinsip kesejahteraan satwa berupa bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit.
23

Selain tidak memperhatikan kriteria terhadap kriteria burung yang dikonteskan,


masih banyak peserta dan non-peserta kontes yang tidak menerapkan peraturan
yang telah dibuat oleh pihak penyelenggara.
Peserta dan non-peserta kontes didominasi oleh laki-laki pada kegiatan
kontes burung kicau. Hal ini dikarenakan bahwa pada pandangan historis sejarah
masyarakat Jawa, kegiatan memelihara burung hanya dilakukan oleh kaum laki-
laki. Namun, dalam konteks kekinian, pandangan ini mengalami pergeseran yang
sangat besar. Saat ini etnis yang menjadi bagian dari komunitas penggemar
burung berkicau tidak hanya etnis Jawa saja, akan tetapi juga dilakukan oleh
beberapa etnis lain seperti Cina atau Tionghoa, Madura, Sunda, dan Melayu
(Supriyadi et al. 2008). Selain itu, kontes burung bukan hanya disukai oleh laki-
laki melainkan perempuan mulai menyukai kegitan kontes burung. Saat ini, peran
perempuan pada komunitas burung berkicau merupakan fenomena baru dan unik
di masyarakat (Supriyadi et al.2008). Kontes burung kicau juga sudah dianggap
sebagai ajang gengsi dan dapat menaikkan derajat di kalangan masyarakat.
Mayoritas umur peserta dan non-peserta kontes didominasi pada kelas umur
21-50 tahun. Usia yang ditemukan termasuk usia produktif untuk mengikuti suatu
kegiatan. Badan Pusat Statistik (2010), membagi kategori kelompok penduduk
menjadi tiga tipe yaitu kelompok penduduk umur 0-14 tahun dianggap sebagai
kelompok yang belum produktif secara ekonomis, kelompok penduduk umur 15-
64 tahun sebagai kelompok penduduk yang produktif sedangkan pada kelompok
penduduk umur 64 tahun ke atas sebagai kelompok yang tidak lagi produktif.
Tingkat pendidikan yang banyak ditemukan oleh peserta dan non-peserta
kontes yaitu SMA/SMK dan perguruan tinggi. Pemahaman terkait kegiatan kontes
burung didapatkan melalui pengalaman pribadi, pencaharian melalui media sosial
dan interaksi langsung antar sesama individu untuk mendapatkan informasi.
Interaksi yang dilakukan oleh para individu untuk saling bertukar informasi dan
pengalaman dapat menciptakan terbentuknya sebuah pengetahuan baru (Assegaf
2017).
Jenis pekerjaan yang ditemukan terbagi menjadi dua jenis yaitu pekerjaan
yang terikat dan tidak terikat pada jam kerja. Keterikatan kerja merupakan kondisi
mental yang positif dan memuaskan (Puspita 2012). Peserta kontes yang
mengikuti kegiatan kontes burung kicau lebih banyak ditemukan pada jenis
pekerjaan yang terikat pada jam kerja (pegawai swasta) sedangkan pada non-
peserta kontes lebih banyak dihadiri dengan jenis pekerjan yang tidak terikat pada
jam kerja (ibu rumah tangga). Jenis pekerjaan yang tidak memiliki keterikatan
pada jam kerja lebih mudah untuk menghadiri kegiatan kontes burung. Tingkat
pendidikan dan jenis pekerjaan tidak mempengaruhi minat dari peserta dan non-
peserta untuk menghadiri kegiatan kontes burung kicau di suatu arena. Minat
merupakan suatu rasa ketertarikan pada suatu hal tanpa ada paksaan (Suryabrata
2002).
24

Kegiatan kontes burung kicau didukung dengan adanya motivasi dari peserta
kontes dan non-peserta kontes untuk menghadiri suatu kegiatan. Motivasi
merupakan hasrat dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut
melakukan suatu tindakan (Mathis et al. 2001). Motivasi yang dipilih oleh peserta
kontes berupa hobi dan motivasi yang dipilih oleh non-peserta kontes yaitu
menemani kerabat yang berarti kedua motivasi tersebut memiliki tujuan untuk
menghilangkan rasa jenuh dan stres yang dialami dengan mengikutkan burung di
arena kontes burung kicau dan menghadiri kegiatan kontes burung kicau.
Kepentingan psiko-sosial membentuk konstruksi sosial yang memposisikan
burung sebagai media refreshing dan hiburan bagi kalangan masyarakat dalam
mengimbangi aktivitias kesehariannya (Supriyadi 2008).

Upaya pihak penyelenggara dan peserta kontes untuk melestarikan burung


Penyelenggara dan peserta kontes memiliki upaya untuk melakukan
pelestarian terhadap burung kicau. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pihak
penyelenggara yaitu dengan mengadakan kelas ring atau penanda. Kegunaan dari
kelas ring yaitu untuk mengurangi burung burung yang dikonteskan berasal bukan
dari hasil penangkaran. Burung burung akan mendapatkan sertifikasi dalam
bentuk cincin atau ring yang dipasangkan pada kaki burung sekitar umur 2 hingga
3 minggu (Highfill 1996). Peserta dan pihak penyelenggara kontes yang tidak
melakukan pelestarian terhadap burung bukan berarti tidak memiliki keinginan
namun terhalang dengan berbagai kendala diantaranya tidak memiliki dana atau
modal untuk membuat penangkaran serta tidak memiliki waktu luang untuk
merawat burung.
Peserta kontes juga melestarikan burung kicau yaitu dengan membuat
penangkaran. Menurut Iswantoro (2008), salah satu usaha yang tepat untuk
melakukan konservasi yaitu dengan cara menangkarkan terutama pada jenis
burung yang sudah mulai langka. Jenis burung yang banyak ditangkarkan oleh
peserta kontes yaitu jenis lovebird karena mudah dalam perawatannya dan tidak
membutuhkan biaya yang banyak. Burung lovebird memiliki keunikan tersendiri
dibandingkan dengan burung kicau lainnya diantaranya adalah memiliki varian
warna yang beragam, kemerduan suara, kelincahan, bentuk badannya yang kecil
membuatnya menarik dan perawatannya tergolong mudah karena tahan terhadap
penyakit (Dewi 2011).
Selain jenis lovebird yang ditangkarkan, terdapat jenis burung yang sudah
tidak dikonteskan namun masih ditangkarkan oleh peserta kontes yaitu burung
jalak bali dan jalak afrika. Sebanyak 78.4% rumah tangga memelihara burung dari
spesies domestik dan atau spesies yang sudah ditangkarkan secara komersil,
sedangkan 60.2% memelihara burung dari tangkapan alam (Jepson dan Ladle
2005). Pihak penyelenggara dan peserta yang tidak melakukan pelestarian
terhadap burung bukan berarti tidak memiliki keinginan namun terhalang dengan
berbagai kendala diantaranya tidak memiliki modal untuk membuat penangkaran.
25

SIMPULAN DAN SARAN

Jenis burung kicau yang ditemukan di kontes burung kicau di wilayah


Jabodetabek yaitu 15 jenis burung dari 12 suku. Jenis burung lokal yang
ditemukan sebanyak 12 jenis dan jenis burung asing sebanyak 3 jenis. Burung
yang mendapat status perlindungan menurut PP No. 7 Tahun 1999 yang tercantum
pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 20 Tahun 2018
yaitu cicadaun besar, jalak suren, dan kucica hutan. Jenis burung yang mendapat
status keterancaman Vulnerable (rentan) yaitu cicadaun besar. Jenis burung yang
termasuk dalam Appendix II CITES yaitu hwamei dengan suku Timaliidae.
Karakteristik penyelenggaraan kontes di wilayah Jabodetabek lebih banyak
memilih untuk tidak bergabung dengan organisasi burung. Frekuensi
penyelenggaraan kontes masuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak
8-14x/bulan. Peserta dan non-peserta kegiatan kontes burung kicau didominasi
oleh laki-laki dengan kelas umur 21-50 tahun, tingkat pendidikan SMA dengan
jenis pekerjaan yang tidak memiliki keterikatan pada jam kerja. Motivasi dari
peserta kontes lebih banyak karena hobi sedangkan motivasi dari non-peserta
kontes yaitu untuk menemani kerabat. Pihak penyelenggara melakukan upaya
pelestarian burung yaitu salah satunya dengan mengadakan kelas ring atau
penanda sedangkan sebagian peserta melakukan upaya pelestarian dengan
membuat penangkaran.
Saran yang diajukan yaitu perlu dibuat dan diterapkannya peraturan oleh
pihak penyelenggara untuk kriteria burung yang boleh diikutkan dalam kontes,
diantaranya burung tidak boleh dalam kondisi cacat dan burung-burung yang
dikonteskan memiliki ring atau penanda pada kaki. Peraturan yang dibuat guna
mendorong peserta kontes untuk melakukan pelestarian terhadap burung. Selain
itu, perlu adanya pemantauan kembali oleh Pemerintah dalam pelaksanaan
kegiatan kontes burung kicau.

DAFTAR PUSTAKA

Assegaf S. 2017. Evaluasi pemanfaatan media sosial sebagai sarana knowledge


sharing.Jurnal Manajemen Teknologi. 16(3): 271-293.
[BPS]: Badan Pusat Statistik. 2010. Data Penduduk Indonesia. Jakarta(ID): BPS
Jakarta.
Chng SCL, Eaton JA. 2016. In the Market for Extinction: Eastern and Central
Java. Malaysia(MY): TRAFFIC.
Dewi S. 2011. Rahasia Sukses Beternak Burung Lovebird.Yogyakarta(ID):
Pustaka Baru Press.
Highfill C. 1996. Pet Bird Magazine. Newyork(US): Glasgow Enterprise.
Hoyo D, Elliott J, Sargatal. 2005. Handbook of the Birds of the World.
10: Cuckoo-Shrikes to Thrushes. Barcelona(ES): Lynx Edicions.
26

Iqbal M, Setijono D. 2011.Burung-Burung di Hutan Rawa Gambut Merang-


Kepayang dan sekitarnya.Palembang(ID): Merang REDD Project.
Isbandi RA. 2007. Perencanaan Partisipatoris Berbasis Aset Komunitas: dari
Pemikiran Menuju Penerapan. Depok(ID): FISIP IU Press.
Iskandar J, Iskandar B, Budiawati. 2015. Pemanfaatan aneka ragam burung dalam
kontes burung kicau dan dampaknya terhadap konservasi burung di alam:
Studi kasus di Kota Bandung, Jawa Barat. Pro. Sem. Nas. Masy. Biodiv.
Indon.1(4): 747-752.
Iswantoro. 2008. Konservasi dan peluang bisnis dalam penangkaran burung
cucakrawa. Jurnal Aplikasi Imu-Ilmu Agama. 9(1): 57-70.
[IUCN] International Union for Conservation of Nature and Natural Resources.
2016. The IUCN Red List of Threatened Species [internet]. [Diakses 2018
Juli 5]. Tersedia pada: http://www.iucnredlist.org.
Jepson P, Ladle R. 2005. Bird keeping in Indonesia: conservation impact and the
potential for substitution-based conservation responses. Oryx.39(4): 1-6.
Mathis, Robert L, John J. 2001.Manajemen Sumber Daya Manusia Jilid I.
Jakarta(ID): Salemba Empat.
Nadiroh A. 2016. Tinjauan hukum Islam terhadap perlombaan burung berkicau
berhadiah di Gantangan New Permata BC Tanggulangin Sidoarjo [skripsi].
Surabaya(ID): Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.
Nawawi H, Hadiri HM. 1992.Instrumen Penelitian Bidang Sosial.
Yogyakarta(ID): Gadjah Mada University Press.
Owen R. 2008. Husbandry Manual for Dollarbirds, Eurystomus orientalis.
Australia(AU): Charles Sturt University.
Pratiwi A. 2010. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi
terhadap kesuksesan usaha jasa (Studi pada usaha jasa mikro-kecil di
sekitar kampus Undip Pleburan [skripsi]. Semarang(ID): Universitas
Diponegoro.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 1999, Jenis-Jenis
Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Prakoso BH, Kurniawan N. 2015.Studi burung-burung yang diperdagangkan di
Pasar Burung Splendi, Kota Malang.Jurnal Biotropika. 3(1): 7-11.
Puspita MD. 2012. Hubungan antara dukungan sosial dan makna kerja sebagai
panggilan (Calling) dengan keterikatan kerja. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya.1(1).
Rheindt F, NG E, Garg KM, Low GW, Chattopadhyay B, Oh RRY, Lee JGH.
2017. Conservation genomics identifies impact of trade in a threatened
songbird. Biological Conservation. 214: 101-108.
Safanah NG, Nugraha CS, Partasasmita R, Husodo T. 2017. Keanekaragaman
jenis burung di Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Panajung
Pangandaran, Jawa Barat.Jurnal Pros. Sem. Nas. Masy. Biodiv. Indonesia.
3(2): 266-272.
27

Saputra DKH. 2013. Kicau mania dan perlombaan burung [skripsi]. Malang(ID):
Universitas Brawijaya.
Saputro AD, Nova K, Kurtini T. 2016.Perilaku burung murai batu (Copsychus
malabaricus) siap produksi.Jurnal Imiah Peternakan Terpadu.4(3): 188-
194.
Silitonga DPY. 2010. Tahapan perkembangan metropolitan Jabodetabek
berdasarkan perubahan pada aspek lingkungan. Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota.21(3): 197-214.
Suba RB, Rakhman A, Rustam. 2011. Pola kecenderungan penangkapan burung-
burung liar bernilai ekonomis dan implikasi konservasinya: Studi kasus di
Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur. Berita
Biologi. 10(6): 797-806.
Sudrajad. 2003. Petunjuk Memilih Burung Ocehan Bakalan. Jakarta(ID): Penebar
Swadaya.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung(ID): Alfabeta.
Sukmantoro W, Irham M, Novarino W, Hasudungan F, Kemp N, Muchtar M.
2007. Daftar Burung Indonesia No 2.Bogor(ID): Indonesian
Ornithologists’Union.
Supriyadi A. 2008. Dinamika dan konfigurasi kepentingan di balik pemaknaan
terhadap burung berkicau di Jawa (kasus di Surabaya dan Yogyakarta)
[tesis]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Supriyadi A, Soetarto E, Dharmawan AH. 2008. Analisis sosio-ekologi dan sosio-
budaya burung berkicau di dua kota di Indonesia: teladan dari Surabaya dan
Yogyakarta. Jurnal Transdisplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi
Manusia. 2(1): 99-120.
Suryabrata S. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta(ID): PT Grafindo Perkasa
Rajawali.
Syahputra Y. 2014. Analisis kelayakan usaha budidaya burung Lovebird
(Agapornis) studi kasus: Usaha Bapak Tono di Tuban, Jawa Timur
[skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Tidemann S, Gosler A. 2010. Ethno-ornithology: Birds, Indigenous peoples,
culture and society. London(UK): Earthscan.
Teguh GI, Masy’ud B, Rachmawati E. 2010.Kajian pengelolaan kesejahteraan
satwa di Taman Wisata Alam Punti Kayu Palembang Sumatera
Selatan.Jurnal Media Konservasi.15(1): 26-30.
Turut R. 2012. Burung Ocehan Juara Kontes. Bogor (ID): Penebar Swadaya.
Wells D. 2016. Greater Green Leafbird (Chloropsis sonnerati). Handbook of the
Birds of the World Alive. Barcelona (ES): Lynx Edicions.
Widayanti R. 2015. Pemanfaatan media sosial untuk penyebaran informasi
kegiatan sekolah menengah kejuruan pasundan Tangerang.Jurnal Abdimas.
1(2): 81-87.
28

Winartha IM. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi.Yogyakarta(ID):


Andi.
29

Lampiran 1 Kuesioner penelitian untuk penyelenggara kontes burung kicau

KUESIONER
KARAKTERISTIK KONTES BURUNG KICAU
DI WILAYAH JABODETABEK

Kuesioner ini diberikan sebagai bahan penelitian dalam penyusunan skripsi program sarjana
yang dilakukan oleh:

Nama/NIM : Tia Angguni/E34140053


Departemen/Fakultas : Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata/Kehutanan
Universitas : Institut Pertanian Bogor

Saya memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk berpartisipasi dalam mengisi


daftar kuesioner ini secara lengkap dan benar agar informasi yang disajikan dapat
dipertanggungjawabkan dan tercapai hasil yang diinginkan.Semua informasi yang diterima
sebagai hasil pengisian kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan
akademis semata.Atas bantuan Bapak/Ibu/Saudara/I saya ucapkan terima kasih.

A. Karakteristik responden 5. Frekuensi penyelenggaraan:


1. NamaEO Penyelenggara : o 1x/minggu o 2-3x/bulan
o 2-3x/minggu o 2-3x/bulan
2. Tahun didirikan EO o 1x/bulan o 1x/tahun

B. Pertanyaan
3.Jumlah rata-rata peserta kontes :
1. Kapan saja waktu pelaksanaan kontes
o < 50 orang
o 50 – 100 orang burung kicau?
o 101 – 250 orang o Hari kerja, ______________
o 251 – 500 orang o Hari libur, _______________
o > 500 orang
4.Asal daerah peserta kontes : 2. Bagaimana penetuan kelas yang
o Jakarta o Bekasi diterapkan di kontes burung?
o Bogor o Di luar o Berdasarkan jenis burung
Jabodetabek, o Berdasarkan harga tiket
_________ o Lainnya_____________
o Depok o Di luar Pulau
Jawa, 3. Jenis burung apa saja yang dikonteskan
__________
pada setiap kelas?
o Tangerang
30

4. Apa yang membedakan setiap kelas 11. Jika Ya, syarat untuk burung yang
dalam kontes burung kicau? diperbolehkan untuk mengikuti
kegiatan kontes burung kicau?
o Burung hasil dari
ternak/penangkaran
5. Berapa batasan ekor burung yang o Burung yang dilombakan memiliki
ring penanda
dilombakan pada setiap kelas?
o Burung dalam kondisi sehat
o Lainnya __________

12. Adakah dari pihak penyelenggara


6. Apa saja yang dikonteskan saat sudah ada upaya untuk melestarikan
kegiatan kontes burung? burung kicau?
o Ya
o Tidak
7. Hadiah apa saja yang diberikan dari
pihak penyelenggara kepada pihak 13. Jika Ya, upaya dalam bentuk apa yang
pemenang? dilakukan untuk melakukan pelestarian
o Uang Tunai, sebesar terhadap burung kicau?
Rp ________________
o Piala/Tropi
o Sertifikat
o Lainnya __________

8. Apakah ada kerjasama dengan pihak


lain?
o Ya
o Tidak

9. Jika ada, bentuk kerjasama dalam


bentukapa?
o Uang
o Fasilitas kegiatan
o Lainnya _________

10. Apakah ada syarat untuk burung yang


boleh diikutkan dalam kegiatan kontes
burung kicau?
o Ya
o Tidak
31

Lampiran 2 Kuesioner penelitian untuk peserta kontes burung kicau

KUESIONER
KARAKTERISTIK KONTES BURUNG KICAU
DI WILAYAH JABODETABEK

Kuesioner ini diberikan sebagai bahan penelitian dalam penyusunan skripsi program sarjana
yang dilakukan oleh:

Nama/NIM : Tia Angguni/E34140053


Departemen/Fakultas : Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata/Kehutanan
Universitas : Institut Pertanian Bogor

Saya memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk berpartisipasi dalam mengisi


daftar kuesioner ini secara lengkap dan benar agar informasi yang disajikan dapat
dipertanggungjawabkan dan tercapai hasil yang diinginkan.Semua informasi yang diterima
sebagai hasil pengisian kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan
akademis semata.Atas bantuan Bapak/Ibu/Saudara/I saya ucapkan terima kasih.

A. Karakter responden 5. Pekerjaan :


1. Nama :
B. Pertanyaan
2. Jenis Kelamin : 1. Sejak kapan Anda mulai mengikuti
o Laki-Laki o Perempuan kegiatan kontes burung?
o < 6 Bulan o < 5 Tahun
3. Kelas Umur : o 6 Bulan-1 o > 5 Tahun
o < 10 o 51-60 Tahun Tahun
Tahun o > 1 Tahun o Lainnya
o 10-20 o 61-70 Tahun _____________
Tahun
o 21-30 o 71-80 Tahun 2. Sudah berapa kali Anda mengikuti
Tahun kegiatan Kontes Burung Kicau?
o 31-40 o > 80 Tahun o < 5 kali o 41 - 50 kali
Tahun o 5 – 10 kali o > 50 kali
41-50 Tahun o 11 – 20 kali o Lainnya
____________
4. Pendidikan terakhir : o 21 – 30 kali
o SD o SMA o Pergurua o 31 – 40 kali
n Tinggi

o SMP o Akade o Tidak


misi sekolah
32

3. Motivasi Anda untuk mengikuti 7. Dari mana asal burung yang Anda
kegiatan kontes burung? dapatkan untuk diikutkan pada
o Hobi o Ekonomi kegiatankontes burung?
o Hasil penangkaran sendiri
4. Berapa ekor burung yang Anda ikutkan o Beli
dalam sekali kegiatan kontes? - Online (Rp)__________
- Transaksi langsung
o 1-2 Ekor
(Rp)___________
o 3-4 Ekor
o Hadiah
o Lainnya __________
o Lainnya______________
5. Jenis burung apa saja yang pernah
8. Dari mana Anda mendapatkan
Anda ikutkan dalam kontes burung?
informasi tentang kontes burung
o Anis merah o Toet/ bentet
kicau?
kelabu
o Anis kembang o Kenari o Teman o Internet
o Cucakrawa o Ciblek/ o Orangtua o Lainnya_______
perenjak jawa o Keluarga
o Cucak ijo o Cucak jenggot
o Kacer o Tledekan/ 9. Apakah keuntungan yang didapatkan
sikatan cacing dari kegiatan kontes burung kicau?
o Love bird o Kacamata
biasa
o Murai batu o Lainnya_____
10. Bagaimana upaya Anda dalam
Alasan:
merawat burung untuk diikutkan
kontes?
6. Jenis burung apa saja yang saat ini
Anda ikutkan dalam kontes burung?
11. Menurut Anda, Apakah jenis-jenis
o Anis merah o Toet/bentet
kelabu yang diikutkan kontes termasuk
o Anis kembang o Kenari burung yang dilindungi/tidak
o Cucakrawa o Ciblek/perenja dilindungi?
k jawa
o Cucak ijo o Cucak jenggot
o Kacer o Tledekan/sikata
n cacing
12. Apakah Anda punya rencana/sudah
o Love bird o Kacamata biasa
o Murai batu o Lainnya______ melakukan upaya dalam pelestarian
Alasan: burung?

13. Apa saran Anda untuk penyelenggara


kegiatan kontes burung kicau?
33

Lampiran 3 Kuesioner penelitian untuk non-peserta kontes burung kicau

KUESIONER
KARAKTERISTIK KONTES BURUNG KICAU
DI WILAYAH JABODETABEK

Kuesioner ini diberikan sebagai bahan penelitian dalam penyusunan skripsi program sarjana
yang dilakukan oleh:

Nama/NIM : Tia Angguni/E34140053


Departemen/Fakultas : Konservasi Sumberdaya Hutan dan
Ekowisata/Kehutanan
Universitas : Institut Pertanian Bogor

Saya memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk berpartisipasi dalam mengisi


daftar kuesioner ini secara lengkap dan benar agar informasi yang disajikan dapat
dipertanggungjawabkan dan tercapai hasil yang diinginkan.Semua informasi yang diterima
sebagai hasil pengisian kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan
akademis semata.Atas bantuan Bapak/Ibu/Saudara/I saya ucapkan terima kasih.

A. Karakter responden 5. Pekerjaan :


1. Nama : B. Pertanyaan
1. Apakah Anda mengetahui adanya
2. Jenis Kelamin : kegiatan kontes burung kicau di sekitar
o Laki-Laki o Perempuan Anda?
o Ya o Tidak
3. Kelas Umur :
o < 10 o 51-60 Tahun 2. Apa Motivasi Anda untuk
Tahun menontonkontes burung? Bagaimana
o 10-20 o 61-70 Tahun pendapat Anda?
Tahun
o 21-30 o 71-80 Tahun
3. Apa saja yang Anda ketahui tentang
Tahun
o 31-40 o > 80 Tahun kegiatan kontes burung?
Tahun o Melombakan suara burung
41-50 Tahun o Melombakan keindahan burung
o Lainnya __________
4. Pendidikan terakhir :
o SD o SMA o Pergurua
n Tinggi

o SMP o Akade o Tidak


misi sekolah
34

4. Darimana Anda mengetahui informasi


tentang adanya kegiatan kontes burung
kicau?
o Teman o Media sosial,
_________
o Keluarga o Poster/Pamflet
o Brosur o Lainnya_______
________

5. Apa saran dari Anda untuk


penyelenggara kegiatan kontes burung
kicau?
35

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang tanggal 8 Oktober 1996 dari pasangan Bapak Sarmadi
dan Ibu Juwariyah dan merupakan anak semata wayang. Pendidikan formal penulis dimulai
dari TK Al-Anshor (2000-2002), SD Sunan Bonang (2002-2008), SMP Al-Fityan Tangerang
(2008-2011), dan SMAN 23 Kabupaten Tangerang (2011-2014). Penulis melanjutkan studi di
perguruan tinggi negeri yaitu Institut Pertanian Bogor (2014-2018) melalui Jalur Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2014 sebagai mahasiswi di
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB.
Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif mengikuti organisasi
kemahasiswaan meliputi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan
(BEM FAHUTAN) dan Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
(HIMAKOVA) pada tahun 2016/2017. Penulis mengikuti Praktek Umum Kehutanan pada
tahun 2016 di Suaka Margasatwa Cikepuh, Taman Wisata Alam Situ Gunung, dan Hutan
Pendidikan Gunung Walat. Penulis mengikuti Praktek Kerja Lapang Profesi pada tahun 2017
di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur.
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas
Kehutanan IPB, penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Karakteristik Kontes Burung
Kicau di Wilayah Jabodetabek” yang dibimbing oleh Dr Ir Yeni Aryati Mulyani, MSc dan
Prof Dr Ir Ani Mardiastuti, MSc.

Anda mungkin juga menyukai