Anda di halaman 1dari 29

KONSEP DASAR LAHAN BASAH

Dwi Septiawati, S.KM, M.KM @2021


Outline

1. Pengertian Lahan Basah (LB)


2. Faktor-faktor yg berpengaruh dalam
ekosistem LB
3. Bidang kajian sumber daya & pengelolaan
LB di Indonesia
4. Peluang, kendala, dan tantangan dalam
kajian LB
Definisi Lahan Basah Menurut Ramsar

LB adalah wilayah-wilayah rawa, daratan rendah,


gambut atau air, baik alami atau buatan, permanen
atau temporer, dengan air tenang atau mengalir,
tawar, payau atau asin, termasuk area laut dengan
kedalaman air yg tidak melebihi enam meter pada saat
air surut

Catatan:
Konvensi Ramsar, Indonesia meratifikasi sejak 1991
Definisi teknis
• Lahan basah digolongkan baik ke dalam bioma
maupun ekosistem.

• Lahan basah dibedakan dari perairan dan juga dari


tata guna lahan lainnya berdasarkan tingginya muka
air dan juga tipe vegetasi yang tumbuh di atasnya.

• Lahan basah dicirikan oleh muka air tanah yang


relatif dangkal, dekat dengan permukaan tanah,
pada waktu yang cukup lama sepanjang tahun
untuk menumbuhkan hidrofita (tumbuhan yang khas
tumbuh di wilayah basah)
Definisi teknis
• Lahan basah juga kerap dideskripsi sebagai
ekotone yaitu wilayah peralihan antara daratan dan
perairan.

• Mitsch dan Gosselink, lahan basah terbentuk:


"...at the interface between truly terrestrial ecosystems
and aquatic systems, making them inherently
different from each other, yet highly dependent on
both."
Lahan basah atau wetland adalah
wilayah-wilayah di mana tanahnya jenuh
dengan air, baik bersifat permanen
(menetap) atau musiman.
Panduan Inventarisasi Lahan Basah ASIA Versi 1.0
(Indonesia) The Asian Wetlands Inventory (AWI)

Lingkup Lahan Basah: habitat alami dan buatan :


1. Daerah inter-tidal dan muara, seperti danau,
pesisir, batu karang yang berada di daerah terbuka,
endapan lumpur dan pasir, danau air asin (di
daerah yang bersuhu rendah) dan hutan bakau (di
daerah tropis dan sub-tropis);
2. Sungai dan rawa yang terbentuk dari genangan
banjir, anak sungai dan danau;
3. Danau air tawar baik yg temporer/permanen
4. Hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar, serta
5. Gambut dan lumpur

Sumber : Scott 1989; Watkins & Parish 1999


Lahan Rawa
Lahan rawa adalah lahan yg sepanjang tahun, atau
selama waktu yg panjang dlm setahun, selalu jenuh
air (saturated) atau tergenang (waterlogged) air
dangkal.
Dalam pustaka, lahan rawa sering disebut dengan
berbagai istilah, al “swamp”, “marsh”, “bog” dan “fen”

Lebak Pasang Surut


Pertemuan Nasional Pasang Surut & Rawa di
Bogor 1992.
Rawa (swamps) dibedakan menjadi :
1.Rawa pantai (coastal marsh, saltwater marsh),
2.Rawa pasang surut (tidal swamps, back swamps)
3.Rawa lebak (inland marsh, fresh water marsh)
Bog
“Bog” adalah rawa yang tergenang air dangkal,
dimana permukaan tanahnya tertutup lapisan
vegetasi yang melapuk, khususnya lumut
spaghnum sebagai vegetasi dominan, yang
menghasilkan lapisan gambut (bereaksi) masam.

Peat
“Peat/gambut” adalah histosol, lahan rawa yang
mempunyai ketebalan lapisan gambut > 50 cm
dgn kadar bahan organik >20% (12% C-organik),
tergantung pada kadar liatnya
Fen

“Fen” adalah rawa yang tanahnya jenuh


air, ditumbuhi rumputan rawa sejenis
“reeds”, “sedges”, dan “rushes”, tetapi air
tanahnya ber-reaksi alkalis, biasanya
mengandung kapur (CaCO3), atau netral.

Umumnya membentuk lapisan gambut


subur yang ber-reaksi netral, yang
disebut “laagveen” atau “lowmoor”.
Faktor2 yang Berpengaruh
pada Ekosistem Lahan Basah
Zonasi

Tipologi Lahan Basah –Sub


Optimal:

 Lahan Rawa Pantai


 Lahan Rawa Pasang Surut
 Lahan Rawa Lebak
Gambar . Penampang skematis zonasi wilayah rawa
dari pantai lepas yang memiliki beting pasir pantai
(coastal dunes) sampai rawa pedalaman
Tipologi

Tipe Rawa Lebak


• L. dangkal  tinggi
genangan < 50 cm
dan lama < 3 bulan
• L. tengahan  tinggi
genangan 50-100 cm
dan lama 3-6 bulan
 L. dalam  lahan
yang tinggi genangan
> 200 cm dan lama >
6 bulan
 L. sangat dalam 
lahan yang genangan
> 200 cm dan lama >>
6 bulan
Bidang Kajian SD Lahan
Basah & Pengelolaannya di
Indonesia
Dimensi Utama Kajian Lahan Basah

1. Dimensi Sosial (People)


– Menjamin akses yang sama pada sumber daya LB dan pelayanan
lahan basah melalui kebijakan dan kerangka hukum yang tegas pada
semua tingkatan.
– Membangun daya tahan masyarakat dalam menghadapi bencana
terkait lahan rawa baik melalui pendekatan keras dan halus.
2. Dimensi Lingkungan & Kesehatan (Planet)
– Mengelola keberlanjutan LB sebagai bagian dari ekonomi hijau
– Memulihkan pelayanan ekosistem dalam wilayah daerah aliran
sungai untuk meningkatkan fungsi budidaya dan lindung
– Menekan dan mengatasi virulensi dan kualitas air yang rendah
3. Dimensi Ekonomi (Profit)
– Meningkatnya produktivitas lahan basah dan konservasi dalam
semua sektor penggunaannya
– Berbagi manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam mengelola
ekosistem lahan basah secara komprehensif
19
Dimensi Utama (lanjutan)

4. Dimensi Hukum & Regulasi (Law)


– Menjamin kepastian hukum dalam pemanfaatan dan pengelolaan
melalui kebijakan (regulasi) dan kerangka hukum.
– Memperkuat kelembagaan dan partisipasi masyarakat dalam
menghadapi bencana di lahan basah seperti kebakaran lahan, banjir
dan sebagainya.
5. Dimensi Budaya dan Kearifan Lokal (Local wisdom)
– Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat dalam
pengelolaan yang mumpuni
– Memperkaya cara-cara pengelolaan penggunaan dan konservasi
dengan sumber daya LB dengan memperhatikan budaya dan
kearifan lokal masyarakat setempat
– Meningkatkan partisipasi dalam pengelolaan dan konservasi LB
melalui pembinaan dan penguatan kelembagaan masyarakat (LSM).

20
Sumber: Rauf, Abdul
Peluang, Kendala & Tantangan
dalam Kajian LB
1. Potensi LB di Indonesia sangat luas : 35-50
juta ha, dimanfaatkan baru sekitar 13-15 juta

 Tersebar di 18 provinsi - 300 kota/kabupaten


 Landscape dalam hamparan yang luas
 Sebagian sudah ditata-ruang dlm skim-skim
/unit pengelolaan
 Lumbung pangan & energi masa depan
FUNGSI

1. Lahan Basah Pemasok Air Bersih  ground water


(recharge & discharge)
2. Lahan Basah Menyaring Air dari Limbah
Berbahaya (penambat toksikan)
3. Lahan Basah Sumber Pakan Manusia
4. Lahan Basah Pusat Keanekaragaman Hayati
5. Lahan Basah Peredam Bencana Alam (kebakaran,
abrasi, banjir)
6. Lahan Basah Memerangi Perubahan Iklim
(gambut) sequestering carbon
7. Lahan Basah Sumber Mata Pencarian
8. Pengembangan ilmu  paleoenvironment
2. Mempunyai beberapa keunggulan biofisik,
sosial dan budaya
 Topografi hampir datar sehingga biaya
pembukaan/reklamasi/pengelolaan relatif murah
 Masyarakat sudah memahami kondisi LB
bahkan memiliki kearifan lokal

 Sejarah panjang model dan


pendekatan dalam
pengembangan LB menjadi
lesson learn (pembelajaran).
3. Kendala bahwa infrastruktur (sapras) belum
sepenuhnya tersedia dan mendukung untuk
meningkatkan hasil kinerja

4. Sumber daya manusia di lahan basah


masih rendah baik jumlah/kualitas :
pendidikan, sikap-mental dan

5. Tekanan dunia internasional tentang


pengelolaan lahan yang baik (GAP) dan isu
ramah lingkungan
6. Kesehatan & Lingkungan

Breeding place
Resting place
Optimum weather for some vector
Water borne disease
Access to safe drinking water and basic
sanitation (drainase, SPAL, Jamban)
Fire disaster
Flood disaster
As long as the wetland looks pretty and also
attracts ducks from time to time, it is regarded
as a complete success
REFERENSI
1. Wetlands, 2nd- Eds
William J. Mitch &
James G. Gosselink, 1993

2. Lahan Basah Buatan


Indonesia, Puspita dkk
Wetlands Int. Prog Indo.
Bogor, 2005.

3. Wetland Ecology, Van


Nostrand Reindhold, 2008

Anda mungkin juga menyukai