FISSILMI KAFFAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Kriteria Vigor
pada Benih Kangkung (Ipomoea aquatica var. reptans) melalui Uji Tetrazolium
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Fissilmi Kaffah
NIM A24120165
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
iv
ABSTRAK
ABSTRACT
FISSILMI KAFFAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2015 sampai Februari
2016 ini ialah evaluasi kriteria vigor, dengan judul Evaluasi Kriteria Vigor pada
Benih Kangkung (Ipomoea aquatica var. reptans) melalui Uji Tetrazolium.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Eny Widajati, M.S. selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan saran dan bimbingan selama kegiatan
penyusunan skripsi. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. M.
Rahmad Suhartanto, M.Si dan Juang Gema Kartika, S.P., M.Si sebagai dosen
penguji ujian sidang tugas akhir yang telah banyak memberi saran terhadap karya
ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik, serta
teman-teman, atas dukungan moril maupun materi, doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Fissilmi Kaffah
xii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Kangkung 2
Viabilitas 2
Vigor 2
Uji Tetrazolium 3
METODE 4
Tempat dan Waktu Penelitian 4
Bahan dan Alat 4
Rancangan Percobaan 4
Prosedur Percobaan 5
Pengamatan 6
Analisis Data 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
PengujianTetrazolium 8
Evaluasi Kriteria Vigor melalui Pola Pewarnaan Tetrazolium 14
KESIMPULAN DAN SARAN 16
Kesimpulan 16
Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 21
RIWAYAT HIDUP 22
xiii
DAFTAR TABEL
1 Rata-rata hasil pengujian fisiologis pada beberapa tingkat viabilitas 8
2 Penentuan lama inkubasi terhadap hasil pewarnaan 10
3 Rata-rata hasil pengujian tetrazolium pada beberapa tingkat viabilitas 11
4 Pola pewarnaan tetrazolium benih kangkung dengan kriteria normal
kuat 12
5 Pola pewarnaan tetrazolium benih kangkung dengan kriteria normal 12
6 Pola pewarnaan tetrazolium benih kangkung dengan kriteria abnormal 13
7 Pola pewarnaan tetrazolium benih kangkung dengan kriteria mati 13
8 Nilai koefisien korelasi, persamaan regresi antara pengujian
tetrazolium dan pengujian fisiologis 15
9 Nilai koefisien korelasi, persamaan regresi antara pengujian
tetrazolium kriteria normal kuat dan pengujian fisiologis 16
DAFTAR GAMBAR
1 Reaksi kimia larutan tetrazolium menjadi formazan 3
2 Perlakuan pendahuluan sebelum proses pewarnaan 6
3 Struktur embrio benih kangkung 9
DAFTAR LAMPIRAN
1 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh lot benih terhadap pengujian
fisiologis 21
2 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh lot benih terhadap pengujian
tetrazolium 21
xiv
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Kangkung
Viabilitas
Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat diindikasi oeh
pertumbuhannya ataupun gejala metabolismenya, mencakup viabilitas total,
potensial, dormansi, dan vigor (Sadjad et al., 1999). Viabilitas suatu populasi
benih biasanya dinyatakan sebagai persentase dari individu yang berkecambah
saat diuji atau persentase individu yang pewarnaanya baik pada alternatif uji
viabilitas seperti uji tetrazolium (Probert dan Linnington, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan
dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat
genetik, daya tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor
eksternal antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang
simpan (Copeland dan Donald, 2001).
Vigor
Vigor adalah kemampuan benih atau bibit untuk tumbuh menjadi tanaman
normal yang berproduksi normal dalam keadaan yang suboptimum, dan di atas
normal dalam keadaan yang optimum atau mampu disimpan dalam kondisi
3
simpan yang suboptimum dan tahan disimpan lama dalam kondisi optimum
(Sadjad, 1993).
Vigor benih dibagi menjadi dua yaitu : Vigor Kekuatan Tumbuh benih yang
mencerminkan vigor benih bila ditanam di lapang, dan Vigor Daya Simpan yang
mencerminkan kemampuan benih untuk berapa lama benih dapat disimpan. Tolok
ukur vigor kekuatan tumbuh ialah kecepatan tumbuh benih yang mencerminkan
vigor individual benih dikaitkan dengan waktu, dan keserempakan tumbuh benih
yang menunjukkan vigor suatu lot benih (Widajati et al., 2013).
Uji Tetrazolium
Menurut Sadjad et al. (1999), reaksi tetrazolium (TZ) adalah contoh konkrit
proses biokimia aktivitas metabolisme benih dengan terjadinya endapan formazan
pada sel-sel hidup yang berwarna lain dari yang mati. Menurut Kuswanto (1997),
jika benih mengimbibisi larutan 2,3,5-triphenyl tetrazolium chloride maka terjadi
proses reduksi pada jaringan hidup. Adanya proses dari enzim dehidrogenase
menyebabkan larutan 2,3,5-triphenyl tetrazolium chloride atau bromide akan
berwarna merah sehingga jaringan yang hidup berwarna merah stabil dan
merupakan substan yang tidak terlarut. Jaringan yang hidup berwarna merah dan
yang mati tidak berwarna.
Menurut Copeland dan Donald (2001), uji tetrazolium dapat membedakan
antara jaringan embrio yang viabel dan mati berdasarkan laju respirasi relatif
dalam keadaan terhidrasi meskipun banyak enzim yang aktif selama respirasi. Uji
ini memanfaatkan aktivitas enzim dehidrogenase yang bereaksi dengan substrat
dan melepaskan ion hidrogen. Larutan garam tetrazolium yang tidak berwarna,
berubah menjadi formazan berwarna merah karena direduksi oleh ion hidrogen
(Gambar 1).
2,3,5-triphenyl formazan
tetrazolium chloride
sedangkan benih yang mempunyai pola pewarnaan merah, merah muda sampai
putih serta kotiledon maksimal mempunyai pola pewarnaan 40% merah atau
minimal 15% putih digolongkan benih non viabel. Dina et al. (2007) memaparkan
dalam penelitiannya pada benih kedelai bahwa pewarnaan seluruh bagian benih
berwarna merah atau bergradasi merah muda-merah dengan ujung poros embrio
merah atau merah tua, menunjukkan benih viable, sedangkan pola yang lebih
spesifik yaitu pewarnaan pada kotiledon terbentuk merata dan poros embrio
berwarna merah dengan atau tanpa merah tua di ujung radikula dikategorikan
sebagai pola vigor. Pola pewarnaan viable dan vigor dapat digunakan untuk
mengestimasi pertumbuhan tanaman namun pola vigor dapat mengestimasi lebih
baik.
METODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan dalam peneltian ini adalah empat lot benih kangkung
varietas Sutera berdasarkan uji DB V1=77,3%, V2=74,7%, V3=70,7%, dan V4=
68,7%, garam 2,3,5-triphenyl tetrazolium chloride, garam KH2PO4, garam
Na2HPO4, aquades, aluminium foil, silika gel, wadah plastik bening, kertas
merang, amplop, dan plastik. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat
pengepres kertas IPB 75-1, alat pengecambah benih IPB 72-1, inkubator,
desikator, oven, alat penjepit, timbangan analitik, mikroskop cahaya, gelas ukur,
pinset, pH meter, gelas kaca yang dilapisi kertas aluminium foil (warna gelap dan
tidak tembus cahaya).
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu
Rancangan Kelompok Lengkap Teracak satu faktor yaitu tingkat viabilitas benih.
Setiap taraf perlakuan diulang sebanyak tiga ulangan. Sehingga percobaan ini
terdiri dari 12 satuan percobaan. Model umum rancangan percobaan ini adalah
(Gomez dan Gomez, 1995) :
Yij = µ + αi + βj + єij
µ : rataan umum
αi : pengaruh dari tingkat viabilitas benih ke-i
βj : pengaruh ulangan ke-j
єij : pengaruh galat percobaan perlakuan tingkat viabilitas ke-i dan ulangan ke-j
Prosedur Percobaan
Pengujian Fisiologis
Pengujian fisiologis meliputi daya berkecambah, potensi tumbuh
maksimum, berat kering kecambah normal, kecepatan tumbuh, dan indeks vigor
dilaksanakan dengan menggunakan metode UKDdp. Kertas buram disiapkan dan
dilembabkan terlebih dahulu dengan akuades. Kertas buram tersebut dipress
dengan alat pengepres kertas IPB 75-1. Benih ditanam di atas 3 media kertas
buram yang bawahnya telah dilapisi plastik lalu ditutup dengan 2 lembar kertas
buram, digulung, dan diberi label. Gulungan kertas buram diletakkan dengan cara
didirikan dalam alat pengecambah benih tipe IPB 72-1. Pengujian ini
menggunakan 100 butir per satuan percobaan untuk masing-masing tolok ukur.
Uji Tetrazolium
Tahap pertama pengujian tetrazolium yaitu benih direndam dengan aquades
selama 24 jam. Kulit benih dikupas seluruhnya dan selaput pelindung embrio
dibuka sebagian untuk mempercepat masuknya larutan tetrazolium (Gambar 2).
Benih direndam dalam larutan tetrazolium lalu diinkubasi pada suhu 40 oC selama
kurang lebih 7 jam.
Lama inkubasi dalam penelitian ini berdasarkan percobaan pendahuluan
yang pengamatannnya dilakukan setiap jam sampai seluruh bagian benih
berwarna merah cerah. Jumlah benih yang digunakan dalam pengujian ini yaitu
100 butir per satuan percobaan.
Radikula
Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan adalah:
1. Daya Berkecambah (DB)
Pengamatan ini dilakukan dua kali pengamatan yaitu pada (5 x 24) jam
dan (7 x 24) jam setelah tanam. Persentase kecambah normal dihitung
dengan rumus:
∑k m no m l p n m n n
DB = x 100 %
∑ ni n i n m
Keterangan :
N : persentase kecambah normal (%)
t : waktu pengamatan dalam etmal
5. Indeks Vigor
Pengukuran indeks vigor dilakukan pada saat hari ke-5 dengan rumus
sebagai berikut:
Indeks Vigor =
Analisis Data
Analisis data untuk menguji tingkat viabilitas antara lot benih menggunakan
analisis sidik ragam (Uji F). Jika analisis sidik ragam berbeda nyata maka
dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncans Multiple Range Test
(DMRT) dengan taraf 5%. Data hasil uji tetrazolium dan hasil pengujian
fisiologis dianalisis menggunakan analisis regresi dan korelasi untuk menduga
seberapa erat hubungan kedua hasil uji tersebut. Data diolah menggunakan
software pengolahan data. Berikut persamaan regresi sederhana (Walpole, 1992) :
ŷ = a + bx
Keterangan :
ŷ : nilai vigor yang diduga
a : intersep/perpotongan dengan sumbu tegak
b : koefisien regresi atau gradien
x : nilai vigor yang diukur dengan tetrazolium
8
r=b
Lot benih tidak berpengaruh nyata terhadap hasil pengujian fisiologis pada
f α = 5% (Lampiran 1). Hasil pengamatan secara fisiologis dapat dilihat pada
Tabel 1. Hal tersebut terjadi karena perbedaan nilai tolok ukur fisiologis antar
lotnya sedikit. Berdasarkan data tersebut dapat diduga bahwa benih memiliki daya
simpan yang baik karena persentase DB lot benih saat disimpan pada kondisi
suboptimum (V4) tidak berbeda nyata dengan lot benih yang disimpan pada
kondisi optimum (V1, V2, dan V3). Menurut Sadjad et al. (1999), benih yang
memiliki vigor daya simpan tinggi mampu disimpan untuk periode simpan yang
normal dalam keadaan suboptimum dan lebih panjang daya simpannya apabila
ruangan simpan dalam keadaan optimum.
Pengujian Tetrazolium
Struktur benih kangkung meliputi testa, kotiledon dan radikula. Kulit benih
kangkung memiliki tekstur yang keras dan bersifat impermeabel sehingga kulit
benih perlu dikupas seluruhnya saat pengujian tetrazolium. Warna kulit benih
bervariasi dari coklat kehitaman hingga coklat muda atau kekuningan. Benih
9
Kotiledon
Radikula
Jumlah benih viabel pada penelitian ini tidak sama dengan jumlah
kecambah normal. Hal ini disebabkan karena adanya benih keras pada pengujian
tetrazolium dan infeksi patogen (cendawan) saat pengujian fisiologis. Serangan
cendawan menyebabkan kecambah mengalami pembusukan pada kotiledon, akar,
dan hipokotil. Cendawan juga menyebabkan benih membusuk sehingga tidak
mampu berkecambah. Menurut ISTA (2014), tidak akan ada perbedaan yang
signifikan antara jumlah benih viabel dengan persentase kecambah normal bila
benih tidak dorman, benih tidak keras, benih telah diberi perlakuan untuk
mematahkan dormansi, benih tidak terinfeksi patogen atau telah disinfeksi, dan
dikecambahkan pada kondisi optimum.
Tabel 4. Pola pewarnaan tetrazolium benih kangkung dengan kriteria normal kuat
Pola pewarnaan Kriteria
regresi BKKN dengan nilai koefisien regresi (b) sebesar 0,0058. Koefisien regresi
tersebut bertanda positif mengindikasikan bahwa semakin banyak jumlah
kecambah normal pada pengujian fisiologis maka semakin banyak pula pola
pewarnaan normal pada pengujian tetrazolium. Berdasarkan nilai koefisien
korelasi dan p-value, BKKN memiliki hubungan yang erat dan nyata dengan
pengujian tetrazolium yaitu sebesar 0,7. PTM, DB, dan KCT belum memiliki
korelasi yang erat dan nyata dalam penelitian ini. Hal ini terlihat dari p-value >
0,05. Hasil Eviliani (2016) menunjukkan nilai koefisien korelasi BKKN dan DB
memiliki hubungan yang erat dengan pengujian tetrazolium pada benih cabai
(Capsicum annum).
Koefisien korelasi pada KCT dan BKKN memiliki hubungan yang sangat
erat dan sangat nyata dengan nilai sebesar 0,9 dan 0,8 (Tabel 9), sedangkan DB
dan IV belum memiliki korelasi yang erat dan nyata dalam penelitian ini.
Koefisien korelasi yang tinggi pada KCT menunjukkan bahwa pola normal kuat
bisa digunakan untuk kriteria vigor. Hal ini sesuai dengan Leist (2004)
menyatakan bahwa benih dikotil bervigor tinggi memiliki ciri-ciri yaitu seluruh
bagian kotiledon terwarnai merah cerah dan merata. Warna merah terbentuk
karena larutan tetrazolium bereaksi dengan hasil respirasi pada benih. Menurut
Rahmayani (2015) pada penelitian benih koro pedang (Canavalia ensiformis)
menyatakan bahwa nilai koefisien korelasi sangat nyata antara laju respirasi
dengan KCT, nyata antara laju respirasi dengan DB, dan tidak nyata antara laju
respirasi dengan PTM, IV, serta KST.
16
Kesimpulan
Keempat lot benih yang digunakan pada penelitian ini memiliki nilai yang
sama berdasarkan hasil pengujian fisiologis dan tetrazolium. Pola pewarnaan
kelompok normal memiliki nilai koefisien korelasi yang erat dan nyata dengan
berat kering kecambah normal dengan nilai sebesar 0,7. Pola pewarnaan
tetrazolium kelompok normal kuat memiliki korelasi yang sangat erat dan sangat
nyata dengan kecepatan tumbuh dan berat kering kecambah normal dengan nilai
sebesar 0,9 dan 0,8. Hasil penelitian menunjukkan kriteria normal kuat dapat
digunakan untuk indikasi vigor benih. Hasil uji viabilitas dengan uji tetrazolium
menunjukkan hasil yang sama dengan uji fisiologis.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Sadjad S. 1972. Kertas merang untuk uji viabilitas benih di Indonesia. Disertasi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sadjad S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. PT. Gramedia Widiasarana, Jakarta.
Sadjad S. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Grasindo, Jakarta.
Sadjad S., Murniati E. dan Ilyas S. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih dari
Komparatif ke Simulatif. Herfan D., editor. Grasindo, Jakarta.
Sadjad S., Suseno H., Harjadi S.S., Sutakaria J., Sugiharso dan Sudarsono. 1975.
Dasar-Dasar Teknologi Benih. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Subantoro R. dan Prabowo R. 2013. Pengkajian viabilitas benih dengan
tetrazolium test pada jagung dan kedelai. J. Ilmu Ilmu Pertanian 9(2):1-8.
Walpole R.E. 1992. Pengantar Statistika Edisi ke-3. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Westphal E. 1994. Ipomoea aquatica Forsskal. In: Siemonsma J.S. dan Piluek K.,
(Eds). Plant Resources of South-East Asia No. 8 Vegetables. Pudoc-DLO,
Wageningen.
Widajati E., Muniarti E., Palupi E. R., Kartika T., Suhartanto M. R., Qadir A.
2013. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. IPB Press, Bogor.
19
LAMPIRAN
20
21
.
Lampiran 2. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh lot benih terhadap pengujian
tetrazolium
Kriteria P-value
Normal kuat 1,000tn
Normal 0,963tn
Abnormal 0,827tn
Mati 0,952tn
Benih hidup 0,907tn
Keterangan: n= i k p n u n p f α=5%.
22
RIWAYAT HIDUP