Anda di halaman 1dari 63

PERBANDINGAN LAND RENT DAN KELAYAKAN USAHA

PERTANIAN MONOKULTUR DAN PERTANIAN TERPADU


JERUK-SAPI
(Studi Kasus Perkebunan Panda Farm Kecamatan Baturaden, Kabupaten
Banyumas)

MUHAMMAD ALWAN AL-AKBAR

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perbandingan Land Rent
dan Kelayakan Usaha Pertanian Monokultur dan Pertanian Terpadu Jeruk-Sapi
(Studi Kasus Perkebunan Panda Farm Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas
Provinsi Jawa Tengah) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, April 2019

Muhammad Alwan Al-Akbar


NIM A14140095
ABSTRAK

MUHAMMAD ALWAN AL-AKBAR. Perbandingan Land Rent dan Kelayakan


Usaha Pertanian Monokultur dan Pertanian Terpadu Jeruk-Sapi (Studi Kasus
Perkebunan Panda Farm Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas Provinsi
Jawa Tengah). Dibimbing oleh ERNAN RUSTIADI dan SETYARDI PRATIKA
MULYA.

Kegiatan usaha pertanian berkaitan erat dengan nilai land rent. Tingginya
nilai land rent menunjukkan bahwa usaha pertanian yang dijalankan
menguntungkan dari aspek ekonomi lahannya. Salah satu upaya untuk
meningkatkan keuntungan usaha pertanian adalah dengan menerapkan sistem
pertanian terpadu. Panda Farm merupakan salah satu badan usaha pertanian yang
menerapkan konsep pertanian terpadu berupa integrasi jeruk lemon dengan
penggemukan sapi yang dimulai sejak 2016 (tahun ke-3). Penelitian ini bertujuan
menganalisis land rent usaha pertanian monokultur jeruk lemon dan usaha
penggemukan sapi serta membandingkan land rent usaha pertanian monokultur
jeruk lemon dan penggemukan sapi dengan land rent usaha pertanian terpadu
(jeruk-sapi). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah perhitungan nilai
land rent dan perhitungan kriteria kelayakan meliputi Net B/C, IRR dan Payback
Period untuk mengetahui kelayakan usaha pertanian yang dijalankan. Hasil
penelitian menunjukkan nilai land rent jeruk lemon sebesar Rp 14.745,- m2/tahun,
land rent penggemukan sapi sebesar Rp 9.202,- m2/tahun dan land rent usaha
pertanian terpadu (jeruk-sapi) sebesar Rp 15.148,- m2/tahun. Nilai rasio land rent
terpadu (jeruk-sapi) memiliki nilai manfaat 1,027 lebih tinggi dibandingkan dengan
usaha pertanian jeruk lemon dan 1,65 nilai manfaat lebih tinggi dibandingkan
dengan usaha penggemukan sapi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pertanian
terpadu (jeruk-sapi) memiliki nilai land rent yang paling tinggi dengan nilai Net
B/C 2,2 , IRR 35,4% dan Payback Period 2 tahun 9 hari. Usaha pertanian terpadu
(jeruk-sapi) layak untuk dijalankan serta lebih menguntungkan dibandingkan
pertanian yang dilakukan dengan cara monokultur, hal ini dapat dilihat dari nilai
land rent yang paling tinggi.

Kata kunci: Land Rent, Sistem Pertanian Terpadu, Kriteria Kelayakan Usaha
ABSTRACT
MUHAMMAD ALWAN AL-AKBAR. Land Rent and Feasibility Comparison of
Cow-Lemon Monoculture and Integrated Farming (Case Study: Panda Farm,
Baturaden District, Banyumas Regency, Central Java Province). Supervised by
ERNAN RUSTIADI and SETYARDI PRATIKA MULYA.

Farming activities are closely related to the value of land rent. The high value
of land rent shows the farming business was benefecial from the land economic
aspects. One of the efforts to increase farming profit is by implementing an
integrated farming system. Panda Farm is an agricultural business entity that
implements the concept of integrated farming. Panda Farm is one of the agricultural
entity that applies the integrated farming in the form of integration of lemons with
cattle fattening which began in 2016 (third year). This study aims to analyze the
land rent of lemon trees and cattle fattening business and comparing land rents
between lemons and cattle fattening with lemon-cows integrated farming land rent.
This research was conducted using the calculation of the land rent value and the
feasibility analysis criterias (Net B/C, IRR and Payback Period) to determine the
feasibility of this agricultural business. The result shows that the value of land rent
of lemon was IDR 14,745 m2 / year, land for cattle fattening rents was IDR 9,202
m2 / year and land rent for integrated farming (lemon-cow) was IDR 15,148 m2 /
year. The value of the integrated land rent ratio (lemon-cow) has a benefit value
1.027 higher than the lemon and 1.65 the value of benefits is higher than cattle
fattening. The result indicates that integrated farming (orange-cattle) has the highest
land rent value with a Net B/C value of 2.2, an IRR of 35.4% and a Payback Period
in 2 years 9 days. Integrated farming (lemon-cow) is feasible to run and more
profitable compared to monoculture farming business, this can be seen from the
highest value of land rent.

Keywords: Land Rent, Intergrated Farming System, Business Feasibility Criteria


PERBANDINGAN LAND RENT DAN KELAYAKAN USAHA
PERTANIAN MONOKULTUR DAN PERTANIAN TERPADU
JERUK-SAPI
(Studi Kasus di Perkebunan Panda Farm Kecamatan Baturaden,
Kabupaten Banyumas)

MUHAMMAD ALWAN AL-AKBAR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
Judul Skripsi : Perbandingan Land Rent dan Kelayakan Usaha Pertanian
Monokultur dan Pertanian Terpadu Jeruk-Sapi (Studi Kasus
Perkebunan Panda Farm Kecamatan Baturaden Kabupaten
Banyumas)
Nama : Muhammad Alwan Al-Akbar
NIM : A14140095

Disetujui oleh

Dr Ir Ernan Rustiadi, MAgr Setyardi Pratika Mulya, SP,MSi


Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Baba Barus, MSc


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi
dengan judul “Perbandingan Land Rent dan Kelayakan Usaha Pertanian
Monokultur dan Pertanian Terpadu Jeruk-Sapi (Studi Kasus di Perkebunan Panda
Farm Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas)”. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi
Manajemen Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari dalam menyusun
dan menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga penelitian ini
dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait dan pembaca dalam menambah
wawasan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr Ernan Rustiadi, M.Agr sebagai Dosen Pembimbing I dan Setyardi Pratika
Mulya SP M.Si sebagai dosen pembimbing II atas ilmu, teladan, bimbingan,
motivasi saran, ide, dan kritik serta arahannya yang diberikan kepada penulis
selama penelitian dan penulisan skripsi.
2. Bapak Kartim dan Bapak Sugeng yang telah membantu penulis selama
penelitian berlangsung.
3. Bapak Yanuar Dimyati, Ibu Atik Hodikoh, Muhammad Hibban Al-Fattah, dan
Muhammad Fakhriza Al-Khalid, keluarga penulis yang selalu memberikan
dukungan moril dan psikis, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan
tingkat Strata 1 di Institut Pertanian Bogor
4. Deuis Andini Putri, Alfadrizki Vivananda, Tb M Risky, Fikri Nauval,
Mohammad Hisam, Bagus SN, Novi Fajriani, Inna Nur Dhika atas bantuannya
kepada penulis dalam menyelesaikan skirpsi ini.
5. Seluruh keluarga HMIT, MSL 51, Divisi Bangwil untuk kebersamaan, motivasi
dan dukungan serta doanya.
6. Seluruh dosen, karyawan, dan tenaga pendidik Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan IPB yang telah membantu penulis selama kegiatan
perkuliahan dan praktikum hingga pelaksanaan penelitian

Bogor, April 2019

Muhammad Alwan Al-Akbar


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
Land rent 3
Sistem Pertanian Terpadu 3
Jeruk Lemon 5
Usaha Penggemukan Sapi 5
Studi Kelayakan Usaha 7
METODE 7
Waktu dan Lokasi Penelitian 8
Teknik Pengumpulan Data 9
Jenis dan Sumber Data Penelitian 10
Bagan Alir Penelitian 11
Analisis Data 12
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 15
Letak Geografis dan Batas Administrasi
Profil Perkebunan Panda Farm 15
Iklim, Tanah dan Geomorfologi 16
Kependudukan 16
Kondisi Ekonomi Wilayah 17
HASIL DAN PEMBAHASAN 18
Profil Perkebunan Panda Farm 18
Analisis Land Rent dan Kelayakan Usaha Jeruk Lemon dan Penggemukan
Sapi 20
Analisis Usaha Pertanian terpadu (jeruk lemon-sapi) dan Perbandingannya
dengan Monokultur 24
SIMPULAN DAN SARAN 28
Simpulan 28
Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 29
LAMPIRAN 32
RIWAYAT HIDUP 38
DAFTAR TABEL
1 Jenis dan teknik analisis data serta output yang diharapkan 10
2 Luas wilayah menurut penggunaan lahan Desa Karangmangu 2017 16
3 Penggunaan pupuk setiap tahun 18
4 Jumlah penduduk Desa Karangmangu berdasarkan kelompok umur 19
5 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan 19
6 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Desa Karangmangu 20
7 Rata-rata pendapatan dan pengeluaran usahatani jeruk lemon 21
8 Nilai land rent dan kriteria kelayakan usaha jeruk lemon 21
9 Penjualan sapi pada tahun 2016 dan 2017 22
10 Rata-rata pendapatan dan pengeluaran usaha penggemukan sapi 23
11 Nilai land rent dan kriteria kelayakan usaha penggemukan sapi 23
12 Rincian biaya variabel usaha jeruk lemon 25
13 Perbandingan nilai land rent dan kriteria kelayakan pertanian
terpadu dan pertanian monokultur 27
14 Rasio land rent pertanian terpadu dengan pertanian monokultur 28

DAFTAR GAMBAR
1 Contoh penerapan sistem pertanian terpadu 4
2 Peta lokasi penelitian 9
3 Bagan alir penelitian 11
4 Pohon jeruk lemon 18
5 Denah perkebunan Panda Farm 19
6 Fasilitas yang ada di Panda Farm a). Rumah Pemilik, b).
Tempat Penyimpanan Pupuk, c). Tempat Penyimpanan Alat, d). Mes,
e). Tempat Penyortiran Buah 19
7 Jus jeruk lemon 21
8 Usaha penggemukan sapi 23
9 Diagram alir pemanfaatan kotoran sapi sebagai Biogas dan Bio-slurry 24
10 Biaya variabel pertanian terpadu dan pertanian monoultur 26
2

DAFTAR LAMPIRAN

11 Form pertanyaan parameter land rent 32


12 Cash flow usahatani jeruk lemon 37
13 Cash flow usahatani penggemukan sapi 38
14 Dokumentasi pada saat pengambilan data lapang 39
15 Produksi buah jeruk lemon tahun 2014-2017 40
16 Perhitungan land rent, Net B/C, IRR dan Payback Period jeruk lemon 41
17 Penghasilan tenaga kerja Panda Farm 42
18 Tambahan biaya usaha jeruk lemon 42
19 Produksi dan pendapatan jus lemon tahun 2017 43
20 Perhitungan land rent, Net B/C, IRR dan Payback Period penggemukan
Sapi 43
21 Perhitungan land rent, Net B/C, IRR dan Payback Period pertanian
Terpadu 44
4
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Nilai ekonomi sumberdaya lahan atau land rent dapat didefinisikan sebagai
suatu surplus pendapatan yang diperoleh atas penggunaan sebidang lahan yang
nilainya ditentukan oleh kemampuan lahan pada lokasi tertentu untuk menghasilkan
penerimaan dan menutupi biaya produksi (Rustiadi et al. 2011). Nilai land rent
sangat dipengaruhi oleh besarnya biaya input yang digunakan serta pendapatan
yang diterima dalam kegiatan usahatani. Tingginya nilai land rent menunjukkan
bahwa usahatani yang dijalankan menguntungkan dari aspek ekonomi lahannya
(Fahri 2016).
Salah satu usahatani yang dianggap memiliki land rent yang tinggi adalah
sistem pertanian terpadu. Sistem pertanian terpadu dapat dijadikan model suatu
usaha pertanian untuk mengurangi biaya input dan meningkatkan pendapatan dari
segi produktivitas lahan. Sistem pertanian terpadu (Integrated Farming System)
adalah perpaduan dari kegiatan pertanian, peternakan, dan perikanan dengan
menerapkan prinsip zero waste (Hayanto et al. 2002). Penerapan sistem pertanian
terpadu dalam segi ekonomi akan lebih menguntungkan karena dapat mengurangi
biaya input. Integrasi tanaman dan hewan ternak dapat menunjang ketersediaan
pakan dan pupuk kandang di lahan pertanian, sehingga biaya input akan berkurang
dan diharapkan adanya pemanfaatan lahan marginal di seluruh daerah dapat lebih
dioptimalkan (Archer et al. 2018). Pertanian terpadu dapat diusahakan baik oleh
individu petani maupun perusahaan.
Panda Farm merupakan salah satu badan usaha milik perseorangan yang
menjalankan pertanian terpadu antara jeruk lemon dengan penggemukkan sapi.
Panda Farm menerapkan pertanian terpadu sejak tahun 2016 yang sebelumnya
merupakan pertanian monokultur (jeruk lemon). Perusahaan ini merupakan salah
satu perkebunan jeruk lemon terbesar di Kabupaten Banyumas. Jeruk lemon
merupakan salah satu komoditas hortikultura buah-buahan yang berpotensi untuk
dikembangkan di wilayah ini. Lokasi Panda Farm terletak di dalam Kawasan
Agrowisata Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Kawasan Agrowisata Baturaden merupakan wilayah dataran tinggi yang
mendukung untuk pengembangan jeruk lemon. Hal ini didukung dengan kondisi
fisik wilayah, suhu, dan iklim yang sangat cocok bagi pertumbuhan tanaman jeruk
lemon. Selain itu, penggemukan sapi sangat sesuai untuk diusahakan di Kawasan
Agrowisata Baturaden karena selain iklimnya sesuai juga memiliki sumberdaya
hijauan yang cukup, sehingga mampu memenuhi kebutuhan pakan ternak. Integrasi
usaha buah jeruk lemon dengan penggemukan sapi akan memaksimalkan
pendapatan dan juga akan memotong biaya-biaya input seperti pupuk kandang dan
pakan hewan ternak sapi. Selain itu, sistem pertanian terpadu dilakukan untuk
meningkatkan produktivitas lahan dan memperbaiki kesuburan tanah dengan cara
pemberian bahan organik melalui limbah peternakan sapi. Pemanfaatan limbah
peternakan (kotoran sapi) merupakan salah satu cara yang sangat tepat untuk
mengatasi adanya permasalahan meningkatnya harga pupuk dan kelangkaan bahan
bakar minyak. Saat ini pemanfaatan kotoran sapi sebagai pupuk dan sumber energi
alternatif (biogas) sudah dilakukan badan usaha Panda Farm sejak tahun 2016.
2

Kendala utama pada sistem pertanian yang sering dihadapi yaitu kendala fisik
dan keuntungan suatu usaha. Kedua kendala tersebut memiliki faktor pembatas
dalam sistem produksi pertanian. Faktor keterbatasan fisik dapat diatasi dengan
berbagai kondisi buatan. Sementara itu pada sistem produksi pertanian yang
dibatasi luas areal dapat diatasi dengan sistem pertanian terpadu agar luas areal yang
digunakan dapat dimanfaatkan secara maksimal. Oleh karena itu, dalam kegiatan
pertanian terpadu penting diketahui nilai land rent-nya untuk dibandingkan dengan
usaha pertanian monokultur, sehingga dapat diperbandingkan keuntungan usaha
dari masing-masing sistem pertanian tersebut (monokultur dan terpadu).

Perumusan Masalah

Luas lahan pertanian di Indonesia dinilai masih terlalu sempit, termasuk di


Kabupaten Banyumas. Namun demikian, lahan pertanian di Kabupaten Banyumas
memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Efisiensi penggunaan lahan untuk
pertanian perlu ditingkatkan agar lahan yang ada dapat termanfaatkan dengan
maksimal. Salah satu langkah untuk meningkatkan efesiensi penggunaan lahan
adalah dengan teknik intensifikasi pertanian. Sistem pertanian terpadu merupakan
salah satu langkah dalam intensifikasi pertanian. Panda Farm merupakan salah satu
badan usaha milik perseorangan yang awalnya menjalankan pertanian monokultur
dan kemudian mengembangkan pertanian terpadu. Implementasi dari sistem
pertanian terpadu diharapkan mampu meningkatkan nilai land rent dan kelayakan
dari suatu usahatani tersebut. Oleh sebab itu, perlu adanya analisis perbandingan
nilai land rent dan kelayakan dari pertanian terpadu dan pertanian monokultur.
Berdasarkan uraian diatas maka diperoleh pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana nilai land rent dan kelayakan usahatani dari pertanian
monokultur jeruk lemon dan usaha penggemukan sapi?
2. Bagaimana nilai land rent dan kelayakan usahatani dari pertanian terpadu
(jeruk-sapi) serta perbandingan nilai land rent pertanian terpadu dengan
pertanian monokultur?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah disusun tujuan penelitian sebagai berikut:


1. Mengetahui nilai land rent dan kelayakan usaha monokultur jeruk lemon dan
usaha penggemukan sapi.
2. Mengetahui nilai land rent dan kelayakan usaha pertanian terpadu jeruk lemon-
sapi, dan perbandingan land rent usaha pertanian terpadu (jeruk lemon-sapi)
dengan usaha pertanian monokultur.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:


1. Memberikan informasi kepada badan usaha Panda Farm untuk melihat
kelayakan usaha sistem pertanian terpadu antara jeruk lemon dan penggemukkan
sapi yang sedang dijalankan, serta menjadi acuan pengembangan usaha bagi
perusahaan pada masa yang akan datang.
3

2. Memberikan informasi kepada pemerintah daerah agar berupaya dan


mendukung pengembangan potensi pertanian melalui sistem pertanian terpadu
di daerahnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Land Rent

Persaingan kebutuhan lahan untuk berbagai jenis penggunaan ditentukan oleh


nilai ekonomi sumberdaya lahan (land rent). Nilai ekonomi sumberdaya lahan atau
land rent dapat didefinisikan sebagai suatu surplus pendapatan yang diperoleh atas
penggunaan sebidang lahan yang nilainya ditentukan oleh kemampuan lahan pada
lokasi tertentu untuk menghasilkan penerimaan dan menutupi biaya produksi
(Rustiadi et al. 2011). Mekanisme penggunaan lahan pertanian dapat ditentukan
melalui asas-asas economic rent. Economic rent terbagi menjadi dua yaitu ricardian
rent dan location rent. Ricardian rent adalah nilai lahan yang dilihat dari nilai
intrinsik yang terkandung dalam sebidang lahan, seperti kesuburan dan
topografinya sehingga mempunyai keunggulan produktivitas lahan (Rustiadi et al.
2003). Location rent adalah nilai lahan yang disebabkan oleh perbedaan lokasional
dimana besarnya nilai tersebut dipengaruhi oleh jarak, dengan asumsi menurut teori
hubungan antara jarak, biaya produksi dan harga pasar (Sinclair 1967).

Economic Land Rent


Economic land rent secara operasional dapat dihitung atau diukur sebagai
pendapatan bersih usahatani yang diterima suatu bidang tiap meter persegi per
tahun akibat dilakukannya suatu kegiatan usahatani pada bidang lahan tersebut
(Pravitasari 2007). Pendapatan bersih usahatani berasal dari pendapatan kotor
petani dikurangi biaya. Biaya yang dimaksud dalam hal ini adalah biaya tunai
(explisit cost) dan biaya total yang terdiri dari explisit cost dan implisit cost (biaya
tidak tunai). Biaya tunai adalah biaya yang langsung dikeluarkan seperti biaya
produksi pertanian, sedangkan biaya tidak tunai adalah biaya yang dibayarkan
secara tidak langsung misalnya biaya tenaga kerja dalam keluarga. Secara umum
peninjauan biaya dapat dihitung dengan analisis: (1) Financial analysis yaitu yaitu
peninjauan biaya yang dilihat dari segi pengelola usaha dan (2) Economic analysis
yaitu biaya yang dilihat dari sudut pandang masyarakat secara keseluruhan
(Rustiadi et al. 2011).

Sistem Pertanian Terpadu

Sistem pertanian terpadu adalah sistem yang mengkombinasikan atau


mengintegrasikan berbagai spesies tanaman dan hewan dengan teknik penerapan
yang beraneka ragam untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai serta
menjaga lingkungan, meningkatkan produktivitas lahan dan meningkatkan
pendapatan usahatani (Sumarmi 2012). Konsep pertanian terpadu telah diterapkan
di Indonesia sejak petani mengenal pertanian. Sistem usahatani terpadu mulai
diperkenalkan pada tahun 1970-an yang didasarkan pada hasil-hasil penelitian dan
4

pengkajian, kemudian secara bertahap muncul istilah-istilah pola tanam, pola


usahatani (cropping system) sampai akhirnya muncul istilah sistem usahatani
(farming system), dan akhirnya muncul istilah sistem tanaman-ternak (crop-
livestock system) (Yuniarsih dan Nappu 2014).
Keterkaitan input-output atau pendapatan-pengeluaran antar komoditas,
keterkaitan antara kegiatan produksi dengan pra-pasca panen, kegiatan pertanian
dengan kegiatan manufaktur dan jasa merupakan ciri utama dari sistem pertanian
terpadu (Fatmona 2007). Usahatani terpadu harus mempertimbangkan aspek-aspek
keberlanjutan (sustainable), ramah lingkungan (environmentally tolerable), secara
sosial diterima masyarakat (socially acceptable), dan secara ekonomi layak untuk
dijalankan (economically feasible) (Mukhlis et al. 2014).

Sistem Pertanian Terpadu Tanaman-Ternak (SITT)


Sistem Pertanian Terpadu Tanaman Ternak (SITT) dikembangkan untuk
mengoptimalkan usaha agribisnis. Salah satu cara untuk mengoptimalkan usahatani
adalah efisiensi penggunaan input produksi sehingga dapat menekan biaya produksi
dan memberikan nilai tambah baik pada hasil usahatani maupun terhadap
produktivitas ternak (Kariyasa 2005). Pemanfaatan limbah ternak dapat dijadikan
sebagai pupuk organik untuk tanaman, sebaliknya pemanfaatan limbah tanaman
dapat dijadikan sebagai pakan ternak. Adanya pemanfaatan melalui limbah
tanaman dan ternak akan meminimalkan pengeluaran untuk biaya produksi
pertanian dan dapat memaksimalkan pendapatan petani, hal ini dapat meningkatkan
perekonomian wilayah serta menciptakan sistem pertanian yang berkelanjutan
(Handaka et al. 2009).

Sumber : http://pertanian.go.id/2015/10/penerapan-sistem-pertanian-terpadu
Gambar 1 Contoh penerapan sistem pertanian terpadu

Jeruk Lemon (Citrus limon)

Jeruk merupakan tanaman asli dari Benua Asia khususnya dari India sampai
Cina. Banyak spesies jeruk yang telah dibudidayakan di daerah Indonesia. Jeruk
mempunyai enam genus yaitu: 1) Citrus, 2) Microcitrus, 3) Fortunella, 4)
Poncirus, 5) Cymenia, dan 6) Eremocitrus, yang paling banyak dikenal adalah
citrus. Salah satunya adalah citrus limon atau jeruk lemon. Jenis jeruk lemon ini
berasal dari daerah Birma Bagian Utara dan Cina Selatan. Penyebaran jeruk lemon
di Indonesia berada di pulau Jawa dan telah dibudidayakan. Lemon dan produk
5

olahannya merupakan sumber senyawa fenolik (terutama flavonoid) serta senyawa


nutrisi dan non nutrisi (vitamin, mineral, serat makanan, minyak essensial, asam
organik, dan karotenoid) yang diperlukan untuk pertumbuhan dan fungsi sistem
fisiologis manusia (Indriani et al. 2015). Tanaman ini dibudidayakan terutama
untuk kandungan alkaloidnya, yang memiliki aktivitas antikanker dan antibakteri
yang berpotensi dalam mengekstrak dari berbagai bagian tanaman. (Hindi dan
Chabuck 2013).
Jeruk lemon cocok ditanam pada ketinggian antara 100 sampai 1000 m diatas
permukaan laut. Penanaman pada ketinggian lebih dari 1000 mdpl dapat
mempengaruhi rasa buah, misalnya rasa dari buah jeruk lemon terasa agak sedikit
asam. Tempat penanaman yang berbeda tentunya mempunyai karakteristik faktor
alam yang berbeda-beda sehingga dapat berpengaruh karakteristik buahnya
(Trisnawati 1992). Kisaran temperatur optimum untuk pertumbuhan dan produksi
jeruk lemon antara 19 oC sampai 33 oC. Tanaman ini tumbuh baik pada kondisi
tanah yang ringan sampai sedang disertai aerasi yang baik, gembur, solum cukup
dalam, permeabilitas tinggi dan kaya akan bahan organik dengan kisaran pH antara
5,5 sampai 7,6 (Djaenudin 2011). Akar tanaman jeruk lemon membutuhkan banyak
oksigen sehingga aerasi tanah baik dalam menunjang pertumbuhan dan
produksinya. Pemberian bahan organik yang cukup akan menghasilkan
pertumbuhan lebih cepat dan meningkatkan produktivitas (Barus dan Syukri 2008).

Usaha Penggemukan Sapi Potong

Penggemukkan sapi adalah suatu kegiatan pemeliharaan sapi dewasa dalam


keadaan kurus untuk ditingkatkan berat badannya melalui pembesaran daging
dalam kurun waktu yang relatif singkat yaitu 3-5 bulan (Hikmah 2002).
Penggemukkan sapi sebaiknya dilakukan pada sapi berusia 12-18 bulan atau
berusia paling tua 2,5 tahun. Pembatasan usia ini dilakukan karena pada usia
tersebut ternak telah mengalami fase pertumbuhan jaringan daging maupun
kerangka, apabila pakan yang diberikan tercukupi kebutuhan mineral, protein dan
vitaminnya, sapi akan cepat gemuk (Sodiq dan Yuwono 2016). Pemeliharaan sapi
yang dilakukan di indonesia terbagi menjadi tiga cara, yaitu dilakukan secara
ekstensif, semi-intensif dan intesif. Sapi-sapi yang dipelihara dengan cara ekstensif
yaitu sapi digembalakan sepanjang hari mulai dari pagi hingga sore di padang
penggembalaan, sedangkan untuk sapi yang dipelihara secara intensif, sepanjang
hari sapi berada di dalam kandang dengan memberikan pakan sebaik mungkin dan
sebanyak mungkin agar sapi tersebut cepat gemuk (Sugeng 2000).

Pemilihan Bakalan
Salah satu faktor yang penting dalam usaha penggemukan sapi adalah
pemilihan bakalan. Bakalan yang baik yaitu harus terlihat sehat dengan ciri-ciri,
aktif bergerak, kepala selalu tegak, mata bercahaya, rambut mengkilat, bentuk
badan normal, badan besar atau sedang, jarak antar kaki lebar, tulang rusuk
berkembang, dan kaki lurus (Sarwono dan Arianto 2006). Menurut Yulianto dan
Cahyo (2011) bakalan yang baik yaitu memiliki bobot 165-400 kg atau memilik
umur lebih dari dua tahun, warna tubuh sesuai dengan bangsa sapi tersebut, tulang
6

menonjol dan sehat, tubuh kurus (bukan karena penyakit) dan bentuk tubuh
panjang, lebar dan bulat.

Biogas

Salah satu energi terbarukan adalah biogas yang memiliki peluang yang besar
dalam pengembangan energi. Selain peluang yang besar, pemanfaatan energi
biogas memiliki banyak keuntungan, yaitu mengurangi efek gas rumah kaca,
mengurangi bau yang tidak sedap, mencegah penyebaran penyakit, menghasilkan
panas dan daya mekanis serta hasil samping berupa pupuk padat dan cair. Energi
biogas dapat diperoleh dari air limbah rumah tangga, kotoran cair dari peternakan
ayam, sapi, babi, sampah organik dari pasar, industri makanan dan sebagainya (Lin
dan Syrgaboyeva 2016).
Biogas atau Gas Bio adalah suatu proses fermentasi bahan organik oleh
bakteri dalam keadaan tanpa oksigen (anaerobic process) yang didalamnya terdapat
beberapa campuran gas diantaranya adalah gas metana (CH4) dan gas
karbondioksida (C02). Bakteri akan menguraikan bahan organik pada tingkat
asidifikasi dan hidrolisis. Asidifikasi merupakan pembentukan asam dari senyawa
yang sederhana, sedangkan hidrolisis adalah penguraian senyawa rantai panjang
atau kompleks seperti lemak, protein, karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana
(Prihandana dan Hendroko 2008). Proses biogas akan menghasilkan gas methan
yang dapat digunakan sebagai sistem pembangkitan energi dan slurry dapat
digunakan sebagai pupuk cair atau kompos (Hadisuwito 2007). Biogas dapat
diperoleh dari limbah pertanian seperti kotoran sapi, kerbau, babi dan ayam.

Pupuk Cair Hasil Keluaran Biogas (Bio-slurry)

Pupuk organik cair adalah pupuk yang memiliki kandungan bahan kimia
anorganik sangat rendah yaitu 5% sehingga kandungan NPK pupuk organik cair
relatif rendah. Pupuk organik cair dapat digunakan untuk species tanaman tertentu
atau pada perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Tanaman lebih mudah
memanfaatkan pupuk cair karena unsur-unsur di dalamnya tidak dalam jumlah yang
terlalu banyak dan sudah terurai (Picuno 2016). Selain dari bahan baku sebagai
pupuk, pupuk organik cair juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan aktivator untuk
membuat kompos (Simanungkalit et al 2006).
Bio-slurry merupakan pruduk akhir pengolahan limbah kotoran hewan,
berbentuk lumpur yang bermanfaat bagi tanaman untuk mencukupi sumber nutrisi
nya. Hasil keluaran biogas atau bio-slurry merupakan proses fermentasi bahan
organik (anaerob) di dalam ruang tertutup yang merupakan produk dari hasil
pengolahan biogas berbahan baku kotoran ternak dan air. Bio-slurry dapat
digunakan sebagai media pembuatan pupuk organik berkualitas yang ramah
lingkungan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk padat dan pupuk cair
(Makara dan Kowalski 2015). Bio-slurry memiliki kelebihan yaitu mengurangi bau
yang tidak sedap akibat dari pembuatan biogas dan mampu memperbaiki sifat fisik
tanah. Bio-slurry juga mengandung mikroba probiotik yang bermanfaat pada
meningkatkan kesuburan dan kesehatan lahan pertanian sehingga akan berdampak
7

pada peningkatan kualitas dan kuantitas panen. Pemanfaatan limbah dengan cara
seperti ini akan menguntungkan secara ekonomi dan lingkungan (Moloney dan
Doolan 2016).

Studi Kelayakan Usahatani

Studi kelayakan suatu usaha perlu dilakukan untuk mengetahui apakah


investasi yang akan dijalankan tersebut layak atau tidak. Dalam menjalankan
usahanya, pelaku usaha harus dapat memperhitungkan apakah usaha tersebut
menguntungkan atau tidak. Studi kelayakan usahatani adalah penelitian yang
menyangkut berbagai aspek baik itu dari aspek hukum, sosial ekonomi dan budaya,
aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi sampai dengan aspek
manajemen dan keuangan pada sistem budidaya komoditas pertanian (Husnan
2014). Studi kelayakan usaha tani dapat diukur atau dihitung dari aspek finansial.
Beberapa analisis finansial seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of
Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Payback Period dapat menjadi
parameter apakah usaha tersebut layak untuk dijalankan atau tidak layak dijalankan
(Kadariah 2001).

Net Present Value (NPV)


Net Present Value (NPV) adalah teknik dalam pembangunan modal untuk
mengukur profitabilitas rencana investasi proyek dengan menggunakan faktor nilai
waktu uang (Kadariah 2001). NPV merupakan selisis antara present value (nilai
saat ini) yang didapat dari investasi yang dimasukkan dengan nilai sekarang dari
penerimaan arus kas masuk di masa yang akan mendatang. Nilai bersih sekarang
akan menggambarkan keuntungan dan layak atau tidaknya suatu usaha untuk
dijalankan. NPV sama dengan nol, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi
(marjinal), sedangkan nilai NPV kurang dari nol atau negatif artinya usaha tersebut
merugikan atau tidak layak untuk dijalankan (Kadariah et al. 1978). Salah satu
keuntungan dalam penggunaan metode perhitungan NPV adalah penggunaan nilai
waktu uang untuk menghitung nilai sesuai dengan arus kas yang diperoleh pada
masa yang akan datang sehingga adanya gambaran profitabilitas proyek yang lebih
mendekati pada kenyataan (Hasyim 2002).

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)


Net Benefit Cost Ratio adalah perbandingan antara jumlah nilai sekarang
(present value) arus manfaat dan jumlah sekarang arus biaya berdasarkan atas
opporturity cost of capital yaitu keuntungan jika modal tersebut diinvestasikan pada
kemungkinan yang terbaik dan termudah (Rivai 2009). Net B/C menggambarkan
tingkat besarnya tambahan manfaat setiap penambahan satu satuan rupiah biaya
yang digunakan. Apabila Net B/C memiliki nilai lebih dari satu maka akan
menggambarkan keuntungan dan layak untuk dilaksanakan, jika nilai Net B/C
kurang dari satu maka usaha tersebut merugikan dan tidak layak dilaksanakan. Nilai
Net B/C sama dengan satu maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi
(marjinal) (Kadariah 1999).
8

Interval Rate of Return (IRR)


Internal Rate of Return (IRR) adalah suatu tingkat bunga (i) yang akan
menjadikan nilai NPV suatu proyek sama dengan nol. Nilai IRR menunjukkan
kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan return of capital (kembali modal)
atau tingkat keuntungan yang dapat dicapainya. IRR merupakan metode lain yang
dapat digunakan untuk mengevaluasi profitabilitas rencana investasi dengan
memperhitungkan nilai waktu uang. Nilai IRR dapat menggambarkan presentasi
keuntungan senyata mungkin, nilai tersebut akan diperoleh dari proyek yang
direncanakan. Biasanya untuk menghitung besarnya IRR dilakukan dengan trial
and error dengan nilai suku bunga (i) tertentu yang dianggap mendekati nilai IRR
yang benar dan selanjutnya menghitung NPV dari arus pendapatan dan biaya. Jika
nilai IRR lebih kecil dengan nilai suku bunga (i) yang berlaku, maka usaha atau
industri sebaiknya tidak dilaksanakan atau tidak layak (Kadariah 2001).

Payback Period (PP)


Payback Period adalah periode yang diperlukan oleh suatu proyek investasi
untuk mengembalikan seluruh dana yang sudah diinvestasikan dalam proyek
tersebut. Payback Period umum digunakan dalam bisnis karena metode ini
merupakan metode yang paling sederhana untuk mengevaluasi layak atau tidaknya
suatu proyek yang dijalankan. Apabila waktu yang dubutuhkan untuk
mengembalikan uang berdasarkan jangka waktu yang lebih pendek dari waktu yang
diperkirakan, maka proyek tersebut layak untuk dijalankan, sebaliknya apabila
waktu yang diperkirakan untuk mengembalikan lebih panjang dari perkiraan maka
lebih baik proyek tersebut tidak dijalankan (Kadariah 2001). Adapun kelemahan
dalam metode ini yaitu mengabaikan arus kas setelah periode periode pemulihan
modal dicapai, mengabaikan adanya perubahan nilai uang dari waktu ke waktu,
mengabaikan nilai sisa proses dan analisator sering terjebak akibat bunga modal
tidak diperhitungkan dalam arus kas (Rachadian et al. 2013).

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus sampai September 2018.


Penelitian dilakukan di Kawasan Agrowisata Baturaden, Desa Karangmangu,
Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi
penelitian disajikan pada Gambar 2. Analisis dan interpretasi data dilakukan di
Studio Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan adalah komputer dengan perangkat lunak


(Microsoft Office 2016, Corel Draw), kuesioner, kamera untuk pengamatan lapang
dan alat-alat tulis. Bahan yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu monografi
Desa Karangmangu tahun 2017, foto satelit google earth tahun 2018, data luas
9

lahan usahatani, data produksi usahatani jeruk lemon dan penggemukan sapi. Data
produksi pertanian meliputi data pendapatan dan pengeluaran usahatani. Data
pendapatan terdiri dari penjualan buah jeruk lemon dan penjualan sapi. Data
pengeluaran terdiri dari benih, peralatan, pemupukan dan upah tenaga kerja.

Gambar 2 Lokasi penelitian usahatani Panda Farm

Motode Penelitian

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode observasi dan wawancara. Masing-masing metode yang digunakan dapat
diuraikansebagai berikut:
1. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala
gejala yang diteliti di lapangan yang meliputi pengamatan lokasi penelitian dan
pencatatan informasi yang diberikan oleh pemilik atau perwakilan nya di lokasi
penelitian. Observasi atau survei lapang dilakukan pada tanggal 23-24 juli 2018.
Survei lapang dilakukan untuk mengetahui lokasi penelitian dan melihat kondisi
riil di lapangan serta melihat secara langsung komoditas yang dikembangkan
yaitu jeruk lemon dan penggemukan sapi.

2. Wawancara adalah tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung. Wawancara dilakukan pada tahap pelaksanaan penelitian yang
dilaksanakan pada tanggal 24-27 September 2018. Narasumber yang
diwawancarai adalah pemilik dan manajer perkebunan Panda Farm yaitu Bapak
Wangso dan Bapak Kartim. Saat melaksanakan wawancara dilakukan
pencatatan dengan menggunakan form pertanyaan terstruktur sebagai alat untuk
mendapatkan data yang dibutuhkan (Lampiran 1).
10

Data penelitian terdiri dari data primer hasil wawancara menggunakan form
pertanyaan terstruktur meliputi data luas lahan Panda Farm, data input dan output
usaha jeruk lemon (Lampiran 2) dan usaha penggemukkan sapi (Lampiran 3). Hasil
survey lapang berupa dokumentasi foto-foto berbagai jenis aktivitas, produk, proses
pengambilan data penelitian yang dilakukan di perkebunan Panda Farm disajikan
pada Lampiran 4. Adapun data sekunder terdiri dari foto satelit google earth tahun
2018 digunakan untuk menunjukkan lokasi perkebunan Panda Farm dan monografi
profil Desa Karangmangu tahun 2017 untuk mengetahui secara umum desa yang
menjadi lokasi penelitian.

Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan analisis land rent, kriteria kelayakan usahatani,
dan perbandingan nilai land rent. Berikut ini merupakan penjabaran dan tabulasi
dari tujuan, jenis dan sumber data, teknik analisis dan output yang diharapkan
seperti disajikan pada Tabel 1. dan bagan alir penelitian ditampilkan pada Gambar
2.
Tabel 1 Jenis dan teknik analisis data serta output yang diharapkan
Tujuan
Jenis Data Sumber Data Teknik Analisis Output
penelitian *)
Data
1 Data primer Wawancara, Analisis land rent Nilai land rent
Kuesioner dan kriteria usahatani jeruk
kelayakan lemon dan
pertanian penggemukan
monokultur sapi
Nilai land rent
Wawancara, Analisis land rent
2 Data primer pertanian
Kuesioner dan kriteria
terpadu dan
kelayakan
Rasio land
pertanian Terpadu
rent pertanian
dan Rasio land rent
terpadu
pertanian terpadu
dengan
dengan pertanian
pertanian
monokultur
monokultur

Keterangan *) :
Tujuan 1 : Mengetahui nilai land rent dan kelayakan usaha monokultur jeruk
lemon dan usaha penggemukan sapi.
Tujuan 2 : Mengetahui nilai land rent dan kelayakan usaha pertanian terpadu
jeruk lemon-sapi, dan perbandingan land rent usaha pertanian
terpadu (jeruk lemon-sapi) dengan usaha pertanian monokultur.
11

Gambar 3 Bagan alir penelitian


12

Analisis Data

Analisis Usaha Monokultur Jeruk Lemon dan Penggemukan Sapi


1. Analisis Land Rent usaha jeruk lemon dan penggemukan sapi
Land rent usahatani dapat dihitung dengan pendekatan perhitungan Net
Present Value (NPV) per luas lahan yang digunakan. NPV merupakan selisih
antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskonto dengan menggunakan
social opportuinity cost of capital sebagai diskon faktor, atau arus kas yang telah
didiskontokan pada saat ini untuk memperkirakan arus kas pada masa yang akan
dating (Rustiadi et al. 2011). Secara matematis nilai land rent dapat dirumuskan
sebagai berikut :

𝑁𝑃𝑉
𝑡 𝐵𝑡−𝐶𝑡
Land rent = NPV = ∑𝑛𝑡=1
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐿𝑎ℎ𝑎𝑛 (1+𝑖)𝑡

Keterangan :
Land Rentj : Land rent jenis usahatani (Rp/m2)
NPV : Net Present Value (Rp)
Luas Lahan : 45.000 m2 jeruk lemon, 2500 m2 penggemukan sapi
Bt : Benefit usahatani pada tahun t (Rp)
Ct : Cost usahatani pada tahun t (Rp)
t : tahun kegiatan usahatani dimana t = 0,1,2,3, ........, n
i : tingkat discount rate (DR)

2. Analisis kelayakan usaha


a. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C adalah perbandingan antara manfaat bersih dengan biaya bersih
pada suatu usahatani dimana total present value manfaat bersih bersifat positif
dan total present value biaya bersih bersifat negative (Nurmalina et al. 2009).
Secara matematis dapat dirumuskan:

𝐵𝑡
(1+𝑖)𝑡
Net B/C = 𝐶𝑡
(1+𝑖)𝑡

Keterangan :
Bt : Benefit usahatani pada tahun t (Rp)
Ct : Cost usahatani pada tahun t (Rp)
t : tahun kegiatan usahatani dimana t = 0,1,2,3, ........, n
i : tingkat discount rate (DR)

b. Internal Rate of Return (IRR)


Nilai IRR menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk menghasilkan
return of capital (kembali modal) atau tingkat keuntungan yang dapat
dicapainya (Nurmalina et al. 2009). Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan
IRR adalah dalam satuan presentase. Secara matematis dapat dirumuskan:
13

1
NPV1 = (1+𝑖 𝑥 𝑛𝑐𝑓 𝑁𝑃𝑉1
1 )^𝑛 IRR = i1 + (𝑁𝑃𝑉1−𝑁𝑃𝑉2) (i2 – i1)
1
NPV2 = (1+𝑖2 )^𝑛
𝑥 𝑛𝑐𝑓

Keterangan :
ncf : arus biaya (pendapatan dikurangi pengeluaran) pada tahun ke-
i1 : discount rate yang menghasilkan nilai NPV positif
i2 : discount rate yang menghasilkan nilai NPV negatif
NPV1 : nilai NPV yang bernilai positif
NPV2 : nilai NPV yang bernilai negatif

c. Payback Period (PP)


Payback Period adalah periode atau waktu yang diperlukan untuk
mengembalikan seluruh biaya yang sudah dikeluarkan dalam suatu bisnis
atau proyek. Payback Period umumnya digunakan dalam bisnis karena
metode ini merupakan metode yang paling sederhana untuk mengevaluasi
layak atau tidaknya suatu proyek yang dijalankan. Apabila waktu yang
dubutuhkan untuk mengembalikan uang berdasarkan jangka waktu yang
lebih pendek dari waktu yang diperkirakan, maka proyek tersebut layak untuk
dijalankan, sebaliknya apabila waktu yang diperkirakan untuk
mengembalikan lebih panjang dari perkiraan maka lebih baik proyek tersebut
tidak dijalankan (Nurmalina et al. 2009). Nilai yang dihasilkan oleh
perhitungan payback period adalah dalam satuan tahun, bulan dan hari.
Secara matematis dapat dirumuskan:

𝐼
Payback Period =
𝐴𝑏

Keterangan :
I : total biaya yang dikeluarkan (Rp)
Ab : benefit bersih setiap tahun (Rp)

Analisis Usaha Pertanian Terpadu (jeruk-sapi)


1. Analisis land rent pertanian terpadu
Nilai land rent dari usaha jeruk lemon dan penggemukan sapi dihitung
sebagai present value net return (PVNR) land rent dengan periode analisis 5
tahun dengan discount rate 11% (Bank Indonesia 2017). Perhitungan ini untuk
menyesuaikan nilai, karena terdapat perbedaan waktu produksi dari kedua jenis
usahatani. Land rent usaha jeruk lemon diperoleh dari produksi buah dan biaya
pengelolaan lahan dalam satu tahun, sedangkan land rent usaha penggemukan
sapi diperoleh dari penjualan bakalan sapi serta biaya pemeliharaan dalam satu
tahun. Land Rent pertanian terpadu dirumuskan sebagai berikut :

(𝐵𝑡𝑗+𝐵𝑡𝑠) −(𝐶𝑡𝑗+𝐶𝑡𝑠)
Land rent t = ∑𝑛
𝑡=1 (1+𝑖)𝑡
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛
14

Keterangan :
Land rentt : Land rent pertanian terpadu (Rp/m2)
Btj : Benefit usaha jeruk lemon (Rp)
Bts : Benefit usaha penggemukan sapi (Rp)
Ctj : Cost usaha jeruk lemon (Rp)
Cts : Cost usaha penggemukan sapi (Rp)
t : tahun kegiatan usahatani dimana t = 0,1,2,3, ........, n
i : tingkat discount rate (DR)

2. Analisis kelayakan usaha


a. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Secara sistematis dirumuskan sebagai berikut :

𝐵𝑡𝑗+𝐵𝑡𝑠
(1+𝑖)𝑡
Net B/C = 𝐶𝑡𝑗+𝐶𝑡𝑠
(1+𝑖)𝑡

Keterangan :
Btj : Benefit usaha jeruk lemon (Rp)
Bts : Benefit usaha penggemukkan sapi (Rp)
Ctj : Cost usaha jeruk lemon (Rp)
Cts : Cost usaha penggemukan sapi (Rp)
t : tahun kegiatan usahatani dimana t = 0,1,2,3, ........, n
i : tingkat discount rate (DR)
.
b. Internal Rate of Return (IRR)
Secara sistematis dirumuskan sebagai berikut :
1
NPV1 = (1+𝑖 𝑥 (𝑛𝑐𝑓j + ncfs)
1 )^𝑛
1
NPV2 = (1+𝑖 𝑥 (𝑛𝑐𝑓j + ncfs)
2 )^𝑛

𝑁𝑃𝑉1
IRR = i1 + (𝑁𝑃𝑉1−𝑁𝑃𝑉2) (i2 – i1)

Keterangan :
ncfj : arus biaya (pendapatan dikurangi pengeluaran) usaha jeruk
lemon pada tahun ke- (Rp)
ncfs : arus biaya (pendapatan dikurangi pengeluaran) usaha
penggemukan sapi pada tahun ke- (Rp)
i1 : discount rate yang menghasilkan nilai NPV positif
i2 : discount rate yang menghasilkan nilai NPV negatif
NPV1 : nilai NPV yang bernilai positif
NPV2 : nilai NPV yang bernilai negatif
15

c. Payback Period (PP)


Payback Period pertanian terpadu diperoleh dari perbandingan total
biaya yang dikeluarkan pada usaha jeruk lemon dan penggemukan sapi
dengan penerimaan atau benefit dari usaha jeruk lemon dan penggemukan
sapi. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan payback period adalah dalam
satuan tahun, bulan dan hari. Secara matematis dapat dirumuskan:

𝐼𝑗+𝐼𝑠
Payback Period = 𝐴𝑏𝑗+𝐴𝑏𝑠

Keterangan :
Ij : total biaya yang dikeluarkan pada usaha jeruk lemon (Rp)
Is : total biaya yang dikeluarkan pada usaha penggemukan sapi
(Rp)
Abj : benefit bersih usaha jeruk lemon setiap tahun (Rp)
Abs : benefit bersih usaha penggemukan sapi setiap tahun (Rp)

Analisis Perbandingan Usaha Monokultur dan Terpadu


Perbandingan hasil land rent diketahui dari nilai land rent terpadu (jeruk-
sapi) dibagi dengan nilai land rent jeruk lemon ditambah nilai land rent
penggemukan sapi. Secara matematis perbandingan land rent dapat ditulis sebagai
berikut:
𝐿𝑅𝑡
Rasio Land Rent = 𝐿𝑅𝑗

Keterangan :
LRt : land rent (jeruk-sapi)
LRj : land rent jenis usaha pertanian monokultur, meliputi usahatani
jeruk lemon atau usaha penggemukkan sapi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Letak Geografis Perkebunan Panda Farm

Perkebunan Panda Farm berada di dalam Kawasan Agrowisata Baturraden


dengan letak geografis 7°18’28.4”LS dan 109°13’45.1”BT. Kawasan Agrowisata
terbagi dalam lima desa yaitu Desa Ketenger dengan luas 178,50 Ha, Desa
Kemutug Lor dengan luas 191,10 Ha, Desa Karangsalam dengan luas 112,30 Ha,
Desa Limpakuwus dengan luas 411,20 Ha, dan Desa Karangmangu dengan luas
105,10 Ha. Perkebunan Panda Farm termasuk kedalam Desa Karangmangu.
Karangmangu merupakan salah satu desa dari 12 desa atau kelurahan yang berada
di Kecamatan Baturraden. Secara geografis Desa Karangmangu dibatasi dengan
wilayah sebagai berikut:
sebelah Utara : Kabupaten Pemalang
sebelah Selatan : Desa Kemutug Lor Kecamatan Baturraden
sebelah Barat : Desa Karangtenga Kecamatan Baturraden
16

sebelah Timur : Desa Ketenger Kecamatan Baturraden


Karangmangu memiliki berbagai macam penggunaan lahan seperti sawah,
pemukiman, tegalan, tambak, perkebunan dan peternakan. Penggunaan lahan
terluas adalah lahan sawah dan luas penggunaan lahan terendah adalah tambak.
Luas wilayah menurut penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Luas wilayah penggunaan lahan Desa Karangmangu Tahun 2017

Peruntukan lahan Luas wilayah (ha)


Sawah 40,15
Pemukiman 19,3
Tegalan 31,6
Tambak 0,6
Perkebunan 8,7
Peternakan 4,75
Total 105,1
Sumber: Pemerintah Desa Karangmangu (2017)

Profil Perkebunan Panda Farm


Perkebunan Panda Farm merupakan perkebunan yang sudah berdiri sejak
tahun 1988, luas lahan perkebunan ini yaitu sebesar 4,6 ha dan lahan perkebunan
nya dimiliki pribadi oleh Bapak Wangso. Pada awalnya perkebunan ini menanam
komoditas cengkeh namun mulai tahun 2013 perkebunan Panda Farm menanam
komoditas Jeruk Lemon. Perkebunan Panda Farm merupakan salah satu penghasil
buah jeruk lemon terbesar di wilayah Baturraden, karena dapat memproduksi buah
jeruk lemon rata-rata sebesar 39 ton/tahun (Lampiran 5). Pohon jeruk lemon
disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Pohon jeruk lemon

Perkebunan Panda Farm memulai menanam komoditas jeruk lemon pada


tahun 2013. Perkebunan jeruk lemon terbagi kedalam empat blok, yaitu blok 1, blok
2, blok 3 dan blok 4. Blok 1 ditanami 500 pohon, blok 2 ditanami 600 pohon, blok
3 ditanamani 600 pohon dan blok 4 ditanami 500 pohon. Panda Farm memiliki
beberapa fasilitas diantaranya rumah pemilik (Gambar 5a), tempat penyimpanan
pupuk (Gambar 5b), tempat penyimpanan alat-alat (Gambar 5c), mess (Gambar 5d)
dan tempat penyortiran buah (Gambar 5e). Rumah pemilik digunakan sebagai
17

tempat mengolah dan memproduksi jus jeruk lemon. Alat-alat yang digunakan
untuk kebutuhan perkebunan disimpan di tempat penyimpanan alat. Rumah (mes)
digunakan sebagai tempat tinggal untuk pekerja atau karyawan Panda Farm.
Tempat penyortiran buah digunakan untuk menyortir buah jeruk lemon setelah
dipetik dan menjadi tempat penimbangan buah jeruk lemon pada saat musim panen.
Denah perkebunan Panda Farm disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Denah perkebunan Panda Farm

a b c

d e
Gambar 6 Fasilitas yang ada di Panda Farm a). Rumah Pemilik, b). Tempat
Penyimpanan Pupuk, c). Tempat Penyimpanan Alat, d). Mes, e). Tempat
Penyortiran Buah
18

Sumber mata air yang digunakan oleh perkebunan Panda Farm berasal dari
Perhutani Kawasan Agrowisata Baturaden. Mata air tersebut dialiri dengan paralon
(PVC) ke setiap titik perkebunan. Biaya yang dibutuhkan untuk penggunaan air
yang digunakan perkebunan Panda Farm yaitu sebesar Rp 600.000,- per tahun,
sedangkan untuk kebutuhan listrik Panda Farm mengeluarkan biaya sebesar Rp
1.500.000,- per bulan. Biaya penggunaan dan kebutuhan listrik disajikan pada
Lampiran 1.
Pemupukan dan pencegahan hama dilakukan selama tiga kali dalam satu
tahun. Pupuk yang digunakan terdiri dari pupuk organik dan pupuk anorganik.
Pupuk organik meliputi pupuk kandang ayam dan kambing, sedangkan untuk pupuk
anorganik meliputi SP-36 dan KCL. Pencegahan hama yang dilakukan terdiri dari
pemberian pestisida, insektisida, naskuru dan fungisida. Harga dari masing-masing
pupuk yang digunakan adalah SP-36 sebesar Rp 1.600,-/kg, KCL sebesar Rp
9.000,-/kg dan pupuk kandang sebesar Rp 15.000,-/karung. Jumlah pupuk yang
dibutuhkan dalam sekali pemupukan dicantumkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Penggunaan pupuk setiap tahun

Pupuk Kandang
Tahun SP-36 KCl
Kotoran Ayam Kotoran Kambing

---------(kg/ha)--------- ----------------(karung)----------------
2014 150 200 1.000 1.000
2015 150 200 1.000 1.000
2016 150 200 1.000 1.000
2017 150 200 1.000 1.000

Iklim dan Topografi

Perkebunan Panda Farm yang berada di dalam Kawasan Agrowisata


Baturraden memiliki iklim tropis basah dengan rata-rata ± 4091 mm/tahun, jumlah
bulan hujan dalam 1 tahun adalah 8 bulan dengan hari hujan 190 mm/tahun. Suhu
udara harian pada berkisar antara 21 °C - 25 °C sedangkan untuk suhu udara pada
malam hari yaitu berkisar antara 17 °C - 19 °C dengan kelembaban udara berkisar
70-80 %. Panda Farm berada pada ketinggian 850 mdpl, topografi wilayah
penelitian dapat diklasifikasikan ke dalam topografi curam dengan kemiringan
lereng (>45%) (Riyadi 2003).

Kependudukan

Desa Karangmangu terbagi menjadi dua dusun yaitu RW. 01 dan RW. 02.
Total jumlah penduduk Desa Karangmangu tahun 2017 adalah 2923 jiwa,
diantaranya 1450 jiwa berkelamin laki-laki dan 1473 jiwa berkelamin perempuan.
Total jumlah kepala keluarga yaitu 823 jiwa. Komposisi penduduk menurut umur
terbagi kedalam empat kelompok umur yaitu kelompok umur 0-16 tahun, 17-30
19

tahun, 31-45 tahun dan 46 tahun keatas (Pemerintah Desa Karangmangu 2017).
Jumlah Penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah penduduk Desa Karangmangu berdasarkan kelompok umur Tahun


2017

Kelompok Umur (tahun) Jumlah (jiwa)


0-16 706
17-30 612
31-45 742
>46 863
Jumlah 2.923
Sumber: Pemerintah Desa Karangmangu (2017)

Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat penting pada suatu wilayah. Tingkat pendidikan
yang tinggi akan berdampak pada tingkat produktivitas kerjanya (Abdullah 2011).
Selain itu tingkat pendidikan yang tinggi di suatu wilayah akan mempengaruhi
pendapatan seseorang yang juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Desa
Karangmangu. Mayoritas penduduk desa hanya mencapai pendidikan sampai tamat
SD yaitu sejumlah 759 jiwa. Sedangkan untuk tingkat pendidikan tertinggi adalah
sarjana, dengan jumlah 82 jiwa yang mencapai tingkat sarjana (Pemerintah Desa
Karangmangu 2017). Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

Pendidikan Jumlah (jiwa)


Tamat SD 759
SMP 410
SMA 693
Diploma 79
Sarjana 82
Jumlah 2.023
Sumber: Pemerintah Desa Karangmangu (2017)

Mata Pencaharian
Mayoritas penduduk Desa Karangmangu bekerja sebagai buruh harian lepas
yaitu sebanyak 456 jiwa. Sedangkan jenis pekerjaan yang paling sedikit adalah TNI
dan Polri yaitu sebanyak 8 jiwa (Pemerintah Desa Karangmangu 2017). Hal ini
berkaitan dengan tingkat pendidikan di Desa Karangmangu, semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka tingkat pekerjaan yang didapatkan akan semakin
tinggi. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Desa Karangmangu dapat
dilihat pada Tabel 6.
20

Tabel 6 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Desa Karangmangu

Mata Pencaharian Jumlah (jiwa)


Petani 127
Buruh tani 184
Pengusaha 129
Karyawan swasta 378
Pedagang 140
Buruh bangunan 35
Guru atau dosen 11
TNI atau Polri 8
PNS 68
Wiraswasta 223
Karyawan BUMN atau BUMD 8
Buruh harian lepas 456
Jumlah 1.767
Sumber: Pemerintah Desa Karangmangu (2017)

Kondisi Ekonomi Wilayah

Karakteristik pendapatan ekonomi di wilayah penelitian terletak pada sektor


perdagangan, pertanian, dan pariwisata. Sektor perdagangan meliputi kios-kios
souvenir, hotel, villa, restoran dan warung makan. Sektor pertanian meliputi hasil
dari penjualan produk berupa bahan pokok, sayur-mayur dan buah-buahan. Produk
ini sebagian berasal dari daerah Baturraden dan sebagian lagi didatangkan dari Kota
Purwokerto. Sektor pariwisata meliputi objek-objek wisata diantaranya Curug Telu,
Kebun Raya Baturaden, Telaga Sunyi, Pancuran Pitu dan Pancuran Telu, Desa
Wisata Ketenger, Taman Miniatur Dunia Small World, dan Baturaden Adventure
Forest (Arsyi 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Land Rent dan Kelayakan Usaha Jeruk Lemon dan


Penggemukan Sapi

Land Rent dan Kelayakan Usaha Jeruk Lemon


Land rent atau nilai sewa ekonomi lahan untuk usaha jeruk lemon diperoleh
dari present value selisih nilai rataan jumlah penerimaan dengan nilai rataan jumlah
pengeluaran per m2 per tahun. Luas lahan usaha jeruk lemon seluas 4.5 Ha atau
45.000 m2. Jumlah penerimaan merupakan hasil dari penjualan buah jeruk lemon.
Rata-rata produksi buah jeruk lemon dalam satu tahun sebanyak 6,93 ton/ha/tahun.
Harga penjualan untuk buah jeruk lemon yaitu Rp 40.000,- per kg, sedangkan untuk
jumlah pengeluaran merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan pembelian
alat pada tahun ke-1, pemupukan, pemeliharaan, listrik, air, pajak dan upah untuk
21

tenaga kerja (Lampiran 6). Arus kas merupakan total pendapatan dikurangi dengan
total pengeluaran dan merupakan pendapatan bersih dari usahatani jeruk lemon.
Rata-rata pendapatan dan pengeluaran per tahun dapat dilihat pada Tabel 7.
Nilai land rent pada usaha jeruk lemon sebesar Rp 14.745,- /m2/tahun,
sedangkan untuk kriteria kelayakan usahatani meliputi nilai perhitungan Net B/C,
IRR dan Payback Period berturut turut adalah sebesar 1,95, 34% dan 2 tahun 1
bulan. Cara perhitungan nilai land rent, Net B/C, IRR dan Payback Period disajikan
pada Lampiran 7. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut usaha jeruk lemon layak
untuk dijalankan (Nurmalina et al. 2009). Nilai land rent jeruk lemon dan kriteria
kelayakan disajikan pada Tabel 8.
Tabel 7 Rata-rata pendapatan dan pengeluaran usahatani jeruk lemon

Jenis Biaya Jumlah (Rp/tahun)


Pendapatan
-penjualan buah jeruk lemon dan
1.265.500.000
jus jeruk lemon (tahun ke-4)
Pengeluaran
-benih 36.000.000
-alat (tahun ke-1) 24.760.000
-pemupukan dan pemeliharaan 58.800.000
-listrik, air dan pajak 33.600.000
-upah TK 184.800.000
Jumlah pengeluaran 337.960.000
Arus Kas 927.540.000
Sumber : Data primer (diolah 2018)

Tabel 8 Nilai land rent dan kriteria kelayakan usahatani jeruk lemon

Kriteria Kelayakan
Nilai land rent
(Rp/m2/tahun) IRR Payback Period
Net B/C
(%) (tahun,bulan)
14.745 1,95 34 2,1
Sumber : Data primer (diolah) 2018

Selain menghasilkan buah jeruk lemon, perkebunan Panda Farm juga


mengolah buah jeruk lemon menjadi jus lemon yang dimulai pada tahun ke-4
(2017). Pembuatan jus lemon dilakukan dalam skala rumah tangga menggunakan
alat-alat yang terdiri dari alat press buah, mangkuk alumunium, mesin pengaduk,
panci dan spatula (Lampiran 8). Kemasan jus lemon menggunakan botol kaca yang
memiliki kapasitas 350 ml. Panda Farm mampu memproduksi jus lemon sebanyak
148 botol per bulan (Lampiran 9). Harga jual untuk satu botol jus lemon sebesar Rp
50.000,-. Saat ini jus lemon milik Panda Farm sudah terjual sampai ke Surabaya
dan Jakarta. Jus lemon yang dihasilkan perkebunan Panda Farm disajikan pada
Gambar 7.
22

Gambar 7 Jus jeruk lemon

Land Rent dan Kelayakan Usaha Penggemukan Sapi


Usaha penggemukan sapi potong (fattening) merupakan kegiatan usaha selain
dari perkebunan jeruk lemon yang dilakukan oleh Panda Farm. Usaha
penggemukan sapi memiliki kandang seluas 8m x 6m dan dua ekor sapi dengan
jenis sapi Limosin. Pada awalnya Panda Farm membeli sapi dengan bobot 350 kg-
450 kg beserta pakan konsentratnya lalu sapi akan di gemukan sampai dengan bobot
850 kg dan dijual lagi ke pasar. Sapi-sapi ini dipelihara secara intensif selama ± 120
hari (4 bulan). Pemberian pakan dilakukan setiap hari dengan rumput hijauan yang
didapatkan di sekitar perkebunan jeruk lemon. Pakan yang diberikan setiap harinya
sebanyak 10 kg hijauan. Pada awal pembelian Panda Farm membeli sapi tersebut
dengan harga Rp 25.000.000,- (bobot 350 kg – 450 kg) dan akan dijual dengan
harga Rp 45.000.000,- (bobot 850kg). Penjualan sapi disajikan pada Tabel 9 dan
kandang sapi disajikan pada Gambar 8.
Tabel 9 Pembelian dan penjualan sapi pada tahun 2016 dan 2017

Pembelian Penjualan
Tahun Jumlah Harga Jumlah Harga
Bulan Bulan
(ekor) (Rp/ekor) (ekor) (Rp/ekor)
Jan 2 25.000.000 April 2 41.000.000
2016 Mei 2 25.000.000 Agt 2 43.000.000
Sept 2 25.000.000 Des 2 42.000.000
Jan 2 25.000.000 April 2 44.000.000
2017 Mei 2 25.000.000 Agt 2 43.000.000
Sept 2 25.000.000 Des 2 45.000.000
Sumber : Data primer (diolah) 2018

Land rent atau nilai sewa ekonomi lahan untuk usaha penggemukkan sapi
diperoleh dari present value selisih nilai rataan jumlah penerimaan dengan nilai
rataan jumlah pengeluaran per m2 per tahun. Luas lahan usaha penggemukkan sapi
sebesar 2.500 m2. Jumlah penerimaan merupakan hasil dari penjualan sapi yang
sudah berbobot 850 kg. Dalam satu tahun sapi yang terjual berjumlah 8 ekor. Harga
jual sapi tersebut sebesar Rp 40.000.000,- sampai Rp 45.000.000,- per ekor.
Sedangkan untuk jumlah pengeluaran merupakan biaya pembuatan kandang dan
biogas, pembelian peralatan dan bakalan sapi serta biaya pemeliharaan dan upah
23

untuk tenaga kerja. Arus kas merupakan merupakan total pendapatan dikurangi
dengan total pengeluaran dan merupakan pendapatan bersih dari usaha
penggemukan sapi. Rata-rata pendapatan dan pengeluaran dapat dilihat pada Tabel
10.
Nilai land rent pada usaha penggemukkan sapi sebesar Rp 9.202,- per m2
per tahun, sedangkan untuk kriteria kelayakan usahatani meliputi nilai perhitungan
Net B/C, IRR dan Payback Period berturut turut adalah sebesar 1,2, 19% dan 8
bulan. Cara perhitungan nilai land rent, Net B/C, IRR dan Payback Period disajikan
pada Lampiran 10. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut usaha jeruk lemon layak
untuk dijalankan (Kasmir 2006). Nilai land rent dan kriteria kelayakan
penggemukkan sapi disajikan pada Tabel 11.
Tabel 10 Rata-rata pendapatan dan pengeluaran usaha penggemukkan sapi

Jenis Biaya Jumlah (Rp/tahun)


Pendapatan
-penjualan sapi 258.000.000
Pengeluaran
-kandang 10.000.000
-alat 14.355.000
-bakalan sapi 150.000.000
-obat-obatan 1.500.000
-upah TK 19.200.000
Jumlah pengeluaran 195.055.000
Pendapatan bersih 62.945.000
Sumber : Data primer (diolah) 2018

Tabel 11 Nilai land rent dan kriteria usaha penggemukkan sapi

Kriteria Kelayakan
Nilai land rent
(Rp/m2/tahun) IRR Payback Period
Net B/C
(%) (bulan)
9.202 1,2 19 8
Sumber : Data primer (diolah) 2018

Selain menghasilkan sapi yang siap untuk dijual usaha penggemukkan sapi
juga menghasilkan limbah berupa kotoran padatan. Kotoran padatan dapat diproses
menjadi biogas dan bio-slurry. Untuk pembuatan biogas dan bio-slurry, alat yang
dibutuhkan terdiri dari kubah digester (kubah penampungan lumpur), saluran
pemasukan dan pengeluaran, bak penampungan bio-slurry dan pipa penyalur gas
hasil fermentasi. Diagram alir pemanfaatan kotoran sapi dapat dilihat pada Gambar
9.
24

Gambar 8 Usaha penggemukan sapi

Dalam satu hari unit usaha penggemukan sapi mampu menghasilkan 10 Kg


kotoran sapi untuk dua ekor sapi. Kotoran tersebut dimasukkan ke dalam kubah
digester melalui saluran pembuangan dan ditampung di dalam kubah digester.
Kubah digester berfungsi untuk menampung kotoran sapi yang telah dicampur
dengan air. Menurut Suhendra (2008) bahwa dalam 10 kg kotoran sapi mampu
menghasilkan 2 m3 biogas. Dari campuran kotoran sapi dan air, dihasilkan biogas
sebesar 2 m3. Biogas yang dihasilkan disalurkan melalui pipa penyalur ke drum
penampungan biogas yang kemudian digunakan menjadi bahan bakar untuk rumah
(mes). Selain menjadi biogas hasil pencampuran kotoran sapi dengan air akan
menghasilkan outlet berupa lumpur (sludge) atau yang dinamakan bio-slurry.
Jumlah bio-slurry yang dihasilkan dalam satu hari adalah sebanyak 10 liter, bio-
slurry yang dihasilkan kemudian disalurkan ke kolam penampungan yang memiliki
kapasitas 3.000 liter.

Gambar 9 Diagram alir pemanfaatan kotoran sapi sebagai Biogas dan Bio-slurry
25

Analisis Usaha Pertanian Terpadu (Jeruk Lemon-Sapi) dan


Perbandingannya dengan Monokultur

Land Rent dan Kelayakan Usaha Pertanian Terpadu (Jeruk-Sapi)


Land rent atau nilai sewa ekonomi lahan untuk usaha pertanian terpadu
(jeruk-sapi) diperoleh dari selisih nilai rataan jumlah penerimaan dengan nilai
rataan jumlah pengeluaran per m2 per tahun. Jumlah penerimaan merupakan hasil
dari penjumlahan pendapatan usaha jeruk lemon dengan usaha penggemukan sapi,
sedangkan untuk jumlah pengeluaran merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
usaha jeruk lemon ditambah dengan usaha penggemukan sapi.
Nilai land rent pada usaha pertanian terpadu (jeruk-sapi) sebesar Rp 15.148,-
/m2/tahun, sedangkan untuk kelayakan usahatani meliputi perhitungan nilai Net
B/C, IRR dan Payback Period berturut turut adalah sebesar 2,2 , 35,4% dan 2 tahun
9 hari. Cara perhitungan nilai land rent, Net B/C, IRR dan Payback Period disajikan
pada Lampiran 11. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut usaha pertanian terpadu
(jeruk-sapi) layak untuk dijalankan. Nilai land rent dan kriteria kelayakan pertanian
terpadu (jeruk-sapi) disajikan pada Tabel 13.
1. Pemanfaatan Kotoran Sapi sebagai Biogas
Pemanfaatan biogas digunakan untuk keperluan memasak setiap hari nya.
Dalam satu hari biogas yang digunakan untuk memasak makanan sebesar 2 m3.
Menurut Suhendra (2008) energi yang dihasilkan dalam 1 m3 biogas sebesar
2.000 - 4.000 Kkal atau dapat menyalakan kompor selama 3 jam. Berarti dalam
satu hari menurut teori tersebut kompor untuk memasak mampu menyala selama
6 jam. Namun pada kenyataannya kompor hanya mampu menyala selama 1 jam.
Lokasi Panda Farm terletak pada ketinggian 850 mdpl dengan suhu rata-rata
sekitar 21 °C - 25 °C pada siang hari dan 17 °C - 19 °C. Faktor suhu sangat
mempengaruhi pertumbuhan bakteri dalam proses menghasilkan gas untuk
energi pembakaran. Temperatur untuk dapat berlangsungnya proses fermentasi
adalah 36°C. Jika temperatur lebih rendah dari 36°C bakteri tidak mampu
berkembang dengan baik, sebaliknya jika temperatur lebih tinggi dari 36°C akan
menyebabkan bakteri menjadi mati (Sanjaya 2015). Hal inilah yang
menyebabkan produksi biogas pada Panda Farm tidak maksimal.
2. Pemanfaatan Kotoran Sapi sebagai Pupuk Organik Cair atau Bio-slurry
Sistem pertanian terpadu mulai diterapkan badan usahatani Panda Farm
pada tahun 2016. Konsep pertanian terpadu dilakukan dengan cara memberikan
pupuk organik hasil dari limbah usahatani penggemukan sapi. Pupuk organik
yang diberikan adalah Bio-slurry yang berbentuk cair. Menurut Klinton et al.
(2017) bio-slurry adalah produk dari hasil pengolahan biogas berbahan
campuran kotoran ternak dan air melalui proses tanpa oksigen (anaerobik) di
dalam ruang tertutup. Dalam pengaplikasiannya, bio-slurry digunakan dengan
cara disiram ke tanah dan disemprotkan ke bagian daun pohon jeruk lemon.
Penggunaan pupuk ini dapat menggantikan penggunaan pestisida, insektisida
dan fungisida sehingga dapat menghemat biaya varibel yang digunakan. Rincian
biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 12.
26

Tabel 12 Rincian biaya variabel usaha jeruk lemon

Biaya Variabel Jumlah (Rp/tahun)


Pupuk kandang ayam 15.000.000
pupuk kandang kambing 15.000.000
SP-36 2.880.000
KCL 21.600.000
Pestisida 1.440.000
Insektisida 1.440.000
Fungisida 1.440.000
Total 58.800.000
Sumber : Data primer (diolah) 2018

Biaya variabel meliputi pupuk kandang (kotoran ayam dan kotoran kambing),
SP-36, KCL, pestisida, insektisida dan fungisida. Setelah diterapkan pertanian
terpadu biaya variabel dapat diturunkan sebesar 7% atau dapat menghemat biaya
sebesar Rp 4.320.000,- dari total biaya variabel. Hal ini dikarenakan pada tahun ke-
3 (2016) dan tahun ke 4 (2017) penggunaan pestisida, insektisida dan fungisida
dapat digantikan dengan penggunaan bio-slurry. Grafik penggunaan pupuk dan
pestisida setiap tahun nya disajikan pada Gambar 10.
25.000.000
Pupuk* Pestisida**
20.000.000
Pertanian monokultur
Biaya (Rp)

15.000.000 Tahun 2014


Pertanian monokultur
10.000.000 Tahun 2015
Pertanian terpadu
5.000.000
Tahun 2016
Pertanian terpadu
Tahun 2017
0

Keterangan:
Pupuk* Penggunaan pupuk tetap
Pestisida** Penggunaan pestisida digantikan bio-slurry
Gambar 10 Biaya variabel pertanian terpadu dan pertanian monokultur

Perbandingan Land Rent dan Kriteria Kelayakan Usaha Pertanian Terpadu


dan Monokultur
1. Land Rent
Berdasarkan hasil perhitungan land rent pada Tabel 13. Nilai land rent dari
yang terendah sampai yang tertinggi adalah usaha penggemukkan sapi Rp
9.202,- m2/tahun, jeruk lemon Rp 14.745,- m2/tahun dan pertanian terpadu
(jeruk-sapi) Rp 15.148,- m2/tahun. Perbedaan nilai land rent tersebut
dikarenakan adanya perbedaan biaya pengeluaran dan pendapatan serta luas
lahan yang digunakan untuk masing-masing usaha. Pendapatan bersih yang
27

diterima dari usaha jeruk lemon sebesar Rp 927.540.000,- per tahun, pendapatan
bersih usaha penggemukan sapi sebesar Rp 62.945.000,- per tahun dan
pendapatan bersih usaha pertanian terpadu sebesar Rp 1.238.007.500,-.
Pertanian terpadu memiliki pendapatan bersih tertinggi dikarenakan adanya
penurunan biaya variabel sebesar 7%. Hasil tersebut menunjukan bahwa usaha
dengan sistem pertanian terpadu lebih menguntungkan dibandingkan dengan
usaha yang dilakukan dengan cara mandiri atau monokultur karena nilai land
rent pertanian terpadu merupakan nilai yang tertinggi.
2. Kriteria Kelayakan Usaha
a. Net B/C
Net B/C menunjukkan manfaat bersih yang diperoleh setiap penambahan
satu rupiah pengeluaran bersih. Nilai net B/C dari masing-masing jenis usaha
sebesar 1,95 (jeruk lemon), 1,2 (penggemukan sapi) dan 2,2 (pertanian terpadu).
Nilai net B/C disajikan pada Tabel 13. Pertanian terpadu merupakan jenis
usahatani yang memiliki nilai net B/C tertinggi. Hal ini dikarenakan adanya
efesiensi penggunaan biaya pengeluaran sehingga nilai net B/C pada pertanian
terpadu hasilnya lebih tinggi. Efisiensi penggunaan biaya pengeluaran yang
dimaksud adalah biaya penggunaan pestisida yang digantikan dengan bio-slurry.
Suatu usaha dikatakan layak apabila memiliki nilai net B/C > 1. Usahatani jeruk
lemon, usaha penggemukan sapi, dan usahatani pertanian terpadu layak untuk
dijalankan karena dari ketiga jenis usaha tersebut memiliki net B/C lebih dari
satu.
b. Internal Rate of Return
IRR menunjukkan kemampuan suatu usaha dalam mengembalikan modal
yang telah dikeluarkan. Nilai IRR dari masing-masing jenis usaha adalah sebesar
34% (jeruk lemon), 19% (penggemukkan sapi), dan 35,4% (pertanian terpadu).
Nilai IRR disajikan pada Tabel 13. Pertanian terpadu merupakan jenis usahatani
yang memiliki nilai IRR tertinggi. Suatu usaha dikatakan layak jika nilai IRR
yang diperoleh lebih besar dari tingkat suku bunga yang sedang berlaku.
Perhitungan IRR menggunakan tingkat suku bunga bank pemerintah daerah
yaitu sebesar 11%. Usahatani jeruk lemon, usaha penggemukan sapi, dan
usahatani pertanian terpadu layak untuk dijalankan karena dari ketiga jenis usaha
tersebut memiliki IRR lebih besar dari tingkat suku bunga (discount rate) yang
digunakan.
c. Payback Period
Payback Period menunjukkan berapa lama waktu yang digunakan untuk
menutup kembali pengeluaran (initial investment) dengan menggunakan
pendapatan bersih yang telah dihasilkan. Nilai PP dari masing-masing jenis
usaha yaitu 2 tahun 1 bulan (jeruk lemon), 8 bulan (penggemukan sapi), dan 2
tahun 9 hari (pertanian terpadu). Nilai PP disajikan pada Tabel 13. Usaha
penggemukan sapi merupakan usaha dengan nilai PP tercepat. Hal ini
dikarenakan pada usaha penggemukan sapi pendapatan (cash in) diterima pada
tahun ke-1 (2016), sedangkan untuk usaha jeruk lemon pendapatan baru dapat
diterima pada tahun ke-2 (2014). Suatu usaha dikatakan layak apabila nilai PP
lebih cepat dari umur ekonomis dari usaha yang dijalankan. Umur ekonomis
usaha yang dijalankan Panda Farm adalah 5 tahun. Usahatani jeruk lemon, usaha
penggemukan sapi, dan usahatani pertanian terpadu layak untuk dijalankan
berdasarkan nilai PP yang telah dihitung.
28

Tabel 13 Perbandingan nilai land rent dan kriteria kelayakan pertanian terpadu
dengan pertanian monokultur

Kriteria Kelayakan
Luas Nilai land
Jenis
Lahan rent IRR Payback
Usaha Net B/C
(Ha) (Rp/m2/tahun) (%) Period

2 tahun 1
Jeruk Lemon 4,50 73.727 1,95 34
bulan
Penggemukan 0,25 46.012 1,2 19 8 bulan
Sapi
2 tahun 9
Pertanian 4,60 75.741 2,2 35,4
hari
Terpadu
(jeruk-sapi)
Sumber : Data primer (diolah) 2018
*) Nilai land rent dihitung selama 5 tahun dan suku bunga 11 % per tahun

3. Rasio Land Rent Usahatani Terpadu dengan Usahatani Jeruk lemon


Nilai land rent pertanian terpadu lebih besar dibandingkan nilai land rent
usaha jeruk lemon, sedangkan untuk rasio nilai land rent diperoleh dari nilai LR
pertanian terpadu dibagi dengan nilai LR jeruk lemon. Nilai rasio land rent yang
didapat adalah sebesar 1,027. Menurut Fahri (2016) bila nilai rasio land rent
lebih dari satu maka memiliki nilai manfaat lebih tinggi dari usaha yang
dijalankan dengan cara tertentu. Artinya nilai manfaat yang diperoleh dari
usahatani terpadu 1,027 lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani jeruk
lemon. Rasio land rent pertanian terpadu dengan usaha jeruk lemon dapat dilihat
pada Tabel 14.
4. Rasio Land Rent Usahatani Terpadu dengan Usaha Penggemukan Sapi
Nilai land rent pertanian terpadu lebih besar dibandingkan nilai land rent
usaha penggemukan sapi, sedangkan untuk rasio nilai land rent diperoleh dari
nilai LR pertanian terpadu dibagi dengan nilai LR jeruk lemon. Nilai rasio land
rent yang didapat adalah sebesar 1,65, artinya nilai manfaat yang diperoleh dari
usahatani terpadu 1,65 lebih tinggi dibandingkan dengan usaha penggemukan
sapi. Rasio land rent pertanian terpadu dengan usaha penggemukan sapi dapat
dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Rasio land rent pertanian terpadu dengan pertanian monokultur

Jenis usahatani Rasio land rent


Pertanian terpadu-jeruk 1,027
Pertanian terpadu-sapi 1,650
29

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Nilai land rent usaha jeruk lemon dan penggemukan sapi sebesar Rp 14.745,-
m2/tahun dan Rp 9.202,- m2/tahun. Nilai land rent usahatani terpadu sebesar Rp
15.148,- m2/tahun, sedangkan untuk rasio land rent pertanian terpadu memiliki nilai
manfaat 1,027 lebih tinggi dalam setiap 1 rupiah yang didapatkan dibandingkan
dengan usahatani jeruk lemon dan 1,65 nilai manfaat lebih tinggi dalam setiap 1
rupiah yang didapatkan dibandingkan dengan usaha penggemukan sapi. Kriteria
kelayakan dari masing-masing jenis usaha menunjukan bahwa usaha layak untuk
dijalankan dan usahatani terpadu lebih menguntungkan secara finansial
dibandingkan dengan usaha yang dilakukan dengan cara monokultur, hal ini dilihat
dari nilai land rent usahatani terpadu (jeruk-sapi) yang paling tinggi.

Saran

Diharapkan pemerintah daerah Jawa Tengah dapat merekomendasikan


usahatani terpadu kepada petani setempat guna mencapai produktivitas lahan yang
tinggi dan pertanian yang berkelanjutan. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan
dengan skala yang lebih besar untuk komoditas pertanian dan perternakan atau
perikanan yang bernilai ekonomi tinggi baik untuk tingkat petani ataupun dunia
usaha.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah I. 2011. Sosiologi Pendidikan Individu dan Pendidikan Masyarakat.


Jakarta(ID): Rajawali Press.
Archer D, Franco W, Halvorson J, Pokharel K. 2018. Integrated Farming Systems.
Reference Module in Earth Systems and Environmental Sciences (2nd ed.).
Elsevier Inc [Internet]. [diunduh 2018 Sept 17]; 10(1016): 10562. Tersedia
pada: http//doi.org/10.1016/B978-0-12-409548-9.10562-7.
Arsyi S. 2011. Pola persebaran fasilitas wisata sekunder di sekitar lokawisata
Baturaden, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. [skripsi]. Depok
(ID): Universitas Indonesia.
Bank Indonesia. 2017. Suku Bunga Pinjaman Rupiah yang Diberikan Menurut
Kelompok Bank dan Jenis Pinjaman (Persen Per Tahun) [Internet]. [diunduh
2018 Des 22]; 9:26. Tersedia pada:
http//www.bi.go.id/seki/tabel/TABEL1_26.xls.
Barus A, Syukri. 2008. Agroteknologi Tanaman Buah-buahan. Medan (ID): USU
Press.
Djaenudin D, Marwan H, Subagjo H, Hidayat A. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi
Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Bogor (ID): Badan Litbang Pertanian.
Fahri A. 2016. Aplikasi pendekatan land rent dalam menganalisis alih fungsi lahan
sawah menjadi kebun skelapa sawit. Informatika Pertanian. 25(1):9-20.
30

Hadisuwito S. 2007. Membuat Pupuk Kompos Cair. Jakarta (ID): Agromedia


Pustaka.
Handaka, A. Hendriadi, T. Alamsyah. 2009. Perspektif pengembangan mekanisasi
pertanian dalam sistem integrasi ternak-tanaman berbasis sawit, padi dan
kakao. Prosiding Workshop Nasional Dinamika dan Keragaan Sistem
Integrasi Ternak-Tanaman. Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian
dan Pengembangan Peternakan.
Hasyim M. 2002. Analisis Kelayakan Bisnis Pendirian Kantor Cabang Syariah
Malang PT Bank Rakyat Indonesia (Persero). [Tesis]. Magister Manajemen
Agribisnis, IPB Bogor.
Hayanto B, Inounu I, Arsana, Dwiyanto K. 2002. Sistem Integrasi Padi-Ternak.
Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Hindi N, Chabuck Z. 2013. Antimicrobial activity of different aqueous lemon
extracts. J Applied Pharmaceutical Science. 3(8):74-78.
Husnan S, Suwarno M. 2014. Studi Kelayakan Proyek Bisnis. Ed ke-5. Yogyakarta
(ID): UPP STIM YKPN.
Indriani Y, Mulqie L, Hazar S. 2015. Uji aktivitas antibakteri air perasan buah jeruk
lemon (Citrus limon L. Osbeck) dan madu hutan terhadap propionibacterium
acne. Prosiding Penelitian Civitas Akademika Unisba (Kesehatan dan
Farmasi). Bandung, Indonesia. Bandung (ID): Civitas Akademika Unisba. hlm
354.
Kadariah L, Karlina, Gray L. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta (ID):
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Kadariah L, Gray C. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek Edisi Revisi. Jakarta (ID):
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Kadariah L. 2001. Evaluasi Proyek : Analisis Ekonomis. Jakarta (ID): Lembaga
Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Kariyasa K. 2005. Crop-livestock integration system in perspective fertilizer
subsidy policy reorientation and increase farmers' income. Centre Socio
Economic and Policy. Journal of Agricultural Policy Analysis. 3(1): 23-25.
Kasmir J. 2006. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media
Group.
Klinton A, Sutikno A, Yoseva S. 2017. Pemberian pupuk organik bio-slurry padat
pada tanaman pakchoy (Brassica chinensis L.). Jom Faperta. 4(2):1-2
Lin C, Syrgaboyeva D. 2016. Mechanism of environmental concern on intention to
pay more for renewable energy: application to a developing country. Pacific
Management Review. 21:125-134.
Makara A, Kowalski Z. 2015. Pig manure treatment and purification by filtration.
Journal of Environmental Management. 61(1):317-324.
Moloney B, Doolan M. 2016. A Comparison of obstacles in emerging and
developed nation dry waste recovery. Procedia CIRP. 40(3):347-352.
Mukhlis, Noer M, Nofialdi, Mahdi. Sistem pertanian terpadu padi dan sapi. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 1(1):97-100
Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID):
Departemen Agribisnis FEM IPB.
Pemerintah Daerah Desa Karangmangu. 2017. Laporan Penyelenggaraan
Pemerintah Desa. Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas.
31

Picuno P. 2016. Use of traditional material in farm buildings for a sustainable rural
environment. International Journal of Sustainable Built Environment. 5(51) :
460-462.
Prihandana R, Hendroko R. 2008. Energi Hijau: Pilihan Bijak Menuju Negeri
Mandiri Energi. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Pravitasari AM. 2007. Analisis hirarki wilayah dan land Rent pola usaha tani padi
dan bawang merah serta faktor-faktor yang mempengaruhinya di Kabupaten
Bantul Provinsi D.I Yogyakarta. [Skripsi]. Bogor (ID): Program Studi Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Rachadian F, Agassi E, Wahyudi S. 2013. Analisis kelayakan investasi. Journal
JATI Undip. Vol. 8: 1-2.
Rivai V. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan Dari Teori
ke Praktik. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada.
Riyadi D. 2003. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya
terhadap Debit Maksimum- Minimum di Sub DAS Ciliwung Hulu. [Skripsi].
Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian IPB. Bogor
Rustiadi E, Saefulhakim S, Panuju DR. 2011. Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah. Jakarta (ID): Crestpent Press dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Sanjaya D. 2015. Produksi biogas dari campuran kotoran sapi dengan kotoran
ayam. Jurnal Teknik Pertanian. Vol 4(2):127-136.
Sarwono B, Arianto H. 2002. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Jakarta
(ID): Penebar Swadaya.
Sinclair. 1967. Von Thunen and Urban Sprawl. Annals of The Association of
American Geographers.
Simanungkalit R, Suriadikarta D, Saraswati R, Setyorini D, Hartatik W. 2006.
Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Bogor (ID): Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Sugeng Y. 2000. Sapi Potong. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Suhendra F. 2008. The Usage of Biogas Technology to Reduce Livestock Pollutant
in Bali on Clean Development Mechanism. Bali (ID): Mulya Tiara Nusa.
Sumarmi. 2012. Pengembangan Wilayah Berkelanjutan. Malang (ID): Aditya
Media Publishing.
Sodiq A, Yuwono P. 2016. Pola pengembangan produktivitas sapi potong program
kemitraan bina lingkungan di Kabupaten Banyumas dan Cilacap Provinsi Jawa
Tengah. Jurnal Agripet. Vol. 16:1-2.
Trisnawati Y. 1992. Budidaya Tanaman Jeruk. Jakarta (ID): Kasinius.
Yulianto P, Cahyo S. 2010. Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
Yuniarsih E, Nappu M. 2014. Prospek pengembangan sistem integrasi tanaman
ternak di Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia
Ke-34. Sulawesi, Indonesia. Sulawesi (ID): Bioindustri Berbasis Pangan.
32

LAMPIRAN

Lampiran 1 Form pertanyaan parameter Land rent

Kuesioner Penelitian
ANALISIS PENDAPATAN DAN DAN PENGELUARAN USAHATANI
Oleh: Muhammad Alwan Al-Akbar / A14140095

Tanggal Wawancara:
I. IDENTITAS PETANI
1. Nama/ Nama Panggilan : Pak Wangso
2. Alamat : ………………………
3. Umur : 65 Tahun
4. Pendidikan Formal : .................Tahun
5. Pengalaman berusahatani : 31 Tahun
6. Pengalaman berusahatani Jeruk Lemon : 5 Tahun

II. IDENTITAS RUMAH TANGGA PETANI


1. Jumlah Tanggungan : 17 Orang
No Nama Jenis Umur Hubungan Pekerjaan Ikut dalam
Kelamin (tahun) Keluarga Usahatani
(L/P) (Ikut/Tidak)
33

A. ASET
a. Lahan
No Jenis Luas (Ha) Status Penguasaan
(sendiri/sewa/bagi hasil)*
1 Sawah
-Irigasi
-Non irigasi
2 Tegal/Kebun 4,6 Sendiri
3 Ladang
*Biaya lahan
1. Milik sendiri, biaya PBB yang harus dibayar :Rp 15.000.000,- /tahun
2. Sewa, sewa yang harus dibayar (air) :Rp 600.000,- /tahun

b. Cabang usahatani 2018


No Tanaman Luas (m2) Periode Tanam (bulan)
1. Jeruk lemon 45.000 12
2. Jambu kristal 1.000 6
3. Buah naga 1.500
4. Penggemukan sapi 2.500 4
5. Budidaya ikan lele 750 3

3. Bangunan
No Jenis Bangunan/Status Luas (m2) Nilai (Rp)
1. Rumah 500
2. Mess 150
3. Gazebo 30
4. Toilet 24

4. Peralatan
Jumlah Status Harga Umur Ekonomis
No Peralatan
(unit) Penguasaan (Rp/unit) Alat (tahun)
Mesin potong
1 6 Milik 1,2 juta 2
rumput
2 Gergaji mesin 1 Milik 1,5 juta 2
Mesin semprot
3 1 Milik 3,5 juta 2
"sanchin"
Sprayer
4 6 Milik 850 ribu 2
manual
5 Cangkul 20 Milik 80 ribu 04-Jan
6 Gunting petik 18 Milik 65 ribu 04-Jan
7 Keranjang 20 Milik 60 ribu 4
8 Timbangan 1 Milik 4 juta 2
34

e. Asal Modal

Asal Modal Jumlah Modal Bunga

Pribadi

III. INPUT PRODUKSI USAHATANI (jeruk lemon)


A. INPUT
1. Sarana Produksi
Lahan = 46.000 m2

No Jenis Jumlah Satuan Harga Nilai Sumber


(Rp) (Rp) perolehan
1 Bibit/Benih 2400 Pohon 75.000 Surabaya
2 Pupuk
a. Pupuk Organik
1. Kotoran 1000 Karung 15.000 Petani
ayam
2. Kotoran kambing 1000 Karung 15.000 Petani
3. Naskuru 135 liter 30.000 PT. Alam
4.
b. Pupuk Anorganik
1. Urea
2. SP-36 150 Kg 1600 Toko
pertanian
3. KCL 200 Kg 9000 Toko
pertanian
3 Obat-obatan
1. Pestisida 1 liter 120.000 Toko
pertanian
2. Insektisida 1 liter 120.000 Toko
pertanian
3. Fungisida 1 liter 120.000 Toko
pertanian
35

2. Tenaga Kerja

Dalam keluaraga Luar Keluarga Upah/hari


No Kegiatan L**) P**) L**) P**) L P
1 Pengolahan
tanah
2 Penanaman
3 Pemupukan
4 Pengendalian
HPT
5 Penyiangan
gulma
6 Pengairan
7 Panen
8 Pascapanen
**) Isi dengan Σorang x Σhari x Σjam kerja/hari

B. PRODUKSI
Jenis Konsumsi Penjualan
Produksi Jumlah Harga Nilai Jumlah Tempat Harga Nilai
(Kg) (Rp/kg) (Rp) (Kg) penjualan (Rp/Kg) (Rp)
Jeruk 40.000 1. Jakarta
lemon 2.
Surabaya
3.
Bandung
1.
2.
3.

IV. Pendapatan Luar usahatani


Jumlah
Asal Pendapatan
Pendapatan
36

V. KENDALA USAHATANI JERUK LEMON (ceklist jawaban yg benar)


A. Pengadaan Sarana Produksi
1. Bibit/benih
o Selalu tersedia [.....] Keterangan :
o Tersedia [.....]
o Kurang tersedia [.....]
o Tidak tersedia [.....]
2. Pupuk Anorganik
o Selalu tersedia [.....] Keterangan :
o Tersedia [.....]
o Kurang tersedia [.....]
o Tidak tersedia [.....]
3. Obat-obatan
o Selalu tersedia [.....] Keterangan :
o Tersedia [.....]
o Kurang tersedia [.....]
o Tidak tersedia [.....]
4. Ketersediaan Tenaga Kerja
o Selalu tersedia [.....] Keterangan :
o Tersedia [.....]
o Kurang tersedia [.....]
o Tidak tersedia [.....]
5. Ketersediaan Lahan
o Selalu tersedia [.....] Keterangan :
o Tersedia [.....]
o Kurang tersedia [.....]
o Tidak tersedia [.....]

B. Teknik Budidaya
o Mudah [.....] Keterangan :
o Sulit [.....]
37

Lampiran 2 Cash flow usahatani jeruk lemon


No Komponen biaya Tahun
2014 2015 2016 2017
Biaya Investasi
1 Lahan 2.000.000.000
2 Mesin potong
rumput 7.200.000
3 Gergaji Mesin 1.500.000
4 Sprayer manual 5.100.000
5 Mesin semprot 3.500.000
6 Cangkul 1.600.000
7 Gunting petik 1.170.000
8 Keranjang 240.000
9 Timbangan digital 4.000.000
10 Timbangan manual 450.000
Biaya Variabel
11 Benih 37.500.000 52.500.000 45.000.000 45.000.000
12 Pupuk kandang
ayam 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000
13 Pupuk kandang
kambing 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000
14 Naskuru - - 10.800.000 10.800.000
15 SP-36 2.880.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000
16 KCl 21.600.000 21.600.000 21.600.000 21.600.000
17 Pestisida 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000
18 Insektisida 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000
19 Fungisida 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000
Biaya Tetap
20 Listrik 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
21 Air 600.000 600.000 600.000 600.000
Tenaga Kerja 184.800.000 184.800.000 184.800.000 184.800.000
PBB (pajak) 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000
38

Lampiran 3 Cash flow usahatani penggemukan sapi


No Komponen biaya Tahun
2016 2017
Biaya Investasi
1 Kandang 10.000.000
2 Biogas 10.000.000
3 Kolam Terpal Bio-slurry 2.000.000
4 Timbangan 1.400.000
5 Drum Besar 200.000
6 Drum Kecil 100.000
7 Arit 100.000
8 Paralon 200.000
9 Ember 75.000
10 Selang 40.000
11 Sapu Lidi 240.000
Biaya Tetap
12 Gaji TK 19.200.000 19.200.000
13 Listrik dan Air 1.800.000 1.800.000

Biaya Variabel
14 Sapi 150.000.000 150.000.000
15 Obat Cacing 450.000 450.000
16 Vitamin 450.000 450.000
17 Sabun 600.000 600.000
39

Lampiran 4 Dokumentasi pada saat pengambilan data lapang

a) Diskusi saat
survey lapang

b) Foto bersama dengan c) Usaha


manajer kebun dan penggemukkan sapi
pemilik

d) Wawancara dengan e) Buah jeruk lemon


manajer Panda Farm dan jus lemon

f) Tempat penampungan kotoran sapi, tempat penampungan biogas


dan tempat penampungan bio-slurry
40

Lampiran 5 Produksi buah jeruk lemon tahun 2014-2017


No Tahun Musim Panen Jumlah (ton/4,5 Ha)
1 2014 1 8,85
2 12,2
2 2015 3 14
4 14
3 2016 5 27
6 28,6
4 2017 7 26
8 25,4

Lampiran 6 Perhitungan land rent, Net B/C, IRR dan Payback Period jeruk lemon
Net Cash Flow
Cash in Discounted Rate
Year Cash Out
(NCF)
Net Profit 11% 24%
0 Rp2.062.260.000 -Rp2.062.260.000 -Rp2.062.260.000 -Rp2.062.260.000
1 Rp373.500.000 Rp842.000.000 Rp468.500.000 Rp422.072.072 Rp377.822.581
2 Rp388.500.000 Rp1.120.000.000 Rp731.500.000 Rp593.701.810 Rp475.741.415
3 Rp372.360.000 Rp2.224.000.000 Rp1.851.640.000 Rp1.353.903.209 Rp971.161.592
4 Rp387.755.000 Rp2.141.500.000 Rp1.753.745.000 Rp1.155.246.152 Rp741.787.832
Rp3.584.375.000 Rp4.805.385.000 Rp1.462.663.244 Rp504.253.421

DF
PV/tahun
11%

0,900900901 Rp422.072.072
0,811622433 Rp593.701.810
0,731191381 Rp1.353.903.209
0,658730974 Rp1.155.246.152

PV positif = Rp3.102.851.171
PV negatif = -Rp1.389.391.892

NPV = NPV(11%; Rp4.805.385.000)


= Rp1.317.714.634
Rp1.317.714.634
Land rent = 45.000 𝑚² 5 tahun
2
= Rp 14.745,-/m

IRR = IRR(Rp4.805.385.000)
= 34%

Rp3.102.851.171
Net B/C = ABS (−Rp1.389.391.892)
= 1,95
41

Rp3.584.375.000
PBP = Rp1.462.663.244
= 2,01

Lampiran 7 Penghasilan tenaga kerja Panda Farm


No Nama Penghasilan Tenaga Kerja Total
(Rp/bulan) (Rp/tahun)
1 Kartim 3.000.000 36.000.000
2 Nasmirah 2.000.000 24.000.000
3 Rawin 800.000 9.600.000
4 Hermanu 800.000 9.600.000
5 Sugindar 800.000 9.600.000
6 Herry 800.000 9.600.000
7 Karman 800.000 9.600.000
8 Agus 800.000 9.600.000
9 Carwo 800.000 9.600.000
10 Narsiwan 800.000 9.600.000
11 Teguh 800.000 9.600.000
12 Samid 800.000 9.600.000
13 Wahid 800.000 9.600.000
14 Erfan 800.000 9.600.000
15 Puji 800.000 9.600.000
16 Umar 800.000 9.600.000
17 Rasto 800.000 9.600.000

Lampiran 8 Tambahan biaya usaha jeruk lemon tahun ke 4


Jenis biaya Jumlah (Rp)
Biaya Investasi
Alat pres buah 375.000
Mangkuk alumunium 30.000
Mesin Pengaduk 5.700.000
Panci 350.000
Spatula 20.000
Biaya variabel
Kemasan 6.840.000
Kompor 240.000
Gas 1.840.000
42

Lampiran 9 Produksi dan pendapatan jus lemon tahun 2017


Jumlah Jus Lemon Harga
Tahun Bulan Total (Rp)
(botol) (Rp/botol)
2017 Januari 130 50.000 6.500.000
Februari 140 50.000 7.000.000
Maret 145 50.000 7.250.000
April 145 50.000 7.250.000
Mei 135 50.000 6.750.000
Juni 140 50.000 7.000.000
Juli 150 50.000 7.500.000
Agustus 150 50.000 7.500.000
September 150 50.000 7.500.000
Oktober 145 50.000 7.250.000
November 130 50.000 6.500.000
Desember 150 50.000 7.500.000
Total
85.5000.00
pendapatan

Lampiran 10 Perhitungan land rent, Net B/C, IRR dan Payback Period penggemukan sapi

Cash in Discounted Cash Flow


Year Cash Out Net Cash Flow
Net Profit 12% 24%
2016 Rp196.855.000 Rp252.000.000 Rp55.145.000 Rp49.236.607 Rp44.471.774
2017 Rp172.500.000 Rp264.000.000 Rp91.500.000 Rp72.943.240 Rp59.508.325
Rp369.355.000 Rp516.000.000 Rp122.179.847 Rp103.980.099

Discount factor
PV tahun
11% 9% 10% 18%
Rp49.680.180 Rp50.591.743 Rp50.131.818 Rp46.733.051 Rp227.027.027
Rp74.263.453 Rp77.013.719 Rp75.619.835 Rp65.713.875 Rp214.268.322
Rp127.605.463 Rp125.751.653 Rp112.446.926 Rp441.295.349

PV positif = Rp74.263.453
PV negatif = -Rp147.618.393

NPV = NPV(11%; Rp516.000.000)

= Rp105.030.803
Rp105.030.803
Land rent = 5 tahun
2500 𝑚²

= Rp 9.202,-/m2

IRR = IRR(Rp516.000.000)

= 19%
43

Rp441.295.349
Net B/C = ABS (−Rp369.355.000)
= 1,2

Rp369.355.000
PBP = Rp441.295.349

= 0,8

Lampiran 11 Perhitungan land rent, Net B/C, IRR dan Payback Period pertanian terpadu

Cash in Net Cash Flow


Year Cash Out
Net Profit (NCF)
0 Rp2.062.260.000 -Rp2.062.260.000
1 Rp373.500.000 Rp842.000.000 Rp468.500.000
2 Rp388.500.000 Rp1.120.000.000 Rp731.500.000
3 Rp569.215.000 Rp2.476.000.000 Rp1.906.785.000
4 Rp560.255.000 Rp2.405.500.000 Rp1.845.245.000
Rp3.953.730.000 Rp6.843.500.000

Discounted Cash Flow DF PV tahun


12% 24% 11%
Rp418.303.571 Rp377.822.581 0,900900901 Rp422.072.072
Rp583.147.321 Rp475.741.415 0,811622433 Rp593.701.810
Rp1.357.211.900 Rp1.000.084.442 0,731191381 Rp1.394.224.758
Rp1.172.686.557 Rp780.489.916 0,658730974 Rp1.215.520.036
Rp3.531.349.349 Rp2.634.138.355

PV positif = Rp3.203.446.604
PV negatif = -Rp1.640.187.928

NPV = NPV(11%; Rp4.952.030.000)


= Rp1.408.341.150

Rp1.408.341.150
Land rent = 46.000 𝑚² 5 tahun
2
= Rp 15.148,-/m

IRR = IRR(Rp4.952.030.000)
= 35,4%

Rp3.203.446.604
Net B/C = ABS (−Rp1.640.187.928)
= 2,2

Rp1.640.187.928
PBP = Rp3.203.446.604
= 2,0
44
45

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bogor, Jawa Barat pada tanggal 3 Maret 1996 dari
Ayah Yanuar Wastam Dimyati dan Ibu Atik Hodikoh . Penulis adalah anak pertama
dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan formal di SDN Panaragan 1
Bogor dan lulus pada tahun 2008. Penulis melanjutkan pendidikan sekolah
menengah pertama di SMPN 6 Bogor hingga tahun 2011. Tahun 2014 penulis lulus
dari SMAN 6 Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut
Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Ujian Talenta Mandiri (UTM) serta
diterima di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Selama mengikuti perkulihaan, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah
Perencanaan Pengembangan Wilayah pada tahun 2018. Penulis mengikuti program
magang di Agribusiness Development Station-IPB pada bulan Agustus 2016.
Penulis juga aktif mengikuti unit kegiatan mahasiswa Music Agriculture X-Pression
(UKM MAX!!) IPB pada tahun 2014/2016, serta dalam kepanitiaan penulis aktif
sebagai panitia Konser Angkatan Agriaswara tahun 2014, dan anggota divisi
Publikasi dan Dokumentasi PESTA PORTAN pada tahun 2015, sebagai anggota
divisi Komunikasi dan Informasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah IPB pada
tahun 2015/2016

Anda mungkin juga menyukai