Anda di halaman 1dari 43

PENDUGAAN EROSI DAN TINGKAT BAHAYA EROSI DI

AREAL PT ANTAM UBPE PONGKOR, JAWA BARAT

MUHAMAD RAFI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan Erosi dan
Tingkat Bahaya Erosi di Areal PT ANTAM UBPE Pongkor, Jawa Barat adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2019

Muhamad Rafi
NIM E44140002
ABSTRAK
MUHAMAD RAFI. Pendugaan Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi di Areal PT
ANTAM UBPE Pongkor, Jawa Barat. Dibimbing oleh OMO RUSDIANA.

Erosi tanah adalah lepasnya dan hilangnya partikel tanah dari permukaan lahan
akibat daya fisik alam seperti hujan, limpasan, dan angin. Persamaan USLE
(Universal Soil Loss Equation) adalah model matematika yang digunakan untuk
menduga jumlah tanah yang hilang akibat erosi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menduga jumlah erosi dan menentukan tingkat bahaya erosi di areal PT ANTAM
UBPE Pongkor. Rata-rata nilai duga erosi pada hutan alam (Ciurug Longsoran
Bawah 600, Backfill Dam, Pasir Jawa) adalah 0.91 ton/ha/tahun dan pada hutan
tanaman adalah 10.09 ton/ha/tahun dan pada semak belukar 53.07 ton/ha/tahun.
Tingkat bahaya erosi pada ketiga lokasi hutan alam, yaitu Ciurug Longsoran Bawah
600, Backfill Dam, dan Pasir Jawa berada pada kategori sangat ringan. Pada lokasi
hutan tanaman, dua lokasi yakni Hutan Tanaman Geomin dan Arboretum Cikaret
berada kategori tingkat bahaya erosi sangat ringan dan pada lokasi semak belukar,
Lahan Reklamasi Tailing Dam berada pada kategori tingkat bahaya erosi ringan.
Faktor yang mempengaruhi besarnya nilai duga erosi pada vegetasi semak belukar
adalah tutupan lahan dan teknik konservasi tanah.

Kata kunci: erosi, hutan alam, hutan tanaman, areal reklamasi

ABSTRACT

MUHAMAD RAFI. Soil Erosion and Erosion Danger Level Estimation in the Area
of PT ANTAM UBPE Pongkor, West Java. Supervised by OMO RUSDIANA.

Soil erosion is the separation and loss of soil particle from land surface by
nature physical power such as rain, runoff, and wind. USLE (Universal Soil Loss
Equation) is a mathematic model which used to estimate total soil loss by erosion.
The purpose of this research is to estimate total soil loss and determine erosion
danger level in the area of PT ANTAM UBPE Pongkor. Average soil loss
estimation on natural forests is 0.91 ton/ha/year and on planted forests is 10.09
ton/ha/year and on shrubs is 53.07 ton/ha/year. Erosion danger level on three natural
forests location, Ciurug Longsoran Bawah 600, Backfill Dam, dan Pasir Jawa is in
the very low category. On planted forests, two location consist of Hutan Tanaman
Geomin and Arboretum Cikaret are on very low danger level, then on shrubs, Lahan
Reklamasi Tailing Dam is on the low danger level category. Factors that influence
the high value of soil loss estimation on shrubs are land cover and soil conservation
technology.

Keywords: erosion, natural forest, planted forest, reclamation area


PENDUGAAN EROSI DAN TINGKAT BAHAYA EROSI DI
AREAL PT ANTAM UBPE PONGKOR, JAWA BARAT

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
Judul Skripsi : Pendugaan Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi di Areal PT ANTAM
UBPE Pongkor, Jawa Barat
Nama : Muhamad Rafi
NIM : E44140002

Disetujui oleh

Dr Ir Omo Rusdiana, M.Sc.


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Noor Farikhah Haneda, M.Si.


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2018 ini ialah
erosi, dengan judul Pendugaan Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi di Areal PT
ANTAM UBPE Pongkor, Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Omo Rusdiana MSc selaku
pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada orang tua (M. Amin
dan Lismaida), saudara (M. Rubby dan M. Dali beserta keluarga), dan kepada
kekasih saya Amraini yang terus memberikan dukungan kepada penulis. Ungkapan
terima kasih juga penulis berikan kepada PT ANTAM UBPE Pongkor yang telah
memberikan izin penelitian dan mendampingi proses penelitian. Terima kasih
kepada rekan-rekan penelitian Shinta Fatmala, Eugenia Putri Permata Harry, dan
Elfa Mayasari. Kemudian terima kasih kepada seluruh dosen, staf, dan teman-teman
dari Fakultas Kehutanan IPB. Tak lupa pula terima kasih kepada Sengked Squad
dan kru Bad Boy Syariah.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu
pengetahuan di bidang kehutanan.

Bogor, Maret 2019

Muhamad Rafi
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii


DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 3
Waktu dan Tempat 3
Alat dan Bahan 3
Prosedur Penelitian 3
Pengolahan dan Analisis Data 4
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Erosivitas Hujan 8
Erodibilitas Tanah 10
Faktor Lereng 12
Faktor Tutupan Vegetasi Lahan dan Teknik Konservasi Tanah 15
Pendugaan Erosi 18
SIMPULAN DAN SARAN 21
Simpulan 21
Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 24
RIWAYAT HIDUP 29
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Nilai K berdasarkan tekstur tanah dan kandungan C-organik tanah 4


Tabel 2 Nilai C berdasarkan tutupan lahan 5
Tabel 3 Nilai P berdasarkan jenis teknik konservasi tanah 6
Tabel 4 Kategori tingkat bahaya erosi berdasarkan nilai duga erosi 6
Tabel 5 Nilai erosivitas per tahun di PT ANTAM UBPE Pongkor 8
Tabel 6 Sifat fisik tanah di lokasi penelitian dan nilai K tanah 10
Tabel 7 Faktor lereng lokasi penelitian 12
Tabel 8 Komposisi floristik pada lokasi penelitian 15
Tabel 9 Nilai C dan P di lokasi penelitian 17
Tabel 10 Pendugaan erosi dengan metode USLE di area PT ANTAM UBPE
Pongkor 18
Tabel 11 Rata-rata jumlah erosi berdasarkan tipe vegetasi 19
Tabel 12 Tingkat bahaya erosi di area PT ANTAM UBPE Pongkor 19

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tampak lokasi penelitian melalui citra resolusi tinggi 7


Gambar 2 Tren hujan dan erosivitas PT ANTAM UBPE Pongkor tahun 2011-
2018 9
Gambar 3 Kondisi tanah di lokasi penelitian: 1) Ciurug Longsoran bawah 600;
2) Backfill Dam; 3) Pasir Jawa; 4) Hutan Tanaman Geomin;
5) Lahan Reklamasi Tailing Dam; 6) Arboretum Cikaret 11
Gambar 4 Kelas lereng blok Cikaret 13
Gambar 5 Kelas lereng blok Mine Road Sorongan 13
Gambar 6 Kelas lereng blok Ciurug 14
Gambar 7 Kondisi vegetasi di lokasi penelitian: 1) Ciurug Longsoran Bawah
600; 2) Backfill Dam; 3) Pasir Jawa; 4) Hutan Tanaman Geomin;
5) Lahan Reklamasi Tailing Dam; 6) Arboretum Cikaret 16
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kunci determinasi tekstur tanah oleh Rowell (1994) 24


Lampiran 2 Kelas struktur tanah oleh Hardjowigeno (2010) 25
Lampiran 3 Rekapitulasi data hujan lokasi penelitian tahun 2011 25
Lampiran 4 Rekapitulasi data hujan lokasi penelitian tahun 2012 26
Lampiran 5 Rekapitulasi data hujan lokasi penelitian tahun 2013 26
Lampiran 6 Rekapitulasi data hujan lokasi penelitian tahun 2014 27
Lampiran 7 Rekapitulasi data hujan lokasi penelitian tahun 2016 27
Lampiran 8 Rekapitulasi data hujan lokasi penelitian tahun 2017 28
Lampiran 9 Rekapitulasi data hujan lokasi penelitian tahun 2018 28
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Erosi tanah adalah lepasnya dan hilangnya partikel tanah dari permukaan lahan
akibat daya fisik alam seperti hujan, limpasan, dan angin. Tanah secara alami akan
hilang akibat air atau angin. Erosi alami telah terjadi sejak 450 juta tahun yang lalu.
Secara umum, laju erosi alami bernilai sebanding dengan laju pembentukan tanah.
Masalah yang kerap kita hadapi sekarang adalah erosi yang dipercepat. Erosi yang
dipercepat terjadi akibat adanya aktivitas manusia dan manajemen lahan yang tidak
bijak sehingga laju erosi melewati batas wajar dan menimbulkan kerusakan serta
kerugian.
Hardjowigeno (2010) mengemukakan bahwa erosi telah menjadi penyebab
utama dari terbentuknya tanah kritis di Indonesia. Berdasarkan Jaringan
Pemberitaan Pemerintah, luas lahan kritis di Indonesia adalah 14 juta ha pada tahun
2018. Tanah kritis adalah tanah yang telah mengalami kerusakan dan kehilangan
fungsi hidroorologis dan fungsi ekonomi. Dengan perkataan lain, tanah tersebut
tidak lagi mampu berproduksi. Pada umumnya daerah-daerah tersebut mengalami
kerusakan akibat penggunaan tanah tanpa memperhatikan usaha konservasi tanah
dan air. Apabila tanah telah hancur, maka usaha untuk merehabilitasi tanah tersebut
akan sangat sulit.
Persamaan USLE (Universal Soil Loss Equation) adalah model matematika
yang digunakan untuk menduga jumlah tanah yang hilang akibat erosi. Model erosi
dapat digunakan sebagai dasar untuk konservasi tanah dan air, perencanaan lahan,
penentuan batas wajar erosi, dan tujuan keilmuan lain. Hasil dari model erosi USLE
adalah dugaan jumlah tanah yang hilang pada rentang waktu satu tahun dalam
satuan ton per hektar. Dugaan jumlah tanah yang hilang disimbolkan dengan huruf
A. Komponen model erosi USLE ada enam, yaitu erosivitas hujan, erodibilitas
tanah, kelerengan lahan, koefisien vegetasi, dan koefisien praktik konservasi tanah
dan air.
Pendugaan jumlah erosi ini dilakukan di PT Aneka Tambang Unit Bisnis
Pertambangan Emas (PT ANTAM UBPE) Pongkor, Jawa Barat. PT ANTAM
UBPE Pongkor adalah perusahaan yang bergerak di bidang penambangan emas.
Kegiatan penambangan emas sangat erat kaitannya dengan manipulasi kondisi
tanah. PT ANTAM UBPE Pongkor melakukan penambangan dengan metode
underground mining (tambang bawah tanah). Berdasarkan adendum ANDAL
(Analisis Dampak Lingkungan) pada tahun 2014, kegiatan pembukaan lahan untuk
kegiatan tambang dan pembuatan lubang tambang akan mengganggu kestabilan
lereng yang dapat menyebabkan erosi serta longsor dan hilang atau migrasinya flora
dan fauna pada areal kerja tambang. PT ANTAM UBPE Pongkor melakukan
kegiatan reklamasi untuk mengurangi dampak negatif akibat kegiatan tambang
melalui penataan lereng dan revegetasi. Pratama (2017) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa tingkat bahaya erosi pada areal reklamasi PT ANTAM UBPE
Pongkor berada pada kategori sedang hingga kategori sangat berat. Penelitian ini
dilakukan untuk melihat besarnya erosi pada beberapa titik di areal kerja PT
ANTAM UBPE Pongkor termasuk areal reklamasi. Titik pengambilan data
penelitian dilakukan di enam lokasi pada jenis tutupan lahan berupa hutan alam,
hutan tanaman, dan semak belukar yang tersebar di 3 blok kerja PT ANTAM UBPE
Pongkor, yaitu Blok Cikaret, Blok Ciurug, dan Blok Mine Road Sorongan.
2

Perumusan Masalah

PT ANTAM UBPE Pongkor telah melakukan kegiatan reklamasi lahan sebagai


upaya mitigasi terhadap kerusakan lahan akibat kegiatan tambang. Efektivitas
kegiatan reklamasi salah satunya diukur dari jumlah erosi pada lahan tersebut. Pada
penelitian ini terdapat tiga jenis tutupan lahan, yaitu hutan alam, hutan tanaman,
dan semak belukar (area reklamasi). Ketiga tutupan lahan tersebut memiliki kondisi
lingkungan yang berbeda sehingga memiliki kerentanan terhadap erosi yang
berbeda pula. Persamaan USLE akan digunakan untuk mengetahui dugaan jumlah
tanah yang hilang pada lokasi penelitian, kemudian hasil dugaan erosi akan
digunakan untuk menilai tingkat bahaya erosi. Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka permasalahan yang dirumuskan adalah:
1. Berapa dugaan jumlah erosi pada kawasan hutan alam, hutan tanaman, dan
semak belukar (area reklamasi) PT ANTAM UBPE Pongkor?
2. Bagaimana tingkat bahaya erosi pada lahan hutan alam, hutan tanaman, dan
semak belukar (area reklamasi) PT ANTAM UBPE Pongkor?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menduga jumlah erosi dan menentukan tingkat
bahaya erosi pada tutupan lahan berupa hutan alam, hutan tanaman, dan area
reklamasi di PT ANTAM UBPE Pongkor, Jawa Barat.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait jumlah erosi di


lahan PT ANTAM UBPE Pongkor. Pendugaan nilai erosi dilakukan sebagai bentuk
pengawasan terhadap laju erosi. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi
tolak ukur keberhasilan reklamasi dalam mengurangi erosi lahan.
3

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan Februari – April 2018. Pengambilan data


dilakukan di kawasan PT ANTAM UBPE Pongkor yang diklasifikasikan sebagai
hutan alam, hutan tanaman, dan semak belukar. Lokasi pada hutan alam meliputi
Ciurug Longsoran Bawah 600, Backfill Dam Ciurug, dan Pasir Jawa. Lokasi pada
hutan tanaman meliputi Hutan Tanaman Geomin dan Arboretum Cikaret. Lokasi
semak belukar adalah Lahan Reklamasi Tailing Dam di blok Cikaret. Pengolahan
dan analisis data dilakukan di Laboratorium Pengaruh Hutan, Departemen
Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tallysheet, kalkulator, golok,
alat tulis, alat dokumentasi, GPS, smartphone dan perangkat lunak Microsoft Office
Excel 2010 dan Microsoft Office Word 2010. Bahan yang digunakan adalah tanah
di areal PT ANTAM UBPE Pongkor, Jawa Barat.

Prosedur Penelitian

Metode Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
Data primer dalam penelitian ini meliputi tekstur tanah, struktur tanah, warna tanah,
dan hasil survei lahan. Data sekunder pada penelitian ini adalah data kondisi umum
lokasi berupa batas wilayah, vegetasi, kelerengan, dan iklim.

Penentuan Lokasi Penelitian


Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan tujuan tertentu. Lokasi
penelitian dibedakan berdasarkan tipe tutupan lahan, yaitu hutan alam, hutan
tanaman, dan semak belukar. Hutan alam dalam penelitian ini merupakan hutan
yang tumbuh secara alami. Hutan tanaman dalam penelitian ini merupakan hutan
hasil reklamasi dan areal hutan yang sudah mengalami gangguan dari manusia.
Semak belukar dalam penelitian ini merupakan vegetasi rendah yang tumbuh secara
rapat.

Penentuan Sifat Fisik Tanah


Sifat fisik tanah yang diidentifikasi di lapangan adalah tekstur, struktur, dan
warna tanah. Tekstur tanah diidentifikasi melalui metode analisis tangan dengan
dibantu kunci determinasi tekstur tanah oleh Rowell (1994). Metode analisis tekstur
tanah dengan tangan memanfaatkan indra peraba dan mengidentifikasi tanah
berdasarkan ciri khas tekstur partikel penyusunnya. Pada metode analisis tangan,
tanah yang dianalisis harus berada dalam kondisi basah (Ritchey et al. 2015).
Identifikasi struktur tanah dilakukan melalui metode lempar. Metode lempar
dilakukan dengan cara melempar contoh tanah terganggu hingga ketinggian 50 cm
untuk memperoleh satuan terkecil agregat tanah. Bentuk terkecil agregat tanah
tersebut kemudian dicocokkan dengan petunjuk gambar oleh Hardjowigeno (2010).
4

Warna tanah diidentifikasi dengan mencocokkan warna tanah dengan kumpulan


spektrum warna di Munsell Soil Color Chart.

Pengolahan dan Analisis Data

Pendugaan Erosi USLE


Model erosi USLE menurut Wischmeier dan Smith (1962) adalah:

Jumlah tanah hilang (A)(ton/ha/tahun) = RKLSCP

R adalah erosivitas hujan atau kemampuan energi kinetik hujan untuk mengikis
tanah. Metode pengukuran erosivitas yang dilakukan ini berdasarkan rumus
Abdurachman (1989):

R = (r2.263 x M0.678)/(40.056 x D0.349)

Keterangan:
EI30: energi kinetik hujan dan intensitas hujan maksimum 30 menit
r : curah hujan bulanan (cm)
D : jumlah hari hujan
M : curah hujan maksimum selama 24 jam (cm)

K adalah erodibilitas tanah atau kerentanan tanah terhadap erosi. Nilai K sesuai
dengan tekstur tanah dan C-organik ditunjukkan pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1 Nilai K berdasarkan tekstur tanah dan kandungan C-organik tanah

Nilai K (ton/ha)
Tekstur Tanah
C-Organik rata-rata C-organik <2% C-organik >2%
Liat 0.49 0.54 0.47
Lempung
0.67 0.74 0.63
berliat
Pasir halus 0.18 0.20 0.13
Lempung 0.67 0.76 0.58
Pasir
0.09 0.11 0.09
lempung
Pasir halus
0.87 0.99 0.56
lempung
Pasir 0.04 0.04 0.02
Liat
lempung 0.45 – 0.45
berpasir
Lempung
0.29 0.31 0.27
berpasir
5

Tabel 1 Nilai K berdasarkan tekstur tanah dan kandungan C-organik tanah


(lanjutan)

Nilai K (ton/ha)
Tekstur Tanah
C-Organik rata-rata C-organik <2% C-organik >2%
Lempung
0.85 0.92 0.83
berdebu
Liat berdebu 0.58 0.61 0.58
Lempung
0.72 0.79 0.67
liat berdebu
Pasir sangat
0.96 1.03 0.83
halus
Sumber: Ontario Ministry of Agriculture, Food, and Rural Affairs (2015)

L dan S adalah faktor lereng dimana L adalah panjang lereng dalam satuan
meter dan S adalah persen curam lereng. Nilai LS diperoleh melalui rumus:

L
LS = x(0.136 + 0.097 S + 0.0139 S 2 )
100
C adalah koefisien berdasarkan vegetasi yang ada pada lahan tersebut. Nilai
berdasarkan tutupan lahan dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2 Nilai C berdasarkan tutupan lahan

Macam penggunaan lahan/jenis tanaman Nilai faktor C


Kebun campuran: kerapatan tinggi 0.1
Kebun campuran: kerapatan sedang 0.2
Kebun campuran: kerapatan rendah 0.5
Perladangan 0.4
Hutan alam: serasah banyak 0.001
Hutan alam: serasah tidak banyak 0.005
Hutan produksi: tebang habis 0.05
Hutan produksi: tebang pilih 0.2
Semak belukar/padang rumput 0.3
Sumber: Hamer (1980)
6

P adalah koefisien perlakuan teknik konservasi tanah dan air pada lahan.
Apabila tidak ada teknik konservasi tanah dan air yang dilakukan maka nilai P = 1.
Nilai P dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3 Nilai P berdasarkan jenis teknik konservasi tanah

Macam tindakan konservasi tanah Nilai P


Pengguludan 0.1 - 0.2
Pertanaman baris penyangga antierosif dengan lebar 2 – 4 m 0.1 - 0.3
Dinding batu penahan 0.1
Teras dengan rancangan baku dengan bangunan bermutu baik 0.04
Teras dengan rancangan baku dengan bangunan bermutu sedang 0.15
Teras dengan rancangan baku dengan bangunan bermutu rendah 0.35
Tanaman penutup tanah kerapatan tinggi 0.10
Tanaman penutup tanah kerapatan sedang 0.50
Sumber: Hamer (1980)

Analisis Tingkat Bahaya Erosi


Tingkat Bahaya Erosi (TBE) adalah batas jumlah erosi (A) yang dikategorikan
berdasarkan dampaknya terhadap produktivitas lahan. Tabel 4 berikut adalah
kategori TBE:
Tabel 4 Kategori tingkat bahaya erosi berdasarkan nilai duga erosi

Tingkat Jumlah Tanah Hilang A


Kategori Erosi
Bahaya Erosi (ton/ha/tahun)
I < 15 Sangat ringan
II 15 – 60 Ringan
III 60 – 180 Sedang
IV 180- 480 Berat
V > 480 Sangat berat
Sumber: Departemen Kehutanan (1998)
7

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PT Aneka Tambang Unit Bisnis Pertambangan Emas (UBPE) Pongkor secara


administratif terletak di Desa Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten
Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, PT ANTAM UBPE Pongkor terletak pada
6°36‟37” – 6°48‟11” LS dan 106°30‟01” – 106°35‟38” BT. Batas wilayah PT
ANTAM UBPE Pongkor bagian utara dan selatan berbatasan dengan Taman
Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), bagian barat berbatasan dengan
perkebunan teh milik PT Nirmala Agung, dan bagian timur berbatasan dengan
Pemukiman masyarakat Kampung Ciguha, Nunggul, Pamangon
Berdasarkan adendum ANDAL PT ANTAM UBPE Pongkor tahun 2014,
vegetasi hutan yang terdapat pada lokasi proyek merupakan vegetasi dari
pegunungan tua. Secara umum, vegetasi hutan yang ada merupakan vegetasi yang
sama dengan vegetasi pada TNGHS. Tipe vegetasi berdasarkan ketinggian yang
terdapat pada perusahaan ini antara lain zona perbukitan (500 – 1 000 mdpl) yang
didominasi oleh Altingia excelsa (Rasamala), zona sub-montana (1 000 – 1 500
mdpl) yang didominasi oleh suku Fagaceae dan Lauraceae, serta zona montana (1
500 – 2 000 mdpl) yang didominasi oleh suku Fagaceae. . Curah hujan rata-rata
tahunan di wilayah ini berkisar antara 3000 – 4800 mm dengan suhu dengan suhu
berkisar antara 22°C – 33°C. PT ANTAM UBPE Pongkor terletak pada ketinggian
400 – 800 mdpl. Ditinjau dari segi topografi. wilayah PT ANTAM UBPE Pongkor
berupa daerah pegunungan di sebelah selatan dan timur, kemudian dataran rendah
di sebelah barat.

Gambar 1 Tampak lokasi penelitian melalui citra resolusi tinggi


Gambar 1 merupakan citra satelit resolusi tinggi lokasi penelitian. Lokasi
penelitian terbagi atas tiga blok, yaitu blok Ciurug, blok Mine Road Sorongan, dan
blok Cikaret. Blok Ciurug adalah lokasi pembuangan limbah batuan dan salah satu
area reklamasi di area kerja PT ANTAM UBPE Pongkor. Blok Ciurug mempunyai
beberapa area penting seperti Hutan Tanaman Geomin yang merupakan area
budidaya hutan, Backfill Dam yang merupakan lokasi pembuangan limbah batuan,
dan terdapat bengkel serta gudang penyimpanan alat berat tambang. Blok Ciurug
8

berbatasan langsung dengan kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun


Salak di bagian timur hingga selatan blok. Mine Road Sorongan merupakan blok
yang menyediakan jalan antara area perkantoran PT ANTAM menuju area
pertambangan. Pada bagian selatan blok Mine Road Sorongan, terdapat lokasi yang
bernama Pasir Jawa. Lokasi ini merupakan lokasi penambangan bawah tanah dan
di atasnya terdapat hutan alam serta di bawahnya mengalir aliran Sungai Cikaniki.
Blok Cikaret merupakan blok dengan TSF (Tailing Storage Facility), yaitu tempat
pembuangan akhir limbah tambang. Blok Cikaret juga mempunyai beberapa daerah
dengan tutupan vegetasi hasil reklamasi. Pada bagian barat hingga utara blok
Cikaret berbatasan dengan area PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat)
Perhutani.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Erosivitas Hujan

Tabel 5 Nilai erosivitas per tahun di PT ANTAM UBPE Pongkor

Tahun Rata-rata r Rata-rata D Rata-rata M Nilai R


2011 255.25 15 60.25 101.22
2012 303.83 17 61.75 129.69
2013 417.42 18 80.33 223.08
2014 367.83 15 104.58 210.38
2016 404.14 17 84.28 187.45
2017 272.64 19 48.95 81.84
2018 240.60 17 51.76 98.77
Rata-rata 323.10 17 70.27 147.49
Keterangan: r: curah hujan bulanan (mm), D: jumlah hari hujan, M: curah hujan tertinggi 24 jam (mm), R:
erosivitas hujan

Berdasarkan Tabel 5, rata-rata curah hujan bulanan tertinggi berada pada tahun
2013 dengan curah hujan bernilai 417.42 mm/bulan, sedangkan rata-rata curah
hujan terendah terdapat pada tahun 2018 dengan curah hujan 240.60 mm/bulan.
Rata-rata jumlah hari hujan tertinggi terdapat pada tahun 2017 dengan jumlah 19
hari hujan dan terendah pada tahun 2011 dan 2014 dengan 15 hari hujan. Rata-rata
curah hujan harian maksimum di lokasi penelitian berkisar antara 60.25 mm/hari
hingga 104.58 mm/hari. Nilai rata-rata curah hujan harian tertinggi diperoleh pada
tahun 2014. Erosivitas tertinggi diperoleh pada tahun 2013 dengan nilai 223.08 dan
rata-rata erosivitas yang digunakan bernilai 147.49
Curah hujan adalah penyebab utama erosi. Daya erosi dari curah hujan
diekspresikan sebagai erosivitas hujan. Erosivitas hujan mempertimbangkan
jumlah hujan dan intensitas hujan, dan umumnya diekspresikan dengan simbol R
dalam model USLE (Panagos et al. 2015). Persamaan erosivitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah persamaan erosivitas Abdurachman (1989). Sulistyo
(2011) dalam penelitiannya membuktikan bahwa persamaan erosivitas
Abdurachman memiliki ketelitian lebih dari 80% apabila diterapkan di lahan
Indonesia. Persamaan erosivitas Bols (1978) dan Lenvain (1989) hanya memiliki
ketelitian sebesar 29.23% dan 7.53%. Persamaan Bols dan Lenvain memberikan
hasil dugaan erosi yang overestimate.
9

Tren Hujan dan Erosivitas

600,00 350,00

500,00 300,00

250,00
400,00
200,00
300,00
150,00
200,00
100,00

100,00 50,00
23 19 19 22 20 22
16 13 11 8 13 17
0,00 0,00
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
Curah Hujan Bulanan (r, mm)
Hari Hujan (D)
Intensitas Hujan 24 Jam (mm/hari)
Erosivitas
Gambar 2 Tren hujan dan erosivitas PT ANTAM UBPE Pongkor tahun 2011-
2018
Berdasarkan grafik pada Gambar 2, pada bulan November terjadi curah hujan
tertinggi mencapai nilai 487.37 mm/bulan menghasilkan nilai erosivitas sebesar
282.14 kemudian diikuti oleh bulan April dengan curah hujan bulanan 479.56 mm
menghasilkan erosivitas 256.50. Nilai erosivitas paling rendah ditemukan pada
bulan Juni. Pada bulan tersebut curah hujan bernilai rendah, yaitu 175.60 mm/bulan
dengan hari hujan sebanyak 13 menghasilkan nilai erosivitas sebesar 32.29. Jumlah
hari hujan terbanyak terdapat pada bulan Januari dengan 23 hari hujan. Intensitas
hujan tertinggi terjadi pada bulan Juli dengan nilai intensitas hujan maksimum
92.77 mm/hari.
Menurut Renard et al. (1997), perhitungan nilai R memerlukan identifikasi
terhadap peristiwa hujan yang mempunyai daya erosi. Kriteria hujan yang
mempunyai daya erosi adalah hujan dengan curah hujan melebihi 12.7 mm dan
peristiwa tersebut harus terjadi dengan puncak hujan yang setidaknya memiliki
curah lebih besar atau sama dengan 12.7 mm per 30 menit. Lu dan Yu (2002) juga
menyatakan bahwa batas curah hujan yang memiliki daya erosi adalah lebih besar
dari 12.7 mm. Pengurangan terhadap batas ini ke nilai 0 mm tidak memberikan
perubahan nilai R lebih dari 3.5%. Peristiwa hujan di lokasi penelitian pada bulan
memiliki durasi 0.6 – 1.4 jam/hari dengan rata-rata intensitas hujan maksimum
sebesar 81 mm/hari. Hal ini menunjukkan bahwa peristiwa terjadi secara singkat
dan kuat dengan curah hujan bernilai hingga 600% dari batas kriteria.
10

Erodibilitas Tanah

Tabel 6 Sifat fisik tanah di lokasi penelitian dan nilai K tanah

Nilai
Lokasi Tekstur Struktur Warna Ordo
K
1. Hutan alam
Ciurug Longsoran Lempung Gumpal
5YR 7/10 Ultisol 0.31
Bawah 600 berpasir bersudut
Backfill Dam Lempung Granula 5YR 5/8 Ultisol 0.76
Pasir
Pasir Jawa Granula 5YR 6/4 Regosol 0.11
lempung
2. Hutan tanaman
Hutan Tanaman Lempung
Granula/gumpal 5YR 4/3 Ultisol 0.92
Geomin berdebu
Lempung
Arboretum Cikaret Granula 5YR 3/6 Ultisol 0.92
berdebu
3. Semak belukar
Lahan Reklamasi Lempung
Gumpal 5YR 3/4 Ultisol 0.31
Tailing Dam berpasir

Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa tekstur tanah yang dominan pada lokasi
penelitian adalah tekstur lempung. Pada area Ciurug Longsoran Bawah 600 dan
Lahan Reklamasi Tailing Dam, tanah bertekstur lempung berpasir. Area Hutan
Tanaman Geomin dan Arboretum Cikaret memiliki tanah bertekstur lempung
berdebu. Tekstur tanah pada Backfill Dam adalah lempung dan Pasir Jawa adalah
pasir lempung. Struktur tanah pada lokasi penelitian adalah granula dengan ukuran
partikel tanah 2 – 5 mm dan gumpal dengan ukuran partikel tanah 5 – 10 mm. Warna
tanah pada lokasi penelitian memiliki hue yang sama, yaitu 5YR. Notasi hue 5 YR
menunjukkan bahwa tanah memiliki warna yang merupakan campuran seimbang
dari spektrum merah dan kuning atau warna coklat kemerahan. Warna tanah pada
hutan alam lebih terang daripada warna tanah pada hutan tanaman. Hal tersebut
ditunjukkan dari notasi value warna tanah pada hutan alam yang lebih tinggi
daripada hutan tanaman, yaitu bernilai 7, 5, dan 6. Lima dari enam lokasi penelitian
memiliki tanah dengan ordo Ultisol atau Podsolik Merah Kuning. Tanah ordo
Ultisol memiliki warna yang cerah dengan notasi value pada keadaan lembap lebih
dari 3. Tanah Ultisol juga bereaksi masam dengan pH 4.5 – 5.5. Penelitian oleh
Mayasari (2018) memberikan hasil yang menunjukkan bahwa pH tanah di area PT
ANTAM UBPE Pongkor memiliki pH berkisar antara 4.7 – 5.3. Tanah di Pasir
Jawa berasal dari ordo Regosol, yaitu tanah dengan komposisi partikel pasir lebih
yang dominan dan memiliki kadar C-organik rendah.
Nilai erodibilitas menunjukkan kepekaan material permukaan atau tanah
terhadap erosi, transpor sedimen, dan aliran permukaan berdasarkan nilai erosivitas
dalam kondisi standar. Kondisi standar adalah unit contoh lahan dengan panjang
22.6 m, slope 9%, dan tanpa gangguan. Erodibilitas adalah jumlah tanah yang
11

hilang per nilai erosivitas. Nilai K ditentukan dari tekstur tanah, struktur tanah,
permeabilitas tanah, dan C-organik tanah (Ganasri dan Ramesh 2016).
Nilai erodibilitas tanah tertinggi berasal dari lokasi Hutan Tanaman Geomin
dan Arboretum Cikaret dengan nilai 0.92. Erodibilitas terendah berasal dari lokasi
Pasir Jawa dengan nilai 0.11. Pada umumnya, tanah dengan tekstur liat memiliki
nilai erodibilitas yang rendah karena tanah dengan tekstur ini lebih resistan terhadap
pemisahan partikel. Tanah dengan tekstur pasir juga memiliki nilai erodibilitas yang
rendah sebab laju infiltrasi yang tinggi dan laju aliran permukaan yang rendah.
Sedimen dari tanah dengan tekstur pasir juga lebih sulit untuk dipindahkan oleh air.
Tanah bertekstur lempung berdebu mempunyai nilai erodibilitas yang sedang
karena memiliki partikel tanah yang relatif mudah untuk terpisah, laju infiltrasi
yang sedang hingga rendah, dan laju aliran permukaan yang cukup tinggi. Tanah
yang paling peka terhadap erosi adalah tanah dengan tekstur debu sebab permukaan
tanahnya mudah untuk terkikis, dan menghasilkan laju aliran permukaan yang
tinggi akibat sifatnya yang licin (Ganasri dan Ramesh 2016).
Erodibilitas tanah ditentukan pula oleh kadar C-organik tanah. Apabila tanah
memiliki C-organik dengan kadar lebih dari 2%, maka kepekaan tanah terhadap
erosi akan berkurang. Hal tersebut terjadi karena bahan organik tanah berfungsi
sebagai perekat alami bagi partikel tanah. Kadar bahan organik tanah yang lebih
tinggi akan menghasil tanah yang lebih resistan terhadap pemisahan partikel. Bahan
organik juga mampu meningkatkan infiltrasi tanah dan mengurasi laju aliran
permukaan. Berdasarkan hasil penelitian Mayasari (2018), kadar C-organik tanah
pada tanah di are PT ANTAM UBPE Pongkor termasuk rendah dengan nilai yang
berkisar antara 0.65 – 1.60%. Kondisi tanah pada lokasi penelitian dapat dilihat
pada Gambar 3.

Gambar 3 Kondisi tanah di lokasi penelitian: 1) Ciurug Longsoran bawah 600; 2)


Backfill Dam; 3) Pasir Jawa; 4) Hutan Tanaman Geomin; 5) Lahan
Reklamasi Tailing Dam; 6) Arboretum Cikaret
12

Faktor Lereng

Tabel 7 Faktor lereng lokasi penelitian

Panjang
Kecuraman Nilai
Lokasi Blok Lereng
(S)(%) LS
(L)(m)
1. Hutan alam
Ciurug Longsoran
Ciurug 235 24 12.30
Bawah 600
Backfill Dam Ciurug 196 30 15.24
Mine Road
Pasir Jawa 456 26 27.48
Sorongan
2. Hutan tanaman
Hutan Tanaman
Ciurug 207 11 2.99
Geomin
Arboretum Cikaret Cikaret 276 9 2.95
3. Semak belukar
Lahan Reklamasi
Cikaret 164 15 3.87
Tailing Dam

Berdasarkan Tabel 7, lereng terpanjang terdapat pada lokasi Pasir Jawa dengan
panjang 496 m. Lereng terpendek terdapat pada lokasi Lahan Reklamasi Tailing
Dam dengan panjang 164 m. Kecuraman lereng tertinggi diperoleh di lokasi
Backfill Dam dengan nilai 30% dan kecuraman lereng terendah di Arboretum
Cikaret dengan nilai 9%. Hasil analisis menggunakan rumus oleh Wischmeier dan
Smith (1962) menghasil nilai faktor LS tertinggi di Pasir Jawa dengan nilai 27.48
dan terendah di Arboretum Cikaret.
Panjang dan kecuraman lereng akan mempengaruhi jumlah tanah yang hilang
akibat erosi. Faktor lereng adalah perbandingan jumlah tanah yang hilang dengan
lereng yang memiliki panjang dan kecuraman tertentu pada kondisi standar. Pada
kondisi standar, nilai faktor LS adalah 1. Panjang lereng diukur dari titik tertinggi
jatuhnya presipitasi atau titik awal terjadinya aliran permukaan hingga ke titik
dimana kecuraman lereng berkurang atau air telah masuk lahan tadah air seperti
daerah DAS. Kecuraman lereng menentukan kecepatan aliran permukaan dan
transpor sedimen. Erosi maksimum umumnya terjadi pada kecuraman 10 – 25 %.
Oleh sebab itu, faktor LS berbanding lurus dengan jumlah tanah yang hilang.
Berikut adalah gambar deskriptif kelerengan pada lokasi penelitian (Ganasri dan
Ramesh 2016).
Gambar 4 adalah gambar yang menunjukkan kelas lereng dari blok Cikaret.
Blok Cikaret memiliki rentang kelerengan dari 0% hingga lebih besar dari 40%,
namun kelas lereng yang dominan adalah kelas lereng 0 – 8%, kelas lereng 8 – 15%,
dan kelas lereng 15 – 25%
13

Gambar 4 Kelas lereng blok Cikaret


Gambar 5 menunjukkan kelas lereng dari blok Mine Road Sorongan. Kelas
lereng yang dominan pada blok ini adalah kelas lereng 25 – 40%

Gambar 5 Kelas lereng blok Mine Road Sorongan


14

Gambar 6 menunjukkan kelas lereng dari blok Ciurug. Pada blok ini, kelas
lereng cukup beragam. Lokasi Hutan Tanaman Geomin berada pada kelas lereng 0
– 15%. Bagian selatan dari Hutan Tanaman Geomin memiliki kelerengan 15 – 40%.
Lokasi Backfill Dam dan Ciurug Longsoran Bawah 600 merupakan area dengan
kecuraman lereng tinggi, yaitu terdapat pada kelas lereng 25 hingga lebih dari 40%

Gambar 6 Kelas lereng blok Ciurug


Pada Gambar 4, Gambar 5, dan Gambar 6 terlihat tiga blok penelitian berurut
dari utara hingga selatan, yaitu Cikaret, Mine Road Sorongan, dan Ciurug.
Berdasarkan gambar, blok Mine Road Sorongan memiliki gradien kecuraman
lereng yang tinggi. Area blok Mine Road Sorongan dominan pada kelas lereng 15
– 25% dan 25 – 40 %. Area blok Cikaret mempunyai kelas lereng yang relatif lebih
rendah dari blok lainnya. Blok Cikaret memiliki area yang dominan dengan kelas
lereng 0 – 8% dan 15 – 25 %. Pada blok Ciurug, terdapat semua kelas lereng. Bagian
barat blok Ciurug yang memiliki kelas lereng 25 – 40% adalah bagian area kerja
PT ANTAM UBPE Pongkor yang berbatasan langsung dengan area Taman
Nasional Gunung Halimun Salak. Ciurug Longsoran Bawah 600 dan Backfill Dam
terdapat pada bagian barat blok Ciurug ini dan keduanya memiliki vegetasi hutan
alam.
15

Faktor Tutupan Vegetasi Lahan dan Teknik Konservasi Tanah

Tabel 8 Komposisi floristik pada lokasi penelitian

Tingkat
Tipe
Lokasi Jenis Dominan Pertumbuhan
vegetasi
Dominan

Passiflora foetida (tumbuhan


bawah)
Ciurug
Verbonia arborea (semai) Tumbuhan bawah
Longsoran Hutan alam
Artocarpus elasticus (pancang) dan pancang
Bawah 600
Bellucia pentamera (tiang)
Maesopsis eminii (pohon)

Molineria latifolia (tumbuhan


bawah)
Cinnamomum parthenoxylon
(semai)
Tumbuhan bawah
Backfill Dam Hutan alam Phoebe excelsa (pancang)
Altingia excelsa (pancang) dan semai
Acer laurinum (pancang)
Litsea elliptica (pancang)
Quercus sundaica (tiang, pohon)

Selaginella plana (tumbuhan


bawah)
Saurauia pendula (semai,
Tumbuhan bawah
Pasir Jawa Hutan alam pancang, tiang)
Vernonia arborea (semai) dan pancang
Calliandra calothyrsus (pancang)
Schima wallichii (pohon)

Digitari sanguinalis (tumbuhan


Hutan bawah)
Hutan Tumbuhan bawah
Tanaman Altingia excelsa (pancang, tiang)
tanaman dan pancang
Geomin Maesopsis eminii (pohon)

Digitari sanguinalis (tumbuhan


Lahan bawah)
Semak Tumbuhan bawah
Reklamasi Acacia mangium (pancang)
belukar dan pancang
Tailing Dam Maesopsis eminii (tiang)

Calopogonium muconoides
(tumbuhan bawah)
Arboretum Hutan Syzigium lineatum (semai) Tumbuhan bawah
Cikaret tanaman Manglietia glauca (pancang) dan semai
Dalbergia latifolia (tiang, pohon)

Sumber: Harry (2018)


16

Tabel 8 menyajikan data komposisi vegetasi pada lokasi penelitian berdasarkan


penelitian Harry (2018). Pada lokasi penelitian terdapat dua lokasi yang didominasi
oleh tingkat pertumbuhan tumbuhan bawah dan semai, yaitu Backfill Dam dan
Arboretum Cikaret. Lokasi penelitian lain didominasi oleh tingkat pertumbuhan
tumbuhan bawah dan pancang. Kondisi vegetasi pada lokasi penelitian dapat dilihat
pada Gambar 7.

Gambar 7 Kondisi vegetasi di lokasi penelitian: 1) Ciurug Longsoran Bawah 600;


2) Backfill Dam; 3) Pasir Jawa; 4) Hutan Tanaman Geomin; 5) Lahan
Reklamasi Tailing Dam; 6) Arboretum Cikaret
17

Berdasarkan hasil survei, hutan alam memiliki struktur tegakan yang lebih baik
dibandingkan dengan hutan tanaman. Secara horizontal, hutan alam menyebar lebih
merata pada lahan dan mempunyai tutupan tajuk yang lebih baik. Pohon pasang tua
yang ditemukan di hutan alam Backfill Dam dapat mempunyai diameter tajuk
hingga 14 m dengan perkiraan luas tajuk 22 m2. Secara vertikal, hutan alam mampu
menembus strata tajuk B hingga A (tinggi pohon >20 m). Pada hutan tanaman,
pohon yang tumbuh umumnya berumur sama sehingga tidak ada variasi pada
struktur tegakan. Pohon juga ditanam menurut jarak tanam tertentu. Contoh kasus
pada lokasi Lahan Reklamasi Tailing Dam adalah pertumbuhan akasia yang invasif
dan mengelompok sehingga ada ketimpangan dalam penutupan lahan oleh tajuk.
Tabel 9 Nilai C dan P di lokasi penelitian

Lokasi Nilai C Nilai P Keterangan


Ciurug Longsoran
0.001 1 Hutan alam
Bawah 600
Backfill Dam 0.001 1 Hutan alam
Pasir Jawa 0.001 1 Hutan alam
Hutan Tanaman
0.2 0.15 Hutan tanaman dengan teras sedang
Geomin
Lahan Reklamasi
0.3 1 Semak belukar
Tailing Dam
Hutan tanaman dengan tanaman
Arboretum Cikaret 0.2 0.1
penutup tanah

Tabel 9 merupakan rekapitulasi nilai C dan nilai P lokasi penelitian. Nilai C


tertinggi diperoleh dari lokasi Lahan Reklamasi Tailing Dam dengan nilai 0.3.
Berdasarkan hasil survei lapang, hanya terdapat dua lokasi yang menerapkan teknik
konservasi tanah dan air, yaitu pada lokasi Hutan Tanaman Geomin dan Arboretum
Cikaret. Hutan Tanaman Geomin memiliki teras dengan kualitas sedang sehingga
diperoleh nilai P sebesar 0.15 untuk lokasi tersebut. Lokasi Arboretum Cikaret
memiliki mulsa alami, yaitu jenis Calopogonium mucunoides dengan kerapatan
tinggi sehingga memberikan nilai P sebesar 0.1 untuk lokasi tersebut.
Menurut Suhendang (2013), hutan alam adalah hutan yang disusun oleh pohon-
pohon asli, tumbuh secara alami dan memiliki struktur menyerupai atau identik
dengan hutan alam primer. Hutan tanaman merupakan hutan yang dibangun dengan
cara penanaman atau dengan cara menyebarkan biji pada lahan gundul, padang
rumput, lahan terbuka pada hutan sekunder, atau lahan bekas tebang habis pada
hutan primer yang kemudian dimodifikasi dan dimanipulasi menjadi hutan.
Berdasarkan Badan Standardisasi Nasional (2010), semak belukar adalah kawasan
lahan kering yang ditumbuhi berbagai vegetasi rendah alami heterogen dan
homogen yang tingkat kerapatannya jarang hingga rapat. Dasar identifikasi tutupan
lahan dan teknik konservasi tanah untuk menentukan nilai faktor C dan P adalah
melalui kegiatan survei dan analisis data sekunder.
Gitas et al. (2009) menyatakan dalam penelitiannya bahwa nilai faktor C
adalah sebagai representasi bagaimana manajemen lahan mempengaruhi erosi.
Utamanya faktor C menggambarkan persentase tutupan vegetasi terhadap lahan dan
dinyatakan dalam rasio hilangnya tanah berdasarkan tutupan lahan, antara lahan
18

tersebut bervegetasi atau lahan tersebut gundul. Nilai C bergantung pada tipe
vegetasi, tingkat pertumbuhan vegetasi, dan penutupan vegetasi.
Nilai faktor P adalah nilai yang paling dianggap tidak pasti dari keenam nilai
dalam model erosi USLE. Faktor P adalah ekspresi dari upaya konservasi tanah
terhadap pengurangan potensi erosi dengan mengurangi aliran permukaan,
mengurangi dampak energi kinetik hujan, dan pengaturan drainase tanah pada
permukaan tanah. Contoh teknik konservasi tanah yang mampu memberikan
koefisien kurang dari 1 terhadap model erosi USLE adalah penanaman menurut
kontur, tanaman lorong, pembuatan teras, dan pembuatan lubang drainase. Teknik-
teknik tersebut akan mempengaruhi erosi akibat daya fisik air melalui perubahan
pola aliran, arah aliran, laju aliran air. Semakin kecil nilai faktor P, maka semakin
efektif teknik yang digunakan dalam mengontrol erosi. Interferensi manusia dalam
kontrol erosi sangat penting untuk pendugaan jumlah erosi, namun hal tersebut sulit
dilakukan karena kontrol erosi yang demikian dilakukan secara mikro (Morgan dan
Nearing 2011).
Teknik konservasi tanah hanya ditemukan di 2 lokasi dari total 6 lokasi
penelitian. Teknik konservasi tanah yang pertama terdapat di Hutan tanaman
Geomin, yaitu pembuatan teras. Teras dibuat sepanjang lahan bervegetasi pada
kelerengan 15 – 25%. Lebar satu tingkat teras berkisar antara 10 – 15 m. Kualitas
teras dinilai sedang karena batas teras mulai tidak terlihat dan tidak ada perawatan
terhadap teras. Teknik konservasi kedua ditemukan di lokasi Arboretum Cikaret,
yaitu penggunaan tanaman penutup tanah kalopo (Calopogonium mucunoides).
Berdasarkan penelitian oleh Fosu (2003) dan Fosu (2004), penanaman kalopo
sebagai tanaman penutup tanah mampu meningkatkan produksi tanaman pangan
dan meningkatkan kesuburan tanah melalui pelepasan hara selama dekomposisi.
Penanaman kalopo sebagai penutup tanah juga mampu memberikan perlindungan
terhadap erosi tanah, introduksi mikoriza, dan penekanan terhadap pertumbuhan
gulma.
Pendugaan Erosi

Tabel 10 Pendugaan erosi dengan metode USLE di area PT ANTAM UBPE


Pongkor

Lokasi R K LS C P A
Ciurug Longsoran
147.49 0.31 12.30 0.001 1.00 0.56
Bawah 600
Backfill Dam 147.49 0.76 15.24 0.001 1.00 1.71
Pasir Jawa 147.49 0.11 27.48 0.001 1.00 0.45
Hutan Tanaman Geomin 147.49 0.92 2.99 0.2 0.15 12.17
Lahan Reklamasi Tailing
147.49 0.31 3.87 0.3 1.00 53.07
Dam
Arboretum Cikaret 147.49 0.92 2.95 0.2 0.10 8.01
Keterangan: R: erosivitas hujan, K: erodibilitas tanah, LS: faktor lereng, C: koefisien vegetasi, P: koefisien
konservasi tanah, A: jumlah erosi tanah (ton/ha/tahun)

Pendugaan erosi diperoleh dengan mengalikan semua nilai komponen model


erosi USLE. Erosivitas hujan, erodibilitas tanah, dan kelerengan adalah faktor alami
di lapang yang tidak bisa diubah, kemudian vegetasi dan konservasi tanah adalah
koefisien yang mempengaruhi potensi nilai erosi. Berdasarkan Tabel 10, jumlah
19

erosi terbesar diperoleh di lokasi Lahan Reklamasi Tailing Dam dengan jumlah
tanah hilang per tahun sebesar 53.07 ton/ha/tahun. Kemudian jumlah erosi terkecil
terdapat pada lokasi Pasir Jawa dengan jumlah tanah hilang 0.45 ton/ha/tahun.
Enam komponen erosi berdasarkan model erosi USLE, empat di antaranya
merupakan faktor dari alam yang berskala luas dan tak bisa dikendalikan. Dua
faktor, yaitu C dan P adalah faktor yang mampu dikendalikan oleh manusia.

Tabel 11 Rata-rata jumlah erosi berdasarkan tipe vegetasi

Rata-rata jumlah erosi


Lokasi Tipe Vegetasi
tanah (A) (ton/ha/tahun)
Ciurug Longsoran
Bawah 600
Backfill Dam Hutan alam 0.91
Pasir Jawa
Hutan Tanaman Geomin
Hutan tanaman 10.09
Arboretum Cikaret
Lahan Reklamasi Tailing
Semak belukar 53.07
Dam

Tabel 11 menyajikan nilai rata-rata erosi berdasarkan tutupan lahannya. Pada


lokasi penelitian, diketahui bahwa nilai duga erosi pada vegetasi semak belukar
jauh lebih besar dibandingkan hutan alam dan hutan tanaman. Hal tersebut
dipengaruhi oleh nilai C dan P. Contoh perbandingannya adalah lokasi Pasir Jawa
dan Lahan Reklamasi Tailing Dam. Lokasi Pasir Jawa memiliki nilai erodibilitas
tanah dan nilai kelerengan yang lebih besar. Kedua lokasi tidak menerapkan teknik
konservasi tanah. Perbedaan besar pada hasil duga erosi terletak pada faktor
vegetasi. Densitas vegetasi yang tinggi pada hutan alam menghasilkan nilai C
sebesar 0.001 dan menghasilkan kontrol erosi yang jauh lebih baik. Perbandingan
berikutnya adalah pada hutan tanaman, Hutan Tanaman Geomin dan Arboretum
Cikaret memiliki nilai komponen erosi yang relatif sama kecuali untuk nilai P.
Perbedaan teknik konservasi tanah antar kedua lokasi memberikan perbedaan nilai
P sebesar 0.05. Perbedaan sebesar 0.05 tersebut mampu memberikan selisih duga
erosi hingga 4.16 ton/ha/tahun. Kemudian pada lokasi Lahan Reklamasi Tailing
Dam yang tidak menerapkan teknik konservasi tanah, nilai duga erosi meningkat
436% hingga 662% dibandingkan lokasi hutan tanaman.
Tabel 12 Tingkat bahaya erosi di area PT ANTAM UBPE Pongkor

Nilai A Tingkat
Lokasi Tipe vegetasi
(ton/ha/tahun) Bahaya Erosi
Ciurug Longsoran Bawah
Hutan alam 0.56 Sangat ringan
600
Backfill Dam Hutan alam 1.71 Sangat ringan
Pasir Jawa Hutan alam 0.45 Sangat ringan
Hutan Tanaman Geomin Hutan tanaman 12.17 Sangat ringan
Lahan Reklamasi Tailing
Semak belukar 53.07 Ringan
Dam
Arboretum Cikaret Hutan tanaman 8.01 Sangat ringan
20

Tabel 12 menunjukkan tingkat bahaya erosi di PT ANTAM UBPE Pongkor


berdasarkan jumlah tanah hilang (ton/ha/tahun). Kategori ditentukan menurut
ketentuan tingkat bahaya erosi oleh Departemen Kehutanan tahun 1998. Semua
lokasi pada hutan alam berada pada tingkat bahaya erosi sangat ringan, yaitu jumlah
tanah hilang lebih kecil dari 15 ton/ha/tahun. Lokasi Hutan Tanaman Geomin dan
Arboretum Cikaret termasuk dalam tingkat bahaya erosi sangat ringan, yaitu
berjumlah kurang dari 15 ton/ha/tahun. Lahan Reklamasi Tailing Dam berada
dalam tingkat bahaya erosi ringan dengan nilai duga erosi yang lebih tinggi, yaitu
sebesar 53.07 ton/ha/tahun. Masalah utama penyebab erosi cukup tinggi pada
Lahan Reklamasi Tailing Dam adalah tutupan lahan yang hanya berupa semak dan
pohon muda dan tidak adanya teknik konservasi tanah yang diterapkan.
Berdasarkan penelitian oleh Pratama (2017), tingkat bahaya erosi pada area
revegetasi/reklamasi PT ANTAM UBPE Pongkor berada pada kategori sedang
hingga sangat berat. Pada penelitian ini, tingkat bahaya erosi pada area
revegetasi/reklamasi, yaitu lokasi Lahan Reklamasi Tailing Dam berada pada
kategori ringan. Hal ini mengartikan bahwa kegiatan reklamasi yang dilakukan PT
ANTAM UBPE Pongkor dinilai efektif karena mampu menurunkan jumlah dugaan
erosi secara drastis.
Kinnell (2010) menyatakan bahwa model erosi USLE merupakan model erosi
yang paling umum digunakan namun hasil duga erosi kadang tidak tepat. USLE
dibuat untuk menduga rata-rata erosi tahunan dalam jangka panjang. USLE mampu
menduga erosi dengan baik pada beberapa lokasi dan bisa jadi tidak tepat digunakan
pada beberapa lokasi. Kelemahan USLE dalam pendugaan erosi adalah karena
faktor erosivitas hujan dalam USLE tidak mencakup keseluruhan proses air pada
tanah. Kemudian model erosi USLE belum mempertimbangkan faktor transpor
sedimen oleh air. Revisi terhadap model erosi kerap kali dilakukan, namun hal
tersebut tidak mudah. Revisi pada satu komponen USLE akan berdampak kepada
komponen lain. Contohnya adalah untuk setiap perubahan persamaan erosivitas,
maka nilai erodibilitas atau persamaan erodibilitas dapat berubah pula karena kedua
komponen tersebut saling berkaitan. Koefisien C dan P juga harus diperhatikan
dalam model USLE. Kedua komponen tersebut berpengaruh besar terhadap hasil
akhir nilai duga erosi sehingga dibutuhkan adanya metode kuantitatif yang baku
dan analisis spasial lebih lanjut untuk menentukan nilainya.
21

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai duga erosi pada
vegetasi semak belukar (Lahan Reklamasi Tailing Dam) lebih besar dibanding
hutan tanaman (Hutan Tanaman Geomin dan Arboretum Cikaret) dan hutan alam
(Ciurug Longsoran Bawah 600, Backfill Dam, dan Pasir Jawa). Rata-rata nilai duga
erosi pada hutan alam adalah 0.91 ton/ha/tahun, pada hutan tanaman adalah 10.09
ton/ha/tahun, kemudian nilai duga erosi pada vegetasi semak belukar adalah 53.07
ton/ha/tahun. Tingkat bahaya erosi pada ketiga lokasi hutan alam berada pada
kategori sangat ringan. Pada lokasi hutan tanaman, nilai duga erosi berada kategori
tingkat bahaya erosi sangat ringan dan lokasi semak belukar Lahan Reklamasi
Tailing Dam berada pada kategori tingkat bahaya erosi ringan. Faktor yang
mempengaruhi besarnya nilai duga erosi pada hutan tanaman adalah tutupan lahan
dan teknik konservasi tanah.

Saran

Penelitian terhadap pendugaan erosi dapat dilakukan dengan metode yang lain
dan menerapkan persamaan hasil revisi. Hal tersebut bisa menjadi perbandingan,
yaitu metode mana yang lebih cocok untuk digunakan di lokasi PT ANTAM UBPE
Pongkor. Analisis spasial juga hendaknya dilakukan menggunakan perangkat lunak
GIS. Penggunaan GIS dapat mempermudah pengolahan data serta memperbesar
ruang lingkup pendugaan erosi.
22

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman A. 1989. Rainfall erosivity and soil erodibility in Indonesia:


estimation and variation with time [Tesis]. Ghent (BE): Ghent University.
Badan Standardisasi Nasional. 2010. Klasifikasi Penutup Lahan. Jakarta (ID):
Badan Standardisasi Nasional.
Departemen Kehutanan. 1998. Pedoman Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi
Teknik Lapangan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai. Jakarta (ID):
Departemen Kehutanan.
Fosu M. 2003. Nitrogen accumulation and release by Sunn hemp, Calopo, Mucuna
and Devil bean in semi-arid Ghana. Agricultural and Food Science Journal of
Ghana 2: 141-153.
Fosu M, Kuhne RF, Vlek PLG. 2004. Improving maize yield in the Guinea
savannah zone of Ghana with leguminous cover crops and PK fertilization.
Journal of Agronomy 3(2): 115-121.
Ganasri BP dan Ramesh H. 2016. Assessment of soil erosion by RUSLE model
using remote sensing and GIS - A case study of Nethravathi Basin. Geoscience
Frontiers 7(6): 953-961.
Hamer WI. 1980. Soil Conservation Consultant Report. Technical Note No.7,
FAO Project INS/78/006, Soil Research Institute, Bogor.
Gitas IZ, Douros K, Minakou C, Silleos GN, Karydas CG. 2009. Multi-temporal
soil erosion risk assessment in N. Chalkidiki using a modified USLE raster
model. EARSel eProceedings 8: 40-52.
Hardjowigeno S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.
Harry EPP. 2018. Keanekaragaman jenis tumbuhan pada hutan alam dan hutan
tanaman PT ANTAM UBPE Pongkor, Bogor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Kinnell PIA. 2010. Event soil loss, runoff and the Universal Soil Loss Equation
family of models: A review. Journal of Hydrology 385(1): 384-397.
Lu H dan Yu B. 2002. Spatial and seasonal distribution of rainfall erosivity in
Australia. Australian Journal of Soil Research 40(6): 887-901.
Mayasari E. 2018. Potensi simpanan karbon tanah di areal PT ANTAM UBPE
Pongkor, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Morgan RPC dan Nearing M. 2011. Handbook of Erosion Modelling. New Jersey
(US): John Wiley and Sons.
Panagos P, Ballabio B, Borrelli P, Meusburger K, Klik A, Rousseva S, Tadic MP,
Michaelides S, Hrabalikova M, Olsen P et al. 2015. Rainfall erosivity in
Europe. Science of The Total Environment 511: 801-814.
Pratama RP. 2017. Kajian tingkat bahaya erosi tanah menggunakan metode petak
kecil pada area revegetasi PT ANTAM (Persero) Tbk. UBPE Pongkor, Desa
Bantar Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat [Skripsi].
Yogyakarta (ID): UPN Veteran Yogyakarta.
Renard KG. 1997. Predicting Soil Erosion by Water: A Guide to Conservation
Planning with the Revised Universal Soil Loss Equation (RUSLE).
Washington DC (US): USDA.
Ritchey EL, McGrath JM, Gehring D. Determining soil texture by feel. Agriculture
and Natural Resources Publications 139(1): 1-3.
Rowell DL. 1994. Soil Science: Methods and Applications. Michigan (US):
Longman Scientific and Technical.
23

Stone RP dan Hilborn D. 2015. Universal soil loss equation (USLE). OMAFRA
Fachtsheet [Internet]. [diunduh 2018 Des 6]. Tersedia pada:
http://www.omafra.gov.on.ca/english/engineer/facts/12-051.htm
Suhendang E. 2013. Pengantar Ilmu Kehutanan. Bogor (ID): IPB Press.
Sulistyo B. 2011. Pengaruh erosivitas hujan yang diperoleh dari rumus yang
berbeda terhadap pemodelan erosi berbasis raster. AGRITECH 31(3): 250-259.
Wischmeier WH dan Smith DD. 1962. Soil loss estimation as a tool in soil and
water management planning. International Association of Hydrological
Sciences Publications 59: 148-59.
24

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kunci determinasi tekstur tanah oleh Rowell (1994)


25

Lampiran 2 Kelas struktur tanah oleh Hardjowigeno (2010)

Lampiran 3 Rekapitulasi data hujan lokasi penelitian tahun 2011

Curah hujan
Curah Hujan
Bulan Hari Hujan (D) tertinggi 24 jam (M)
Bulanan (r) (mm)
(mm)
Januari 170 15 69
Februari 105 10 26
Maret 157 14 35
April 303 18 44
Mei 394 22 135
Juni 240 22 62
Juli 143 12 45
Agustus 70 6 41
September 229 12 58
Oktober 419 20 63
November 716 23 111
Desember 117 11 34
Rata-rata 255.25 15.42 60.25
Sumber: PT ANTAM UBPE Pongkor
26

Lampiran 4 Rekapitulasi data hujan lokasi penelitian tahun 2012

Curah Hujan Bulanan Curah hujan tertinggi


Bulan Hari Hujan (D)
(r) (mm) 24 jam (M) (mm)
Januari 398 27 59
Februari 364 19 73
Maret 102 13 29
April 571 21 75
Mei 246 12 68
Juni 73 7 19
Juli 132 6 56
Agustus 41 6 17
September 228 20 55
Oktober 350 21 55
November 624 27 113
Desember 517 23 122
Rata-rata 303.83 16 61.75
Sumber: PT ANTAM UBPE Pongkor

Lampiran 5 Rekapitulasi data hujan lokasi penelitian tahun 2013

Curah Hujan Bulanan Curah hujan tertinggi


Bulan Hari Hujan (D)
(r) (mm) 24 jam (M) (mm)
Januari 558 22 98
Februari 327 21 62
Maret 434 18 103
April 595 19 92
Mei 249 16 62
Juni 101 12 24
Juli 488 22 85
Agustus 426 15 114
September 661 17 110
Oktober 348 14 57
November 420 14 87
Desember 402 21 70
Rata-rata 417.42 17 80.33
Sumber: PT ANTAM UBPE Pongkor
27

Lampiran 6 Rekapitulasi data hujan lokasi penelitian tahun 2014

Curah Hujan Bulanan Curah hujan tertinggi


Bulan Hari Hujan (D)
(r) (mm) 24 jam (M) (mm)
Januari 478 24 56
Februari 551 16 165
Maret 329 15 64
April 489 18 138
Mei 406 17 65
Juni 197 9 54
Juli 358 7 279
Agustus 405 7 197
September 267 11 76
Oktober 395 21 61
November 418 19 78
Desember 121 12 22
Rata-rata 367.83 14 104.58
Sumber: PT ANTAM UBPE Pongkor

Lampiran 7 Rekapitulasi data hujan lokasi penelitian tahun 2016

Curah Hujan Bulanan Curah hujan tertinggi


Bulan Hari Hujan (D)
(r) (mm) 24 jam (M) (mm)
Januari 424 19 76
Februari 469 20 67
Maret 456 23 74
April 707 25 77
Mei 348 18 54
Juni 335 12 84
Juli 375 13 142
Agustus 386 12 168
September 334 13 94
Oktober 449 21 64
November 431 20 84
Desember 135 13 26
Rata-rata 404.13 17 84.27
Sumber: PT ANTAM UBPE Pongkor
28

Lampiran 8 Rekapitulasi data hujan lokasi penelitian tahun 2017

Curah Hujan Bulanan Curah hujan tertinggi


Bulan Hari Hujan (D)
(r) (mm) 24 jam (M) (mm)
Januari 261 25 58
Februari 689 27 64
Maret 284 27 66
April 401 27 52
Mei 226 16 49
Juni 131 17 35
Juli 89 12 38
Agustus 49 5 17
September 34 8 11
Oktober 367 25 60
November 421 22 90
Desember 321 21 48
Rata-rata 272.64 19 48.96
Sumber: BMKG

Lampiran 9 Rekapitulasi data hujan lokasi penelitian tahun 2018

Curah Hujan Bulanan Curah hujan tertinggi


Bulan Hari Hujan (D)
(r) (mm) 24 jam (M) (mm)
Januari 333 29 39
Februari 672 23 164
Maret 432 26 79
April 291 24 48
Mei 108 13 33
Juni 152 9 58
Juli 9 4 5
Agustus 21 4 12
September 162 13 50
Oktober 130 16 50
November 382 26 53
Desember 196 19 31
Rata-rata 240.60 17 98.77
Sumber: BMKG
29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 1 Mei 1996 sebagai anak ke-3
dari 3 orang bersaudara pasangan M. Amin dan Lismaida. Penulis menyelesaikan
pendidikan sekolah dasar di SDN 1 Kuala Simpang pada tahun 2008, sekolah
lanjutan tingkat pertama di SMPN 1 Karang Baru pada tahun 2011, dan sekolah
lanjutan tingkat atas di SMAN 2 Percontohan Karang Baru pada tahun 2014. Tahun
2014 penulis diterima menjadi mahasiswa di Departemen Silvikultur, Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri).
Selama menempuh studi di Fakultas Kehutanan IPB, penulis telah
melaksanakan kegiatan praktek lapangan yaitu, Praktek Umum Kehutanan (PUK)
jalur Sancang Barat - Papandayan dan Hutan Pendidikan Gunung Walat pada tahun
2016. Penulis melakukan Praktik Kerja Profesi (PKP) pada tahun 2017 dengan
topik “Sifat Fisik Lingkungan Hutan pada Hutan Alam dan Hutan Tanaman di KPH
Pasuruan, Jawa Timur” di KPH Pasuruan, Jawa Timur. Guna melengkapi
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan
IPB, penulis menyusun sebuah karya ilmiah dengan judul penelitian : “Pendugaan
Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi di PT ANTAM UBPE Pongkor, Jawa Barat”,
dibawah bimbingan Dr Ir Omo Rusdiana, MSc dari Laboratorium Pengaruh Hutan
Fakultas Kehutanan IPB.

Anda mungkin juga menyukai