MUHAMAD RAFI
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pendugaan Erosi dan
Tingkat Bahaya Erosi di Areal PT ANTAM UBPE Pongkor, Jawa Barat adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2019
Muhamad Rafi
NIM E44140002
ABSTRAK
MUHAMAD RAFI. Pendugaan Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi di Areal PT
ANTAM UBPE Pongkor, Jawa Barat. Dibimbing oleh OMO RUSDIANA.
Erosi tanah adalah lepasnya dan hilangnya partikel tanah dari permukaan lahan
akibat daya fisik alam seperti hujan, limpasan, dan angin. Persamaan USLE
(Universal Soil Loss Equation) adalah model matematika yang digunakan untuk
menduga jumlah tanah yang hilang akibat erosi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menduga jumlah erosi dan menentukan tingkat bahaya erosi di areal PT ANTAM
UBPE Pongkor. Rata-rata nilai duga erosi pada hutan alam (Ciurug Longsoran
Bawah 600, Backfill Dam, Pasir Jawa) adalah 0.91 ton/ha/tahun dan pada hutan
tanaman adalah 10.09 ton/ha/tahun dan pada semak belukar 53.07 ton/ha/tahun.
Tingkat bahaya erosi pada ketiga lokasi hutan alam, yaitu Ciurug Longsoran Bawah
600, Backfill Dam, dan Pasir Jawa berada pada kategori sangat ringan. Pada lokasi
hutan tanaman, dua lokasi yakni Hutan Tanaman Geomin dan Arboretum Cikaret
berada kategori tingkat bahaya erosi sangat ringan dan pada lokasi semak belukar,
Lahan Reklamasi Tailing Dam berada pada kategori tingkat bahaya erosi ringan.
Faktor yang mempengaruhi besarnya nilai duga erosi pada vegetasi semak belukar
adalah tutupan lahan dan teknik konservasi tanah.
ABSTRACT
MUHAMAD RAFI. Soil Erosion and Erosion Danger Level Estimation in the Area
of PT ANTAM UBPE Pongkor, West Java. Supervised by OMO RUSDIANA.
Soil erosion is the separation and loss of soil particle from land surface by
nature physical power such as rain, runoff, and wind. USLE (Universal Soil Loss
Equation) is a mathematic model which used to estimate total soil loss by erosion.
The purpose of this research is to estimate total soil loss and determine erosion
danger level in the area of PT ANTAM UBPE Pongkor. Average soil loss
estimation on natural forests is 0.91 ton/ha/year and on planted forests is 10.09
ton/ha/year and on shrubs is 53.07 ton/ha/year. Erosion danger level on three natural
forests location, Ciurug Longsoran Bawah 600, Backfill Dam, dan Pasir Jawa is in
the very low category. On planted forests, two location consist of Hutan Tanaman
Geomin and Arboretum Cikaret are on very low danger level, then on shrubs, Lahan
Reklamasi Tailing Dam is on the low danger level category. Factors that influence
the high value of soil loss estimation on shrubs are land cover and soil conservation
technology.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Silvikultur
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
Judul Skripsi : Pendugaan Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi di Areal PT ANTAM
UBPE Pongkor, Jawa Barat
Nama : Muhamad Rafi
NIM : E44140002
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2018 ini ialah
erosi, dengan judul Pendugaan Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi di Areal PT
ANTAM UBPE Pongkor, Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Omo Rusdiana MSc selaku
pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada orang tua (M. Amin
dan Lismaida), saudara (M. Rubby dan M. Dali beserta keluarga), dan kepada
kekasih saya Amraini yang terus memberikan dukungan kepada penulis. Ungkapan
terima kasih juga penulis berikan kepada PT ANTAM UBPE Pongkor yang telah
memberikan izin penelitian dan mendampingi proses penelitian. Terima kasih
kepada rekan-rekan penelitian Shinta Fatmala, Eugenia Putri Permata Harry, dan
Elfa Mayasari. Kemudian terima kasih kepada seluruh dosen, staf, dan teman-teman
dari Fakultas Kehutanan IPB. Tak lupa pula terima kasih kepada Sengked Squad
dan kru Bad Boy Syariah.
Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu
pengetahuan di bidang kehutanan.
Muhamad Rafi
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Erosi tanah adalah lepasnya dan hilangnya partikel tanah dari permukaan lahan
akibat daya fisik alam seperti hujan, limpasan, dan angin. Tanah secara alami akan
hilang akibat air atau angin. Erosi alami telah terjadi sejak 450 juta tahun yang lalu.
Secara umum, laju erosi alami bernilai sebanding dengan laju pembentukan tanah.
Masalah yang kerap kita hadapi sekarang adalah erosi yang dipercepat. Erosi yang
dipercepat terjadi akibat adanya aktivitas manusia dan manajemen lahan yang tidak
bijak sehingga laju erosi melewati batas wajar dan menimbulkan kerusakan serta
kerugian.
Hardjowigeno (2010) mengemukakan bahwa erosi telah menjadi penyebab
utama dari terbentuknya tanah kritis di Indonesia. Berdasarkan Jaringan
Pemberitaan Pemerintah, luas lahan kritis di Indonesia adalah 14 juta ha pada tahun
2018. Tanah kritis adalah tanah yang telah mengalami kerusakan dan kehilangan
fungsi hidroorologis dan fungsi ekonomi. Dengan perkataan lain, tanah tersebut
tidak lagi mampu berproduksi. Pada umumnya daerah-daerah tersebut mengalami
kerusakan akibat penggunaan tanah tanpa memperhatikan usaha konservasi tanah
dan air. Apabila tanah telah hancur, maka usaha untuk merehabilitasi tanah tersebut
akan sangat sulit.
Persamaan USLE (Universal Soil Loss Equation) adalah model matematika
yang digunakan untuk menduga jumlah tanah yang hilang akibat erosi. Model erosi
dapat digunakan sebagai dasar untuk konservasi tanah dan air, perencanaan lahan,
penentuan batas wajar erosi, dan tujuan keilmuan lain. Hasil dari model erosi USLE
adalah dugaan jumlah tanah yang hilang pada rentang waktu satu tahun dalam
satuan ton per hektar. Dugaan jumlah tanah yang hilang disimbolkan dengan huruf
A. Komponen model erosi USLE ada enam, yaitu erosivitas hujan, erodibilitas
tanah, kelerengan lahan, koefisien vegetasi, dan koefisien praktik konservasi tanah
dan air.
Pendugaan jumlah erosi ini dilakukan di PT Aneka Tambang Unit Bisnis
Pertambangan Emas (PT ANTAM UBPE) Pongkor, Jawa Barat. PT ANTAM
UBPE Pongkor adalah perusahaan yang bergerak di bidang penambangan emas.
Kegiatan penambangan emas sangat erat kaitannya dengan manipulasi kondisi
tanah. PT ANTAM UBPE Pongkor melakukan penambangan dengan metode
underground mining (tambang bawah tanah). Berdasarkan adendum ANDAL
(Analisis Dampak Lingkungan) pada tahun 2014, kegiatan pembukaan lahan untuk
kegiatan tambang dan pembuatan lubang tambang akan mengganggu kestabilan
lereng yang dapat menyebabkan erosi serta longsor dan hilang atau migrasinya flora
dan fauna pada areal kerja tambang. PT ANTAM UBPE Pongkor melakukan
kegiatan reklamasi untuk mengurangi dampak negatif akibat kegiatan tambang
melalui penataan lereng dan revegetasi. Pratama (2017) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa tingkat bahaya erosi pada areal reklamasi PT ANTAM UBPE
Pongkor berada pada kategori sedang hingga kategori sangat berat. Penelitian ini
dilakukan untuk melihat besarnya erosi pada beberapa titik di areal kerja PT
ANTAM UBPE Pongkor termasuk areal reklamasi. Titik pengambilan data
penelitian dilakukan di enam lokasi pada jenis tutupan lahan berupa hutan alam,
hutan tanaman, dan semak belukar yang tersebar di 3 blok kerja PT ANTAM UBPE
Pongkor, yaitu Blok Cikaret, Blok Ciurug, dan Blok Mine Road Sorongan.
2
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menduga jumlah erosi dan menentukan tingkat
bahaya erosi pada tutupan lahan berupa hutan alam, hutan tanaman, dan area
reklamasi di PT ANTAM UBPE Pongkor, Jawa Barat.
Manfaat Penelitian
METODE
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tallysheet, kalkulator, golok,
alat tulis, alat dokumentasi, GPS, smartphone dan perangkat lunak Microsoft Office
Excel 2010 dan Microsoft Office Word 2010. Bahan yang digunakan adalah tanah
di areal PT ANTAM UBPE Pongkor, Jawa Barat.
Prosedur Penelitian
R adalah erosivitas hujan atau kemampuan energi kinetik hujan untuk mengikis
tanah. Metode pengukuran erosivitas yang dilakukan ini berdasarkan rumus
Abdurachman (1989):
Keterangan:
EI30: energi kinetik hujan dan intensitas hujan maksimum 30 menit
r : curah hujan bulanan (cm)
D : jumlah hari hujan
M : curah hujan maksimum selama 24 jam (cm)
K adalah erodibilitas tanah atau kerentanan tanah terhadap erosi. Nilai K sesuai
dengan tekstur tanah dan C-organik ditunjukkan pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1 Nilai K berdasarkan tekstur tanah dan kandungan C-organik tanah
Nilai K (ton/ha)
Tekstur Tanah
C-Organik rata-rata C-organik <2% C-organik >2%
Liat 0.49 0.54 0.47
Lempung
0.67 0.74 0.63
berliat
Pasir halus 0.18 0.20 0.13
Lempung 0.67 0.76 0.58
Pasir
0.09 0.11 0.09
lempung
Pasir halus
0.87 0.99 0.56
lempung
Pasir 0.04 0.04 0.02
Liat
lempung 0.45 – 0.45
berpasir
Lempung
0.29 0.31 0.27
berpasir
5
Nilai K (ton/ha)
Tekstur Tanah
C-Organik rata-rata C-organik <2% C-organik >2%
Lempung
0.85 0.92 0.83
berdebu
Liat berdebu 0.58 0.61 0.58
Lempung
0.72 0.79 0.67
liat berdebu
Pasir sangat
0.96 1.03 0.83
halus
Sumber: Ontario Ministry of Agriculture, Food, and Rural Affairs (2015)
L dan S adalah faktor lereng dimana L adalah panjang lereng dalam satuan
meter dan S adalah persen curam lereng. Nilai LS diperoleh melalui rumus:
L
LS = x(0.136 + 0.097 S + 0.0139 S 2 )
100
C adalah koefisien berdasarkan vegetasi yang ada pada lahan tersebut. Nilai
berdasarkan tutupan lahan dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut:
P adalah koefisien perlakuan teknik konservasi tanah dan air pada lahan.
Apabila tidak ada teknik konservasi tanah dan air yang dilakukan maka nilai P = 1.
Nilai P dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3 Nilai P berdasarkan jenis teknik konservasi tanah
Erosivitas Hujan
Berdasarkan Tabel 5, rata-rata curah hujan bulanan tertinggi berada pada tahun
2013 dengan curah hujan bernilai 417.42 mm/bulan, sedangkan rata-rata curah
hujan terendah terdapat pada tahun 2018 dengan curah hujan 240.60 mm/bulan.
Rata-rata jumlah hari hujan tertinggi terdapat pada tahun 2017 dengan jumlah 19
hari hujan dan terendah pada tahun 2011 dan 2014 dengan 15 hari hujan. Rata-rata
curah hujan harian maksimum di lokasi penelitian berkisar antara 60.25 mm/hari
hingga 104.58 mm/hari. Nilai rata-rata curah hujan harian tertinggi diperoleh pada
tahun 2014. Erosivitas tertinggi diperoleh pada tahun 2013 dengan nilai 223.08 dan
rata-rata erosivitas yang digunakan bernilai 147.49
Curah hujan adalah penyebab utama erosi. Daya erosi dari curah hujan
diekspresikan sebagai erosivitas hujan. Erosivitas hujan mempertimbangkan
jumlah hujan dan intensitas hujan, dan umumnya diekspresikan dengan simbol R
dalam model USLE (Panagos et al. 2015). Persamaan erosivitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah persamaan erosivitas Abdurachman (1989). Sulistyo
(2011) dalam penelitiannya membuktikan bahwa persamaan erosivitas
Abdurachman memiliki ketelitian lebih dari 80% apabila diterapkan di lahan
Indonesia. Persamaan erosivitas Bols (1978) dan Lenvain (1989) hanya memiliki
ketelitian sebesar 29.23% dan 7.53%. Persamaan Bols dan Lenvain memberikan
hasil dugaan erosi yang overestimate.
9
600,00 350,00
500,00 300,00
250,00
400,00
200,00
300,00
150,00
200,00
100,00
100,00 50,00
23 19 19 22 20 22
16 13 11 8 13 17
0,00 0,00
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
Curah Hujan Bulanan (r, mm)
Hari Hujan (D)
Intensitas Hujan 24 Jam (mm/hari)
Erosivitas
Gambar 2 Tren hujan dan erosivitas PT ANTAM UBPE Pongkor tahun 2011-
2018
Berdasarkan grafik pada Gambar 2, pada bulan November terjadi curah hujan
tertinggi mencapai nilai 487.37 mm/bulan menghasilkan nilai erosivitas sebesar
282.14 kemudian diikuti oleh bulan April dengan curah hujan bulanan 479.56 mm
menghasilkan erosivitas 256.50. Nilai erosivitas paling rendah ditemukan pada
bulan Juni. Pada bulan tersebut curah hujan bernilai rendah, yaitu 175.60 mm/bulan
dengan hari hujan sebanyak 13 menghasilkan nilai erosivitas sebesar 32.29. Jumlah
hari hujan terbanyak terdapat pada bulan Januari dengan 23 hari hujan. Intensitas
hujan tertinggi terjadi pada bulan Juli dengan nilai intensitas hujan maksimum
92.77 mm/hari.
Menurut Renard et al. (1997), perhitungan nilai R memerlukan identifikasi
terhadap peristiwa hujan yang mempunyai daya erosi. Kriteria hujan yang
mempunyai daya erosi adalah hujan dengan curah hujan melebihi 12.7 mm dan
peristiwa tersebut harus terjadi dengan puncak hujan yang setidaknya memiliki
curah lebih besar atau sama dengan 12.7 mm per 30 menit. Lu dan Yu (2002) juga
menyatakan bahwa batas curah hujan yang memiliki daya erosi adalah lebih besar
dari 12.7 mm. Pengurangan terhadap batas ini ke nilai 0 mm tidak memberikan
perubahan nilai R lebih dari 3.5%. Peristiwa hujan di lokasi penelitian pada bulan
memiliki durasi 0.6 – 1.4 jam/hari dengan rata-rata intensitas hujan maksimum
sebesar 81 mm/hari. Hal ini menunjukkan bahwa peristiwa terjadi secara singkat
dan kuat dengan curah hujan bernilai hingga 600% dari batas kriteria.
10
Erodibilitas Tanah
Nilai
Lokasi Tekstur Struktur Warna Ordo
K
1. Hutan alam
Ciurug Longsoran Lempung Gumpal
5YR 7/10 Ultisol 0.31
Bawah 600 berpasir bersudut
Backfill Dam Lempung Granula 5YR 5/8 Ultisol 0.76
Pasir
Pasir Jawa Granula 5YR 6/4 Regosol 0.11
lempung
2. Hutan tanaman
Hutan Tanaman Lempung
Granula/gumpal 5YR 4/3 Ultisol 0.92
Geomin berdebu
Lempung
Arboretum Cikaret Granula 5YR 3/6 Ultisol 0.92
berdebu
3. Semak belukar
Lahan Reklamasi Lempung
Gumpal 5YR 3/4 Ultisol 0.31
Tailing Dam berpasir
Berdasarkan Tabel 6, diketahui bahwa tekstur tanah yang dominan pada lokasi
penelitian adalah tekstur lempung. Pada area Ciurug Longsoran Bawah 600 dan
Lahan Reklamasi Tailing Dam, tanah bertekstur lempung berpasir. Area Hutan
Tanaman Geomin dan Arboretum Cikaret memiliki tanah bertekstur lempung
berdebu. Tekstur tanah pada Backfill Dam adalah lempung dan Pasir Jawa adalah
pasir lempung. Struktur tanah pada lokasi penelitian adalah granula dengan ukuran
partikel tanah 2 – 5 mm dan gumpal dengan ukuran partikel tanah 5 – 10 mm. Warna
tanah pada lokasi penelitian memiliki hue yang sama, yaitu 5YR. Notasi hue 5 YR
menunjukkan bahwa tanah memiliki warna yang merupakan campuran seimbang
dari spektrum merah dan kuning atau warna coklat kemerahan. Warna tanah pada
hutan alam lebih terang daripada warna tanah pada hutan tanaman. Hal tersebut
ditunjukkan dari notasi value warna tanah pada hutan alam yang lebih tinggi
daripada hutan tanaman, yaitu bernilai 7, 5, dan 6. Lima dari enam lokasi penelitian
memiliki tanah dengan ordo Ultisol atau Podsolik Merah Kuning. Tanah ordo
Ultisol memiliki warna yang cerah dengan notasi value pada keadaan lembap lebih
dari 3. Tanah Ultisol juga bereaksi masam dengan pH 4.5 – 5.5. Penelitian oleh
Mayasari (2018) memberikan hasil yang menunjukkan bahwa pH tanah di area PT
ANTAM UBPE Pongkor memiliki pH berkisar antara 4.7 – 5.3. Tanah di Pasir
Jawa berasal dari ordo Regosol, yaitu tanah dengan komposisi partikel pasir lebih
yang dominan dan memiliki kadar C-organik rendah.
Nilai erodibilitas menunjukkan kepekaan material permukaan atau tanah
terhadap erosi, transpor sedimen, dan aliran permukaan berdasarkan nilai erosivitas
dalam kondisi standar. Kondisi standar adalah unit contoh lahan dengan panjang
22.6 m, slope 9%, dan tanpa gangguan. Erodibilitas adalah jumlah tanah yang
11
hilang per nilai erosivitas. Nilai K ditentukan dari tekstur tanah, struktur tanah,
permeabilitas tanah, dan C-organik tanah (Ganasri dan Ramesh 2016).
Nilai erodibilitas tanah tertinggi berasal dari lokasi Hutan Tanaman Geomin
dan Arboretum Cikaret dengan nilai 0.92. Erodibilitas terendah berasal dari lokasi
Pasir Jawa dengan nilai 0.11. Pada umumnya, tanah dengan tekstur liat memiliki
nilai erodibilitas yang rendah karena tanah dengan tekstur ini lebih resistan terhadap
pemisahan partikel. Tanah dengan tekstur pasir juga memiliki nilai erodibilitas yang
rendah sebab laju infiltrasi yang tinggi dan laju aliran permukaan yang rendah.
Sedimen dari tanah dengan tekstur pasir juga lebih sulit untuk dipindahkan oleh air.
Tanah bertekstur lempung berdebu mempunyai nilai erodibilitas yang sedang
karena memiliki partikel tanah yang relatif mudah untuk terpisah, laju infiltrasi
yang sedang hingga rendah, dan laju aliran permukaan yang cukup tinggi. Tanah
yang paling peka terhadap erosi adalah tanah dengan tekstur debu sebab permukaan
tanahnya mudah untuk terkikis, dan menghasilkan laju aliran permukaan yang
tinggi akibat sifatnya yang licin (Ganasri dan Ramesh 2016).
Erodibilitas tanah ditentukan pula oleh kadar C-organik tanah. Apabila tanah
memiliki C-organik dengan kadar lebih dari 2%, maka kepekaan tanah terhadap
erosi akan berkurang. Hal tersebut terjadi karena bahan organik tanah berfungsi
sebagai perekat alami bagi partikel tanah. Kadar bahan organik tanah yang lebih
tinggi akan menghasil tanah yang lebih resistan terhadap pemisahan partikel. Bahan
organik juga mampu meningkatkan infiltrasi tanah dan mengurasi laju aliran
permukaan. Berdasarkan hasil penelitian Mayasari (2018), kadar C-organik tanah
pada tanah di are PT ANTAM UBPE Pongkor termasuk rendah dengan nilai yang
berkisar antara 0.65 – 1.60%. Kondisi tanah pada lokasi penelitian dapat dilihat
pada Gambar 3.
Faktor Lereng
Panjang
Kecuraman Nilai
Lokasi Blok Lereng
(S)(%) LS
(L)(m)
1. Hutan alam
Ciurug Longsoran
Ciurug 235 24 12.30
Bawah 600
Backfill Dam Ciurug 196 30 15.24
Mine Road
Pasir Jawa 456 26 27.48
Sorongan
2. Hutan tanaman
Hutan Tanaman
Ciurug 207 11 2.99
Geomin
Arboretum Cikaret Cikaret 276 9 2.95
3. Semak belukar
Lahan Reklamasi
Cikaret 164 15 3.87
Tailing Dam
Berdasarkan Tabel 7, lereng terpanjang terdapat pada lokasi Pasir Jawa dengan
panjang 496 m. Lereng terpendek terdapat pada lokasi Lahan Reklamasi Tailing
Dam dengan panjang 164 m. Kecuraman lereng tertinggi diperoleh di lokasi
Backfill Dam dengan nilai 30% dan kecuraman lereng terendah di Arboretum
Cikaret dengan nilai 9%. Hasil analisis menggunakan rumus oleh Wischmeier dan
Smith (1962) menghasil nilai faktor LS tertinggi di Pasir Jawa dengan nilai 27.48
dan terendah di Arboretum Cikaret.
Panjang dan kecuraman lereng akan mempengaruhi jumlah tanah yang hilang
akibat erosi. Faktor lereng adalah perbandingan jumlah tanah yang hilang dengan
lereng yang memiliki panjang dan kecuraman tertentu pada kondisi standar. Pada
kondisi standar, nilai faktor LS adalah 1. Panjang lereng diukur dari titik tertinggi
jatuhnya presipitasi atau titik awal terjadinya aliran permukaan hingga ke titik
dimana kecuraman lereng berkurang atau air telah masuk lahan tadah air seperti
daerah DAS. Kecuraman lereng menentukan kecepatan aliran permukaan dan
transpor sedimen. Erosi maksimum umumnya terjadi pada kecuraman 10 – 25 %.
Oleh sebab itu, faktor LS berbanding lurus dengan jumlah tanah yang hilang.
Berikut adalah gambar deskriptif kelerengan pada lokasi penelitian (Ganasri dan
Ramesh 2016).
Gambar 4 adalah gambar yang menunjukkan kelas lereng dari blok Cikaret.
Blok Cikaret memiliki rentang kelerengan dari 0% hingga lebih besar dari 40%,
namun kelas lereng yang dominan adalah kelas lereng 0 – 8%, kelas lereng 8 – 15%,
dan kelas lereng 15 – 25%
13
Gambar 6 menunjukkan kelas lereng dari blok Ciurug. Pada blok ini, kelas
lereng cukup beragam. Lokasi Hutan Tanaman Geomin berada pada kelas lereng 0
– 15%. Bagian selatan dari Hutan Tanaman Geomin memiliki kelerengan 15 – 40%.
Lokasi Backfill Dam dan Ciurug Longsoran Bawah 600 merupakan area dengan
kecuraman lereng tinggi, yaitu terdapat pada kelas lereng 25 hingga lebih dari 40%
Tingkat
Tipe
Lokasi Jenis Dominan Pertumbuhan
vegetasi
Dominan
Calopogonium muconoides
(tumbuhan bawah)
Arboretum Hutan Syzigium lineatum (semai) Tumbuhan bawah
Cikaret tanaman Manglietia glauca (pancang) dan semai
Dalbergia latifolia (tiang, pohon)
Berdasarkan hasil survei, hutan alam memiliki struktur tegakan yang lebih baik
dibandingkan dengan hutan tanaman. Secara horizontal, hutan alam menyebar lebih
merata pada lahan dan mempunyai tutupan tajuk yang lebih baik. Pohon pasang tua
yang ditemukan di hutan alam Backfill Dam dapat mempunyai diameter tajuk
hingga 14 m dengan perkiraan luas tajuk 22 m2. Secara vertikal, hutan alam mampu
menembus strata tajuk B hingga A (tinggi pohon >20 m). Pada hutan tanaman,
pohon yang tumbuh umumnya berumur sama sehingga tidak ada variasi pada
struktur tegakan. Pohon juga ditanam menurut jarak tanam tertentu. Contoh kasus
pada lokasi Lahan Reklamasi Tailing Dam adalah pertumbuhan akasia yang invasif
dan mengelompok sehingga ada ketimpangan dalam penutupan lahan oleh tajuk.
Tabel 9 Nilai C dan P di lokasi penelitian
tersebut bervegetasi atau lahan tersebut gundul. Nilai C bergantung pada tipe
vegetasi, tingkat pertumbuhan vegetasi, dan penutupan vegetasi.
Nilai faktor P adalah nilai yang paling dianggap tidak pasti dari keenam nilai
dalam model erosi USLE. Faktor P adalah ekspresi dari upaya konservasi tanah
terhadap pengurangan potensi erosi dengan mengurangi aliran permukaan,
mengurangi dampak energi kinetik hujan, dan pengaturan drainase tanah pada
permukaan tanah. Contoh teknik konservasi tanah yang mampu memberikan
koefisien kurang dari 1 terhadap model erosi USLE adalah penanaman menurut
kontur, tanaman lorong, pembuatan teras, dan pembuatan lubang drainase. Teknik-
teknik tersebut akan mempengaruhi erosi akibat daya fisik air melalui perubahan
pola aliran, arah aliran, laju aliran air. Semakin kecil nilai faktor P, maka semakin
efektif teknik yang digunakan dalam mengontrol erosi. Interferensi manusia dalam
kontrol erosi sangat penting untuk pendugaan jumlah erosi, namun hal tersebut sulit
dilakukan karena kontrol erosi yang demikian dilakukan secara mikro (Morgan dan
Nearing 2011).
Teknik konservasi tanah hanya ditemukan di 2 lokasi dari total 6 lokasi
penelitian. Teknik konservasi tanah yang pertama terdapat di Hutan tanaman
Geomin, yaitu pembuatan teras. Teras dibuat sepanjang lahan bervegetasi pada
kelerengan 15 – 25%. Lebar satu tingkat teras berkisar antara 10 – 15 m. Kualitas
teras dinilai sedang karena batas teras mulai tidak terlihat dan tidak ada perawatan
terhadap teras. Teknik konservasi kedua ditemukan di lokasi Arboretum Cikaret,
yaitu penggunaan tanaman penutup tanah kalopo (Calopogonium mucunoides).
Berdasarkan penelitian oleh Fosu (2003) dan Fosu (2004), penanaman kalopo
sebagai tanaman penutup tanah mampu meningkatkan produksi tanaman pangan
dan meningkatkan kesuburan tanah melalui pelepasan hara selama dekomposisi.
Penanaman kalopo sebagai penutup tanah juga mampu memberikan perlindungan
terhadap erosi tanah, introduksi mikoriza, dan penekanan terhadap pertumbuhan
gulma.
Pendugaan Erosi
Lokasi R K LS C P A
Ciurug Longsoran
147.49 0.31 12.30 0.001 1.00 0.56
Bawah 600
Backfill Dam 147.49 0.76 15.24 0.001 1.00 1.71
Pasir Jawa 147.49 0.11 27.48 0.001 1.00 0.45
Hutan Tanaman Geomin 147.49 0.92 2.99 0.2 0.15 12.17
Lahan Reklamasi Tailing
147.49 0.31 3.87 0.3 1.00 53.07
Dam
Arboretum Cikaret 147.49 0.92 2.95 0.2 0.10 8.01
Keterangan: R: erosivitas hujan, K: erodibilitas tanah, LS: faktor lereng, C: koefisien vegetasi, P: koefisien
konservasi tanah, A: jumlah erosi tanah (ton/ha/tahun)
erosi terbesar diperoleh di lokasi Lahan Reklamasi Tailing Dam dengan jumlah
tanah hilang per tahun sebesar 53.07 ton/ha/tahun. Kemudian jumlah erosi terkecil
terdapat pada lokasi Pasir Jawa dengan jumlah tanah hilang 0.45 ton/ha/tahun.
Enam komponen erosi berdasarkan model erosi USLE, empat di antaranya
merupakan faktor dari alam yang berskala luas dan tak bisa dikendalikan. Dua
faktor, yaitu C dan P adalah faktor yang mampu dikendalikan oleh manusia.
Nilai A Tingkat
Lokasi Tipe vegetasi
(ton/ha/tahun) Bahaya Erosi
Ciurug Longsoran Bawah
Hutan alam 0.56 Sangat ringan
600
Backfill Dam Hutan alam 1.71 Sangat ringan
Pasir Jawa Hutan alam 0.45 Sangat ringan
Hutan Tanaman Geomin Hutan tanaman 12.17 Sangat ringan
Lahan Reklamasi Tailing
Semak belukar 53.07 Ringan
Dam
Arboretum Cikaret Hutan tanaman 8.01 Sangat ringan
20
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai duga erosi pada
vegetasi semak belukar (Lahan Reklamasi Tailing Dam) lebih besar dibanding
hutan tanaman (Hutan Tanaman Geomin dan Arboretum Cikaret) dan hutan alam
(Ciurug Longsoran Bawah 600, Backfill Dam, dan Pasir Jawa). Rata-rata nilai duga
erosi pada hutan alam adalah 0.91 ton/ha/tahun, pada hutan tanaman adalah 10.09
ton/ha/tahun, kemudian nilai duga erosi pada vegetasi semak belukar adalah 53.07
ton/ha/tahun. Tingkat bahaya erosi pada ketiga lokasi hutan alam berada pada
kategori sangat ringan. Pada lokasi hutan tanaman, nilai duga erosi berada kategori
tingkat bahaya erosi sangat ringan dan lokasi semak belukar Lahan Reklamasi
Tailing Dam berada pada kategori tingkat bahaya erosi ringan. Faktor yang
mempengaruhi besarnya nilai duga erosi pada hutan tanaman adalah tutupan lahan
dan teknik konservasi tanah.
Saran
Penelitian terhadap pendugaan erosi dapat dilakukan dengan metode yang lain
dan menerapkan persamaan hasil revisi. Hal tersebut bisa menjadi perbandingan,
yaitu metode mana yang lebih cocok untuk digunakan di lokasi PT ANTAM UBPE
Pongkor. Analisis spasial juga hendaknya dilakukan menggunakan perangkat lunak
GIS. Penggunaan GIS dapat mempermudah pengolahan data serta memperbesar
ruang lingkup pendugaan erosi.
22
DAFTAR PUSTAKA
Stone RP dan Hilborn D. 2015. Universal soil loss equation (USLE). OMAFRA
Fachtsheet [Internet]. [diunduh 2018 Des 6]. Tersedia pada:
http://www.omafra.gov.on.ca/english/engineer/facts/12-051.htm
Suhendang E. 2013. Pengantar Ilmu Kehutanan. Bogor (ID): IPB Press.
Sulistyo B. 2011. Pengaruh erosivitas hujan yang diperoleh dari rumus yang
berbeda terhadap pemodelan erosi berbasis raster. AGRITECH 31(3): 250-259.
Wischmeier WH dan Smith DD. 1962. Soil loss estimation as a tool in soil and
water management planning. International Association of Hydrological
Sciences Publications 59: 148-59.
24
LAMPIRAN
Curah hujan
Curah Hujan
Bulan Hari Hujan (D) tertinggi 24 jam (M)
Bulanan (r) (mm)
(mm)
Januari 170 15 69
Februari 105 10 26
Maret 157 14 35
April 303 18 44
Mei 394 22 135
Juni 240 22 62
Juli 143 12 45
Agustus 70 6 41
September 229 12 58
Oktober 419 20 63
November 716 23 111
Desember 117 11 34
Rata-rata 255.25 15.42 60.25
Sumber: PT ANTAM UBPE Pongkor
26
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 1 Mei 1996 sebagai anak ke-3
dari 3 orang bersaudara pasangan M. Amin dan Lismaida. Penulis menyelesaikan
pendidikan sekolah dasar di SDN 1 Kuala Simpang pada tahun 2008, sekolah
lanjutan tingkat pertama di SMPN 1 Karang Baru pada tahun 2011, dan sekolah
lanjutan tingkat atas di SMAN 2 Percontohan Karang Baru pada tahun 2014. Tahun
2014 penulis diterima menjadi mahasiswa di Departemen Silvikultur, Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri).
Selama menempuh studi di Fakultas Kehutanan IPB, penulis telah
melaksanakan kegiatan praktek lapangan yaitu, Praktek Umum Kehutanan (PUK)
jalur Sancang Barat - Papandayan dan Hutan Pendidikan Gunung Walat pada tahun
2016. Penulis melakukan Praktik Kerja Profesi (PKP) pada tahun 2017 dengan
topik “Sifat Fisik Lingkungan Hutan pada Hutan Alam dan Hutan Tanaman di KPH
Pasuruan, Jawa Timur” di KPH Pasuruan, Jawa Timur. Guna melengkapi
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan
IPB, penulis menyusun sebuah karya ilmiah dengan judul penelitian : “Pendugaan
Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi di PT ANTAM UBPE Pongkor, Jawa Barat”,
dibawah bimbingan Dr Ir Omo Rusdiana, MSc dari Laboratorium Pengaruh Hutan
Fakultas Kehutanan IPB.