ZULKARNAIN BATUBARA
Zulkarnain Batubara
NIM E14140004
ABSTRAK
ABSTRACT
ZULKARNAIN BATUBARA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan April 2018 dengan judul Dampak Penjarangan Hutan
Pinus terhadap Keanekaragaman Diptera Permukaan Tanah di BKPH Cikawung
dan Gede Barat, KPH Sukabumi. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir
Ahmad Budiaman, MSc FTrop dan Dr Ir Noor Farikhah Haneda, MSi selaku
pembimbing. Ucapan terima kasih kepada Asep Mulyadi, SHut, MM selaku KKPH,
Taufik Hidayat, SHut selaku KSS Produksi SDH, Iyus Rusliana, SHut selaku
KBKPH, dan Yopi Purwadi selaku KRPH yang telah membantu dalam kelancaran
penelitian tersebut. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu saya Nur
Aminah Nasution serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya.
Terima kasih juga kepada teman-teman satu bimbingan. Terima kasih juga kepada
teman-teman Departemen Manejemen Hutan atas doa dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Zulkarnain Batubara
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Alat dan Bahan 2
Prosedur Penelitian 2
Analisis Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Kelimpahan dan Komposisi Diptera 5
Keanekaragaman, Kekayaan, dan Kemerataan Diptera 6
Peranan Serangga Diptera pada Ekosistem Hutan 8
Pengaruh Faktor Lingkungan 8
SIMPULAN DAN SARAN 9
Simpulan 9
Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 10
RIWAYAT HIDUP 12
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE PENELITIAN
Pengambilan data lapangan dilakukan saat musim panas, yang dimulai dari
bulan April sampai dengan Juli 2018. Penelitian ini dilakukan di RPH Ciguha,
BKPH Cikawung dan Gede Barat, KPH Sukabumi. Pengambilan data dilakukan
pada petak 51L, yang sedang dilakukan tebangan E (penjarangan). Intensitas
penjarangan yang di petak ini sebesar 20%. Secara geografis, petak 51L berada pada
koordinat 106o 56' 11.05" BT dan 7o 4' 7.35" LS. Petak 51 L memiliki luas 7.85 ha
dengan ketinggian 600 mdpl. Setelah data terkumpul dilakukan identifikasi pada
serangga. Identifikasi serangga dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit
Hutan Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, mulai
bulan Mei hingga September 2018.
Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder.
Data primer didapatkan melalui pengukuran langsung di lapangan maupun di
laboratorium, yang meliputi jenis serangga, jumlah serangga, dan Faktor
lingkungan. Data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan informasi
melalui literatur dan laporan perusahaan. Data sekunder yang dikumpulkan adalah
kondisi umum lokasi penelitian.
3
lebih dari setengah botol. Air sabun berfungsi untuk mengurangi Tegangan pada
permukaan air sehingga serangga yang jatuh pada lubang jebakan tidak dapat
melarikan diri. Lubang jebakan ditutup dengan atap yang terbuat dari bahan plastik,
agar air tidak masuk ke dalam pitfall trap saat hujan. Setelah lubang selesai dibuat
seluruhnya, jebakan dibiarkan selama beberapa hari. Pengambilan serangga yang
terjebak dalam pitfall trap dilakukan setiap 2 hari sekali sebanyak 2 kali.
Analisis data
Kelimpahan
Kelimpahan serangga adalah jumlah keseluruhan individu yang ditemukan
pada areal sebelum penjarangan dan setelah penjarangan mengunakan pitfall trap.
Kelimpahan Diptera dihitung dengan menjumlahkan seluruh individu Diptera yang
terperangkap dalam pitfall trap.
5
Uji-t
Uji-t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan nilai rata-rata
kelimpahan serangga sebelum dan setelah penjarangan. Persamaan hipotesis dan
kriteria uji yang digunakan diuraikan sebagai berikut:
̅̅̅
𝑥1 − ̅̅̅
𝑥2
𝑡𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 =
√1 + 1
S
n1 n2
thitung = Nilai yang dihitung dan menunjukkan nilai standar deviasi dari distribusi
ttabel
𝑥̅ = Rata- rata nilai yang diperoleh dari hasil pengumpulan data
s = Standar deviasi
n = Jumlah sampel penelitian
Hipotesis :
H0 : tidak ada perbedaan rata-rata kelimpahan serangga sebelum dan setelah
penjarangan
H1 : ada perbedaan rata-rata kelimpahan serangga sebelum dan setelah penjarangan
Kriteria uji :
Jika |𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 | < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 : Terima H0
Jika |𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 | > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 : Tolak H0
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis yang paling mendasar untuk
menggambarkan keadaan data secara umum. Data disajikan dalam bentuk tabel,
diagram atau grafik. Hal ini ditujukan untuk mempermudah memahami data-data
yang disajikan. Analisis deskriptif meliputi distribusi frekuensi, pengukuran
tendensi pusat dan pengukuran variabilitas (Wiyono 2001).
300
246
250
200
Individu
150
109
100
50
0
Sebelum Penjarangan Setelah Penjarangan
Gambar 3 Kelimpahan serangga Diptera sebelum dan setelah penjarangan di hutan
tanaman pinus BKPH Cikawung dan Gede Barat, KPH Sukabumi
9
8
8
7
6 6
6
5
5
Sebelum
Jumlah
4
Penjarangan
3 Setelah
2 2
2 Penjarangan
1
0
Famili Genus Morfospesies
Gambar 4 Komposisi Diptera sebelum dan setelah penjarangan dihutan tanaman
pinus BKPH Cikawung dan Gede Barat, KPH Sukabumi
individu dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor lingkungan.
Suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi jika
komunitas itu disusun oleh banyak spesies (Subay 2016). Kekayaan jenis adalah
jumlah jenis dari suatu komunitas (Genisa 2006). Kemerataan jenis adalah
pembagian individu yang merata diantara jenis (Odum 1998).
Tabel 1 Jumlah serangga (Individu) sebelum dan setelah penjarangan pada tegakan
pinus berdasarkan famili, morfospecies, dan peranan
No. Famili Morfospesies Jumlah SBP Jumlah STP Peranan
1 Phoridae Megaselia sp1 165 25 Pengurai
2 Phoridae Megaselia sp2 54 49 Pengurai
3 Sciaridae Bradysia sp 1 16 9 Parasitoid
4 Dolichopopidae Dolichopus 4 0* Predator
5 Tachinidae Peleteria sp 1 3 0* Predator
6 Sciaridae Bradysia sp 2 2 0* Parasitoid
7 Chironomidae Pseudochironomus sp 1 0* Pengurai
8 Anthomyiidae Eutrichota sp 1 1 0* Herbivor
9 Phoridae Megaselia sp 4 0 22** Pengurai
10 Sciaridae Bradysia sp 4 0 4** Parasitoid
Total 246 109
Kekayaan jenis Diptera dapat dilihat dari banyaknya jumlah spesies yang
ditemukan. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel 1, jumlah jenis serangga
Diptera menurun dari 8 menjadi 5 morfospesies. Ada jenis yang hilang setelah
dilakukan penjarangan seperti Dolichopus, Peleteria sp 1, Bradysia sp 2,
Pseudochironomus sp dan Eutrichota sp 1. Hanya ada 2 jenis morfospesies yang
bertambah setelah dilakukan penjarangan yaitu Megaselia sp 4 dan Bradysia sp 4.
Penurunan jumlah jenis tersebut yang menyebabkan menurunnya kekayaan jenis.
Menurut Ludwig dan Reynols (1988) kekayaan jenis serangga mengacu pada
banyaknya spesies yang ditemukan pada suatu ekosistem.
Kemerataan jenis Diptera lebih merata setelah kegiatan penjarangan
dibandingkan dengan sebelum penjarangan. Hal ini dikarenakan jumlah individu
tiap morfospesies tidak berbeda signifikan, sedangkan sebelum penjarangan
perbedaan jumlah tiap individu antar morfospesies signifikan. Hal ini ditunjukan
dengan adanya morfospesies dominan seperti Megaselia sp 1 dengan jumlah 165
individu. Megaselia sp 1 disajikan pada Gambar 5.
8
Gambar 5 Megaselia sp 1
Tabel 2 Suhu, kelembapan, dan tutupan tajuk pada tegakan pinus sebelum dan
setelah penjarangan
No. Faktor lingkungan Sebelum penjarangan Setelah penjarangan
1 Suhu (°C) 23.25 25.74
2 Kelembapan (%) 86.88 75.68
3 Tutupan Tajuk (%) 64.08 56.98
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Bechtold WA, Patterson PL. 2005. The Enchanced Forest Inventory and Analysis
Program Natina Sampling Design and Estimatation Procedures. Asheville
(US): USDA Forest Services.
Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga
Edisi Ke-6. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Terjemahan
dari: Gadjah Mada University Press.
Byrd JH, James LC. 2001. Insects of Forensic Importance. In Forensic
Entomology: The Utility of Arthropods in Legal Investigation. New York
(US): CRC press.
Disney RHL. 1994. Scuttle flies: The Phoridae. London (GB): Chapman & hall.
Disney RHL, Henshaw DH de C. 1988. Berlese fluid for slide – mounting insects.
Antenna. 12: 106-107.
Durska E. 2013. Effects of disturbances on scuttle flies (Diptera: Phoridae) in pine
forest. Biodivers Conserv. 22: 1991-2021.
Febrian D. 2016. Dampak penebangan hutan terhadap kelimpahan diptera di PT
Ratah Timber, Kalimantan Timur [skripsi] Bogor (ID): Fakultas Kehutanan
IPB.
Genisa AB. 2006. Keanekaragaman fauna ikan di perairan mangrove Sungai
Mahakam Kalimantan Timur. Oseonologi dan Limnologi. 41 (3): 39-53.
Haneda NF, Kusmana C, Kuusuma FD. 2013. Keanekaragaman serangga di
ekosisem mangrove. Jurnal Silvikultur Tropika. 4 (1): 42-46.
Jones TJ, Eggleton P. 2000. Sampling termite assemblages in tropical forests:
testing a rapid biodiversity assessment protocol. Journal of Applied Ecology.
37: 191-203pp.
Kementerian Kehutanan. 2012. Siaran RRI Ke-6 Pemeliharaan Tanaman Hutan.
Makassar (ID): Kementerian Kehutanan.
Khaliq A, Javed M, Sohail M, Sagheer M. 2014. Enviromental effects on insecs
and their population dynamics. Journal of Entomology and Zoology Studies.
2 (2): 1-7.
Kinasih I, Cahyanto T, Ardian ZR. 2017. Perbedaan keanekaragaman dan
komposisi dari serangga permukaan tanah pada beberapa zonasi di Hutan
Gunung Geulis Sumedang. Jurnal UIN SGD. 10 (2): 19-32.
Krebs CJ. 1972. Ecology the Experimental Analysis of Distribution and Abundance.
Harper and Row. New York (US): Evanston San Fransisco London.
Ludwig JA, Reynold JF. 1988. Statistic Ecology. New York (US): John Wiley and
Sons.
May RM. 1988. How many species are there on earth? Science. 241:1441-1449
Meijaard E, Douglas S, Nasi R, Augeri D, Rosenbaum B, Iskandar D, Setyawati T,
Lammertink MR, Rachmatika I, Wong A. 2006. Hutan Pasca Pemanenan:
Melindungi Satwa Liar dalam Kegiatan Hutan Produksi di Kalimantan.
Bogor (ID): CIFOR.
11
Muhdi, Elias. 2004. Dampak teknik pemanenan kayu terhadap tingkat keterbukaan
tanah di Kalimantan Barat. Jurnal Ilmiah AGRISOL. 3 (1): 27-34.
Price PW. Insect Ecology. Third Edition. New York (US): Jhon Wiley and Sons
Inc.
Rahayu GA. 2016. Keanekaragaman dan peranan fungsional serangga pada area
reklamasi di Berau, Kalimantan Timur [tesis] Bogor (ID): Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Rahmawaty, Kusuma C, Yayuk. 2005. Soil insect diversity on mangrove forest in
rawa AOPA Watumohan National Park. Southeast Sulawesi-Indonesia.
Peronema Forestry Science Journal. 1 (1): 1-37.
Safe’i R, Hardjanto, Supriyanto, Sundawati L. 2013. Pengembangan metode
penilaian kesehatan hutan rakyat sengon (Falcataria Moluccana (Miq.)
Barneby & J.W. Grimes). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 12 (3): 175-
187.
Siwi SS.1991.Kunci Determinasi Serangga. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Subay RG. 2016. Serangga hama dan musuh alami pada pertanaman padi ladang di
Kabupaten Timor Tengah Utara [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan
IPB.
Suheriyanto D. 2008. Ekologi Serangga. Malang (ID): UIN Press.
Tofani DP. 2008. Keanekaragaman serangga di hutan alam resort Cibodas, Gunung
Gede Pangrango dan hutan tanaman jati di KPH Cepu [skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Kehutanan IPB.
Wibowo C, Sylvia DW. 2014. Keanekaragaman insekta tanah pada berbagai tipe
tegakan di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan hubungannya dengan
peubah lingkungan. Jurnal Silvikultur Tropika. 5 (1): 33- 40.
Wiyono BB. 2001. Statistik Pendidikan : Buku Bahan Ajar MataKuliah Statistik.
Malang (ID): FIP UM.
12
RIWAYAT HIDUP