Anda di halaman 1dari 10

RESPON PERILAKU CACING TANAH

(Eisenia foetida dan Lumbricus rubellus) TERHADAP


DELTAMETHRIN DAN POTENSINYA SEBAGAI
BIOMARKER

BIAN ADIANTORO

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
ABSTRAK

BIAN ADIANTORO. Respon Perilaku Cacing Tanah (Eisenia foetida dan Lumbricus rubellus)
Terhadap Deltamethrin dan Potensinya Sebagai Biomarker. Dibimbing oleh DJOKO WALUYO
dan TRI HERU WIDARTO.
Penelitian ini dilakukan untuk meneliti efek subletal deltamethrin terhadap aktivitas menggali
dua spesies cacing tanah, yaitu Eisenia foetida dan Lumbricus rubellus. Selain itu, penelitian ini
juga dimaksudkan untuk melihat kemungkinan penggunaan perilaku menggali cacing tanah
sebagai biomarker toksisitas deltamethrin pada konsentrasi subletalnya. Dari uji mortalitas 7 hari
diperoleh LD50 E. foetida adalah 5.47 ppm dan L. rubellus adalah 5.13 ppm. Konsentrasi yang
digunakan pada penelitian ini adalah 0, 1.3, 2.6, 3.9, dan 5.2 mg/kg berat kering tanah (ppm)
dengan tiga ulangan. Percobaan dilakukan di terarium kaca berukuran 40 x 30 x 0.5 cm untuk
mengamati aktivitas menggali dan pola galian yang dihasilkan cacing tanah. Setelah tujuh hari
pengamatan, efek paparan deltamethrin terhadap perilaku menggali terlihat jelas terutama pada
konsentrasi subletal tertingginya. Deltamethrin berpengaruh pada penurunan panjang galian baru,
penggunaan kembali lorong galian, total jarak tempuh, kecepatan menggali, dan pola galian cacing
tanah. L. rubellus lebih sensitif terhadap toksisitas deltamethrin dibandingkan E. foetida. Melihat
konsistensi hasil penelitian ini dan penelitian-penelitian sebelumnya, perilaku menggali cacing
tanah sangat potensial untuk dijadikan sebagai biomarker toksisitas deltamethrin.

Kata kunci: biomarker, cacing tanah, deltamethrin, Eisenia foetida, Lumbricus rubellus, perilaku,
subletal

ABSTRACT

BIAN ADIANTORO. Behavioural Responses of Earthworms (Eisenia foetida and Lumbricus


rubellus) Toward Deltamethrin and Its Potency as Biomarker. Supervised by DJOKO WALUYO
and TRI HERU WIDARTO.
This research was conducted to study the sub-lethal effect of deltamethrin on the burrowing
activities of two earthworm species, Eisenia foetida and Lumbricus rubellus. This reserach also
studied the possibility of earthworm burrowing behaviour as a biomarker of deltamethrin toxicity
in its sub-lethal concentrations. The LD50 value for E. foetida and L. rubellus were 5.47 ppm and
5.13 ppm respectively. The applied concentrations were 0, 1.3, 2.6, 3.9, dan 5.2 mg/kg dry weight
soil (ppm) with three replicates. We used a glass terraria of size 40 x 30 x 0.5 cm to observe
earthworms burrowing activities and its patterns. After seven day of observations, deltamethrin
effect on earthworms burrowing ativities was clearly visible, especially at the highest sub-lethal
concentration. Deltamethrin affected on decreasing of new burrow length, re-use of burrows, total
burrow length, burrowing speed, and burrow patterns. L. rubellus was more sensitive toward
deltamethrin toxicity than E. foetida. Observing the consistency of this research and other previous
researches, the use of earthworm burrowing behaviour as biomarker of deltamethrin toxicity is
very potential.

Keywords: biomarker, earthworm, deltamethrin, Eisenia foetida, Lumbricus rubellus, behaviour,


sub-lethal
RESPON PERILAKU CACING TANAH
(Eisenia foetida dan Lumbricus rubellus) TERHADAP
DELTAMETHRIN DAN POTENSINYA SEBAGAI
BIOMARKER

BIAN ADIANTORO

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Sains pada Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
Judul : RESPON PERILAKU CACING TANAH (Eisenia foetida dan
Lumbricus rubellus) TERHADAP DELTAMETHRIN DAN
POTENSINYA SEBAGAI BIOMARKER
Nama : Bian Adiantoro
NRP : G34102032

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

drh. Djoko Waluyo M.S. Ir. Tri Heru Widarto M.Sc.


NIP 130350056 NIP 131663018

Mengetahui,

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Institut Pertanian Bogor

Dr. drh. Hasim, DEA


NIP 131578806

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang atas karunia-Nya karya ilmiah ini
berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan penelitian yang
dilakukan sejak bulan Juli 2007 dan mengambil judul Respon Perilaku Cacing
Tanah (Eisenia foetida dan Lumbricus rubellus) Terhadap Deltamethrin dan
Potensinya Sebagai Biomarker.
Terimakasih kepada Bapak Djoko Waluyo dan Bapak Tri Heru Widarto selaku
pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran
kepada penulis selama penelitian sampai penulisan karya ilmiah ini. Terimakasih
kepada Ibu Nunik Sri Ariyanti yang telah berkenan menguji dan memberikan
saran untuk perbaikan karya ilmiah ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh dosen dan staf
laboratorium zoologi atas bantuan dan kebersamaannya. Terima kasih juga untuk
“Cacingers 39” (Baldonk, Apri, Gema), “Zoologiers 39” (Disti, Idzul, Andros,
Singa, Anconx, Isma, Item, Nifa, Cumi, Rifah, Sanah, Wida, Solay), semua
“Zoologist”, dan tentunya semua teman-teman Biologi 39 yang penulis cintai dan
banggakan, terimakasih atas kebersamaan, dukungan, gosip, celaan, dan
persahabatannya selama ini. Terimakasih yang tak terhingga kepada Bapa, Mama,
Ginut, Katon, Cintakoe Windy, serta seluruh keluarga atas segala dukungan dan
doanya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2008

Bian Adiantoro
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 23 Februari 1985 sebagai anak sulung
dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ngatno dan Ibu Rahayu Suharti.
Tahun 2002, penulis lulus dari SMUN 3 Bogor dan pada tahun yang sama
berhasil lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB pada
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Pada semester enam, penulis melaksanakan praktik lapang di P.T. Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. mengambil tema Reklamasi Lahan. Selama menjadi
mahasiswa penulis aktif sebagai Kepala Departemen Sosial Bem FMIPA IPB,
Ketua Divisi Tanaman Obat Bioworld, serta berbagai kegiatan organisasi dan
olahraga. Penulis juga pernah dipercaya sebagai MC dan pembicara pada
beberapa kegiatan yang dilaksanakan departemen biologi. Pengalaman sebagai
asisten dosen pernah dijalani penulis untuk praktikum mata kuliah Mata kuliah
Kewirausahaan 2004-2006, dan Biologi Dasar pada tahun ajaran 2005-2007.
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................................. viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................................................... 1
Waktu dan Tempat ............................................................................................................... 2

BAHAN DAN METODE


Penyiapan hewan percobaan dan media............................................................................... 2
Lethal Dose 50 (LD50) dan konsentrasi percobaan .............................................................. 2
Parameter yang diamati dan analisis data ............................................................................ 2

HASIL
Panjang lorong galian ........................................................................................................... 3
Aktivitas menggali vs waktu ................................................................................................ 3
Luas daerah jelajah ............................................................................................................... 4
Pola galian ............................................................................................................................ 4

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 4

SIMPULAN ................................................................................................................................ 6

SARAN....................................................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 6

LAMPIRAN ............................................................................................................................... 9
DAFTAR GAMBAR
Halaman

1 Terarium kaca ....................................................................................................................... 2


2 Rata-rata panjang lorong galian baru (a), rata-rata penggunaan kembali lorong (b),
dan rata-rata jarak tempuh kedua spesies cacing tanah (c). (Standar deviasi) .................... 3
3 Rata-rata jarak tempuh E. foetida (a) dan L. rubellus (b) selama tujuh hari
pengamatan. (Standar deviasi) ............................................................................................. 3
4 Rata-rata luas daerah jelajah E. foetida (a) dan L. rubellus (b) selama tujuh hari
Pengamatan ........................................................................................................................... 4

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

1 Pola galian Eisenia foetida pada berbagai konsentrasi perlakuan ....................................... 9


2 Pola galian Lumbricus rubellus pada berbagai konsentrasi perlakuan
1

PENDAHULUAN dalam jangka pendek dan tidak selalu berguna


dalam memprediksi perubahan pada ling-
Latar Belakang kungan akibat paparan bahan kimia tertentu.
Hampir seluruh bahan kimia yang Penggunaan biomarker untuk pengawasan
mencemari lingkungan adalah hasil dari polutan pada lingkungan merupakan metode
aktivitas manusia. Salah satu polutan yang rutin untuk pendugaan toksisitas bahan kimia.
cukup signifikan dalam menyumbangkan Biomarker dapat memberikan informasi me-
dampak negatif bagi lingkungan adalah residu ngenai potensi merugikan dari polutan pada
pestisida. Pestisida merupakan racun yang konsentrasi subletal dan bertindak sebagai
dibuat oleh manusia untuk membunuh peringatan awal untuk mengurangi kerusakan
organisme pengganggu tanaman, termasuk lingkungan (Lynn dan Kathryn 2001).
serangga (Soemirat 2003). Cacing tanah adalah ecosystem engineers
Deltamethrin termasuk dalam insektisida sehingga perubahan aktivitas utama (menggali
pyrethroid yang sangat luas digunakan karena dan mengendapkan bahan organik) akibat
terbukti letal bagi serangga, baik melalui polutan dapat berdampak besar pada fungsi
pencernaan maupun hanya sekedar kontak tanah dan secara tak langsung pada komponen
tubuh. Insektisida ini digunakan untuk lain dari ekosistem tanah (Capowiez dan
mengontrol berbagai jenis serangga peng- Bérard 2002). Karena peran penting cacing
gerek, ngengat, ulat, dan kutu pada tanaman tanah sangat bergantung pada aktivitas utama
perkebunan maupun pertanian (Willoughby mereka di dalam tanah, sangatlah penting
1994). Deltamethrin pertama kali disintesis untuk mempelajari efek subletal polutan yang
tahun 1974 dan mulai dipasarkan pada 1977. dapat menurunkan aktivitas mereka. Namun
Bahan kimia ini tidak stabil (mudah terurai) mempelajari perilaku cacing merupakan tugas
pada tanah basa namun stabil (sulit terurai) yang cukup rumit karena hewan ini hidup di
pada tanah asam atau terhadap paparan dalam tanah (Little 1990; Doving 1991;
cahaya, panas, dan udara. Scherrer 1992).
Deltamethrin dikenal sangat toksik bagi Dari berbagai penelitian yang telah
hewan akuatik dan pemakaiannya harus dilakukan, respon biologis cacing tanah
dilakukan dengan sangat hati-hati karena diyakini dapat dijadikan sebagai biomarker
bahan ini juga cukup toksik bagi hewan pencemaran. Respon tersebut mencakup
terestrial, termasuk manusia. Paparan akut respon langsung dan tidak langsung. Respon
bagi manusia dapat menyebabkan ataksia, langsung dapat diamati tak lama setelah
kelumpuhan otot, dermatitis, diare, pusing, pemaparan misalnya kematian dan perilaku
kejang-kejang, muntah-muntah, alergi, sam- kawin. Respon tidak langsung umumnya
pai kematian akibat gangguan sistem per- terdeteksi lebih lama setelah pemaparan,
nafasan (Hallenbeck dan Cunningham 1985). misalnya pertumbuhan dan perubahan pada
Nama dagang dari produk yang mengandung kemampuan reproduksi (Little 1990; Doving
deltramethrin meliputi Butoflin, Butoss, 1991). Pada perkembangannya, respon
Butox, Cislin, Crackdown, Cresus, Decis, langsung berupa perilaku menggali cacing
Decis-Prime, K-Othrin, and K-Otek. (pan-jang galian baru, penggunaan kembali
Penggunaan bahan kimia polutan secara lorong galian, dan pola galian) mulai banyak
terus-menerus dapat menyebabkan polutan ini dilakukan. Efek suatu polutan terhadap
terakumulasi di dalam tanah. Sebabnya tak perilaku organisme adalah aspek yang
lain karena sebagian besar polutan bahan menarik untuk dikaji. Hal ini dikarenakan
kimia berada dalam keadaan stabil di dalam perubahan perilaku merupakan hasil dari
tanah sehingga butuh waktu yang sangat lama proses biokimia dan fisiologi tubuh suatu
untuk terdegradasi secara alami. Pada organisme (Walker et al. 2001).
lingkungan terestrial, polutan bahan kimia
berupa pestisida dapat mengganggu bahkan Tujuan
beberapa jenis pestisida dapat menyebabkan Penelitian ini dilakukan untuk melihat
kematian berbagai organisme jika terpapar pengaruh deltamethrin terhadap aktivitas
dalam dosis tertentu. Oleh karena itu menggali (panjang galian baru, penggunaan
diperlukan suatu metode untuk mendeteksi kembali lorong galian, total jarak tempuh, dan
dan memonitor efek polutan bahan kimia kecepatan menggali) Eisenia foetida dan
terhadap lingkungan (Capowiez 2003). Lumbricus rubellus. Selain itu penelitian juga
Pengukuran toksisitas dengan uji bertujuan untuk melihat potensi penggunaan
mortalitas yang banyak digunakan hanya parameter perilaku sebagai biomarker pen-
dapat memberikan pengukuran toksisitas akut cemaran.
2

Waktu dan Tempat ppm dan L. rubellus adalah 5.13 ppm.


Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli Berdasarkan LD50 7 hari ini kemudian ditentu-
sampai dengan November 2007 di Laborato- kan empat konsentrasi percobaan (1.3, 2.6,
rium Zoologi, Departemen Biologi FMIPA 3.9, dan 5.2 ppm) dan satu kontrol (0 ppm).
IPB. Analisis tanah dilakukan di Balai Pene- Untuk memudahkan analisa, penulisan kon-
litian Tanah, Bogor. sentrasi ini diurutkan sesuai nilainya dengan
notasi konsentrasi 1 (kontrol) hingga kon-
BAHAN DAN METODE sentrasi 5 (5.2 ppm). Konsentrasi subletal bagi
E. foetida adalah P1, P2, P3, P4, dan P5
Penyiapan hewan percobaan dan media sedangkan L. rubellus adalah konsentrasi P1,
Dua spesies cacing tanah yang digunakan P2, P3, dan P4. Masing-masing perlakuan
adalah Eisenia foetida dan Lumbricus rubellus konsentrasi menggunakan tiga kali ulangan.
dengan bobot tubuh masing-masing berkisar
antara 0.305 – 0.421 mg dan 0.295 – 0.314
mg. Kedua jenis cacing yang digunakan
adalah cacing dewasa ditandai dengan adanya
klitelum yaitu penebalan berbentuk cincin
pada bagian anterior cacing tanah. Cacing E.
foetida didapat dari peternak cacing di daerah
Ciangsana, Bogor sedangkan L. rubellus
didapat dari Stasiun Lapang Dosen IPB
Cikaret, Bogor.
Media yang digunakan terdiri atas
campuran 400 gr tanah dan 10 gr kotoran sapi.
Kedua media yang akan dicampurkan tersebut Gambar 1 Terarium kaca
dipanaskan terlebih dahulu pada suhu 80 oC
selama 2 jam, dihaluskan, dan disaring (≤ 1.7 Parameter yang diamati dan analisis data
mm) (Sulastri 2005). Campuran media kemu- Parameter yang diamati meliputi panjang
dian ditambahkan 120 ml air (30% dari bobot lorong galian dan pola galian cacing tanah.
kering tanah). Berdasarkan hasil analisis yang Pada parameter pertama diukur panjang
dilakukan di Balai Penelitian Tanah, karak- lorong galian baru dan panjang lorong galian
teristik tanah yang digunakan adalah sebagai yang digunakan kembali, serta total jarak
berikut: 6% pasir, 60% debu, 34% liat, 21 tempuh yang merupakan hasil penjumlahan
ppm P tersedia (Olsen), 47 ppm K tersedia panjang lorong galian baru dan panjang
(Morgan), 0.95% C organik dan 0.09% N lorong galian yang digunakan kembali oleh
(Kjeldahl) (C/N = 11), KTK 14.55 cmol/kg, cacing tanah. Parameter pola galian diamati
pH 7.6 (H2O), dan PH 7.0 (KCL). secara visual, kemudian dibuat sketsa pola
Media perlakuan (campuran tanah, kotoran galian. Hasil sketsa pola galian tersebut
sapi, air, dan larutan deltrametrin dengan dipindai dan digunakan untuk mengukur luas
konsentrasi berbeda) dimasukkan ke dalam daerah cacing. dengan cara membuat garis
terarium kaca berukuran 40 x 30 x 0.5 cm penghubung antara titik-titik terluar pada pola
(Gambar 1) secara merata sampai setinggi 25 galian serta diukur luas bidang yang terbentuk
cm agar seragam. Satu ekor cacing dewasa menggunakan program ImageJ 1.38x
diletakkan tepat di tengah media dalam Pengamatan dilakukan empat kali dalam
terarium yang berdiri tegak. Bagian atas sehari, yaitu pukul 06.00; pukul 12.00; pukul
terarium ditutupi kain basah untuk menjaga 18.00; dan pukul 24.00. Tetapi data yang
kelembaban media. Terarium diletakkan pada ditampilkan merupakan data per hari. Pengu-
tempat yang gelap atau diberi penutup untuk kuran seluruh parameter dilakukan mulai dari
mengurangi gangguan yang diakibatkan oleh hari pertama sampai hari ketujuh. Data yang
paparan cahaya. diperoleh diolah dengan metode statistik one-
way dan two-ways ANOVA menggunakan
Lethal Dose 50 (LD50) dan konsentrasi program Minitab 14.
percobaan
LD50 kedua jenis cacing ditentukan dengan
melakukan uji mortalitas selama tujuh hari
pada konsentrasi 0, 1, 4, 8, 16, dan 32 ppm.
LD50 diperoleh melalui analisis probit. Dari
uji ini diperoleh LD50 E. foetida adalah 5.47

Anda mungkin juga menyukai