Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

“HERBA TERTUTUP”

Nama Kelompok :
1. Dewa Bagus A. K. 1608534001
2. Alfin Fauziah Safitri 1708531031
3. Putu Laksmi Candra Dewi 1708531032
4. Dwi Yulia Eva Arsika 1708531033
5. Sheila Dwi Shilviana 1708531034
6. Salsabillah Rahma 1708531035
7. Khotima Dwi Cahya 1708531036
8. I Komang Alit S. 1708531042
9. Putu Ayudina Asti P. 1708531043
10. Anestesya Hartika N. S. 1708531044
11. Fernando Putra 1708531045
12. Galih Anindita K. 1708531047
13. Deny Christine S. 1708531048
14. Fanny Elizabeth 1708531049
15. Shania Afrista R. 1708531050
16. Irma Damayanti 1708531051
17. Rohdearnita M. S. 1708531052
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa,yang Maha
Pengasih lagi Maha Panyayang karena rahmat-Nya laporan praktikum ekologi
tumbuhan ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak-pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami bahwa laporan praktikum ekologi tumbuhan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang
“ Herba tertutup”. Kami menyadari bahwa dalam penulisan laporan praktikum ini
masih sangat banyak sekali kekurangan baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja. Tegur sapa dari pembaca akan kami terima dengan tangan terbuka demi
perbaikan dan penyempurnaan laporan praktikum ini.

Bukit Jimbaran, 28 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................... ii


Daftar Isi .............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.3 Manfaat .................................................................................................... 2
BAB II MATERI DAN METODE
2.1 Lokasi Praktikum ...................................................................................... 3
2.2 Alat dan Bahan ......................................................................................... 3
2.3 Metode Praktikum …................................................................................ 3
2.4 Cara Kerja ................................................................................................ 3
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan .................................................................................. 4
3.2 Pembahasan ............................................................................................ 6
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 10
4.2 Saran ..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keanekaragaman hayati adalah semua kehidupan di bumi ini yang meliputi
tumbuhan, hewan, jamur, mikroorganisme, serta berbagai materi genetik yang
dikandungnya dan keanekaragaman sistem ekologi tempat mereka hidup (Hendry,
2007). Keanekaragaman tumbuhan dapat membentuk suatu vegetasi tumbuhan.
Vegetasi adalah kumpulan dari beberapa jenis tumbuh-tumbuhan yang tumbuh
bersama-sama pada satu tempat antara individu penyusunnya terdapat interaksi
yang erat, baik diantara tumbuh-tumbuhan maupun dengan hewan-hewan yang
hidup dalam lingkungan tersebut (Utami, 2017).
Kehadiran vegetasi pada suatu kawasan akan memberikan dampak positif
bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan
vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon
dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah,
pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi
pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya bervariasi
tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu.
Sebagai contoh vegetasi secara umum akan mengurangi laju erosi tanah, tetapi
besarnya tergantung struktur dan komposisi tumbuhan yang menyusun formasi
vegetasi daerah tersebut (Susanti, 2016).
Keanekaragaman vegetasi cenderung membentuk strata-strata seperti herba,
semak, liana, tiang, dan pohon. Hal ini disebabkan karena kompetisi antara masing-
masing tersebut dalam memenuhi kebutuhan cahaya (Daesaranti dkk., 2017).
Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
sebaran berbagai spesies dalam suatu area melalui pengamatan langsung. Analisis
vegetasi dilakukan dengan membuat plot dan mengamati morfologi serta
identifikasi vegetasi yang ada (Utami, 2017).
Herba adalah tumbuhan yang umumnya merupakan habitus batang yang
pendek dan mempunyai jaringan yang lebih lunak (herbacius) jika dibandingkan
dengan tumbuhan yang berkambium. Herba berperan dalam menghambat atau

1
mencegah erosi yang berlangsung secara cepat. Tumbuhan herba juga dapat
menghalangi jatuhnya air hujan secara langsung, mendorong perkembangan biota
tanah, dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah serta berperan dalam
menambah bahan organik tanah sehingga dapat mancegah terjadinya erosi (Susanti,
2016).

1.2. Tujuan Praktikum


Untuk mengetahui bagaimana penyebaran vegetasi herba pada daerah
tertutup (canopy) dengan mengamati parameter-parameter vegetasi, yaitu frekuensi
(kekerapan), densitas (kerapatan), dominansi, frekuensi relatif, densitas relatif,
indeks nilai penting (INP), indeks diversity, indeks similiaritas, dan pola
penyebaran jenis.

1.3. Manfaat Praktikum


Untuk memberikan informasi mengenai penyebaran vegetasi herba pada
daerah tertutup (canopy) dengan mengamati parameter-parameter vegetasi, yaitu
frekuensi (kekerapan), densitas (kerapatan), dominansi, frekuensi relatif, densitas
relatif, indeks nilai penting (INP), indeks diversity, indeks similiaritas, dan pola
penyebaran jenis.

2
BAB II
MATERI DAN METODE

2.1. Lokasi Pengamatan


Praktikum dilakukan di Bukit Jimbaran pada stasiun ternaungi yang berada
di depan Fakultas Teknik Universitas Udayana.

2.2. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu meteran,
hardboard, tali tambang ukuran 1x1 m, dan alat tulis.

2.3. Cara Kerja


Pertama alat dan bahan yang digunakan pada praktikum disiapkan terlebih
dahulu. Masing-masing kelompok membagi wilayah plot sebanyak 5 plot yang
berbeda untuk dianalisis penyebaran vegetasi herba di wilayah tersebut. Plot herba
diletakkan pada bagian sudut plot semak yang berukuran 5x5m, tali tambang yang
telah diukur dengan ukur 1x1m dibentangkan di salah satu sudut plot semak. Jenis
herba yang terdapat di dalam plot diidentifikasi dan dihitung jumlah individu,
panjang, dan lebar penutupannya (crown cover). Data yang diperoleh kemudian
dianalisis dan ditentukan frekuensi, Densitas, Dominansi, frekuensi Relative,
Densitas Relative dan Dominansi Relative parameter lain yang dianalisis setelah
pengambilan data adalah Nilai Penting, Indeks Diversitas, Indeks Similaritas,dan
Pola Penyebaran Individu.

3
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Pengamatan

Lokasi : Hutan di depan Fakultas Teknik Universitas Udayana


Stasiun : Herba Tertutup
Tanggal : 17 November 2019
Jumlah Plot :5
Luas : 1 m2 (10.000 cm3)
Ukuran Plot Herba :1x1m

Tabel 1. Analisis Vegetasi Herba Tertutup


No. Nama Jenis Jumlah Jumlah Luas Penutup
Nama Lokal Nama Terdapa Individu D1 D2
Ilmiah t (cm) (cm)
1. Ciplukan Physalis 1 3 68 13
angulate
2. Bunfront Ipomea 1 3 2 1
sepiaria

4
Tabel 3.2. Analisis Hasil Vegetasi Herba Tertutup
Nama Jenis Parameter Analisis Vegetasi
No Frekuensi Densitas Dominansi Frekuensi Densitas Dominansi INP
Daerah Ilmiah ID IS PPI
Rel (%) Rel (%) Relatif (%) (%)
1 Ciplukan Physalis
angulata 0.2 0.6 0.02575 50 60 99.86 209.86
0.27 0 0,4
2 Bunfront Ipomoea
0.2 0.4 0.00004 50 40 0.14 90.14
sepiaria

Jumlah 0.4 0.4 0,02579 100 100 100 300


Keterangan:
Frekuensi Rel = Frekuensi Relatif
Densitas Rel = Densitas Relatif
INP = Indeks Nilai Penting
ID = Indeks Diversitas
IS = Indeks Similaritas
PPJ = Pola Penyebaran Jenis

5
3.2. Pembahasan

Herba adalah tumbuhan pendek sedikit memiliki jaringan kayu (tidak ada),
berbatang basah karena banyak mengandung air dan tersebar dalam bentuk
kelompok, individu atau soliter pada berbagai kondisi habitat seperti tanah yang
lembab atau berair, tanah kering, bebatuan dan habitat dengan naungan yang rapat.
Vegetasi herba pada naungan yang rapat atau tempat tertutup mempengaruhi
pertumbuhan herba itu sendiri (Susanti, 2016).

Hasil praktikum analisis vegetasi herba tertutup diperoleh nilai frekuensi


ciplukan dan bunfront sama yaitu 0,2. Frekuensi relatif antara keduanya juga
menunjukkan hasil yang sama yaitu 50 %. Hasil ini menunjukkan bahwa tumbuhan
tersebut tidak terdistribusi atau tersebar pada semua plot yang diamati, dimana
ciplukan dan bunfront hanya terdapat pada 1 plot. Frekuensi yang diperoleh
menunjukkan distribusi spesies pada areal yang dianalisis vegetasinya. Frekuensi
yang semakin tinggi menandakan tumbuhan tersebut tersebar di banyak daerah di
area tersebut. Frekuensi yang tinggi juga menunjukkan bahwa tumbuhan dapat
beradaptasi dengan baik terhadap kondisi lingkungan (Gunawan dkk., 2011).

Nilai densitas tumbuhan ciplukan memiliki nilai yang lebih tinggi dari pada
nilai densitas bunfront. Densitas relatif yang didapatkan menunjukkan bahwa
ciplukan memiliki nilai densitas relatif sebesar 60% dan bunfront memiliki nilai
densitas relatif sebesar 40%. Nilai densitas relatif ciplukan lebih besar karena
jumlah individu ciplukan yang ditemukan pada kuadran lebih banyak daripada
bunfront yaitu sebanyak 3 individu. Hal tersebut sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Maridi dkk. (2015), bahwa densitas relatif atau kerapatan suatu
spesies ditentukan oleh jumlah individu yang ditemukan pada area kuadran.
Densitas yang tinggi dapat merupakan indikasi bahwa kondisi lingkungan (habitat)
yang ditempati adalah lebih baik dibandingkan dengan lingkungan yang ditempati
oleh populasi dengan densitas lebih rendah (Tobing, 2008).

6
Untuk nilai dominansi yang diperoleh, ciplukan mendominasi herba yang
ada di wilayah tertutup. Hal tersebut dilihat dari nilai dominansi ciplukan yang jauh
lebih besar dari bunfront yaitu 0.026. Nilai dominansi relatif yang ditemukan juga
menunjukkan bahwa ciplukan memiliki nilai dominansi relatif yang jauh lebih
besar yaitu 99.86 %, sedangkan bunfront hanya sebesar 0.14 %. Menurut Gunawan
dkk. (2011), dominansi menandakan bahwa tumbuhan ciplukan yang menguasai
nutrisi yang ada di areal ternaungi. Spesies dikatakan mendominasi dilihat dari luas
penutupan spesies tersebut dimana semakin besar luas penutupan maka tumbuhan
tersebut berukuran besar dan cukup tersebar. Tumbuhan yang cukup tersebar dan
berukuran besar menandakan nutrisi berupa unsur hara dikuasai oleh spesies
tersebut.

INP (Indeks Nilai Penting) yang diperoleh berdasarkan perhitungan,


tumbuhan ciplukan memiliki INP yang lebih besar daripada tumbuhan bunfront.
Menurut Mulyati dkk. (2017), INP yang tinggi menunjukkan bahwa tumbuhan
ciplukan adalah spesies yang paling adaptif pada daerah ternaungi. Faktor abiotik
yang mempengaruhi vegetasi ternaungi adalah pH tanah, cahaya, suhu, dan
kelembaban udara. Suhu dan intensitas cahaya pada tempat ternaungi rendah karena
terdapat pohon yang menghalangi tembusnya cahaya matahari. Suhu yang rendah
menyebabkan transpirasi menjadi kecil sehingga hanya tumbuhan tertentu yang
dapat hidup. Suhu yang rendah mengakibatkan kelembaban udara yang cukup
tinggi. Tingginya kelembaban udara menyebabkan tumbuhan harus memiliki
mekanisme dan struktur morfologi yang sesuai agar dapat beradaptasi.
Menurut Chaidir dkk. (2015), tumbuhan ciplukan mampu beradaptasi hidup
di lokasi ternaungi karena tumbuhan ini mudah tumbuh dan berkembang, yaitu
dengan biji atau cangkok batang. Morfologi dari bunfront membantu tumbuhan
tersebut untuk dapat hidup dan terjaga kelestarian di daerah tersebut. Menurut
Sayani et al. (2013), tumbuhan bunfront tumbuh memanjat sehingga intensitas
cahaya yang diperoleh cukup. Daun yang cukup luas yaitu panjang hingga 6 cm dan
lebar hingga 8 cm mampu menangkap cahaya yang cukup untuk fotosintesis.
Indeks diversitas yang diperoleh berdasarkan perhitungan adalah 0.27. Nilai
yang kurang dari 1 tersebut menunjukkan bahwa vegetasi tersebut termasuk ke

7
dalam kategori yang sangat buruk. Kategori buruk disebabkan oleh
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut sangat kecil yaitu hanya 2
jenis, sehingga kompleksitas dan stabilitas dari komunitas vegetasi tersebut kecil.
Kecilnya stabilitas dan kompleksitas komunitas vegetasi dapat disebabkan karena
kurangnya interaksi saling mendukung oleh spesies yang ada (Mulyati dkk., 2017).
Indeks similaritas antara vegetasi herba tertutup dan terbuka bernilai 0. Hal
ini karena tidak ada spesies yang sama ditemukan antara kedua vegetasi tersebut.
Adanya perbedaan intensitas cahaya yaitu rendahnya intensitas cahaya pada daerah
ternaungi menyebabkan pertumbuhan semai tumbuhan tidak optimal. Pertumbuhan
semai tumbuhan yang tidak optimal karena fotosintesis yang tidak berlangsung
dengan optimal (Haryadi, 2017).
Pola penyebaran individu yang diperoleh berdasarkan perhitungan
menunjukkan bahwa pola penyebaran vegetasinya besifat seragam karena nilainya
kurang dari 1. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya faktor pembatas pada plot
seperti pH, air, cahaya, dan kelembaban udara (Desaranti dkk., 2017).
Pertumbuhan herba sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan yang
mendukung pertumbuhan dan perkembangannya, pada umumnya penyebaran
tumbuhan herba adalah di hutan-hutan dan kawasan yang lembab baik di dataran
rendah maupun di dataran tinggi, tetapi ada juga yang tumbuh baik pada kondisi
alam yang terbuka dengan intensitas cahaya matahari yang tidak terlalu tinggi.
Jenis-jenis herba seperti famili Araceae, Poaceae, Asteraceae mempunyai
penyebaran yang cukup luas dan mempunyai daya adaptasi yang tinggi terhadap
faktor lingkungan. Jenis-jenis tersebut dapat hidup pada kondisi lingkungan yang
lembab sampai pada kondisi lingkungan yang kelambabannya rendah (Susanti,
2016).
Kehadiran vegetasi herba sangat bermanfaat bagi ekosistem hutan. Serasah
daun yang jatuh dapat didekomposisikan menjadi unsur hara yang dapat
dimanfaatkan kembali untuk tanaman. Herba juga dimanfaatkan sebagai sumber
pakan satwa. Selain itu vegetasi herba juga berfungsi sebagai kekayaan plasma
nutfah misalnya kelestarian satwa liar sebagai komponen ekosistem dipengaruhi

8
oleh kehadiran dan keanekaragaman tumbuhan bawah sebagai tempat hidup dan
sumber pakan (Susanti, 2016).
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan herba dapat dikelompokkan atas faktor cahaya, suhu, pH
tanah dan kelembaban tanah (Susanti, 2016).
1. Cahaya
Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi kehidupan seluruh makhluk
hidup di dunia. bagi tumbuhan khususnya yang berklorofil cahaya matahari
sangat menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses dasar pada
tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan yang dihasilkan akan
menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan.
2. Suhu
Tumbuhan herba dapat hidup pada kisaran suhu minimum 4,5 0C hingga suhu
maksimum 360C. Suhu merupakan salah satu hal yang dapat menjelaskan
mengenai kondisi lingkungan. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan
menyebabkan laju keefektifan air dari organisme tersebut. Suhu juga berperan
langsung hampir pada setiap fungsi dari tumbuhan denagan mengontrol peran
kimia dalam tumbuhan tersebut.
3. pH
Level optimum pH tanah untuk aplikasi penggunaan lahan berkisar antara 5-
7,5. Tanah dengan pH rendah (asam) dan pH tinggi (basa) membatasi
pertumbuhan tanaman, efek pH tanah pada umumnya tidak langsung.41
Tanaman bawah dan sayuran lainnya lebih menyukai tanah dengan pH sekitar
6,5, pada umumnya tanaman budidaya yang dipelajari pertumbuhan baik atau
sehat pada level pH 4,8 atau lebih.

9
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah vegetasi herba pada
area ternaungi didominasi oleh tumbuhan ciplukan dilihat dari nilai Indeks Nilai
Penting (INP) yang tinggi dan struktur komunitas dari vegetasinya tidak stabil
karena indeks diversitasnya yang rendah. Indeks diversitas yang rendah didukung
oleh pola penyebaran individu yang kecil sehingga penyebaran individu bersifat
seragam.

4.2. Saran
Saran yang dapat diberikan untuk praktikum ini adalah agar kedepannya
area praktikum dan jumlah plot yang digunakan lebih luas, sehingga data yang
didapatkan akan lebih akurat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Chaidir L., Epi, dan A. Taofik. 2015. Eksplorasi, Identifikasi, dan Perbanyakan
Tanaman Ciplukan (Physalis angulata L.) dengan Menggunakan Metode
Generatif dan Vegetatif. 9(1):82-103.
Daesaranti, N., Sulistyani, dan E. Yani. 2017. Eksplorasi, Identifikasi, dan
Perbanyakan Tanaman Ciplukan (Physalis angulata L.): A Review.
International Journal of Science and Research. 5(5): 2122 – 2127.

Gunawan, W., S. Basuni., A. Indrawan., L. B. Prasetyo, dan H. Soedjito. 2011.


Analisis Komposisi dan Struktur Vegetasi terhadap Upaya Restorasi
Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. 1(2):93-105.
Haryadi, Nicko. 2017. Struktur dan Komposisi Vegetasi pada Kawasan Lindung

Air Terjun Telaga Kameloh Kabupaten Gunung Mas. Ziraa’ah. 42 (2): 137-
149
Hendry, B. 2007. Pengelolaan Keanekaragaman Hayati. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Maridi, A., Saputra, P. Agustina. 2015. Analisis Struktur Vegetasi di Kecamatan


Ampel Kabupaten Boyolali. Bioedukasi. 8(1):28-42
Mulyati., Djufri, dan Supriatno. 2017. Analisis Vegetasi Naungan Bunga Bangkai
(Amorphophallus peoniifolius (Dennst.) Nicholson) di Kecamatan Padang
Tiji Kabupaten Pidie. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Unsyiah. 2(1):98-105.
Sayani, M and. K. Nishteshwar. 2013. Pharmacognostical and Phytochemical
Investigation of Ipomoea sepiaria Koenig Ex. Roxb. Leaf. International
Research Journal of Pharmacy. 4(1) : 212-217.
Susanti, A. 2016. Analisis Vegetasi Herba di Kawasan Daerah Aliran Sungai
Krueng Jreue Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar Sebagai
Referensi Matakuliah Ekologi Tumbuhan. Skripsi. Universitas Islam Negeri
Ar-Raniry. Banda Aceh.

11
Tobing, Imran. 2008. Teknik Estimasi Ukuran Populasi Suatu Spesies Primata.
Jurnal Vis Vitalis. 1(1): 41-44

Utami, D. T. W. 2017. Studi Keanekaragaman Vegetasi Rumput dan Herba di


Hutan Sekipan Desa Kaliori Tawangmangu Karanganyar Provinsi Jawa

12
13

Anda mungkin juga menyukai