Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN

BIOSISTEMATIK

Dosen Pengampu: Nurhayani H. Muhiddin, M.Si dan Sitti Saenab, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh Kelompok 9:


Niswatul Mukminah NIM. 20011150009
Anisa Harlina NIM. 200111501015
Hamdana Dambe NIM. 200111501022
Nurhidayah NIM. 200111500012
Rahmiati NIM. 200111502012
Dwi Darmayani NIM. 200111510006
Aryananda Joloen Surya NIM. 200111501011
Elza Ulvianti NIM. 200111512003
Murni Jasiati NIM. 200111512015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanrrahiim.
Alhamdulillahirabbil ‘Alamin. Segala puji syukur kami haturkan kepada Allah swt., atas
rahmat rahimnya kami kami bisa menyelesaikan Laporan Praktikum Lapangan Mata Kuliah
Biosistematik dengan tepat waktu. Tidak lupa kami sampaikan banyak terimakasih kepada
Asisten Pendamping kami, Kak Annisa Dwi Puspita dan Kak Miftahul Janah atas bimbingan dan
saran-sarannya. Juga kepada teman-teman yang banyak membantu dari segi materil maupun
nonmaterial.
Laporan ini berisikan klasifikasi, deskripsi, hubungan kekerabatan, dan kunci determinasi
beberapa spesies dari Fungi, Lichen, Liliopsida, Magnoliopsida, Bryophyte, Pterydophyta, dan
Pinophyta yang kami dapat sewaktu melakukan praktikum lapangan. Digarapkan dari laporan ini
bisa memberikan manfaat kepada pembaca berupa pengetahuan dan ilmu mengenai Kingdom
Plantae.
Untuk memperbaiki laporan kami, saran dan kritik yang membangun dari pembaca akan
sangat berart. Selamat Membaca!

Makassar, April 2022


Penyusun,

Kelompok 9
DAFTAR ISI

Kata Pnegantar ...............................................................................................................


Daftar Isi ..........................................................................................................................
Pendahuluan ......................................................................................................................
Fungi
Lichen ...............................................................................................................................
Bryophyte .........................................................................................................................
Pterydophyta ....................................................................................................................
Magnoliopsida...................................................................................................................
Liliopsida ..........................................................................................................................
Pinophyta ..........................................................................................................................
PENDAHULUAN

A. Pengertian Herbarium
Mengenal Herbarium. merupakan istilah yang pertama kali digunakan oleh
Turnefor (1700) untuk tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca Ghini
(1490-1550) seorang Professor Botani di Universitas Bologna, Italia adalah orang
pertama yang mengeringkan tumbuhan di bawah tekanan dan melekatkannya di atas
kertas serta mencatatnya sebagai koleksi ilmiah (Ramadhanil, 2003).
”A herbarium (plural: herbaria) is a collection of preserved plant specimens and
associated data used for scientific study.”
Herbarium dibuat dari spesimen yang telah dewasa, tidak terserang hama,
penyakit atau kerusakan fisik lain. Tumbuhan berhabitus pohon dan semak disertakan
ujung batang, daun, bunga dan buah, sedang tumbuhan berbentuk herba disertakan
seluruh habitus.
Herbarium kering digunakan untuk spesimen yang mudah dikeringkan,
misalnya daun, batang, bunga dan akar, sedangkan herbarium basah digunakan untuk
spesimen yang berair dan lembek, misalnya buah (Setyawan dkk, 2005).
Herbarium dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan untuk mentakrifkan
takson tumbuhan, ia mempunyai holotype untuk tumbuhan tersebut. Herbarium juga
dapat digunakan sebagai bahan penelitian untuk para ahli bunga atau ahli taksonomi.
Herbarium dipakai untuk mendukung studi ilmiah lainnya seperti survey
ekologi, studi fitokimia, penghitungan kromosom, melakukan analisa perbandingan
biologi dan berperan dalam mengungkap kajian evolusi(Setyawan dkk, 2005).
B. Pembuatan Herbarium
Koleksi objek perlu diperhatikan kelengkapan organ tubuhnya, pengawetan dan
penyimpanannya. Koleksi objek harus memperhatikan pula kelestarian objek tersebut.
Perlu ada pembatasan pengambilan objek. Salah satunya dengan cara pembuatan awetan.
Pengawetan dapat dilakukan terhadap objek tumbuhan. Pengawetan dapat
dengan cara basah ataupun kering. Cara dan bahan pengawetnya bervariasi, tergantung
sifat objeknya. Organ tumbuhan yang berdaging seperti buah, biasanya dilakukan dengan
awetan basah. Sedang untuk daun, batang dan akarnya, umumnya dengan awetan kering
berupa herbarium (Suyitno, 2004).
Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam praktek
pembuatan herbarium. Spesimen herbarium yang baik harus memberikan informasi
terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti.
Dengan kata lain,suatu koleksi tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian
tumbuhan dan harus ada keterangan yang memberikan seluruh informasi yang tidak
Nampak pada spesimen herbarium. Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan
pengamatan spesimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru.
Terutama untuk spesimen-spesimen yang sulit ditemukan di alam. Awetan
spesimen dapat berupa awetan kering dan awetan basah. Awetan kering tanaman di
awetkan dalam bentuk herbarium, sedangkan untuk mengawetkan hewan dengan
sebelumnya mengeluarkan organ-organ di dalamnya. Awetan basah baik untuk hewan
maupun tumbuhan biasanya dibuat dengan merendam seluruh spesimen dalam larutan
formalin 4% (Setyawan dkk, 2005).
Herbarium kering, cara kering menggunakan tiga macam proses yaitu
pengeringan langsung, yakni tumpukan material herbarium yang tidak terlalu tebal di
pres di dalam sasak, untuk mendpatkan hasil yang optimum sebaiknya di pres dalam
waktu dua minggu kemudian dikeringkan diatas tungku pengeringan dengan panas yang
diatur di dalam oven.
Pengeringan harus segera dilakukan karena jika terlambat akan mengakibatkan
material herbarium rontok daunnya dan cepat menjadi busuk. Pengeringan bertahap,
yakni material herbarium dicelup terlebih dahulu di dalam air mendidih selama 3 menit,
kemudian dirapikan lalu dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Selanjutnya,
ditempuk dan dipres, dijemur atau dikeringkan di atas tungku pengeringan.
Selama proses pengeringan material herbarium itu harus sering diperiksa dan diupayakan
agar pengeringan nya merata. Setelah kering, material herbarium dirapikan kembali dan
kertas koran bekas pengeringan tadi diganti dengan kertas baru. Kemudian material
herbarium dapat dikemas untuk diidentifikasi (Onrizal, 2005).

Anda mungkin juga menyukai