Asisten :
Disusun oleh:
Dra. Nirwani Soenardjo MSi Dra.
Rini Pramesti MSi
Ir. Gunawan Widi Santoso MSc
Ir. Ita Riniatsih MSi
Ir. Hadi Endrawati DESU
Pengantar Teori :
Pengamatan vegetasi di habitat mangrove relatif lebih mudah karena
terbatasnya jenis serta sifat perbungaan yang tidak terlalu musiman. Kondisi ini
memudahkan identifikasi jenis pohon karena setiap saat ditemukan pohon yang
memiliki bunga atau buah.
Berdasarkan beberapa penelitian pada saat pengamatan mangrove
membutuhkan waktu serta konsentrasi yang lebih. Hal ini disebabkan sebagian
besar bentuk pohonnya memiliki kseamaan sehingga pengamatan harus
difokuskan pada perbedaan kulit kayu , tipe akar, buah dan bunga . jika waktu
pengamatan tidak memungkinkan maka perlu dibuat koleksi tumbuhan yaitu n
dengan mengambil specimen buah, bunga dan daun dari pohon yang akan
didentifikasi.
Specimen yang sudah diambil sebaiknya disimpan ditempat yang kering
agar tidak mudah rusak. Sebelum dibawa kelaboratorium specimen diberi catatan
: lokasi , tanggal ,habitat dan tipe perakaran. Specimen yang akan dijadikan bahan
herbarium kering dapat membantu dalam identifikasi tumbuhan yang belum atau
sudah dikenal nama spesiesnya. Manfaat dari herbarium adalah agar bentuk
morfologi dari specimen tumbuhan tetap walau warna berubah.
Tujuan Paktikum
1. Mahasiswa mengetahui cara membuat herbarium kering dan basah
2. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara agar specimen tumbuhan
mempunyai bentuk yang tetap
Kompetensi
1. Mahasiswa trampil membuat herbarium kering dan basah
2. Mahasiswa mampu menjelaskan teknik pembuatan herbarium
kering
Cara kerja :
1. Specimen mangrove diusahakan lengkap (ada bunga, buah dan daun)
2. Kemudian specimen diletakkan di atas lembaran koran
3. Specimen diatur agar tidak ada habitus/bagian specimen terlipat agar
tidak mudah lepas diisolasi bagian batang/tangkai daun
4. Setelah itu ditutup lagi dengan koran
5. Kemudian koran yang sudah ada specimennya dijepit menggunakan
bambu agar tidak lepas diikat dengan menggunakan tali rafia.
6. Specimen dijemur agar specimen kering
LEMBAR KERJA :
Acara 4. Herbarium Kering Mangrove
Hasil Pengamatan
2. Berikut ini adalah beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam proses herbarium kering
Hasil Pengamatan
Pembahasan
Jawab
1. Herbarium adalah awetan tumbuhan yang diawetkan dengan cara dikeringkan ataupun
diawetkan dengan larutan alkohol. Menurut Nurwati (2020), Herbarium adalah herba
(tumbuhan) yang dikeringkan dan digunakan dalam proses belajar-mengajar serta membantu
proses pengenalan. Herbarium juga dapat diartikan sebagai kumpulan tanaman kering untuk
keperluan studi biologi. Herbarium terdiri dari beberapa spesies tanaman yang dikeringkan
dan dilengkapi dengan identitas spesies tanaman tersebut. Berbagai identitas yang tercantum
pada herbarium meliputi tempat hidup, warna daun, kerapatan tanaman, bau tanaman, dan
lain-lain.
Istilah Herbarium sudah lama digunakan oleh para peneliti bahkan sudah sejak zaman
dahulu. Menurut Waqfin et al. (2020), Istilah Herbarium pertama kali digunakan oleh
Turnefor (1700) untuk tumbuhan obat yang dikeringkan sebagai koleksi. Luca Ghini (1490-
1550) seoarang Professor Botani di Universitas Bologna, Italia adalah orang pertama yang
mengeringkan tumbuhan di bawah tekanan dan melekatkannya di atas kertas kemudian
mencatatnya sebagai koleksi ilmiah. Herbarium dibuat dari specimen tumbuhan yang tekah
dewasa, dalam kondisi yang baik, tidak mengalami kerusakan fisik. Untuk pembuatan
herbarium tumbuhan yang memiliki habiatus pohon dan semak disertakan ujung batang,
daun, bunga serta buah, sedangkan tumbuhan yang memiliki habiatus berbentuk herba
disertakan seluruh habiatus.
2. Herbarium memiliki beberapa fungsi yang digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan.
Menurut Susilo (2015), Fungsi dari herbarium adalah untuk membantu identifikasi
tumbuhan lainnya yang sekiranya memiliki persamaan ciri-ciri morfologi. Herbaium
merupakan media pembelajaran yang telah lama digunakan karena penggunaannya yang
praktis dan eknonomis. Herbarium menjadi solusi yang tepat karena dapat dibawa kemana
saja, baik di kelas maupun di laboratorium.
Herbarium juga memiliki fungsi dalam skala yang lebih luas, yaitu dalam skala
Internasional. Menurut Hasanuddin (2018), Herbarium Internasional memiliki beberapa
fungsi yaitu, digunakan untuk studi familia atau lainnya dan menghasilkan monograf-
monograf marga, flora dunia (meliputi beberapa negara), cek list, pertukaran dan
peminajaman spesimen terutama taksa baru dan pendistribusian duplikat-duplikatnya. Selain
Herbarium Internasional, Herbarium Nasional dan Herbarium local memiliki fungsi yang tak
kalah penting juga. Herbarium Nasional berfungsi untuk kontribusi flora nasional atau local
termasuk daftar lengkapnya, jasa peminjaman termasuk fasilitas tamu ahli botani untuk
penelitian, identiffikasi specimen yang relevan dengan negara tersebut serta pengiriman
daftar specimen. Sedangkan Herbarium local memiliki fungsi untuk kontribusi kepala flora
nasional, produksi flora local dan daftar specimen.
3. Mangrove adalah salah satu tumbuhan yang memiliki kandungan air tidak terlalu tinggi
(keras) sehingga teknik yang cocok untuk melakukan herbarium mangrove adalah teknik
terbarium kering. Menurut Noverita et al. (2019), Tubuh tumbuhan yang cenderung
memiliki kandungan air yang tinggi sehingga bertakstur lunak dan kenyal, diawetkan
dengan herbarium basah sedangkan untuk tubuh tumbuhan yang memiliki kandungan air
yang tidak terlalu tinggi dan bertekstur keras diawetkan dengan herbarium kering.
Herbarium kering dilakukan dengan mengeringkan tubuh specimen tumbuhan yang akan
diawetkan. Kemudian herbarium yang telah diawetkan diberi keterangan sifat fisik
tumbuhan yang diawetkan tersebut.
4. Herbarium basah dilakukan dengan mengawetkan spesimen dengan larutan
alkohol/formalin atau juga dapat menggunakan spirtus. Formalin memiliki fungsi yang sama
dengan alkohol sehingga ketika tidak ada alkohol peran alkohol dapat digantikan oleh
formalin. Menurut Husain et al.(2019) , Herbarium basah dilakukan dengan cara
menyaipkan formalin yang terlah diencerkan kemudian memasukkan specimen yang akan
diawetkan ke dalam botol yang berisi larutan formalin yang telah diencerkan tersebut.
Setelah itu spesimen yang diawetkan diberi keterangan fisik, lokasi pengambilan spesimen
dan manfaat tumbuhan.
Selain menggunakan alkohol dan formalin, pengawetan tanaman dengan teknik
herbarium basah juga dapat dilakukan dengan spiritus. Menurut Tamin et al. (2017),
Pembuatan herbarium basah yang menggunakan alkohol dapat digantikan oleh cairan
spirtus. Cairan spirtus dapat digunakan untuk menggantikan cairan alkohol apabila
mengalami kendala biaya. Cairan spirtus memiliki peran yang tidak berbeda dengan cairan
alkohol.
5. Pembuatan herbarium menggunakan alkohol dengan kadar 70% karena kadar 70%
merupakan kadar yang optimal bagi pembuatan herbarium. Kadar tersebut sudah optium
untuk membunuh bakteri yang menyebabkan spesimen tumbuhan busuk dan rusak. Jika
digunakan kadar alkohol lebih dari 70%, yaitu 97% maka tumbuhan yang diawetkan dapat
mengalami kerusakan. Kerusakan akibat kadar alkohol 97% disebabkan karena kadar alohol
yang terlalu tinggi dapat merusak dinding sel spesimen tumbuhan yang diawetkan
(Widyawanti et al., 2017).
Simpulan dan Saran
Simpulan:
1. Herbarium kering dibuat dengan melalui beberapa tahapan. Pertama-tama calon specimen
dewasa yang tidak mengalami kerusakan fisik serta tidak terserang hama yang akan diawetkan
dibersihkan kemudian diletakkan pada kardus bekas yang telah dialasi oleh kertas kalender.
Calon specimen yang akan diawetkan tersebut diberi selotip agar posisinya tidak bergeser.
Setelah itu disemprot dengan alcohol dengan kadar 70% dan ditutup dengan kertas kalender.
Setelah ditutupi dengan kertas kalender kemudian ditutup lagi dengan kardus bekas. Tahap yang
terakhir adalah meletakkan pemberat diatas calon specimen yang diawetkan tersebut. Diamkan
selama beberapa hari, kemudian setelah dirasa cukup pemberat yang menimpa specimen dapat
diangkat. Kemudian specimen yang telah terawetkan diberi keterangan tentang klasifikasi, nama
kolektor, lokasi diambilnya specimen, serta tanggal pembuatan herbarium.
Herbarium basah memiliki tahapan yang tidak sama dengan herbarium kering. Bila
herbarium kering dilakukan teknik press, maka pada herbarium basah specimen yang akan
diawetkan disimpan dalam botol/suatu wadah. Tahapan pertama adalah mengambil calon
specimen yang akan diawetkan, pastikan calon specimen yang diambil sudah dewasa serta tidak
mengalami kerusakan fisik akibat hama ataupun faktor-faktor lain. Kemudian masukkan
tumbuhan yang akan diawetkan tersebut kedalam larutan alkohol dengan kadar 70% yang telah
dicampur dengan air laut. Setelah itu tutup rapat botol yang berisi calon tumbuhan yang
diawetkan dan air laut bercampur alkohol tersebut. Untuk cairang yang ada di dalam botol diganti
secara berkala untuk mencegah adanya pembusukan. Tahapan terakhir adalah memberi
keterangan, berbagai keterangan yang ditempelkan pada botol/wadah tersebut adalah klasifikasi,
ciri fisik, nama kolektor, tanggal pembuatan herbarium serta lokasi pengambilan specimen.
2. Ketika melakukan herbarium baik basah ataupun kering specimen tumbuhan yang diambil
adalah tumbuhan dewasa yang sempurna secara fisik serta tidak mengalami kerusakan fisik
akibat hama ataupun faktor-faktor lainnya. Selain itu cara yang dilaukan untuk menjaga agar
specimen tumbuhan yang diambil tetap utuh dan tidak mengalami kerusakan fisik adalah dengan
cara mengambilnya dengan hati-hati. Cara mengambil specimen tumbuhan yang kasar, seperti
mencabut paksa ataupun menarik paksa dapat mengakibatkan specimen yang diambil mengalami
kerusakan. Beberapa contoh kerusakan yang dialami oleh specimen tumbuhan akibat perlakuan
kasar dan kurang hati-hati yaitu rusaknya akar, rusaknya daun serta bisa saja bagian tubuh
tumbuhan yang akan diawetkan patah. Oleh sebab itu sikap hati-hati ketika mengambil specimen
yang akan diawetkan sangat penting dalam menjaga keutuhan tubuh tumbuhan specimen yang
akan diawetkan.
Saran:
1. Mungkin untuk praktikum botani laut tentang herbarium kering pada praktikum selanjutnya dapat
diberi tambahan waktu karena untuk mengeringkan specimen tumbuhan yang diawetkan
membutuhkan waktu yang agak lama terutama pada bulan-bulan seperti sekarang ini, yang
merupakan bulan musim hujan.
Pustaka
Hasanuddin. 2018. Botani Tumbuhan Tinggi. Syariah Kuala University Press, Aceh. 270
Halaman.
Hidayat, R. S., R. M. Napitupulu. 2015. Kitab Tumbuhan Obat. AgriFlo, Jakarta Timur. 416
Halaman.
Julianto, T. S. 2016. Minyak Atsiri Bunga Indonesia. Penerbit Deepublish, Yogyakarta. 214
Halaman.
Widjaja. E.A and Johanis P.Mogea. 2002. Management Policy of The Herbarium
Bogoriense. Herbarium Bogoriense Botany Division Research Centre for
Biology. Institute of Sciences Bogor.
Nama Asisten :
Tanda Tangan :
Group :
Tanggal :