Anda di halaman 1dari 6

RESUME HERBARIUM

RUMPUT LAUT

A. Pengertian Herbarium
Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, yang memiliki
arti kebun botani yang dikeringkan. Herbarium biasanya disusun berdasarkan
klasifikasi. Istilah herbarium lebih dikenal untuk pengawetan tumbuhan,
tumbuhan yang telah diawetkan disebut juga dengan spesimen herbarium.
Herbarium juga bisa diartikan tempat dimana material-material tumbuhan
yang telah diawetkan disimpan (Syafruddin dan Lestari, 2017)
Herbarium merupakan suatu spesimen dari bahan tumbuhan yang telah
dimatikan dan diawetkan melalui metode tertentu dan dilengkapi dengan data-
data mengenai tumbuhan tersebut. Membuat herbarium yaitu pengumpulan
tanaman kering untuk keperluan studi maupun pengertian. (Steenis, 2003).
Herbarium merupakan karya referensi tiga dimensi, herbarium bukan
hanya untuk mendefinisikan suatu pohon, namun segala sesuatu dari mereka.
Nama latin untuk koleksi ini ataupun herbarium adalah hortus siccus, yang
secara harfiah berarti taman kering, dan setiap spesimen ditekan pada
selembar kertas yang diisi dengan tanaman yang dikumpukan, kapan dan
dimana ditemukannya (Stacey, 2004).
Pada masa sekarang herbarium tidak hanya merupakan suatu spesimen
yang diawetkan tetapi juga mempunyai suatu lingkup kegiatan botani tertentu,
sebagai sumber informasi dasar untuk para ahli taksonomi dan sekaligus
berperan sebagai pusat penelitian dan pengajaran, juga pusat informasi bagi
masyarakat umum. Herbarium diartikan juga sebagai bank data dengan
sejumlah data mentah yang belum diolah. Masing-masing spesimen dapat
memberikan bermacam-macam informasi, tergantung kelengkapan spesimen,
data dan asal-usul materialnya (Balai Taman Nasional Baluran, 2004).
B. Tujuan dan Manfaat Herbarium
Tujuan dan manfaat herbarium secara umum antara lain: 1. Sebagai
pusat referensi: Merupakan sumber utama untuk identifikasi tumbuhan bagi
para ahli taksonomi, ekologi, petugas yang menangani jenis tumbuhan langka,
pecinta alam, dan para petugas yang bergerak dalam konservasi alam; 2.
Sebagai lembaga dokumentasi: Merupakan koleksi yang mempunyai nilai
sejarah, seperti tipe dari taksa baru, contoh penemuan baru, tumbuhan yang
mempunyai nilai ekonomi dan lain lain; 3. Sebagai pusat penyimpanan data:
Ahli kimia memanfaatkannya untuk mempelajari alkaloid, ahli farmasi
menggunakan untuk mencari bahan ramuan untuk obat kanker, dan
sebagainya; 4. Material herbarium sangat penting artinya sebagai kelengkapan
koleksi untuk kepentingan penelitian dan identifikasi; 5. Material peraga
pelajaran botani; 6. Material penelitian; 7. Material pembantu identifikasi
tanaman; 8. Material pertukaran antar herbarium di seluruh dunia; 9. Bukti
keanekaragaman; dan 10. Spesirnen acuan untuk publikasi spesies baru
(Mertha et al., 2018).

C. Pembagian Herbarium
Herbarium kering adalah herbarium yang dibuat dengan cara
pengeringan, namun tetap terlihat ciri-ciri morfologinya sehingga masih bisa
diamati dan dijadikan perbandingan pada saat determinasi (Mertha et al.,
2017). Herbarium basah adalah spesimen tumbuhan yang telah diawetkan dan
disimpan dalam satu larutan yang dibuat dari komponen beberapa zat dengan
komposisi tertentu (Murni et al., 2015)
Tumbuhan yang menggunakan herbarium basah salah satu contohnya
adalah rumput laut. Rumput laut sebagai tanaman tingkat rendah dengan
berbagai ciri-ciri dari morfologinya lebih cocok untuk digunakan pada
herbarium basah karena rumput laut yang bersifat rapuh dan berair. Selain itu,
herbarium basah dapat melindungi rumput laut dari kerusakan morfologinya
(Basir et al., 2017)
Kekurangan dan kelebihan dari kedua jenis herbarium ini ialah, Proses
pembuatan herbarium basah cukup mudah namun membutuhkan biaya yang
cenderung mahal, sedangkan herbarium kering membutuhkan biaya yang
murah dengan proses yang lebih rumit dan lama (Hasanuddin, 2018).

D. Cara Membuat Herbarium


Pembuatan herbarium terbagi menjadi dua cara yaitu:
1. Herbarium Basah:
Alat dan bahan:
a. Rumput laut.
b. Larutan alkohol 70%.
c. Air laut 30%.
d. Botol.
e. Label kertas untuk pemberian identitas.
Teknik Pembuatan herbarium basah rumput laut dapat dilakukan dengan
tahapan tahapan berikut ini:
a. Menyiapkan rumput laut yang akan diawetkan.
b. Menyiapkan larutan alkohol dan air laut dengan perbandingan 70:30
c. Memasukkan spesimen ke dalam larutan alkohol dan air laut yang telah
ada dalam botol jam dan telah diencerkan.
d. Menutup rapat botol.
e. Dan memberi identitas seperti: nama lokal, nama ilmiah, habitat, lokasi
ditemukan dan manfaat.
(Husain et al., 2019).

2. Herbarium kering:
Alat dan bahan :
a. Spesimen lengkap (akar, ranting, daun, dan bunga)
b. Gunting
c. Sasak
d. Alkohol 70%
e. Karton dan label kertas
Teknik Pembuatan herbarium kering dapat dilakukan dengan tahapan
tahapan berikut ini :
a. Mengambil contoh herbarium yang terdiri dari ranting lengkap dengan
daunnya, jika ada bunga dan buahnya juga diambil.
b. Contoh herbarium dipotong dengan menggunakan gunting sepanjang
kurang lebih 40 cm. Kemudian contoh herbarium dimasukkan ke dalam
kertas koran dengan memberikan etiket yang berukuran 3 cm x 5 cm.
Etiket berisi keterangan tentang nomor spesies, nama lokal, lokasi
pengumpulan dan nama pengumpul/kolektor.
c. Selanjutnya beberapa herbarium disusun diatas sasak yang terbuat dari
bambu dan disemprot dengan alkohol 70%.
d. Herbarium selanjutnya dikeringkan dengan cara dijemur.
e. Herbarium yang sudah kering ditempelkan pada karton dan diberi
identitas yang seperti: nama lokal, nama ilmiah, habitat, lokasi
pengambilan dan manfaat.
(Husain et al., 2019)

E. Larutan Herbarium Basah Rumput Laut


Larutan pada herbarium basah digunakan untuk proses pengawetan
spesimen. Pengawetan Spesimen adalah proses mengawetkan spesimen
koleksi menggunakan cairan kimia sebagai larutan pengawet. Larutan
pengawet adalah cairan yang digunakan untuk menyimpan spesimen dalam
jangka waktu lama (tidak berbatas). Bahan pengawet yang digunakan
memiliki konsentrasi tinggi dengan maksud menghindari pembusukan,
memusnahkan bakteri dan jamur yang melekat serta menjaga kerusakan
lainnya pada spesimen. Spesimen dijaga agar tidak rusak karena zat-zat
pengawet tersebut, oleh karena itu konsentrasi zat pengawet harus
diperhatikan dan disesuaikan dengan kondisi spesimen.
Pembuatan herbarium basah untuk rumput laut memerlukan dua jenis
larutan, yaitu larutan alkohol 70% dan air laut. Larutan alkohol 70% berfungsi
untuk mengawetkan spesimen rumput laut. Air laut digunakan agar kesegaran
rumput laut tetap terjaga dan meniru kondisi habitat asli rumput laut (Genting,
2012). Herbarium basah dapat menggunakan formalin karena merupakan
larutan yang juga berfungsi sebagai pengawet. Formalin juga memiliki harga
yang cukup ekonomis dan tidak berefek samping terhadap pigmen rumput laut
(Tjitrosoepormo, 2005). Untuk rumput laut lebih baik menggunakan alkohol
dengan campuran air laut dikarenakan air laut memiliki beberapa manfaat
untuk herbarium basah pada rumput laut. Hal ini dikarenakan air laut
memiliki fungsi untuk menjaga rumput laut agar tetap segar dan juga
menyamakan kondisi dengan habitat rumput laut (Genting, 2012).

F. Ciri-ciri Herbarium yang Baik


Hasil herbarium tidak terjadi kerusakan atau terserang jamur. Hal ini
berarti proses pengeringan berjalan baik. Herbarium yang sudah jadi tersebut
kemudian diberi label atau deskripsi singkat yang menggambarkan ciri-ciri
setiap spesies tumbuhan yang ada. Herbarium biasanya dilengkapi dengan
data-data mengenai turnbuhan yang diawetkan, baik data taksonomi,
morfologi, ekologi, maupun geografinya. Selain itu dalam herbarium juga
memuat waktu dan nama pengoleksi (Husain et al., 2019).
Herbarium yang baik adalah herbarium yang memiliki data, lenkap
dengan bagian-bagiannya. Bagian ini berupa akar, batang, bunga bulir, dan
buah. Dijelaskan lebih lanjut bahwa herbarium yang baik adalah yang memuat
bagian- bagian turnbuhan yang representatif, yaitu organ-organ yang penting
untuk identifikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Basir, A., K. Tarman dan Desniar. 2017. Aktivitas Antibakteri dan Antioksidan Alga
Hijau Halimeda gracilis dari Kabupaten Kepulauan Seribu. Jurnal Pengolahan
Hasil Perikanan Indonesia., 20(2): 211-218.
Genting, S. P., B. R. Prawiradiputra dan N. D. Purwantari. 2012. Indigofera Sebagai
Bahan Pakan Ternak. IAARD Press, Jakarta.
Hasanuddin. 2018. Botani Tumbuhan Tinggi : Buku untuk Mahasiswa. Syiah Kuala
University Press, Aceh.
Husain, F., Wicaksono, H., Lutfi, A., Wijaya, A., Prasetyo, K. B. dan Wahidah, B. F.
2019. BERBAGI PENGETAHUAN TENTANG HERBARIUM: KOLABORASI
DOSEN, GURU DAN SISWA DI MA AL-ASROR PATEMON
GUNUNGPATI. Jurnal Puruhita., 1(1), 76-84.
Steenis M. J. 2011. Cyclopaedia of Malesian Collectors. National Herbarium Netherland.
Leiden.
Syafruddin dan Lestari, I. D. 2017. Pelatihan pembuatan herbarium sebagai media
pembelajaran keanekaragaman hayati pada kelas VIII SMP Negeri 3 Moyo Hulu
tahun 2017. Jurnal Kependidikan., 2(2), 66-70.
Mertha, I. G., Al Idrus, A., Ilhamdi, M. L dan Zulkifli, L 2018. Pelatihan Teknik
Pembuatan Herbarium Kering dan identifikasi tumbuhan berbasis lingkungan
sekolah di SMAN 4 Mataram. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian
Masyarakat., 1(1).
Stacey, R dan Hay, A. 2004. Herbarium. Cambridge University Press. Cambridgre
Tjitrosoepormo, G. 2005. Taksonomi Umum. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai