Anda di halaman 1dari 66

KARAKTERISASI BIODEGRADABLE FILM SEMI REFINED

KAPPA KARAGENAN DARI Kappaphycus alvarezii DENGAN


PENAMBAHAN PLASTICIZER SORBITOL

SKRIPSI

NADIAH HUMAIROH MUFIDAH SAVITRI


26040119130130

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
KARAKTERISASI BIODEGRADABLE FILM SEMI REFINED
KAPPA KARAGENAN DARI Kappaphycus alvarezii DENGAN
PENAMBAHAN PLASTICIZER SORBITOL

NADIAH HUMAIROH MUFIDAH SAVITRI


26040119130130

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh


Derajat Sarjana S1 pada Departemen Ilmu Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Diponegoro

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Karakterisasi Biodegradable Film Semi Refined


Kappa Karagenan dari Kappaphycus alvarezii
dengan Penambahan Plasticizer Sorbitol

Nama Mahasiswa : Nadiah Humairoh Mufidah Savitri

Nomor Induk Mahasiswa : 26040119130130

Departemen/Program Studi : Ilmu Kelautan/ Ilmu Kelautan

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Sri Sedjati, M.Si. Drs. Ali Ridlo, M.Si


NIP. 19690410 199403 2 004 NIP. 19660926 199303 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Kelautan


Departemen Ilmu Kelautan

Dr. Ir. Chrisna Adhi Suryono, M.Phill


NIP. 19640605 199103 1 004

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Karakterisasi Biodegradable Film Semi Refined


Kappa Karagenan dari Kappaphycus alvarezii
dengan Penambahan Plasticizer Sorbitol

Nama Mahasiswa : Nadiah Humairoh Mufidah Savitri

Nomor Induk Mahasiswa : 26040119130130

Departemen/Program Studi : Ilmu Kelautan/ Ilmu Kelautan

Skripsi ini telah disidangkan di hadapan Tim Penguji pada:


Hari/Tanggal :
Tempat :

Penguji Utama Penguji Anggota

Nama Nama
NIP. NIP.

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Sri Sedjati, M.Si. Drs. Ali Ridlo, M.Si


NIP. 19690410 199403 2 004 NIP. 19660926 199303 1 001

iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Dengan ini saya, Nadiah Humairoh Mufidah Savitri menyatakan bahwa


karya ilmiah/skripsi yang berjudul Karakterisasi Biodegradable Film Semi
Refined Kappa Karagenan dari Kappaphycus alvarezii dengan Penambahan
Plasticizer Sorbitol adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan sebagai
pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata satu (S1) dari
Universitas Diponegoro maupun perguruan tinggi lainnya.
Semua informasi yang dimuat dalam karya ilmiah/skripsi ini yang berasal
dari karya orang lain, baik yang dipublikasikan atau tidak, telah diberikan
penghargaan dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi
dari karya ilmiah/skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Semarang, 22 Mei 2023


Penulis

Nadiah Humairoh Mufidah Savitri


NIM. 26040119130130

v
ABSTRAK

(Nadiah Humairoh Mufidah Savitri. 26040119130130. Karakterisasi


Biodegradable Film Semi Refined Kappa Karagenan dari Kappaphycus alvarezii
dengan Penambahan Plasticizer Sorbitol. Sri Sedjati & Ali Ridlo)

Proses dekomposisi plastik perlu waktu lama sehingga dibutuhkan bahan


pengganti yang lebih ramah lingkungan. Biodegradable film dapat dijadikan solusi
karena terbuat dari polisakarida yang mudah terurai. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penambahan plasticizer sorbitol terhadap karakteristik
biodegradable film SRC dengan tingkat kemurnian rendah yang diekstraksi dari
rumput laut K. alvarezii meliputi kuat tarik, elongasi, ketahanan air, ketebalan, dan
biodegradasi. Konsentrasi SRC yang digunakan dalam penelitian sebanyak 1,5%.
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri
atas 4 kelompok perlakuan yaitu sorbitol 0% (S0), sorbitol 2% (S2), sorbitol 4%
(S4), dan sorbitol 6% (S6). Setiap kelompok perlakuan diulang sebanyak lima kali.
Data dianalisis dengan metode eksploratif secara deskriptif untuk kuat tarik dan
elongasi. Analisis statistik inferensia dengan One-Way ANOVA dan uji Tukey
Honestly Significant Difference (HSD) pada taraf uji nyata 5 % digunakan pada
data ketahanan air, ketebalan, dan biodegradasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa semakin tinggi penambahan sorbitol, maka kuat tarik yang dihasilkan lebih
rendah namun elongasi lebih tinggi. Pemberian sorbitol berpengaruh nyata (p<0,05)
terhadap ketahanan air, ketebalan, dan biodegradasi. Perlakuan terbaik terdapat
pada penambahan sorbitol 4% (S4) dengan kuat tarik sebesar 3,992 N/mm2,
elongasi 28,47%, ketahanan air 43,98%, ketebalan 239,96 µm, dan tingkat
biodegradasi sebesar 74,41 %.

Kata Kunci : biodegradasi; elongasi; ketahanan air; ketebalan; kuat tarik.

vi
ABSTRACT

(Nadiah Humairoh Mufidah Savitri. 26040119130130. Characterization


of Biodegradable Film Semi Refined Kappa Carrageenan from Kappaphycus
alvarezii with the Addition of Sorbitol Plasticizer. Sri Sedjati & Ali Ridlo)

Plastic takes a long time to decompose completely, emphasizing the need


for environmentally friendly substitute materials. Biodegradable films can be a
solution because they are made from polysaccharides that easily decompose. This
study aims to determine the effect of sorbitol plasticizer addition on the
characteristics of biodegradable SRC films with low purity level extracted from
Kappaphycus alvarezii seaweed which include tensile strength, elongation, water
resistance, thickness, and biodegradation. The SRC concentration utilized in this
study was 1,5%. This study used a completely randomized design (CRD) with four
types of treatment group, namely 0% sorbitol (S0), 2% sorbitol (S2), 4% sorbitol
(S4), and 6% sorbitol (S6). Each treatment was conducted five times. Data were
analyzed using a descriptive exploratory method for tensile strength and
elongation. Inferential statistical analysis of data using One-Way ANOVA and
Tukey's Honestly Significant Difference (HSD) test at least 5% significance level
was used for water resistance, thickness, and biodegradation. The results showed
that as sorbitol increased, the value of the tensile strength decreased but the
elongation increased. The results and analysis of the data showed that the addition
of sorbitol had a significant effect (p<0.05), including its solubility, thickness, and
biodegradation. The best treatment was obtained by the addition of 4% sorbitol
(S4) concentration with tensile strength of 3.992 N/mm2, elongation of 28.47%,
water resistance of 43.98%, thickness of 239,96 µm, and biodegradation rate of
74.41%.

Keywords: biodegradation; elongation; tensile strength; thickness; water


resistance.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga Tugas Akhir Skripsi dengan judul "
Karakterisasi Biodegradable Film Semi Refined Kappa Karagenan dari K. alvarezii
dengan Penambahan Plasticizer Sorbitol" dapat dilancar sehingga terselesaikan
dengan baik.
Selesainya tugas akhir ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
atas bimbingan dan doa yang telah dipanjatkan. Pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang turut andil dalam pembuatan
karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya saya sampaikan kepada
yang terhormat :
1. Ibu Dr. Ir. Sri Sedjati, M.Si. selaku dosen pembimbing 1 yang dengan
keilmuan membimbing dengan sabar, mengarahkan, serta banyak
mengkoreksi luaran hasil serta materi dan metode skripsi
2. Bapak Drs. Ali Ridlo, M.Si selaku dosen pembimbing 2 yang banyak
memberikan arahan terkait penulisan skripsi serta teori-teori yang
mendukung suksesi penelitian
3. Staff dan laboran di Laboratorium Kimia serta Laboratorium Geologi
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari kata sempurna.
Kritik dan saran dalam hal ini sangat bermanfaat agar penelitian ini lebih
berkembang. Diharapkan karya ilmiah ini dapat bermanfaat dan dipergunakan
sebaik-baiknya.

Semarang, 22 Mei 2023


Penulis

viii
DAFTAR ISI
M
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH............................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
1. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2. Pendekatan dan Perumusan Masalah ........................................................... 3
1.3. Tujuan ........................................................................................................... 4
1.4. Manfaat ......................................................................................................... 4
1.5. Waktu dan Lokasi Penelitian ........................................................................ 4
2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5
2.1. Kappaphycus alvarezii ................................................................................. 5
2.2. Semi Refined Carragenan (SRC) .................................................................. 6
2.3. Plasticizer Sorbitol ....................................................................................... 8
2.4. Biodegradable Film .................................................................................... 10
2.5. Karakterisasi Biodegradable Film.............................................................. 11
3. MATERI DAN METODE ............................................................................ 13
3.1. Hipotesis ..................................................................................................... 13
3.2. Materi Penelitian ........................................................................................ 14
3.2.1. Alat dan Bahan ..................................................................................... 14
3.3. Metode Penelitian ....................................................................................... 15
3.4. Prosedur Penelitian ..................................................................................... 17
3.4.1. Pengambilan dan Preparasi Sampel ..................................................... 17
3.4.2. Ekstraksi dan Karakterisasi SRC ......................................................... 17
3.4.2.1. Rendemen ...................................................................................... 17
3.4.2.2. Kadar Air ....................................................................................... 17

ix
3.4.2.3. Kadar Abu ...................................................................................... 18
3.4.2.4. Derajat Keasaman (pH) ................................................................. 18
3.4.3. Preparasi Biodegradable Film ............................................................. 18
3.4.4. Karakterisasi Biodegradable Film ....................................................... 19
3.4.4.1. Uji Kuat Tarik dan Elongasi .......................................................... 19
3.4.4.2. Uji Ketahanan Air .......................................................................... 19
3.4.4.3. Uji Ketebalan ................................................................................. 20
3.4.4.3. Uji Biodegradasi ............................................................................ 20
3.5. Analisis Data .............................................................................................. 20
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 21
4.1. Hasil Penelitian........................................................................................... 21
4.1.1. Ekstraksi SRC dari K. alvarezii ........................................................... 21
4.1.2. Biodegradable Film dari SRC Hasil Ekstraksi K. alvarezii................. 21
4.1.3. Kuat Tarik ............................................................................................ 22
4.1.4. Elongasi................................................................................................ 23
4.1.5. Ketahanan Air ...................................................................................... 24
4.1.6. Ketebalan ............................................................................................. 25
4.1.7. Biodegradasi ........................................................................................ 26
4.2. Pembahasan ................................................................................................ 27
4.2.1. Hasil Ekstraksi SRC dari Rumput Laut K. alvarezii............................ 27
4.2.2. Biodegradable Film SRC ..................................................................... 29
4.2.3. Karakteristik Biodegradable Film SRC ............................................... 29
5. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 34
5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 34
5.2. Saran ........................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 35
LAMPIRAN ......................................................................................................... 41
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. 53

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1. Kandungan Kimia K. alvarezii ............................................................. 6


Tabel 2. 2. Standar Mutu SRC ............................................................................... 7
Tabel 2. 3. Standar Mutu Biodegradable Film ..................................................... 12
Tabel 3. 1. Alat yang Digunakan dalam Penelitian .............................................. 14
Tabel 3. 2. Bahan yang Digunakan dalam Penelitian ........................................... 15
Tabel 3. 3. Formulasi Biodegradable Film dengan Perlakuan Berbeda............... 16

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Kappaphycus alvarezii .................................................................... 5


Gambar 2. 2. Struktur Kappa Karagenan ............................................................. 8
Gambar 2. 3. Struktur Kimia Sorbitol .................................................................. 9
Gambar 2. 4. Ikatan Hidrogen Sorbitol dengan Pati ............................................ 9
Gambar 3. 1. Skema dan Perencanaan Output ................................................... 16
Gambar 4. 1. Materi Penelitian............................................................................ 21
Gambar 4. 2. Biodegradable Film dari SRC Hasil Ekstraksi K. alcarezii .......... 22
Gambar 4. 3. Kuat Tarik Biodegradable Film SRC (N/mm2) ............................ 23
Gambar 4. 4. Elongasi Biodegradable Film SRC (%) ........................................ 24
Gambar 4. 5. Ketahanan Air Biodegradable Film SRC (%) ............................... 25
Gambar 4. 6. Ketebalan Biodegradable Film SRC (µm) .................................... 26
Gambar 4. 7. Biodegradasi Biodegradable Film SRC (%) ................................. 27

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan ......................................................................................42


Lampiran 2. Data Hasil Penelitian .......................................................................44
Lampiran 3. Dokumentasi ....................................................................................51

xiii
1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pencemaran yang diakibatkan plastik mengontaminasi tanah, air, laut,
bahkan udara. Dekomposisi sampah plastik membutuhkan waktu selama 100-500
tahun sehingga diperlukan bahan ramah lingkungan pengganti plastik yang tidak
beracun, tidak mengontaminasi makanan, dan memiliki sifat mekanik yang
diinginkan (Ramadhani et al., 2019). Biodegradable film dan edible film berpotensi
menggantikan plastik karena mudah terdekomposisi. Bahan biodegradable film dan
edible film umumnya mengandung protein, polisakarida, lemak, dan zat pelengkap
lainnya. Biodegradable film mengacu pada kemampuan bahan untuk terurai di alam
dalam waktu singkat setelah dibuang selama ± 1 tahun. Edible film lebih
difungsikan sebagai media pelapis antara makanan dan lingkungan sehingga
terlindung dari perubahan kimia, fisik, dan kontaminasi mikroba. Bahan yang
digunakan dalam edible film biasanya memiliki nilai tambah nutrisi dan kalori di
dalamnya (Hasan et al., 2020).
Jenis plastik biodegradable yang telah diproduksi secara masal misalnya
Polylactid Acid (PLA). Menurut Chan et al. (2020), plastik PLA menyumbang
10,3% dari total plastik yang diproduksi di Eropa. PLA merupakan poliester alifatik
dan termoplastik biokompatibel. Polimer biodegradable ini berasal dari
mikroorganisme yang memanfaatkan bioaktivitas bakteri untuk mengubah produk
pertanian diantaranya tebu, jagung, dan gula bit menjadi monomer berbasis bio
untuk polimerisasi. Jagung dianggap bahan baku berkualitas tinggi karena dapat
meningkatkan efisiensi proses fermentasi yang menghasilkan asam laktat dengan
kemurnian tinggi. Sifat mekanik PLA berpotensi menjadi alternatif dari polimer
plastik konvensional seperti plastik polyethylene terephthalate (PET), polystyrene
(PS) and polycarbonate (PC) dalam aplikasi otomotif, elektronik, dan kemasan.
Produksi biodegradable film perlu diperhatikan sifat mekanik, ketersediaan
bahan baku serta biaya yang diperlukan. Bahan yang telah digunakan dalam
pembuatan biodegradable film diantaranya campuran bekatul beras dan selulosa
sekam padi (Fiqinanti et al., 2022), pati jagung (Hazrol et al., 2021), limbah tebu
(Heviyanti et al., 2021) serta campuran κ-karagenan dan tepung singkong (Barizao
2

et al., 2020). Bahan yang dipakai dalam pembuatan biodegradable film berbasis
rumput laut biasanya memakai karagenan murni atau Refined Carragenan (RC)
yang diekstraksi dari rumput laut Kappaphycus alvarezii. Penelitian A’yun et al.
(2021) mengkaji film berbasis kappa karagenan (RC) dan gelatin tahan digunakan
dengan baik pada minuman dengan suhu 4-25OC. Produksi biodegradable film dari
rumput laut cukup menjanjikan untuk menggantikan plastik. Produksi rumput laut
selama 5 tahun terakhir (2013-2017) mengalami kenaikan sebesar 79,38 %. Hal ini
didukung dengan potensi luasan lahan budidaya rumput laut yang mencapai 12 juta
hektar di mana saat ini yang dimanfaatkan hanya sekitar 9 % atau 1,1 juta hektar
(Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2018).
Bahan biodegradable film sebagai pengganti plastik dari rumput laut yang
telah diteliti memanfaatkan kandungan agar, karagenan, dan alginat sebagai sumber
hidrokoloid. Menurut Herawati (2018), hidrokoloid merupakan komponen polimer
yang memiliki kemampuan dalam mengikat dan menyerap air. Hidrokoloid
berfungsi sebagai pembentuk gel, pengental, emulsifier, perekat, penstabil,
pembentuk tekstur, meningkatkan daya serap air produk, dan pembentuk lapisan
film. Kemampuan hidrokoloid dalam pembentukan gel dan penyerapan air
diimplementasikan dalam pembuatan produk nonpangan seperti bahan perekat,
pelapis yang dapat dimakan (edible film), dan bioplastik. Rumput laut merah
menghasilkan jenis hidrokoloid agar dan karagenan sedangkan rumput laut coklat
menghasilkan jenis hidrokoloid alginat. Potensi rumput laut sebagai sumber
hidrokoloid diperkuat oleh Lim et al. (2021) yang menyatakan bahwa biomassa
rumput laut memiliki banyak keunggulan dibanding jenis biomassa tumbuhan
darat. Pertumbuhan biomassa rumput laut jauh lebih cepat, mudah dipanen, dan
murah. Rumput laut tidak memerlukan penggunaan lahan yang banyak dan
pestisida sehingga lebih aman sebagai bahan biodegradable film pengganti plastik.
Sifat hidrokoloid rumput laut juga lebih baik dan menghasilkan jenis dan sifat yang
spesifik seperti alginat, karagenan, dan agar yang tidak ditemukan pada tumbuhan
darat.
Karagenan merupakan jenis hidrokoloid yang paling banyak diproduksi
mencapai 60.000 ton pertahun dibandingkan alginat (30.000 ton) dan agar (10.600
ton). Kadar karagenan pada rumput laut merah rata-rata mencapai 50% dari total
3

berat kering. K. alvarezii merupakan spesies penghasil karagenan paling dominan


dibandingkan spesies lainnya (Rhein-Knudsen et al., 2015). Kontribusi K. alvarezii
dan Eucheuma sp. mencapai 90% dari total produksi karagenan (Campbell and
Hotchkiss, 2017). Tingkat pertumbuhan yang cepat dengan siklus panen 100-120
hari menjadikan K. alvarezii sebagai sumber pokok karagenan. Polisakarida K.
alvarezii tinggi dan komposisi karagenannya cukup stabil (Vairappan, 2021).
Karagenan sebagai campuran biodegradable film umumnya
dikombinasikan dengan beberapa plasticizer seperti sorbitol dan gliserol
(Ramadhani et al., 2019). Penambahan plasticizer sorbitol dalam hal ini berfungsi
untuk meningkatkan fleksibilitas struktur bahan biodegradable film. Hal ini
diperkuat oleh Rahmawati et al. (2019) yang menyatakan bahwa semakin besar
konsentrasi sorbitol (plasticizer), maka kuat tarik yang dihasilkan menurun dan
elongasi meningkat. Penggunaan sorbitol dalam penelitian biodegradable film jauh
lebih sedikit jika dibandingkan gliserol terlebih yang menggunakan bahan rumput
laut. Penggunaan sorbitol dalam penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
perbandingan terhadap penelitian sebelumnya mengenai sifat mekanik
biodegradable film yang dihasilkan.

1.2. Pendekatan dan Perumusan Masalah


Penelitian biodegradable film yang dilakukan umumnya menggunakan RC
dibanding SRC. Penggunaan RC memakan biaya besar dikarenakan proses
ekstraksi yang lebih lama namun menghasilkan produk RC yang sedikit. Produksi
SRC sebaliknya dapat dilalui dengan proses ekstraksi sederhana dengan waktu
lebih singkat serta produk luaran SRC yang lebih banyak namun dengan tingkat
kemurnian rendah. Pemakaian SRC dalam penelitian ini diharapkan mampu
menekan biaya produksi. Uji karakterisasi biodegradable film dibandingkan
dengan penelitian lain dan dikaji formulasi terbaik berdasarkan standar mutu
Japanese Industrial Standard (JIS) (1975) untuk kuat tarik, elongasi, dan ketebalan
serta Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) (1992)
untuk tingkat biodegradasi. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan,
rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
4

1. Bagaimana pengaruh penambahan plasticizer sorbitol terhadap


karakteristik biodegradable film SRC dari K. alvarezii pada konsentrasi
berbeda?
2. Bagaimana formulasi terbaik yang dapat dihasilkan dalam pembuatan
biodegradable film SRC dari K. alvarezii pada konsentrasi berbeda?

1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk menganalisis pengaruh penambahan sorbitol terhadap karakteristik
biodegradable film SRC dari K. alvarezii
2. Untuk mendapatkan formulasi terbaik dalam menghasilkan biodegradable
film SRC dari K. alvarezii

1.4. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui pengaruh penambahan sorbitol terhadap karakteristik
biodegradable film SRC dari K. alvarezii
2. Mengetahui formulasi terbaik untuk membuat biodegradable film SRC
dari K. alvarezii

1.5. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan dalam waktu 3 bulan. Penelitian dimulai pada bulan
Januari 2023 - Maret 2023. Ekstraksi, preparasi sampel, dan formulasi
biodegradable film dilakukan di Laboratorium Kimia Oseanografi Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Karakterisasi
biodegradable film dilakukan di Laboratorium Balai Besar Kulit, Karet, dan Plastik
Yogyakarta (BBKKP).
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kappaphycus alvarezii


Kappaphycus alvarezii merupakan rumput laut yang memiliki morfologi
batang silindris dengan permukaan yang licin. Pigmen K. alvarezii dapat
menonjolkan warna hijau, hijau kekuningan, abu-abu, coklat, atau merah. Terdapat
duri pada batang namun tidak bersusun melingkari thalus. Pertumbuhannya melekat
pada substrat dengan cakram. Cabang pertama dan kedua membentuk rumpun
rimbun dan mengarah pada sinar matahari. Cabang K. alvarezii memanjang dan
melengkung seperti tanduk. Varietas rumput laut yang umum dijumpai biasanya
berwarna coklat dan hijau (Fernando et al., 2022). Klasifikasi K. alvarezii menurut
Guiry dan Guiry (2023) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Florideophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieriaceae
Genus : Kappaphycus
Species : Kappaphycus alvarezii (Doty, 1985)

Gambar 2. 1. Kappaphycus alvarezii : a) talus utama, b) cabang pertama,


c) cabang kedua, d) cabang ketiga, e) ruas primer, f) ruas
sekunder.

(Sumber : Fadilah et al., 2016)


6

K. alvarezii merupakan nama yang diakui dan sebelumnya dikenal dengan


nama Eucheuma cottonii (Guiry dan Guiry, 2023). K. alvarezii memiliki talus
berbentuk silindris atau pipih dengan percabangan tidak teratur dan kasar. Spina
tidak teratur yang menutupi talus dan cabangnya. Permukaannya licin dengan sifat
fisik talus yang sederhana hingga kompleks (Sarita et al., 2021). Percabangan K.
alvarezii lebih tinggi dan longgar dengan beberapa cabang kecil yang tumpul atau
runcing. Cabang talusnya padat dan ditutupi cabang kecil spina kasar. Medula pada
potongan melintang terdiri dari sel bulat besar yang dikelilingi sel berdinding tebal
yang sangat kecil. K. alvarezii dapat ditemukan di bawah garis pasang hingga
subtidal atas atau kawasan terumbu karang dengan substrat berpasir hingga berbatu
di mana pergerakan air lambat hingga sedang (Trono, 1992).
K. alvarezii umum dimanfaatkan kandungan karagenannya. Sifat karagenan
jenis kappa (κ) dibedakan berdasarkan pembentukan gel ionik, tekstur gel,
stabilitas freeze/thaw, viskositas, ketahanan air dalam air, dan stabilitas asam. Gel
karagenan terbentuk dengan garam kalium serta rapuh dengan sedikit sineresis.
Karagenan yang diekstraksi dari K. alvarezii memiliki thixotropik rendah dengan
freeze/thaw tidak stabil. Karagenan yang dihasilkan juga larut sebagian dalam air
dingin dan larut sempurna dalam air panas. pH karagenan >3,8 dan dapat bersifat
netral atau alkali (Thakur dan Thakur, 2016). Kandungan karagenan pada spesies
rumput laut K.alvarezii di Indonesia berkisar antara 61,5 – 67,5 % sedangkan
sisanya berupa lemak, serat kasar, abu, dan air (Ritonga et al., 2022). Kandungan
yang terdapat di dalam K.alvarezii menurut Khalil et al. (2018) dapat dilihat pada
Tabel 2.1.

Tabel 2. 1. Kandungan Kimia K. alvarezii


Kandungan Kimia Komposisi (berat %)
Kadar air 0,89 %
Karbohidrat 65,2 %
Protein 3,4 %
Lemak 1,1 %
Kadar abu 11,57 %

2.2. Semi Refined Carragenan (SRC)


Semi Refined Carragenan (SRC) merupakan jenis karagenan dengan tingkat
kemurnian yang rendah disebabkan kandungan kecil selulosa yang mengendap
7

bersama karagenan. SRC diekstraksi dari rumput laut K. alvarezii menggunakan


metode alkali berwarna putih kekuningan dan dapat membentuk gel (Ansar et al.,
2022). SRC dihasilkan dari ekstrak alga merah K. alvarezii. Karagenan yang
dihasilkan merupakan sulfat galaktan alga merah (Rhodophyta). Karaginan
tersusun atas D-galaktosa yang terikat secara dalam 5-007-1.3 ikatan β-1.4. (Sari et
al., 2021)
Kualitas SRC dilihat dari kekuatan gel, kadar air, kadar abu, kadar sulfat,
viskositas, titik gel dan titik lelehnya. Sifat fisikokimia terbaik SRC yakni
menghasilkan rendemen sebesar 30,2%, viskositas 190 cP, dan kekuatan gel 714,45
g/cm2 (Heriyanto et al., 2018). SRC termasuk ke dalam kategori Processed
Euchema Seaweed (PES). Standar mutu kadar air PES adalah 12% dalam bentuk
serbuk dan 15% dalam bentuk padatan. Viskositas dalam konsentrasi 1,5% PES
pada larutan bersuhu 75oC adalah sebesar 5 mPa/s. Kadar abu yang diperbolehkan
pada berat kering sebesar 15 - 30 % dan pH 8-11 untuk konsentrasi 1 % (Philippine
National Standard, 2007). Standar SRC dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2. 2. Standar Mutu SRC


Parameter Standar Mutu (PNS, 2007)
Kadar air 12 - 15%
Kadar abu 15 - 30 %
Viskositas 5 mPa/s
pH 8 - 11
Keterangan :
PNS = Philippine National Standard

Penggunaan SRC dalam pembuatan edible film atau biodegradable film


seperti Refined Carragenan (RC). Perbedaan karakteristik biodegradable film
dilihat dari sifat fisik yang meliputi kekuatan gel, titik leleh, dan viskositasnya.
Kekuatan gel SRC pada biodegradable film yakni 560 g/cm2 dan RC 1140 g/cm2.
Viskositas SRC pada biodegradable film yakni 80 N/mm2-s dan RC 35 N/mm2-s.
Titik leleh SRC pada biodegradable film yakni 168oC dan RC sebesar 175oC
(Wullandari et al., 2021).
8

Gambar 2. 2. Struktur Kappa Karagenan


(Sumber : Mahadevappa et al., 2014)

2.3. Plasticizer Sorbitol


Sorbitol adalah larutan padat tidak berwarna dan tidak berbau. Sorbitol
tenggelam dan bercampur dengan air. Sorbitol memiliki nama lain glucitol. D-
glucitol adalah D-enansiomer dari glucitol (juga dikenal sebagai D-sorbitol).
Sorbitol memiliki peran sebagai agen pemanis, pencahar, metabolit, katarsis,
metabolit manusia, pelembab, metabolit Saccharomyces cerevisiae, metabolit
Escherichia coli dan metabolit tikus (NCBI, 2023).
Sorbitol dipakai dalam industri makanan dan obat-obatan karena suhu
lelehnya yang tinggi, higroskopisitas yang rendah, dan stabilitas yang baik. Kristal
sorbitol menunjukkan kompresibilitas yang baik dan banyak digunakan dalam
pembuatan tablet. Sorbitol larut dengan baik dalam air dan sedikit larut dalam
metanol, etanol, dan asam asetat. Akan tetapi, sorbitol hampir tidak larut dalam
kloroform dan eter. Dengan perubahan kelembaban relatif lingkungan sekitar,
sorbitol mendapatkan atau kehilangan kelembaban secara perlahan. Hal ini
membuat sorbitol menjadi humektan yang sangat baik. Sorbitol relatif stabil dan
tidak terdapat reaksi pencoklatan Maillard (Zhang et al., 2020).
Penggunaan sorbitol sebagai plasticizer lebih sedikit menyerap kelembapan
dan air dibandingkan gliserol. Jenis plasticizer sorbitol juga lebih sedikit larut di
air dibandingkan gliserol dan campuran sorbitol-gliserol. Ketebalan dan kerapatan
lembaran plastik yang dihasilkan dari penggunaan sorbitol lebih tinggi. Sifat
mekanik tegangan tarik dan modul tarik baik pada konsentrasi 30 % dengan kuat
tarik masing-masing 13,62 N/mm2 dan 495,97 N/mm2. Penggunaan sorbitol dinilai
lebih efisiens dalam hal sifat fisik maupun mekanik (Hazrol et al., 2021).
9

Gambar 2. 3. Struktur Kimia Sorbitol


(Sumber : NCBI, 2023)

Berdasarkan uji mekanik terhadap pati termoplastik, plactisizer sorbitol


dapat memperlambat laju rekristalisasi, meningkatkan kuat tarik namun membuat
elongasi lebih rendah dibandingkan gliserol. Ukuran molekul sorbitol lebih besar
dan panjang sehingga mempersulit difusi melalui rantai pati. Sorbitol meningkatkan
kekakuan bahan dengan membentuk ikatan hidrogen yang lebih kuat antarmolekul
pada pati. Semakin kuat ikatan hidrogen yang terbentuk, maka mobilitas rantai
molekul pati berkurang sehingga fleksibilitas menurun. Hasil FTIR menunjukkan
adanya kristal yang dapat menurunkan hidrofilitas pati serta mencegah
retrodegradasi (pembentukan kristal setelah gelatinitasi) akibat penyerapan air yang
dapat mengubah sifat mekanik sampel. Molekul sorbitol baik digunakan sebagai
agen pemlastis pada suhu rendah karena pada suhu tinggi ikatan hidrogen yang
terbentuk akan rusak (Esmaeli et al., 2017).

Gambar 2. 4. Ikatan Hidrogen Sorbitol dengan Pati


(Sumber : Esmaeli et al., 2017)
10

2.4. Biodegradable Film


Biodegradable film mengacu pada kemampuan bahan untuk terdegradasi ke
alam dalam waktu singkat setelah dibuang, biasanya satu tahun atau kurang.
Biodegradable film dibuat dari polimer produk pertanian seperti pati, protein,
selulosa, dan minyak nabati yang diproduksi oleh tumbuhan atau hewan. Jenis
biopolimer diklasifikasikan berdasarkan struktur kimia, asal, metode sintesis,
efektivitas biaya, dan aplikasinya. Biodegradable film untuk itu mencoba meniru
siklus hidup biomassa polimer konvensional plastik (Hasan et al., 2020).
Biopolimer pada biodegradable film dapat dikategorikan berdasarkan sumber,
proses produksi, dan struktur kimianya. Biopolimer berdasarkan sumbernya
dibedakan menjadi tiga kategori yakni biopolimer natural yang didapat dari
ekstraksi biomassa, karbohidrat tumbuhan seperti pati, selulosa, kitosan, alginat,
agar dan karagenan serta protein hewan dan tumbuhan seperti kedelai, gelatin, dan
gluten gandum. Berdasarkan proses produksi, biopolimer dikategorikan sebagai
biodegradable polimer sintetis yang diproduksi dari monomer biodegradable
dengan proses kimia dan biopolimer dari fermentasi mikroba. Jenis polimer sintetis
diantaranya polyvinyl alcohol (PVA), polyglycolic acid (PGA), polycaprolactone
(PCL), polylactic acid (PLA), dan polybutylene succinate (PBS) sedangkan untuk
polimer dari mikroorganisme yaitu polyhydroxyalkanoate (PHAs),
polyhydroxybutyrate (PHB), selulosa bakteri dan polisakarida mikroba (Pirsa dan
Sharifi, 2020).
Biopolimer pada kemasan makanan dibedakan menjadi empat kategori
berdasarkan struktur kimia yakni protein, polisakarida, lemak, dan poliester.
Polimer protein dapat diperoleh dari gelatin, kolagen, kasein susu, dan protein
hewani lainnya. Polimer karbohidrat didapat dari selulosa dan turunannya seperti
metilselulosa, karboksimetilselulosa, dan hidroksipropil selulosa, pati dan
turunannya, senyawa pektin, kitin dan kitosan serta gum seperti alginat, karagenan,
carob, dan guar. Polimer lipid didapat dari lemak dan minyak hewani, lilin, turunan
gliserida seperti gliserol. Lipid umumnya digunakan sebagai kombinasi sebagai
penetrasi kelembapan pada struktur film (Pirsa et al., 2020). Komposit film sendiri
terbagi ke dalam dua bentuk yakni sub-lapisan protein atau lapisan polisakarida.
Polimer poliester sebagian besar tidak dapat dikonsumsi misalnya
11

polyhydroxybutyrate (PHB), polyhydroxyvalerate (PHV), polylactic acid (PLA)


dan polyglycolic acid (George et al., 2019).

2.5. Karakterisasi Biodegradable Film


Parameter standar mutu film plastik kemasan meliputi kuat tarik, persen
elongasi, laju transmisi uap air, kadar air, ketahanan air, dan ketebalan. Kuat tarik
mengukur tarikan maksimum yang dapat dicapai oleh film sebelum putus atau
sobek. Laju transmisi uap air dilakukan untuk mengukur uap air yang dapat
melewati kemasan film. Kadar air memengaruhi kestabilan film sebagai kemasan
dan umur simpan. Film dengan uap air rendah dapat bertahan lebih lama. Semakin
tebal film maka semakin tinggi kadar airnya. Ketahanan air film menunjukkan
kemampuan film untuk larut dalam air. Ketebalan film penting untuk menentukan
kelayakan film sebagai kemasan pangan (Khoiriyah et al., 2018).
Standar ketebalan film maksimal 0,25 mm. Kuat tarik 0,3 MPa (N/mm2) dan
persen perpanjangan (elongasi) kurang dari 10% dikategorikan buruk dan sangat
baik jika lebih dari 50% (JIS, 1975). Syarat mutu kantong plastik mudah terurai
(biodegradable) dikategorikan berdasarkan kuat tarik (at break), kemuluran, dan
kemudahan terurai. Kuat tarik (at break) minimal 13,7 MPa. Kemuluran kantong
plastik 400 - 1120%. Kemudahan terurai dinilai dari kemuluran (tensile elongation)
dengan penyinaran UV maksimal 250 jam dengan degradasi <5% (SNI, 2014). Kuat
tarik berdasarkan SNI 7188.7 : 2016 minimal sebesar 24,7 - 302 MPa dan elongasi
21 - 220% (Simarmata et al., 2020).
Plastik biodegradable mudah diasimilasi oleh mikroorganisme dan terurai
ke alam. Jenis degradasi ini dibedakan menjadi tiga kategori yakni inherently,
readily, dan ultimately degradable. Suatu bahan dikatakan inherently degradable
jika dapat terurai sebanyak 70% dalam waktu 14 hari menggunakan analisis DOC
atau BOD. Bahan dikatakan readily degradable jika dapat terdegradasi sebanyak
60% dalam 28 hari (OECD, 1992). Bahan dikategorikan sebagai ultimately
degradable jika terdegradasi sebanyak 90% dalam waktu 6 bulan di air dan 24 bulan
di tanah (ISO 14851, 2019 ; ISO 17556, 2019). Standar mutu biodegradable film
dapat dilihat pada Tabel 2.2.
12

Tabel 2. 3. Standar Mutu Biodegradable Film


Standar Mutu
Parameter
JIS (1975) SNI (2016) OECD (1992) ISO (2019)
Kuat tarik (N/mm2) 0,3 27,4 - 302 - -
Elongasi (%) 10 - 50 21 - 220 - -
Ketahanan air (%) - - - -
Ketebalan (µm) 250 - - -
Biodegradasi (%) - - 70 90
Keterangan :
JIS = Japanese Industrial Standard
SNI = Standar Nasional Indonesia
OECD = Organisation for Economic Co-operation and Development
ISO = International Standardization Organization
3. MATERI DAN METODE

3.1. Hipotesis
Hipotesis dirumuskan untuk mengetahui pengaruh plasticizer sorbitol
terhadap ketahanan air, ketebalan, dan biodegradasi biodegradable film SRC hasil
ekstraksi K. alvarezii. Hipotesis terhadap uji kuat tarik dan elongasi tidak dapat
dilakukan dikarenakan kegagalan dalam uji S0 sehingga dianalisis menggunakan
metode deskriptif.

A. Pengaruh plasticizer sorbitol terhadap ketahanan air biodegradable film SRC


H0 : Penambahan plasticizer sorbitol dapat berpengaruh terhadap ketahanan air
biodegradable film yang dihasilkan.
H1 : Penambahan plasticizer sorbitol tidak berpengaruh terhadap ketahanan air
biodegradable film yang dihasilkan.

B. Pengaruh plasticizer sorbitol terhadap ketebalan biodegradable film SRC


H0 : Penambahan plasticizer sorbitol dapat berpengaruh terhadap ketebalan
biodegradable film yang dihasilkan.
H1 : Penambahan plasticizer sorbitol tidak berpengaruh terhadap ketebalan
biodegradable film yang dihasilkan.

C. Pengaruh plasticizer sorbitol terhadap kuat tarik biodegradable film SRC


H0 : Penambahan plasticizer sorbitol dapat berpengaruh terhadap biodegradasi
biodegradable film yang dihasilkan.
H1 : Penambahan plasticizer sorbitol tidak berpengaruh terhadap biodegradasi
biodegradable film yang dihasilkan.

Ketentuan penarikan hipotesis dilakukan dengan menerima atau menolak


hipotesis nol (H0 ). Apabila nilai p ≤ 0,05 maka terdapat perbedaan secara signifikan
(berbeda nyata) sehingga H0 diterima. Jika nilai p ≥ 0,05 maka tidak terdapat
perbedaan secara signifikan (tidak berbeda nyata) sehingga H0 ditolak.
14

3.2. Materi Penelitian


Penelitian menggunakan SRC yang diekstraksi dari rumput laut K. alvarezii
yang diambil dari perairan Desa Kemojan, Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten
Jepara, Jawa Tengah. Plasticizer sorbitol yang digunakan merupakan sorbitol
komersial.

3.2.1. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ditunjukkan pada Tabel
3.1. dan Tabel 3.2.

Tabel 3. 1. Alat yang digunakan dalam penelitian

No. Nama Spesifikasi Fungsi


1. Timbangan digital NEWTECH 300 g Alat untuk menimbang bahan
2. Wadah stainless - Wadah sampel saat pengovenan
Menyaring serbuk SRC yang
3. Saringan -
telah dihaluskan
4. Penggaris Butterfly 15 cm Pengukur panjang sampel
Memanaskan sampel pada suhu
5. Oven Memmert 60oC dan uji kadar air pada suhu
105oC
6. Tanah Lembang Media uji biodegradasi
Alat untuk menakar formulasi
7. Gelas ukur Pyrex 25 mL
bahan
Wadah sampel saat dilakukan
8. Gelas beker Herma 250 mL
pengadukan
Mengukur suhu pemanasan saat
9. Termometer -
pengadukan
Alat untuk mengaduk formulasi
10. Batang pengaduk -
sampel agar homogen
11. Digital Thickness Mitutoyo 0,001 mm Mengukur ketebalan sampel
Melapisi sampel agar tetap
12. Alumunium foil -
steril
Wertheim Diameter
13. Desikator Menyerap uap air pada sampel
30cm tinggi 27 cm
Mengaduk sampel pada
14. Magnetic stirrer IKA C-MAG HS 7 kecepatan tertentu agar
homogen
Universal Testing Alat untuk menguji kuat tarik
15. Zwick Roell
Machine dan elongasi sampel
Nampan plastik Uk. 17 cm x 22 cm x Wadah sampel saat pemanasan
16.
polypropylene (PP) 3,5 cm pada suhu 60oC
MQuant Universal Mengukur pH saat proses
17. Kertas pH
pH Paper ekstraksi
15
Tabel 3. 1. (Lanjutan)
18. Label kertas - Alat penanda sampel
Miyako BL-152 PF-
19. Blender Menghaluskan sampel
AP
CARBOLITE AAF Memanaskan sampel pada suhu
20. Furnace/ Tanur
11 7 PID 301 550oC saat uji kadar abu
Wadah sampel saat proses uji
21. Cawan porselen -
kadar air dan kadar abu
0

Tabel 3. 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian

No. Nama Spesifikasi Fungsi


1. Karagenan (SRC) - Bahan utama pembuatan
biodegradable film
2. Sorbitol - Plasticizer sebagai bahan
perlakuan
3. Akuades - Cairan untuk melarutkan
karagenan dan sorbitol
4. KOH - Membantu memecah dinding
sel K. alvarezii pada proses
ekstraksi SRC
5. Kaporit - Memutihkan rumput laut K.
alvarezii
6. Effective EM4 Pertanian Bakteri campuran tanah untuk
Microorganism (EM4) uji biodegradasi

3.3. Metode Penelitian


Penelitian menggunakan metode eksprimental laboratoris untuk mengetahui
pengaruh sorbitol terhadap karakteristik biodegradable film yang dihasilkan.
Desain penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan variabel
bebas terdiri dari formulasi plasticizer sorbitol (S0, S2, S4, dan S6) dan variabel
terikat yakni karakteristik biodegradable film (kuat tarik, elongasi, ketahanan air,
ketebalan, dan biodegradasi). Penelitian ini menggunakan 4 kelompok perlakuan
dan masing-masing kelompok perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Adapun
perlakuan disajikan pada Tabel 3.3 dan diagram alir penelitian dilakukan
berdasarkan Gambar 3.1.
16

Tabel 3. 3. Formulasi Biodegradable Film dengan Perlakuan Berbeda


Perlakuan
Bahan
S0% S2% S4% S6%
Sorbitol % (v/v) 0 2 4 6
SRC % (b/v) 1,5 1,5 1,5 1,5
Akuades % (v/v) 98,5 96,5 94,5 92,5
Total (%) 100 100 100 100
Keterangan :
SRC = Semi Refined Carragenan

Gambar 3. 1. Skema dan Perencanaan Output


17

3.4. Prosedur Penelitian


3.4.1. Pengambilan dan Preparasi Sampel
Sampel K. alvarezii direndam dan dibersihkan dari kotoran, garam, dan
epifit yang menempel dengan air tawar, selanjutnya direndam di dalam larutan
kaporit 0,25 % selama 3 jam hingga berwarna putih pucat lalu dibilas dengan air
bersih hingga bau kaporit hilang. Sampel dijemur hingga kering di bawah sinar
matahari selama 3 hari dan dilakukan proses ekstraksi.

3.4.2. Ekstraksi dan Karakterisasi SRC


Metode ekstraksi dilakukan berdasarkan Heriyanto et al. (2018). Rumput
laut kering ditimbang sebanyak 150 gram lalu direbus selama 2 jam menggunakan
KOH 8 % dengan perbandingan volume pelarut dan bahan sebesar 8:1 pada suhu
70oC sambil diaduk. Setelah itu, rumput laut dicuci hingga pH mencapai 7-8.
Rumput laut kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 60oC selama 2-3 hari
hingga diperoleh berat konstan, selanjutnya dihaluskan dan diayak hingga diperoleh
SRC dan diuji rendemen, kadar air, kadar abu, dan pH.

3.4.2.1. Rendemen
Total rendemen SRC dihitung dengan menimbang berat sampel rumput laut
kering sebelum diekstraksi (W1) dan setelah ekstraksi (W2) (Mochtar et al., 2013).
Berat rendemen SRC dihitung menggunakan rumus:
W1 (3.1)
Rendemen = × 100 %
W2
W1 = Berat kering sebelum diekstraksi
W2 = Berat kering setelah diekstraksi

3.4.2.2. Kadar Air


Pengujian kadar air dilakukan dengan memanaskan cawan porselen kosong
pada suhu 1050C selama 15 menit lalu didiamkan di desikator selama 10 menit.
Cawan kemudian ditimbang untuk mengetahui berat cawan kosong (W). Cawan
diisi sampel SRC sebanyak 3 gram dan ditimbang (W1) (Winarno, 2004). Sampel
dioven pada suhu 1050C selama tiga jam atau hingga diperoleh berat konstan.
18

Sampel sesudah pengovenan didiamkan di dalam desikator selama 10 menit dan


ditimbang bobotnya (W2). Pengujian kadar air mengacu pada metode pengeringan
thermogravimetry SNI 01-2891-1992 (Daud et al., 2019). Kadar air dihitung
menggunakan rumus:
W1 -(W2 - W) (3.2)
Kadar air basis kering = x 100 %
W2 - W1
W = Berat cawan kosong (gr)
W1 = Berat sampel dan cawan sebelum dikeringkan (gr)
W2 = Berat sampel dan cawan setelah dikeringkan (gr)

3.4.2.3. Kadar Abu


Pengujian kadar abu diawali dengan menimbang cawan porselen kosong
(W). Sampel sebanyak 3 gram ditimbang ke dalam cawan dan ditimbang kembali
(W1). Sampel dimasukkan ke dalam tanur bersuhu 5500C selama lima jam. Cawan
kemudian didinginkan di dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (W2)
(Pangestuti dan Darmawan, 2021). Kadar abu dihitung menggunakan rumus
Association of Official Analytical Chemyst (AOAC) (1995):
(W2 - W) (3.3)
Kadar abu = x 100 %
(W1 - W)
W = Berat cawan kosong (gr)
W1 = Berat sampel dan cawan sebelum dipanaskan (gr)
W2 = Berat sampel dan cawan setelah dipanaskan (gr)

3.4.2.4. Derajat Keasaman (pH)


Pengukuran pH SRC dilakukan dengan melarutkan 0,2 gram SRC ke dalam
20 mL akuades menggunakan magnetic stirrer pada suhu 800C hingga homogen.
Kertas pH kemudian dimasukkan ke dalam larutan SRC dan dicocokkan warna
yang dihasilkan dengan pH Indicator (Wullandari et al., 2021).

3.4.3. Preparasi Biodegradable Film


Konsentrasi SRC dan plasticizer sorbitol mengacu pada penelitian
Ramadhani et al. (2019) dan Rahmawati et al. (2019) yaitu sebesar 1,5 % dan 2 %.
SRC sebanyak 3 gram dilarutkan ke dalam akuades lalu ditambahkan plasticizer
19

sorbitol (2%, 4%, 6%, dan 8%) hingga total volume larutan mencapai 200 mL.
Plasticizer sorbitol dicampurkan dan dipanaskan pada suhu 68-70oC selama 15-20
menit sambil diaduk hingga homogen (Flores et al., 2015). Larutan sebanyak 200
mL dituang ke dalam nampan plastik polypropylene (PP) berukuran 17 cm x 22 cm
x 3,5 cm dan dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC selama 12 jam.

3.4.4. Karakterisasi Biodegradable Film

3.4.4.1. Uji Kuat Tarik dan Elongasi


Kuat tarik dan elongasi diukur dengan metode ASTM D882-18
menggunakan Universal Testing Machine. Biodegradable film dipotong ukuran 2,5
x 15 cm dan ditarik dengan kecepatan 200 mm/menit dengan jarak antar penjepit
12,5 cm. Kuat tarik diketahui dengan membagi beban tarik (F) dan luas penampang
sampel (A). Elongasi diukur dengan membagi panjang sampel setelah uji tarik (L1)
dan panjang awal (L) dengan rumus ASTM D882-10
F
Kuat tarik = × 100 % (3.4)
A
F = Beban tarik
A = Luas penampang

L1
Elongasi = × 100 % (3.5)
L
L1 = Panjang sampel setelah uji kuat tarik
L = Panjang awal

3.4.4.2. Uji Ketahanan Air


Uji ketahanan air dilakukan dengan metode Gontard (1993). Biodegradable
film berukuran 2x2 cm ditimbang berat keringnya (W1) dan direndam ke dalam
akuades selama 12 jam. Sampel kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu
1050C selama 2 jam lalu didinginkan dalam desikator selama 10 menit lalu
ditimbang (W2). Sampel ditimbang berat akhirnya dengan rumus:
20

W1 -W2 (3.6)
Kelarutan = × 100 %
W1
W1 = Berat sampel sebelum uji ketahanan air (gr)
W2 = Berat sampel setelah uji ketahanan air (gr)

3.4.4.3. Uji Ketebalan


Ketebalan biodegradable film diuji menggunakan jangka sorong dengan
ketelitian 0,05 mm dengan mengukur bagian pangkal, tengah, dan ujung
biodegradable film lalu dirata-rata.

3.4.4.3. Uji Biodegradasi


Uji biodegradasi dilakukan dengan menimbun sampel berukuran 2x2 cm
pada kedalaman tanah 20 mm selama 14 hari. Berat sampel sebelum ditanam
ditimbang (W1). Tanah yang digunakan dicampur EM4 pada kondisi aerob. Sampel
lalu didiamkan di suhu ruang dalam kondisi lembap. Apabila kelembapan
berkurang, tanah kembali dibasahi menggunakan akuades (Langit et al., 2019;
Yusmaniar et al., 2019; Kalita et al., 2020). Bakteri yang digunakan adalah EM4
pertanian dengan perbandingan EM4, gula, dan air sebesar 1 : 1: 10. Setelah 14 hari,
sampel dibersihkan dari tanah yang menempel dan ditimbang bobotnya (W2).
Selanjutnya kehilangan berat biodegradable film diukur dengan rumus :
W1 -W2 (3.7)
Kehilangan berat = × 100 %
W1
W1 = Berat sampel sebelum ditanam
W2 = Berat sampel sesudah ditanam

3.5. Analisis Data


Data dianalisis menggunakan metode eksploratif secara deskriptif untuk
kuat tarik dan elongasi serta statistik inferensia pada uji ketahanan air, ketebalan,
dan biodegradasi. Data hasil penelitian dianalisis menggunakan Analysis of Varian
(ANOVA) dan apabila terdapat perbedaan antar perlakuan maka dilanjutkan
dengan uji Tukey Honestly Significant Difference (HSD) pada taraf uji nyata 5 %.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


4.1.1. Ekstraksi SRC dari K. alvarezii
Rumput laut K. alvarezii yang digunakan berwarna coklat, permukaan talus
licin, bentuk percabangan kompleks dengan ujung tumpul, terdapat tonjolan yang
tidak beraturan di sepanjang percabangan talus sehingga terasa kasar dan dipanen
pada 45 hari (a). K. alvarezii yang telah diputihkan dengan kaporit berwarna putih
tulang hingga kekuningan. Beratnya menyusut setelah dikeringkan dari semula 20
kg menjadi 2,2 kg (b). SRC hasil ekstraksi berwarna putih kecoklatan dalam bentuk
serbuk. Rendemen yang dihasilkan sebesar 75,3 %, kadar air 15,43 %, kadar abu
20,05 %, dan pH 8 (c). Sifat fisik SRC hasil ekstraksi K. alvarezii dapat dilihat pada
Gambar 4.1 dan perhitungan disajikan pada Lampiran 1.

a b c
Gambar 4. 1. Materi Penelitian: a) rumput laut K. alvarezii, b) K. alvarezii
setelah diputihkan, c) SRC hasil ekstraksi K. alvarezii.

4.1.2. Biodegradable Film dari SRC Hasil Ekstraksi K. alvarezii


Biodegradable film tanpa sorbitol menghasilkan lembaran yang kusut,
rapuh, buram, berwarna coklat pekat, dan kaku sedangkan dengan penambahan
sorbitol berwarna putih kecoklatan, elastis, dan lebih transparan. Tekstur
keseluruhan sampel kasar ketika diraba dan terdapat partikel selulosa SRC yang
tidak larut. Luaran produk biodegradable film dapat dilihat pada Gambar 4.2.
22

S0 S4

S2 S6
Gambar 4. 2. Biodegradable Film dari SRC Hasil Ekstraksi K. alcarezii
Keterangan : S0 = sorbitol 0%, S2 = sorbitol 2%, S4 =
sorbitol 4%, S6 = sorbitol 6%
Biodegradable film perlakuan S0 paling kusut, buram, dan rapuh diantara
perlakuan lain. Perlakuan S2, S4, dan S6 lebih transparan dan elastis. Sifat fisik
sampel sekilas tidak menunjukkan perbedaan di antara perlakuan S2, S4, dan S6.
Biodegradable film pada perlakuan S4 dan S6 sedikit lebih kaku, lembap, dan tebal.
Keseluruhan sampel berbentuk persegi panjang tidak simetris berukuran ±18,5 cm
x 14,5 cm.

4.1.3. Kuat Tarik


Kuat tarik biodegradable film dengan perlakuan berbeda menunjukkan tren
menurun seiring pertambahan sorbitol dilihat pada Gambar 4.3 . Pengujian S0 gagal
dilakukan sehingga nilai kuat tarik S0 tidak diketahui. Berdasarkan data yang
didapat, nilai kuat tarik untuk perlakuan S2, S4, dan S6 telah memenuhi standar JIS
(1975) dengan nilai minimal ≥0,3 N/mm2. Data nilai kuat tarik selengkapnya
disajikan pada Gambar 4.3 dan Lampiran 2.
23

9
8

Kuat Tarik (N/mm2)


7
6
5
4
3
2
1
0
Konsentrasi Sorbitol (%)

S0 S2 S4 S6

Gambar 4. 3. Kuat Tarik Biodegradable Film SRC (N/mm2). Keterangan :


S0 = sorbitol 0%, S2 = sorbitol 2%, S4 = sorbitol 4%, S6 =
sorbitol 6%.

Nilai kuat tarik menggunakan Universal Testing Machine telah didapatkan


dengan melakukan pengulangan uji sebanyak 5 kali. Kuat tarik tertinggi terdapat
pada S2 dengan nilai 6,7 N/mm2. Kuat tarik pada perlakuan S4 dan S6 yaitu 3,992
N/mm2 dan 3,467 N/mm2, serta tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Urutan rata-rata kuat tarik tertinggi hingga terendah berturut-turut adalah S2, S4,
dan S6.

4.1.4. Elongasi
Elongasi biodegradable film yang ditunjukkan oleh diagram pada Gambar
4.4. menunjukkan tren peningkatan seiring konsentrasi sorbitol yang meningkat.
Nilai elongasi S0 tidak diketahui disebabkan kegagalan saat pengujian sampel.
Pengujian elongasi dilakukan menggunakan Universal Testing Machine dengan
pengulangan sebanyak 5 kali. Elongasi biodegradable film selebihnya disajikan
pada Gambar 4.4, dan Lampiran 2.
24

60

50

Elongasi (%)
40

30

20

10

0
Konsentrasi Sorbitol (%)

S0 S2 S4 S6

Gambar 4. 4. Elongasi Biodegradable Film SRC (%). Keterangan : S0 =


sorbitol 0%, S2 = sorbitol 2%, S4 = sorbitol 4%, S6 =
sorbitol 6%.

Nilai yang didapat pada masing-masing perlakuan S2, S4, dan S6 yaitu
28,10%; 28,47%; dan 42,75%. Tingkat elongasi pada perlakuan S2 dan S4 tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan. Nilai elongasi S2, S4, dan S6 telah
memenuhi standar JIS (1975) dengan rentang nilai minimum 10-50%. Elongasi
tertinggi terdapat pada perlakuan S6 dengan nilai 42,75% dan hampir mencapai
kriteria sangat baik berdasarkan standar JIS (1975) apabila mencapai tingkat
elongasi sebesar ≥50%.

4.1.5. Ketahanan Air


Uji ketahanan air dilakukan dengan merendam sampel berukuran 2x2 cm
di dalam air pada suhu ruang (±250C) selama 12 jam. Pengulangan uji ketahanan
air dilakukan sebanyak 5 kali. Semakin tinggi ketahanan air suatu sampel, maka
semakin minim sampel larut di dalam air yang ditunjukkan oleh nilai persentase
paling rendah. Ketahanan air biodegradable film dengan perlakuan berbeda dapat
dilihat pada Gambar 4.4, dan Lampiran 2.
25

100
b

Ketahanan air % (b/v)


80 ab
ab
60

40

20 a

0
Konsentrasi Sorbitol (%)

S0 S2 S4 S6

Gambar 4. 5. Ketahanan Air Biodegradable Film SRC (%). Keterangan :


S0 = sorbitol 0%, S2 = sorbitol 2%, S4 = sorbitol 4%, S6 =
sorbitol 6%.

Rata-rata perlakuan nilai ketahanan air tertinggi hingga terendah berturut-


turut S6, S4, S2, dan S0. Sampel yang paling tahan terhadap air merupakan
perlakuan S0 dengan nilai kelarutan sampel sebesar 11,42% dari berat semula. S4
dan S6 masing-masing memperoleh nilai sebesar 40,77% dan 43,98%. Sampel yang
paling tidak tahan terhadap air terdapat pada S6 dengan tingkat kelarutan di dalam
air sebesar 61,8 %. Berdasarkan uji statistik, terdapat perbedaan signifikan (p<0,05)
antara perlakuan S0 dan S6.

4.1.6. Ketebalan
Ketebalan diukur menggunakan jangka sorong ketelitian 0,05 mm dengan
pengulangan 5 kali. Ketebalan sampel semakin tinggi dengan bertambahnya
konsentrasi sorbitol. Ketebalan biodegradable film dengan perlakuan berbeda
disajikan pada Gambar 4.5, dan Lampiran 2.
26

400 c
350
b
300

Ketebalan (µm)
250
ab
200
150 a
100
50
0
Konsentrasi Sorbitol (%)

S0 S2 S4 S6

Gambar 4. 6. Ketebalan Biodegradable Film SRC (µm). Keterangan : S0 =


sorbitol 0%, S2 = sorbitol 2%, S4 = sorbitol 4%, S6 =
sorbitol 6%.

Ketebalan biodegradable film tertinggi hingga terendah yaitu S6, S4, S2,
dan S0 dengan nilai sebesar 73,65 µm; 156,62 µm; 239,96 µm; dan 329,96 µm.
Terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) antar perlakuan. S2 tidak berbeda
nyata (p>0,05) dengan S0 dan S4 tetapi berbeda nyata dengan S6. Nilai ketebalan
perlakuan telah sesuai standar JIS (1975) kecuali S6 (maks. 250 µm).

4.1.7. Biodegradasi
Laju biodegradasi mencapai peningkatan maksimal pada perlakuan S4 dan
cenderung stagnan pada perlakuan S6. Perlakuan S4 dan S6 telah mencapai standar
biodegradasi OECD (1992) dengan keteruraian sampel sebesar ≥70% selama 14
hari. Tingkat biodegradasi dapat dilihat pada Gambar 4.6, dan Lampiran 2.
27

90
c c
80
70 b

Biodegradasi (%)
60
50
40
a
30
20
10
0
Konsentrasi Sorbitol (%)

S0 S2 S4 S6

Gambar 4. 7. Biodegradasi Biodegradable Film SRC (%). Keterangan : S0


= sorbitol 0%, S2 = sorbitol 2%, S4 = sorbitol 4%, S6 =
sorbitol 6%.

Laju biodegradasi S0 adalah 19,98% serta S2 55,94 %. Laju biodegradasi


S0 merupakan yang terendah dari semua sampel. Biodegradasi untuk sampel S4
bernilai 74,41% dan S6 74,26%. Terdapat penurunan laju biodegradasi pada sampel
S6. Laju biodegradasi S4 dapat dinyatakan optimal sehingga untuk tingkat
biodegradasi tertinggi hingga terendah berturut-turut adalah S4, S6, S2, dan S0.
Terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) antar perlakuan kecuali S4 dan S6.

4.2. Pembahasan
4.2.1. Hasil Ekstraksi SRC dari Rumput Laut K. alvarezii
Rendemen SRC hasil ekstraksi K. alvarezii mencapai 75,3% dan telah
memenuhi Philippine National Standard (PNS) (2007) untuk nilai pH dan kadar
abu. pH SRC bernilai 8 dan sesuai standar yang disyaratkan sebesar 8-11. Nilai
kadar abu yang didapat adalah 20,05% dengan nilai standar yang ditetapkan 15-
30%. Standar nilai kadar air yang ditetapkan adalah 12-15% dan nilai yang didapat
dari kadar air SRC hasil ekstraksi belum sesuai yakni sebesar 15,43%.
Nilai rendemen SRC 75,3% pada penelitian sesuai dengan hasil ekstraksi
SRC Shalvina et al.(2022) yaitu 75,79% dan didapati pada K. alvarezii yang
dibudidaya pada kondisi lingkungan dengan salinitas 25 ppt dan suhu 300C. K.
alvarezii yang dikultur pada parameter lingkungan tersebut juga dapat tumbuh
28

maksimal dengan tingkat pertumbuhan sebesar 0,94% per hari dengan nilai
viskositas SRC sebesar >50 mPa/s. Menurut Periyasamy et al. (2018), rendemen
SRC dan kekuatan gel SRC optimal pada usia panen 45 hari dengan kadar rendemen
sebesar 35,10% dan 441,61 g cm-2.
Konsentrasi KOH dan suhu juga berpengaruh terhadap rendemen yang
dihasilkan. Menurut Heriyanto et al. (2018), rendemen SRC tertinggi sebanyak 30,2
% didapatkan pada proses ekstraksi menggunakan suhu 700C selama 2 jam dengan
viskositas dan kekuatan gel sebesar ≤200 mPa/s dan ≥780 g cm-2. Semakin tinggi
suhu maka rendemen yang dihasilkan lebih rendah diakibatkan degradasi
biopolimer SRC. Lama waktu ekstraksi akan memperpanjang proses pengikatan
sulfat (-SO4) oleh KOH sehingga kadar rendemen meningkat. Waktu yang
dibutuhkan pada ekstraksi SRC menggunakan KOH 8% optimal pada waktu 2 jam.
Kadar abu pada SRC dipengaruhi oleh proses pencucian setelah ekstraksi.
Pencucian yang dilakukan hingga mencapai pH minimal 8 atau mendekati netral
menandakan tidak adanya ion kalium (K+) yang berlebih sehingga nilai kadar abu
cenderung sesuai standar. Kadar air dipengaruhi oleh proses pengeringan di bawah
sinar matahari yang ditandai dengan K. alvarezii sesudah ekstraksi bersifat keras
dan mudah rapuh. Proses pengeringan tidak dapat dikatakan selesai jika hanya
dilihat dari warna sesudah ekstraksi yang berubah coklat.
Rumput laut K. alvarezii yang dibudidaya selama 45 hari di perairan Desa
Kemojan, Karimunjawa dapat menghasilkan rendemen karagenan sebesar 58,24%,
kadar air 14,23%, dan kadar abu 18,37%. Kondisi perairan Kemojan memiliki suhu
30,1-30,70C dan salinitas 31-35 ppt (Supriyantini et al., 2017). Berdasarkan
pernyataan tersebut, K. alvarezii yang dibudidaya di perairan yang sama dapat
menghasilkan Refined Carragenan (RC) yang merupakan karagenan murni dengan
kadar rendemen yang tinggi. Hal tersebut dapat dijadikan alasan kadar SRC yang
didapat pada penelitian memiliki kadar rendemen yang tinggi jika dibandingkan
rendemen SRC pada penelitian Periyasamy et al. (2018) dan Heriyanto et al.
(2018). Kondisi perairan dengan suhu 300C pada lokasi budidaya juga mendukung
tingginya perolehan rendemen SRC yang hampir menyamai Shalvina et al. (2022)
walau dengan kadar salinitas lebih tinggi. Oleh karena itu, kadar rendemen SRC K.
alvarezii tetap optimal pada kadar salinitas 31-35 ppt di lokasi pengambilan sampel.
29

4.2.2. Biodegradable Film SRC


Biodegradable film SRC cukup sesuai sifat fisik yang dihasilkan terhadap
fleksibilitas, ketebalan, dan transparansi seperti pada penelitian Farhan dan Hani
(2017). Sifat perlakuan S0 (tanpa sorbitol) kurang fleksibel dan tingkat
ketebalannya lebih tipis dibanding perlakuan lain. Sifat fisik biodegradable film
sesuai seperti dinyatakan oleh Sedayu et al. (2018) yaitu transparan dan berwarna
kekuningan. Warna kuning yang pekat disebabkan oleh adanya selulosa serta
partikel residu. Banyaknya partikel SRC yang tidak larut pada proses pembuatan
biodegradable film dapat disebabkan oleh ukuran partikel SRC yang tidak sesuai.
Berdasarkan Wullandari et al. (2021), ukuran partikel SRC yaitu 60 mesh
dan sedikit mengandung selulosa. Ukuran partikel yang lebih besar menyebabkan
lebih sulitnya SRC larut serta partikel residu berukuran besar ikut tersaring.
Menurut Sedayu et al. (2020), partikel residu pada SRC menghasilkan sifat optik
yang buruk jika dibandingkan biodegradable film yang terbuat dari Refined
Carragenan (RC). Residu tersebut menjadikan permukaan biodegradable film
lebih hidrofobik namun dengan ketahanan air dan sifat penghalang yang lebih
rendah serta tekstur kaku.

4.2.3. Karakteristik Biodegradable Film SRC


Nilai kuat tarik pada semua perlakuan pada Gambar 4.2. telah memenuhi
standar yang ditetapkan JIS (1975) sebesar 0,3 N/mm2. Kuat tarik tertinggi terdapat
pada perlakuan S2 sebesar 6,781 N/mm2 dan terkecil pada perlakuan S6 sebesar
3,467 N/mm2. Berdasarkan hasil, dapat dilihat bahwa semakin tinggi penambahan
sorbitol, maka kuat tarik yang dihasilkan semakin rendah. Menurut Rahmawati et
al. (2019), sorbitol dapat menurunkan ikatan antar rantai polimer yang
mengakibatkan peningkatan jarak antar molekul sehingga kuat tarik biodegradable
film menurun. Hal senada juga disampaikan oleh Sitompul et al. (2017) yang
menyatakan bahwa plactisizer dapat mengurangi ikatan hidrogen internal pada
ikatan intermolekuler yang menurunkan sistem dispersi padatan. Penurunan gaya
tarik antar polimer ini juga terjadi saat penguapan air sehingga ketahanan
biodegradable film menurun.
30

Pemakaian bahan SRC juga berpengaruh dalam meningkatkan kuat tarik


dikarenakan terdapatnya kandungan selulosa. Hal tersebut diperkuat oleh
Intandiana et al. (2019) yang menyatakan bahwa selulosa memiliki kemampuan
mengikat yang kuat sehingga meningkatkan kekuatan tarik secara signifikan.
Menurut Maulida et al. (2016), selulosa meningkatkan kuat tarik karena dapat
membentuk jaringan ikatan kuat hidrogen antar matriks karagenan dan selulosa
sehingga membentuk adhesi antar muka yang baik. Berdasarkan penelitian
Wulandari et al. (2021), kekuatan gel SRC lebih lemah (560 g/cm2) dibandingkan
RC (1140 g/cm2). Hal ini menjadikan kuat tarik yang dihasilkan biodegradable film
SRC jauh lebih lemah walau memiliki kandungan selulosa jika dibandingkan
penelitian Rahmawati et al. (2019) yang menggunakan karagenan murni atau
Refined Carragenan (RC) dengan konsentrasi dan jenis plasticizer yang sama.
Nilai elongasi keseluruhan sampel pada Gambar 4.3. dapat dikategorikan
baik dan sesuai standar mutu Japanese Industrial Standard (JIS). Standar nilai
elongasi yang ditetapkan oleh JIS (1975) adalah <10% buruk dan >50 % sangat
baik. Nilai terendah 28,10% didapati pada sampel S2 dan sampel S6 dengan nilai
tertinggi yaitu 42,74%. Berdasarkan hasil tersebut, sampel S6 adalah yang paling
mendekati nilai kualitas biodegradable film terbaik. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa penambahan plactisizer dapat meningkatkan nilai elongasi.
Plactisizer pada film menurunkan gaya antar molekul sehingga tingkat mobilitas
rantai antar molekul meningkat (Sitompul et al. , 2017; Farhan dan Hani, 2017).
Penggunaan jenis plactisizer juga berpengaruh. Menurut Martinez et al. (2020),
molekul sorbitol memiliki jari-jari yang lebih besar (0,39 nm) dibandingkan gliserol
(0,31 nm). Hal tersebut mengakibatkan sorbitol lebih sulit memasuki rantai polimer
sehingga kurang efektif dalam menghancurkan serta menurunkan mobilitas
susunan kristal SRC. Hal ini menyebabkan elastisitas sorbitol lebih rendah dari
plasticizer lain seperti gliserol.
Pemilihan bahan SRC yang mengandung selulosa juga berperan dalam
menurunkan nilai elongasi biodegradable film. Pernyataan ini diperkuat oleh
penelitian Maulida et al. (2019) yang menyatakan bahwa terdapat gugus hidrosil
(-OH) dan karboksil (-COOH) dari selulosa yang dapat meningkatkan kekuatan
tarik tinggi namun dengan elastisitas yang menurun. Menurut Sedayu et al. (2020),
31

elastisitas bahan SRC jauh lebih rendah dibandingkan RC. Hal ini disebabkan
kandungan partikel residu pada SRC yang mengganggu struktur antarmolekul
polimer dasar karagenan sehingga melemahkan kepadatan polimer. Hal tersebut
mengakibatkan material SRC menjadi kaku dan tidak fleksibel. Pendapat senada
juga disampaikan oleh (Wulandari et al., 2021) yang mengatakan bahwa viskositas
SRC lebih tinggi (80 mPas) dari RC (35 mPas). Efek viskositas terhadap struktur
biodegradable film dijelaskan oleh Sitompul et al. (2017) yang menyatakan jika
viskositas gel meningkat seiring waktu dengan konsentrasi KOH yang lebih rendah.
Viskositas larutan karagenan ditentukan sifatnya sebagai polielektrolit. Gaya tolak
menolak antar muatan negatif sepanjang rantai polimer yakni gugus sulfat
mengakibatkan rantai molekul menjadi kaku. Polimer ini dikelilingi air sehingga
molekul tidak bergerak karena bersifat hidrofilik sehingga larutan karagenan
menjadi kental.
Berdasarkan nilai rata-rata ketahanan air biodegradable film, terdapat
perbedaan nyata (p<0,05) pada perlakuan S0 dan S6. Nilai ketahanan air terendah
terdapat pada perlakuan S0 sebesar 11,42 % dan tertinggi pada perlakuan S6 sebesar
61,80 %. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dilihat bahwa tingkat ketahanan air
meningkat seriring pertambahan plactisizer. Hasil tersebut diperkuat oleh Farhan
dan Hani (2017) yang menyatakan bahwa peningkatan ketahanan air dapat
disebabkan sifat hidrofilik plactisizer. Ketahanan air plactisizer sorbitol lebih
rendah dibanding plactisizer lain seperti gliserol dikarenakan berat molekul yang
lebih besar sehingga lebih sulit berinteraksi dengan rantai polimer sehingga afinitas
terhadap air menurun. Menurut Sitompul et al. (2017), gliserol dan sorbitol
memiliki sifat larut air yang lebih tinggi dibandingkan plactisizer lain seperti
polyethylene glycol (PEG). Penggunaan SRC juga berpengaruh dalam tingkat
ketahanan air. Berdasarkan penelitian Sedayu et al. (2020), permukaan SRC dinilai
lebih hidrofobik dengan partikel selulosa tidak larut dan mineral yang dapat
mengganggu interaksi air dengan substrat. Semakin tinggi konsentrasi SRC
menunjukkan nilai ketahanan air yang semakin rendah. Hal ini menyebabkan
polimer selulosa yang terkandung relatif stabil dan tidak mudah larut sehingga
penyerapan air lebih rendah.
32

Berdasarkan rata-rata uji ketebalan biodegradable film pada Gambar 4.3


menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata (p<0,05) antara perlakuan S0, S4,
dan S6. Perlakuan S2 juga didapati berbeda nyata dengan perlakuan S6 terhadap
ketebalan yang dihasilkan. Ketebalan perlakuan S0, S2, dan S4 telah memenuhi
standar mutu Japanese Industrial Standart (JIS) dengan hasil < 25 mm atau < 250
µm. Perlakuan S0 paling tipis diantara perlakuan lainnya dengan nilai 73,65 µm
sedangkan perlakuan S6 didapati paling tebal dengan rata-rata 329,96 µm.
Berdasarkan penelitian Sitompul et al. (2017), penambahan konsentrasi
plactisizer dapat meningkatkan polimer penyusun matriks yang mengakibatkan
kenaikan total padatan terlarut sehingga meningkatkan ketebalan biodegradable
film. Tingkat ketebalan juga dapat disebabkan oleh perbedaan kemampuan
plasticizer dalam mengikat air. Hal senada disampaikan oleh Farhan dan Hani
(2017) bahwa peningkatan ketebalan disebabkan plactisizer yang bersifat hidrofilik
sehingga semakin tinggi konsentrasi plactisizer maka biodegradable film yang
dihasilkan semakin tebal. Molekul sorbitol yang lebih besar dalam hal ini
menyebabkan lebih rendah kekuatan dalam menyerap air dibanding gliserol.
Penggunaan SRC juga berpengaruh dalam ketebalan biodegradable film
seperti yang disebutkan dalam penelitian Sedayu et al. (2020) bahwa dengan
konsentrasi yang sama, SRC dalam bentuk lembaran lebih tebal 40% dibandingkan
RC. Perbedaan ketebalan yang lebih tinggi dapat disebabkan adanya partikel
selulosa yang terdapat pada SRC. Berdasarkan penelitian Wulandari et al. (2021),
SRC memiliki ukuran partikel yang lebih besar (60 mesh) dibandingkan RC (80
mesh). Proses presipitasi menggunakan alkohol membuat partikel menjadi RC lebih
kecil. Ukuran partikel yang lebih besar dapat menjadikan lembaran yang dihasilkan
lebih tebal dan berat. Menurut Ariska dan Suyanto (2015), ketebalan biodegradable
film dapat meningkatkan kuat tarik namun menurunkan tingkat elongasi serta
ketahanan air.
Hasil uji biodegradasi pada Gambar 4.4 menunjukkan adanya perbedaan
nyata (p<0,05) antara perlakuan S0, S2, terhadap S4 dan S6. Tingkat biodegradasi
perlakuan S4 dan S6 telah memenuhi standar mutu OECD (1992) dengan hasil
biodegradasi sebesar >70% selama 14 hari. Tingkat biodegradasi perlakuan S4
paling tinggi diantara perlakuan lainnya mencapai 74,41% dan paling rendah pada
33

perlakuan S0 sebesar 19,98%. Penambahan sorbitol >4% menghasilkan tingkat


biodegradasi yang stagnan dan cenderung menurun.
Laju biodegradasi dipengaruhi rasio sorbitol sebagai nutrien dan EM4.
Menurut Rulyana et al. (2017), konsentrasi larutan EM4 2% dengan perbandingan
biang EM4 dan air sebesar 1 : 49 adalah yang paling sesuai dibandingkan
konsentrasi lebih tinggi. Hal ini disebabkan kesesuaian jumlah mikroorganisme
dalam EM4 dengan jumlah nutrien yang seimbang. Kelebihan mikroorganisme
dekomposer serta nutrien mengakibatkan penurunan efektivitas dekomposisi
menjadi tidak maksimal. Penurunan volume bahan untuk dekomposisi cenderung
stagnan dengan konsentrasi EM4 ≥4%. Konsentrasi EM4 dan air yang dipakai
dalam penelitian ini yakni 1 : 10. Dengan demikian, konsentrasi EM4 yang
digunakan tergolong tinggi sehingga mengakibatkan kemampuan dekomposer
mencapai tingkat maksimal atau jenuh. Hal ini menyebabkan tingkat biodegradasi
pada perlakuan S4 dan S6 stagnan karena jumlah mikroorganisme dan nutrien yang
tidak seimbang. Tingkat biodegradasi dari penambahan sorbitol ≥4 % pada
perlakuan S4 dan S6 telah terdekomposisi maksimal dalam waktu 14 hari sebanyak
74,41% dan 74,26% serta telah mencapai standar mutu OECD 1992.
Biodegradable film SRC hasil ekstraksi K. alvarezii berpotensi
dikembangkan penggunaannya sebagai pengganti plastik dengan sifat buram dan
kaku serta kuat tarik yang lebih rendah jika dibandingkan penelitian Rahmawati et
al. (2019) yang menggunakan RC. Produksi Biodegradable Film SRC dengan
penambahan sedikit plasticizer sorbitol telah memenuhi standar plastik kemasan
sehingga dapat dijadikan alternatif bahan plastik biodegradable yang lebih murah
dengan kualitas lebih rendah. Pernyataan ini didukung oleh Sedayu et al. (2020)
yang menyatakan bahwa SRC dapat menjadi alternatif bahan biodegradable
pengganti plastik dengan sifat buram dan kaku dengan biaya produksi murah.
5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Semakin besar konsentrasi sorbitol yang ditambahkan, nilai kuat tarik yang
dihasilkan semakin rendah tetapi nilai elongasi, ketebalan, ketahanan air, dan
biodegradasi semakin tinggi. Pemberian sorbitol pada formulasi
biodegradable film SRC berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap ketebalan,
ketahanan air, dan biodegradasi biodegradable film.
2. Formulasi biodegradable film terbaik terdapat pada perlakuan S4 (sorbitol
4%) dengan kuat tarik sebesar 3,992 N/mm2, elongasi 28,47%, ketahanan air
43,98%, ketebalan 239,96 µm atau 0,24 mm, dan tingkat biodegradasi sebesar
74,41 %.

5.2. Saran
Penelitian lebih lanjut diperlukan dengan melakukan modifikasi konsentrasi
SRC dan optimalisasi plactisizer agar didapatkan perbandingan hasil yang lebih
baik dari segi sifat mekanik. Perbandingan variasi jenis karagenan (kappa, iota, dan
lambda) serta penambahan crosslinker untuk memperkuat struktur film dapat dikaji.
Penelitian lanjutan mengenai uji mikroba, laju transmisi uap air, dan transparansi
dapat dilakukan untuk menguji kelayakan standar biodegradable film.
35

DAFTAR PUSTAKA

Association of Official Analytical Chemist (AOAC). 1995. Official Methods of


Analysis of AOAC. AOAC International, Arlington.

A’yun, S. N., J. Triastuti, and E. Saputra. 2021. Biodegradable film Formulation


From Caragenant And Gelatin As A Solution in Reducing Plastic Waste.
IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science, 718 : 1-3.

Ansar, N. M. S., E. Cahyono, O. I. Pumpente, S. I. M. Wodi, S. I. M., F. J.


Rieuwpassa, J. F. P. Palawe dan W. A. Tanod. 2022. Karakterisasi Tepung
Semi refined Carrageenan Dari Rumput Laut Kappaphycus alvarezii
Dengan Berbagai Pelarut Alkali. Juvenil: Jurnal Ilmiah Kelautan dan
Perikanan, 3(1), 8-15.

Ariska, R. E. dan Suyanto. 2015. Pengaruh Konsentrasi Karagenan Terhadap Sifat


Fisik dan Mekanik Edible Film dari Pati Bonggol Pisang dan Karagenan
dengan Plasticizer Gliserol. Prosiding. Seminar Nasional Kimia Jurusan
Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya. Surabaya, 3-4 Oktober 2015.

ASTM., D882-10. 2010. Standard Test Methods for Tensile Properties of Thin
Plastic Sheeting. In Annual Book of ASTM American Society for Testing
and Materials, Philadelphia, PA, USA.

ASTM A., D882-18. 2018. Standard Test Method for Tensile Properties Of Thin
Plastic Sheeting. Annual Book of American Standard Testing Methods
American Society for Testing Materials, West Conshohocken, PA, USA,
8: 182-190.

Barizao, C. L., M. I. Crepaldi, O. O. S. Junior, A. C. Oliveira, A. F. Martins, P. S.


Garcia, and E. G. Bonafe. 2020. Biodegradable films Based on
Commercial Κ-Carrageenan and Cassava Starch to Achieve Low
Production Costs. International Journal of Biological Macromolecules,
165 : 582 - 590.

Campbell, R., and S. Hotchkiss. 2017. Carrageenan Industry Market Overview in


Tropical Seaweed Farming Trends, Problems and Opportunities.
Developments in Applied Phycology, 9 : 193–205. ISBN : 978-3-319-
63497-5.

Chan, J. X., J. F. Wong, A. Hassan, and Z. Zakaria. 2021. Bioplastics from


Agricultural Waste in Biopolymers and Biocomposites from Agro-waste
for Packaging Applications. Woodhead Publishing.,141-169 p.

Daud, A., S. Suriati, and N. Nuzulyanti. 2019. Kajian Penerapan Faktor yang
Mempengaruhi Akurasi Penentuan Kadar Air Metode Thermogravimetri.
Lutjanus, 24(2), 11-16.
36

Esmaeili, M., G. Pircheraghi, and R. Bagheri. 2017. Optimizing the Mechanical


and Physical Properties of Thermoplastic Starch Via Tuning the Molecular
Microstructure Through Co‐Plasticization by Sorbitol and Glycerol.
Polymer International, 66(6) : 809-819.

Fadilah, S., Alimuddin, P. R. Pong-Masak, J. Santoso, and A. Parenrengi. 2016.


Growth, Morphology and Growth Related Hormone Level in Kappaphycus
alvarezii Produced by Mass Selection in Gorontalo Waters, Indonesia.
HAYATI Journal of Biosciences, 23(1) : 29-34. ISSN 1978-3019.
https://doi.org/10.1016/j.hjb.2015.09.004

Farhan, A. and N. M. Hani. 2017. Characterization of Edible Packaging Flms


Based on Semi-Kappa-Carrageenan Plasticized with Glycerol and
Sorbitol. Food Hydrocolloids, 64 : 48 - 58.

Fiqinanti, N., Zulferiyenni, Susilawati, dan F. Nurainy. 2022. Karakteristik


Biodegradable film dari Kombinasi Bekatul Beras dan Selulosa Sekam
Padi. Jurnal Agroindustri Berkelanjutan, 1(2) : 283 - 293.

Fernando, S.,Andiska, R. Wulandari, dan H. Irawan. 2022. Budidaya Rumput


Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Lepas Dasar dan Longline.
UMRAH PRESS, Tanjungpinang, 51 hal.

Flores, C. A., E. R. Punzalan and G. N. Ambagan. 2015. Effects of Kappa-


Carrageenan on the Physico-Chemical Properties of Thermoplastic Starch.
KIMIKA, 26(1) : 10-16.

George, A., P.A. Shah, and P.S. Shrivastav. 2019. Natural Biodegradable Polymers
Based Nano-Formulations for Druelivery: A Review. Int. J. Pharm.,
561 : 244-264.

Gontard, N., S. Guilbert, and J. L. Cuq. 1993. Water and Glyserol as Plasticizer
Affect Mechanical and Water Barrier Properties at an Edible Wheat
Gluten Film. J. Food Science, 58 (1): 206-211.

Guiry, M.D. and G. M. Guiry 2023. Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty ex


P.C. Silva, 1996. AlgaeBase :World-wide Electronic Publication, National
University of Ireland, Galway. Accessed through: World Register of
Marine Species at:
https://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=371403
on 2023-03-26

Hasan, M., A. Kumar, C. Maheshwari, and S. Mangraj. 2020. Biodegradable and


Edible Film: A Counter to Plastic Pollution. International Journal of
Chemical Studies, 8(1): 2242-2245.

Herawati, H. (2018). Potensi Hidrokoloid Sebagai Bahan Tambahan Pada Produk


Pangan Dan Nonpangan Bermutu. Jurnal Litbang Pertanian, 37(1) : 17-25.
37

Heviyanti, M., Murdhiani, dan R. Maharany. 2021. Komposisi Limbah Tebu


(Saccharum officinarum L.) pada Pembuatan Biodegradable film.
Agroteknika, 4(2): 86-94. ISSN: 2685-3450

Hazrol, M.D., S.M. Sapuan, E.S. Zainudin, M.Y.M. Zuhri, and N.I. Abdul Wahab.
2021. Corn Starch (Zea mays) Biopolymer Plastic Reaction in
Combination with Sorbitol and Glycerol. Polymers ,13(2) : 242.

Heriyanto, H., I. Kustiningsih, dan D. K. Sari. 2018. The Effect of Temperature


and Time of Extraction on the Quality of Semi refined Carrageenan (SRC).
MATEC Web of Conferences, 154 : 1-6.

Intandiana, S., A. H. Dawam, Y. R. Denny, R. F. Septiyanto, dan I. Affifah.


(2019). Pengaruh Karakteristik Bioplastik Pati Singkong dan Selulosa
Mikrokristalin Terhadap Sifat Mekanik dan Hidrofobisitas. EduChemia
: Jurnal Kimia dan Pendidikan, 4(2) : 185-194.

International Organization for Standardization. 2019. ISO 17556: Plastics —


Determination Of The Ultimate Aerobic Biodegradability Of Plastic
Materials In Soil By Measuring The Oxygen Demand In A Respirometer
Or The Amount Of Carbon Dioxide Evolved. ISO Technical Committee,
26 p.

International Organization for Standardization. 2019. ISO 14851: Determination


of the Ultimate Aerobic Biodegradability of Plastic Materials in an
Aqueous Medium — Method by Measuring the Oxygen Demand in a
Closed Respirometer. ISO Technical Committee, 25 p.

Japanesse Industrial Standard.1975. Japanese Standards Association, 2:1707,18 p.

KKP. 2018. Rumput Laut, Komoditas Penting Yang Belum Dioptimalkan.


Diakses pada 12 Mei 2022.
https://kkp.go.id/djpdspkp/bbp2hp/artikel/14127-rumput-laut-komoditas-
penting-yang-belum-dioptimalkan

Kalita, N. K., S. M. Bhasney, C. Mudenur, A. Kalamdhad, and V. Katiyar. 2020.


End of Life Evaluation and Biodegradation of Poly(Lactic Acid) (PLA)
/Polycaprolactone (PCL) /Microcrystalline Cellulose (MCC) Polyblends
Under Composting Conditions. Chemosphere, 247 : 1-8.
ISSN 0045-6535. https://doi.org/10.1016/j.chemosphere.2020.125875.

Khalil, H. A., S. W. Yap, Y. Y. Tye, P. M. Tahir, S. Rizal, and M. N. Fazita.


2018. Effects of Corn Starch and Kappaphycus alvarezii Seaweed Blend
Concentration on the Optical, Mechanical, and Water Vapor Barrier
Properties of Composite Films. BioResources, 13(1) : 1157-1173.

Khoiriyah, H., N. Kurniawati, E. Liviawaty, and Junianto. 2018. Concentration


Addition of Plasticizer Sorbitol to the Characteristics of Carrageenan
Edible Film. Global Scientific Journal, 6(10) : 1-9.
38

Langit, N. T. P., A. Ridho, dan S. Subagiyo. 2019. Pengaruh Konsentrasi Alginat


Dengan Gliserol Sebagai Plasticizer Terhadap Sifat Fisik Dan Mekanik
Biodegradable film. Journal of Marine Research, 8(3) : 314-321.

Lim, C., S. Yusoff, C.G. Ng, P.E. Lim, and Y.C. Ching. 2021. Bioplastic Made
from Seaweed Polysaccharides with Green Production Methods. Journal of
Environmental Chemical Engineering, 9 (5) : 1-9.

Mártinez, B. L., C. P. Cervera, and R. A. Pizarro. 2020. Effect of Glycerol and


Sorbitol Concentrations on Mechanical, Optical, and Barrier Properties of
Sweet Potato Starch Film. NFS Journal, 20 : 1-9.
https://doi.org/10.1016/j.nfs.2020.06.002.

Maulida, M. Siagian, and P. Tarigan. 2016. Production of Starch Based Bioplastic


from Cassava Peel Reinforced with Microcrystalline Celllulose Avicel
PH101 Using Sorbitol as Plasticizer. Journal of Physics: Conference
Series, 710 : 1-7.

Mahadevappa, Y., Kariduraganavar, A. Arjumand, Kittur, and R. R. Kamble. 2014.


Natural and Synthetic Biomedical Polymers : Chapter 1 - Polymer Synthesis
and Processing. Elsevier, 1-31. ISBN 9780123969835.
https://doi.org/10.1016/B978-0-12-396983-5.00001-6.

Mochtar, A.H., I. Parawansa, M. S. S. Ali, K. Jusoff, R. Reta, Rezekie, S. D. Astuti,


N. Azis, A. Muchdar, M. S. Palad, Hikma, M. Nonci, Kasmawati, and
Nirwana. 2013. Effects of Harvest Age of Seaweed on Carragenan Yield
and Gel Strength. World Applied Sciences Journal, 26 : 13-16.

National Center for Biotechnology Information (NCBI). 2023. PubChem


Compound Summary for CID 5780, Sorbitol. Retrieved January 15, 2023
from https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Sorbitol.

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). 1992.


OECD Guidelines for the Testing of Chemicals, Section 3: Degradation
and Accumulation. OECD Publishing, 8 p.

Pangestuti, E. K. dan P. Darmawan. 2021. Analisis Kadar Abu dalam Tepung


Terigu dengan Metode Gravimetri. Jurnal Kimia dan Rekayasa, 2(1) : 16-
21.

Periyasamy, C., P.V.S. Rao, and P. Anantharaman. 2019. Harvest Optimization to


Assess Sustainable Growth and Carrageenan Yield of Cultivated
Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty in Indian waters. Journal of Applied
Phycology, 31(1), 587-597.

Philippine National Standard. 2007. Seaweed - Specifications. PNS/BAFPS, 19 p.

Pirsa, S., I. Karimi Sani, M.K. Pirouzifard, and A. Erfani. 2020. Smart Film
Based on Chitosan/Melissa Officinalis Essences/Pomegranate Peel Extract
39

to Detect Cream Cheeses Spoilage. Food Additives and Contaminants :


Part A, 37 : 634-648.

Pirsa, S. and K. A. Sharifi. 2020. A Review of the Applications of Bioproteins in


the Preparation of Biodegradable films and Polymers. Journal of
Chemistry Letters, 1 : 47-58.

Ramadhani, F. S., I. Rostini, Z. Anna, and E. Rochima. 2019. Characterization of


Biodegradable film from Seaweed Flour (Eucheuma cottonii Weber-van
Bosse, 1913) with Different Types of Plasticizer. World Scientific News,
133 : 23-33.
Rahmawati, M., M. Arief and W.H. Satyantini. 2019. The Effect of Sorbitol
Addition on the Characteristic of Carrageenan Biodegradable film. IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science, 236(1) : 1-8.

Ritonga, L. B., H. R. Alauddin, M., and W. D. Suryandini. 2022. Seaweed Tissue


Culture Technique in Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP)
Situbondo. Journal of Aquaculture Development and Environment,
5(1) : 308 hlm.

Rhein-Knudsen, N., M. T. Ale, and A. S. Meyer. 2015. Seaweed Hydrocolloid


Production: An Update on Enzyme Assisted Extraction and Modification
Technologies. Marine Drugs, 13(6) : 3340-3359. 3340–3359.
https://doi.org/10.3390/md13063340

Rulyana, C., Nurjazuli, dan T. Joko. 2017. Variasi Konsentrasi EM4 Dalam
Proses Pembuatan Kompos Lindi. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
5(5) : 531-540.

Sari, D. K., I. Kustiningsih, H. Heriyanto, A. S. Wijayanto, dan A. I. Maulan.


2021. Physiochemical Properties of Semi Refined Carrageenan by
Bleaching Pretreatment. TEKNIKA: Jurnal Sains dan Teknologi,
17 (1) : 8–14.

Sari, Y. W., S. Y. Putri, N. Intan, A. Bahtiar, and M. Kurniati. 2021. The Effect of
Sorbitol and Sweet Sorghum to Carrageenan Ratio on the Physicochemical
Properties of Sweet Sorghum/Carrageenan Bioplastics. Biomass
Conversion and Biorefinery, 1-10.

Sarita, I. D. A. D., I. M. Subrata, N. P. Sumaryani, N. P., dan I. G. A. Rai. 2021.


Identifikasi Jenis Rumput Laut yang Terdapat pada Ekosistem Alami
Perairan Nusa Pedida. Emasains: Jurnal Edukasi Matematika dan Sains,
10(1) : 141-154.

Sedayu, B. B., M. J. Cran, and S. W. Bigger. 2020. Reinforcement of Refined and


Semi-Refined Carrageenan Film with Nanocellulose. Polymers,
12 (1145) : 2-20. doi:10.3390/polym12051145w.
40

Shalvina, A., A. D. N'Yeurt, J. Lako, and S. Piovano. 2022. Effects of Selected


Environmental Conditions on Growth and Carrageenan Quality
of Laboratory‑Cultured Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta) in Fiji, South
Pacific. Journal of Applied Phycology, 34 : 1033-1043.

Sitompul, R., Y. S. Darmanto, dan Romadhon. 2017. Aplikasi Karagenan


Terhadap Kekuatan Gel pada Produk Kamaboko dari Ikan yang Berbeda.
Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan, 6 (1) : 38–46

Sitompul, A. J. W. S. dan E. Zubaidah. 2017. Pengaruh Jenis dan Konsentrasi


Plasticizer Terhadap Sifat Fisik Edible Film Kolang Kaling (Arenga
pinnata). Jurnal Pangan dan Agroindustri, 5(1) : 13-25.

Simarmata, E. O., A. Hartiati, dan B. A. Harsojuwono. 2020. Karakteristik


Komposit Bioplastik dalam Variasi Rasio Pati Umbi Talas (Xanthosoma
sagittifolium)–Kitosan. Jurnal Ilmiah Teknologi Pertanian Agrotechno,
5(2) : 75-80.

Supriyantini, E., G. W. Santosa, dan A. Dermawan. 2017. Kualitas Ekstrak


Karaginan dari Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Hasil Budidaya di
Perairan Pantai Kartini dan Pulau Kemojan Karimunjawa Kabupaten
Jepara. Buletin Oseanografi Marina, 6(2), 88-93.

Standar Nasional Indonesia. 2014. Kantong Plastik Mudah Terurai. Badan


Standardiasi Nasional, 7 hlm.

Standar Nasional Indonesia. 2016. Kriteria Ekolabel : Kategori Produk Tas


Belanja Plastik dan Bioplastik Mudah Terurai. Badan Standardiasi
Nasional, Jakarta, 5 hlm.

Trono, G. C. 1992. Eucheuma and Kappaphyeus : Taxonomy and Cultivation.


Bull. Mar. Sci. Fish., 12 : 51-65.

Vairappan, C. S. 2021. Chapter 16 : Probiotic Fortified Seaweed Silage as Feed


Supplement in Marine Hatcheries. Academic Press, United States, 247–258.

Winarno. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 286
hlm.

Wullandari, P., B. B. Sedayu, T. D. Novianto, and A. W. Prasetyo. 2021.


Characteristic of Semi refined and Refined Carrageenan Flours Used in the
Making of Biodegradable Film (Bioplastic). IOP Conf. Series: Earth and
Environmental Science 733 (2021) 012112

Yusmaniar, Y., D. I. Syafei1, M. Arum, E. Handoko, C. Kurniawan, and M. R.


Asali. 2019. Preparation and Characterization Of Seaweed Based
Bioplastic Blended With Polysaccharides Derived From Various Seeds Of
Avocado, Jackfruit And Durian. Journal of Physics: Conference Series,
1402 (5) : 1-6.
41

LAMPIRAN
42

Lampiran 1. Perhitungan

a. Rendemen Ekstraksi SRC K. alvarezii


Rendemen Berat awal = 150 gr
Berat akhir = 113 gr
113 gr
Rendemen = ×100%
150 gr

Rendemen = 75,3%

b. Kadar Air Ekstraksi SRC K. alvarezii


Kadar Air Berat awal = 150 gr
Berat akhir = 113 gr
3-(28,439 - 25,84)
Kadar air = x 100%
28,439 - 25,84

Kadar air = 15,43%

c. Kadar Abu Ekstraksi SRC K. alvarezii


Kadar Abu Berat abu = 0,521 gr
Berat sampel = 2,599 gr
0,521 (gr)
Kadar abu = x 100%
2,599 (gr)

Kadar abu = 20,05%

d. Karakteristik SRC Hasil Ekstraksi K. alvarezii


Parameter Nilai Standar Mutu
Kadar air (%) 15,43 12 - 15*
Kadar abu (%) 20,05 15 - 30*
pH 8 8 - 11*
Sumber : *Philipine National Standard (2007)
43

Lampiran 1. (Lanjutan)

e. Konversi Nilai ARCSIN


Nilai
Perlakuan Ketahanan ARCSIN Nilai
Perlakuan ARCSIN
Air Biodegradasi
14,15 22,10 27,08 31,36
9,09 17,55 33,3 35,24
S0 4,87 12,75 S0 18,75 25,66
7,04 15,39 4,16 11,77
21,95 27,94 16,6 24,04
49,15 44,51 55,68 48,26
56,04 48,47 60,28 50,93
S2 57,01 49,03 S2 60,5 51,06
15,38 23,09 60,5 51,06
26,25 30,82 42,72 40,81
55,06 47,90 69,61 56,55
67,89 55,48 70,09 56,85
S4 67,68 55,35 S4 77,94 61,99
14,63 22,49 76,96 61,31
14,65 22,50 77,45 61,65
65,825 54,23 67,09 54,99
75 60,00 77,78 61,88
S6 75,51 60,34 S6 62,9 52,48
74,35 59,57 81,96 64,87
18,32 25,34 81,56 64,57
44

Lampiran 2. Data Hasil Penelitian

a. Karakteristik Biodegradable Film SRC K. alvarezii dengan Penambahan Sorbitol


Perlakuan Standar
Parameter Mutu
S0% S2% S4% S6%
2
Kuat Tarik (N/mm ) - 6,7772 3,992 3,467 0,3*
Elongasi (%) - 28,10 28,472 42,748 >10 - 50*
Ketahanan air (%) 11,42 40,77 43,98 61,80 -
Ketebalan (µm) 73,65 156,62 239,96 329,96 250*
Biodegradasi (%) 19,98 55,94 74,41 74,26 70**
*
Sumber : Japanese Industrial Standard (JIS) (1975)
**
Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)
(1992)

b. Kuat Tarik Biodegradable Film (N/mm2)


Ulangan Kuat Tarik (N/mm2)
Perlakuan Rata-rata ± SD
1 2 3 4 5
S2 6,449 5,442 7,914 7,189 6,912 6,781 ± 0,918
S4 4,433 3,573 4,025 4,528 3,401 3,992 ± 0,502
S6 3,442 2,720 3,484 4,198 3,491 3,467 ± 0,523
Lampiran 2. Data Hasil Penelitian
c. Elongasi Biodegradable Film (%)
Ulangan Elongasi (%)
Perlakuan Rata-rata ± SD
1 2 3 4 5
S2 24,26 22,58 30,01 39,11 24,55 28,10 ± 6,76
S4 25,02 32,11 25,83 37,64 21,76 28,47 ± 6,35
S6 40,77 30,82 38,99 58,59 44,57 42,75 ± 10,18

d. Ketahanan Air Biodegradable Film (%)


Ulangan Ketahanan Air (%)
Perlakuan Rata-rata ± SD
1 2 3 4 5
S0 14,15 9,09 4,87 7,04 21,95 11,42 ± 6,816a
S2 49,15 56,04 57,01 15,38 26,25 40,77 ± 18,86ab
S4 55,06 67,89 67,68 14,63 14,65 43,98 ± 27,28ab
S6 65,825 75 75,51 74,35 18,32 61,80 ± 24,63b
Keterangan : Notasi huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan,
sedangkan notasi huruf berbeda menunjukkan ada perbedaan
(p<0,05) antar perlakuan dengan selang kepercayaan (95%).
45

Lampiran 2. (Lanjutan)

e. Uji Statistik Ketahanan Air Biodegradable Film

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Ketahanan ,174 20 ,113 ,879 20 ,017
air
a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances


Levene Statistic df1 df2 Sig.
Ketahanan Based on Mean 2,549 3 16 ,092
air Based on Median ,587 3 16 ,633
Based on Median and with ,587 3 10,993 ,636
adjusted df
Based on trimmed mean 2,172 3 16 ,131

ANOVA
Ketahanan air
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2786,191 3 928,730 5,426 ,009
Within Groups 2738,417 16 171,151
Total 5524,609 19
46

Lampiran 2. (Lanjutan)

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Ketahanan air
Tukey HSD
Mean Difference 95% Confidence Interval
(I) Hasil (J) Hasil (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
S0 S2 -20,03800 8,27408 ,113 -43,7103 3,6343
S4 -21,59800 8,27408 ,080 -45,2703 2,0743
S6 -32,75000* 8,27408 ,006 -56,4223 -9,0777
S2 S0 20,03800 8,27408 ,113 -3,6343 43,7103
S4 -1,56000 8,27408 ,998 -25,2323 22,1123
S6 -12,71200 8,27408 ,440 -36,3843 10,9603
S4 S0 21,59800 8,27408 ,080 -2,0743 45,2703
S2 1,56000 8,27408 ,998 -22,1123 25,2323
S6 -11,15200 8,27408 ,548 -34,8243 12,5203
S6 S0 32,75000* 8,27408 ,006 9,0777 56,4223
S2 12,71200 8,27408 ,440 -10,9603 36,3843
S4 11,15200 8,27408 ,548 -12,5203 34,8243
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Ketahanan air
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Hasil N 1 2
S0 5 19,1460
S2 5 39,1840 39,1840
S4 5 40,7440 40,7440
S6 5 51,8960
Sig. ,080 ,440
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
47

Lampiran 2. (Lanjutan)

e. Ketebalan Biodegradable film (µm)


Ulangan Ketebalan (µm)
Perlakuan Rata-rata ± SD
1 2 3 4 5
S0 166,6 66,67 50 35 50 73,65 ± 53,15a
S2 233,3 116,6 116,6 166,6 150 156,62 ± 48,03ab
S4 316,6 216,6 183,3 200 283,3 239,96 ± 57,24b
S6 366,6 283,3 350 333,3 316,6 329,96 ± 32,06c
Keterangan : Notasi huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan,
sedangkan notasi huruf berbeda menunjukkan ada perbedaan
(p<0,05) antar perlakuan dengan selang kepercayaan (95%).

f. Uji Statistik Ketebalan Biodegradable film (µm)

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Ketebalan ,131 20 ,200* ,942 20 ,261
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances


Levene Statistic df1 df2 Sig.
Ketebalan Based on Mean ,744 3 16 ,542
Based on Median ,260 3 16 ,853
Based on Median and with ,260 3 12,071 ,853
adjusted df
Based on trimmed mean ,669 3 16 ,583

ANOVA
Ketebalan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 181657,650 3 60552,550 25,669 ,000
Within Groups 37743,122 16 2358,945
Total 219400,772 19
48

Lampiran 2. (Lanjutan)

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Ketebalan
Tukey HSD
(I) (J) Mean Difference 95% Confidence Interval
Perlakuan Perlakuan (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
S0 S2 -82,96600 30,71772 ,068 -170,8500 4,9180
S4 -166,30600* 30,71772 ,000 -254,1900 -78,4220
S6 -256,30600* 30,71772 ,000 -344,1900 -168,4220
S2 S0 82,96600 30,71772 ,068 -4,9180 170,8500
S4 -83,34000 30,71772 ,066 -171,2240 4,5440
S6 -173,34000* 30,71772 ,000 -261,2240 -85,4560
S4 S0 166,30600* 30,71772 ,000 78,4220 254,1900
S2 83,34000 30,71772 ,066 -4,5440 171,2240
S6 -90,00000* 30,71772 ,044 -177,8840 -2,1160
S6 S0 256,30600* 30,71772 ,000 168,4220 344,1900
S2 173,34000* 30,71772 ,000 85,4560 261,2240
S4 90,00000* 30,71772 ,044 2,1160 177,8840
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Ketebalan
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3
S0 5 73,6540
S2 5 156,6200 156,6200
S4 5 239,9600
S6 5 329,9600
Sig. ,068 ,066 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
49

Lampiran 2. (Lanjutan)

g. Biodegradasi Biodegradable film (%)


Ulangan Biodegradasi (%)
Perlakuan Rata-rata ± SD
1 2 3 4 5
S0 27,08 33,3 18,75 4,16 16,6 19,98 ± 11,08a
S2 55,68 60,28 60,5 60,5 42,72 55,94 ± 7,67b
S4 69,61 70,09 77,94 76,96 77,45 74,41 ± 4,18c
S6 67,09 62,9 77,78 81,96 81,56 74,26 ± 8,74c
Keterangan : Notasi huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan,
sedangkan notasi huruf berbeda menunjukkan ada perbedaan
(p<0,05) antar perlakuan dengan selang kepercayaan (95%).

h. Uji Statistik Biodegradasi Biodegradable film

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Biodegradasi ,217 20 ,015 ,880 20 ,018
a. Lilliefors Significance Correction

Test of Homogeneity of Variances


Levene Statistic df1 df2 Sig.
Biodegradasi Based on Mean 1,337 3 16 ,297
Based on Median ,979 3 16 ,427
Based on Median and with ,979 3 12,246 ,435
adjusted df
Based on trimmed mean 1,356 3 16 ,292

ANOVA
Biodegradasi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 3876,075 3 1292,025 37,103 ,000
Within Groups 557,162 16 34,823
Total 4433,237 19
50

Lampiran 2. (Lanjutan)

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Biodegradasi
Tukey HSD
95% Confidence Interval
(I) (J) Mean Difference Upper
Perlakuan Perlakuan (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Bound
S0 S2 -22,81000* 3,73217 ,000 -33,4878 -12,1322
S4 -34,05600* 3,73217 ,000 -44,7338 -23,3782
S6 -34,14400* 3,73217 ,000 -44,8218 -23,4662
S2 S0 22,81000* 3,73217 ,000 12,1322 33,4878
S4 -11,24600* 3,73217 ,037 -21,9238 -,5682
S6 -11,33400* 3,73217 ,036 -22,0118 -,6562
S4 S0 34,05600* 3,73217 ,000 23,3782 44,7338
S2 11,24600* 3,73217 ,037 ,5682 21,9238
S6 -,08800 3,73217 1,000 -10,7658 10,5898
S6 S0 34,14400* 3,73217 ,000 23,4662 44,8218
S2 11,33400* 3,73217 ,036 ,6562 22,0118
S4 ,08800 3,73217 1,000 -10,5898 10,7658
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Biodegradasi
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3
S0 5 25,6140
S2 5 48,4240
S4 5 59,6700
S6 5 59,7580
Sig. 1,000 1,000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
51

Lampiran 3. Dokumentasi

a. K. alvarezii yang telah diputihkan d. Preparasi biodegradable film

b. Ekstraksi K. alvarezii e. Pengujian kadar abu SRC


menggunakan KOH

c. Penimbangan SRC f. Uji kuat tarik dan elongasi


menggunakan Universal Testing
Machine
52

Lampiran 3. (Lanjutan)

g. Biodegradable film sebelum uji j. Uji kadar pH SRC


ketahanan air

h. Biodegradable film setelah uji k. Pencocokan kertas pH dengan


ketahanan air pH Indicator

l. Biodegradable film setelah uji


i. Proses uji biodegradasi biodegradasi
53

RIWAYAT HIDUP

NADIAH HUMAIROH MUFIDAH SAVITRI.


Penulis lahir pada tanggal 27 Desember 2000 di
Situbondo, Jawa Timur. Penulis merupakan anak
pertama dari dua bersaudara dari pasangan Agustin
Megayatri dan Syamsul Arifin. Penulis menempuh
pendidikan SD, SMP, dan SMA di SDN 1 Kilensari,
SMPN 1 Situbondo, dan SMAN Taruna Nala Jawa
Timur. Penulis melanjutkan pendidikan di Departemen
Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang.

Penulis pernah mengikuti kegiatan tingkat jurusan dan fakultas. Penulis


merupakan bagian UKM-F FARMASea. Penulis diamanahi sebagai Kepala
Departemen Rekadana selama di UKM-F FARMASea. Penulis pernah mengikuti
kegiatan Kampus Merdeka Studi Independen di Corporate Innovation Asia (CIAS).
Selama kegiatan kampus merdeka, penulis belajar mendirikan start up dan berperan
sebagai Chief Financial Officer (CFO).
Selama penyusunan Laporan Ilmiah/Skripsi ini, penulis masih terdaftar
sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Diponegoro untuk menyelesaikan skripsi sebagai syarat
memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S1) dengan Judul "Karakterisasi Biodegradable
Film dari Semi Refined Kappa Karagenan dari Rumput Laut Kappaphycus alvarezii
dengan Penambahan Plasticizer Sorbitol".

Anda mungkin juga menyukai