Oleh:
DENPASAR
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nya laporan praktikum ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan praktikum ini disusun sebagai tindak lanjut dari kegiatan praktikum
Dasar-dasar Tumbuhan yang secara khusus membahas menganai Moraceae dan
Fabaceae
Praktikan sangat menyadari keterbatasan ilmu yang dimiliki sehingga
dalam proses penyelesaian laporan praktikum ini mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penuis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
laporan praktikum ini.
Praktikan menyadari bahwa laporan praktikum ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik dari pembaca yang bersifat
membangun sangat diharapkan.
Denpasar, 5 Januari
2017
Praktikan
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
2
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.3 Tujuan 4
1.4 Manfaat 4
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
Ficus terdiri dari hampir 800 jenis, yang tersebar di seluruh dunia, tetapi
lebih banyak didapatkan pada daerah tropis dan sebagian besar di Indo-
Malesia. Dari sekian banyak jenis Ficus, Ridley (1925) melaporkan ada 92
jenis di Asia dan Asia tropis. Merril (1974) mempublikasikan 100 jenis yang
terdapat di Philipina. Kochummen (1978) juga melaporkan bahwa ada 101
jenis yang ada di Semenanjung Malaya, sedangkan Jawa memiliki 72 jenis
(Backer,1965). Hooker (1982) mempublikasikan 600 jenis yang terdapat di
India, Burma, dan Srilangka. Menurut Loutfy et al., (2005) jumlah Ficus pada
daerah tropis sudah hampir mencapai 800 jenis (Binshen Singh Mahendra Pal
Singh. India. Ismanidar. 1998)
Ciri-ciri umum dari moraceae :
Organ vegetatif:
Pohon, semak atau pemanjat
Bergetah putih
Daun tunggal, majemuk menyirip menjari atau berbagi
Duduk daun berseling atau spiral, daun penumpu kecil sampai besar,
menutup kuncup
Organ generatif:
Bunga majemuk, uniseksual atau biseksual, berumah 1 atau 2
Buah majemuk, berdaging, Biji kecil sampai besar (Tjitrosoepomo,
2005)
Suku polong-polongan atau Fabaceae merupakan salah
satu suku tumbuhan dikotil yang terpenting dan terbesar. Banyak tumbuhan
budidaya penting termasuk suku ini, dengan bermacam-macam kegunaan dari
biji, buah, bunga, kulit kayu, batang, daun, umbi hingga akarnya digunakan
manusia.
Bahan makanan, minuman,bumbu masak, zat pewarna, pupuk hijau,
pakan ternak, bahan pengobatan, hingga racun dihasilkan oleh anggota-
anggotanya. Semua tumbuhan anggota suku ini memiliki satu kesamaan yang
jelas: buahnya berupa polong (Wordpress.2014)
Fabaceae pernah dikenal dengan nama Leguminosae serta Papilionaceae.
Nama yang terakhir ini kurang tepat, dan sekarang dipakai sebagai nama
2
salah satu subsukunya. Dalam dunia pertanian tumbuhan anggota suku ini
seringkali disebut sebagai tanaman legum (legume) (Wordpress.2014)
Anggota suku ini juga dikenal karena kemampuannya mengikat
(fiksasi) nitrogen langsung dari udara (tidak melalui cairan tanah)
karena bersimbiosis dengan bakterit ertentu pada akar atau batangnya.
Jaringan yang mengandung bakteri simbiotik ini biasanya menggelembung
dan membentuk bintil-bintil. Setiap jenis biasanya bersimbiosis pula dengan
jenis bakteri yang khas pula (Wordpress.2014)
Adapun ciri-ciri umum dari famili Fabaceae adalah sebagai berikut:
1. Famili mencakup herba, semak, pohon dan tanaman merambat di seluruh
dunia, terutama hutan hujan tropis.
2. Biji berkeping dua (dikotiledon)
3. Pada umumnya berdaun majemuk berpasangan atau berseling, terdapat
daun penumpu.
4. Bunga berkelamin 2 dalam karangan yang berbeda, kelopak bunga bersatu,
mahkota umumnya berbentuk kupu-kupu dengan jumlah helaian 5.
5. Semua tumbuhan anggota suku ini memiliki satu kesamaan yaitu buahnya
berupa polong.
6. Dapat digunakan sebagai bahan makanan, minuman, bumbu masak, zat
pewarna, pupuk hijau, pakan ternak dan bahan pengobatan (Anonim,
2013)
Praktikum yang dilaksanakan di Kebun Raya Eka Karya dilakukan
pengamatan terhadap jenis Moraceae dan Fabaceae, bertujuan untuk
mengamati secara langsung morfologi dari beberapa spesies yang ada di
Kebun Raya Eka Karya.
3
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana morfologi baik akar, batang, daun, bunga, buah dari jenis
Moraceae (Ficus septica, Ficus balica, F. ampelas, F. benjamin) ?
2. Bagaimana morfologi baik akar, batang, daun dan buah dari Fabaceae
(Bauhimia purpurea, Cassia javanica, Archidendron clypearia dan
Calliandra haemotochephala)?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui morfologi baik akar, batang, daun, buah, dan bunga dari
Moraceae (Ficus septica, Ficus balica, F. ampelas dan F. benjamin)
2. Untuk mengetahui morfologi baik akar, batang, daun, bunga, dan buah dari
Fabaceae (Bauhimia purpurea, Cassia javanica, Archidendron clypearia
dan Calliandra haemotochephala)
1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan pada jenis-jenis tumbuhan khususnya Moraceae dan
Fabaceae
2. Dapat mengetahui morfologi dari Moraceae dan Febaceae
BAB II
METODE PRAKTIKUM
4
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini berlangsung pada hari selasa tanggal 17 Desember 2016
yang bertempat di Kebun Raya Bedugul-Bali
5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
6
7
8
3.2 Pembahasan
9
Mahasiswa melakukan pengamatan terhadap tanaman jenis Moraceae
dan Fabaceae. Pengamatan yang dilakukan akar, batang, daun dan bunga.
Pada tanaman jenis Moraceae dan Fabaceae dilakukan pengamatan pada 4
jenis tanaman Moraceae yaitu Ficus septic, F.balica, F.benjamina dan
F.elastica Pada Fabaceae dilakukan pengamatan pada 4 jenis tanaman yaitu
Bauhimia purpurea, Casia javanica, Archidendron clypearia dan Calliandra
haematochephala.
Hasil pengamatan tanaman Moraceae pada masing-masing jenis tanaman
yaitu sebagai berikut :
1. Ficus septica
Pohon atau semak tinggi, tegak 1-5 meter. Batang pokok bengkok-
bengkok, lunak, ranting bulat silindris, berongga, gundul, bergetah bening.
Daun penumpu tunggal, besar, sangat runcing, daun tunggal, bertangkai,
duduk daun berseling atau berhadapan, bertangkai 2,53 cm. Helaian
berbentuk bulat telur atau elips, dengan pangkal membulat, ujung
menyempit cukup tumpul, tepi rata, 9-30 x 9-16 cm, dari atas hijau tua
mengkilat, dengan banyak bintik-bintik yang pucat, dari bawah hijau
muda, sisi kiri kanan tulang daun tengah dengan 6-12 tulang daun
samping; kedua belah sisi tulang daun menyolok karena warnanya yang
pucat. Bunga majemuk susunan periuk berpasangan, bertangkai pendek,
pada pangkalnya dengan 3 daun pelindung, hijau muda atau hijau abu-abu,
diameter lebih kurang 1,5 cm, pada beberapa tanaman ada bunga jantan
dan bunga gal, pada yang lain bunga betina. Buah tipe periuk, berdaging,
hijau-hijau abu-abu, diameter 1,5-2 cm. Waktu berbunga Januari-
Desember. Tumbuhan ini banyak ditemukan di Jawa dan Madura; tumbuh
pada daerah dengan ketinggian 1200 m di atas permukaan laut, banyak
ditemukan di tepi jalan, semak belukar dan hutan terbuka (Palwa, 2010).
2. Ficus balica
Ficus balica merupakan jenis pohon yang tingginya sampai 12 m.
rambut menit internal berlimpah untuk sedikit atau tidak ada. Daun spiral
lemah, kadang-kadang (sub) berlawanan; stipula sebelah lateral, subovate,
10
chartaceous, c. panjang 0,5 cm, teliti appressed-puberulous, caduceus
(Anonim, 2012).
Di Lombok, Sumbawa, dan Flores, sebagian besar dari koleksi yang
berbeda dalam padat (sub) tomentose bulu burung di ranting berdaun,
tangkai daun, pelepah di atas, pembuluh darah dari lamina bawah, dan /
atau pada fig wadah dan batang. Di antara koleksi tersebut ada beberapa di
Flores yang memiliki fig wadah (1-1,5 cm). Pada peduncles panjang
(hingga panjang 2,5 cm). Bentuk berbulu dengan figs besar telah diakui
oleh Pojok (1960) sebagai var. colfsii. Di Flores, baik padat berbulu dan
bentuk jarang berbulu serta bentuk dengan kecil fig wadah (0,4-0,5 cm).
Saat kering dengan peduncles pendek dan bentuk dengan figs besar dapat
ditemukan. Di Flores, bentuk-spesies ini juga co-terjadi dengan F. Wassa,
yang dapat dibedakan dari bentuk jarang berbulu dengan agak lama dan
sempit (subsubulate) stipula, epidermis terus-menerus dari tangkai daun,
dan biasanya cuneate untuk bulat dasar lamina. Spesies ini tidak
menunjukkan fitur karakteristik untuk pertumbuhan berselang. Jenis pohon
ini menyerupai biasanya frutescent F. montana,. Yang terakhir ini dapat
dibedakan dengan cuneate untuk dasar bulat lamina, yang stipula lebih
lama dan lebih kaku, dan epidermis terus-menerus dari tangkai daun
(Anonim, 2012).
Distribusi Asia-Tropical :, Lesser Sunda Apakah. (Bali) Timur: Flores:
Lombok: Sumbawa: Java (timur) dan Lesser Sunda Islands (Bali, Lombok,
Sumbawa, Flores) (Anonim, 2012).
3. Ficus benjamina
Habitus : Pohon, tinggi 20-25 m Batang Tegak, bulat, percabangan
simpodial, permukaan kasar, pada batang tumbuh akar gantung, coklat
kehitaman. Daun : Jenis daunnya adalah daun tunggal, bersilang
berhadapan, lonjong, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, panjang 3-6
cm, lebar 2-4 cm, bertangkai pendek, pertulangan menyirip, hijau. Bunga:
Bunga tunggal, di ketiak daun, tangkai silindris, kelopak bentuk corong,
hijau, benang sari dan putik halus, kuning, mahkota bulat, halus, kuning
11
kehijauan. Buah: Buni, bulat, panjang 0,5-1 cm, masih muda hijau setelah
tua merah. Biji: Bulat, keras, putih. Akar: Tunggang, coklat. Kandungan
Kimia: Daun, akar dan kulit batang beringin mengandung saponin,
falvonoida dan polifenol. Habitat: Pohon Beringin banyak tumbuh di
daerah perairan seperti pinggiran sungai. Distribusi: banyak dijumpai di
Indonesia, baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah (Biologi,
2013).
4. Ficus elastic
Ficus elastica memiliki habitus berbentuk pohon, tinggi 8-40 meter.
Memiliki akar tunggang. Batang berkayu, berbentuk silindris, warna coklat
tua, permukaan batang halus, percabangan batang menyebar tak beraturan
hingga membentuk pohon yang rindang. Dalam keadaan liar mula-mula
hidupnya epifitis, berkecambah pada pohon lain, banyak akar udara yang
menuju ke tanah, yang nantinya masing-masing menjadi batang, kemudian
tumbuh bersatu menjadi satu batang yang besar (Septin, 2013).
Daun tersebar (folio sparsa) bertangkai cukup panjang, seperti kulit,
memanjang atau eliptis, kerapkali dengan pangkal tumpul dan ujung
meruncing, tepi rata, dari atas hijau tua dan mengkilat (nitidus), dari bawah
lebih muda dan buram, berbintik bintik transparan yang rapat, gundul.
Daun memiliki stipulae. Daun tersusun berseling (alternate). Pada pohon
yang masih muda panjang daun 35 cm, lebar 15 cm, setelah pohon
menjadi dewasa rata-rata panjang daun menjadi lebih kecil dengan panjang
10-15 cm dan lebar 5-7 cm, daun muda berwarna merah hati setelah
dewasa menjadi hijau tua, kuncup daun muda tertutup dengan selaput
bumbung (ocrea) berbentuk kerucut tajam berwarna merah muda (Septin,
2013).
Bunganya memiliki bentuk simetris (aktinomorf) yaitu tajuk bunga
dapat dibagi menjadi dua bagian yang setangkup dengan beberapa cara.
Tidak memiliki kelopak bunga. Memiliki mahkota bunga sebanyak 4.
Memiliki jumlah stamen 4. Kedudukan bakal buah pada tumbuhan ini
adalah superior / menumpang. Bunga muncul di ketiak daun, berwarna
kuning kehijauan, penyerbukan sangat tergantung pada satu jenis tawon
12
Ficus, berwarna kuning kehijauan. Panjangnya 1 1.5 cm. Memiliki
sistem perbungaan simosa (Septin, 2013).
13
bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) adalah kasap (scaber). Warna daun
pada daun bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) adalah hijau tua (Thya,
2014).
Bunga Bauhinia purpurea yaitu majemuk, bentuk tandan, berkelamin
dua, di ketiak daun, kelopak lepas, licin, hijau, benang sari panjang 5
mm, hijau, kepala sari bulat, coklat, tangkai putik silindris,kepala putik
kecil, hijau, mahkota bentuk bintang, lepas, halus, kuning. Biji Bauhinia
purpurea memiki biji tanpa/dengan sedikit endosperm. Mempunyai
cadangan makanan untuk lembaga tersimpan dalam daun lemaga. Biji
berjumlah banyak dalam satu polong (Puspita, 2015).
Manfat dari Bauhinia purpurea yaitu tumbuhan ini merupakan
tumbuahan yang paling sering dijadikan tanaman hias di hampir setiap
taman umum sebagai tanaman peneduh. Ekstrak daunnya digunakan dalam
beberapa sistem pengobatan tradisional untuk mengobati berbagai
penyakit, seperti anti-bakteri, diabetes, analgesik, anti-inflamasi, diare,
kanker, dan banyak penyakit lainnya (Adhiyatsyah, 2014).
2. Cassia javanica
Pohon tinggi 2-20 m dengan batang lurus dan pendek, gemang jarang
melebihi 50cm. Pepagan (kulit batang) berwarna abu-abu kecoklatan pada
cabang yang muda; percabangan melebar membentuk tajuk yang padat dan
membulat. Daun menyirip genap, 10 - 35 cm panjangnya; dengan tangkai
bulat torak sepanjang 1,5 - 3,5 cm yang beralur dangkal di tengahnya;
poros daun tanpa kelenjar; daun penumpu meruncing kecil, 1 mm, mudah
rontok. Anak daun 4 - 16 pasang, agak menjangat, jorong hingga jorong-
bundar telur, 3 - 8 cm 1 - 2,5 cm, panjang 2 - 4 lebarnya, pangkal dan
ujungnya membulat atau menumpul, gundul dan mengkilap di sisi atas,
dengan rambut halus di sisi bawah. Bunga terkumpul dalam malai di ujung
ranting, panjang 15-60 cm, berisi 10-60 kuntum yang terbagi lagi ke dalam
beberapa tangkai (cabang) malai rata. Kelopak 5 buah, oval membundar,
4-9 mm, tebal dan berambut halus. Mahkota bunga berwarna kuning cerah,
5 helai, gundul, bundar telur terbalik, bendera dengan kuku sepanjang 1
14
2 mm. Benangsari 10, yang terpanjang lk. 1 cm; kurang lebih sama
panjang dengan bakal buah dan tangkai putiknya
3. Archidendro clypearia
Archidendro clypearia merupakan jenis semak atau pohon bercabang
banak, dengan tinggi bisa mencapai 23 m. Kulit berwarna coklat dengan
celah horizontal atau vertical yang baik (Anonim, 2011).
Daun: rachis hingga 30 cm, puberulous, dengan kelenjar sessile atau
stipitate, datar atau urceolate, elips atau lingkaran; pinnae 3-14 pasang,
puberulous, 2-15 cm panjang; leaflet 4-29 pasang per pinna, bertangkai
pendek, dasar asimetris cuneate, acuminate puncaknya, kedua permukaan
subglabrous, puberulous untuk velutinous atau tomentose; permukaan
bawah dengan papillose epiderm, vena utama diagonal, jumlah pembuluh
darah lateral yang pokok sangat bervariasi, retikulasi sangat lemah,
prominulous pada kedua permukaan (Anonim, 2016).
Bunga terminal, puberulous atau tomentose, yang terdiri dari umbels
pedunculate atau corymbs dikumpulkan ke malai untuk panjang lebih dari
30 cm; umbels atau corymbs dari 10 bunga, pedicel 1-4,5 mm, Bunga
pentamerous, biseksual. Kelopak lampu hijau, berbentuk cangkir, lonceng
atau berbentuk corong, 1-3 mm. Corolla berwarna putih atau kuning,
corong berbentuk atau lonceng. Benang sari berwarna putih atau kuning,
tabung menyamai corolla-tabung. Biji hitam, bulat telur untuk ellipsoid
(Anonim, 2015).
Ekologi hutan primer dan sekunder hujan, hutan pantai, mangrove,
hutan rawa, hutan rawa gambut, lahan terbuka, hutan keranga. Sering di
situs aluvial, tetapi juga umum pada lereng bukit dan pegunungan. Pada
tanah berpasir dan liat atau lumpur abu-abu, tetapi juga pada ultrabasa;
ketinggian 0-1.850 m. penggunaan Daun digunakan untuk penyamakan
dan mewarnai rotan (Anonim, 2015).
Distribusi Asia tropis dari India dan Cina Selatan ke New Guinea.
Nama-nama lokal Borneo: Anup-anup, Jerung, Kangkat rangkat,
Kelayung, Petai kerayung, Tambilit (Anonim, 2011).
15
4. Calliandra haematochephala
Calliandra bunga merah memiliki susunan daun alternate (berselang
seling), tipe sdaun menyirip ganda (bipinnatus) dengan tepi daun rata,
bentuk daun oblongus, tulang daun pinnatus (menyirip), helai daun
berukuran antara 5-10cm, warna daun hijau dan merupakan tumbuhan
hijau abadi. Bunga caliandra berwarna merah menyolok tersusun
menyebar seperti landak daun berduri lembut dan halus. Bunga polong
dengan panjang sekitar 7,5-15 cm dengan kulit buah yang kering dan keras
berwarna coklat (Kaliandra, 2015).
Tanaman ini toleran terhadap tanah lempung, asam dan sedikit basa
namun tanaman ini tumbuh dengan pesat pada tanah berpasir. Calliandra
toleran pula terhadap kondisi kering. Tanaman ini dapat beradaptasi pada
tanah asam, dapat tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian 250-800
meter diatas permukaan laut hingga daerah yang mencapai ketinggian
1700 meter diatas permukaan laut (Kaliandra, 2015).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
16
DAFTAR PUSTAKA
Binshen Singh Mahendra Pal Singh. India. Ismanidar. 1998. Jenis-jenis Ficus di
Kotamadya Padang. (Skripsi). Universitas Andalas. Padang.