Puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena telah memberi Hikmah dan Hidayah nya
sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “ Daun Binahong “ ini sebagai
tugas dari mata kuliah Komplementer.
Penulis menyadari bahwa makalah ini terdapat kekurangan, untuk itu mohon kritik
dan saran nya kepada para pembaca, semoga makalah ini bisa menjadi pelajaran bagi para
pembaca, terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................3
C. Tujuan ..............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................4
A. Definisi Binahong.............................................................................................4
B. Klasifikasi Tanaman Binahong.........................................................................5
C. Morfologi Binahong..........................................................................................5
D. Kandungan Kimia Binahong.............................................................................5
E. Khasiat Binahong..............................................................................................7
F. Penggunaan Empiris
G. Aktivitas Farmakologi
H. Standarisasi dan Kontrol Kualitas Simplisia dan Ekstrak
A. Simpulan...........................................................................................................8
B. Saran.................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Kultur kalus sering mengasilkan metabolit dengan kadar lebih tinggi dibandingkan
yang diambil langsung dari tanamannya. Metabolit sekunder merupakan hasil dari
proses-proses biokimia yang terjadi pada tubuh tanaman secara utuh dan hanya
diproduksi pada kondisi-kondisi tertentu yang berfungsi untuk mempertahankan diri
dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan.
Teknik kultur jaringan adalah cara membudidayakan suatu jaringan tanaman
menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya (Hendaryono dan Ari,
1994). Teknik ini sangat prospektif untuk mengembangbiakan tanaman dalam skala
besar dan cepat serta memiliki sifat yang sama dengan induknya. Keberhasilan kultur
jaringan tergantung dari beberapa faktor, meliputi faktor endogen (dari eksplan) dan
faktor lingkungan.
Dalam pelaksanaan kultur jaringan tumbuhan ditentukan oleh penggunaan
komposisi media yaitu kebutuhan zat pengatur tumbuh khususnya kombinasi dan
konsentrasi zat pengatur tumbuh yang digunakan untuk tujuan kegiatan (Lestari,
2011). Terdapat dua kelompok zat pengatur tumbuh yang sering digunakan yaitu
kelompok auksin seperti 2,4-D (2,4diklorofenoksiasetat) dan IBA (Indolebutryric
acid) sedangkan kelompok sitokinin seperti kinetin dan BAP (Benzylamino purine).
Penggunaan zat pengatur tumbuh pada konsentrasi yang tepat dapat memacu
pertumbuhan eksplan, terutama pembentukan akar, tunas, dan kalus.
Hasil penelitian Wahyuni, dkk (2013), menunjukan bahwa penggunaan zat
pengatur tumbuh 2,4-D dan BAP memberikan respon pertumbuhan kalus dari eksplan
daun Aglaonema sp. cv. Dynamic Ruby. Penelitian Indah dan Dini (2013),
menyatakan kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh yang paling optimal untuk
warna dan tekstur kalus antara lain kombinasi konsentrasi 2,4-D 1,5 ppm dan BAP 2
ppm. Hasil uji yang pernah diteliti oleh Sugiyarto dan Paramita (2014), tentang
induksi kalus tanaman binahong (Anredera cordifolia) presentase pembentukan kalus
tertinggi diperoleh pada konsentrasi IBA 0,5 ppm dan BAP 0,5 ppm dengan
presentase pembentukan kalus sebesar 100%.
Untuk mengetahui pengaruh dari zat pengatur tumbuh BAP dan 2,4-D
terhadap pertumbuhan kalus eksplan daun tanaman binahong maka dilakukanlah
penelitian ini.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi dari Binahong?
2. Apa Klasifikasi Tanaman Binahong?
3. Apa Morfologi dari Binahong?
4. Apa Kandungan Kimia Binahong?
5. Apa Khasiat dari Binahong?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi dari Binahong
2. Untuk Mengetahui Klasifikasi Tanaman Binahong
3. Untuk Mengetahui Morfologi dari Binahong
4. Untuk Mengetahui Kandungan Kimia Binahong
5. Untuk Mengetahui Khasiat dari Binahong
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Binahong
Tanaman obat sudah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai
alternative untuk pencegahan dan pengobatan berbagai penyakit. Binahong ( Anredera
Cordifolia ( Ten ) Steenis ) adalah tanaman obat dari dataran tiongkok yang dikenal
dengan nama asli Dheng San Chi. Menurut Mus ( 2008 ), binahong merupakan
tanaman menjalar dari family Basellaceae berasal dari cina. Tanaman ini berumur
panjang ( perenial ), daunnya berbentuk jantung, berbatang lunak silindris, dan
panjangnya dapat mencapai kurang lebih 5 m. Tanaman binahong tumbuh baik di
dataran rendah ataupun dataran tinggi dalam lingkungan yang dingin dan lembab
( Ratna, 2012 )
Tumbuhan ini telah dikenal memiliki khasiat penyembuhan pada asam urat.
Dimana kandungan yang terdapat dalam daun binahong antara lain adalah anti
mikroba. Daun binahong juga memiliki kandungan asam askorbat yang mampu
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan mempercepat penyembuhan
( Rochmawati, 2007). Bagian dari tanaman binahong hampir semuanya dapat
dimanfaatkan, mulai dari akar, bunga, umbi, dan daun, akan tetapi bagian yang
banyak digunakan sebagai bahan obat herbal adalah bagian daun ( manoi, 2009 )
- Penyakit yang dapat diobati melalui tanaman binahong bermacam-macam salah
satunya adalah asam urat
- Dalam bahasa Indonesia tanaman Binahong disebut BINAHONG atau PIAHONG
- Dalam bahasa inggris tanaman Binahong disebut HEARTLEAF MADERAVINE
MADEVINE
- Dalam bahasa latin tanaman Binahong disebut ANREDERA CORDIFOLIA
C. Morfologi Binahong
1. Daun
Daun nya termasuk daun tunggal, terletak berseling, bertangkai sangat
pendek (subsessile), bentuk jantung (cordata), panjang 5-10 cm, lebar 3-7 cm,
ujung runcing, pangkal berlekuk (emerginatus), tepi rata, helaian daun tipis lemas,
permukaan licin, bisa dimakan (Nuraini, 2014)
2. Batang
Batang tanaman binahong lunak, bentuk silindris, saling membelit, berwarna
merah, dan bagian solid dengan permukaan halus (Utami dan Desty, 2013)
3. Akar
Bentuk dari akar nya rimpang dan berdaging lunak (Susetya, 2012)
4. Bunga
Bentuk bunganya majemuk rimpang, bertangkai panjang, muncul di ketiak
daun, mahkota berwarna krem keputih-putihan berjumlah lima helaian tidak
berlekatan dan panjang helaian mahkota 0,5-1 cm, berbau harum (Susetya, 2012)
1. Saponin
Saponin memiliki beberapa sifat, salah satunya adalah sebagai
antibakteri, sebagai bahan antibakteri saponin dapat meningkatkan
permeabilitas membrane sel bakteri sehingga dapat mengubah struktur, fungsi
membrane dan menyebabkan membran sel akan rusak dan menyebabkan
keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri
2. Polifenol dan Flavonoid
Senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari
tumbuhan, yang mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang
mengandung satu atau dua penyulih hidroksil. Senyawa fenol cenderung
mudah larut dalam air karena umumnya sering kali berikatan dengan gula
sebagai glikosida, dan biasanya terdapat dalam vakuola sel. Beberapa ribu
senyawa fenol telah diketahui strukturnya. Flavonoid merupakan golongan
terbesar, tetapi fenol monosiklik sederhana, fenol propanoid, dan kuinon
fenolik juga terdapat dalam jumlah yang besar.
3. Alkaloid
Alkaloid memiliki mekanisme penghambatan dengan cara
menggunakan komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga
lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel
tersebut
4. Minyak Atsiri
Minyak atsiri dapat bersumber pada setiap bagian tanaman yaitu dari
daun, bunga, biji, batang atau kulit dan akar atau rhizoma. Minyak atsiri
disebut juga minyak eteris yaitu minyak yang mudah menguap dan diperoleh
dari tanaman dengan cara penyulingan, biasanya tidak berwarna terutama bila
masih dalam keadaan segar, setelah terjadi proses oksidasi dan pendamaran
makin lama akan berubah menjadi gelap, untuk menghindarinya harus
disimpan dalam keadaan penuh dan tertutup rapat. Minyak atsiri umumnya
terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur
karbon (C), hydrogen (H), dan oksigen (O), serta berbagai persenyawaan
kimia yang mengandung unsur Nitrogen (N) dan Belerang (S). beberapa
minyak atsiri dapat digunakan sebagai bahan antiseptic internal dan eksternal,
bahan analgesic, hetnolitik atau enzinatik, stimulant, untuk obat sakit perut,
bahan pewangi kosmetik dan sabun
5. Asam Oleanolik
Daun binahong diketahui mempunyai kandungan asam aleanolik.
Asam aleanolik merupakan golongan triterpenoid yang merupakan antioksidan
pada tanaman. Mekanisme perlindungan oleh asam aleanolik adalah dengan
mencegah masuknya racun kedalam sel dan meningkatkan sistem pertahanan
sel. Asam aleanolik juga memiliki zat anti inflamasi. Kandungan nitrit oksida
pada asam aleanolik juga menjadi anti oksidan, yang dapat berfungsi sebagai
toksin yang kuat untuk membnuh bakteri. Jadi dengan adanya asam aleanolik
ini akan memperkuat daya tahan sel terhadap infeksi dan memperbaiki sel
sehingga sel dapat beregenerasi dengan baik
E. Khasiat Binahong
Seluruh bagian tanaman menjalar ini mulai dari akar, batang, dan daunnya.
Pemanfatannya bisa di rebus atau dimakan sebagai lalapan untuk daunnya. Sekarang
tanaman binahong juga dapat dikemas dalam bentuk kapsul sehingga mudah di
konsumsi.
Binahong menjadi salah satu tanaman obat herbal yang dapat menyembuhkan
atau mencegah segala macam penyakit salah satunya asam urat karena binahong kaya
akan antioksidan yang membuat daun binahong dipercaya efektif mengobati sejumlah
penyakit.
CARA MENGELOLA DAUN BINAHONG UNTUK KESEHATAN:
1. Siapkan beberapa lembar daun binahong yang telah di cuci bersih
2. Siapkan air untuk merebus daun binahong kurang lebih 2 gelas
3. Didihkan air dalam panci sampai mendidih
4. Setelah air mendidih, rebus daun binahong kurang lebih 5 menit
5. Setelah itu angkat dan pisahkan daun yang telah direbus dengan air
rebusan daun binahong tadi
Bagi penderita asam urat bisa minum air rebusan binahong 3 kali sehari untuk
mencegah atau mengobati asam urat
F. Penggunaan Empiris
Binahong (Anredera scandens (L.) Mog. merupakan salah satu tanaman khas Indonesia yang
secara empiris digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit, antara lain untuk
menyembuhkan luka luar akibat goresan senjata tajam, luka setelah operasi, meningkatkan
stamina, mengobati sakit maag, wasir , menyembuhkan saya, rematik (Depkes RI, 2009).
Berdasarkan hasil uji aktivitas ekstrak daun binahong (A. scandens (L.) Moq.) memiliki
aktivitas antitukak untuk penyembuhan luka dalam (Samirana et al., 2014; Purwanti, 2011).
Untuk penyembuhan luka luar, ekstrak etanol daun binahong (A scandens (L.) Moq.)
memiliki aktivitas sebagai antiluka bakar (Karismawan, 2013).
G. Aktivitas Farmakologi
Flavonoid dari ekstrak daun binahong memiliki aktivitas farmakologi sebagai antiinflamasi,
analgesik, dan antioksidan (Mardiana, 2013). Flavonoid yang terkandung pada ekstrak daun
binahong dari sampel segar dan kering adalah 7,81% mg/kg dan 11,23 mg/kg (Selawa, et al.,
2013). Menurut penelitian Sugiyarto dan Paramita, (2014), kadar flavonoid total sampel
kalus daun binahong bertekstur kompak diperoleh 0,0019%, sampel kalus remah sekitar
0,0017%, dan sampel daun sekitar 0,015%.
H. Standarisasi dan Kontrol Kualitas Simplisia dan Ekstrak
1. Parameter Non Spesifik
A. Susut Pengeringan : pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada suhu 1050C selama 30
menit atau sampai konstan, yang dinyatakan dalam porsen. Dalam hal khusus (jika bahan
tidak mengandung minyak menguapkan/atsiri dan sisa pelarut organik) identik dengan kadar
udara, yaitu kandungan udara karena berada di atmosfer/lingkungan terbuka (Depkes RI,
2000).
B. Jenis Bobot : merupakan parameter yang menetapkan spesifikasi ekstrak uji. Parameter
ini penting, karena bobot jenis ekstrak tergantung pada jumlah serta jenis komponen atau
zat yang larut didalamnya (Depkes RI, 2000).
C. Kadar udara : banyaknya hidrat yang terkandung atau banyaknya udara yang diserap
untuk memberikan batasan minimal atau rentang tujuan tentang besarnya kandungan udara
dalam bahan (Depkes RI, 2000).
D. Kadar abu : merupakan pernyataan dari jumlah abu fisiologisk bila simplisia dipijar hingga
seluruh unsur organik hilang. Abu fisiologisk adalah abu yang diperoleh dari sisa pemijaran
(Depkes RI, 2000).
2. Spesifikasi Parameter
a. Identitas
b. organoleptik
Parameter organoleptik atauanoleptik yang digunakan untuk mendeskripsikan bentuk,
warna, bau, rasa menggunakan panca indera dengan tujuan pengenalan awal yang
sederhana dan seobyektif mungkin (Depkes RI, 2000).
C. Kadar sari
Parameter kadar sari yang digunakan untuk mengetahui jumlah kandungan senyawa kimia
dalam sari simplisia. Parameter kadar sari ditetapkan sebagai parameter uji bahan baku
obat tradisional karena jumlah kandungan senyawa kimia dalam sari simplisia akan berkaitan
erat dengan reproduksibilitasnya dalam aktivitas farmakodinamik simplisia tersebut (Depkes
RI,1995).
D. Pola kromatogram
Pola kromatogram memiliki tujuan untuk memberikan gambaran awal komponen kimia
berdasarkan pola kromatogram kemudian dibandingkan dengan data baku yang ditetapkan
terlebih dahulu (Depkes RI, 2000).
Susut pengeringan adalah persentase senyawa yang menghilang selama proses pemanasan
(tidak hanya menggambarkan air yang hilang, tetapi juga senyawa menguap lain yang
hilang).Pengukuran sisa zat dilakukan dengan pengeringan pada temperatur 105°C selama
30 menit atau sampai berat konstan dan dinyatakan da lam persen (metode gravimetri).
susut pengeringan (bobot awal bobot akhir)/bobot awal x 100%
Untuk simplisia yang tidak mengandung minyak atsiri dan sisa pelarut organik menguap,
susut pengeringan diidentikkan dengan kadar air, yaitu kandungan air karena simplisia
berada di atmosfer dan lingkungan terbuka sehingga dipengaruhi oleh kelembaban
lingkungan penyimpanan. penetapan kadar air adalah untuk mengetahui batasan maksimal
atau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam bahan. Hal ini terkait dengan
kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikian,
penghilangan kadar air hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan
bahan selama penyimpanan. Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air kurang
dari 10%.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Daun Binahong merupakan tanaman yang mempunyai khasiat untuk
menyembuhkan penyakit. Untuk penggunaannya dapat dikunyah atau dimasak
dengan segelas air. Khasiat dari daun ini dapat digunakan sebagai obat herbal. Daun
binahong ini dapat digunakan untu pengobatan luar. Adapun larutan kumur yang
dinilai lebih murah dan lebih efisien, ramah lingkungan, mudah didapat, serta
memiliki efek samping yang minimal adalah larutan kumur yang terbuat dari bahan
alami. Daun binahong mudah ditemukan dan sudah dikenal masyarakat karena
sebagai salah satu tanaman obat keluarga. Daun binahong sering digunakan sebagai
obat tradisional yang memiliki khasiat untuk mencegah penyakit stroke dan asam urat.
Pada penelitian sebelumnya menjelaskan tentang rasa pahit yang terdapat pada daun
binahong dapat merangsang kecepatan sekresi yang mempengaruhi derajat asam pH
saliva dalam mulut karena sistem buffer dan menetralkan penurunan pH saliva.
B. Saran
Sepanjang uraian yang telah penulis paparkan dalam makalah ini, penulis
menyadari tidak lepas dari kekurangan dan kekhilafan. Disamping itu barangkali masih
jauh dari kesempurnaan. Maka penulis sangat mengharapkan ide-ide yang cemerlang dari
pembaca untuk memberikan saran yang mendukung makalah ini supaya tercapai apa yang
kita inginkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2001. Jnventaris Tanaman Obat Ind onesia ( 1lilid 2. Depkes RI, Jakarta
Anonim3. 2004. M onografi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia Volume I.Jakarta :
BPOM RI
Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmpnella Typhimurium Terhadap Ekstrak Daun Psidium
Guajava L. Bioscientie, Vol I no.
Moenadjat, Yefta. 2003. Luka Bakar: Pengetahuan Klinis Praktis. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
9