Anda di halaman 1dari 17

DAUN JAMBU BIJI SEBAGAI ANTI DIARE

TUGAS MATA KULIAH BAHASA INDONESIA


DOSEN PENGAMPU :
TRISKA PURNAMALIA M. Pd.

OLEH :

ANNISA PUTRI
NIM : 220101109
KELAS

PROGRAM SARJANA FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI
PALEMBANG
2022

STIFI Bhakti Pertiwi


Kata Pengantar

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang
“Daun jambu biji sebagai anti diare”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai
pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,
baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini.
Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan
manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Palembang, Desember 2022

Penulis

ii STIFI Bhakti Pertiwi


Daftar Isi

KATA PENGANTAR..................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................4
1.1 Latar belakang.........................................................4
1.2 Rumusan masalah...................................................7
1.3 Tujuan.....................................................................7
1.4 Manfaat...................................................................7
BAB 2 PEMBAHASAN...............................................8
2.1 Deskripsi Daun Jambu Biji.....................................8
2.2 Kandungan Daun Jambu Biji..................................9
2.3 Khasiat....................................................................9
BAB 3 PENUTUP........................................................15
3.1 Kesimpulan.............................................................15
DAFTAR PUSTAKA...................................................16

iii STIFI Bhakti Pertiwi


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare adalah suatu gejala klinis dari gangguan pencernaan (usus) yang

ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya dan

berulang-ulang yang disertai adanya perubahan bentuk dan konsistensi feses

menjadi lembek atau cair. Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan

dalam 6 golongan besar, yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau parasit),

malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan sebab-sebab lainnya.

Penyebab yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare

yang disebabkan oleh infeksi dan keracunan (Depkes, 2011).

Di Indonesia sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah bagi

masyarakat. Insiden diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah

sekitar 8 persen. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi untuk seluruh

kelompok umur adalah Papua, Sulawesi Selatan, Aceh, Sulawesi Barat dan

Sulawesi Tengah. Insiden diare pada kelompok usia balita di Indonesia adalah

12,3 persen (Riskesdas,2018).

Pengobatan dengan menggunakan obat-obatan sintetik antidiare dapat

menyebabkan efek samping yang tidak nyaman, yaitu nyeri perut atau kembung,

mual, konstipasi, mulut kering, pusing, kelelahan, dan hipersensitivitas.

Berdasarkan hal tersebut, masyarakat kini mulai menggunakan obat-obatan

iv STIFI Bhakti Pertiwi


herbal. Lebih dari 20.000 jenis tumbuhan obat tumbuh dan berkembang di

Indonesia. Namun, baru 1.000 jenis saja yang sudah didata dan sekitar 300 jenis

tanaman yang sudah dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional. Pengobatan

herbal merupakan pengobatan yang diwariskan secara turun temurun atau empiris

dari zaman dahulu. Pengobatan yang sangat mudah dan harga murah serta efek

samping yang seminimal mungkin merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat

saat ini. Masyarakat juga mengenal pengobatan tradisional dalam mengatasi diare.

(Sweetman, 2009; Hariana, 2013).

Telah banyak penelitian mengenai tanaman yang dapat dimanfaatkan

untuk mengatasi diare, salah duanya yaitu tanaman jambu biji (Psidium guajava

L) dan salam (Eugenia polyantha Wight). Jambu biji telah diketahui merupakan

tanaman yang relatif baik dalam pengobatan diare. Pada bagian daun, jambu biji

memiliki khasiat untuk disentri, diare, radang lambung dan gusi bengkak.

Sedangkan salam merupakan tanaman yang sejak jaman dahulu dikenal dapat

dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Pada bagian daun, salam (Eugenia

polyantha Wight) memiliki khasiat untuk gangguan pencernaan, mengobati

kolesterol tinggi, kencing manis,tekanan darah tinggi, sakit maag, dan diare (Tona

dkk., 1998; Goncalves dkk., 2005; Winarno dkk., 2004; Ismarini, 2012; Ajizah,

2014).

Jambu biji dan salam merupakan tanaman yang sama-sama berasal dari

famili Myrtaceae. Telah banyak jurnal-jurnal penelitian yang mengungkapkan

aktivitas antidiare kedua tanaman tersebut dengan berbagai kandungan senyawa

kimia yang dimilikinya. Daun jambu biji dan daun salam mengandung senyawa

v STIFI Bhakti Pertiwi


tanin, flavonoid, dan alkaloid. Kandungan yang akan dimanfaatkan sebagai

antidiare adalah tanin. Tanin mempunyai sifat sebagai pengelat berefek

spasmolitik yang menciutkan atau mengkerutkan usus sehingga gerak peristaltik

usus berkurang. Ketika tanin kontak dengan membran mukosa, ia akan bereaksi

dengan protein pada mukus dan sel-sel epitel membentuk ikatansilang. Akibatnya,

mukosa menjadi lebih rapat dan kurang permeable, proses ini dikenal dengan

adstringensia (Depkes, 1994; Mills dkk., 2000; Desi, 2005).

Menurut penelitian Fidrianny dkk. (2012) mengenai penetapan kadar

taninVpada ekstrak daun jambu biji yang diperoleh dengan metode soxhlet

menggunakan pelarut etanol menunjukan hasil kadar tanin adalah sebesar 2,74%.

Sedangkan menurut penelitian Kharismawati dkk. (2009) mengenai penetapan

kadar tannin dalam infus daun salam menggunakan pelarut air menunjukan hasil

sebanyak 2,45±0,007%. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa perbedaan

metode ekstraksi dan pelarut yang digunakan dapat menunjukan perbedaan kadar

tannin yang diperoleh sehingga dapat pula menunjukan perbedaan aktivitas

antidiare yang dihasilkan.

Tanin merupakan senyawa polar dengan gugus hidroksi, sehingga untuk

mengekstraksinya diperlukan pelarut polar. Air, metanol, etanol, aseton, dan etil

asetat merupakan pelarut yang umum digunakan dalam proses ekstraksi. Dalam

proses ekstraksi, senyawa aktif dalam suatu tanaman akan mudah terlarut atau

terikat oleh pelarut sesuai dengan sifat kepolarannya. Hal ini sesuai dengan

prinsip “like disolve like” dimana larutan yang bersifat polar akan berikatan

dengan senyawa polar lainnya begitu pula sebaliknya, larutan yang bersifat

vi STIFI Bhakti Pertiwi


nonpolar akan mengikat senyawa nonpolar (Fengel dan Wegener, 1995; Sirait,

2007).

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan review mengenai aktivitas

antidiare ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L) dan ekstrak daun salam

(Eugenia polyantha Wight) pada hewan coba berdasarkan kajian literatur.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah aktivitas antidiare ekstrak daun jambu biji

(Psidium guajava)?

1.3 Tujuan

Mengatahui aktivitas ekstrak daun jambu biji sebagai antidiare.

1.4 Manfaat

1. Manfaat untuk institusi

Dapat menjadi peluang dasar untuk dilakukan penelitian selanjutnya

mengenai aktivitas lain dari tanaman jambu biji (Psidium guajava L) dan

salam (Eugenia polyantha Wight) serta sebagai referensi untuk penelitian

selanjutnya

2. Manfaat untuk masyarakat

Dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai tanaman

jambu

biji (Psidium guajava L) dan salam (Eugenia polyantha Wight) memiliki

khasiat sebagai antidiare

vii STIFI Bhakti Pertiwi


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Daun Jambu Biji

Daun jambu biji atau bahasa latinnya Psidium guajava L. merupakan

tanaman yang menyebar luas sampai ke Asia Tenggara, Asia Selatan, India,dan

Sri Lanka. Jambu biji termasuk tanaman perdu yang memiliki banyak cabang dan

ranting. Dengan ketinggian pohon sekitar 10-12m. Batang pohon jambu keras,

permukaan kulit luar pohon berwarna coklat dan licin. Apabila kulit kayu tersebut

terkelupas, akan terlihat permukaan batang kayunya yang basah. Daun jambu

umumnya bercorak bulat telur dengan ukuran agak besar. Bunganya kecil-kecil

viii STIFI Bhakti Pertiwi


berwarna putih dan muncul dibalik ketiak daun. Tanaman ini dapat tumbuh subur

di dataran rendah sampai ketinggian 1.200 meter diatas

permukaan laut. Pada umur 2-3 tahun, pohon jambu biji sudah berbuah. Bijinya

banyak terdapat pada daging buahnya (Prasetyono, Dwi, S., 2012).

Klasifikasi Ilmiah:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava Linn

(Marty, T, 2012)

2.2 Kandungan Daun Jambu Biji

Daun jambu biji rasanya manis, sifatnya netral berkhasiat

astrigen(pengelat), anti diare, anti radang, penghentian pendarahan (hemostatis),

dan peluruh haid (Arianingrum, R., 2007). Daun jambu biji mengandung tanin,

minyak atsiri (eugenol), minyak lemak, damar, zat samak, triterpenoid, dan asam

apfel. Daun jambu biji akan kaya senyawa flavonoid, khususnya quercetin

ix STIFI Bhakti Pertiwi


merupakan flavonoid turunan dari nabati yang sering ditemukan dalam buah,

sayuran, dan daun. (Marty, T., 2012).

2.3 Khasiat

Pengobatan herbal yang berasal dari tanaman menjadi alternatif dalam

mengobati penyakit diare. Pengobatan diare dengan herbal dilakukan untuk

menghindari efek samping dari obat-obat anti diare. Psidium guajava L. yang

telah diteliti dengan dosis tertentu memiliki aktivitas anti diare. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan hewan uji yang

terinfeksi Salmonella typhimurium yang merupakan salah satu bakteri penyebab

diare, dengan menunjukkan perubahan cairan ileum, transport elektrolit dan

stimulasi adenylate cyclase, dan AMP intraseluler. Peningkatan sirkulasi

menyebabkan sekresi cairan dan diare. Kapsul ekstrak daun jambu biji, hasil filtrat

yang didapat dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 65°C untuk

mendapatkan ekstrak daun jambu biji. Ekstrak daun jambu biji kemudian dipress

menjadi serbuk untuk dimasukkan ke dalam kapsul sehingga mudah untuk

diaplikasi ke sapi bali melalui oral, setelah kapsul ekstrak selesai dibuat, kapsul.

diaplikasikan ke anak sapi yang diare.

Kapsul diberikan seharisatu kapsul selama selama tiga hari berturut-turut,

dan pengamatan efek terapi dimulai hari pertama sampai hari ketujuh (tiga hari

pasca perlakuan). Pengecekan sampel dilakukan dengan mengamati apakah

kondisi diare sudah berkurang, konsistensi feses dan kelincahan sapi bali yang

x STIFI Bhakti Pertiwi


mengalami diare. Pada dosis 300 mg/kg BB dua ekor sapi yang diberikan

perlakuan dengan pemberian kapsul ekstrak daun jambu biji dimana pada hari ke-

0 konsistensi feses yang terlihat adalah encer dan berwarna kuning serta diare

sebanyak 6 kali. Setelah 3 hari pemberian, hewan tidak menunjukan perubahan.

Pada dosis 400 mg/kg BB tidak jauh berbeda dengan pemberian dosis 300 mg/kg

BB, kondisi fisik dari pedet juga terilhat lemas dan mengalami diare sebanyak 6

kali pada P2a sedangkan pedet P2b sebanyak 5 kali dengan konsistensi feses encer

dan berwarna kuning. Setelah 3 hari pemberian kapsul konsistensi feses tidak

mengalami perubahan sedangkan intensitas diare mengalami penurunan yaitu

masing-masing sebanyak 5 kali dan 4 kali. Pemberian kapsul ekstrak daun jambu

biji dengan dosis 500 mg/kg BB pada

dua ekor pedet diare diberikan perlakuan yang sama, konsistensi feses juga encer

dan berwarna kuning dan kondisi pedet sama yaitu lemas Kedua pedet tersebut

diare masing- masing sebanyak 6 kali dan 5 kali. Pada hari ketiga setelah

pemberian kapsul ditemukan diare pada kedua pedet mulai berkurang dengan

intensitas diare empat kali lipat, dan kondisi pedet tidak terlihat lemah seperti

sebelum pemberian kapsul. Salah satu pedet yang diberikan perlakuan

menunjukkan kondisi yang baik. Pasca tiga hari pemberian kapsul, konsistensi

feses mengalami perubahan dimana awalnya encer berwarna kuning menjadi tidak

encer namun warna fesesnya masih tetap berwarna kuning, sedangkan untuk

intensitas diare tidak mengalami penurunan. Kondisi kedua pedet tersebut lebih

baik daripada kondisi pedet yang diberikan perlakuan berbeda.

xi STIFI Bhakti Pertiwi


Percobaan pada tikus albino, semua tikus diobati dengan minyak jarak

secara oral menggunakan tabung gavage untuk menginduksi diare. Frekuensi dan

konsistensi feses dihitung dalam waktu 4 jam setelah perlakuan. Kelompok uji

diberikan ekstrak daun jambu biji menunjukkan kesembuhan pada kelompok yang

diobati dengan 600 mg/kg sedangkan pada kelompok yang diobati dengan 200

mg/kg dan 400 mg/kg tidak menunjukkan kesembuhan diare. Frekuensi rata-rata

tinja basah menurun dengan bertambahnya dosis ekstrak etanol Psidium guajava

L. dengan frekuensi rata-rata buang air besar lebih rendah pada kelompok yang

diberi perlakuan 600 mg/Kg dan lebih tinggipada kelompok yang diberi perlakuan

400 mg/Kg dan 200 mg/ Kg masing-masing seperti yang ditunjukkan pada Tabel

2. Frekuensi rata-rata tinja basah untuk tikus dalam kelompok yang diberi

loperamide diare benar-benar terhambat. Kelompok kontrol negatif yang diberi

1,5 ml akuades memiliki frekuensi feses tertinggi. Psidium guajava L. dalam

minyak jarak menginduksi diare pada tikus albino dengan menggunakan

loperamide sebagai control positif, menentukan toksisitas akut pada mencit dan

komposisi fitokimianya. Aktivitas ekstrak pada 600 mg/kg sebanding dengan

loperamide karena tidak ada perbedaan yang signifikan dalam jumlah rata-rata

kotoran. Aktivitas anti diare tergantung pada dosis.

Terdapat perbedaan hasil pada hewan uji antara hewan pedet atau sapi bali

dengan tikus albino, dimana pada tikus albino yang merupakan kelompok uji

diberikan ekstrak daun jambu biji diobati dengan 600 mg/kg mengalami

kesembuhan sedangkan pada kelompok yang diobati dengan 200 mg/kg dan 400

mg/kg tidak menunjukkan kesembuhan diare. Sedangkan, pada hewan uji sapi bali

xii STIFI Bhakti Pertiwi


tidak menunjukan perubahan yang signifikan. Hal ini kemungkinan terjadi karena

dipengaruhi faktor lingkungan, suhu dingin, program pakan yang berubah,

fasilitas yang terlalu padat atau penyebab mekanis lainnya. Uji sensitivitas kuman

dilakukan dengan metode pengenceran tabung atau Tube Dilution Method.

Kepadatan populasi bakteri diperoleh berdasarkan pengamatan kekeruhan dan

pengukuran densitas optik menggunakan spektrofotometer. Hubungan linier

antara nilai densitas optik bakteri dan konsentrasi ekstrak menunjukkan bahwa

densitas optik bakteri disebabkan oleh perubahan variabel konsentrasi proses.

Semakin tinggi konsentrasinya, semakin rendah densitas optisnya, yang berarti

semakin sedikit bakteri yang dapat bertahan hidup. Hal ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi konsentrasi bahan aktif berefek antibakteri maka semakin besar

kemampuannya dalammenghambat pertumbuhan bakteri. Jumlah bakteri hidup

yang ditunjukkan

oleh pertumbuhan koloni menunjukkan penurunan linier dari konsentrasi 200mg /

ml menjadi 6,25 mg / ml. Sehingga menunjukkan daun jambu biji mengandung

bahan aktif yang bersifat antibakteri terhadap Salmonella typhimurium.

Hasil analisis ekstrak daun jambu biji mengandung fitokimia yang

diketahui memiliki aktivitas farmakologis menunjukkan tingkat tanin dan

flavonoid yang tinggi dan dapat bertanggung jawab atas aktivitas anti diare.

Flavonoid adalah senyawa polifenol terhidroksilasi yang memiliki respons

terhadap infeksi mikroba. Flavonoid memiliki peranan paling efektif sebagai anti

diare pada daun jambu biji.6 Senyawa turunan flavonoid yang terkandung dalam

daun Psidium guajava L. adalah quercetin. Senyawa quercetin memiliki potensi

xiii STIFI Bhakti Pertiwi


sebagai agen antidiare dengan menghambat pelepasan asetilkolin yang dapat

meningkatkan kontraksi usus akibat adanya iritasi oleh bakteri penyebab diare

seperti Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella enteritidis, Bacillus

cereus, dan Vibrio cholera.

Tanin merupakan senyawa polifenol dengan aktivitas anti bakteri yang

mampu mengikat banyak protein prolin. Senyawa tanin yang terkandung dalam

daun Psidium guajava L. dapat diperkirakan memiliki jumlah sebanyak 9–12%

Tanin mempunyai sifat sebagai pengelat berefek spasmolitik yang mengkerutkan

usus sehingga gerak peristaltik usus berkurang. Efek spasmolitik dapat

mengecilkan dinding sel bakteri atau membran sel, sehingga merusak

permeabilitas sel. Permeabilitas terganggu mengakibatkan sel tidak dapat

melakukan pertumbuhan hidup sehingga sel terhambat atau bahkan mati. Tanin

juga memiliki sifat antibakteri dengan menekankan pada protein, karena diduga

tanin mempunyai efek yang sama dengan senyawa fenolik. Efek anti bakteri tanin

antara lain reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim, dan destruksi atau

inaktivasi fungsi materi genetik bakteri Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Sukardi, waktu ekstraksi optimal daun Psidium guajava L. adalah selama

17,5 menit dengan kandungan tanin yang didapat sebesar 7,82% atau setara

dengan 0,40 g per 5 g sampel.

Psidium guajava L. juga memiliki kandungan lain yang memiliki potensi

sebagai antidiare yaitu minyak atsiri dan alkaloid. Alkaloid dalam daun Psidium

guajava L. bersifat anti bakteri juga minyak atsiri mampu menghambat

pertumbuhan bakteri Salmonella typhimurium dengan menggangu proses

xiv STIFI Bhakti Pertiwi


terbentuknya membran atau dinding sel yang telah diketahui berpotensi sebagai

salah satu mikroorganisme penyebab diare.

Daun jambu biji (Psidium guajava L.) digunakan dibeberapa negara

sebagai obat tradisional untuk pengobatan:

1. Diare

2. Perut kembung pada bayi dan anak

3. Kadar kolestrol darah tinggi

4. Sering buang air kecil (anyang-anyangan)

5. Luka

6. Sariawan, larutan kumur dan sakit gigi

7. Demam berdarah (Arianingrum, R., 2007)

xv STIFI Bhakti Pertiwi


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Daun Jambu biji memiliki aktivitas anti diare dan hal ini membenarkan

penggunaan tanaman ini sebagai obat herbal melawan diare dimana mengandung

fitokimia tingkat tinggi terutama tanin dan flavonoid yang bertanggung jawab atas

aktivitas anti diare. Pemberian kapsul ekstrak daun jambu biji pada sapi bali dosis

300 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB menunjukkan tidak adanya perubahan

konsistensi feses dan pemberian dosis 500 mg/kg BB kapsul ekstrak daun jambu

biji menunjukkan adanya sedikit perubahan pada konsistensi feses. Intensitas

diare pemberian dosis 400 mg/kg BB dan 500mg/kg BB mengalami penurunan

pada sapi yang diare sedangkan pada tikus albino kelompok yang diobati dengan

600 mg/kg sedangkan pada kelompok yang diobati dengan 200 mg/kg dan 400

mg/kg tidak menunjukkan kesembuhan. Kelompok yang diobati dengan 600

mg/kg sebanding dengan loperamide sehingga dapat disimpulkan aktivitas anti

diare daun jambu biji

tergantung pada dosis.

xvi STIFI Bhakti Pertiwi


DAFTAR PUSTAKA

Noer Q, Sri SS, Dini R. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Jambu

Biji(Psidium guajava L.) Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Vibrio

cholera. Acta Pharm Indo. 2019; 7(2): 51-55

Yolanda F. The Potential of Guava Leave (Psidium guajava L) for Diarrhea. J

Majority. 2015; 4(1): 113-117

Fadiah R, Izzah Z, Isnaeni, Noor EN, Sugijanto. Aktivitas Antibakteri Kombinasi

Probiotik (Bifidobacterium bifidum dan Lactobacillus acidophilus)

Dengan Infus Daun Jambu Biji (Psidium guajava). Berkala Ilmiah Kimia

Farmasi. 2014; 3(1): 17-19

Tona dkk., 1998; Goncalves dkk., 2005; Winarno dkk., 2004; Ismarini, 2012;

Ajizah, 2014

Sudira IW, Merdana IM, Qurani SN. Preliminary Photochemical Analysis of

Guava Leaves (Psidium guajava L.) as Antidiarrheal in Calves. Advances

in Tropical Biodiversity and Environmental Sciences. 2019;3(2): 22-23

xvii STIFI Bhakti Pertiwi

Anda mungkin juga menyukai