Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH RAMUAN JAMU DARI TANAMAN OBAT HERBAL (Daun Jati Cina (Cassia

angustifolia), Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk), Herba Tempuyung (Sonchus
arvensis L), Herba Teh Hijau (Camellia Sinensis), Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza
Roxb), Rimpang Kunyit (Curcuma domestica), Herba Meniran (Phyllantus Niruri L) SEBAGAI
OBAT KOLESTEROL TINGGI

Disusun Oleh :

AGUS KOSWANDI D1A200026

JURUSAN S1 FARMASI
PROGRAM STUDI MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL-GHIFARI BANDUNG
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunianya
kami dapat menyelesekaikan makalah ini di waktu yang tepat. Makalah ini kami buat untuk
memenuhi tugas Teknologi Bahan Alam.

Kami berharap dengan disusunnya makalah ini dapat membantu mahasiswa dan mahasiswi
Farmasi yang membaca mendapat informasi terbaru dan memudahkan dalam pembelajaran mata
kuliah Teknologi Bahan Alam. Kami juga mengharapkan makalah ini sudah tersusun dengan baik
dan benar. Penulis sadar, sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik di masa yang akan
datang. Penulis berharap, semoga makalah sederhana ini, dapat menjadi pengetahuan dan
informasi baru yang dikemas dalam bentuk singkat, padat dan jelas.

Tidak lupa juga kami ucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam proses pengerjaan makalah ini.

Bandung, 8 Juli 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II Tinjauan Pustaka

A. Monografi Tanaman
1. Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk)
2. Daun Jati Cina (Cassia angustifolia Vahl)
3. Herba Tempuyung (Sonchus arvensis L)
4. Daun Teh Hijau (Camellia sinensis)
5. Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrizha Roxb)
6. Rimpang Kunyit (Curcuma Domestica)
7. Herba Meniran (Phyllantus niruri L)
B. Formula Saintik Jamu
C. Hiperkolesterolemia
BAB III Penutup

A. Kesimpulan
Daftar Pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Jumlah masyarakat yang memiliki kadar kolesterol tinggi tergolong banyak dan
mereka memerlukan obat penurun kadar kolesterol. WHO (2007) mencatat bahwa pada
tahun 2003, di Amerika, penggunaan obat penurun kadar kolesterol menempati posisi
teratas dengan penjualan sebesar 13,9 milyar USD. Walaupun telah mengonsumsi obat
antikolesterol, namun kadar LDL kolesterol pengonsumsi obat ini pun masih tinggi dan
banyak terjadi kesalahan dosis dalam penanganannya (Munawar et al. 2013). Oleh karena
itu, perlu ditemukan suatu bahan untuk menurunkan kadar kolesterol dengan khasiat yang
baik. Saat ini obat yang digemari adalah obat bahan alam karena mendukung slogan “Back
to Nature”, di Indonesia obat bahan alam yang telah dimanfaatkan secara turun menurun
adalah jamu. Dalam mendorong penggunaan jamu lebih luas, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia mencanangkan program Saintifikasi jamu dan telah mengesahkan
Komisi Nasional Saintifikasi Jamu melalui Surat Keputusan Nomor
172/Menkes/SK/V/2012. Komisi nasional ini memiliki tugas dan kewenangan untuk
mengusulkan kelayakan hasil penelitian menjadi program sinergis, integrasi, dan rujukan
pelayanan jamu (Dinkes Provinsi Jawa Tengah 2013). Oleh karena itu, ramuan tradisional
yang sudah digunakan secara turun menurun dapat diuji klinik untuk menjadi jamu
saintifik.

B. Rumusan Masalah
1. Tanaman obat apa saja yang memiliki manfaat sebagai anti kolesterol?
2. Bagaimana cara pengolahan tanaman obat tersebut sehingga bisa diolah dan
dikonsumsi oleh masyarakat?
3. Bagaimana takaran formulasi ramuan jamu terhadap anti kolesterol?
C. Tujuan
1. Memberikan informasi kepada pembaca dan masyarakat tentang manfaat tanaman obat
anti kolesterol
2. Mengetahui cara pengolahan tanaman obat sehingga bisa dikonsumsi sebagai obat anti
kolesterol
3. Mengetahui serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang formulasi ramuan
jamu anti kolesterol dari tanaman obat herbal
D. Manfaat

4
Memberikan informasi kepada pembaca dan masyarakat tentang manfaat ramuan jamu
dari tanaman herbal sebagai anti kolesterol.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Monografi Tanaman

1. Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk)


Tanaman jati belanda berasal dari benua Amerika yang beriklim tropis.
Tanaman ini juga tersebar luas di wilayah tropis lainnya seperti Pulau Jawa dan
Madura. Di Pulau Jawa, tanaman ini biasa disebut dengan jati londo atau jatos landi.
Tanaman ini tumbuh baik pada dataran dengan ketinggian 1- 1800 m di atas
permukaan laut (Dewi et al. 2000). Gambar tanaman jati belanda bisa dilihat pada
Gambar 1.

Gambar 1. Tanaman Jati Belanda (Dewi et al. 2000).


Tanaman jati belanda mengandung senyawa aktif seperti flavanoid (Feltrin et al.
2012). Shekhawat & Vijayvergia (2010) menyebutkan dalam studinya bahwa zat-
zat yang terkandung dalam jati belanda antara lain protein, lipid, karbohidrat, fenol,
dan glukosa. Penelitian pendahuluan terhadap komposisi daun jati belanda
menunjukkan adanya senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan. Miradiono
(2002) menyebutkan bahwa serbuk daun jati belanda mengandung flavonoid, fenol
hidrokuinon, dan senyawa flavonoid lain seperti kalkon, auron, dan flavonol.
Penelitian Andriani (2005) menyatakan bahwa dalam daun jati belanda
mengandung senyawa tanin. Rachmadani (2001) melaporkan bahwa pada daun jati
belanda terdapat tanin, steroid dan triterpenoid. Penelitian Katno et al. (2008)
menyebutkan bahwa kadar tannin pada daun jati belanda dengan bobot bahan
simplisia 10 gram menghasilkan kadar tanin sebesar 0,6 gram dengan waktiu

5
pengeringan 8 jam. Lama waktu pengeringan simplisia daun jati belanda
mempengaruhi kadar tanin yang terkandung di dalamnya. Jastrezebski et al. (2007)
menyebutkan terkait hasil studinya bahwa tanaman jati memiliki kandungan
polifenol dan flavanoid sebagai komponen bioaktif dan antioksidan.

2. Daun Jati Cina (Cassia angustifolia Vahl.)

Daun teh jati cina (Cassia angustifolia Vahl.) yang mengandung bahan aktif glikosida
hidroksiantrasena yaitu senosida A dan B (Gunawan, et al , 2001). Kini, daun teh jati cina
menjelma sebagai primadona baru dalam dunia maya yang amat diminati orang-orang yang
memiliki masalah berat badan. Chien et al (2010) dalam penelitiannya mengemukakan
bahwa Cassia angustifolia Vahl. mengandung anthracenedione. Pada dasarnya,
anthracenedione atau anthraquinone berfungsi sebagai laksatif untuk mengobati konstipasi
akut. Senosida akan mempercepat gerakan hasil pencernaan di usus sehingga menaikkan
volume hasil pencernaan dan meningkatkan gerakan peristaltik usus terutama di bagian
kolon kiri dan sigmoid. Dengan menghambat aktivitas sodiumpotasium adenosine
triphosphatase di enterosit, sodium, klorida dan air yang terabsorpsi oleh usus menjadi
sedikit sehingga feses menjadi lembek. Peningkatan motilitas usus juga akan
memperpendek durasi makanan di usus. Hasilnya, usus akan mengabsorpsi nutrisi lebih
sedikit dari makanan. Nutrisi tersebut termasuk diantaranya protein, lipid, karbohidrat,
kolesterol, LDL, dan trigliserida. Maka dari itu, anthracenedione dapat menurunkan kadar
kolesterol dan kadar trigliserida serta mempertahankan berat badan. Hal inilah yang
mendasari digunakannya daun teh jati cina sebagai obat alternatif untuk mengatasi
obesitas. Walaupun promosi daun teh jati cina sebagai obat pelangsing alami telah ramai di
dunia maya, belum ada panduan mengenai bagaimana penggunaan teh jati cina atau berapa
dosis yang tepat. Oleh karena itu, banyak sekali penggunanya yang mengkonsumsi
berlebihan dan untuk waktu yang lama. Gejala umum yang dapat terjadi ketika seseorang
terlalu banyak mengonsumsi daun teh jati cina adalah nyeri epigastrik, diare hebat, hingga
akhirnya kehilangan banyak cairan dan elektrolit terutama kalium dan potasium yang

6
menyebabkan kerja jantung terganggu (European Medicines Agency (EMEA), 2006).
Selain itu, pernah dilaporkan ada kasus gagal hati akut dengan ensefalopati dan
koagulopati yang terjadi ketika daun teh jati cina ini digunakan dalam jumlah besar
(Vanderperren, et al , 2005). Penggunaan jangka panjang dapat mengarahkan seseorang
kepada gungguan metabolic asidosis dan alkalosis, serta malabsorpsi, kehilangan banyak
berat badan, albuminuria, dan hematuria. (Leng-Peschlow, 1986; Blumenthal, 1993).
(http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t27265.pdf)

7
3. Herba Tempuyung (Sonchus arvensis L.)

Tempuyung (Sonchus arvensis L.) masuk ke dalam famili Asteraceae.


Nama lain untuk tumbuhan ini, di Jawa disebut dengan ga- ling; Sunda: rayana,
jombang, jombang lalakina, lempung, lampenas; Jawa Tengah: tempuyung;
China: Niu she tou; Perancis : laiton des champs; Inggris: sow thistle.
Tempuyung tumbuh di tempat terbuka yang terkena sinar matahari atau sedikit
terlindung seperti tebing-tebing, tepi saluran air atau tanah terlantar, kadang
ditanam sebagai tanaman obat. Tanaman yang berasal dari Eurasia ini ditemukan
pada daerah yang banyak turun hujan pada ketinggian 50-1650 m dpl.
Tempuyung merupakan tanaman terna tahunan, tegak, akar tunggang yang kuat.
Batang berongga dan berusuk. Daun tunggal, bagian bawah tumbuh berkumpul
pada pangkat roset akar. Helai daun berbentuk lanset atau lonjong, ujung
runcing, pangkal bentuk jantung, tepi berbagi menyirip tidak teratur, panjang 6 -
48 cm, lebar 3 - 12 cm, warnanya hijau muda. Daun yang keluar dari tangkai
bunga bentuknya lebih kecil dengan pangkal memeluk batang, letak berjauhan,
berseling. Perbungaan berbentuk bonggol yang tergabung dalam malai,
bertangkai, mahkota bentuk jarum, warnanya kuning cerah, lama kelamaan
menjadi merah kecokelatan. Buah kotak, berusuk lima, bentuknya memanjang
sekitar 4 mm, pipih, berambut, cokelat kekuningan. Ada keaneka-ragaman
tumbuhan ini. Yang berdaun kecil disebut lempung, dan yang berdaun besar
dengan tinggi mencapai 2 meter disebut rayana. Batang muda dan daun
walaupun rasanya pahit bisa dimakan sebagai lalap.

 Kandungan Kimia Tanaman Tempuyung :


Menurut Manganti (2011), secara kimia tanaman tempuyung mengandung alfa-
laktuserol, beta-laktoserol, manitol, inositol, silika, kalium, flavonoid dan
taraksa-sterol. Sedangkan kandungan utama daunnya adalah ion-ion mineral
(silika, kalium, magnesium, dan netrium) dan senyawa organik (flavonoid,
kumarin, taraksasterol, inositol, dan asam fenolat) sementara kandungan utama
8
akarnya adalah senyawa flavonoid (apigenin 7-0 glukosida). (Tiva Dyah
Novitasari Margarita, 2014)

4. Daun Teh Hijau (Camellia sinensis)

Teh hijau (Camellia sinensis ) merupakan teh alami karena tidak mengalami
proses fermentasi sehingga zat-zat yang terdapat di dalam teh hijau belum
mengalami proses perubahan. Selain itu, teh juga sangat mudah ditemukan dan
umum digunakan sebagai minuman sehari-hari. Kandungan teh hijau yang
paling utama adalah epigallocatechin-3-gallate (EGCG) yang merupakan bahan
bioaktif yang menekan patogenis beberapa penyakit kronis khususnya penyakit
kardiovaskular. Teh hijau juga memiliki efek farmakologis antara lain dapat
menurunkan berat badan, menurunkan kolesterol, trigliserida, serta glukosa
darah. Besarnya manfaat dari teh hijau terhadap penurunan kadar kolesterol bisa
dilihat pada beberapa penelitian yang sudah dilakukan. Adanya pemberian teh
hijau dapat menurunkan kadar kolesterol pada lansia awal (46-55) tahun.
Pemberian suplemen obat yang berisi ekstrak teh hijau juga dapat menurunkan
kadar kolesterol total dan konsentrasi dari Low Density Lipoprotein (LDL) pada
wanita postmenopausal. Selain itu, didapatkan adanya penurunan kadar
kolesterol dan peningkatan leptin pada wanita yang kelebihan berat badan dan
obesitas ketika diberikan teh hijau.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik

9
5. Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) mengandung berbagai


komponen kimia diantaranya xanthorrhizol, kurkuminoid yang didalamnya
terdapat zat kuning (kurkumin) dan desmetoksi kurkumin, minyak atsiri, protein,
lemak, selulosa dan mineral (Rahardjo, 2010). Kurkumin merupakan fraksi dari
kurkuminoid yang mempunyai aktivitas biologi berspektrum luas. Kurkumin
dapat digunakan sebagai antioxidan, antiinflamasi, dan antihiperkolesterol
(Peschel et al., 2006).

Hasil penelitian Septiana et al (2006) menyebutkan bahwa kandungan kurkumin


pada ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) mampu menghambat
oksidasi LDL dan akumulasi kolesterol ester pada makrofag. Mekanisme
kurkumin dalam temulawak untuk menurunkan kolesterol adalah karena
fungsinya sebagai kolagoga (perangsang empedu). Aktivitas kolagoga rimpang
temulawak ditandai dengan meningkatnya produksi dan sekresi empedu, dengan
meningkatnya pengeluaran cairan empedu maka akan menurunkan kadar
kolesterol yang tinggi (Dalimartha, 2006). (Silfia Anggraini dan Arifah Sri
Wahyuni),

6. Rimpang Kunyit (Curcuma domestica)

Kurkumin merupakan salah satu senyawa yang berasal dari ekstrak Kunyit
(Curcuma domestica) dan pemberi warna kuning pada tanaman kunyit. Kunyit
banyak digunakan sebagai rempah-rempah dan pemberi warna pada makanan
dan tekstil. Selain sebagai antioksidan, kurkumin dapat menurunkan kadar
kolesterol akibat menghambat reabsorbsi kolesterol berasal dari luar (eksogen)
dan meningkatkan enzim HmgCoA reduktase inhibitor sehingga sintesis lemak

10
dapat berjalan dengan baik. Selama ini kurkumin masih belum banyak
dimanfaatkan sebagai terapi non farmakologi pada penderita dislipidemia dan
antiaterosklesrosis, dimana obat-obat tersebut relatif lebih murah dan aman.
Pengobatan dan pencegahan penyakit dengan kurkumin merupakan salah satu
modalitas terapi yang tidak kalah dengan pendekatan farmakologis. Kunyit
termasuk salah satu suku tanaman temu-temuan (Zingiberaceae). Berdasarkan
taksonomi tanaman kunyit dikelompokkan sebagai berikut: Kunyit mengandung
28% glukosa, 12% fruktosa, 8% protein, 52% minyak atsiri yang terdiri 25%
keton seskuiterpen, 25% zingiberina dan 50% kurkumin berserta turunannya.

(Kurniawaty2 , Giska Tri Putri2 1Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas


Lampung).

7. Herba Meniran (Phyllantus niruri L.).

Salah satu tanaman berkhasiat obat yang ada di Indonesia yaitu meniran
(Phyllantus niruri L.). Belum banyak informasi ilmiah yang memuat manfaat
meniran untuk menurunkan kadar trigliserida dalam tubuh. Berdasarkan
penelitian, herba meniran mengandung rutin dan lupeol. Senyawa aktif tersebut
19 dipisahkan dengan senyawa yang lain dalam herba meniran (Phyllantus niruri
L.) dengan cara ekstraksi. Herba meniran (Phyllantus niruri L.) diekstraksi
dengan menggunakan pelarut etanol sehingga dihasilkan ekstrak herba meniran
(Phyllantus niruri L.) yang di dalamnya terdapat rutin dan lupeol.
Senyawasenyawa tersebut diketahui dapat berfungsi menurunkan kadar
trigliserida dalam tubuh (Itoh et al., 2009; Kanashiro et al., 2009; Park et al.,
2002; Pulok, 2001; Sudhahar et al., 2006). Selain itu, dari segi ekonomis herba
meniran (Phyllantus niruri L.) cukup murah dan mudah untuk mendapatkan
tanaman ini. (JUDO YUSTANTO KAHONO, 2010).

B. Formula Saintik Jamu


1. Daun Jati Cina 1 gram
2. Daun Jati Belanda 6 gram
3. Herba Tempuyung 6 gram
11
4. Herba Heh Hijau 5 gram
5. Rimpang Temulawak 5 gram
6. Rimpang Kunyit 4 gram
7. Herba Meniran 3 gram

Cara Penyiapan:

Untuk memudahkan dalam penyiapan, ramuan dapat dikemas dalam kantung


plastik setiap satu hari pemakaian.

Rebus 1 liter (5 gelas ) air dalam panci stainless/kendil bertutup, hingga mendidih

Setelah mendidih, satu kemasan ramuan Jamu dimasukan ke dalam panci/kendil, kemudian
perebusan dilanjutkan selama 15 menit menggunakan api kecil.

Panci/kendil diangkat dan didiamkan hingga dingin (suhu ruang) dilanjutkan dengan
penyaringan mengunakan saringan teh.

Aturan Minum:
Air rebusan diperoleh dibagi menjadi 3 bagian, untuk diminum 3 kali pada hari yang sama
yaitu pagi, siang dan malam.

(Sumber: Buku "Tujuh Ramuan Jamu Saintifik Pemanfaatan Mandiri Oleh Masyarakat",
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta: 2016, hal. 14). Redaksi
JamuDigital.Com

C. Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia adalah peningkatan kadar kolesterol darah di atas batas


normal. Hiperkolesterolemia ada dua yaitu hiperkolesterolemia primer dan sekunder.
Hiperkolesterolemia primer adalah suatu penyakit herediter yang menyebabkan
seseorang mewarisi kelainan gen pembentuk reseptor lipoprotein berdensitas rendah
pada permukaan membran sel tubuh (Guyton & Hall 2008) yang terjadi akibat
mutasi reseptor LDL (Price et al. 2006). Hiperkolesterolemia primer adalah gangguan
lipid yang terbagi menjadi 2 bagian, yakni hiperkolesterol poligenik dan
hiperkolesterol familial (Wiryowidagdo 2002). Hiperkolesterol poligelik disebabkan
oleh berkurangnya daya metabolisme kolestrol, dan meningkatnya penyerapan lemak.
Sedangkan hiperkolesterolemia familial adalah kelainan genetik penyebab terjadinya
penyakit jantung koroner atau aterosklerosis. Hiperkolesterolemia familial terjadi
karena adanya mutasi gen reseptor LDL (R-LDL) sehingga terjadi perubahan struktur
maupun fungsi dari reseptor yang mengikat LDL plasma. Hal ini mengakibatkan
tingginya kadar kolesterol LDL sehingga terjadi penumpukan kolesterol pada kulit dan
12
jaringan ikat hingga aterosklerosis pada pembuluh darah koroner dan kematian
(Suharti 2006).
Pasien dengan hiperkolesterolemia familial yang parah memiliki konsentrasi
kolesterol darah 600-1000 mg/dl, atau empat-enam kali nilai normal. Banyak pasien
seperti ini yang meninggal sebelum usia 20 tahun, karena infark miokardium atau
gejala penyumbatan aterosklerosis di seluruh pembuluh darah (Guyton & Hall 2008).
Hiperkolesterolemia sekunder diakibatkan oleh gangguan sistemik (Price et al.
2006). Hiperkolesterolemia sekunder terjadi akibat penderita mengidap suatu penyakit
tertentu, stres, atau kurang gerak (olah raga). Berbagai macam obat juga dapat
meningkatkan kadar kolesterol. Wanita yang telah masuk masa menopause (berhenti
haid) jika diberi terapi estrogen akan mengalami peningkatan kadar kolesterol
(Wiryowidagdo 2002).

13
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

  Sejak dulu, jamu sudah dipercaya sebagai obat herbal yang memiliki segudang manfaat
untuk menjaga kesehatan tubuh. Para pendahulu juga percaya, bahwa tradisi minum jamu juga
dapat menjaga kelestarian alam. Pasalnya orang-orang akan menanam kembali bahan dasar
pembuatan jamu. Maka dari itu, tak heran bila kemudian hingga kini, jamu tradisional masih
tetap eksis di Indonesia.
Beberapa Tanaman obat memiliki segudang manfaat bagi kesehatan tubuh, selain manfaat
bahannya dari bahan herbal yang memiliki efek samping yang lebih aman dibanding dengan
obat bahan kimia, jamu yang berasal dari tanaman obat memiliki khasiat untuk menjaga
kesehatan tubuh. Diantara yang sudah dibahas dalam makalah ini, beberapa tanaman obat Daun
jati belanda, daun jati cina, herba tempuyung, daun teh hijau, rimpang temulawak, rimpang
kunyit, dan herba meniran yang diolah menjadi ramuan formulasi jamu memiliki manfaat
sebagai antikolesterol tinggi.
14

DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Agustus 2017
Fatchun Na’im, Aktivitas Ekstrak Daun Jati Belanda terhadap Kadar Kolesterol HDL dan LDL
pada Tikus Hiperkolesterolemia, 2016.
(Sumber: Buku "Tujuh Ramuan Jamu Saintifik Pemanfaatan Mandiri Oleh Masyarakat", Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta: 2016, hal. 14). Redaksi
JamuDigital.Com
Irmanida Batubara dkk,. Senyawa Penciri Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk)
sebagai Anti-Kolesterol.2016
Brigita T. Tamon dkk., Efek Antioksidan pada Teh Hijau terhadap Kadar Kolesterol Darah.2019
Rissa Mustikawati,PROFIL LIPID MENCIT HIPERLIPIDEMIA SETELAH PEMBERIAN
EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza).2015
Silfia Anggraini dan Arifah Sri Wahyuni. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Surakarta. PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma
xanthorrhiza Roxb.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA TIKUS
PUTIH HIPERLIPIDEMIA
Salsabila Ardhan dkk,. Efektivitas Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica) Sebagai Terapi Non
Farmakologi Dislipidemia dan Antiaterosklerosis.2017
JUDO YUSTANTO KAHONO dkk,. Pengaruh ekstrak herba meniran (Phyllantus niruri)
terhadap kadar trigliserida darah tikus putih. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas
Maret. 2011

Anda mungkin juga menyukai