Anda di halaman 1dari 19

1

BUKU PENUNJANG PENUNTUN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI

UJI DAYA HAMBAT BAKTERI


Uji Daya Hambat Ekrtrank Ranting Tanaman Patah Tulang
(Euphorbia tirucalli) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Streptococcus mutans

Penulis:
Hosniyah

Pembimbing:
Dr. Akhmad, .Kes
Drs. H. Jailani, M.si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
iii
2020
2

Buku Penuntun Uji Daya hambat Bakteri ini ditunjukkan bagi mahasiswa yang ingin
memahami cara pengendalian pertumbuhan bakteri dengan menggunakan ekstrak alami yakni
ekstrak ranting tanaman patah tulang . Buku penuntun ini mengacu pada hasil penelitian yang
dilaksanakan oleh penulis dan memiliki bagian utama yaitu:

Peta Konsep : Berisi peta pemahaman materi

Kegiatan : Berisi kegiatan praktikum yang dikerjakan oleh mahasiswa

iii
iii

Kata Pengantar

Segala Puji bagi Allah SWT. Yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan buku penuntun ini. Kebutuhan mahasiswa akan
sumber belajar terbaru yang relevan dan terkini dalam membahas Pengendalian
Pertumbuhan Bakteri mendorong penulis untuk menyusun buku penuntun Uji Daya Hambat
Bakteri ini.

Buku penuntun berdasarkan hasil penelitian Uji daya hambat ekstrak rantig patah tulang
(Euphorbia tirucalli) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Oleh karena itu,
buku penuntun ini berisi tahapan-tahapan yang pernah dilakukan penulis selama proses
penelitian dan pengalaman penulis dalam mengolah data hasil penelitian.

Penulis menyampaikan terima kasih khususnya kepada Dr. H. Akhmad, M.Kes selaku
pembimbing I dan Drs. H. Jailani, M. Si selaku pembimbing II atas segala masukan dan
saran dalam perbaikan buku penuntun Uji Daya Hambat Bakteri ini. Semoga masukan yang
telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan buku penuntun ini mendapat
balasan kebaikan dari Allah SWT.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam buku penuntun ini, oleh
karena itu masukan dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan hasil.
Semoga buku penuntun ini bemanfaat bagi para mahasiswa untuk mempelajari
Bakteriologi, khususnya terkait Uji Daya Hambat Bakteri.

Samarinda, 10 Oktober 2020

Penulis
iii
iii

Daftar Isi

Kata Pengantar………………………………………………………………………….. iii

Daftar Isi………………………………………………………………………………... iv

Petunjuk Penggunaan Buku Penuntun……………………………………. ………... v

Pendahuluan…………………………………………………………………………… 1

Peta Konsep……………………………………………………………………………. 2

Kegiatan Belajar……………………………………………………………………….. 3

A. Mengkaji Teori…………………………………………………………………… 3

B. Kegiatan Belajar….………………………………………………………………. 6

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………. 13

iv
iii

Petunjuk Penggunaan Buku Penuntun

A. Dosen

Agar mahasiswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, dosen sebagai
fasilitator, pengajar serta evaluator. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Membantu mahasiswa daalam memahami materi yang disajikan di dalam buku


penuntun ini

2. Menyediakan situasi belajar yang kondusif dan nyaman

3. Membimbing mahasiswa dalam menentukan sumber belajar lain yang relevan dan dapat
digunakan mahasiswa sebagai penunjang dan pelengkap terhadap materi yang terdapat
di dalam buku penuntun ini

4. Memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk terus belajar sehingga pengethuan yang
dimiliki mahasiswa tidak terbatas pada materi yang terdapat dalam buku penuntun ini
saja

B. Mahasiswa

Guna memperoleh hasil belajar yang maksimal, maka langkah-langkah yang perlu
dilakukan dalam menggunakan buku penuntun ini adalah sebagai berikut:

1. Baca dan pahami dengan seksama uraian materi yang ada pada kegiatan belajar. Bila
terdapat materi yang kurang jelas, bertanyalah kepada dosen

2. Kerjakan tugas formatif untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi-
materi yang dibahas pada kegiatan pembelajarn

3. Refleksilah penguasaan materi Anda. Jika tingkat pencapaian masih dibawah 80%,
maka wajib untuk mengulang. Ulangi lagi kegiatan belajar sebelumnya atau bertanya
kepada dosen yang mengampu kegiatan pembelajaan yang bersangkutan

v
Pendahuluan

A. Identifikasi Mata Kuliah

Mata Kuliah : Bakteriologi

Semester :7

Materi Pokok : Pengendalian Pertumbuhan Bakteri

Sub Materi : Pengendalian Pertumbuhan Bakteri menggunakan tanaman Patah


tulang (Euphorbia tirucalli)

B. Deskripsi Mata Kuliah

Mata Kuliah ini merupakan cabang dari ilmu biologi yang mempelajari mengenai
bakteri, baik dari struktur, fisiologi, pengendalian serta peranan bakteri dalam kehidupan
manusia. Adapun dalam pengendalian bakteri dapat dilakukan dengan memanfaatkan obat
alami yang sering ditemui di masyarakat.

C. Prasyarat

Sebelum mempelajari buku penuntun ini, disyaratkan anda memiliki pengetahuan dasar
tentang biologi, terutama pada konsep:

1. Pertumbuhan dan perkembangan bakteri

2. Struktur sel bakteri dan peranan bakteri bagi kehidupan makhluk hidup

D. Tujuan Akhir Pembelajaran

Bagian pencapaian akhir pembelajaran, Anda diharapkan mampu:

1. Menghitung intensitas dan tingkat penghambatan bakteri

2. Memilih dan menentukan metode pengendalian pertumbuhan bakteri dengan tumbuhan


lainnya
1
Peta Konsep

2000 gram ranting tanaman patah tulang (Euphorbiaa tirucalli)


- Dikeringanginkan selama 14
hari tanpa kontak langsung
dengan sinar matahari
- Dihaluskan dengan blander

Bubuk ranting tanaman patah tulang (Euphorbia tirucalli)

- Dimaserasi dengan etanol 96%


selama 24 jam
- Disaring dengan kertas saring
- Residu kembali dimaserasi
hingga 3 kali penyaringan

Ekstrak hasil maserasi

- Dipekatkan dengan rotary


evaporator
- Diangin anginkan sehingga
diperoleh ekstrak kental

Ekstrak kental ranting tanaman patah tulang (Euphorbia tirucalli)

- Diencerkan menggunakan
pelarut aseton
- Dibagi dalam 5 variasi
konsentrasi yaitu 25 µg, 50 µg,
75 µg, 100 µg, 200 µg

Uji daya hambat bakteri

2
Kegiatan Belajar

A. Mengkaji Teori

1. Tanaman Patah Tulang (Euphorbia tirucalli)

Tanaman Patah tulang merupakan tanaman berbentuk Perdu yang tumbuh tegak ini

mempunyai tinggi 2-6 m dengan pangkal berkayu, bercabang banyak, dan bergetah seperti

susu yang beracun. Patah tulang mempunyai ranting yang bulat silindris berbentuk pensil,

beralur halus membujur, dan berwarna hijau. Rantingnya setelah tumbuh sekitar satu

jengkal akan segera bercabang dua yang letaknya melintang, demikian seterusnya sehingga

tampak seperti percabangan yang terpatah-patah. Daunnya jarang, terdapat pada ujung

ranting yang masih muda, kecil-kecil, bentuknya lanset, panjang 7-25 mm, dan cepat

rontok. Bunga majemuk, tersusun seperti mangkuk, warnanya kuning kehijauan seperti

ranting. Jika masak, buahnya akan pecah dan melemparkan biji-bijinya (Setiawati, 2008:

141-142).

Tanaman patah tulang (Euphorbia tirucalli) mempunyai rasa tawar, tetapi semakin lama

menimbulkan rasa tebal dilidah, berbau lemah dan getahnya beracun. Beberapa bahan kimia

yang terkandung dalam getah patah tulang diantaranya senyawa euphorbone, taraksasterol,

alpha-lactucerol, euphol, senyawa damar, kautschuk (zat karet) dan zat pahit (Hariana,

2008: 167).

3
Ciri khas tumbuhan patah tulang (Euphorbia tirucalli) adalah tidak memiliki daun dan

hanya tersusun atas batang-batang yang mirip tulang belulang (Pata’dungan, 2018: 5).

Gambar 1. Tanaman Patah Tulang (Euphorbia tirucalli)


Menurut setiawati (2008: 141), klasifikasi tanaman patah tulang (Euphorbia tirucalli L.)
yaitu:
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Asterales
Suku : Euphorbiaceae
Warga : Euphorbia
Jenis : Euphorbia tirucalli

Menurut Mangan (2009: 87), Getah tanaman patah tulang (Euphorbia tirucalli) beracun

dan dapat menimbulkan rasa mual. Khasiat getahnya sebagai antirematik, antisifilis,

antinyeri, obat sakit lambung, antiasma dan antibakteri. Tanaman Patah tulang (Euphorbia

tirucalli) memiliki aktifitas antibakteri dan anti jamur karena mengandung senyawa

4
fitokimia flavonoid, alkaloida, steroida, saponin, dan tanin, yang dapat menghambat

pertumbuhn bakteri (Setiorini, 2014: 67).

2. Bakteri Streptococcus mutans


Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif, non-motil (tidak bergerak), dan

bersifat anaerob fakultatif serta berbentuk kokus yang sendirian, berbentuk bulat atau bulat

telur dan tersusun seperti rantai. Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 18oC

– 40oC (Sandi, 2015: 90). Bakteri ini termasuk dalam kelompok Streptococcus hemolitik

alfa, atau disebut juga Streptococcus viridians, karena dapat menimbulkan hemolisis sel

darah merah yang berakibat pemudaran warna hijau kecoklatan disekitar koloni. Pemudaran

warna hijau disebabkan pembentukan produk hemoglobin. Dinding sel bakteri terdiri dari

protein, karbohidrat, dan peptidoglikan. Bakteri ini tumbuh dengan baik pada suhu 37 C

(Rollando, 2019: 20). Streptococcus mutans tumbuh pada suhu 18-400C dalam suasana

fakultatif anaerob, sehingga bakteri ini dapat tumbuh dengan atau tanpa oksigen.

Streptococcus mutans memiliki kemampuan untuk melekat pada permukaan gigi dan

membentuk plak (Hutauruk, 2016: 39).

Gambar 2. Bakteri Streptococcus mutans

5
Menurut Rollando (2019: 21), klasifikasi bakteri Streptococcus mutans sebagai berikut:

Kerajaan : Monera

Divisi : Firmicutes

Kelas : Bacili

Bangsa : Lactobacilalles

Suku : Streptococcaceae

Marga : Streptococcus

Jenis : Streptococcus mutans

B. Kegiatan Belajar
1. Alat dan Bahan
a. alat

No Nama Alat Jumlah


1. Neraca digital 1 unit
2. Pisau 1 buah
3. Baskom 1 buah
4. Toples maserasi 1 buah
5. Labu Erlenmayer 500 ml 2 buah
6. Toples sample 1 buah
7. Blander 1 unit
8. Mikropipet 1 buah
9. Kamera 1 unit
10 Penggaris 1 buah

6
No Nama Alat Jumlah
.
11 Rotary evaporator 1 unit

.
12 Gunting 1 buah

.
13 Cawan Petri 3 unit

.
14 Gelas kimia 2 buah

.
15 Vortex 1 unit

.
16 Tabung reaksi 2 buah

.
17 Batang pengaduk 2 buah

.
18 Botol Vial 5 buah

.
19 Bunsen 2 buah

.
20 Inkubator 1 unit

.
21 Spatula 2 buah
7
No Nama Alat Jumlah
.
22 Hot plate 1 unit

.
23 Spectrophotometry 1 unit

.
24 Spectrophotometer 1 unit

.
25 Autoklaf 1 unit

.
26 Water bath 1 unit

.
27 Aluminium foil Secukupnya

.
28 Pipet Tetes 1 buah

.
29 Kertas saring 3 buah

b. Bahan

No Nama Bahan Jumlah

1. Tanaman patah tulang (Euphorbia tirucalli) 2000 gram

8
No Nama Bahan Jumlah

2. Etanol 96% 2000 ml

3. Aseton 5 ml

4. Aquades secukupnya

5. Mueller Hinton Agar (MHA) 2,8 Gram

6. Alkohol 70% secukupnya

7 Suspense Bakteri streptococcus mutans 1 tabung

2. Cara Kerja

a. Ekstraksi Ranting Tanaman Patah Tulang (Euphorbia tirucalli)

1) Sebanyak 2000 gram ranting patah tulang (Euphorbia tirucalli) dicuci dengan air

mengalir, lalu di potong kecil-kecil

2) Simplisia yang telah dipotong kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan.

Simplisia yang telah dikeringkan di timbang dan dihaluskan menggunakan blander

3) Simplisia yang telah halus di meserasi dengan cara merendam simplisia kedalam pelarut

etanol 96 % sampai terendam seluruhnya selama ± 24 jam, kemudian disaring dengan

kertas penyaring

4) Residu kembali dimeserasi dengan cara yang sama sampai tiga kali

5) Ekstrak hasil meserasi yang dihasilkan ditampung menjadi satu dan diuapkan dengan

Rotary evaporator pada suhu 45-50 °C sampai pelarut habis menguap

9
6) Ekstrak yang telah dievaporasi selanjutnya ditampung dalam wadah dan diangin-

nginkan sampai ekstrak mengental.

7) Ekstrak kental ranting tanaman patah tulang diencerkan dengan pelarut aseton sehingga

diperoleh variasi konsentrasi 25 µg/µL, 50 µg/µL, 75 µg/ µL, 100 µg/ µL dan 200 µg/

µL

b. Persiapan media agar

1) Media bakteri dibuatkan terlebih dahulu sebelum dilakukan pembiakan bakteri. Media

ini berfungsi sebagai tempat untuk membiakkan bakteri yang akan diuji. media bakteri

yang dibuatkan adalah media Mueller Hinton Agar (MHA)

2) Alat yang digunakan untuk membuat media MHA disterilkan terlebih dahulu dengan

menggunakan autoclave selama 15 menit dengan suhu 121℃. Semua peralatan yang

digunakan disterilkan dan dibungkus menggunakan alumunium foil sebelum

dimasukkan ke dalam autoclave

3) Media agar Mueller Hinton Agar ditimbang sebanyak gram selanjutnya dimasukkan

kedalam labu erlenmayer lalu ditambahkan liter aquadest dan diaduk dengan

menggunakan batang pengaduk, untuk melarutkan media dipanaskan menggunakan hot

plate hingga mendidih

4) Media MHA yang telah dibuat kemudian disterilkan di dalam autoklaf selama 15 menit

pada suhu 121°C. Setelah disterilkan tunggu suhu sampai hangat hangat kuku sekitar

40ºC-50ºC

5) Media disimpan pada suhu 2-8 ºC


10
c. Persiapan suspensi Bakteri

1) Bakteri Streptococcus mutans disesuaikan tingkat kekeruhannya dengan standar 0,5 Mc

Farland 10-7 CFU/ ml (standar ini digunakan untuk pembanding kekeruhan biakan

bakteri dalam media cair dengan kepadatan antara 1x 107 – 1 x 108 CFU/ ml

2) Bakteri tersebut kemudian diremajakan dengan cara memindahkan satu ose biakan ke

dalam media NA miring segar, diinkubasi pada suhu 37 ℃ selama 24 jam

d. Pengujian ekstrak

1) Meja disterilkan terlebih dahulu menggunakan alkohol 70 % untuk mengurangi

kontaminasi mikroorganisme lain selanjutnya media MHA dituang kedalam cawan petri

dan ditunggu media hingga memadat

a) Selanjutnya dibuat sumuran dengan diameter 6 mm sebagai tempat ekstrak. lalu diambil

suspensi bakteri dan diusap menggunakan cotton swab hingga merata, lalu dimasukkan

ekstrak ranting patah tulang (Euphorbia tirucalli), kontrol positif dan negatif ke dalam

lubang sumuran menggunakan mikro pipet.

b) Media NA yang berisi larutan ekstrak diinkubasi pada temperatur 37 ℃ selama 24 jam

c) Setelah diinkubasi selama 24 jam, diukur zona hambatnya (zona bening) pada masing-

masing lubang sumuran dengan menggunakan penggaris

3. Mengukur Zona Hambat


Adapun cara untuk melakukan pengukuran tersebut dilakukan dengan menggunakan
rumus yang ada. Berikut adalah cara pengklasifikasian respon penghambatan bakteri dapat
dilihat pada gambar dibawah ini:
11
Gambar 3. Pengukuran Diameter Zona Hambatan (mm) pada Metode Difusi
Keterangan : : Daerah Jernih/ Zona Hambatan
: Bahan Uji

Zona hambatan diukur dalam milimeter (mm), dengan cara pengukuran sebagai berikut:
Pengukuran I = (AB–ab) : 2
Pengukuran II = (CD–cd) : 2
Pengukuran III = (EF–ef) : 2
Daerah Hambatan = Pengukuran I + II + III
3

Pengklasifikasian respon penghambatan pertumbuhan fungi dapat dilihat dari Tabel

berikut

Tabel 3. Pengklasifikasian Respon Penghambatan Bakteri

Diameter (mm) Response of barriers


1-4 Weak

5-10 Middle
11-20 Strong

> 20 Very strong

12
Sumber: David and Stout (1971: 1)

Daftar Pustaka

David And Stout. (1971). Disc Plate Method Of Microbiological Antibiotic Assay. Applied
Microbiology. 22(4). Journaldiscplatemethod.ac.id

Hariana, Arief. (2008). Tumbuhan Obat Dan Khasiatnya 2. Jakarta: Penebar Swadaya.

13
Hutauruk. (2016). Pengaruh Pemberian Asap Cair Pada Berbagai Konsentrasi Terhadap
Pertumbuhan Streptococcus mutans Penyebab Karies gigi. Jurnal Kedokteran
Diponegoro, 5(1), 34–42.
https://www.neliti.com/id/publications/108766/pengaruh-pemberian-asap-cair-
pada-berbagai-konsentrasi-terhadap-pertumbuhan-stre

Pata’dungan, silvani R. (2018). Efek Pemberian Getah Tanaman Patah Tulang


(Euphorbia tirucalli ) Terhadap Jumlah Makrofag Pada Model Perlakuan Akut
(Skripsi). Makassar (ID): Program Studi Farmasi Universitas Hasanuddin.
http://digilib.unhas.ac.id.

Rollando. (2019). Senyawa Anti Bakteri Dari Fungi Endofit. Malang: CV Seribu Bintang.

Sandi, I. M., Bachtiar, H., Hidayati, & All., E. (2015). Perbandingan Efektivitas Daya
Hambat Dadih Dengan Yogurt Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus
mutan. Jurnal B-Dent. 2(2), 88-94. https://studylibid.com/doc/309556/jurnal-b---
dent---vol.-2---repositori-universitas-andalas

Setiawati, Wiwin, dkk. (2008). Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati. Bandung: Balai
Penelitian Tanaman Sayuran.

Setiorini, M. S., Soegihardjo, C. J., & Atmodjo, K. (2014). Potensi Antimikrobia Krim
Ekstrak Ranting Patah Tulang (Euphorbia tirucalli Linn.) Terhadap
Propionibacterium acnes ATCC 11827 dan Candida albicans ATCC 24433.
Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas. 36(3), 1–5. https://doi.org/10.1088/0256-
307X/36/3/030302.

14

Anda mungkin juga menyukai