Penulis:
Hosniyah
Pembimbing:
Dr. Akhmad, .Kes
Drs. H. Jailani, M.si
Buku Penuntun Uji Daya hambat Bakteri ini ditunjukkan bagi mahasiswa yang ingin
memahami cara pengendalian pertumbuhan bakteri dengan menggunakan ekstrak alami yakni
ekstrak ranting tanaman patah tulang . Buku penuntun ini mengacu pada hasil penelitian yang
dilaksanakan oleh penulis dan memiliki bagian utama yaitu:
iii
iii
Kata Pengantar
Segala Puji bagi Allah SWT. Yang telah memberikan kekuatan dan kesempatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan buku penuntun ini. Kebutuhan mahasiswa akan
sumber belajar terbaru yang relevan dan terkini dalam membahas Pengendalian
Pertumbuhan Bakteri mendorong penulis untuk menyusun buku penuntun Uji Daya Hambat
Bakteri ini.
Buku penuntun berdasarkan hasil penelitian Uji daya hambat ekstrak rantig patah tulang
(Euphorbia tirucalli) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Oleh karena itu,
buku penuntun ini berisi tahapan-tahapan yang pernah dilakukan penulis selama proses
penelitian dan pengalaman penulis dalam mengolah data hasil penelitian.
Penulis menyampaikan terima kasih khususnya kepada Dr. H. Akhmad, M.Kes selaku
pembimbing I dan Drs. H. Jailani, M. Si selaku pembimbing II atas segala masukan dan
saran dalam perbaikan buku penuntun Uji Daya Hambat Bakteri ini. Semoga masukan yang
telah diberikan kepada penulis selama proses penyusunan buku penuntun ini mendapat
balasan kebaikan dari Allah SWT.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam buku penuntun ini, oleh
karena itu masukan dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan hasil.
Semoga buku penuntun ini bemanfaat bagi para mahasiswa untuk mempelajari
Bakteriologi, khususnya terkait Uji Daya Hambat Bakteri.
Penulis
iii
iii
Daftar Isi
Daftar Isi………………………………………………………………………………... iv
Pendahuluan…………………………………………………………………………… 1
Peta Konsep……………………………………………………………………………. 2
Kegiatan Belajar……………………………………………………………………….. 3
A. Mengkaji Teori…………………………………………………………………… 3
B. Kegiatan Belajar….………………………………………………………………. 6
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………. 13
iv
iii
A. Dosen
Agar mahasiswa mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, dosen sebagai
fasilitator, pengajar serta evaluator. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
3. Membimbing mahasiswa dalam menentukan sumber belajar lain yang relevan dan dapat
digunakan mahasiswa sebagai penunjang dan pelengkap terhadap materi yang terdapat
di dalam buku penuntun ini
4. Memberikan motivasi kepada mahasiswa untuk terus belajar sehingga pengethuan yang
dimiliki mahasiswa tidak terbatas pada materi yang terdapat dalam buku penuntun ini
saja
B. Mahasiswa
Guna memperoleh hasil belajar yang maksimal, maka langkah-langkah yang perlu
dilakukan dalam menggunakan buku penuntun ini adalah sebagai berikut:
1. Baca dan pahami dengan seksama uraian materi yang ada pada kegiatan belajar. Bila
terdapat materi yang kurang jelas, bertanyalah kepada dosen
2. Kerjakan tugas formatif untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi-
materi yang dibahas pada kegiatan pembelajarn
3. Refleksilah penguasaan materi Anda. Jika tingkat pencapaian masih dibawah 80%,
maka wajib untuk mengulang. Ulangi lagi kegiatan belajar sebelumnya atau bertanya
kepada dosen yang mengampu kegiatan pembelajaan yang bersangkutan
v
Pendahuluan
Semester :7
Mata Kuliah ini merupakan cabang dari ilmu biologi yang mempelajari mengenai
bakteri, baik dari struktur, fisiologi, pengendalian serta peranan bakteri dalam kehidupan
manusia. Adapun dalam pengendalian bakteri dapat dilakukan dengan memanfaatkan obat
alami yang sering ditemui di masyarakat.
C. Prasyarat
Sebelum mempelajari buku penuntun ini, disyaratkan anda memiliki pengetahuan dasar
tentang biologi, terutama pada konsep:
2. Struktur sel bakteri dan peranan bakteri bagi kehidupan makhluk hidup
- Diencerkan menggunakan
pelarut aseton
- Dibagi dalam 5 variasi
konsentrasi yaitu 25 µg, 50 µg,
75 µg, 100 µg, 200 µg
2
Kegiatan Belajar
A. Mengkaji Teori
Tanaman Patah tulang merupakan tanaman berbentuk Perdu yang tumbuh tegak ini
mempunyai tinggi 2-6 m dengan pangkal berkayu, bercabang banyak, dan bergetah seperti
susu yang beracun. Patah tulang mempunyai ranting yang bulat silindris berbentuk pensil,
beralur halus membujur, dan berwarna hijau. Rantingnya setelah tumbuh sekitar satu
jengkal akan segera bercabang dua yang letaknya melintang, demikian seterusnya sehingga
tampak seperti percabangan yang terpatah-patah. Daunnya jarang, terdapat pada ujung
ranting yang masih muda, kecil-kecil, bentuknya lanset, panjang 7-25 mm, dan cepat
rontok. Bunga majemuk, tersusun seperti mangkuk, warnanya kuning kehijauan seperti
ranting. Jika masak, buahnya akan pecah dan melemparkan biji-bijinya (Setiawati, 2008:
141-142).
Tanaman patah tulang (Euphorbia tirucalli) mempunyai rasa tawar, tetapi semakin lama
menimbulkan rasa tebal dilidah, berbau lemah dan getahnya beracun. Beberapa bahan kimia
yang terkandung dalam getah patah tulang diantaranya senyawa euphorbone, taraksasterol,
alpha-lactucerol, euphol, senyawa damar, kautschuk (zat karet) dan zat pahit (Hariana,
2008: 167).
3
Ciri khas tumbuhan patah tulang (Euphorbia tirucalli) adalah tidak memiliki daun dan
hanya tersusun atas batang-batang yang mirip tulang belulang (Pata’dungan, 2018: 5).
Menurut Mangan (2009: 87), Getah tanaman patah tulang (Euphorbia tirucalli) beracun
dan dapat menimbulkan rasa mual. Khasiat getahnya sebagai antirematik, antisifilis,
antinyeri, obat sakit lambung, antiasma dan antibakteri. Tanaman Patah tulang (Euphorbia
tirucalli) memiliki aktifitas antibakteri dan anti jamur karena mengandung senyawa
4
fitokimia flavonoid, alkaloida, steroida, saponin, dan tanin, yang dapat menghambat
bersifat anaerob fakultatif serta berbentuk kokus yang sendirian, berbentuk bulat atau bulat
telur dan tersusun seperti rantai. Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 18oC
– 40oC (Sandi, 2015: 90). Bakteri ini termasuk dalam kelompok Streptococcus hemolitik
alfa, atau disebut juga Streptococcus viridians, karena dapat menimbulkan hemolisis sel
darah merah yang berakibat pemudaran warna hijau kecoklatan disekitar koloni. Pemudaran
warna hijau disebabkan pembentukan produk hemoglobin. Dinding sel bakteri terdiri dari
protein, karbohidrat, dan peptidoglikan. Bakteri ini tumbuh dengan baik pada suhu 37 C
(Rollando, 2019: 20). Streptococcus mutans tumbuh pada suhu 18-400C dalam suasana
fakultatif anaerob, sehingga bakteri ini dapat tumbuh dengan atau tanpa oksigen.
Streptococcus mutans memiliki kemampuan untuk melekat pada permukaan gigi dan
5
Menurut Rollando (2019: 21), klasifikasi bakteri Streptococcus mutans sebagai berikut:
Kerajaan : Monera
Divisi : Firmicutes
Kelas : Bacili
Bangsa : Lactobacilalles
Suku : Streptococcaceae
Marga : Streptococcus
B. Kegiatan Belajar
1. Alat dan Bahan
a. alat
6
No Nama Alat Jumlah
.
11 Rotary evaporator 1 unit
.
12 Gunting 1 buah
.
13 Cawan Petri 3 unit
.
14 Gelas kimia 2 buah
.
15 Vortex 1 unit
.
16 Tabung reaksi 2 buah
.
17 Batang pengaduk 2 buah
.
18 Botol Vial 5 buah
.
19 Bunsen 2 buah
.
20 Inkubator 1 unit
.
21 Spatula 2 buah
7
No Nama Alat Jumlah
.
22 Hot plate 1 unit
.
23 Spectrophotometry 1 unit
.
24 Spectrophotometer 1 unit
.
25 Autoklaf 1 unit
.
26 Water bath 1 unit
.
27 Aluminium foil Secukupnya
.
28 Pipet Tetes 1 buah
.
29 Kertas saring 3 buah
b. Bahan
8
No Nama Bahan Jumlah
3. Aseton 5 ml
4. Aquades secukupnya
2. Cara Kerja
1) Sebanyak 2000 gram ranting patah tulang (Euphorbia tirucalli) dicuci dengan air
3) Simplisia yang telah halus di meserasi dengan cara merendam simplisia kedalam pelarut
kertas penyaring
4) Residu kembali dimeserasi dengan cara yang sama sampai tiga kali
5) Ekstrak hasil meserasi yang dihasilkan ditampung menjadi satu dan diuapkan dengan
9
6) Ekstrak yang telah dievaporasi selanjutnya ditampung dalam wadah dan diangin-
7) Ekstrak kental ranting tanaman patah tulang diencerkan dengan pelarut aseton sehingga
diperoleh variasi konsentrasi 25 µg/µL, 50 µg/µL, 75 µg/ µL, 100 µg/ µL dan 200 µg/
µL
1) Media bakteri dibuatkan terlebih dahulu sebelum dilakukan pembiakan bakteri. Media
ini berfungsi sebagai tempat untuk membiakkan bakteri yang akan diuji. media bakteri
2) Alat yang digunakan untuk membuat media MHA disterilkan terlebih dahulu dengan
menggunakan autoclave selama 15 menit dengan suhu 121℃. Semua peralatan yang
3) Media agar Mueller Hinton Agar ditimbang sebanyak gram selanjutnya dimasukkan
kedalam labu erlenmayer lalu ditambahkan liter aquadest dan diaduk dengan
4) Media MHA yang telah dibuat kemudian disterilkan di dalam autoklaf selama 15 menit
pada suhu 121°C. Setelah disterilkan tunggu suhu sampai hangat hangat kuku sekitar
40ºC-50ºC
Farland 10-7 CFU/ ml (standar ini digunakan untuk pembanding kekeruhan biakan
bakteri dalam media cair dengan kepadatan antara 1x 107 – 1 x 108 CFU/ ml
2) Bakteri tersebut kemudian diremajakan dengan cara memindahkan satu ose biakan ke
d. Pengujian ekstrak
kontaminasi mikroorganisme lain selanjutnya media MHA dituang kedalam cawan petri
a) Selanjutnya dibuat sumuran dengan diameter 6 mm sebagai tempat ekstrak. lalu diambil
suspensi bakteri dan diusap menggunakan cotton swab hingga merata, lalu dimasukkan
ekstrak ranting patah tulang (Euphorbia tirucalli), kontrol positif dan negatif ke dalam
b) Media NA yang berisi larutan ekstrak diinkubasi pada temperatur 37 ℃ selama 24 jam
c) Setelah diinkubasi selama 24 jam, diukur zona hambatnya (zona bening) pada masing-
Zona hambatan diukur dalam milimeter (mm), dengan cara pengukuran sebagai berikut:
Pengukuran I = (AB–ab) : 2
Pengukuran II = (CD–cd) : 2
Pengukuran III = (EF–ef) : 2
Daerah Hambatan = Pengukuran I + II + III
3
berikut
5-10 Middle
11-20 Strong
12
Sumber: David and Stout (1971: 1)
Daftar Pustaka
David And Stout. (1971). Disc Plate Method Of Microbiological Antibiotic Assay. Applied
Microbiology. 22(4). Journaldiscplatemethod.ac.id
Hariana, Arief. (2008). Tumbuhan Obat Dan Khasiatnya 2. Jakarta: Penebar Swadaya.
13
Hutauruk. (2016). Pengaruh Pemberian Asap Cair Pada Berbagai Konsentrasi Terhadap
Pertumbuhan Streptococcus mutans Penyebab Karies gigi. Jurnal Kedokteran
Diponegoro, 5(1), 34–42.
https://www.neliti.com/id/publications/108766/pengaruh-pemberian-asap-cair-
pada-berbagai-konsentrasi-terhadap-pertumbuhan-stre
Rollando. (2019). Senyawa Anti Bakteri Dari Fungi Endofit. Malang: CV Seribu Bintang.
Sandi, I. M., Bachtiar, H., Hidayati, & All., E. (2015). Perbandingan Efektivitas Daya
Hambat Dadih Dengan Yogurt Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus
mutan. Jurnal B-Dent. 2(2), 88-94. https://studylibid.com/doc/309556/jurnal-b---
dent---vol.-2---repositori-universitas-andalas
Setiawati, Wiwin, dkk. (2008). Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati. Bandung: Balai
Penelitian Tanaman Sayuran.
Setiorini, M. S., Soegihardjo, C. J., & Atmodjo, K. (2014). Potensi Antimikrobia Krim
Ekstrak Ranting Patah Tulang (Euphorbia tirucalli Linn.) Terhadap
Propionibacterium acnes ATCC 11827 dan Candida albicans ATCC 24433.
Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas. 36(3), 1–5. https://doi.org/10.1088/0256-
307X/36/3/030302.
14