Anda di halaman 1dari 25

TUGAS FARMASI SOSIAL

“konsep diri farmasi dari kemampuan mendeskripsikan keterampilan social


farmasi (Karakteristik revolusi industri 4.0, jiwa dan standar kompetensi
apoteker Indonesia, peran farmasis di era revolusi industri)”

OLEH

KELOMPOK 4

FAKULTAS FARMASI

JURUSAN FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
NAMA ANGGOTA KELOMPOK 4
LA ODE MASRUN O1A116021

WA ODE SUKMAWATI O1A118052

NURKHALIS BINTANG O1A118065

FAULIA FAJAR RAHAYU


O1A118084

SHELA R. NURTAMARA O1A118101

AZIZAH AMALIYAH O1A118103

VIRA CINDI CINDIKIA O1A118135

MEININGRUM SRIWULAN SAREWO O1A118150

ZULIASTI O1A118163

AMNI WAHYUNI O1A118164

BINTANG BERLIAN O1A118166

FADLIAH RAMADHAN O1A118172

MUHAMMAD FACHRY SYAWAL PUTRA O1A118176

NUR FATIMA O1A118204

WA ODE FAJAR NINGSI O1A118217


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warhmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan makalah yang berjudul “konsep
diri farmasi dari kemampuan mendeskripsikan keterampilan social farmasi
(Karakteristik revolusi industri 4.0, jiwa dan standar kompetensi apoteker
Indonesia, peran farmasis di era revolusi industri)” dapat terselesaikan, Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah
Farmasi Sosial di Program Studi Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas
Halu Oleo.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan


baik pada teknis penulisan-penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat saya
harapkan, khusunya Ibu apt. Rifa’atul Mahmudah, S.Farm., M. Farm selaku
dosen matakuliah Farmasi Sosial, hal tersebut dibutuhkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penlis menyampaikan ucapan terimakasih


yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini, khususnya kepada Ibu apt. Rifa’atul Mahmudah, S.Farm., M. Farm
Selaku  Dosen Mata kuliah Farmasi Sosial yang telah memberikan tugas dan
petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Kendari, 02 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Kata Pengantar..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................6
1.3 Tujuan...............................................................................................................................6
BAB II.............................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..............................................................................................................................7
2.1 Konsep Diri Farmasi Dari Kemampuan Mendeskripsikan Keterampilan Social
Farmasi................................................................................................................. 7
2.2 Karakteristik Revolusi Industri 4.0........................................................................................7
2.3 Jiwa Dan Standar Kompetensi Apoteker Indonesia................................................................8
2.4 Peran Farmasis Di Era Revolusi Industri.............................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................14
PENUTUP.....................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Kata Pengantar

Farmasi adalah suatu profesi yang concern, commitment, competence


tentang obat. Dari definisi tersebut muncul istilah profesi yang didefinisikan
sebagai suatu pekerjaan (okupasi) yang mempunyai otonomi/menunjukkan
karakteristik ilmu yang sangat khusus (specialized knowledge), dan diperoleh
lewat proses pendidikan perguruan tinggi setingkat strata 1 (S-1) dilanjutkan
dengan pendidikan profesi (academic preparation), yang juga ditentukan oleh
waktu menempuh pendidikan yang bersangkutan (length of training).

Berdasarkan undang-undang, farmasi merupakan profesi di bidang


kesehatan yang bertanggung jawab atas kualitas (Quality Assurance) obat dan
penggunaan klinisnya. Selanjutnya, farmasi secara fundamental dan
professional, menyelenggarakan pelayanan tentang keamanan dan penggunaan
obat yang tepat guna dan benar serta rasional (safe and appropriate/rational
use of drugs) untuk mencapai tujuan pokok pengabdiannya, yatu peningkatan
kesehatan (promosi). Dalam usaha/proses tersebut, diperlukan prinsip dasar
kepemimpinan (leadership). Karakterisitik kepemimpinan dalam kefarmasian
adalah low profile, karena posisinya yang tidak langsung menangani pasien,
dan penatalaksanaan pelayanan kesehatan dimulai oleh dokter yang
melakukan pemeriksaan, disimpulkan dalam diagnosis. Sikap dan perilaku
low profile (rendah hati) harus segera diikuti dengan selfconfidence saat
pasien mendapatkan terapi (farmakologi), karena penatalaksanaan pelayanan
kesehatan telah masuk kawasan pengabdian profesi farmasi, yaitu pelayanan
kefarmasian.

evolusi Industri 4.0 adalah pola mengubah cara hidup, bekerja,


berhubungan satu sama lain pada berbagai bidang. untuk menghadapi era
tersebut, maka diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia
khususnya tenaga kesehatan. Indonesia memiliki keragaman hayati yang bisa
di manfaatkan sebagai bahan baku dari biofarmasi. namun demikian, industri
perlu terus melakukan riset untuk pengembangan inovasinya.
Revolusi industri 4.0 telah merubah berbagai pola perilaku masyarakat dalam
memanfaatkan teknologi untuk mendapatkan beragam kemudahan.
penggunaan plat form digital saat ini pun telah merambah pada pemenuhan
dalam layanan kesehatan. perkembangan teknologi dan internet telah
mempengaruhi interaksi pasien dengan petugas kesehatan.

Pengunaan bioteknologi dalam industri obat – obatan dan farmasi


adalah perkembangan yang paling berpengaruh di dunia teknologi di abad ke
21. dalam upaya untuk memahami biologi, memberantas penyakit dan
menjaga kesehatan dan kekuatan, biteknologi telah mencapai tingkat yang
sangat tinggi dalam usaha menemukan rahasia kehidupan serta memanipulasi
kehidupan. Para siswa mampu bersaing secara global, karena memasuki era
revolusi industri 4.0. digitalisasi sudah sangat merebak, sehingga di butuhkan
kompetensi yang link dan match dengan dunia indsutri. perkembangan
industri farmasi saat ini menjadi salah satu faktor utama untuk mendorong
para siswa agar mampu melebarkan sayap dan menjadi sumber daya manusia
yang kompetitif di era revolusi industri 4.0 saat ini.. selain pendidikan,
diharapkan siswa juga mengembangkan diri dengan berbagai keterampilan.
setiap orang memiliki passion yang seharusnya dapat dikelola dengan tepat.
untuk saling berkolaborasi dan memperbanyaknya serta inovasi yang dapat
saling membangun agar perindustrian farmasi jauh lebih baik lagi dan hindari
dari saling berkompetisi.

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Diri Farmasi Dari Kemampuan Mendeskripsikan Keterampilan


Social Farmasi

Farmasi (bidang kefarmasian) adalah suatu profesi yang concerns,


commits, dan competents tentang obat. Dari definisi tersebut muncul istilah
profesi, yaitu suatu pekerjaan (occupation) yang menunjukkan karakter
specialised knowledge dan diperoleh melalui academic preparation. (Wertheimer
dan Smith, 1989). Pengertian profesi dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu
(Wertheimer dan Smith, 1989): Pertama, Statutory Profession, berdasarkan
legislative act, profesi yang didasarkan atas undangundang. Kedua, Learned
Profession, merupakan out-put suatu pendidikan tinggi dengan proses
belajarmengajar yang membutuhkan waktu relatif panjang, berkesinambungan,
dan karakteristik, dengan bercirikan: Unusual learning, yaitu dididik dan
menerima pengetahuan yang khas, sehingga tidak diperoleh di tempat lain atau
dianggap “aneh” oleh bidang yang berbeda. Fakultas Farmasi mengajarkan antara
lain physical pharmacy, medicinal chemistry, pharmacognosy, pharmaceutical
chemistry, pharmaceutical technology, phytochemistry, pharmacokinetics and
biopharmaceutics, dan clinical pharmacy, yang kesemuanya bersifat khas dan
tidak umum. Hal ini merupakan salah satu bukti kuat bahwa Farmasi adalah suatu
profesi.

Penyandang profesi farmasi, secara internasional dan sebagaimana


direkomendasikan oleh WHO, selanjutnya disebut Farmasis, yang
personifikasinya dapat digambarkan sebagai berikut: Pertama, jantung dan
jiwanya senantiasa berdegup dan bergetar mengembang seirama dengan disiplin
ilmu dispensing and compounding. Pre-formulasi dan formulasi sediaan obat
diperbaiki dan disempurnakan agar mencapai efek yang optimal dengan dukungan
disiplin ilmu-ilmu teknologi farmasi, drug delivery systems, biofarmasetika dan
farmakokinetik, serta farmakoterapi dan farmasi klinik. Sebaliknya efek samping
diminimalkan berdasarkan pemahaman disiplin ilmu-ilmu interaksi obat, adverse
drug reactions, toksikologi, sifat-sifat bahan tambahan, dan fisiologi. Kedua, otak
dan pikirannya terpusat atau tercermin pada drugs and their actions sebagai
perwujudan pertanggungjawaban profesi bidang kesehatan, dan hubungan kait-
mengkait dengan getaran jantung serta jiwanya. Ketiga, berdasarkan karakter
ungkapan jiwa dan pikirannya, maka aktivitas “sosok” Farmasis adalah analisis
tentang jaminan mutu, keamanan, dan penggunaan sediaan obat yang
tepat/rasional.

Digambarkan sebagai bangunan, Farmasis adalah suatu monumen yang


megah dan sangat indah, ditegakkan di atas 4 pilar utama: pharmacology,
pharmaceutical chemistry, pharmaceutical technology, dan pharmacognosy, yang
tertancap kokoh pada disiplin ilmu-ilmu pengetahuan alam untuk farmasi.
Selanjutnya tampak tegar biopharmaceutics and pharmacokinetics berpuncak
clinical pharmacy, dihiasi dengan disiplin ilmu-ilmu sosial untuk farmasi:
management and administration, hygiene and epidemiology, serta etika.
Digambarkan sebagai pohon, Farmasis tersusun dari akar yang terdiri dari
rangkaian hibrida-hibrida ilmu pengetahuan alam yang terangkai sistematik
membentuk basic pharmaceutical sciences dan tertanam dalam “tanah” bidang
kesehatan. Batangnya tegak menjulang tinggi di atas akar yang kuat,
menggambarkan disiplin ilmu-ilmu terapan yang khas untuk kefarmasian,
mengikat dahan-dahan dan ranting-ranting yang proporsional untuk memperkuat
serta mempertegas karakteristik kefarmasian. Daunnya yang rimbun merupakan
ilmu-ilmu pendukung yang terkait untuk menyempurnakan gambaran farmasis,
sementara itu pohon yang bersangkutan mempersembahkan 4 macam bunga yang
merupakan kemampuan/keahlian dasar farmasis, yaitu complex bioavailability,
parenteral solution/dosage forms, drug monitoring, dan clinical applications.
Selanjutnya dari bunga-bunga tersebut dihasilkan 2 macam buah yang merupakan
sikap professional farmasis, yaitu product oriented dan patient oriented, buah
pertama ‘berasal” dari 2 bunga pertama, dan buah kedua dari 2 bunga terakhir.
Berdasarkan hasil kongres WHO di New Delhi (1988), maka pada tahun
1990 (Anonim, 1990), badan dunia di bidang kesehatan tersebut mengakui
/merekomendasi/ menetapkan kemampuan untuk diserahi tanggung jawab kepada
farmasis yang secara garis besar adalah sebagai berikut: Pertama, memahami
prinsip-prinsip jaminan mutu (quality assurance) obat sehingga dapat
mempertanggung jawabkan dan fungsi kontrol. Kedua, menguasai masalah-
masalah jalur distribusi obat (dan pengawasannya), serta paham prinsipprinsip
penyediaannya. Ketiga, mengenal dengan baik struktur harga obat (sediaan obat).
Keempat, mengelola informasi obat dan siap melaksanakan pelayanan informasi.
Kelima, mampu memberi advice yang informatif kepada pasien tentang penyakit
ringan (minor illnesses), dan tidak jarang kepada pasien dengan penyakit kronik
yang telah ditentukan dengan jelas pengobatannya. Keenam, mampu menjaga
keharmonisan hubungan antara fungsi pelayanan medik dengan pelayanan
farmasi.

WHO juga merekomendasikan bidang pekerjaan untuk farmasis, yang


katagorinya dapat disampaikan sebagai berikut: Pertama, apotik dan rumah sakit
(community and hospital pharmacy) Kedua, spesialis dalam aspek-aspek ilmiah
kefarmasian Ketiga, industri farmasi, sebagai manager sub system, pengelola
teknologi, dan penelitian. Keempat, pendidikan, pengelolaan, dan administrator
sistem-sistem dan pelayanan kefarmasian. Selanjutnya diperkenalkan Farmasi
Sosial, yaitu suatu disiplin ilmu (field of study) kefarmasian yang berkembang
dengan dukungan disiplin ilmu lain yang terkait untuk menguji, meneliti,
memahami, dan mengatasi persoalan-persoalan yang senantiasa timbul dalam
pengabdian profesi farmasi. Tujuan ilmu tersebut adalah pemahaman dan
penjelasan menyeluruh tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan farmasi
atau sedang dihadapi oleh farmasi

Definisi lain menyebutkan bahwa Farmasi Sosial merupakan hibrida ilmu


kefarmasian yang bergerak/berkembang di atas landasan teori serta metodologi
ilmu sosial dan perilaku (social and behaviour) untuk mengungkap masalah-
masalah pharmacy practice. Dalam hal ini disiplin ilmu-ilmu yang terkait, antara
lain, politik, komunikasi, psikologi, sosiologi, pendidikan, pharmacy practice,
ekonomi, manajemen, sejarah, dan antropologi. Perkembangan Farmasi Sosial
dipicu oleh adanya perubahan konsep pola penyakit dan penatalaksanaannya ke
pola hidup sehat dan promosi kesehatan. Dalam rangka menyambut dan
menyesuaikan perubahan tersebut, Farmasi Sosial juga bergeser dari konsep bio-
pathology ke sociopsychology, yang pada tindakan nyata menunjukkan
pergeseran dari product oriented ke patient oriented. Perubahan konsep tersebut
berakibat pada konteks kefarmasian, yaitu bergeser dari dispensing and
compounding menuju ke bentuk hubungan client-counsellor yang berarti farmasis
berfungsi sebagai konsultan obat (drug advicer) (Tim Pengampun Farmasi Sosial,
2001).

2.2. Karakteristik Revolusi Industri 4.0

Revolusi industri ke 4 saat ini, yang telah dimulai tahun 2000an, membuat
otomatisasi sudah semakin jauh berkembang utamanya pada sistem produksi
siber-fisik (cyber-physical). Hal ini secara luas telah melampaui
perkembanganteknologiyangdikenal denganpabrik pintar (smartfactories),
industri internetofthings, smartindustry, ataupunadvancemanufacturing.
Gambar 1. Revolusi Industri Ke 4 (Sogeti VINT, 2014)

Karakteristik industri 4.0adalah kombinasidaribeberapaperkembangan


teknologi-teknologi terbaru, yaitu:

o Sistem siber-fisik(cyber-physical systems).


o Teknologi Informasi dan komunikasi (information and communication
technology).
o Jaringankomunikasi (network communications).
o Big datadan cloud computing.
o Peningkatan kemampuan peralatanuntukinteraksidan kooperasimanusia-
komputer (human-computer).
o Pemodelan (modeling), virtualisasi (virtualization),dan simulasi
(simulation).

Sistem Siber-Fisik
Sistem siber-fisik (cyber-physicalsystems) meningkatkan kemampuan
untuk mengontrol dan memonitor proses fisik, dengan bantuan sensor, robot
cerdas, drone, printer3D dan lain sebagainya. Dalamcyber-physicalsystems,
komponen fisik seperti printer3D, dronedan robot, serta komponen perangkat
lunak seperti analisa data dan teknologi sensor semua disatukan kedalam jaringan
(network) yang saling berinteraksi antar elemennya. Pada saat input awal dan
produk akhir yang biasanya berbentuk fisik, informasi biasanya dipindahkan
antara kondisi fisik dan digital selama proses manufaktur berlangsung. Sebagai
contoh, aktivitas memindai (scan) komponen fisik yang menghasilkan
representasi model digital sesuai dengan hasil pindaiannya. Data digital ini
kemudian dapat dirubah kebentuk informasi fisik lagi menggunakan printer 3D.

Teknologi Informasi dan Komunikasi

80% inovasi - inovasi dalam manufaktur berbasis pada ICT. Digitalisasi


dan menyebarluasnya aplikasi ICT memungkinkan untuk mengintegrasikan
semua sistem diseluruh pasokandan rantai nilai sehingga dapat
mengagregasikan data di semua level. Seluruh informasi terdigitalisasi dan
kesesuaian sistem didalam dana antar perusahaan terintegrasi dalamsetiap tahapan
antar pembuatan dan penggunaan siklus hidup produk.

Manufaktur produk pintar (smart product) akan mengambil peran


tambahan dari tujuan utamanya: sebagai wadah informasi yang mengumpulkan
informasi sepanjang rantai suplai dan siklus hidupnya; sebagai agen; produk
secara aktif memberikan pengaruh kepada lingkungan, dan sebagai
observer;produk memonitor dirinya sendiri dan lingkungannya. Sebagai contoh,
item pakaian dapat memonitor berapa lama keusangannya atau seberapa sering
telah dicuci, untuk dilaporkan kepabrik dalam rangka untuk memproduksi
dibutuhkan. Pengembangan sektor ICT saat ini telah membentuk pondasi
industri 4.0, sebagai proses industrialisasi yang telah mulai untuk melampaui
otomatisasi sederhana dari produksi yang telah dimulai padaawal 1970an.

Komunikasi Jaringan (Network Communications)


Semua peralatan ini, baik pada pabrik manufaktur,pemasok dan
distributor semua terhubung melalui teknologi internet dan wireless. Jaringan
komunikasi dengan kualitas tinggi yang terpercaya menjadi kebutuhan paling
penting bagi industri 4.0 dan karenannya sangat penting untuk mengembangkan
infrastruktur jaringan internet dimana dibutuhkan .Jaringan dengan kemampuan
internet yang tinggi mampu menghubungkan antar komponen ini sehingga
dapat melakukan desentralisasi dan pengaturan mandiri dari pengoperasian sistem
siber-fisik (cyber-physical systems).

Big Data dan Cloud Computing

Dengan penggunaan bigdatadan komputasiawan(cloudcomputing),


informasi yang diambil melalui jaringan ini dapatdigunakan untukmemodelkan,
memvirtualisasi dan mensimulasi produk danprosesmanufakturnya. Modelini
disebutsebagaikembar digital (digital twins),atauperalatan bayangan(device
shadows). Digital twinsadalah pendamping
komputerisasi(computerizedcompanion) dariassetfisikyangmampumelakukan
monitoring, diagnosis,dan prognosisasset secara langsung (real time).

Peralatan Yang Ditingkatkan Kemampuannya (Improved Tools)

Untukmelakukankontrolterhadap proses tersebut, tempat kerja manusia


dipasok dengan peralatan ICT yang dibuat untukdigunakan untukperkembangan
dalam augmented realitydan robot cerdas. Sistemsiber-fisikpadaindustri 4.0
memiliki tujuan utama untuk membantu manusiadalampekerjaansehari-hari.
Merekamenyertakanpembantu fisik exoskeletons, context-adaptivesistem untuk
mendiagnosa kesalahan,sistem perencanaan dan perawatan berbasis waktu,
mobile,personalisasi, sistemtutoryang adaptiveterhadapsituasi, danlain-lain. Fitur
kunci dari semua sistem pembantu tersebut adalah non-intrusiveness, context-
adaptiveness,personalisasi,berbasis lokasi dan mobilitas. Untuk memastikan
pengunaan secara optimal dan efisien, sistem-sistemtersebut harusdidesain
secarabaik, denganmemperhatikan kemungkinan untukdapatmerespon ucapan,
gerak, treking mata, bahasa tubuh, ekspresi wajah, gerakan fisik dan grafik-
grafik.

Aspek sentral dari industri 4.0adalah antarmuka (interface) nya dengan


infrastruktur pintar lainnya, seperti, bangunan pintar(smart building), rumah
pintar (smarthome), logistik pintar (smart logistic), mobilitas danjaringan, serta
konektifitas terhadap bisnis dan web sosial.Halinisangat penting bahwaarea-area
kunci inidipertimbangkanketika mengimplementasikan industri 4.0. karenanya,
dapat dikatakan, bahwa efek dari industri 4.0tidak terbataspada
manufacturingnamunjuga berpengaruh kepada berbagai aspek kehidupan manusia
(Fauzan, 2018).

Konsep Dasar IR 4.0

Era IR 4.0 pada prinsipnya adalah memberdayakan peran digitalisasi


manufaktur dan jaringan suplai yang melibatkan integrasi informasi dari berbagai
sumber dan lokasi. Pemanfaatan informasi digital tersebut digunakan untuk
menggerakkan manufaktur dan distribusi fisik. Integrasi antara teknologi
informasi dan teknologi operasi ini ditandai dengan koneksi perpindahan
lompatan peran fisik ke digital ke fisik.

Gambar 2. Lompatan Fisik – Digital – Fisik pada Industri 4.0


IR 4.0 memanfaatkan Internet of Things (IoT), teknologi fisik dan digital
untuk keperluan analisis, manufaktur, robotik, komputasi canggih, artificial
intelligence, teknologi kognitif, advance materials dan augmented reality dalam
menjalankan siklus operasi bisnis. Framework kerja dari industri 4.0. Secara
umum pelaksanaan IR 4.0 tidak terlepas dari pengelolaan data dan analisis sebagai
inti teknologi. Pengelolaan data dan analisis tersebut meliputi digitalisasi dan
integrasi rantai pasok secara horizontal dan vertikal. Komponen teknologi yang
digunakan adalah IoT platform, Cloud Computing, dan Mobile Devices sebagai
digitalisasi produk dan layanan. Komponen teknologi yang digunakan Augmented
reality, multilevel costumer interraction and costumer profilling, big data analytics
and advanced algorithm dan smart sesnsor sebagai pelaksanaan bisnis secara
digital dan layanan konsumer yang berkemajuan. Teknologi yang digunakan
diantaranya 3D Printing, Location Detection Technology, Advanced Human-
Machine interfaces, dam authentification and fraud detection(Suharmandan Hari,
2019).

Penerapan Industri 4.0

IR 4.0 saat ini telah banyak diterapkan di Industri Farmasi dan telah
mendapatkan dukungan dari para stakeholder untuk menjamin kemanan dan
perlindungan masyarakat. Industri farmasi pada awalnya masih menerapkan
sistem batch manufacturing yang bercirikanmult-step, kaku, dan dengan peralatan
skala besar.Penerapan IR 4.0 telah mengubah konsep batch manufacturing
menjadi konsep continous yang sederhana dana akurat. Continous manufacturing
melibatkan system transportasi yang baik sehingga dapat menghemat waktu dan
mengurangi factor kesalahan manusia karena semuanya terintegrasi dan
terkontrol.

Secara umum manufaktur obat terdiri dari lima unit operasi yaitu sintesis,
kristalisasi, pencampuran,granulasi dan kompaksi produk dengan coating. Konsep
continuous manufactur tetap menjalankan tahapan tahapan produksi, tetapi
terintegrasi dengan proses system kontrol yang memungkinkan proses berjalan
secara kontinu dan terkendali sehingga membutuhkan waktu yang lebih singkat
dan alat–alat yang digunakan bervolume lebih kecil. Pemanfaatan 3DP berbasis
kontrol digital terhadap material juga sudah dimanfaatka nuntuk menghasilkan
obat dengan geometri yang lebih spesifik.

Gambar 3. Simulasi perbedaan manufaktur batch dan manufaktur kontinu pada


industri farmasi

Proses manufaktur kontinu telah mengadopsi konsep satuan unit operasi


yang saling bersambungan mulai dari sintesa, kristalisasi, pencampuran, granulasi
dan pelapisan dengan kapsul. Di L.B. Bohle’s Technology Center di Ennigerloh
Jerman telah dilakukan pengembangan produk farmasi yang portable, miniatur
dan modular berbasis dosis sehingga memungkinkan konsumer dapat menentukan
sendiri produksinya dan menjalankan proses kontrol system secara terintegrasi.

Diantara keuntungan manufaktur kontinu adalah proses mengintegrasikan


semua tahapan produksi dari mulai produksi hingga sistem kontrolyang baik
dengan biaya yang murah serta dengan kecepatan produksi yang lebih baik. Jika
ditinjau perbandingannya dengan sistem batch, maka dalam waktu 24 jam yang
sama sistem kontinu mampu memproduksi obat lebih banyak. Demikian pula
ditinjau dari kualitas produk, sistem kontinu lebih terkontrol karena waktu tinggal
dan proses antara yang bisa diminimalisasi. Peralatan yang digunakan juga relatif
lebih kecil sehingga maintenance lebih mudah. Demikian pula mampu
mengurangi kemungkinan produk terkontaminasi karena produksi terjadi secara
kontinu dalam satu line produksi yang terintegrasi(Suharmandan Hari, 2019).

2.3. Standar Kompetensi Apoteker Indonesia

Standar Kompetensi Apoteker Indonesia terdiri dari 10 (sepuluh) standar


kompetensi.

Standar Kompetensi:

1. Praktik kefarmasian secara professional dan etik


2. Optimalisasi penggunaan sediaan farmasi
3. Dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan
4. Pemberian informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan
5. Formulasi dan produksi sediaan farmasi
6. Upaya preventif dan promotif kesehatan masyarakat
7. Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
8. Komunikasi efektif
9. Ketrampilan organisasi dan hubungan interpersonal
10. Peningkatan kompetensi diri

Standar kompetensi terdiri atas 9 unit kompetensi :

1.Mampu melakukan Praktik Kefarmasian Secara Profesional dan Etik

2.Mampu Menyelesaikan Masalah Terkait Dengan Penggunaan Sediaan Farmasi

3.Mampu melakukan Dispensing Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

4.Mampu Memformulasi dan Memproduksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


Sesuai Standar Yang Berlaku

5.Mempunyai Ketrampilan Dalam Pemberian Informasi Sediaan Farmasi dan Alat


Kesehatan
6. Mampu Berkontribusi Dalam Pencegahan dan Promosi Kesehatan Masyarakat

7. Mampu Mengelola Upaya Farmasi dan Alat Kesehatan Sesuai Dengan Standar
Yang Berlaku

8. Memiliki Ketrampilan Organisasi dan Mampu Membangun Hubungan


Interpersonal Dalam Melakukan Praktik Kefarmasian

9. Mampu Mengikuti Perkembangan Pengetahuan dan Teknologi Yang


Berhubungan Dengan Kefarmasian

Kompetensi 1

Mampu Melakukan Praktik Kefarmasian Secara Profesional dan Etik

(7 elemen)

a. Menguasai Kode Etik Yang Berlaku Dalam Praktik Profesi

b. Menerapkan Praktik Kefarmasian Secara Hukum dan Profesional Sesuai Kode


Etik Apoteker Indonesia

c. Memiliki Keterampilan Komunikasi

d. Mampu Komunikasi Dengan Pasien

e. Mampu Komunikasi Dengan Tenaga Kesehatan

f. Mampu Komunikasi Secara Tertulis

g. Mampu Melakukan Konsultasi/Konseling Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


(Konseling Farmasi)

Kompetensi 2

Mampu Menyelesaikan Masalah Terkait Dengan Penggunaan Sediaan Farmasi (6


elemen)
1. Mampu Menyelesaikan Masalah Penggunaan Obat Yang Rasional

2. Mampu Melakukan Telaah Penggunaan Obat Pasien

3. Mampu Memantau Efek Samping Obat (MESO)

4. Mampu Melakukan Evaluasi Penggunaan Obat

5. Mampu melakukan Praktik Pengawasan Obat Terapi (TDM)*

6. Mampu Mendampingi Pengobatan Mandiri (Swamedikasi) Oleh Pasien

Kompetensi 3

Mampu melakukan Dispensing Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

(3 elemen)

1. Mampu melakukan Penilaian Resep

2. melakukan Evaluasi Obat Yang Diresepkan

3. melakukan Penyiapan dan Penyerahan Obat Yang Diresepkan

Kompetensi 4

Memformulasi dan Memproduksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Sesuai


Standar Yang Berlaku

1. Mampu Melakukan Persiapan Pembuatan/ Produksi Obat

2. Mampu Membuat Formulasi dan Pembuatan/Produksi Sediaan Farmasi

3. Mampu Iv-Admixture dan Mengendalikan Sitostatika/ Obat Khusus*

4. Mampu Melakukan Persiapan Persyaratan Sterilisasi Alat Kesehatan

5. Mampu Melakukan Sterilisasi Alat Kesehatan Sesuai Standar Prosedur


Kompetensi 5

Memiliki Ketrampilan Dalam Pemberian Informasi Sediaan Farmasi dan Alat


Kesehatan

1. Pelayanan Informasi Obat

2. Mampu Menyampaikan Informasi Bagi Masyarakat Dengan Mengindahkan


Etika Profesi Kefarmasian

Kompetensi 6

Mampu Berkontribusi Dalam Upaya Pencegahan dan Promosi Kesehatan


Masyarakat

1. Mampu Bekerjasama Dalam Pelayanan Kesehatan Dasar

Kompetensi 7

Mengelola Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Sesuai Dengan Standar Yang
Berlaku

1. Seleksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

2. Mampu melakukan Pengadaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

3. Mampu Mendesain, Melakukan Penyimpanan dan Distribusi Sediaan Farmasi


dan Alat Kesehatan

4. Mampu melakukan Pemusnahan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Sesuai


Peraturan

5. Mampu Menetapkan Sistem dan melakukan Penarikan Sediaan Farmasi dan


Alat Kesehatan

6. Mampu Mengelola Infrastruktur Dalam Pengelolaan Sediaan Farmasi dan


Alkes
Kompetensi 8

Memiliki Ketrampilan Organisasi dan Mampu Membangun Hubungan


Interpersonal Dalam Melakukan Praktik Kefarmasian

1. Mampu Merencanakan dan Mengelola Waktu Kerja

2. Mampu Mengoptimalkan Kontribusi Diri Terhadap Pekerjaan

3. Mampu Membangun Kepercayaan Diri

5. Mampu Menyelesaikan Masalah

6. Mampu Membangun Kepercayaan Diri Mampu Mengelola Konflik

Kompetensi 9 :

Mampu Mengikuti Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Yang


Berhubungan Dengan Kefarmasian

1. Belajar Sepanjang Hayat dan Kontribusi Untuk Kemajuan Profesi

2. Mampu Menggunakan Teknologi Untuk Pengembangan Profesionalitas

Peran Farmasis di Era Revolusi Industri 4.0

Revolusi Industri 4.0 adalah pola mengubah cara hidup, bekerja,


berhubungan satu sama lain pada berbagai bidang. untuk menghadapi era tersebut,
maka diperlukan peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya tenaga
kesehatan. Indonesia memiliki keragaman hayati yang bisa di manfaatkan sebagai
bahan baku dari biofarmasi. namun demikian, industri perlu terus melakukan riset
untuk pengembangan inovasinya.

Revolusi industri 4.0 memberikan juga pengaruh besar terhadap dunia


kesehatan. Hal ini juga tentunya berdampak pada dunia farmasi. Dengan adanya
internet, semua orang akan terhubung satu sama lain. Industri farmasi akan
berusaha untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas produknya, sekaligus
dapat mengurangi resiko dan limbah. Teknologi dapat mengotomatisasi proses
didalam apotek. Di era revolusi industri 4.0, apotek bisa saja dijalankan tanpa
seorang apoteker didalamnya. Pekerjaan apoteker akan jauh lebih mudah, karena
mereka tidak lagi akan bertemu langsung dengan konsumen, tetapi melalui
jaringan internet. Distribusi obat bahkan dapat dikontrol dari luar.

Pengunaan bioteknologi dalam industri obat – obatan dan farmasi adalah


perkembangan yang paling berpengaruh di dunia teknologi di abad ke 21. dalam
upaya untuk memahami biologi, memberantas penyakit dan menjaga kesehatan
dan kekuatan, biteknologi telah mencapai tingkat yang sangat tinggi dalam usaha
menemukan rahasia kehidupan serta memanipulasi kehidupan.

Perkembangan industri farmasi yang menggunakan teknologi nano saat ini


sudah tumbuh demikian pesat. nano teknologi merupakan teknologi yang
memungkinkan sebuah benda di pecah dalam skala nano meter atau satu per
semiliar meter dan merupakan salah satu teknlogi yang di sebut – sebut mampu
mendorong pertumbuhan industri dan ekonomi di segala bidang. di dunia farmasi,
nano teknologi berperan dalam meningkatkan kualitas produksi dan keamanan.

Dalam dunia farmasi, banyak tahapan uji yang dilakukan dalam


pembuatan sediaan obat, dari penentuan bahan baku hingga proses
pengemasannya yang tentu saja akan membantu keberhasilan dari suatu produk.
Setiap tahapan yang dilakukan juga saling terhubung satu sama lain sehingga
dalam peningkatan kualitas produk farmasi, industri membutuhkan teknologi yang
canggih. Selain untuk menjaga kualitas produk, pengembangan teknologi dalam
bidang farmasi akan mengurangi bahan baku yang berbasis kimia yang diimpor
dari luar negeri.

Biodiversitas Indonesia terbesar di dunia, ada kunyit, temu lawak, kayu


manis, tapi kita mulai cari yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi.
kemuadian ada lagi bioactive fraction atau fraksi – fraksi yang mempunyai
kemampuan biologi pada indikasi kesehatan tertentu. kementrian perindustrian
terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan daya saing industri dengan
melaksanakan berbagai program dan kebijakan strategis yang memperkuat
struktur sektor nya. dengan memasuki era industri 4.0 saat ini, transformasi ke
arah teknologi digital di nilai akan menciptakan nilai tambah tinggi di dalam
negeri.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Fauzan, R., 2018, Karakteristik Model Dan Analisa Peluang-Tantangan Industri


4.0, PHASTIJurnalTeknik InformatikaPoliteknikHasnur, Vol. 4 (1).
Suharmandan Hari W.M., 2019, Kajian Industri 4.0 Untuk Penerapannya Di
Indonesia, Jurnal Manajemen Industri Dan Logistik, Vol. 03 (1).
Tim Pengampun Farmasi Sosial Universitas Gadja Madah , 2001, Farmasi,
Farmasis, Dan Farmasi Sosial (Pharmacy, Pharmacist, And Social
Pharmacy), Majalah Framasi Indonesi, Vol.12(3)

Anda mungkin juga menyukai