Anda di halaman 1dari 17

ETIKA PELAYANAN KEFARMASIAN TERHADAP PASIEN DAN

TENAGA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT YANG BERLANDASKAN


PANCASILA DAN UNDANG-UNDANG

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah
Pancasila

Disusun oleh:

Rizki Romadhon

NIM. 11151020000009

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2016
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur saya mengucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan dan kesehatan untuk
menyelesaikan penulisan makalah ini. Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih
yang tulus kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dan doa dalam
menyelesaikan makalah yang berjudul Etika Pelayanan Kefarmasian Terhadap
Pasien Dan Tenaga Kesehatan Di Rumah Sakit Yang Berlandaskan Pancasila Dan
Undang-Undang. Makalah ini ditulis agar pembaca dan khususnya untuk seorang
farmasis agar dapat melaksanakan profesinya dengan berlandasan pada konsep-
konsep pengamalan sila-sila pancasila.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun sangat saya
harapkan untuk kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca, khususnya kita semua yang nantinya akan menjadi
farmasis di masa depan. Amin . . .

Jakarta , Mei 2016

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 1


DAFTAR ISI ................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
A Latar Belakang ............................................................................................. 3
B Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
C Tujuan .......................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Hal yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan Undang-
Undang ............................................................5
B. Farmasis Harus Memberikan Pelayanan Yang Terbaik Dan Profesional Sesuai
Dengan Sila-Sila Pancasila
...6
C. Farmasis Harus Memberikan Pelayanan Yang Sesuai Dengan Standar Profesi
Yang Tertinggi
...8
D. Farmasis Harus Menjaga Hubungan Baik Antara Farmasis Dengan Pasien-
Pasiennya
...8
E. Farmasis Harus Menghindarkan Dirinya Dari Sikap Dan Perbuatan Yang Tidak
Sesuai Dengan Sila-Sila Pancasila
...9
F. Farmasis Harus Berkolaborasi baik Antara Farmasis dengan Tenaga Kesehatan
Lainnya
...9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 15
B. Saran .......15

DAFTAR PUSTAKA .16

2
BAB I
PENDAHULUAN

A Latar Belakang
Pancasila sebagai sumber nilai dan pedoman hidup bangsa adalah dengan
menjadikan nilai dasar Pancasila sebagai acuan dan pedoman dalam menjalani
profesi menjadi seorang farmasis. Oleh karena itu, nilai Pancasila juga dapat
diterapkan dalam memberikan pelayanan kefarmasian. Nilai - nilai tersebut
selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam bersikap dan
bertingkah laku dalam profesi dan memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien.
Pelayanan farmasi merupakan salah satu kegiatan yang menunjang pelayanan
kesehatan yang bermutu. Seorang farmasi masuk dalam kegiatan upaya kesehatan,
yang terdiri atas nama kefarmasian, diagnosa kefarmasian, tindakan kefarmasian
dan evaluasi kefarmasian, selain itu sarana produksi sediaan farmasi (bahan baku
obat, fitofarmaka, obat tradisional, kosmetika, nutrisi tambahan, alat kesehatan
rumah tangga) sangat berguna bagi masyarakat.
Dalam memberikan pelayanan kefarmasian kepada pasien pasienya, seorang
farmasis harus melakukannya dengan standar profesi yang tertinggi dan dalam
memberikan pelayanannya tersebut dia harus bersikap adil dan tidak membedakan
dari status sosialnya antara pasien yang kaya dan yang miskin seperti yang
tercantum dalam sila ke lima Pancasila. Selain itu seorang farmasis harus
mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien seperti yang telah tercantum
dalam kode etik kefarmasian Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD
1945.
Untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik dan professional serta untuk
menjaga hubungan baik antara farmasis dengan pasien, seorang farmasis harus
memiliki etika dan norma dalam memberikan pelayanannya. Etika dan norma ini
telah tercantum dalam ketetapan MPR No. VI/MPR/2001 tentang Etika
Kehidupan Berbangsa, Bernegara, dan Bermasyarakat.

3
B Rumusan Masalah
1. Apa saja hal yang terkait dengan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
Undang-Undang ?
2. Bagaimana cara memberikan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan sila
sila Pancasila?
3. Bagaimana cara seorang farmasis dapat memberikan pelayanan kefarmasian
kepada pasiennya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi?
4. Bagaimana cara seorang farmasis agar bisa menjaga hubungan baik antara
farmasis dengan pasien?
5. Bagaimanakah cara agar setiap Farmasis harus menghindarkan dirinya dari
perbuatan yang tidak sesuai dengan sila sila Pancasila dan merugikan pasien
pasiennya?
6. Bagaimana cara seorang farmasis agar bisa berkolaborasi baik antara farmasis
dengan tenaga kesehatan lainnya dengan menerapkan sila-sila Pancasila?
C Tujuan
Untuk mengamalkan Pancasila dalam memberikan pelayanan kefarmasian
kepada pasien pasiennya dan menjalankan profesinya sebagai seorang farmasis
yang memiliki sikap dan etika sesuai dengan sila-sila pancasila yaitu:
1. Memiliki iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2. Memiliki rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Memiliki rasa persatuan dan tidak membedakan pasien
4. Memiliki kebijaksanaan dalam setiap pengambilan keputusan serta menghargai
pendapat tenaga kesehatan yang lain
5. Memiliki kesungguhan kerja dan berusaha memberikan pelayanan yang terbaik
adil kepada semua pasiennya

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hal yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
Undang-Undang.
Tenaga Kesehatan
Pada prinsipnya perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan, dan
pengaasan mutu tenaga kesehatan ditujukan kepada seluruh tenaga kesehatan
dalam menyelenggarakan upaya kesehatan. Tenaga Kesehatan dapat
dikelompokkan sesuai dengan keahlian dan kualifikasi yang dimiliki, antara lain
meliputi tenaga medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan
masyarakat dan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga
keteknisian medis, dan tenaga kesehatan lainnya.
Selama memberikan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan harus
mengutamakan indikasi medic dan tidak diskriminatif, demi kepentingan terbaik
bagi pasien dan sesuai dengan indikasi medis.
Tenaga kesehatan harus memenuhi ketentuan kode etik standar profesi,
hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur
operasional. Ketentuan mengenai kode etik diatur oleh organisasi profesi.1
Upaya Kesehatan
Penyelenggaraan upaya kesehatan harus memerhatikan fungsi sosial, nilai,
dan norma agama, sosial budaya, moral, dan etika profesi.
Upaya kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan derajat yang
setinggi-tingginya bagi individu atau masyarakat dan didasarkan pada standar
pelayanan minimal kesehatan.
Untuk Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara
bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan non diskriminatif.2
Perlindungan Pasien
Hak dan kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, merupakan dua hal yang korelatif. Artinya, dalam suatu atau sebuah
1
Sri Siswati, Etika Dan Hukum Kesehatan Dalam Perspektif Undang-Undang Kesehatan, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2013, Halaman 52
2
Ibid, Halaman 54

5
hubungan hukum, maka hak dari salah satu pihak merupakan keharusan bagi
pihak yang lain. Dalam memberikan pelayanan kesehatan, dokter atau tenaga
kesehatan yang berhubungan langsung dengan pasien sudah seharusnya
melakukan yang terbaik untuk pasien atau masyarakat. Itu merupakan kewajiban
yang umum yang harus dipenuhi oleh dokter atau tenaga kesehatan.3
Diminta atau tidak, seyogyanya seorang tenaga kesehatan atau dokter
memberikan informasi kepada pasien dengan penjelasan yang betul-betul
dipahami pasien sesuai dengan tingkat pendidikannya.4
Relasi Pasien-Tenaga Kesehatan
5Komunikasi efektif sangat penting pada setiap relasi antar manusia,
termasuk relasi pasien-tenaga kesehatan. Dan dalam komunikasi ini,
mendengarkan dengan empati adalah paling penting. Bila kita berkomunikasi
empatik, maka pasien merasakan bahwa kita prihatin terhadapnya, bahwa kita
memahami apa yang ia rasakan dan apa yang menyebabkan ia merasakan
demikian (Riley,2004).
Berdasarkan penelitiannya, Benson sampai pada keyakinan bahwa pasien
yang menaruh kepercayaan pada tenaga medisnya, yang merasa diterima
sepenuhnya serta dibimbing untuk membuka diri bagi kehadiran Tuhan, akan
cepat memperoleh kesembuhan lahir dan batin.6
B. Setiap farmasis harus memberikan pelayanan yang terbaik dan professional
yang sesuai dengan sila sila Pancasila.
Seorang farmasis dikatakan professional apabila dalam melakukan
pekerjaannya sebagai seorang farmasis, pelayanannya diakui oleh masyarakat
sekitarnya dan dia bisa hidup dari profesi kefarmasiannya tersebut. Untuk dapat
memberikan pelayanan yang terbaik dan professional ini seorang farmasis
membutuhkan pedoman yang bisa dijadikan acuan untuk menjalankan pelayanan
kefarmasian yang menjadi profesinya tersebut, dan pedoman yang bisa digunakan

3
Ibid, Halaman 55
4
Ibid, Halaman 56
5
Willy F. Maramis, Ilmu Perilaku Dalam Pelayanan Kesehatan, Cetakan Ketiga, Airlangga
University Press, Surabaya, 2013, Halaman 236
6
Tarmizi Taher, Medical Ethics Manual Praktis Etika Kedokteran untuk Mahasiswa, Dokter, dan
Tenaga Kesehatan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, Halaman xiv

6
adalah Pancasila yang telah dijadikan pedoman dan pandangan hidup bangsa oleh
bangsa Indonesia yang nilai nilai luhurnya juga diterapkan dalam kode etik
kefarmasian Indonesia.
Berikut adalah contoh pengamalan sila sila Pancasila dalam memberikan
pelayanan kefarmasian kepada pasien, antara lain adalah :
a. Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
Perwujudan daripada Ketuhanan Yang Maha Esa berupa sikap dan
pandangan hidup, taat dan takzim kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan
dibimbing oleh ajaran ajarannya, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya.
b. Sila kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Wujud daripada Kemanusiaan yang Adil dan Beradab adalah seorang
farmasis harus mengakui dan memperlakukan pasien sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini, seorang
farmasis harus memenuhi hak dan kewajibannya sebagai farmasis serta harus
mematuhi etik kefarmasian.
Selain itu seorang farmasis harus mengakui persamaan derajat, hak, dan
kewajiban asasi tiap pasien tanpa membedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
c. Sila ketiga : Persatuan Indonesia
Perwujudan dari Persatuan Indonesia adalah dengan mengutamakan
kepentingan dan keselamatan pasien dari pada kepentingan pribadi, dan
mengembangkan kerjasama sebagai tim dalam pemberian pelayanan kefarmasian
kepada para pasien di rumah sakit. Tim ini dapat berupa farmasis, dokter, perawat,
dan tenaga kesehatan lainnya.
d. Sila keempat : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Wujud dari pengamalan Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan adalah seorang farmasis tidak
boleh memaksakan kehendak kepada pasiennya, dan menghargai serta
menjunjung tinggi setiap hasil keputusan dan kesepakatan.

7
e. Sila kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Perwujudan dari Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah
seorang farmasis harus mengembangkan sikap adil terhadap semua pasiennya,
menghormati hak setiap orang, suka bekerja keras, meratakan kemajuan dan
mendukung keadilan sosial.
C. Setiap farmasis harus senantiasa berupaya memberikan pelayanan yang
sesuai dengan standar profesi yang tertinggi berdasarkan ilmu keterampilan
yang dimilikinya.
Yang dimaksud dengan ukuran tertinggi dalam melakukan profesi kefarmasian
adalah yang sesuai dengan ilmu kefarmasian mutakhir, sarana yang tersedia, etika
kefarmasian, hukum dan agama. Ilmu kefarmasian yang menyangkut segala
pengetahuan dan ketrampilan yang telah diajarkan dan dimiliki harus dipelihara
dan dipupuk, sesuai dengan fitrah dan kemampuan farmasis tersebut. Etika umum
dan etika kefarmasian harus diamalkan dalam melaksanakan profesi secara tulus
ikhlas, jujur dan rasa cinta terhadap sesama manusia, serta penampilan tingkah
laku, tutur kata dan berbagai sifat lain yang terpuji, seimbang dengan martabat
jabatan farmasis.
Farmasis mempunyai tanggung jawab yang besar, bukan saja terhadap manusia
lain dan hukum, tetapi terpenting adalah terhadap keinsyafan bathinnya sendiri,
dan akhirnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pasien dan keluarganya akan
menerima hasil usaha dari seorang farmasis, jika ia percaya akan keahlian dan
keterampilan farmasis itu dan kesungguhannya, sehingga mereka tidak menjadi
masalah bila usaha penyembuhan yang dilakukan gagal. Dengan demikian agar
kegagalan dalam proses penyembuhan bisa diperkecil seorang farmasis dalam
melakukan pelayanannya harus dengan ilmu dan keterampilannya yang sebaik
baiknya.
D. Dalam melakukan pekerjaan kefarmasiannya, seorang farmasis harus selalu
menjaga hubungan baik antara farmasis dengan pasiennya
Seluruh Kode Etik Kefarmasian Indonesia mengemukakan betapa luhur
pekerjaan profesi seorang farmasis. Meskipun dalam melaksanakan pekerjaannya
farmasis memperoleh imbalan, namun hal ini tidak dapat disamakan dengan usaha

8
penjualan jasa lainnya.Pelaksanaan profesi kefarmasian tidak ditujukan untuk
memperoleh keuntungan pribadi, tetapi lebih didasari sikap perikemanusiaan dan
mengutamakan kepentingan pasien. Oleh karena itu, demi kelancaran dalam
proses pemberian pelayanan kefarmasian kepada setiap pasiennya diperlukan
suatu hubungan yang baik antara farmasis dengan pasiennya. Sehingga menjaga
hubungan baik dengan pasiennya mutlak diperlukan oleh setiap farmasis.
E. Setiap Farmasis harus menghindarkan dirinya dari sikap dan perbuatan yang
tidak sesuai dengan sila sila Pancasila.
Seorang farmasis harus sadar bahwa pengetahuan dan ketrampilan profesi
yang dimilikinya adalah karena karunia dan kemurahan Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu sebagai warga Negara Indonesia yang baik sikap dan perbuatan
perbuatan yang tidak sesuai dengan Pancasila harus dihindari. Untuk itu, hal - hal
yang harus benar-benar di perhatikan oleh seorang farmasis adalah :
a. Mempergunakan gelar kesarjanaan yang dimiliki menurut undang-undang, dan
sesuai dengan Kode Etik Kefarmasian Indonesia dan perundang-undangan yang
berdasarkan sila sila Pancasila.
b. Tidak dibenarkan seorang farmasis membedakan pasien pasiennya,bersikap
acuh dan menelantarkan pasiennya yang kurang mampu dan hanya memberikan
pelayanan yang terbaik kepada pasien yang kaya.
c. Seorang farmasis harus memiliki kepedulian dan rasa kemanusiaan yang tinggi
serta harus bijak dan adil serta menghargai pendapat orang lain dalam setiap
pengambilan keputusan.
d. Mengamalkan sila sila Pancasila dalam kehidupan sehari hari dan dalam
memberikan pelayanan kefarmasian.
F. Dalam melakukan pekerjaan kefarmasiannya, seorang farmasis harus selalu
berkolaborasi baik antara farmasis dengan tenaga kesehatan lainnya
Prinsip Kolaborasi dalam Tim Kesehatan

1. Tujuan bersama
2. Pengakuan dan penghormatan terhadap kekuatan masing-masing dan perbedaan
3. Pengambilan keputusan yang adil dan efektif

9
4. Fokus pada pasien
5. Komunikasi yang jelas dan teratur
Prinsip di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Patient-centered Care
- Mengutamakan kepentingan dan kebutuhan pasien
- Pasien dan keluarganya sebagai pemberi keputusan dalam masalah kesehatannya
2. Mutual respect and trust
- Saling percaya dengan memahami pembagian tugas dan kompetensinya masing-
masing
- Saling menghormati dan menghargai masing-masing profesi
3. Clear communication
- Komunikasi efektif antara tenaga kesehatan
- Rekam medis atau catatan lain yang ditulis dengan lengkap
4. Clarification of roles and scopes of practice
- Memahami lingkup kerja dan tanggung jawab masing-masing sebagai tenaga
kesehatan
- Lingkup pekerjaan dalam kolaborasi kesehatan dijelaskan dalam job description
dan kontrak pegawai
- Pasien juga dilibatkan untuk memahami peranannya dalam mewujudkan
kesehatan
5. Clarification of accountability and responsibility
- Bertanggungjawab dengan perawatan terhadap pasien yang ditanganinya
6. Liability protection for all members of the team
- Setiap anggota tim kesehatan memiliki perlindungan atau jaminan formal untuk
mengakomodasi tugasnya
7. Sufficient human resources and infrastructure
- Mengefektifkan kerja dari tim kolaborasi kesehatan. Untuk itu, pemerintah
membantu
menambah jumlah tenaga kesehatan
- Mengaplikasikan teknologi untuk membatu kolaborasi kesehatan
8. Sufficient payment and payment arrangement

10
- Tim kolaborasi tidak mendasari pekerjaannya sebatas upah yang diterimanya
- Pemerintah membatu secara finasial dan tekns dalam mengembangkan
kolaborasi
9. Supportive education system
- Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan efektivitas kolaborasi kesehatan
10. Research and evaluation
- Evaluasi dengan melihat kenyataan lapangan dari kolaborasi kesehatan untuk
memperbaiki standar kualitas yang ada
Tujuan Kolaborasi Tim Kesehatan
1. untuk meningkatkan kualitas dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap
pasien.
2. untuk meminimalisir masalah masalah yang berkenaan dengan kebutuhan
kesehatan pasien
3. untuk meningkatkan pemahaman kontribusi setiap anggota tim kesehatan
sehingga masing-masing anggota tim kesehatan dapat berkontribusi sesuai dengan
profesi masing-masing.
4. menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, menghargai dan memahami orang lain
khususnya antar anggota tim kesehatan.
Manfaat Kolaborasi Tim Kesehatan
- Manfaat bagi pasien
1. Dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan adanya
koordinasi antar profesional kesehatan dalam memberikan pelayanan, khususnya
ketika menghadapi masalah yang kompleks.
2. Mengintegrasi pelayanan kesehatan untuk masalah dan kebutuhan kesehatan
yang lebih luas yang lebih luas .
3. Memberikan keleluasaan bagi pasien untuk menjadi partner dalam pelayanan
kesehatan.
4. Dapat melayani pasien dari berbagai latar belakang budaya.
5. Waktu yang diperlukan lebih efisien.
- Manfaat bagi anggota tim kesehatan

11
1. Meningkatnya kepuasan profesional dengan adanya kerjasama tim kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
2. Memfasilitasi perubahan perhatian kegawatan dan perawatan berkala untuk
mencegah perawatan/pelayanan yang berlarut-larut.
3. Mendorong anggota tim kesehatan untuk berinovasi.
4. Mendorong tenaga kesehatan untuk berperan secara individual sesuai dengan
keahlianya
- Manfaat bagi edukator dan mahasiswa
1. Memberikan pengetahuan mengenai peran berbagai profesi kesehatan.
2. Membantu mengembangkan apresiasi dan pemahaman terhadap profesi sejawat
lainnya.
3. Memberikan contoh strategi untuk praktek pelayanan kesehatan dimasa yang
akan datang dengan adanya pembelajaran mengenai bagaimana kolaborasi tim
kesehatan.
4. Meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam proses pembelajaran.
- Manfaat bagi sistem pelayanan kesehatan
1. Memberikan pelayanan yang lebih efisien.
2. Memaksimalkan fasilitas yang ada untuk menunjang pelayan kesehatan yang
berkualitas.
3. Menurunkan resiko pelayanan yang kurang tepat.
4. Dapat terfasilitasinya usaha peningkatan kualitas pelayanan secara kontinu atau
berkelanjutan.
Sistem Pelayanan Kesehatan
Sistem kesehatan adalah suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan (supply
side) dan orang-orang yang menggunakan pelayanan tersebut (demand side) di
setiap wilayah, serta negara dan organisasi yang melahirkan sumber daya tersebut,
dalam bentuk manusia maupun material.
Sedangkan sistem kesehatan nasional adalah bentuk dan cara penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang memadukan berbagai upaya bangsa Indonesia
dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan

12
kesehatan dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan rakyat sebagaimana
dimaksud dalam UUD 1945.
Suatu sistem harus memiliki landasan sebagai dasar dari adanya sistem tersebut.
Landasan sistem kesehatan nasional Indonesia meliputi:
a. Landasan Idiil, yaitu Pancasila
b. Landasan konstitusional, yaitu UUD 1945
c. Landasan operasional meliputi seluruh peraturan perundangan terkait.
Salah satu subsistem dari sistem kesehatan nasional yang paling penting adalah
pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan adalah setiap usaha yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau
masyarakat, dan lingkungan (Depkes RI 2009).
Tujuan pelayanan kesehatan yaitu pomotif (memelihara dan meningkatkan
kesehatan), preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan), dan rehabilitasi
(pemulihan kesehatan).
Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat sub sistem dalam pelayanan kesehatan
yang meliputi input, proses, output, dampak, umpan balik, dan lingkungan.
a. Input :sub elemen yang diperlukan sebagai masukan untuk berfungsinya sistem.
Contoh : dokter, dokter gigi, perawat, apoteker, ahli kesehatan masyarakat.
b. Proses :suatu kegiatan yang berfungsi mengubah input menjadi output yang
direncanakan.
Contoh : kegiatan pelayanan rumah sakit.
c. Output :hal yang dihasilkan oleh proses.
Contoh : pasien sembuh/ tidak sembuh.
d. Dampak :akibat yang dihasilkan oleh output setelah beberapa waktu lamanya.
Contoh : meningkatnya status kesehatan masyarakat.
e. Umpan balik :hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan bagi sistem
tersebut.
Contoh : keluhan pasien terhadap pelayanan.
f. Lingkungan :dunia di luar sistem yang mempengaruhi sistem tersebut.

13
Contoh : masyarakat dan instansi-instansi lain.
Syarat-syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah :
1. Tersedia dan berkesinambungan
Pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia dimasyarakat serta bersifat
berkesinambungan artinya semua pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
masyarakat tidak sulit ditemukan.
2. Dapat diterima dan wajar
Artinya pelayanan kesehatan tidak bertentangan dengan keyakinan dan
kepercayaan masyarakat.
3. Mudah dicapai
Dipandang sudut lokasi untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik
pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting.
4. Mudah dijangkau
Dari sudut biaya untuk mewujudkan keadaan yang harus dapat diupayakan biaya
pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
5. Bermutu
Menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan dipihak lain
tata cara penyelenggaraanya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah
ditetapkan.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seorang farmasis dalam menjalankan profesinya memberikan pelayanan
kefarmasian kepada semua pasiennya harus berpedoman pada sila sila Pancasila
yang telah dijabarkan dalam kode etik kefarmasian Indonesia dengan selalu
berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien - pasiennya.
Seorang farmasis dalam memberikan pelayanan kefarmasian kepada pasiennya
harus sesuai dengan standar profesi yang tertinggi sesuai dengan ilmu dan
keterampilan yang dimilikinya dan selalu menjaga hubungan atau interaksi baik
antara farmasis dengan pasien seperti yang tercantum dalam kode etik
kefarmasian Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Selain itu
sebagai warga Negara Indonesia yang baik dan Pancasilais, seorang farmasis
harus menghindari dirinya dari setiap sikap dan perbuatan perbuatan yang tidak
sesuai dengan sila sila Pancasila.
Dengan memberikan pelayanan kefarmasian sesuai dengan sila sila
Pancasila, seorang farmasis diharapkan mampu memberikan pelayanan yang
terbaik dan dilakukan secara professional agar dalam menjalankan profesi
kefarmasiannya tersebut dia diakui oleh masyarakat sekitar dan dia bisa hidup dari
profesi kefarmasiannya tersebut.

B. Saran
Makalah yang dibuat ini merupakan tugas dari mata kuliah Pancasila, saya
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saya
menyarankan agar pembaca dapat mengkaji lebih teliti. Terkait perbaikan
makalah ini, saya sebagai penulis menerima kritik yang bersifat membangun demi
pembuatan makalah yang lebih baik untuk perbaikan kedepannya. Semoga
pembaca mendapat manfaat dari penulisan makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito Wiku. 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


Maramis Willy F. 2013. Ilmu Perilaku Dalam Pelayanan Kesehatan, Cetakan
Ketiga. Surabaya: Airlangga University Press.
Siswati Sri. 2013. Etika Dan Hukum Kesehatan Dalam Perspektif Undang-
Undang Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Taher Tarmizi. 2003. Medical Ethics Manual Praktis Etika Kedokteran untuk
Mahasiswa, Dokter, dan Tenaga Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

16

Anda mungkin juga menyukai