Anda di halaman 1dari 20

MINI RISET

Pembuatan Specimen Herbarium Dari Tumbuhan Lumut (Bryophyta) Dan


Paku (Pteridophyta)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Botani Tumbuhan Rendah


DOSEN PENGAMPU :
Rosmini, S.Si, M.Pd
20100171029

OLEH :
Nita Dwihapsari
2020010108016

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KENDARI
2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayahnya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Mini Riset tentang
Pembuatan Specimen Tumbuhan Lumut Dan Paku.

Mini Riset ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan Mini Riset ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan Mini Riset ini.

Terlepas dari itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki Mini Riset yang selanjutnya akan saya susun.

Akhir kata saya berharap semoga Mini Riset ini dapat memberikan manfaat maupun
menambah pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai Pembuatan Specimen
Tumbuhan Lumut Dan Paku.

Kendari, 3 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN...............................................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang...........................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah.....................................................................................................1

1.3 Tujuan penulisan.......................................................................................................1

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian kognitif....................................................................................................2

2.2 Teori perkembangan kognitif Jean Piaget................................................................2

2.3 Tahap-tahap perkembangan kognitif Jean Piaget....................................................4

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode......................................................................................................................9

3.2 Populasi Dan Sampel.................................................................................................9

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.4 Teknik Analisis Data

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian Dan Pembahasan

BAB V Kesimpulan Dan Saran

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Herbarium adalah suatu koleksi spesimen tumbuhan yang diawetkan berikut


data terkait yang digunakan untuk keperluan penelitian ilmiah. Istilah herbarium dapat
juga merujuk pada bangunan atau ruangan di mana spesimen-spesimen tersebut
disimpan; atau pada lembaga ilmiah yang tidak hanya menyimpan, tetapi juga
menggunakannya untuk penelitian.

Spesimen-spesimen tersebut bisa berupa tumbuhan utuh atau bagian tumbuhan;


biasanya tumbuhan ini dalam bentuk kering yang dilekatkan pada selembar kertas,
namun tergantung pada bahannya, dapat juga disimpan dalam kotak atau disimpan
dalam alkohol atau bahan pengawet lain.Spesimen-spesimen dalam sebuah herbarium
sering digunakan sebagai bahan referensi dalam menjelaskan takson tumbuhan,
beberapa spesimen mungkin merupakan tipe.

Lumut adalah tumbuhan kecil yang sering kita lihat menempel di pepohonan,
bebatuan atau di atas tanah. Umumnya lumut berwarna hijau dengan bulu-bulu halus
yang terdapat disetiap bagian tumbuhnya. Sebagian orang mungkin menganggap
tumbuhan lumut sebagai tumbuhan penggangu yang tidak berguna mengingat
tumbuhnya sering di tempat-tempat yang tidak layak. Padahal sadar atau tidak ternyata
manfaat tumbuhan lumut cukup banyak baik bagi tumbuhan lain, lingkungan di
sekitarnya, bahkan untuk manusia khususnya untuk pengobatan.Biasanya tumbuhan
lumut ini tumbuh lebih dulu di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh di
area tersebut, itu sebabnya lumut disebut tumbuhan pelopor.

Taksonomi tumbuhan rendah merupakan salah satu mata kuliah pendidikan


biologi. Salah satu materi dari taksonomi tumbuhan rendah adalah tumbuhan paku
atau pterydophyta. Divisi Pteridophyta (pteris = bulu burung; phyta = tumbuhan), yang
diterjemahkan secara bebas berarti tumbuhan yang berdaun seperti bulu burung.
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan peralihan antara tumbuhan bertalus dengan
tumbuhan berkormus, sebab paku mempunyai campuran sifat dan bentuk antara
lumut dengan tumbuhan tingkat tinggi (Raven et al., 1992). Pada mini riset ini akan
dibahas tentang pembuatan herbarium dari tumbuhan paku dan lumut. Adapun
pembuatan herbarium tumbuhan paku dan lumut berguna untuk lebih mengenal
klasifikasi maupun cirri-ciri dari tumbuhan paku dan lumut.

4
1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah pada mini
riset ini adalah : Bagaimana cara pembuatan specimen herbarium tumbuham paku dan
lumut?

1.3 Tujuan masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka yang menjadi
tujuan pada mini riset ini adalah : Untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan
specimen herbarium tumbuhan lumut dan paku.

1.4 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat. Sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menambah bidang khasanah ilmu pengetahuan


khususnya dalam bidang pendidikan IPA - Biologi.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pembuatan herbarium sebagai


media pembelajaran IPA - Biologi dan memberikan informasi media alternatif untuk
penyelenggaraan pembelajaran aktif dalam pengembangan dan peningkatan mutu
pendidikan, meningkatkan semangat belajar dan meningkatkan tingkat pemahaman
siswa terhadap materi yang disampaikan, serta menjadi informasi awal bagi peneliti
yang ingin melakukan penelitian yang serupa.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

 Pengertian Herbarium

Herbarium berasal dari kata “ hortus dan botanicus”, artinya kebun


botani yang di keringkan, biasanya disusun berdasarkan sistem klasifikasi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ada dua pengertian hebarium:

 Hebarium adalah sekumpulan contoh tumbuhan yang dikeringkan


(dawetkan), diberi nama, disimpan dan diatur berdasarkan sistem
klasifikasi, digunakan dalam penelitian botani
 Kotak, kamar atau gedung untuk menyimpan kumpulan contoh
tumbuhan yang dikeringkan(diawetkan), disimpan dan diklasifikasikan,
digunakan dalam penelitian botani.

 Fungsi Herbarium
 Sebagai bahan dasar untuk studi flora dan vegetasi karena pada label
herbarium memuat data yang dibutuhkan untuk tujuan tersebut.
 Sebagai bukti nyata bahwa tumbuhan tersebut pernah ada pada lokasi atau
tempat dilakukan koleksi tumbuhan dimaksud.
 Sebagai sarana yang penting dalam identifikasi tumbuhan.
 Sebagai pusat referensi; merupakan sumber utama untuk identifikasi
tumbuhan bagi para ahli taksonomi,ekologi, petugas yang menangani jenis
tumbuhan langka, pecinta alam, para petugas yang bergerak dalam
konservasi alam.
 Sebagai lembaga dokumentasi merupakan koleksi yang mempunyai nilai
sejarah, seperti tipe dari taksa baru, contoh penemuan baru, tumbuhan yang
mempunyai nilai ekonomi dan lain-lain.
 Sebagai alat peraga dalam kegiatan pembelajaran
 Sebagai bukti adanya keanekaragaman.

 Berdasarkan cara pengawetannya, herbarium digolongkan atas:


 Herbarium Basah
Herbarium basah adalah specimen tumbuhan yang telah diawetkan dan
disimpan dalam suatu larutan yang dibuat dari berbagai macam zat dengan
komposisi yang berbeda-beda.
 Herbarium Kering
Herbarium kering cara pengawetannya yaitu dengan cara dikeringkan.
Sebagian besar specimen herbarium yang disimpan sebagai awetan dalam
herbarium-herbarium di dunia ini diproses melalui pengeringan. Pengeringan

6
biasanya dilakukan dengan sinar matahari, kecuali bila ada pertimbangan-
pertimbangan lain misalnya keadaan cuaca.

 Tumbuhan Lumut (Bryophyta)


Lumut adalah tumbuhan kecil yang sering kita lihat menempel di
pepohonan, bebatuan atau di atas tanah. Umumnya lumut berwarna hijau
dengan bulu-bulu halus yang terdapat disetiap bagian tumbuhnya. Sebagian
orang mungkin menganggap tumbuhan lumut sebagai tumbuhan penggangu
yang tidak berguna mengingat tumbuhnya sering di tempat-tempat yang tidak
layak. Padahal sadar atau tidak ternyata manfaat tumbuhan lumut cukup banyak
baik bagi tumbuhan lain, lingkungan di sekitarnya, bahkan untuk manusia
khususnya untuk pengobatan.Biasanya tumbuhan lumut ini tumbuh lebih dulu di
suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh di area tersebut, itu
sebabnya lumut disebut tumbuhan pelopor.
Lumut yang berukuran kecil ini hidup dengan membentuk koloni dan dapat
menjangkau area yang cukup luas. Manfaat tumbuhan lumut yang sudah mati
adalah sebagai unsur hara dan pupuk bagi tumbuhan lain disekitarnya termasuk
untuk lumut yang masih hidup.Banyak sekali jenis tumbuhan lumut di dunia,
terdapat sekitar 4.000 spesies tumbuhan lumut (termasuk lumut hati), 3.000 di
antaranya tumbuh di Indonesia. Dalam ekosistem tumbuhan lumut berperan
sebagai penyimpan air, dan sebagai penyerap polutan. Disamping itu tumbuhan
lumut dapat hidup di wilayah-wilayah dimana tumbuhan lain tidak tumbuh.
Tumbuhan lumut mengalami pergiliran keturunan (metagenesis). Dalam
proses metagenesis ini, lumut mengalami dua fase kehidupan, yaitu fase
gametofit (haploid) dan fase sporofit (diploid). Lumut Hidupnya secara berkoloni.
Tidak berpembuluh sebab tidak memiliki daun, batang, maupun akar sejati.
Habitatnya berada pada tempat yang lembap dan terlindung dari cahaya
matahari seperti dasar hutan, permukaan batang pohon, tembok, dan sumur.
Ada juga yang berhabitat di tempat basah dan sanggup hidup di air seperti
spaghnum. Tumbuhan lumut memiliki beberapa ciri, antara lain sebagai berikut:
• Sel-sel penyusun tubuhnya mempunyai dinding sel yang tersusun atas selulosa.
• Multiseluler. Tidak memiliki pembuluh seperti xylem dan floem.
• Air masuk dalam tubuh lumut secara imbibisi, sementara hasil fotosintesis
didistribusikan secara defusi, daya kapilaritas, dan dengan aliran sitoplasma.
• Dinding sel terdiri atas selulosa.
• Mengalami metagenesis
• Merupakan peralihan antara Thallophyta dan Cormophyta
• Permukaan luar tubuh dilapisi dengan lapisan berlilin yang berguna untuk
menahan masuknya air dan mengurangi penguapan.
• Akar berupa akar semu (rizoid) yang terdiri dari beberapa lapis sel parenkim
dan berbentuk seperti rambut/benang-benang. Akar itu juga berfungsi untuk
menempelkan lumut.

7
• Zigot berkembang menjadi embrio dan akan tetap tinggal di dalam
gametangium betina. Sperma diproduksi anteridium dan ovum diproduksi
arkegonium.

 Tumbuhan Paku (Pteridophyta)


Tumbuhan paku dalam dunia tumbuh-tumbuhan termasuk golongan
besar .Divisi Pteridophyta (pteris = bulu burung; phyta = tumbuhan), yang
diterjemahkan secara bebas berarti tumbuhan yang berdaun seperti bulu
burung. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan peralihan antara tumbuhan
bertalus dengan tumbuhan berkormus, sebab paku mempunyai campuran sifat
dan bentuk antara lumut dengan tumbuhan tingkat tinggi (Raven et al.,
1992).Tumbuhan paku merupakan suatu divisi tumbuhan kormus, artinya
tumbuhnya dengan nyata dapat dibedakan atas akar, batang dan daun. Namun
demikian, tumbuhan paku belum menghasilkan biji. Alat perkembangbiakan.

Berdasarkan spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dikelompokkan


menjadi 3 yaitu:

1. Paku homospor yaitu tumbuhan paku yang menghasilkan spora dengan


ukuran dan jenis yang sama, sperti ditemukan pada paku hias Adiantum
cuneatum, Pteris ensiformis, Lycopodium cernuum (Paku Kawat), dan
sebagainya.

2. Paku heterospor, yaitu tumbuhan paku yang menghasilkan spora dengan jenis
dan ukuran yang berbeda,spora berukuran besar yang disebut makrospora dan
spora yang berukuran kecil disebut mikrospora. Paku heterospor ditemukan
pada tumbuhan paku sampan (Salvinia natans), dan Paku Rane (Selaginella
wildenwoii).

3. Paku peralihan, yaitu jenis tumbuhan paku yang memilki ukuran yang sama
tetapi jenisnya berbeda, seperti ditemukan pada tumbuhan Paku Ekor Kuda
(Equisetum debile).

Klasifikasi tumbuhan paku dibagi atas 4 kelas, yaitu:

1. Kelas Psilophytinae

2. Kelas Lycopodinae

3. Kelas Equisetinae

4. Kelas Filicinae

8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian yang bersifat


deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan
(deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Metode yang
digunakan adalah metode survei dengan teknik eksplorasi yaitu segala cara
untuk menetapkan lebih teliti atau seksama dalam suatu penelitian dan
dokumentasi. Langkah-langkah dalam penelitian deskripsi ini yaitu
mengumpulkan spesimen, mendeskripsikan, mengidentifikasi,
mengfklasifikasi dan menginventarisasi.

3.2 Waktu Dan Tempat


Mini riset ini dilaksanakan pada bulan November sampai 2021. Sedangkan
untuk lokasi penelitian yaitu di Kawasan hutan Di Desa Mondoke Jaya Kecamatan
Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan.
3.3 Populasi Dan Sampel
1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada


suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah
penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan
diteliti . Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis tumbuhan lumut dan
paku-pakuan yang terdapat di kawasan hutan Di Desa Mondoke Jaya Kecamatan
Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan.
2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki


oleh populasi tersebut. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah semua jenis
tumbuhan lumut dan paku-pakuan yang telah ditemukan di lokasi penelitian yaitu
yang berada di hutan Di Desa Mondoke Jaya Kecamatan Lalembuu Kabupaten
Konawe Selatan. Untuk sampel spesimen dalam penelitian Ini yaitu setiap jenis
tumbuhan lumut dan paku-pakuan yang ditemukan difoto dan diambil satu
spesimen untuk diindenfikasi. Sedangkan untuk sampel lokasi dari luas 4 Ha yang
digunakan untuk sampel area sebesar 1 Ha.
a. Teknik Pengambilan Sampel
 Teknik pengambilan sampel tumbuhan lumut

Metode yang digunakan untuk pengumpulan dan pengambilan sampel

9
pada habitatnya dengan menggunakan teknik porpusive sampling yang

dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random

atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya

dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya karena alasan keterbatasan

waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar

dan jauh.

 Teknik pengambilan sampel tumbuhan paku


Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

teknik purposive sampling (sampel bertujuan), yaitu dilakukan dengan cara

mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata, random atau daerah tetapi

berdasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini biasanya dilakukan karena

beberapa pertimbangan, yaitu alasan keterbatasan waktu, tenaga dan dana,

sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Pengambilan

data dilakukan menggunakan lembar pengamatan yang telah disesuaikan

masing-masing. Data yang dikumpulkan meliputi lokasi stasiun penelitian, ciri-

ciri, perhitungan jumlah Tumbuhan paku-pakuan, jenis Tumbuhan Paku-pakuan

yang dominan dan yang teraakhir adalah klasifikasinya.

3.4 Instrumen Penelitian

a. Alat Dan Bahan Penelitian Tumbuhan Lumut

1.    Botol bekas yang terbuat dari kaca dan tidak ada lekukan (botol nercafee,
botol selai )
2.    Spesimen Lumut (mis: Marchantia);
3.    Formika (jika tidak ada dapat diganti dengan mika, namun usahakan mika
tidak terlalu lentur);
4.    Larutan pengawet (FAA : Formalin, Alkohol, Asetat + CuSO4)
5.    Bor Listrik Kecil;
6.    Senar Pancing;
7.    Gunting;
8.    Sekop untuk mengambil spesimen;
9.    Spidol.
10
b. Alat Dan Bahan Penelitian Tumbuhan Paku

No Nama Juml
Alat ah
1 Kamera 1 buah
2 Penggaris 2 buah
3 Meteran 1 buah
4 Pisau 1 buah
5 Gunting 2 buah
6 Kantong plastic 10 buah
7 Patok 10 buah
8 Tali rapia 1 gulung
9 Alat tulis 1 buah

N Nama Bahan Jumlah


o
1 Kertas label 10 buah
2 Isolasi 1 buah
3 Air Secukupn
suling ya
4 Formalin 90% 1 liter
5 Kertas Koran 10 lemba
r

3.5 Identifikasi Spesimen Tumbuhan Lumut

Hasil deskripsi spesimen lumut selanjutnya dibandingkan dengan gambar dan


deskripsi tingkat takson jenis serta determinasi tumbuhan yang terdapat pada
literatur “The Bryophytes Of Cornwall and The Isles Of Scilly” oleh David T. Holyoak,
membandingkan dengan skripsi Elena Antania, Andika Saputra, Nathania Ernita
Ekawati Edawua dan Fandri Sofiana Fastanti, dkk, serta referensi-referensi yang
lainnya.
Melalui kegiatan identifikasi, maka dapat ditentukan nama jenis setiap
spesimen tumbuhan lumut. Jika nama jenis dari spesimen lumut belum diketahui maka
untuk spesimen lumut tersebut diberi nama marga dan ditambah dengan kode yaitu
sp. Dalam identifikasi ini disusun kunci identifikasi buatan menuju jenis berdasarkan
ciri-ciri sifat khas lumut yang terdapat di Kawasan hutan Di Desa Mondoke Jaya
Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan. Hasil identifikasi tersebut akan
ditabulasi dalam bentuk data yang disusun dalam tabel dibawah ini :

Tempat Jumlah
N Spesi p ∑
o. Pengambil es Spesies i
11
an 2

1 ... ... . . ...


. .
. .
2 ... ... . . ...
. .
. .
3 ... ... . . ...
. .
. .
4 ... ... . . ...
. .
. .
5 ... ... . . ...
. .
. .
D ... ... . . ...
st. . .
. .
Juml . . ...
ah . .
. .

3.6 Identifikasi Spesimen Tumbuhan Paku


Hasil deskripsi Spesimen tumbuhan paku selanjutnya dibandingkan dengan
gambar dan deskripsi tingkat takson jenis serta menggunakan Taksonomi Tumbuhan
(Gembong Tjitrosoepomo, 2014), Tanaman Hias Paku-pakuan (Rismunandar dan
Ir.Maudy Ekowati, 1991), C.G.G.J Van Steenis Flora (Moeso Surjowinoto, 2006),
membandingkan dengan skripsi Diah Irawati Dwi Arini dan Julianus Kinto, Ahmad Dwi
Setyawan, dkk, serta referensi-referensi yang relevan lainnya.
Melalui kegiatan indentifikasi, maka dapat ditentukan nama jenis setiap
spesimen tumbuhan paku-pakuan. Jika nama jenis dari spesimen tumbuhan paku belum
diketahui maka untuk spesimen lumut tersebut diberi nama marga dan ditambah dengan
kode yaitu sp. Dalam indentifikasi ini disusun kunci indentifikasi buatan menuju jenis
berdasarkan ciri-ciri sifat khas tumbuhan paku yang terdapat di Kawasan hutan Di Desa
Mondoke Jaya Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan. Hasil indentifikasi
tersebut akan ditabulasi dalam bentuk data yang disusun dalam table dibawah ini :
Tempat Spesi ni ni/
es N
N pengambil
o an
1 … … … …
2 … … … …

12
3 … … … …
4 … … … …
5 … … … …
D … … … …
st.
Juml … …
ah

3.7 Pembuatan Herbarium Basah Tumbuhan Lumut

Adapun prosedur kerja yang dilaksanakan dalam teknik pembuatan herbarium

basah adalah sebagai berikut :

Spesimen tumbuhan lumut yang telah ditemukan dan dikumpulkan lalu

diawetkan dengan larutan FAA yang sudah disediakan, kemudian diproses lebih

lanjut untuk dijadikan herbarium basah yang dapat disimpan dan dikoleksi untuk

waktu yang lama tanpa mengalami kerusakan.

Teknik pembuatan herbarium basah adalah sebagai berikut :

1. Eksplorasi tempat yang di duga terdapat spesimen Marchantia, kemudian ambil


dengan menggunakan sekop secara hati-hati. Ingat: Spesimen yang akan
diawetkan harus terdapat organ lengkap dan utuh serta tidak cacat. Organ yang
harus ada meliputi: gemma cup, sisik dan rhizoid, arkegoniofor dan anteridiofor;
2. Bersihkan kotoran dan tanah yang terdapat pada spesimen yang akan di
awetkan dan hati-hati terhadap organ yang penting agar tidak rusak;
3. Kemudian potong formika dengan gunting dan sesuaikan ukurannya dengan
bagian dalam botol. usahakan formika yang telah di potong dan ketika dimasukkan
ke dalam botol tidak mudah bergerak ke samping (harus rapat);
4.Tempatkan posisi penempelan spesimen dan tandai dengan spidol. Dalam
penempatannya dibutuhkan estetika agar spesimen yang diawetkan nampak
bagus dan pemanfaatannya sebagai media pembelajaran bisa terlihat begitu juga
dengan organnya.Tunjukkan organ gemma cup beserta thallusnya, Anteridiofor,
Arkegoniofor dan sisik beserta rhizoid;
5. Lubangi formika yang telah ditandai dengan bor;

13
6. Ikat spesimen dengan senar pancing pada formika yang telah dilubangi secara
hati-hati agar organ yang ingin ditunjukkan tidak rusak;
7. Kemudian isilah botol dengan larutan pengawet sampai penuh dan tutuplah
botol dengan rapat;
8. Awetan basah Lumut siap digunakan. jika sudah jadi, maka awetan tersebut
terlihat seperti gambar di bawah.

3.8 Pembuatan Herbarium Kering Tumbuhan Paku

Adapun prosedur kerja yang dilaksanakan dalam teknik pembuatan


herbarium kering adalah sebagai berikut :
Spesimen tumbuhan paku-pakuan yang telah ditemukan dan dikumpulkan
lalu diawetkan, kemudian diproses lebih lanjut untuk dijadikan herbarium kering
yang dapat disimpan dan dikoleksi untuk waktu yang lama tanpa mengalami
kerusakan.
Teknik pembuatan herbarium kering adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan herbarium.
b. Spesies tumbuhan paku-pakuan yang ditemukan atau diawetkan sebelumnya
diamati morfologinya, kemudian dibersihkan dengan air bersih dan dikeringkan
atau dilap dengan menggunakan kapas

14
c. Spesimen tumbuhan paku-pakuan yang sudah kering kemudian disemprotkan
dengan alkohol 70% atau bisa juga dilap menggunakan kapas yang sudah diberi
alkohol 70%.
d. Spesimen tumbuhan paku-pakuan yang sudah disemprot kemudian diletakkan
pada kertas Koran dan dilem dengan menggunakan isolasi dan dilapisi lagi dengan
kertas Koran, kemudian dimasukkan kedalam buku yang tebal untuk dipres dan
ditumpangi lagi dengan buku-buku yang tebal lainnya dan berat. Tumbuhan
dikatakan kering apabila sudah kaku dan tidak terasa dingin.
e. Herbarium yang sudah jadi atau diawetkan disimpan pada gabus yang berukuran 1
m, lalu dipasang label yang berisi semua informasi yang telah diperoleh dari
tumbuhan pau-pakuan tersebut. Informasi yang berada dilabel antara lain:
1) No urut :
2) Nama kolektor :
3) Nama daerah :
4) Tempat pengambilan :
5) Tanggal pengambilan :
6) Habitat :

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Dan Pembahasan

1.) Hasil pengamatan Tumbuhan Lumut :

Gambar A :

2.) Pembahasan Pengamatan Tumbuhan Lumut :


a. Klasifikasi
Nama Ilmiah : Marchantia
Klasifikasi Lebih Tinggi : Marchantiaceae
Tingkatan Takson : Genus
Class : Marchantiopsida
Divisi : Marchantiophyta
Ordo : Marchantiales
Famili : Marchantiaceae
Genus : Marchantia

b. Ciri-ciri
i. Filoid berupa lembaran menyerupai daun
ii. Thallus seperti pita
iii. Mempunyai kutikula pada permukaan atas thallus

16
iv. Berumah satu
v. Kaliptra berbentuk bulat

 Gambar A : merupakan tumbuhan lumut saat di awetkan menjadi herbarium basah


didalam botol.

3.) Hasil pengamatan tumbuhan paku :

Gambar B :

Gambar C :

17
4.) Pembahasan pengamatan tumbuhan paku :
a. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Pteridophyta
Class : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Familia : Dryopteridaceae
Genus : Dryopteris
Spesies : Dryopteris filixmas

b) Ciri-ciri
i. Apex meruncing, sisi daun bergerigi, daun sporofil
ii. Sorus bulat atau lonjong, kebanyakan terletak pada tengah-
tengah urat bagian bawah daun
iii. Akar serabut

c.) Gambar B merupakan tumbuhan paku saat dikeringkan


yang dilapisi kertas Koran.
d.) Gambar C merupakan hasil dari pembuatan herbarium
tumbuhan paku yang sudah dihias, dirapikan, di tempel
pada kertas mounting dan diberi label.

18
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Tumbuhan lumut dan paku merupakan salah satu materi taksonomi
tumbuhan rendah yang dapat dibuat herbarium. Adapun tujuan pembuatan yaitu
untuk koleksi, penambahan ilmu pengetahuan, dan sekaligus mengenal lebih dekat
tentang tumbuhan paku termasuk klasifikasi maupun cirri-cirinya.
5.2 Saran
Demikianlah mini riset yang dapat saya buat, sebagaimana saya menyadari
dalam pembuatan mini riset ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan.
Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi
kebaikan mini riset berikutnya. Semoga mini riset ini bermanfaat bagi kita semua,
Aamiin.

19
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

De La Cruz, AA. (1995), Spesimen Biologi. Pembuatan dan Pengawet-an Terjemahan oleh
Dwi Suryanto, USAID-Jakarta-Indonesia. Jakarta

eprints.ung.ac.id/4853/5/2013-1-84205-431409080-bab2-
31072013053655.pdf http://eprints.uny.ac.id/9199/3/bab%202%20-
%2008308144024.pdf.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/197606052001
122-
ENI_NURAENI/BAHAN_AJAR/PTERIDOPHYTA.pdf

http://repository.ut.ac.id

20

Anda mungkin juga menyukai