Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Aplikasi Biomulsa
Arachis pintoi untuk Mencegah Erosi Tanah pada Budidaya Buncis Tegak
(Phaseolus vulgaris L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Kata kunci: Metode pin, Mulsa plastik hitam perak (MPHP), Nisbah Jumlah
Dominansi (NJD), Produksi buncis
ABSTRACT
The aim of the experiment was to observe how much effect of the planting
Arachis pintoi as a biomulch in reducing soil erosion and increase productivity on
dwarf beans (Phaseolus vulgaris L.) cultivation. Experiments was held parallelly
on flat land and slopes at Cikabayan experimental field IPB, Dramaga Bogor, West
Java. Randomized completely block design (RCBD) was used in this experiment
with a single factor with three levels of treatment types of mulch, (M0) no mulch,
(M1) plastic mulch and (M2) Arachis pintoi biomulch. Based on the result,
generally the treatment of plastic mulch both on flat land and slopes has the best
growth value (plant height, number of leaves, number of branches and the green
leaves) and yield of crops bean pods (days to flowering, number of pods in plant,
number of pods in plot, weight of marketable pods in plant, weight of marketable
pods in plot, weight of not marketable pods, pod length, root length and
productivity) compared to treatment of no mulch and Arachis pintoi biomulch.The
use of plastic mulch in flat land and slopes able to increase growth and yield of
crops bean pods, but it can not reduce the rate of soil erosion. Arachis pintoi
biomulch as a legume cover crops can not increase growth and yield of crops bean
pods, but it can and most effective in reducing the rate of soil erosion on dwarf
beans cultivation.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala karunia-Nya skripsi yang berjudul “Aplikasi Biomulsa Arachis pintoi untuk
Mencegah Erosi Tanah pada Budidaya Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.)”
dapat terleselaikan dengan baik.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Juang Gema Kartika, SP. MSi
sebagai dosen Pembimbing yang selalu membimbing dan memberi masukan dalam
penyusunan karya ilmiah ini, Ibu Dr Ir Endah Retno Palupi, MSc selaku dosen
pembimbing akademik yang telah banyak memberi saran dan bimbingan dalam
melaksanakan studi di IPB, Bapak Dr Dwi P. Tejo Baskoro yang telah membantu
dalam pelaksanaan teknis penelitian saya, dosen–dosen, dan semua pihak yang
telah banyak memberikan bimbingan dan nasihatnya. Di samping itu penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Supijatno, Msi dan Ibu Dr Ani
Kurniawati, SP. MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk
perbaikan skripsi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Milin dan
pekerja kebun Cikabayan Bawah yang telah turut serta membantu penulis saat
penelitian berlangsung. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak
dan Ibu di rumah, Abang dan Adik, serta seluruh keluarga, atas doa kasih sayang
dan dukungan materi yang telah diberikan. Penghargaan juga penulis sampaikan
kepada Bapak Syaefudin, SE. SSi. MM dari Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika Dramaga, Bogor yang telah membantu selama pengumpulan data. Selain
itu, terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman seperjuangan AGH
Dandelion 48 atas kebersamaannya selama belajar di departemen Agronomi dan
Hortikultura.
Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
PRAKATA ix
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Hipotesis 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Buncis 2
Syarat Tumbuh Tanaman Buncis 4
Erosi Tanah 4
Arachis pintoi sebagai Biomulsa 5
Hubungan Erosi dan Produktivitas Lahan 6
BAHAN DAN METODE 7
Tempat dan Waktu Penelitian 7
Bahan dan Alat 7
Metode Penelitian 7
Metode Pelaksanaan Penelitian 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Kondisi Umum 10
Pertumbuhan dan Penutupan Arachis pintoi 13
Pengaruh Perlakuan Biomulsa terhadap Erosi Tanah 14
Pengaruh Perlakuan Biomulsa terhadap Pertumbuhan Gulma 15
Pengaruh Biomulsa terhadap Pertumbuhan dan Produksi Buncis Tegak 17
KESIMPULAN 24
Kesimpulan 24
Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 28
DAFTAR TABEL
1 Kandungan nilai gizi dan kalori kacang buncis per 100 g bahan
yang dapat dimakan 3
2 Pengaruh perlakuan jenis mulsa terhadap erosi tanah 15
3 Pengaruh perlakuan jenis mulsa terhadap jumlah gulma di lahan datar
dan lahan miring 16
4 Pengaruh perlakuan jenis mulsa terhadap nisbah jumlah dominansi (NJD)
di lahan datar dan lahan miring 16
5 Pengaruh perlakuan jenis mulsa terhadap bobot kering gulma total 17
6 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh perlakuan jenis mulsa untuk
mencegah erosi terhadap pertumbuhan dan produksi buncis tegak
di lahan datar dan lahan miring 18
7 Pengaruh perlakuan jenis mulsa terhadap tinggi tanaman buncis tegak 19
8 Pengaruh perlakuan jenis mulsa terhadap jumlah daun tanaman buncis
tegak 20
9 Pengaruh perlakuan jenis mulsa terhadap jumlah cabang tanaman
buncis tegak 20
10 Pengaruh perlakuan jenis mulsa terhadap umur berbunga,
kehijauan daun, dan panjang akar tanaman buncis tegak 21
11 Pengaruh perlakuan jenis mulsa terhadap produksi tanaman buncis tegak
per tanaman contoh 22
12 Pengaruh perlakuan jenis mulsa terhadap produksi tanaman buncis tegak
per petak percobaan dan panjang polong 23
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 Iklim wilayah Dramaga pada bulan Desember 2014 hingga Juni 2015 28
2 Spesies gulma dengan nilai nisbah jumlah dominansi (NJD) tertinggi
pada semua perlakuan di lahan datar dan lahan miring 28
3 Deskripsi tanaman buncis tegak varietas Rancak F1 29
4 Layout petak percobaan di lahan 29
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Buncis
“kidney bean”, “haricot bean”, dan “dwarf bean” (Sofiari dan Djuariah 2004). Tipe
pertama yaitu indeterminate yang mana tanaman tumbuh merambat dan tipe yang
kedua adalah determinate yang mana tanaman tidak merambat tetapi berbentuk
semak. Tanaman tipe merambat pertumbuhnnya membelit atau merambat, sehingga
memerlukan turus atau ajir setinggi kurang lebih dua meter (Rukmana 1994).
Varietas tipe merambat misalnya: varietas Surakarta (biji hitam), Bubun (biji putih),
Hawaian wonder (biji ungu), dan lain-lain (Rismunandar 1975). Tanaman tipe
tegak biasanya berbentuk semak. Ruas batangya agak pendek, percabangan rendah
dan sedikit (Rukmana, 1994). Varietas tipe tegak misalnya: Monel, Farmer, Early,
Early Bush, Richgreen, Strike, Flo, dan lain-lain (Rismunandar 1975; Rukmana
1994).
Tinggi batang tanaman buncis tipe merambat 2-3 m dengan 11-16 atau 28-30
ruas, sedangkan untuk buncis tegak tinggi batang 20-60 cm dengan 4-8 ruas
(Purseglove 1969 dalam Wulandari 1997). Daun buncis tersusun tiga (trifoliate),
bentuk daun delta atau segitiga, dan warnanya hijau tua. Bunga berukuran besar,
mudah terlihat, berwarna putih, merah jambu atau ungu dan merupakan bunga
sempurna (Rubatzky dan Yamaguchi 1998). Tanaman buncis memiliki akar
tunggang yang dapat menembus tanah sampai pada kedalaman kurang lebih satu
meter (Rismunandar 1975).
Tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran (buah)
polong yang termasuk ke dalam kelompok kacang-kacangan (beans) dan hasilnya
dapat dipanen dalam bentuk polong muda atau polong tua (untuk diambil bijinya).
Tanaman buncis mengandung gizi yang sangat bermanfaat untuk kesehatan.
Menurut Zulkarnain (2013 ) buncis merupakan sumber protein nabati yang penting.
Buncis kaya akan kandungan vitamin A, B, dan C, terutama pada bijinya.
Poerwanto (2014) menyatakan bahwa kandungan vitamin A pada buncis (630 SI)
lebih besar bila dibandingkan dengan kacang panjang (335 SI). Polong buncis juga
memiliki kandungan serat yang tinggi untuk membantu proses pencernaan. Zat-zat
gizi yang terdapat pada buncis dalam 100 g bahan yang dapat dimakan dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1 Kandungan nilai gizi dan kalori kacang buncis per 100 g bahan yang dapat
dimakan
No. Jenis zat gizi Jumlah kandungan gizi
1. Energi/kalori 35.0 kal
2. Protein 2.4 g
3. Lemak 0.2 g
4. Karbohidrat 7.7 g
5. Kalsium 6.5 g
6. Fosfor 4.4 g
7. Serat 1.2 g
8. Besi 1.1 g
9. Vitamin A 630.0 SI
10. Vitamin B1/Thiamine 0.08 mg
11. Vitamin B2/Riboflavin 0.1 mg
12. Vitamin B3/Niacin 0.7 mg
13. Vitamin C 19.0 mg
14. Air 89.0 g
Sumber: Emma (1994) dalam Cahyono (2007)
4
Akar buncis membentuk bintil akar yang lebih sedikit daripada jenis tanaman
kacang-kacangan lainnya di dataran rendah tropika dan memerlukan lebih banyak
nitrogen daripada kacang panjang (William et al. 1993). Buncis tipe merambat
cenderung tumbuh lebih baik pada suhu lebih rendah dan lebih peka terhadap suhu
tinggi pada saat pembungaan daripada buncis tipe tegak. Rata - rata suhu udara 20-
25 0C sudah optimum untuk pertumbuhan buncis dan berdaya hasil tinggi. Buncis
peka terhadap kekeringan dan genangan. Perkecambahan, pembungaan, dan
perkembangan polong paling peka terhadap kekurangan air. Tanah lempung liat
yang berdrainase baik, remah, dan bertekstur medium sangat sesuai untuk produksi
buncis (Rubatzky danYamaguchi 1998).
Erosi Tanah
Erosi adalah pindahnya atau terangkutnya tanah atau bagian-bagian tanah dari
suatu tempat ke tempat lain oleh media alami yaitu air atau angin (Arsyad 1989).
Menurut Arsyad (1989) terdapat dua macam erosi utama yaitu erosi normal dan
erosi dipercepat. Erosi normal terjadi di bawah keadaan vegetasi alami, biasanya
berlangsung lambat dan memungkinkan terbentuknya tanah yang tebal yang
mampu mendukung pertumbuhan vegetasi secara normal. Erosi dipercepat adalah
pengangkutan tanah yang menimbulkan kerusakan tanah sebagai akibat perbuatan
manusia yang mengganggu keseimbangan antara proses pembentukan dan
5
Usaha tani di lahan kering yang berlereng, erosi terjadi terutama pada periode
awal pertumbuhan tanaman yang menyebabkan lahan terdegradasi dan menurun
produktivitasnya. Arachis pintoi berpotensi besar untuk mencegah erosi tanah,
karena susunan batang dan perakarannya dapat melindungi tanah dari daya rusak
intensitas hujan yang tinggi. Sebagai contoh, di Costa Rica, kacang hias ini ditanam
6
Bahan yang digunakan terdiri atas benih buncis tegak (hibrida) bersertifikasi
varietas Rancak, stek batang Arachis pintoi, pupuk kandang 20 ton/ha, kapur 2
ton/ha, furadan, rootone-F, Gandasil-D, sekam bakar, pupuk kimia (NPK, N, P, dan
K), dan pestisida kimiawi (insektisida dan fungisida).
Alat yang digunakan adalah alat budidaya, timbangan analitik, meteran,
polybag , mulsa plastik hitam perak (MPHP), bak plastik.
Metode Penelitian
Percobaan dilakukan secara paralel pada lahan datar (0 %) dan lahan miring
(10 %). Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT)
satu faktor dengan 3 taraf perlakuan jenis mulsa, yaitu tanpa mulsa (M0), mulsa
plastik hitam perak (M1) dan biomulsa Arachis pintoi (M2). Setiap perlakuan
diulang sebanyak empat kali sehingga terdapat 12 satuan percobaan pada masing-
masing tingkat kemiringan lahan. Setiap satuan percobaan terdiri atas 58 lubang
tanam. Perlakuan menempati petak berukuran 10 m x 1.2 m. Masing-masing lubang
tanam ditanami satu benih. Total populasi tanaman buncis tegak adalah 1 392
tanaman. Tanaman contoh yang diamati sebanyak 10 tanaman yang dipilih secara
acak setiap perlakuan, sehingga terdapat 240 tanaman contoh. Model aditif linear
yang digunakan adalah
Yij = μ + τi + βj + ɛij , dimana i = 1,2,3,4,5 ; j = 1,2,3
Keterangan:
Yij = nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
μ = rataan umum
τi = pengaruh jenis mulsa ke-i
βj = pengaruh kelompok ke-j
ɛij = pengaruh acak pada jenis mulsa ke-i dan kelompok ke-j
8
Jika terdapat pengaruh nyata dari perlakuan yang diuji berdasarkan uji ragam
pada taraf nyata 95 %, maka dilakukan uji lanjut untuk melihat perbedaan antar
perlakuan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf nyata 95 % (Gomez dan
Gomez 1995).
Persiapan Lahan
Pengolahan tanah dilakukan sedalam 20 cm dua minggu sebelum penanaman
Arachis pintoi, selanjutnya digaru dan diratakan dengan cangkul. Petak-petak
percobaan dibuat dengan ukuran 10 m x 1.2 m dengan jarak antar petak 30 cm dan
jarak antar ulangan 50 cm. Pemberian pupuk kandang, kapur, dan pupuk dasar
dilakukan setelah pembuatan bedengan tepat pada lubang tanam, kemudian
ditunggu selama dua minggu. Pupuk dasar yang digunakan adalah campuran pupuk
Urea (200 kg/ha), SP-36 (150 kg/ha), KCl (150 kg/ha). Aplikasi pupuk dasar pada
perlakuan biomulsa Arachis pintoi dan tanpa mulsa dilakukan dua minggu sebelum
penanaman buncis sedangkan aplikasi pupuk dasar pada perlakuan mulsa plastik
hitam perak dilakukan sebelum pemasangan mulsa tepat di lubang tanam.
Penanaman Buncis
Penanaman benih buncis dilakukan dengan membuat lubang tanam terlebih
dahulu. Jumlah benih yang ditanam sebanyak satu benih per lubang tanam. Lubang
dibuat menggunakan tugal. Jarak tanam yang digunakan 40 cm x 25 cm (zigzag).
Pemupukan
Pemupukan dilakukan setelah tanaman sudah berumur 4 minggu setelah
tanam (MST). Pupuk yang digunakan adalah Gandasil D sebagai starter solution
dengan konsentrasi 20 g per 10 liter air dan NPK 16-16-16 sebanyak 100 g per 10
liter air dilakukan seminggu sekali selama fase vegetatif dan generatif.
Pemeliharan
Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, pengendalian hama
dan penyakit, pengajiran pada tanaman contoh. Penyiangan gulma dilakukan secara
manual dengan mencabut gulma yang tumbuh. Penyiangan gulma dilakukan
seminggu sekali.
Panen
Pemanenan buncis dilakukan pada tanaman yang telah berumur 38-45 hari
setelah tanam. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik polong yang sudah
cukup umur.
9
Pengamatan
A. Pengamatan pada tanaman buncis
1. Daya tumbuh (%).
Daya tumbuh diukur seminggu setelah tanam kemudian pengukuran
dilakukan lagi pada saat seminggu setelah penyulaman.
2. Tinggi tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 2-5
MST. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh
dengan menggunakan penggaris dan meteran.
3. Jumlah daun (helai)
Penghitungan jumlah daun dilakukan pada saat tanaman berumur 2-5
MST. Jumlah daun dihitung berdasarkan jumlah daun yang telah
membuka dengan sempurna (trifoliate).
4. Jumlah cabang (cabang)
Penghitungan jumlah cabang dilakukan pada saat tanaman berumur 3-5
MST.
5. Panjang akar (cm)
Panjang akar diukur segera setelah panen berakhir, mulai dari pangkal akar
sampai ujung akar terpanjang, dengan menggunakan meteran.
6. Kehijauan daun
Kehijauan daun diukur pada daun dewasa ketika tanaman berumur 6 MST
dengan menggunakan bagan warna daun.
7. Umur berbunga (HST)
Umur berbunga diamati pada saat tanaman sudah berbunga sekitar 75 %
dari populasi.
8. Jumlah polong (polong)
Jumlah polong dihitung berdasarkan jumlah polong yang dipanen dari tiap
tanaman contoh dan juga tiap petak pada masing-masing perlakuan.
9. Bobot polong (g)
Bobot polong dihitung berdasarkan hasil panen polong dari tiap tanaman
contoh dan juga tiap petak pada masing-masing perlakuan yang ditimbang
menggunakan timbangan analitik.
10. Panjang polong (cm)
Panjang polong diukur dari pangkal polong hingga ujung polong dengan
menggunakan meteran. Polong yang diukur adalah polong yang telah
dipanen dari tanaman contoh pada masing-masing perlakuan.
11. Produksi tanaman (ton/ha)
Produksi tanaman diperoleh dari hasil perkalian peubah bobot polong per
tanaman dengan populasi ideal buncis per hektar.
B. Pengamatan pada lahan yang ditanami Arachis pintoi meliputi:
1. Persentase tumbuh (%). Persentase tumbuh dihitung berdasarkan jumlah
stek yang dapat hidup di lahan. Pegukuran dilakukan mulai 1 MST sampai
2 MST.
2. Persentase penutupan (%). Persentase penutupan diamati menggunakan
kuadrat 1.2 m x 1 m. Penutupan Arachis pintoi diamati pada 30, 45, 60,
75, dan 90 hari setelah tanam (HST).
10
Kondisi Umum
Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2014 hingga Juni 2015 di kebun
Percobaan Cikabayan IPB, Dramaga Bogor dengan ketinggian 250 m dpl. Curah
hujan rata-rata di wilayah Dramaga yaitu 238 mm dengan rata-rata hari hujan 24
hari/bulan (Lampiran 1). Kondisi awal lahan datar dan lahan miring dipenuhi
dengan gulma. Jenis vegetasi pada lahan datar dan lahan miring tidak sama. Lahan
datar merupakan lahan bekas penelitian dan praktikum yang sering digunakan
untuk budidaya tanaman. Penanaman terakhir dilakukan pada bulan Mei 2014
dengan komoditas jagung. Lahan miring juga merupakan lahan penelitian dan
praktikum untuk konservasi tanah dan air tetapi sudah sejak tahun 2013 tidak
pernah digunakan untuk kegiatan budidaya tanaman. Tanah penelitian termasuk
jenis tanah Latosol (Inceptisol) dengan tekstur tanah liat. Menurut Hakim et al.
(1968) tanah liat merupakan tanah dengan permeabilitas yang lambat sehingga
harus diperhatikan dalam pemberian air agar tidak terjadi penggenangan yang dapat
mengganggu aerasi tanah.
11
25,0
20,0
15,0
10,0
5,0
0,0
1 2 3 4 5 6 7 8
Minggu Setelah Tanam (MST)
Gambar 1 Grafik curah hujan rata-rata wilayah Dramaga bulan April sampai
dengan Mei 2015
12
Suhu udara rata-rata pada bulan April-Mei 2015 adalah 25.7 0C (Gambar 2).
Keadaan tersebut cukup baik untuk pertumbuhan dan produksi buncis tegak.
Rubatzky dan Yamaguchi (1998) menyatakan bahwa rata-rata suhu udara 20-25 0C
sudah optimum untuk pertumbuhan dan komponen hasil buncis yang tinggi. Suhu
yang meningkat mulai 5 MST hingga 6 MST mengganggu proses pembungaan
yang mengakibatkan bunga tidak dapat berkembang dengan baik, sehingga
menghambat pembuahan.
26,4
Suhu Rata-rata (0C)
26,2
26,0
25,8
25,6
25,4
25,2
1 2 3 4 5 6 7 8
Minggu Setelah Tanam (MST)
Gambar 2 Grafik suhu udara rata-rata wilayah Dramaga bulan April sampai
dengan Mei 2015
Secara umum tanaman buncis tegak mampu tumbuh dan berkembang dengan
baik. Rata-rata daya tumbuh buncis tegak yaitu 69.9 % di lahan datar dan 70.5 % di
lahan miring. Persentase hidup tanaman buncis paling tinggi pada 2 MST adalah
perlakuan mulsa plastik hitam perak di lahan datar (82.75 %) dan perlakuan mulsa
plastik hitam perak di lahan miring (78.01 %). Persentase hidup tanaman buncis
paling rendah adalah perlakuan tanpa mulsa di lahan datar (61.20 %) dan perlakuan
biomulsa Arachis pintoi di lahan miring (65.57 %). Rendahnya persentase hidup
tanaman buncis disebabkan oleh serangan hama dan penyakit. Kondisi lahan setelah
penanaman buncis pada masing-masing perlakuan umur 4 MST dapat dilihat pada
Gambar 3.
A B C
D E F
Gambar 3 Kondisi lahan tanaman buncis tegak umur 4 MST pada berbagai perlakuan. (A)
Lahan datar tanpa mulsa; (B) Lahan datar mulsa plastik hitam perak; (C) Lahan
datar biomulsa Arachis pintoi; (D) Lahan miring tanpa mulsa; (E) Lahan miring
mulsa plastik hitam perak; (F) Lahan miring biomulsa Arachis pintoi
13
Tanaman buncis tegak mulai berbunga pada umur 5 MST secara bertahap.
Penyiraman dilakukan secara teratur selama periode pembungaan. Kegiatan
pemanenan pada tanaman buncis tegak dimulai pada umur 7 MST pada bulan Mei.
Menurut Zulkarnain (2013), pemanenan buncis dilakukan dengan masa panen satu
bulan. Pemanenan buncis dilakukan tujuh kali pemetikan, dengan frekuensi panen
2 kali seminggu. Polong buncis hasil panen dipisahkan berdasarkan tanaman contoh
tiap perlakuan. Jumlah dan bobot polong buncis dihitung per tanaman contoh dan
per petak, serta diukur panjang polong tiap tanaman contoh sebanyak 3 polong.
78
80 84
70 64 63
60
50 41 Lahan Datar
40 29 Lahan Miring
30 19
20 22
10 15
00
30 45 60 75 90
Umur (HST)
Tinggi rendahnya laju erosi pada lahan datar ataupun lahan miring disebabkan
oleh faktor penutup tanah dan konservasi tanah yang baik (Nurhayati 2012).
Perbedaan-perbedaan nilai besaran erosi yang ditemukan pada percobaan ini
disebabkan oleh tingkat penutupan vegetasi terhadap tanah. Hal ini didukung oleh
penjelasan Arsyad (2010) semakin bagus penutupan tanah akan semakin mampu
menekan laju erosi sehingga nilai erosinya akan kecil, sebaliknya semakin jarang
penutupannya akan semakin besar nilai laju erosinya. Hasil analisis pada Tabel 2
menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa tidak berpengaruh nyata dalam
menurunkan erosi tanah.
15
Tabel 3 Pengaruh perlakuan jenis mulsa terhadap jumlah gulma di lahan datar dan
lahan miring
Jumlah spesies gulma (gulma)
Perlakuan 2 MSbT Total 2 MSP Total
R DL T Jumlah R DL T Jumlah
Lahan datar
Tanpa mulsa 1 7 1 9 5 6 1 12
MPHP 1 9 1 11 5 4 0 9
Biomulsa Arachis pintoi 1 10 1 12 6 11 0 17
Lahan miring
Tanpa mulsa 2 8 1 11 5 5 0 10
MPHP 1 5 1 7 3 8 0 11
Biomulsa Arachis pintoi 2 8 1 11 3 11 0 14
Keterangan: MSbT: minggu sebelum tanam, MSP: minggu setelah panen, R: rumput, DL: daun
lebar), T: teki
Berdasarkan hasil sidik ragam, perlakuan jenis mulsa di lahan datar secara
umum memberikan pengaruh yang sangat nyata dan nyata terhadap peubah
18
Tabel 7 Pengaruh perlakuan jenis mulsa terhadap tinggi tanaman buncis tegak
Tinggi tanaman (cm)
Perlakuan
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST
Lahan datar
Tanpa mulsa 9.8b 17.9 30.6ab 39.5a
MPHP 11.3a 21.4 40.1a 53.4a
Biomulsa Arachis pintoi 10.9a 18.0 26.6b 37.7a
Lahan miring
Tanpa mulsa 10.5 16.6 34.3a 48.9a
MPHP 11.4 19.8 40.6a 55.5a
Biomulsa Arachis pintoi 11.7 17.9 26.4b 37.4b
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada taraf uji BNJ 5 %.
Tabel 8 Pengaruh perlakuan jenis mulsa terhadap jumlah daun tanaman buncis
tegak
Jumlah daun (helai)
Perlakuan
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST
Lahan datar
Tanpa mulsa 1.0b 2.8 5.2 8.0
MPHP 1.0b 3.0 6.3 12.0
Biomulsa Arachis pintoi 1.1a 2.5 4.8 7.8
Lahan miring
Tanpa mulsa 1.0 2.9 6.0a 10.8b
MPHP 1.0 2.9 6.5a 12.3a
Biomulsa Arachis pintoi 1.0 2.6 4.5b 7.4c
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada taraf uji BNJ 5 %.
Berdasarkan Tabel 8, nilai jumlah daun tanaman buncis tegak yang paling
tinggi di lahan datar pada 2 MST adalah perlakuan biomulsa Arachis pintoi 1.1 helai
sedangkan di lahan miring nilai jumlah daun sama untuk semua perlakuan (1.0
helai). Jumlah daun (4 MST) pada perlakuan mulsa plastik hitam perak di lahan
datar dan lahan miring menjadi yang terbanyak dibandingkan perlakuan lainnya
hingga akhir pengamatan (5 MST). Nilai jumlah daun pada 5 MST, 12.0 helai di
lahan datar dan 12.3 helai di lahan miring. Nilai tersebut tidak berbeda dengan
semua perlakuan di lahan datar namun berbeda nyata dengan semua perlakuan di
lahan miring. Penggunaan mulsa plastik hitam perak di lahan datar dan lahan miring
menghasilkan kelembaban yang tepat, sehingga mempengaruhi suhu tanah menjadi
rendah. Menurut McWilliams et al. (1999) suhu tanah yang rendah akan
meningkatkan jumlah daun pada jagung manis.
Tabel 9 Pengaruh perlakuan jenis mulsa terhadap jumlah cabang tanaman buncis
tegak
Jumlah cabang (cabang)
Perlakuan
3 MST 4 MST 5 MST
Lahan datar
Tanpa mulsa 0.7 1.6b 3.1b
MPHP 1.0 2.7a 5.3a
Biomulsa Arachis pintoi 0.8 1.5b 3.1b
Lahan miring
Tanpa mulsa 0.9 2.2b 4.1b
MPHP 1.0 2.8a 5.5a
Biomulsa Arachis pintoi 0.7 1.1c 3.0c
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada taraf uji BNJ 5 %.
Persaingan yang terjadi antara tanaman buncis tegak dengan Arachis pintoi
dalam memperoleh unsur hara terutama nitrogen, intensitas cahaya, dan air
menyebabkan pertumbuhan vegetatif buncis tegak terhambat. Menurut Kurniawan
(2012) intensitas cahaya sebagai salah satu faktor pertumbuhan sangat dipengaruhi
21
oleh kompetisi antara tanaman budidaya dengan tanaman penutup tanah. Perlakuan
intensitas cahaya yang diturunkan biasanya diikuti dengan penurunan jumlah
cabang tanaman. Penurunan jumlah cabang tanaman dikarenakan intensitas cahaya
yang rendah, sehingga tanaman tumbuh tinggi dan hasil fotosintesis yang
digunakan untuk pembentukan cabang sedikit, akibatnya jumlah cabang sedikit.
Peningkatan intensitas cahaya akan meningkatkan proses fotosintesis pada
tanaman, karena cahaya matahari merupakan sumber energi bagi fotosintesis. Tabel
9 menunjukkan bahwa respon jumlah cabang terbanyak pada 3 MST hingga akhir
pengamatan terdapat pada perlakuan mulsa plastik hitam perak di lahan datar dan
juga di lahan miring. Nilai jumlah cabang pada perlakuan mulsa plastik hitam perak
pada 4 MST dan 5 MST berbeda nyata dengan semua perlakuan baik itu di lahan
datar maupun di lahan miring.
22
Tabel 11 Pengaruh perlakuan jenis mulsa terhadap produksi tanaman buncis tegak per tanaman contoh
Komponen hasil dan produksi buncis tegak sangat dipengaruhi oleh fase pertumbuhan (vegetatif). Menurut Marliah et al. (2010),
pertumbuhan vegetatif yang baik pada jagung manis akan mempengaruhi pertumbuhan generatif yang dihasilkan juga baik. Subekti et al.
(2010) dalam penelitiannya menambahkan bahwa hasil dan bobot biomassa jagung yang tinggi akan diperoleh jika pertumbuhan tanaman
optimal. Jumlah polong buncis merupakan parameter untuk menentukan kemampuan tanaman buncis dalam berproduksi pada lingkungan
tumbuhnya. Tanaman mampu menghasilkan polong yang banyak jika lingkungan tumbuhnya sudah sesuai. Tabel 11 menunjukkan bahwa
jumlah polong dan total bobot polong per tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan mulsa plastik hitam perak di lahan datar (55.9 polong;
184.8 g) dan lahan miring (53.0 polong; 177.2 g). Nilai tersebut berbeda nyata dengan semua perlakuan di lahan datar dan lahan miring.
23
Tabel 12 Pengaruh perlakuan jenis mulsa terhadap produksi tanaman buncis tegak
per petak percobaan dan panjang polong
Jumlah Bobot polong Panjang
-1
Perlakuan layak pasar petak
polong
polong
petak-1 (g) (cm)
Lahan datar
Tanpa mulsa 813.3b 2 426.8b 11.8b
MPHP 2 280.9a 7 126.4a 13.7a
Biomulsa Arachis pintoi 689.0b 2 023.5b 12.6ab
Lahan miring
Tanpa mulsa 1 297.2b 3 964.8b 12.7
MPHP 2 122.2a 6 520.1a 12.8
Biomulsa Arachis pintoi 684.0c 2 058.3c 11.9
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada taraf uji BNJ 5 %.
Tabel 12 menunjukkan bahwa jumlah polong per petak tertinggi di lahan datar
(2 280.9 polong) dan lahan miring (2 122.2 polong) adalah perlakuan mulsa plastik
hitam perak. Nilai tersebut berbeda nyata dengan semua perlakuan baik itu di lahan
datar maupun di lahan miring. Nilai bobot polong layak pasar per petak tertinggi
terdapat pada perlakuan mulsa plastik hitam perak di lahan datar (7 126.4 g) dan
juga di lahan miring (6 520.1 g). Nilai tersebut berbeda nyata dengan semua
perlakuan baik itu di lahan datar maupun di lahan miring. Nilai panjang polong
buncis terbaik di lahan datar (13.7 cm) dan lahan miring (12.9 cm) terdapat pada
perlakuan mulsa plastik hitam perak. Nilai ini sudah mencapai panjang polong
sesuai dengan deskripsi varietas buncis tegak, yaitu 13 cm (Lampiran 3). Menurut
Rukmana (1994) panjang polong buncis tegak berkisar antara 12-13 cm.
Kondisi lahan bermulsa Arachis pintoi kurang memberikan lingkungan yang
optimal untuk pertumbuhan vegetatif maupun generatif tanaman buncis tegak.
Berdasarkan hasil produksi bobot polong per tanaman pada perlakuan biomulsa
Arachis pintoi yakni 79.43 g di lahan datar dan 97.45 g di lahan miring (Tabel 11).
24
Nilai produktivitas buncis tegak yang ditanam pada percobaan ini dapat dihitung
yakni 476.6 g/m2 (4.8 ton/ha) di lahan datar dan 584.7 g/m2 (5.8 ton/ha) di lahan
miring. Hasil produksi polong per tanaman buncis tegak pada perlakuan biomulsa
Arachis pintoi tergolong sangat rendah jika dibandingkan dengan potensi hasil
varietas 16-20 ton/ha (Lampiran 3). Nilai produktivitas ini baru dapat mencapai
sekitar 24 % di lahan datar dan 29 % di lahan miring dari potensi hasil pada
deskripsi varietas. Rendahnya produktivitas buncis tegak diduga karena terjadi
persaingan antara penutup tanah Arachis pintoi dengan tanaman buncis tegak.
Menurunnya produksi juga diakibatkan oleh intensitas cahaya yang diterima
tanaman buncis tegak rendah sehingga jumlah cahaya yang diterima oleh setiap
luasan daun dalam waktu tertentu rendah. Hal ini mengakibatkan terganggunya
fotosintesis, sehingga menyebabkan penurunan laju metabolisme dan sintesis
karbohidrat (Gardner et al. 1985). Selain itu saat panen terdapat juga polong yang
tidak layak pasar (berpenyakit dan berulat), sehingga mengurangi produksi buncis
tegak.
Hasil produktivitas pada perlakuan biomulsa Arachis pintoi berbeda dengan
hasil produktivitas pada perlakuan mulsa plastik hitam perak. Berdasarkan Tabel
11 perlakuan mulsa plastik hitam perak menunjukkan nilai produktivitas yang
tertinggi (11.1 ton/ha) di lahan datar sedangkan di lahan miring (10.6 ton/ha).
Persentase nilai produktivitas buncis tegak terhadap potensil hasil (Lampiran 3)
pada perlakuan mulsa plastik hitam perak di lahan datar (55.5 %) dan di lahan
miring (53.0 %). Nilai produktivitas ini sudah mencapai setengah dari potensi hasil
pada deskripsi varietas.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Secara umum tanaman buncis tegak pada perlakuan mulsa plastik hitam perak
baik itu di lahan datar maupun di lahan miring memiliki nilai pertumbuhan dan
produktivitas terbaik dibandingkan dengan perlakuan tanpa mulsa maupun
biomulsa Arachis pintoi. Perlakuan mulsa plastik hitam perak di lahan datar dan
lahan miring mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman buncis tegak dan
komponen hasil polong tanaman buncis tegak, tetapi kurang efektif dalam menekan
laju erosi tanah. Biomulsa Arachis pintoi pada lahan datar dan lahan miring sebagai
penutup tanah tidak dapat meningkatkan pertumbuhan dan komponen hasil
tanaman buncis tegak, tetapi dapat dan paling efektif dalam menurunkan laju erosi
tanah.
Saran
Saran yang dapat penulis berikan kepada peneliti selanjutnya adalah perlu
dilakukan penelitian lanjutan untuk melihat pengaruh biomulsa Arachis pintoi pada
musim tanam selanjutnya. Selain itu perlu juga dilakukan penelitian berapa luas
diameter piringan tempat tumbuh tanaman utama yang optimum pada lahan
percobaan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Adiwiganda YT. 1984. Pengaruh pelengket gum arab terhadap bintil akar
Calopogonium caeruleum (Benth.) Hemal. Bulletin Perkaretan Balai
Penelitian Perkebunan Sungei Putih. 5:14-21.
Arsyad S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Press
. 2010. Konservasi Tanah dan Air. UPT Produksi Media Informasi
Lembaga Sumberdaya, IPB. Bogor Press.
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2015. Produksi sayuran di
Indonesia.http://www.bps.go.id [22 Juni 2015].
Baharuddin R. 2010. Penggunaan kacang hias (Arachis pintoi) sebagai biomulsa
pada budidaya tomat (Licopersicon esculentum M.) [Skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Balai Penelitian Tanaman Sayuran. 2006. Calon Varietas Unggul Buncis Tegak.
Bandung (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (ID). 2015. Data iklim
staisun Dramaga. Bogor (ID): BMKG
Burket JZ, Hemphill DD, and Dick RP. 1997. Winter cover crops and nitrogen
management in sweet corn and brocoli rotation. Hort.Sci. 32(4):64-668
Cahyono B. 2001. Buncis dan Broccoli. Yogyakarta (ID): Kanisius.
. 2007. Kacang Buncis: Teknik Budidaya Dan Analis Usaha Tani.
Yogyakarta (ID): Kanisius 129 pp.
Duke AJ. 1981. Handbook of Legumes of World Economic Importance. Plenum
Press New York and London. 345 pp.
Evisal R. 2003. Pembibitan dan penanaman Arachis pintoi sebagai penutup tanah
di perkebunan. Jurnal Agrotropika. 8:1-5.
Febrianto Y. 2012. Pengaruh jarak tanam dan jenis stek terhadap kecepatan
penutupan Arachis pintoi krap. & greg. Sebagai biomulsa pada
pertanaman tomat (Licopersicon Esculentum M.). [Skripsi]. Bogor (ID):
Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor. 47 hal.
Gardner FP, Pearc RB, Mitchell RL. 1985. Fisiologi Tanaman Budidaya.
(terjemahan Herwati dan Subiyanto). Jakarta (ID): UI Press. hlm. 205
Gomez KA dan Gomez AA. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian.
(Terjemahan). Syamsudin E dan Baharsjah JS. Jakarta (ID): UI Press.
698 hal.
Hakim N, Nyakpa MY, Lubis AM, Nugroho SG, Diha MA, Go, BH, dan Bailey
HH. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung (ID): Universitas
Lampung. 488 hal.
Hall DW, V. Vandiver VV, Ferell JA. 2012. Purple nutsedge, Cyperus rotundus
(L.). Florida (US): University of Florida.
Hardjowigeno S. 1987. Ilmu Tanah. Bogor (ID): PT. Mediyatama Sarana Perkasa
Hoyt GD and Hargrone WL 1986. Legume cover crop for improving crop and soil
management in the Southern United State. Hort. Sci. 21:397:402
Huang Y, Tang L, Zheng Z, Chen, Ying. 2004 Utilization Of Arachis pintoi In Red
Soil Region and its Efficiency on Water-Soil Conservation in China. 13th
International Soil Conservation Organisation Conference.
26
LAMPIRAN
Lampiran 1 Iklim wilayah Dramaga pada bulan Desember 2014 hingga Juni 2015
Lampiran 2 Spesies gulma dengan nilai nisbah jumlah dominansi (NJD) tertinggi
pada semua perlakuan di lahan datar dan lahan miring
Karakter Deskripsi
Tipe Buncis tegak
Varietas Rancak F1
Potensi hasil (ton/ha) 16 - 20
Umur panen (HST) 38 - 45
Adaptasi Dataran Menengah - Tinggi
Bobot polong per buah (g) 4-7g
Panjang polong (cm) 13
Bentuk polong Bulat
Warna polong Hijau muda
Rasa polong Manis
Ketahanan simpan 3 - 4 hari
Ketahanan penyakit Antraknosa
Konsumsi Lalaban, sayur, makanan kaleng
Kebutuhan benih 40-60 kg/ha
Kode Produksi 1731/Kpts/SR.120/1/2008
Pemulia PT. East-West Seed Indonesia
Sumber: www.eastwestindo.com
(10 %)
30
RIWAYAT HIDUP