http://jppipa.unram.ac.id/index.php/jppipa/index
DOI: https://doi.org/10.29303/jppipa.v6i1.264
Article Info Abstrak:Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh berbagai macam media
Received : campuran terhadap kualitas media dan pertumbuhan bibit porang (Amorphophallus
Revised : muelleri Blume). Percobaan potting mix dilaksanakan di kebun pembibitan porang di
Accepted: Dusun Arungan Bali, Desa Andalan, Kecamatan Bayan, Lombok Utara sejak bulan
Desember 2020 sampai Februari 2021. Percobaan ditata menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) di paranet house berukuran 10 m x 7 m. Percobaan terdiri atas 6 perlakuan
kombinasi campuran media yaitu: kombinasi antara (Tanah + PGPR) (P1), kombinasi
antara (Tanah+Pukan+Biochar Tongkol Jagung) (P2), kombinasi antara (Tanah + Pukan +
Biochar Tongkol Jagung + PGPR) (P3) , kombinasi anatara (Tanah + Pukan + Biochar
Tempurung Kelapa) (P4), kombinasi antara (Tanah + Pukan + Biochar Tempurung
Kelapa + PGPR) (P5) dan tanpa campuran sebagai kontrol (P0). Hasil penenlitian
menunjuukan bahwa perlakuan dengan kombinasi bahan organik yang yang diberi PGPR
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perbaikan kualitas media yang
ditunjukkan oleh meningkatnya kandungan C-organik, N-total dan P-tersedia, dan
kapasitas air tersedia (Available Water Capacity, AWC) tanah. Perbaikan kualitas media
tersebut berimplikasi terhadap perbaikan pertumbuhan bibit porang.
Abstract: This was aimed to evaluate the effect of various mixed media on media quality
and growth of porang (Amorphophallus muelleri Blume) seedlings. The potting mix-
experiment was carried out in the porang nursery in Arungan Bali Hamlet, Andalan
Village, District. Bayan, North Lombok from December 2020 to February 2021. The
treatments of 6 mixed media combination treatments, namely: a combination of (Soil +
PGPR) (P1), a combination of (Soil + Manure + Corncob Biochar) (P2), a combination of
(Soil + Manure + Corncob Biochar + PGPR) ( P3), a combination of (Soil + Manure +
Coconut Shell Biochar) (P4), a combination of (Soil + Manure + Coconut Shell Biochar +
PGPR) (P5) and no mixture as a Control (P0) were set up using a Completely Randomized
Design (CRD) in a 10 m x 7 m of paranet house. The results of the study showed that the
treatment with combination of organikmatter containing PGPR improved the quality of
the seedling media and growth of porang seedlings. These indicated by the increase in the
C-organikcontent, N-total and extractable-P and the available water capacity (AWC) of
soils as well as increased plant height and number of leaves.
Citation Pratama, E., Sukartono, Suwardji, Yasin, I. (2021). Mengembangakan Pembibitan Porang dengan Sistem Potting
Mix Menggunakan Sumberdaya Lokal yang Diperkaya dengan PGPR (Plant Growth Promotting Rhizobacteria)
untuk Meningkatkan Produktivitas Porang Di Lombok Utara Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA).
___________
Email: suwardji@unram.ac.id (*Corresponding Author)
© 2021 Published by Postgraduate Mataram University. This open access article is distributed under a License
Creative Commons 4.0
Publisher
UPT Mataram University Press
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA) July 2020, Volume 7, Issue 1, 15-20
2
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA) July 2020, Volume 7, Issue 1, 15-20
dengan optimal dan mempengaruhi pertumbuhan sekitar 2-3 tahun yang ditandai dengan pupuk kandang
tanaman tersebut.PGPR dapat dipakai dalam proses tersebut sudah menyerupai tanah. Setelah itu pupuk
pembibitan karena merupakan bakteri di sekitar kandang dibawa ke tempat yang dekat dengan lokasi
perakaran dan hidup berkoloni menyelimuti akar yang penelitian .
berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman
yaitu sebagai perangsang pertumbuhan (biostimulants) Persiapan Biochar dan PGPR
dengan mensintesis dan mengatur konsentrasi berbagai a. Pembuatan Biochar
zat pengatur tumbuh (ZPT) seperti gibberellin, asam Pembuatan biochar mengacu pada proses
indol asetat, etilen, dan sitokinin sebagai penyedia hara pembuatan biochar yang dilakukan oleh Sukartono dan
dengan mengikat N2 di udara secara simbiosis dan W.H. Utomo (2012).
melarutkan hara P dalam tanah dan sebagai pengendali
pathogen tanah dengan cara menghasilkan berbagai b. Pembuatan PGPR
metabolit anti pathogen seperti siderophore, kitinase, Proses pembuatan PGPR pada dasarnya terdiri
dan antibiotik (Husen, et al, 2006). atas 3 tahap, yaitu pembuatan biang, pembuatan
Berkaitan dengan adanya upaya nutrisi, dan fermentasi. Pembuatan biang dimulai
pengembangan budidaya porang di Pulau Lombok, dengan merendam akar tanaman dan rizosfer yang
maka pengembangan teknologi pembibitan yang tepat berasal dari akar bambu,. Setiap 100 gr akar tanaman
sangat dibutuhkan (Sumarwoto, 2004). Perlunya direndam pada 1 liter air yang telah dimasak selama 3-
perlakuan ZPT untuk mematahkan dormansi, jenis dan 4 hari. Larutan akar tanaman tersebut akan dijadikan
tempat media tumbuh tumbuh serta faktor faktor sebagai biang yang akan dikembangbiakkan setelah
lingkungan yang menyerupai faktor alami yang dapat penambahan nutrisi. Pembuatan larutan nutrisi untuk
menyebabkan terjadinya tanaman tumbuh dari biang dilakukan dengan mencampurkan 2 larutan
dormannya perlu mendapat kajian yang mendalam. nutrisi dengan komposisi larutan nutrisi pertama, yaitu
Mengacu pada berbagai persoalan di atas maka gula pasir (40gr), terasi (20gr), dan dedak (100gr) per
sangatlah penting untuk melakukan penelitian yang 1liter air dan komposisi larutan nutrisi kedua, yaitu
mendalam untuk menngembangan potting mix (media kacang hijau (100gr) dan gula merah (10gr) per 1liter
campuran) dari sumberdaya yang tersedia secara lokal air. Kemudian, kedua larutan nutrisi akan dicampur
dan perlakuan menggunakan ZPT alami yang tersedia dengan larutan akar dengan perbandingan 1:1 dan
lokal yaitu PGPR (Plant Growth Promotting difermentasikan selama 3-4 hari. PGPR yang berhasil
Rhizobacteria) agar menghasilkan bibit porang yang ditandai dengan adanya gelembung dan aroma khas
berkualitas. hasil fermentasi.
Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan sebanyak 4 kali pengamatan yaitu pada usia 14
penyiraman setiaphari minimal 2 kali sehari, karena HST, 28 HST, 42 HST dan 56 HST.
cuaca yang terdapat di KLU Khususnya di lokasi
penelitian sangat panas. Dan untuk menambah nutrisi 2. Diameter Batang
tanaman dilakukan pengaplikasian PGPR sebanyak 2 Pengamatan dilakukan dengan mengukur luas
minggu sekali dengan takaran 20 ml/liter. lingkaran (diameter) dari batang tanaman porang
sebanyak 4 kali pengamatan yaitu pada usia
Parameter Pengamatan tanaman 14 HST, 28 HST, 42 HST dan 56 HST.
A. Parameter Tanah
Analisis parameter tanah ini akan dilakukan 3. Jumlah Daun
dengan menggunakan metode analisis sesuai dengan Pengamatan dilakukan dengan cara
petunjuk teknis untuk setiap parameter yang di teliti. menghitung jumlah daun dari tanaman porang yang
Adapun parameter yang di kaji adalah N, P, K, pH telah memperlihatkan polarnya sebanyak 4 kali
(H2O), C-organik, dan C/N rasio. Metode analisis tanah pengamatan yaitu pada usia tanaman 14 HST, 28
dapat disajikan dalam Tabel berikut : HST, 42 HST dan 56 HST.
bahan organik tanah yang mempunyai fungsi dan kandungan C-organik tanah sehingga dapat
peran yang sangat penting di dalam menentukan mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi tanah
kesuburan dan produktivitas tanah melalui menjadi lebih baik. Beberapa sifat kimia yang
pengaruhnya terhadap sifat fisik, kimia dan biologi dipengaruhi diantaranya adalah N-total, pH dan juga
tanah. P-tersedia.
6
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA) July 2020, Volume 7, Issue 1, 15-20
P1 (Tanah+PGPR) 7,70 8,12 8,17 8,27 perlakuan dengan jumlah daun tertinggi pada setiap
c ab abc a pengamatan. Sama seperti pada parameter diameter
P2 (Tanah+BTJ+PK) 2,30 4,55 5,87 6,95 batang, P5 yang diaplikasikan dengan PGPR memiliki
d bc bc ab nilai yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain
P3 9,40 9,45 9,97 9,97 yang juga diaplikasikan PGPR (P1 dan P3), dan
(Tanah+BTJ+PK+PGP b a ab a berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya (P0, P2 dan
R) P4). Pada pengamatan jumlah daun, terdapat
P4(Tanah+BTK+PK) 2,70 4,07 4,15 c 4,10 kecenderungan penurunan jumlah daun. Akan tetapi,
d bc b perlakuan P1, P2 dan P3 menunjukkan nilai yang sama
P5 10,22 10,36 10,39 10,31 bahkan meningkat dari pengamatan sebelumnya. Hal
(Tanah+BTK+PK+PGP a a a a ini kemungkinan disebabkan oleh peyakit tertentu
R) yang menyerang daun tanaman porang.
P0 (Kontrol) 0,75 3,17 c 3,92 c 3,67 Pada perlakuan-perlakuan yang mempunyai
e b komponen PGPR (P1,P3 dan P5) terlihat adanya
BNJ 5% 0,70 4,02 3,86 3,60 peningkatan pertumbuhan (tinggi tanaman, diameter
Keterangan : angka pada kolom yang sama diikuti oleh batang dan jumlah daun) yang sangat signifikan
huruf yang sama, tidak berbeda nyata terhadap kontrol. Data ini bermakna bahwa
pada uji lanjut BNJ 5%. BTJ (Biochar keberadaan PGPR dan bahan organik menjadi
tongkol jagung), BTK (Biochar tempurung kombinasi yang sangat penting untuk memperbaiki
kelapa dan PK (pupuk kandang). pertumbuhan bibit porang. Menurut Munees dan
Mulugeta (2014), keberadaan PGPR di sekitar akar
Tabel 4 menunjukkan tinggi tanaman porang pada tanaman akan memacu pertumbuhan tanaman baik
umur 14 HST – 56 HST. Terlihat adanya perbedaan secara langsung maupun tidak langsung. Peran secara
tingi yang signifikan pada usia 14 HST dan 28 HST. langsung PGPR akan meningkatkan kapsitas
Pada umur tanaman lebih dari 28 HST, tinggi tanaman penyerapan nutrisi tertentu atau memberikan
masih tetap meningkat, namun tidak terdapat organisme inang senyawa yang diproduksi oleh
perbedaan yang nyata antar tiap perlakuan. Perlakuan endofit, sedangkan secara tidak langsung berperan
yang memberikan nilai paling tinggi adalah P5 yang dalam meningkatkan kemampuan inang untuk tahan
merupakan campuran tanah+PK+BTK+PGPR. terhadap serangan pathogen (Lodewyckx et al. 2002).
Perlakuan yang memberikan pengaruh terbaik ke 2
pertumbuhan ditunjukan oleh P3 dengan kombinasi Kesimpulan
tanah+PK+BTJ+PGPR. Data rata-rata tinggi tanaman di Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
atas menunjukkan bahwa perlakuan yang ada bahwa media tanam yang mempunyai maasukan
kombinasi bahan organik dan PGPR memberikan bahan organik segar ( pupuk kandang), biochar dan
pengaruh paling signifikan terhadap tinggi bibit PGPR ( Plant Growth Promotting Rhizobacteria)
porang. Hal ini ditunjukkan karena pada penelitian memberikan pengaruh yang signifikan dalam
kombinasi masukan sumber bahan orgnaik segar memperbaiki sifat fisik dan kimia dari media tanam
(pupuk kandang), biochar dan PGPR mampu ( C-Organik, N-Total, P-Tersedia, dan AWC) dan
memperbaiki kualitas media yang ditunjukkan oleh pertumbuhan bibit porang ( tinggi tanaman, diameter
meiningkatnya kandungan C-Oganik, N-total,P- batang, dan jumlah daun ).
Tersedia dan AWC ( table 4 dan gambar 1).
Tabel 5 menunjukkan diameter batang Ucapan Terimakasih
tanaman porang. Terlihat adanya perbedaan nyata Ucapan terimakasih disampaikan kepada PT.
antar perlakuan pada setiap pengamatan. Perlakuan P3 Indofood Sukses Makmur Tbk. Yang mensponsori dan
menjadi perlakuan yang memiliki diameter batang mendukung pvenelitian ini dalam rangka program
paling tinggi pada setiap pengamatan, diikuti oleh P5, Indofood Riset Nugraha (IRN) 2020-2021.
P1, P2, P4, dan P0. Perlakuan P3 ini berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya, namun tidak berbeda nyata
dengan perlakuan yang diaplikasikan dengan PGPR Daftar Pustaka
(P1 dan P5). Terdapat kecenderungan penurunan nilai
diameter batang pada umur tanaman 56 HST. Biswas, J.C., Ladha, J.K. and Dazzo, F.B. 2000. Rhizobial
Penurunan ini kemungkinan disebabkan karena inoculation improves nutrient uptake and growth of
tanaman mulai memasuki fase generative, sehingga lowland rice. Soil Science Society of America
tidak terjadi penambahan diameter. Journal 64: 1644-1650.
Tabel 6 menunjukkan nilai rata-rata jumlah Husen, E., Saraswati, R., & Hastuti, R. D. (2006).
daun tanaman porang. Perlakuan P5 selalu menjadi Rizobakteri pemacu tumbuh tanaman. In R.
7
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA) July 2020, Volume 7, Issue 1, 15-20