Anda di halaman 1dari 8

JPPIPA 7(1) (2020)

Jurnal Penelitian Pendidikan IPA


Journal of Research in Science Education

http://jppipa.unram.ac.id/index.php/jppipa/index

Mengembangakan Pembibitan Porang dengan Sistem Potting Mix


Menggunakan Sumberdaya Lokal yang Diperkaya dengan PGPR
(Plant Growth Promotting Rhizobacteria) untuk Meningkatkan
Produktivitas Porang Di Lombok Utara
Edwin Pratama1*, Sukartono2, Suwardji3, Ismail Yasin4
1
Program Sarjana Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Mataram,Mataram, Indonesia
2
Program Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Mataram, Mataram, Indonesia
3,
Gurubesar pada Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Mataram, Indonesia
4
Program Studi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Mataram, Mataram, Indonesia

DOI: https://doi.org/10.29303/jppipa.v6i1.264

Article Info Abstrak:Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh berbagai macam media
Received : campuran terhadap kualitas media dan pertumbuhan bibit porang (Amorphophallus
Revised : muelleri Blume). Percobaan potting mix dilaksanakan di kebun pembibitan porang di
Accepted: Dusun Arungan Bali, Desa Andalan, Kecamatan Bayan, Lombok Utara sejak bulan
Desember 2020 sampai Februari 2021. Percobaan ditata menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) di paranet house berukuran 10 m x 7 m. Percobaan terdiri atas 6 perlakuan
kombinasi campuran media yaitu: kombinasi antara (Tanah + PGPR) (P1), kombinasi
antara (Tanah+Pukan+Biochar Tongkol Jagung) (P2), kombinasi antara (Tanah + Pukan +
Biochar Tongkol Jagung + PGPR) (P3) , kombinasi anatara (Tanah + Pukan + Biochar
Tempurung Kelapa) (P4), kombinasi antara (Tanah + Pukan + Biochar Tempurung
Kelapa + PGPR) (P5) dan tanpa campuran sebagai kontrol (P0). Hasil penenlitian
menunjuukan bahwa perlakuan dengan kombinasi bahan organik yang yang diberi PGPR
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perbaikan kualitas media yang
ditunjukkan oleh meningkatnya kandungan C-organik, N-total dan P-tersedia, dan
kapasitas air tersedia (Available Water Capacity, AWC) tanah. Perbaikan kualitas media
tersebut berimplikasi terhadap perbaikan pertumbuhan bibit porang.
Abstract: This was aimed to evaluate the effect of various mixed media on media quality
and growth of porang (Amorphophallus muelleri Blume) seedlings. The potting mix-
experiment was carried out in the porang nursery in Arungan Bali Hamlet, Andalan
Village, District. Bayan, North Lombok from December 2020 to February 2021. The
treatments of 6 mixed media combination treatments, namely: a combination of (Soil +
PGPR) (P1), a combination of (Soil + Manure + Corncob Biochar) (P2), a combination of
(Soil + Manure + Corncob Biochar + PGPR) ( P3), a combination of (Soil + Manure +
Coconut Shell Biochar) (P4), a combination of (Soil + Manure + Coconut Shell Biochar +
PGPR) (P5) and no mixture as a Control (P0) were set up using a Completely Randomized
Design (CRD) in a 10 m x 7 m of paranet house. The results of the study showed that the
treatment with combination of organikmatter containing PGPR improved the quality of
the seedling media and growth of porang seedlings. These indicated by the increase in the
C-organikcontent, N-total and extractable-P and the available water capacity (AWC) of
soils as well as increased plant height and number of leaves.

Keywords:Porang, Potting Mix, Bahan Organik, Kualitas Media, Pembibitan.

Citation Pratama, E., Sukartono, Suwardji, Yasin, I. (2021). Mengembangakan Pembibitan Porang dengan Sistem Potting
Mix Menggunakan Sumberdaya Lokal yang Diperkaya dengan PGPR (Plant Growth Promotting Rhizobacteria)
untuk Meningkatkan Produktivitas Porang Di Lombok Utara Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA).
___________
Email: suwardji@unram.ac.id (*Corresponding Author)

© 2021 Published by Postgraduate Mataram University. This open access article is distributed under a License
Creative Commons 4.0

Publisher
UPT Mataram University Press
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA) July 2020, Volume 7, Issue 1, 15-20

Pendahuluan Tanah yang berada di daerah Lombok


Tanaman porang (Amorphophallus muelleri umumnya yaitu tanah dengan tekstur pasiran (Entisol).
Blume) merupakan tanaman yang banyak ditemukan Permasalahan tanah entisol yang sering menjadi
tumbuh di dalam kawasan tegakan hutan. Tanaman kendala untuk pengembangan tanaman porang adalah
porang tergolong ke dalam famili Araceae dan tumbuh tanah yang bertekstur kasar dominan pasir, status
dari dataran rendah sampai 1000 m di atas permukaan kesuburan rendah (bahan organik rendah dan
laut dengan suhu antara 25-350C. Pada suhu di atas kemampuan memegang air rendah) (Sukartono et al,
35oC daun tanaman akan kering, sedangkan pada suhu 2012). Dengan kondisi tanah yang seperti ini
rendah dibawah 350C menyebabkan tanaman porang diperlukan berbagai cara untuk mengatasi
menjadi dorman (Idris, 1972). permasalahan media pembibitan. Diperlukan teknologi
Di kawasan lahan kering Lombok Utara, masukan lokal yang mampu meningkatkan kesuburan
porang merupakan tanaman yang belum banyak tanah baik fisika, kimia, dan biologi. Salah satu input
dibudidayakan dan dikembangkan. Suwardji et al bahan yang bisa diperoleh adalah dengan
(2018) memperkenalkan tanaman ini pada masyarakat memanfaatkan PGPR dan pembenah organikseperti
di Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara. Pada biochar dari sumberdaya lokal (Sukartono et.al 2013).
dasarnya tumbuhan ini memiliki berbagai macam PGPR (Plant Grwoth Promoting Rhizobacteria)
manfaat khususnya dalam pemenuhan kebutuhan adalah mikroba tanah yang berada di sekitar akar
pangan dan bidang kesehatan sebagai penghasil tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung
karbohidrat berkualitas tinggi, lemak, protein, mineral, terlibat dalam memacu pertumbuhan serta
vitamin dan serat pangan (Faridah, et al., 2012). perkembangan tanaman (Munees dan Mulugeta, 2014).
Tumbuhan porang termasuk dalam jenis umbi- PGPR dijadikan sebagai salah satu cara untuk
umbian yang dapat tumbuh di bawah naungan karena mengembalikan kesuburan tanah karena beberapa
temasuk tanaman golongan C3 yang membutuhkan bakteri dari kelompok PGPR adalah bakteri penambat
intensitas cahaya antara 50-60 % sehingga cocok nitrogen seperti genus Azospirillum, Rhizobium,
dikembangkan sebagai tanaman sela atau tanaman di Azotobacter dan bakteri pelarut fosfat seperti genus
bawah tegakan hutan, perkebunan dan sistem Bacillus, Pseudomonas, Arthrobacter, Bacterium, dan
agroforestri serta dapat ditumpangsarikan dengan Mycobacterium (Biswas et al., 2000).
berbagai tanaman lainnya (Jansen et al , 1996). Pada Biochar adalah arang hayati (arang hitam) hasil
sistem hutan, tumbuhan porang dapat dikelola sebagai pembakaran biomassa organik pada keadaan oksigen
komponen sistem agroforestri. Umbi porang bisa terbatas. Biochar dapat digunakan sebagai salah satu
diolah menjadi bahan pangan, bahkan dapat dijadikan alternatif bahan pembenah tanah khususnya untuk
sebagai bahan pangan alterntif selain padi. Selain tanah terdegradasi atau tanah dengan tingkat
sebagai bahan pangan umbi porang dapat djadikan kesuburan rendah (Sudantha dan Suwardji, 2013).
sebagai bahan baku kosmetik, obat-obatan, dan bahan Biochar juga dapat bertahan sampai ratusan tahun
baku industri lainnya (Faridah, et al., 2012). karena tahan terhadap perombakan mikrobia.Itulah
Menurut Sumarwoto (2004) dalam sebabnya biochar dapat menjadi salah satu alternatif
membudidayakan tanaman porang, bibit tanaman yang baik sebagai bahan pembenah tanah (soil
dapat diperoleh dari umbi, biji, umbi daun (bulbil), conditioner) khususnya untuk tanah pasiran dan tanah
bunga dan daun. Dari beberapa alternatif bibit tanaman terdegradasi atau tanah dengan tingkat kesuburan
tesebut umbi dan bulbil merupakan sumber bibit yang rendah (Sukartono et al, 2014). Di Indonesia bahan
banyak digunakan oleh petani dalam budidaya porang baku yang digunakan untuk membuat biochar sangat
di lahan pertanian. Beberapa alasan petani lebih melimpah yang berasal dari biomassa limbah pertanian
menyukai sumber bibit bulbil adalah lebih praktis, seperti residu kayu, tempurung kelapa, sekam padi,
segera dapat ditanam, lebih menghemat waktu serta kulit buah kakao, dan tongkol jagung.
pertimbangan ekonomis. Namun kedua bahan Upaya untuk menjaga daya perkecambahan
tanaman tersebut jika ditanam secara langsung pada bibit yang baik diperlukan pemberian Biochar dari
media semai, tidak dapat segera tumbuh dan sumberdaya lokal yang diperkaya dengan PGPR yang
mengalami dormansi cukup lama yaitu antara 5-6 nantinya diharapkan mampu memperbaiki kulitas
bulan. Menurut Sumarwoto (2004), untuk tanah dan pertumbuhan dan bibit dari tanaman
mendapatkan bibit yang berkualitas sentuhan teknologi porang, karena permaslahan yang terjadi saat sekarang
pembibitan melalui penggunaan zat pengatur tumbuh ini adalah perkecambahan bibit yang rendah dan tidak
dan modifikasi media pembibitan. Dengan demikian optimal dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
diperlukan penelitian penyiapan media pembibitan Perkecambahan bibit yang rendah mempengaruhi
yang dilengkapi dengan PGPR. pertumbuhan akar (pertumbuhan akar tidak normal)
sehingga akar tidak dapat menyerap air dan unsur hara

2
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA) July 2020, Volume 7, Issue 1, 15-20

dengan optimal dan mempengaruhi pertumbuhan sekitar 2-3 tahun yang ditandai dengan pupuk kandang
tanaman tersebut.PGPR dapat dipakai dalam proses tersebut sudah menyerupai tanah. Setelah itu pupuk
pembibitan karena merupakan bakteri di sekitar kandang dibawa ke tempat yang dekat dengan lokasi
perakaran dan hidup berkoloni menyelimuti akar yang penelitian .
berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman
yaitu sebagai perangsang pertumbuhan (biostimulants) Persiapan Biochar dan PGPR
dengan mensintesis dan mengatur konsentrasi berbagai a. Pembuatan Biochar
zat pengatur tumbuh (ZPT) seperti gibberellin, asam Pembuatan biochar mengacu pada proses
indol asetat, etilen, dan sitokinin sebagai penyedia hara pembuatan biochar yang dilakukan oleh Sukartono dan
dengan mengikat N2 di udara secara simbiosis dan W.H. Utomo (2012).
melarutkan hara P dalam tanah dan sebagai pengendali
pathogen tanah dengan cara menghasilkan berbagai b. Pembuatan PGPR
metabolit anti pathogen seperti siderophore, kitinase, Proses pembuatan PGPR pada dasarnya terdiri
dan antibiotik (Husen, et al, 2006). atas 3 tahap, yaitu pembuatan biang, pembuatan
Berkaitan dengan adanya upaya nutrisi, dan fermentasi. Pembuatan biang dimulai
pengembangan budidaya porang di Pulau Lombok, dengan merendam akar tanaman dan rizosfer yang
maka pengembangan teknologi pembibitan yang tepat berasal dari akar bambu,. Setiap 100 gr akar tanaman
sangat dibutuhkan (Sumarwoto, 2004). Perlunya direndam pada 1 liter air yang telah dimasak selama 3-
perlakuan ZPT untuk mematahkan dormansi, jenis dan 4 hari. Larutan akar tanaman tersebut akan dijadikan
tempat media tumbuh tumbuh serta faktor faktor sebagai biang yang akan dikembangbiakkan setelah
lingkungan yang menyerupai faktor alami yang dapat penambahan nutrisi. Pembuatan larutan nutrisi untuk
menyebabkan terjadinya tanaman tumbuh dari biang dilakukan dengan mencampurkan 2 larutan
dormannya perlu mendapat kajian yang mendalam. nutrisi dengan komposisi larutan nutrisi pertama, yaitu
Mengacu pada berbagai persoalan di atas maka gula pasir (40gr), terasi (20gr), dan dedak (100gr) per
sangatlah penting untuk melakukan penelitian yang 1liter air dan komposisi larutan nutrisi kedua, yaitu
mendalam untuk menngembangan potting mix (media kacang hijau (100gr) dan gula merah (10gr) per 1liter
campuran) dari sumberdaya yang tersedia secara lokal air. Kemudian, kedua larutan nutrisi akan dicampur
dan perlakuan menggunakan ZPT alami yang tersedia dengan larutan akar dengan perbandingan 1:1 dan
lokal yaitu PGPR (Plant Growth Promotting difermentasikan selama 3-4 hari. PGPR yang berhasil
Rhizobacteria) agar menghasilkan bibit porang yang ditandai dengan adanya gelembung dan aroma khas
berkualitas. hasil fermentasi.

Metode Pengambilan Contoh tanah


Percobaan pot dilakukan di Paranet-House di Tanah yang digunakan untuk media pembibitan
Dusun Arungan Bali, Desa Andalan, Kecamatan Bayan, diambil dari lahan kering dengan jenis tanah Entisol
Kabupaten Lombok Utara, dimuai sejak bulan dengan tekstur lempung berpasir (sandy loam). Tanah
Desember 2020 sampai Februari 2021. Analisis tanah disaring dengan ayakan bermata mata saring 10 mm,
dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas kemudian di kompositkan setelah itu tanah yang sudah
Pertanian Universitas Mataram. Perlakuan ditata komposit di masukkan dalam polybag plastik ukuran
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri 20 x 20.
atas 6 perlakuan yaitu: kombinasi campuran tanah +
PGPR) (P1); kombinasi anatara tanah + pupuk kandang Persiapan media tanam
+ Biochar tongkol jagung (P2); kombinasi antara tanah Tanah yang sudah diayak tadi kemudian di
+ pupuk kandang + Biochar tongkol jagung + PGPR kombinasikan dengan biochar dan pupuk kandang
(P3); Kombinasi campuran tanah + Pupuk kandang + sesuai dengan perlakuan masing-masing sampai
Biochar tempurung kelapa (P4); Kombinasi campuran tercampur rata. Setelah itu dimasukkan ke polybag
tanah + Pupuk kandang + Biochar tempurung kelapa + yang berukuran 20x20 dengan kapasitas 6 kg.
PGPR (P5) dan media sebagai kontrol (P0). Dari
masing-masing kombinasi perlakuan tersebut diulang Penanaman bibit
sebanyak 4 kali sehingga diperoleh 24 unit percobaan. Penanaman bibit tanaman porang dilakukan
Persiapan Pupuk Kandang dengan meletakkan bakal tunas tanaman porang
berada di bagian atas, dan penanaman tidak boleh di
Pupuk kandang di ambil dari kandang sapi milik lakukan terlalu dalam karena bisa menghambat
warga yang bertempat di sekitar lokasi penelitian. pertumbuhan dari tunas porang.
Pupuk kandang tidak diambil secara sembarangan,
namun pupuk kandang yang digunakan disini dipilih Pemeliharaan Tanaman
yang sudah kelihatan matang yang sudah berumur
3
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA) July 2020, Volume 7, Issue 1, 15-20

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan sebanyak 4 kali pengamatan yaitu pada usia 14
penyiraman setiaphari minimal 2 kali sehari, karena HST, 28 HST, 42 HST dan 56 HST.
cuaca yang terdapat di KLU Khususnya di lokasi
penelitian sangat panas. Dan untuk menambah nutrisi 2. Diameter Batang
tanaman dilakukan pengaplikasian PGPR sebanyak 2 Pengamatan dilakukan dengan mengukur luas
minggu sekali dengan takaran 20 ml/liter. lingkaran (diameter) dari batang tanaman porang
sebanyak 4 kali pengamatan yaitu pada usia
Parameter Pengamatan tanaman 14 HST, 28 HST, 42 HST dan 56 HST.
A. Parameter Tanah
Analisis parameter tanah ini akan dilakukan 3. Jumlah Daun
dengan menggunakan metode analisis sesuai dengan Pengamatan dilakukan dengan cara
petunjuk teknis untuk setiap parameter yang di teliti. menghitung jumlah daun dari tanaman porang yang
Adapun parameter yang di kaji adalah N, P, K, pH telah memperlihatkan polarnya sebanyak 4 kali
(H2O), C-organik, dan C/N rasio. Metode analisis tanah pengamatan yaitu pada usia tanaman 14 HST, 28
dapat disajikan dalam Tabel berikut : HST, 42 HST dan 56 HST.

Tabel 1. Metode Anlisis Tanah Hasil dan Pembahasan


No Parameter Metode 4.1. Analisis Sidik Ragam (Analysis of Variance)
1. N-Total Kjeldhal Hasil rangkuman dari analisis sidik ragam
2. P-Tersedia Bray. I pada percobaan ini disajikan pada tabel 3.
3. pH pH Elektrode Tabel 3. Pengaruh aplikasi biochart dan PGPR
4. C-organik Walkley and Black Perlakuan
variabel
5. C/N ratio Perbandingan nilai C dan pengamatan K T*B T*P T*B*P
N
Tinggi Tanaman NS S S S
6. AWC Gravimetri Diameter Batang NS S S S
Jumlah Daun NS S S S
Tabel 2. Sifat Tanah Sebelum Percobaan N-total NS S S S
Sifat Tanah Nilai Status *) C-Organik NS S S S
P-Tersedia NS S S S
pH 6.5 Agak masam
Ph NS NS NS S
C-Organik ( % ) 1.24 Rendah NS
C/N Rasio NS NS S
N-total ( % ) 0.12 Rendah AWC NS S NS S
Keterangan : K (Kontrol), T (Tanah), B (Biochar) dan ( PGPR)
C/N-Rasio 10.33 Rendah
P-tersedia ( ppm ) 109.1 Sangat Tinggi Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata
K- perlakuan memberikan pengaruh yang signifikan
tersedia( 1.47 Sangat Tinggi terhadap parameter yang diamati. Tetapi meskipun
meq/100g ) demikian besarnya pengaruh yang diberikan antar tiap
*) Balai Penelitian Tanah ( BALITTAN) 2009 perlakuan berbeda-beda, yang memberikan pengaruh
yang paling signifikan terhadap parameter yang
Berdasarkan nilai harkat kesuburan tanah oleh diamati pada percobaan ini adalah perlakuan dengan
Balittan (2009) maka karakteristik tanah yang kombinasi (Tanah+biochart+PGPR).
ditunjukkan pada table 3 di atas menunjukkan bahwa Salah satu indicator tanah yang bisa digunakan
tanah tersebut tergolong agak masam, status C- untuk menentukan status tanah apakah tergolong
organik dan N-totalnya rendah, sedangkan P-tersedia subur atau tidak yaitu dengan melihat kandungan C-
dan K-tertukar tergolong sangat tinggi. Organik dari parameter tanah yang diamati.
Rendahnya kandungan C-Organik tanah tersebut
B. Parameter Pertumbuhan Tanaman menjadi salah satu indicator penentu kualitas
1. Tinggi Tanaman kesuburan tanah. Peran bahan organik juga berkaitan
Pengamatan tinggi tanman dilakukan dengan dengan ketersediaan hara, perbaikan struktur tanah
mengukur tinggi tanaman sampel dari pangkal tanah dan sebagai sumber energi untuk menunjang
batang hingga daun tertinggi yang dilakukan aktivitas mikroorganisme dalam tanah ( Farrasati et al.,
2019). C-organik merupakan bagian fungsional dari
4
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA) July 2020, Volume 7, Issue 1, 15-20

bahan organik tanah yang mempunyai fungsi dan kandungan C-organik tanah sehingga dapat
peran yang sangat penting di dalam menentukan mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi tanah
kesuburan dan produktivitas tanah melalui menjadi lebih baik. Beberapa sifat kimia yang
pengaruhnya terhadap sifat fisik, kimia dan biologi dipengaruhi diantaranya adalah N-total, pH dan juga
tanah. P-tersedia.

4.2. Pengaruh Media Campuran Terhadap Perubahan N-Total Tanah


Sifat Kimia Tanah Sebagaimana peningkatan kadar C-organik
Kualitas media tanam yang dipelajari pada tanah, nilai N-total pun turut mengalami peningkatan
percobaan ini diwakili oleh parameter kimia yaitu C- yang signifikan dibandingkan dengan tanah awal. Nilai
organik, N-total, C/N rasio pH P-tersedia dan AWC N-total tertinggi adalah pada perlakuan P1 (0,7329 %),
(Gmabar 1). Tabel 2 merupakan hasil analisis dari diikuti oleh P3 (0,7113 %), P2 (0,7083 %), P5 (0,6382 %),
sampel tanah yang terdapat di dalam polybag yang P4 (0,54 %), dan P0 (0,12 %). Kadar N-total tanah
diambil ketika pengamatan sudah selesai dilakukan tersebut berada pada harkat tinggi, kecuali pada
yaitu pada usia (56 HST). perlakuan P0 yang berharkat rendah. Perlakuan P1
berbeda nyata dengan P5, P4, dan P0, namun tidak
Tabel 3. Karakteristik Kimia Tanah dan AWC (56 HST) dengan perlakuan P3 dan P2. Hayadi et al (2014),
Parameter menjelaskan bahwa nilai N-total pada tanah memiliki
Perlak keterkaitan dengan kadar C-organik, dimana C-organik
C-
uan N-total C/N p P-tersedia sendiri memiliki nilai yang linear dengan bahan
organik
(%) ratio H (ppm) organik tanah, yang menjadi sumber N dalam tanah.
(%)
Rahmah et al (2014) juga menjelaskan bahwa kadar N-
P1 6,79 ab 0.73 a 11.13 6.5 891.50 bc total yang tinggi dipengaruhi oleh keberadaaan bahan
P2 7.45 ab 0.71 a 10.52 6.4 858.54 cd organik tanah yang memberikan sumbangan N ke
P3 7.20 ab 0.71 a 10.12 6.6 921.60 bc tanah. Pada penelitian yang dilakukan, pupuk kandang
dan PGPR menjadi sumber bahan organik yang akan
P4 6.16 b 0.54 c 11.41 6.6 1058.80 a menjadi sumber N tanah.
P5 8.15 a 0.64 b 10.65 6.6 1018.60 ab
P0 1.24 c 0.12 d 10.33 6.4 757.20 d P-Tersedia
Keberadaan unsur hara sangatlah bergantung
BNJ
1.13 0.04 - - 93.30 pada nilai kemasaman tanah (Siswanto, 2018). Hal yang
5%
sama terjadi pada kadar P-tersedia dalam tanah.
Keterangan : angka pada kolom yang sama diikuti oleh
Dengan nilai kemasaman tanah yang berada pada
huruf yang sama, tidak berbeda nyata
harkat agak masam-netral, menjadikan P-tersedia
pada uji lanjut BNJ 5%.
dalam jumlah optimal dalam tanah karena tidak
adanya ikatan dengan unsur lain (Ca-P atau Al-P).
Perlakuan media tanam berpengaruh nyata
Terlihat adanya peningkatan dari jumlah P-tersedia
terhadap C-Organik, N-total P-tersedia dan AWC.
pada tanah sebelum perlakuan (kontrol) dengan yang
Tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap pH dan C/N
telah diberikan perlakuan. Perlakuan berupa
Rasio.
pemberian pupuk kandang akan dapat meningkatkan
kadar P-tersedia dalam tanah. Karena selain sebagai
C-organik
sumber P, dekomposisi pupuk kandang akan
Perlakuan P1 menjadi perlakuan yang memiliki
menghasilkan asam organik yang akan membantu
kadar C organik tertinggi (8,154 %), diikuti oleh P2
melepeas P yang terikat oleh fraksi amorfus yang
(7,451 %), P3 (7,196%), P5 (6,794%), P4 (6,164%), dan P0
selanjutnya meningkatkan konsentrasi P dalam tanah
(1,24%). Hasil rata-rata menunjukkan bahwa P1 tidak
(Irawan et al., 2016).
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, kecuali P4
dan P0 (kontrol/tanah awal). Terlihat adanya
Kapasitas Air Tersedia (AWC)
peningkatan yang signifikan antara tanah awal
(kontrol) dengan tanah yang diaplikasikan pupuk
kandang, PGPR dan Biochar. Pupuk Kandang dan
PGPR yang ditambahkan ke dalam tanah akan
berperan sebagai sumber bahan organik, yang akan
meningkatkan kadar bahan organik tanah dan karbon
tanah. Hal ini sesuai dengan pemaparan Utami dan
Handayani (2003), yang menjelaskan bahwa dengan
pemberian bahan organik dapat meningkatkan
5
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA) July 2020, Volume 7, Issue 1, 15-20

Tabel 4. Tinggi tanaman porang


Waktu Pengamatan
Perlakuan 42 56
14 hst 28 hst
hst hst
19,07 22,63 27,2 34,9
P1 (Tanah+PGPR)
ab ab 5 2
10,74 24,74 29,9 34,3
P2 (Tanah+BTJ+PK)
bc ab 2 9
P3
28,21 32,37 39,4 45,3
(Tanah+BTJ+PK+PG
a a 4 9
PR)
12,16 18,74 24,9 29,5
P4(Tanah+BTK+PK)
b bc 3 2
Gambar. Kapasitas air tersedia (KAT) tanah pada P5
26,33 32,19 37,3 42,7
berbagai perlakuan poting mix pembibitan (Tanah+BTK+PK+PG
a a 4 8
porang PR)
Keterangan : angka pada grafik yang sama diikuti oleh 13,7 20,8
P0 (Kontrol) 2,84 c 7,77 c
huruf yang sama, tidak berbeda nyata 2 3
pada uji lanjut BNJ 5% BNJ 5% 8.50 10.09 ns Ns
Keterangan : angka pada kolom yang sama diikuti oleh
Pada Gambar 1, aplikasi kombinasi perlakuan huruf yang sama, tidak berbeda nyata
media campuran berpengaruh nyata terhadap pada uji lanjut BNJ 5%. BTJ (Biochar
kapasitas air tersedia tanah. Data ini memberikan tongkol jagung), BTK (Biochar tempurung
makna bahwa peningkatan kem ampuan pegang air kelapa dan PK (pupuk kandang).
tanah dapat dilakukan melalui aplikasi campuran
bahan organik segar dan biochar. perlakuan yang Tabel 5. Diameter tanaman porang
memberikan nilai kapasitas air tersedia tertinggi adalah Waktu Pengamatan
P5, diikuti oleh P3, P1, P2 dan P4. Pada berbagai Perlakuan 14 28 42
literature dijelaskan bahwa salah satu fator yang 56 hst
hst hst hst
mempengaruhi kapasitas air tersedia tanah adalah
0,76 0,91 0,94 0,87
bahan organik, (Murniyanto (2007), Jumin (2002), Sarief P1 (Tanah+PGPR)
a a ab abc
(1985) termasuk aplikasi biocahr (Sukartono dan
0,28 0,60 0,80 0,78
Utomo, 2012). Lebih lanjut aplikasi biochar akan P2 (Tanah+BTJ+PK)
b b bc bcd
meningkatkan luas permukaan jerapan tanah. Luas
P3
permukaan tanah yang semakin tinggi, akan 0,87 0,91
(Tanah+BTK+PK+PGP 1,03 a 0,97 a
menyebabkan semakin banyak molekul air yang a a
R)
terjerap. Perbedaan jenis biochar memiliki perbedaan
0,29 0,52 0,74
luas permukaan pula. Pada biochar tongkol jagung P4(Tanah+BTK+PK) 0,74 c
b b cd
memiliki luas permukaan sebesar 2150,866 m2/g (Dewi
P5
et al., 2016), sementara tempurung kelapa memiliki nilai 0,82 0,88 0,98 0,93
(Tanah+BTK+PK+PGP
luas permukaan yang lebih tinggi, yaitu 2352,851 m2/g a a ab ab
R)
(Lela et al., 2016). Hal ini yang menjadikan P5 dengan
0,28
aplikasi biochar tempurung kelapa, memiliki nilai P0 (Kontrol) 0c 0,65 c 0,65 d
c
kapasitas air tersedia lebih tinggi dibandingkan dengan
P3 (Perlakuan biochar tongkol jagung), dan perlakuan BNJ 5% 0,12 0,17 0,16 0,14
lainnya. Keterangan : angka pada kolom yang sama diikuti oleh
huruf yang sama, tidak berbeda nyata
pada uji lanjut BNJ 5%. BTJ (Biochar
tongkol jagung), BTK (Biochar tempurung
4.3. Pertumbuhan Tanaman Porang kelapa dan PK (pupuk kandang).
Pertumbuhan tanaman yang dikaji pada penelitian
ini meliputi tinggi tanaman, diameter batang dan Tabel 6. Jumlah daun Tanaman Porang
jumlah daun. Data rata-rata tinggi tanaman, diameter Waktu Pengamatan
batang dan jumlah daun disajikan pada pada tabel 4, 5 Perlakuan 14 28 56
dan 6. hst hst 42 hst hst

6
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA) July 2020, Volume 7, Issue 1, 15-20

P1 (Tanah+PGPR) 7,70 8,12 8,17 8,27 perlakuan dengan jumlah daun tertinggi pada setiap
c ab abc a pengamatan. Sama seperti pada parameter diameter
P2 (Tanah+BTJ+PK) 2,30 4,55 5,87 6,95 batang, P5 yang diaplikasikan dengan PGPR memiliki
d bc bc ab nilai yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain
P3 9,40 9,45 9,97 9,97 yang juga diaplikasikan PGPR (P1 dan P3), dan
(Tanah+BTJ+PK+PGP b a ab a berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya (P0, P2 dan
R) P4). Pada pengamatan jumlah daun, terdapat
P4(Tanah+BTK+PK) 2,70 4,07 4,15 c 4,10 kecenderungan penurunan jumlah daun. Akan tetapi,
d bc b perlakuan P1, P2 dan P3 menunjukkan nilai yang sama
P5 10,22 10,36 10,39 10,31 bahkan meningkat dari pengamatan sebelumnya. Hal
(Tanah+BTK+PK+PGP a a a a ini kemungkinan disebabkan oleh peyakit tertentu
R) yang menyerang daun tanaman porang.
P0 (Kontrol) 0,75 3,17 c 3,92 c 3,67 Pada perlakuan-perlakuan yang mempunyai
e b komponen PGPR (P1,P3 dan P5) terlihat adanya
BNJ 5% 0,70 4,02 3,86 3,60 peningkatan pertumbuhan (tinggi tanaman, diameter
Keterangan : angka pada kolom yang sama diikuti oleh batang dan jumlah daun) yang sangat signifikan
huruf yang sama, tidak berbeda nyata terhadap kontrol. Data ini bermakna bahwa
pada uji lanjut BNJ 5%. BTJ (Biochar keberadaan PGPR dan bahan organik menjadi
tongkol jagung), BTK (Biochar tempurung kombinasi yang sangat penting untuk memperbaiki
kelapa dan PK (pupuk kandang). pertumbuhan bibit porang. Menurut Munees dan
Mulugeta (2014), keberadaan PGPR di sekitar akar
Tabel 4 menunjukkan tinggi tanaman porang pada tanaman akan memacu pertumbuhan tanaman baik
umur 14 HST – 56 HST. Terlihat adanya perbedaan secara langsung maupun tidak langsung. Peran secara
tingi yang signifikan pada usia 14 HST dan 28 HST. langsung PGPR akan meningkatkan kapsitas
Pada umur tanaman lebih dari 28 HST, tinggi tanaman penyerapan nutrisi tertentu atau memberikan
masih tetap meningkat, namun tidak terdapat organisme inang senyawa yang diproduksi oleh
perbedaan yang nyata antar tiap perlakuan. Perlakuan endofit, sedangkan secara tidak langsung berperan
yang memberikan nilai paling tinggi adalah P5 yang dalam meningkatkan kemampuan inang untuk tahan
merupakan campuran tanah+PK+BTK+PGPR. terhadap serangan pathogen (Lodewyckx et al. 2002).
Perlakuan yang memberikan pengaruh terbaik ke 2
pertumbuhan ditunjukan oleh P3 dengan kombinasi Kesimpulan
tanah+PK+BTJ+PGPR. Data rata-rata tinggi tanaman di Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
atas menunjukkan bahwa perlakuan yang ada bahwa media tanam yang mempunyai maasukan
kombinasi bahan organik dan PGPR memberikan bahan organik segar ( pupuk kandang), biochar dan
pengaruh paling signifikan terhadap tinggi bibit PGPR ( Plant Growth Promotting Rhizobacteria)
porang. Hal ini ditunjukkan karena pada penelitian memberikan pengaruh yang signifikan dalam
kombinasi masukan sumber bahan orgnaik segar memperbaiki sifat fisik dan kimia dari media tanam
(pupuk kandang), biochar dan PGPR mampu ( C-Organik, N-Total, P-Tersedia, dan AWC) dan
memperbaiki kualitas media yang ditunjukkan oleh pertumbuhan bibit porang ( tinggi tanaman, diameter
meiningkatnya kandungan C-Oganik, N-total,P- batang, dan jumlah daun ).
Tersedia dan AWC ( table 4 dan gambar 1).
Tabel 5 menunjukkan diameter batang Ucapan Terimakasih
tanaman porang. Terlihat adanya perbedaan nyata Ucapan terimakasih disampaikan kepada PT.
antar perlakuan pada setiap pengamatan. Perlakuan P3 Indofood Sukses Makmur Tbk. Yang mensponsori dan
menjadi perlakuan yang memiliki diameter batang mendukung pvenelitian ini dalam rangka program
paling tinggi pada setiap pengamatan, diikuti oleh P5, Indofood Riset Nugraha (IRN) 2020-2021.
P1, P2, P4, dan P0. Perlakuan P3 ini berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya, namun tidak berbeda nyata
dengan perlakuan yang diaplikasikan dengan PGPR Daftar Pustaka
(P1 dan P5). Terdapat kecenderungan penurunan nilai
diameter batang pada umur tanaman 56 HST. Biswas, J.C., Ladha, J.K. and Dazzo, F.B. 2000. Rhizobial
Penurunan ini kemungkinan disebabkan karena inoculation improves nutrient uptake and growth of
tanaman mulai memasuki fase generative, sehingga lowland rice. Soil Science Society of America
tidak terjadi penambahan diameter. Journal 64: 1644-1650.
Tabel 6 menunjukkan nilai rata-rata jumlah Husen, E., Saraswati, R., & Hastuti, R. D. (2006).
daun tanaman porang. Perlakuan P5 selalu menjadi Rizobakteri pemacu tumbuh tanaman. In R.

7
Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA) July 2020, Volume 7, Issue 1, 15-20

D. .Simanungkalit, D. A. Suriadikarta, R. Suwardji, 2013. Lahan Kritis dan permasalahan


Saraswati, D. Setyorini, & W. Hartatik (Eds.), Lingkungan Hidup.Makalah disampaikan dalam
Pupuk Organik dan Pupuk Hayati (pp. 191–210). Seminar Nasional pengelolaan Lahan Kritis Melalui
Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pemberdayaan Masyarakat. Lembaga Peneltian
Pertanian Badan Penelitian dan Universitas Muhammadiyah Mataram. l7
Pengembangan Pertanian. Bogor: Desember 2003. Akses: 11 Maret 2013.
Jansen, P.C.M., C. van der Wilk, and W.L.A. Suwardji, 2020. Mensiasati Pembibitan Awal dan
Hetterscheid. 1996. AmorpHopHallus Blume Memperlambat Terjadinya Dorman dalam fase
ex Decaisne. In Flach, M. and F. Rumawas generatif. Webinar Budidaya Porang.
(eds.). PROSEA: Plant Resources of South-East Wonosobo.
Asia No 9. PlantYielding Non-seed Suwardji, Kusnarta, IGM, Fahruddin (2019).
Carbohydrates. Leiden: Backhuys Publishers. Pengembangan Agribisnis Porang di Kabupaten
Jumin, H.B. 2002. Agroekologi. Raja Grafindo. Jakarta. Lombok Utara. Astra Internasional. Laporan
Lodewyckx C, Vangronsveld J, Porteous F, Moore ERB, Kegiatan Pengabdian Masyarakat 2019.
Taghavi S, Mezgeay M, van der Lelie D (2002) Utomo, W.H., Sukartono, Kusuma, Z. and Nugroho,
EndopHytic bacteria and their potential W.H. 2011. Soil fertility status, nutrient uptake,
applications. Crit Rev Plant Sci 21(6):583–606 and maize (Zea mays L.) yield following biochar and
Munees, A. and Mulugeta, K. 2014. Mechanism and cattel manure application on sandy soils of Lombok,
applications of plant groeth promoting Indonesia. Journal of Tropical Agriculture. 49
rhizobacteria. Journal of King Saud (1-2): 47-52.
UniversityScience 26 (1): 1-20 Yuzammi. 2000. A Taxonomic Revision of the Terrestrial
Murniyanto E. 2007. Pengaruh Bahan Organik and Aquatic Aroids (Araceae) in Java. [Thesis].
Terhadap Kadar Air Tanah dan Pertumbuhan Sidney: School of Biological Science,Faculty of
Tnaman Jagung Di Lahan Kering. Buana Life Science, University of New South Wales.
Sains 7(1) 51-60.
Neltriana, N. 2015. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang
Kotoran Sapi terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Ubi Jalar. Fakultas Pertanian. Universitas
Andalas. Padang.
Sarief, S. E. 1985. Konservasi Tanah dan Air. Pustaka
Buana, Bandung.
Sudantha, I. M. 2010 b. Pengujian beberapa jenis jamur
endofit dan saprofit Trichoderma spp. terhadap
penyakit layu Fusarium pada tanaman kedelai.
Jurnal Ilmu Pertanian Agroteksos, Fakultas
Pertanian Universitas Mataram, Mataram. Vol.
20 No. 2 Desember 2010.
Sudhanta, I.M. dan Suwardji (2013). IBM Gapoktan
Montong Are Bersatu dan Tumbuh Jaya Dalam
upaya Perbanyakan Bibit Pisang Bebas Penyakit
layu Fusarium dan Pengembangan Budidayanya di
Lahan Kering. Dibiayai Direktorat Penelitian
dan Pengabdian Pada Masyarakat Dirjen Dikti
Kemendikbut RI.
Sukartono, S., Utomo, W.H., 2012, Peranan Biochar
Sebagai Pembenah Tanah Lempung Berpasir (
Sandy Loam) Semiarid Tropis Lombok Utara,
Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Kealaman, Vol. 12, no.
1, pp. 91-98.
Sumarwoto. 2004.Pengaruh pemberian kapur dan ukuran
bulbil terhadap pertumbuhan porang (AmorpHo-
pHallus muelleriBlume) pada tanah ber-Al Tinggi.
Jurnal Ilmu Pertanian.11(2): 45-53.
Sumarwoto,2005.Iles-iles (AmorpHopHallus muelleri
Blume); Deskripsi dan Sifat-sifat Lainnya.
Biodiversitas, 6 (3) : 185-190

Anda mungkin juga menyukai